Anda di halaman 1dari 29

MODUL

PEMBELAJAR
AN KIMIA
KOLOID
MODUL PEMBELAJARAN KIMIA

KOLOID
BERBASIS CHEMO-
ENTREPRENEURSHIP (CEP)

UNTUK SMA/MA KELAS XI IPA

DISUSUN OLEH:

YUNI SAFRIANI

UIN SUSKA RIAU


KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah S.W.T atas limpahan nikmat
dan karunia-Nya, tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad
S.A.W. Sehingga penulis dapat menyelesaikan modul pembelajaran kimia yang berjudul “Modul
Pembelajaran Kimia Materi Koloid Berbasis Chemo-Entrepreneurship Untuk SMA/MA Kelas
XI IPA” ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada kedua


Orang Tua, seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Kimia UIN
Sultan Syarif Kasim Riau khususnya kepada Bapak Lazulva, M.Si
selaku dosen pembimbing, serta rekan-rekan sekalian atas do’a,
bimbingan, bantuan dan dukungannya dalam pembuatan modul ini.

Modul ini mencoba menjawab kegunaan pembelajaran kimia,


khususnya pada materi koloid yang dapat dipraktekkan secara
langsung di kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan menciptakan pembelajaran yang
bermakna. Karena modul ini menekankan pada hubungan antara aplikasi materi yang sedang
dibahas dengan teknologi, masyarakat, dan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan.

Modul ini disajikan dengan panduan tahapan pembelajaran CEP sehingga memudahkan
untuk dipelajari baik oleh siswa maupun guru. Dengan demikian, modul ini sangat tepat untuk
dijadikan media atau sumber belajar dalam rangka memudahkan siswa memahami koloid dan
memberikan informasi baru mengenai koloid.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa modul ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari
segi materi, penampilan, dan yang berkaitan di dalamnya. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan modul ini. Akhirnya hanya kepada
Allah S.W.T penulis berharap, semoga apa yang tertulis dalam buku ini bias bermanfaat
khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Aamiin.

Pekanbaru, November 2018

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI
KOMPETENSI INTI & KOMPETENSI DASAR
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
PETA KONSEP
BAB 1: SISTEM KOLOID
A. Peristiwa Koloid dalam Kehidupan
B. System Dispersi
C. Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi
BAB 2: JENIS-JENIS KOLOID
A. Fase Terdispersi dan Fase Pendispersi
B. Pengelompokkan Jenis-jenis Koloid
BAB 3: SIFAT-SIFAT KOLOID
A. Efek Tyndall
B. Gerak Brown
C. Adsorpsi
D. Koagulasi
E. Elektroforesis
F. Dialysis
G. Koloid Lifoil, Liofob, dan Koloid Pelindung
BAB 4: PEMBUATAN KOLOID
A. Cara Dispersi
B. Cara Kondensasi
BAB 5: PERANAN KOLOID DALAM KEHIDUPAN
RANGKUMAN
GLOSARIUM
EVALUASI AKHIR PEMBELAJARAN
KUNCI JAWABAN
DAFTAR PUSTAKA
PROFIL PENULIS

KOMPETENSI INTI & KOMPETENSI DASAR


ii
Kompetensi Inti KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta
Kompetensi Dasar 3.14mampu menggunakan berbagai
Mengelompokkan metoda sesuai kaidahkoloid,
tipe sistem keilmuan
dan menjelaskan
kegunaan koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya.

4.14 Membuat makanan atau produk lain yang berupa koloid atau
melibatkan prinsip koloid

Indikator Pembelajaran

BAB 1

Mendefinisikan pengertian koloid


Mengelompokkan larutan, suspensi, dan koloid berdasarkan hasil pengamatan
Mengidentifikasi isu-isu yang terkait dengan keberadaan koloid dikehidupan sehari-hari

BAB 2

Membedakan fase terdispersi dan fase pendispersi


Mengelompokkan jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan pendispersi, serta
menghubungkannya dengan teknologi, masyarakat dan lingkungan

