Anda di halaman 1dari 9

2.

 Memaksimalkan penggunaan media pembelajaran berbasis audio visual.


 Membuat video pembelajaran secara mandiri yang nantinya akan disampaikan
kepada siswa.

kita jadikan acuan dalam memilih dan menentukan aktivitas serta teknologi
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan interaksi dalam pembelajaran serta media
yang kaya akan konten. Framework  tersebut adalah Techonology Selecting Method yang
memberikan sebuah arah pertimbangan bagi seorang guru atau instructional
designer  dalam menentukan model aktivitas dan teknologi pembelajaran yang kaya
materi dan dapat meningkatkan interaksi pembelajaran.

Dapat diterapkan di kelas, cara yang dapat ditempuh untuk membangun pengetahuan


secara online adalah dengan membuat media pembelajaran berbasis audio
visual serta membuat rangkuman materi berupa video pembelajaran penjelasan dari
guru tersebut.

3. Assalamualaikum wr wb

Perkenalkan nama saya Dwi Puspita Sari bisa dipanggil Dwi. Saya lahir di Palembang,
provinsi Sumatera Selatan. Saya lulusan S1 Pendidikan Bioogi pada Universitas Sriiwijaya.
Saat ini saya mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan gelombang 1 di
Universitas Sriwijaya.  Dengan kesempatan yang baik ini saya berharap bisa mengikuti
program ini dengan sebaik mungkin, bisa meningkatkan kompetensi dan kualitas diri
sehingga pada saat menyelesaikan PPG Prajabatan ini bisa menjadi guru yang
profesional.

Demikian perkenalan yang dapat sampaikan. Saya mohon maaf jika pekenalan yang saya
sampaikan sangat singkat.

Wasalamualaikum wr wb.

4. Lesson learned yang diperoleh sehabis melakukan proses pembelajaran ialah

·         Belajar dari kesalahan apa yang pernah dilakukan;

·         Mengulangi good practice atau hasil yang baik;

·         Menghindari atau mencegah bad practice atau bad experience terulang balik;

·         Memitigasi risiko yang sama buat timbul pada proyek yang baru;

·         memiliki pendekatan konsisten buat penyelesaian issue-issue proyek;

·         bisa menduplikasi proses yang dengan lebih baik;


·         Katalis untuk meningkatkan kecepatan proses pembelajaran personal ataupun
organisasi

Lesson learned ialah sebuah dokumen yang dihasilkan dari proses pembelajaran
dari kegiatan yang dialami. Ini dapat dihasilkan baik dari pengalaman yang dialami
sendiri ataupun dari orang lain. Lesson learned bisa dijadikan sebuah document asset
buat process continous improvement individu juga organisasi. Dokumen Lesson learned
merupakan living document, yang wajib  didesain objektif dan  terverifikasi.

1. Proses belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
peningkatan kualitas pendidikan, dimana proses belajar mengajar ini di harapkan dapat
mencapai tujuan pendidikan nasional dan dapat meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Dalam hal ini siswa perlu memilik kemampuan untuk memperoleh dan
mengelola informasi dari berbagai sumber informasi. Kemampuan ini membutuhkan
pemikiran kritis, sistematis, logis dan kreatif. Oleh karena itu, salah satu usaha yang dapat di
lakukan untuk mencapai kemampuan itu adalah dengan pembelajaran biologi ataupun
kimia.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran dibutuhkan proses belajar. Prosesnya yg dilihat sehingga
seorang guru tidak hanya melihat prodaknya saja, tetapi juga prosesnya. Kalo tidak ada prosesnya
maka tidak ada prodaknya

2. Saat saya di bangku SMA pada mata pelajaran biologi, guru saya menjelaskan taksonomi.
Penjelasan guru dengan menuliskan point-point penting membuat saya lebih mudah
memahaminya. Kemudian untuk lebih mudah mengingatnya kami diberikan jembatan
keledai berupa kaki dhea kena odol family geger semua, kingdom, divisi, clas, ordo, familia,
genus species. dengan begitu saya lebih mudah paham saat menjelaskannya kembali
kepada teman-teman saya.