BAB 3

Menjelaskan peristiwa efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari


Menjelaskan peristiwa gerak Brown dalam kehidupan sehari-hari
Menjelaskan peristiwa adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari
Menjelaskan peristiwa koagulasi dalam kehidupan sehari-hari
Menjelaskan peristiwa elektroforesis dalam kehidupan sehari-hari
Menjelaskan peristiwa dialisis dalam kehidupan sehari-hari
Menjelaskan koloid liofob, koloid liofil dan koloid pelindung

iii
BAB 4

Menjelaskan proses pembuatan koloid berdasarkan cara kondensasi dan dispersi


melalui percobaan

BAB 5

Menyebutkan peranan koloid diberbagai bidang kehidupan


Mengidentifikasi masalah yang diakibatkan oleh koloid dan cara mengatasinya
Mengidentifikasi koloid sebagai salah satu solusi dari pemecahan masalah yang
berkaitan dengan teknologi, masyarakat, dan lingkungan
PETUNJUK PENGGUNAAN
iv
MODUL

1
Terdapat KI dan 6 7
KD, Indikator, dan
Terdapat Terdapat
tujuan disetiap BAB evaluasi di akhir kunci
membantu dan pembelajaran jawaban
siswa mengetahui
tujuan
pembelajaran.

5
Terdapat Uji 8
2 pemahaman di setiap Terdapat
BAB untuk informasi
Terdapat mengetahui
peta konsep kedalaman pendukung
pemahaman mengenai pembelajaran
materi yang dibahas

4
3
Menggunakan 9
Terdapat Pendekatan Terdapat
kata kunci Chemo-
rangkuman
disetiap BAB Entrepreneurshi
p (CEP)

10
Terdapat
Glosarium

BAB I
Sistem koloid
Kata Kunci:

 Sistem Disoersi
 Larutan
 Koloid
 Suspensi

Setelah mempelajari BAB 1, Kamu diharapkan mampu:

 Mendefinisikan pengertian koloid


 Mengelompokkan larutan, suspensi, dan koloid berdasarkan hasil pengamatan
 Mengidentifikasi isu-isu yang terkait dengan keberadaan koloid dikehidupan sehari-
hari

a. Koloid dalam Berwirausaha

Kebutuhan santan dalam jumlah besar mendorong inovasi pembuatan santan siap pakai
yang lebih praktis dan tahan lama, sehingga konsumen tidak perlu repot lagi untuk
membuat santan sendiri. Salah satu inovasi terbaru pembuatan santan di Indonesia
Tahukah
adalah
kamu? dikembangkannya santan kelapa bubuk dengan menggunakan metode Spray
dryer dan pasteurisasi . Dengan adanya produksi santan kelapa bubuk dapat
ka
menimbulkan nilai ekonomi dan meningkatkan jiwa berwirausaha.
Tempurung dari buah kelapa yang merupakan bahan utama pembuatan santan dapat
dimanfaatkan kembali untuk pembuatan arang. Maupun arang aktif, dan barang kerajinan tangan
yang bernilai seni tinggi sebagai hasil pemanfaatan limbah dan mengurangi sampah ke
lingkungan.

b.Sistem Dispersi
2
Campuran
n
Adalah gabungan dua macam zat atau lebih yang masih memiliki sifat-sifat
zat asalnya, Berdasarkan fase yang terbentuk campuran dikelompokkan
menjadi campuran homogeny (larutan sejati) dan campuran heterogen.

Ketika materi atau zat seperti gula, pasir, dan susu masing-masing dicampurkan ke dalam air,
maka zat tersebut akan terpecah atau terbagi menjadi partikel halus di dalam medium air
sehingga membentuk system disperse, yaitu penyebaran merata dua fase.

Perbedaan ukuran partikel halus menyebabkan mengapa campuran gula dan air membentuk
campuran homogeny (larutan sejati) sedangkan campuran tepung dan air dengan cepat memisah
membentuk campuran yang heterogen.

Gula + Air
Pasir + Air
3

Campuran pasir dan air akan mengalami sedimentasi (memisah membentuk endapan),
campuran seperti ini disebut suspensi.

Suspensi merupakan campuran yang bersifat heterogen (membentuk sistem dua fasa),
ukuran partikelnya lebih besar dari 100 nm. Ukuran partikel yang cukup besar isi menyebabkan
partikel air tidak mampu menahan partikel pasir sehingga pasir mengendap dan dapat dipisahkan
dengan penyaringan.

Bebrapa contoh suspense adalah campuran air dan kapur, campuran air dan pasir

Susu + Air

Campuran susu dan air menghasilkan campuran yang keruh. Secara makroskopis (dilihat
dengan mata biasa) campuran ini terlihat homogeny atau larut. Akan tetapi jika kita amati
dengan mikroskop ultra, ternyata kita masih dapat membedakan partikel-partikel susu yang
terbesar kedalam air tersebut.

Campuran susu dengan air ini kondisinya berada diantara larutan dan suspensi.
Campuran seperti inilah yang disebut sebagai koloid, dimana ukuran partikelnya berkisar antara
1nm-100nm. Beberapa contohnya adalah santan, mayones, cat, tinta dan lain-lain.

C. Perbedaan Larutan, Suspensi dan Koloid 4

Pemantapan
Konsep

Perbandingan Sifat Larutan, koloid, dan Suspensi

Larutan Koloid Suspensi


Bersifat homogeny, tidak Secara makroskopis bersifat Bersifat heterogen
dapat dibedakan walaupun homogen tetapi jika diambil
menggunakan mikroskop ultra menggunakan mikroskop ultra
bersifat heterogen
Semua partikel berukuran Ukuran partikel antara 1nm- Ukuran partikelnya lebih besar
kurang 1nm 100nm dari 100nm
Satu fasa Dua fasa Dua fasa
Stabil (jika didiamkan tidak Pada umumnya stabil Tidak stabil (jika didiamkan
terpisah) akan memisah/mengendap)
Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring kecuali Dapat disaring
dengan penyaring ultra

5
Perlu kamu ketahui bahwa koloid mempunyai
peranan dalam kehidupan sehari-hari bagi
kehidupan khususnya bagi teknologi,
lingkungan, dan masyarakat.

Tahukah
Kamu ?
6

Istilah koloid pertama kali diutarakan oleh seorang ilmuwan Inggris. Thomas
Graham sewaktu mempelajari sifat difusi beberapa larutan melalui membrane kertas
perkamen. Graham menemukan bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi.
Sedangkan kanji, gelatin, dan putih telur sangat lambat atau sama sekali tidak
berdifusi disebabkan oleh paratikelnya mempunyai daya tarik (perekat) satu sama
lain.

Zat-zat yang sukar berdifusi tersebut disebut koloid yang berasal dari kata
(kola=lem, aidos=seperti) yang berarti seperti lem (S, 1999).
1. Jelaskan yang dimaksud dengan larutan, koloid, dan suspense?
Jawab :

2. Manakah dari campuran-campuran berikut yang termasuk kedalam system


koloid, larutan, atau suspense?
a. Air garam :
b. Air cuka :
c. Air kapur :
d. Tinta :
e. Cat :
f. Mayones :
g. Lem kanji :
h. Pasta gigi :

BAB II
JENIS-JENIS KOLOID
a. Aerosol

Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam
gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat
disebut aerosol padat, jika zat yang terdispersi berupa zat cair
disebut aerosol cair. Aerosol padat contohnya: asap dan debu di
udara, aerosol cair contohnya:  kabut dan awan.
Dewasa ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti
semprot rambut (hair spray), semprot obat nyamuk, parfum, cat
semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan
suatu bahan pendorong (propelan aerosol).  Contoh bahan
pendorong yang banyak digunakan adalah senyawa 
klorofluorokarbon  (CFC) dan karbon dioksida.

b.   Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair
disebut sol. Koloid jenis sol banyak ditemui dalam kehidupan
sehari-hari contohnya: sol sabun, sol detergen, sol kanji, tinta tulis,
air sungai berlumpur dan cat.

c.   Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut
emulsi.  Syarat terjadinya emulsi ini adalah kedua zat cair tidak
saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan menjadi dua bagian,
yaitu emulsi minyak dalam air atau emulsi air dalam minyak.
Contoh emulsi minyak dalam air adalah santan, susu, dan lateks.
Contoh emulsi air dalam minyak adalah minyak ikan, minyak
bumi.
Emulsi terbentuk karena adanya zat pengemulsi (emulgator), contoh emulgator adalah
sabun yang dapat mengemulsikan minyak dalam air. Contoh emulgator lainnya adalah kasein
dalam susu dan kuning telur dalam mayonnaise.

d.    Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan
emulsi, untuk menstabilkan  buih diperlukan zat pembuih,
misalnya sabun, deterjen, dan protein. Buih dapat dibuat dengan
mengalirkan suatu gas ke dalam zat cair yang mengandung
pembuih. Buih digunakan pada berbagai proses, misalnya buih
sabun pada pengolahan bijih logam, pada alat pemadam kebakaran, dan lain-lain. Adakalanya
buih tidak dikehendaki. Zat-zat yang dapat memecah atau mencegah buih,antara lain eter,
isoamil alkohol, dan lain-lain.