3. Menurut saya penyebab siswa kurang semangat belajar adalah kurangnya motivasi mereka
untuk belajar. Yang dapat saya lakukan sebagai guru untuk membuat siswa semangat
belajar adalah dengan cara membuat pelajaran yang saya ampu semenarik mungkin
sehingga dapat menarik minat siswa untuk dapat berpartisipasi aktif ketika pembelajaran
berlangsung. Bisa dengan menonton video sebelum masuk ke materi dan juga bisa
membuat power point yang menarik.

4. Yang menyebabkan para siswa tersebut mampu menerapkan pola perilaku hidup
bersih dan sehat tanpa perlu diingatkan karena adanya habit atau kebiasaan yang
dicontohkan oleh gurunya selain itu disekolah juga disediakan poster yang
mencontohkan hidup bersih dan sehat, sehingga siswa tebiasa untuk hidup sehat.
5. B
6. Saat Saya SMA ada guru bahasa korea yang dimana pembelajarannya berbeda dengan guru
lain. Dimana guru tersebut menunjukan budaya dan mengajarkan secara langsung dari segi
membuat makanan, serta menunjukkan video yang menjukkan perilaku orang korea dalam
kehidupan sehari-hari. Perilaku tersebut memotivasi saya untuk mengenal lebih lanjut
mengenai kebudayaan dan bahas korea
7. Menurut saya mindset adalah konsep/ pola pikir diri seseorang. Mindset yang positif sangat
diperlukan untuk pembelajar, agar diri terus berusaha untuk menjadi versi terbaik dalam diri
manusia tersebut. Memberikan mindset yang positif dalam belajar merupakan salah satu
strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ini adalah metode
pendidikan yang membantu siswa menyadari potensi mereka dan mendorong mereka
untuk mengembangkannya dengan berfokus pada bakat dan kemampuan mereka daripada
kekurangannya.
Behaviour stimulus
Sosial-kognitif sama seperti behaviour tetapi dipengaruhi oleh lingkungan
Teori kontuktivisme 
1. Berikan penjelasan bagaimana penerapan teori behavioristik, teori sosial kognitif,
dan teori konstruktivisme di dalam kelas!
2. Berikan penjelasan model-model pembelajaran apa saja yang terbentuk
berdasarkan prinsip konstruktivisme!
3. Diskusikan dalam kelompok, buatlah rencana untuk meningkatkan motivasi para
siswa yang ada di kelas dengan gambaran sebagai berikut:
a. Tania, 7 tahun, memiliki kemampuan rendah dan keinginan yang rendah
untuk sukses.
b. Samuel, 10 tahun, yang  bekerja keras untuk menjaga harga dirinya pada
tingkat tinggi, tetapi memiliki rasa takut akan gagal yang kuat
c. Sandra, 13 tahun, yang tenang di kelas dan meremehkan keterampilan
mereka.
d. Robert, 16 tahun, yang menunjukkan sedikit minat di sekolah dan saat ini
tinggal bersama dengan bibinya (Anda sudah tidak dapat menghubungi
orangtuanya)

Jawab :

Behaviorism (Behaviorisme)

1. Teori belajar Ivan Petrovich Pavlov (1849 - 1936)

(unconditioning stimulus)

(unconditioning response)

adanya latihan-latihan yang terus-menerus, agar menghasilkan perilaku yang terjadi secara otomatis.

2. Teori belajar Edward Lee Thorndike

stimulus (S) dan respon (R)

melalui proses trial and error.


3. Teori Belajar Burrhus Frederic Skinner

belajar sebagai proses perubahan perilaku yang dicapai sebagai hasil belajar melalui proses
penguatan perilaku baru yang muncul, proses ini biasa disebut dengan operant conditioning.