Buih mempunyai fase terdispersi gas. Buih terdiri atas:


1) buih padat dengan medium pendispersi padat, contoh batu apung, karet busa, dan
styrofoam;
2)buih cair atau buih dengan medium pendispersi cair, contoh buih sabun dan putih telur.

e.  Gel

Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel.
Contoh : agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, gel
silika. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang mengadsorbsi
medium pendispersinya, sehingga terjadi koloid yang agak padat.

 
BAB III
SIFAT-SIFAT KOLOID
A.  Efek Tyndall
Jika seberkas cahaya dilewatkan pada suatu sistem koloid, maka cahaya tersebut akan
dihamburkannya sehingga berkas cahaya tersebut akan kelihatan. Sedangkan jika cahaya
dilewatkan pada larutan sejati maka cahaya tersebut akan diteruskannya . Sifat koloid yang
seperti inilah yang dikenal dengan efek tyndall dan sifat ini dapat digunakan untuk membedakan
koloid dengan larutan sejati. Gejala ini pertama kali ditemukan oleh Michael Faradaykemudian
diselidiki lebih lanjut oleh  John Tyndall (1820 – 1893), seorang ahli Fisikabangsa Inggris.
Efek Tyndall juga dapat menjelaskan mengapa langit pada siang hari berwarna biru sedangkan
pada saat matahari terbenam, langit di ufuk barat berwarna jingga atau merah. Hal itu disebabkan
oleh penghamburan cahaya matahari oleh partikel koloid di angkasa dan tidak semua frekuensi
dari sinar matahari dihamburkan dengan intensitas sama.

Jika intensitas cahaya yang dihamburkan berbanding lurus dengan


frekuensi, maka pada waktu siang hari ketika matahari melintas di
atas kita frekuensi paling tinggi (warna biru) yang banyak
dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna biru. Sedangkan
ketika matahari terbenam, hamburan frekuensi rendah (warna merah)
lebih banyak dihamburkan,  sehingga kita melihat langit berwarna
jingga atau merah.

Gejala efek tyndall yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

 Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut


 Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap dan berdebu
 Berkas sinar matahari melalui celah pohon-pohon pada pagi yang berkabut

B.    Gerak Brown
Gerak brown merupakan gerak patah-patah (zig-zag) partikel koloid yang
terus menerus dan hanya dapat diamati dengan mikroskop ultra. Gerak
brown terjadi sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-
molekul medium terhadap partikel koloid.Dalam suspensi tidak terjadi gerak Brown karena
ukuran partikel cukup besar, sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut
juga mengalami gerak Brown, tetapi tidak dapat diamati. Semakin tinggi suhu, maka gerak
brown yang terjadi juga semakin cepat, karena energi molekul medium meningkat sehingga
menghasilkan tumbukan yang lebih kuat.

Gerak Brown merupakan faktor penyebab stabilnya partikel koloid dalam medium dispersinya.
Gerak brown yang terus menerus dapat mengimbangi gaya gravitasi sehingga partikel koloid
tidak mengalami sedimentasi (pengendapan).

C. Adsorpsi
Adsorpsi  adalah peristiwa di mana suatu zat menempel pada
permukaan zat lain, seperti ion H+ dan OH–  dari medium pendispersi.
Untuk berlangsungnya adsorpsi, minimum harus ada dua macam zat,
yaitu zat yang tertarik disebut adsorbat, dan zat yang menarik disebut 
adsorban. Apabila terjadi penyerapan ion ada permukaan partikel
koloid maka partikel koloid dapat bermuatan listrik yang muatannya
ditentukan oleh muatan ion-ion yang mengelilinginya.

Partikel koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau muatan


listrik pada permukaannya. Oleh karena itu partikel koloid bermuatan
listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut dengan adsorpsi.
Contohnya sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga
bermuatan positif dan sol As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga
bermuatan negatif. Pemanfaatan sifat adsorpsi koloid dalam kehidupan
antara lain dalam proses pemutihan gula tebu, dalam pembuatan norit (tablet yang terbuat dari
karbon aktif) dan dalam proses penjernihan air dengan penambahan tawas.
D.   Koagulasi
Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan koloid. Koloid distabilkan
oleh muatannya. Jika muatan koloid dilucuti atau dihilangkan, maka kestabilannya akan
berkurang sehingga dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid
dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahakan ke dalam system koloid.
Apabila arus listrik dialirkan cukup lama kedalam sel elektroforesis, maka partikel koloid akan
digumpalkan ketika mencapai electrode. Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi
karena koloid bermuatan positif menarik ion negative dan koloid bermuatan negative menarik
ion positif. Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Jika selubung itu terlalu
dekat, maka selubung itu akan menetralkan koloid sehingga terjadi koagulasi.

Beberapa contoh peristiwa koagulasi dalam kehidupan sehari-hari adalah:

 Pembentukan delta di muara sungai karena koloid tanah liat dalam air sungai mengalami
koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
 Karet dalam latek digumpalkan dengan menambahkan asam formiat
 Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas
 Asap atau debu pabrik dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari cottrel.

E.   Elektroforesis
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik karena partikel
koloid bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan
listrik ini disebut elektroforesis. Jika dua batang elektrode
dimasukkan kedalam sistem koloid dan kemudian dihubungkan
dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak
kesalah satu elektrode tergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak
ke anode (elektrode positif) sedang koloid bermuatan positif akan bergerak ke katode (elektrode
negatif).

Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid.


Jika partikel koloid berkumpul dielektrode positif berarti koloid bermuatan
negatif, jika partikel koloid berkumpul dielektrode negatif bearti koloid
bermuatan positif. Peristiwa elektroforesis ini sering dimanfaatkan
kepolisian dalam identifikasi/tes DNA pada jenazah korban pembunuhan/
jenazah tak dikenal.

F. Dialisis
Stabilitas koloid diperlukan sejumlah muatanion suatu elektrolit. Akan tetapi, jika penambahan
elektrolit ke dalam sistem koloid terlalu banyak, kelebihan ini dapat mengendapkan fase
terdispersi dari koloid itu. Hal ini akan mengganggu stabilitas sistem  koloid tersebut. Untuk
mencegah kelebihan elektrolit, penambahan elektrolit dilakukan  dengan cara dialisis.

Dialisis merupakan proses pemurnian koloid dengan membersihkan atau menghilangkan ion-ion
pengganggu menggunakan suatu kantong yang terbuat dari selaput semipermiabel.  Caranya,
sistem koloid dimasukkan ke dalam kantong semipermeabel, dan diletakkan dalam air. Selaput
semipermeabel ini hanya dapat dilalui oleh ion-ion, sedang partikel koloid tidak dapat
melaluinya, dengan demikian akan diperoleh koloid yang murni. Ion-ion yang keluar melalui
selaput semipermeabel ini kemudian larut dalam air. Dalam proses dialisis hilangnya ion-ion dari
sistem koloid dapat dipercepat dengan menggunakan air yang mengalir. Peristiwa dialisis ini
diaplikasikan dalam proses pencucian darah di dunia kedokteran.

G. Koloid Liofil dan Liofob


Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Suatu
koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara zat
terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan (Yunani: lio = cairan, philia = suka).
Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau
sangat lemah. Liofob berarti tidak suka cairan (Yunani: lio = cairan, phobia = takut atau benci).
Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid di atas masing-masing
disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.

Contoh:
•Koloid hidrofil: sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin.

•Koloid hidrofob: sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam.

Koloid liofil/hidrofil lebih mantap dan lebih kental daripada koloid liofob/ hidrofob. Butir-butir
koloid liofil/hidrofil membungkus diri dengan cairan/air mediumnya. Hal ini disebut
solvatasi/hidratasi. Dengan cara itu butir-butir koloid tersebut terhindar dari agregasi
(pengelompokan). Hal demikian tidak terjadi pada koloid liofob/hidrofob. Koloid liofob/hidrofob
mendapat kestabilan karena mengadsorpsi ion atau muatan listrik. Sebagaimana telah dijelaskan
bahwa muatan koloid menstabilkan sistem koloid.

Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersi dari sol
hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan. Apabila zat padat tersebut
dicampurkan kembali dengan air, maka dapat membentuk kembali sol hidrofil. Dengan
perkataan lain, sol hidrofil bersifat  reversibel. Sebaliknya, sol hidrofob dapat mengalami
koagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi telah dipisahkan, tidak akan
membentuk sol lagi jika dicampur kembali dengan air. Perbedaan sol hidrofil dengan sol
hidrofob disimpulkan sebagai berikut.

Koloid Pelindung
Ada koloid yang bersifat melindungi koloid lain supaya tidak mengalami
koagulasi. Koloid semacam ini disebut koloid pelindung. Koloid pelindung
ini membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang lain sehingga
melindungi muatan koloid tersebut. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat
terdispersi, sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
Contoh pemanfaatan koloid pelindung adalah sebagai berikut:
1. Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan Kristal besar
atau gula
2. Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung.
3.   Zat-zat pengemulsi seperti sabun dan detergen juga tergolong koloid pelindung.

BAB IV

Pembuatan Koloid
A.  Cara dispersi
       Dengan cara dispersi partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat
dilakukan secara mekanik, peptisasi, atu dengan loncatan bunga listrik(busur bredig).
1) Cara mekanik

Dengan cara ini, butir-butir kasar  digerus dengan lumpang, sampai diperoleh tingkat kehalusan
tertentu, kemudian diaduk dengan medium pendispersi. Contoh pembuatan sol belerang dengan
menggerus serbuk belerang bersama zat inert seperti gula pasir, kemudian mencampur dengan
air.

2) Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan
bantuan zat pemecah (pemeptisasi).

3) Cara busur bredig

Cara busur bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan koloid
digunakan sebagai elktrode yang dicelupkan kedalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan
listrik dikedua ujungnya. Mula-mula atom logam akan terlempar kedalam air, lalu atom tersebut
mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi cara busur bredig ini
merupakan gabungan cara disperse dan kondensasi.

b.  Cara kondensasi

Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat
dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia seperti reaksi redoks, hidrolisis, dekomposisi rangkap, atau
dengan pergantian pelarut.

1)   Reaksi subtitusi

Misalnya larutan natrium tiosulfat direaksikan dengan larutan asam klorida , maka akan
terbentuk belerang. Partikel belerang akan bergabung menjadi semakin besar sampai berukuran
koloid sehingga terbentuk sel belerang. Seperti reaksi

Na2SO3(aq) + 2HCl(aq) →2 NaCl(aq)+ H2O(l) + S(s)


2)   Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sol Fe(OH)3 dibuat melalui hidrolisis larutan
FeCl3, yaitu dengan memanaskan larutan FeCl 3. Hidrolisis larutan AlCl3 akan menghasilkan
koloid Al(OH)3. Reaksinya adalah:
FeCl3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) +3HCl(aq)
AlCl3(aq) + 3 H2O(l)  → Al(OH)3(s) + 3HCl(aq)
3)   Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi. Pembuatan sol belerang
dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan
mengalirkan gas H2S kedalam larutan SO2
2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S (s)
  4)   Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contohnya adalah pembuatan sol As2S3 dengan mereaksikan larutan H3AsO3 dengan larutan H2S.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
2H3AsO3(aq) + 3H2S(aq) → As2S3(s) + 6H2O(l)
  5)   Penggantian Pelarut
Cara ini dilakukan dengan menggnti medium pendispersi sehingga fase terdispersi yang semula
larut menjadi berukuran koloid. Misalnya larutan jenuh kalsium asetat jika dicampur dengan
alcohol akan terbentuk suatu koloid berupa gel.

BAB V
Peranan Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari
a. Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi dengan
menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini

memanfaatkan  sifat muatan dan penggumpalan koloid sehingga gas


yang dikeluarkan ke udara telah bebas dari asap dan partikel berbahaya

Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang
tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt).  Ujung-ujung yang
runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh
partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel  bermuatan itu akan tertarik dan
diikat pada elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk
dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan memperoleh kembali debu
yang berharga (misalnya debu logam).

b. Penggumpalan lateks

Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol, yaitu dispersi
koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang molekulnya sangat besar
(polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol  getah karet. Untuk
mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan agar karet
menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah  karet,
biasanya digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu
akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan
menetralkan muatan partikel karet sehingga karet akan menggumpal.
Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses lebih lanjut sebagai lembaran yang
disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber). Untuk keperluan lain,  misalnya
pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak digumpalkan melainkan dibiarkan dalam
wujud cair yang disebut lateks. Untuk menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan
larutan amonia; NH3. Larutan amonia yang bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol
lateks dari zat-zat yang bersifat asam sehingga sol
tidak menggumpal.

c. Membantu pasien gagal ginjal

Proses dialisis untuk memisahkan partikel-partikel koloid dan zat terlarut merupakan dasar bagi
pengembangan dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci darah untuk
penderita gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati selaput semipermiabel dengan
demikian pada akhir proses pada kantung hanya tersisa  koloid saja. Dengan melakukan cuci darah
yang memanfaatkan prinsip dialisis koloid, senyawa beracun seperti urea dan keratin dalam darah
penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang telah bersih kemudian dimasukkan kembali
ke tubuh pasien.

d. Penjernihan air

Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air. Kadang-kadang air  dari mata
air seperti sumur gali dan sumur bor tidak dapat dipakai sebagai air bersih jika tercemari. Air
permukaan perlu dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan air dapat dilakukan baik skala
kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM). Pada dasarnya penjernihan air itu dilakukan  secara bertahap. Mula-mula
mengendapkan atau menyaring bahan-bahan yang tidak larut
dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia, misalnya tawas atau
aluminium sulfat dan kapur agar kotoran menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit
atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang  dihasilkan dari penjernihan itu,
apabila akan dipakai sebagai air minum, harus dimasak  terlebih dahulu sampai mendidih
beberapa saat lamanya.

Untuk memperjelas tentang penjernihan air perhatikan gambar 9.13 berikut!


Proses pengolahan air
tergantung pada mutu baku air (air belum diolah), namun pada  dasarnya melalui 4 tahap
pengolahan. Tahap pertama adalah pengendapan, yaitu air baku dialirkan perlahan-lahan sampai
benda-benda yang tak larut mengendap. Pengendapan ini  memerlukan tempat yang luas dan
waktu yang lama. Benda-benda yang berupa koloid  tidak dapat diendapkan dengan cara itu.
Pada  tahap kedua, setelah suspensi kasar terendapkan, air yang mengandung koloid diberi zat
yang dinamakan koagulan. Koagulan yang banyak digunakan adalah aluminium sulfat,
besi(II)sulfat,     besi(III)klorida, dan klorinasi koperos (FeCl 2Fe2(SO4)3). Pemberian koagulan selain
untuk mengendapkan partikel-partikel koloid, juga untuk menjadikan  pH air sekitar 7 (netral).
Jika pH air berkisar antara 5,5–6,8, maka yang digunakan adalah aluminium sulfat, sedangkan
untuk senyawa besi sulfat dapat digunakan pada pH air 3,5–5,5.

Pada  tahap ketiga, air yang telah diberi koagulan mengalami proses pengendapan, benda-benda
koloid yang telah menggumpal dibiarkan mengendap. Setelah mengalami pengendapan, air
tersebut disaring melalui penyaring pasir sehingga sisa endapan yang masih terbawa di dalam air
akan tertahan pada saringan pasir tersebut.

Pada  tahap terakhir, air jernih yang dihasilkan diberi sedikit air kapur untuk menaikkan pHnya,
dan untuk membunuh bakteri diberikan kalsium hipoklorit (kaporit) atau klorin (Cl 2).
e.  Sebagai deodoran

Deodoran mengandung aluminium klorida yang dapat mengkoagulasi atau mengendapkan protein
dalam keringat.endapan protein ini dapat menghalangi kerja kelenjer keringat sehingga keringat
dan potein yang dihasilkan berkurang.

f. Sebagai bahan makanan dan obat

Ada zat-zat yang tidak larut dalam air sehingga harus dikemas dalam bentuk koloid sehingga
mudah diminum. Contohnya obat dalam bentuk kapsul.

g. Sebagai bahan kosmetik


Ada berbagai bahan kosmetik kosmetik berupa padatan, tetapi lebih baik digunakan dalam bentuk
cairan. Untuk itu biasanya dibuat berupa koloid dengan tertentu.

h. Sebagai bahan pencuci

Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun dan detergen. Dalam
pencucian dengan sabun atau detergen, sabun/ detergen berfungsi sebagai emulgator.
Sabun/detergen akan mengemulsikan minyak dalam air  sehingga kotoran-kotoran berupa lemak
atau minyak dapat dihilangkan dengan cara pembilasan dengan air.

Rangkuman
GLOSARIUM
EVALUASI AKHIR PEMBELAJARAN
KUNCI JAWABAN
DAFTAR PUSTAKA
PROFIL PENULIS

Anda mungkin juga menyukai