Dipengaruhi yakni anteseden (peristiwa yang mendahului perilaku) dan konsekuen (peristiwa yang
mengikuti perilaku)

Penerapan teori behaviorisme dalam pembelajaran di sekolah: Belajar dalam pendekatan


behaviorisme tidak terlepas dari stimulus yang sudah dibuat oleh guru agar siswa mampu
mengulangi atau berperilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh guru. Pemberian stimulus
berulang sehingga terjadi pembiasaan, dilakukan kepada peserta didik tentu saja harus
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Adanya stimulus sesungguhnya menjadi sebuah
perangkat keras agar proses dan hasil belajar bisa dikembangkan sedemikian rupa namun
tetap berada dalam konteks tujuan pembelajaran. Berikut ini merupakan contoh penerapan
teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran di kelas antara lain:
1. Guru harus menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap. Dimulai dari materi
sederhana sampai kompleks.
2. Guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi selama mengajar.
3. Saat guru melihat ada kesalahan, baik pada materi maupun pada siswa maka guru akan
segera diperbaiki.
4. Guru memberikan banyak drilling dan latihan agar terbentuk perilaku atau pembiasaan
seperti yang diinginkan.
5. Evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat.
6. Guru dituntut memiliki kemampuan memberikan penguatan (reinforcement), baik dari sisi
positif dan negative

Social - Cognitivism (Sosial Kognitif)

1. Albert Bandura
Bandura menyatakan bahwa, orang belajar banyak perilaku melalui proses peniruan. Kita
bisa meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model dan
akibat yang ditimbulkannya. Proses belajar semacam ini disebut observational learning atau
pembelajaran melalui pengamatan. Selama berjalannya observational learning, seseorang
mencoba melakukan tingkah laku yang dilihatnya dan melakukan
reinforcement/punishment yang berfungsi sebagai sumber informasi bagi seseorang
mengenai tingkah laku mereka

A. Atensi. Sebelum melakukan peniruan, orang terlebih dahulu menaruh perhatian


terhadap model yang akan ditiru.
B. Retensi. Setelah memperhatikan dan mengamati suatu model, maka pada saat lain anak
akan memperhatikan tingkah laku yang sama dengan model tersebut.
C. Produksi. Agar bisa memproduksi tingkah laku, seseorang harus bisa memperlihatkan
kemampuan motoriknya.
D. Motivasi. Setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap suatu model, ia akan
mengingatnya. Diperlihatkan atau tidaknya hasil pengamatan tersebut bergantung pada
kemauan/motivasi yang ada.

Penerapan teori kognitif sosial dalam pembelajaran: Pada menerapkan teori belajar kognitif,
seorang guru perlu fokus pada proses berpikir siswa dan memberikan strategi yang tepat
berdasarkan fungsi kognitif mereka. Libatkan siswa dalam berbagai kegiatan, seperti
memberikan waktu bagi mereka untuk bertanya, kesempatan untuk membuat kesalahan
dan memperbaikinya berdasarkan hasil pengamatan, serta merefleksikan diri agar dapat
membantu mereka dalam memahami proses mental. Di bawah ini terdapat beberapa
contoh kegiatan yang dapat dilakukan seorang guru dalam pembelajaran kognitif, antara
lain:
1. Minta siswa untuk merefleksikan pengalaman mereka melalui pembuatan jurnal atau
laporan harian tentang kegiatan apa saja yang mereka lakukan.
2. Mendorong diskusi berdasarkan apa yang diajarkan dengan meminta siswa untuk
menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas dan ajak siswa lainnya untuk mengajukan
pertanyaan.
3. Membantu siswa menemukan solusi baru untuk suatu masalah untuk mengembangkan
cara berpikir kritis.
4. Minta siswa untuk memberikan penjelasan tentang ide atau pendapat yang mereka miliki.
5. Membantu siswa dalam mengeksplorasi dan memahami bagaimana ide-ide bisa
terhubung. 6. Meningkatkan pemahaman dan ingatan siswa melalui penggunaan visualisasi
dan permainan dalam menyampaikan materi.
Constructivism (Konstruktivisme)
1. Teori Belajar Konstruktivisme Jean Piaget
Pada pandangan konstruktivisme, pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui
pengalaman
Pemahaman berkembang semakin dalam dan kuat apabila selalu diuji oleh berbagai macam
pengalaman baru

sebenarnya telah terjadi dua proses dalam dirinya, yaitu:


a. Proses organisasi informasi, yaitu proses ketika manusia menghubungkan informasi yang
diterimanya dengan strukturstruktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada
sebelumnya dalam otak. Melalui proses ini, manusia dapat memahami sebuah informasi
baru yang didapat, sehingga manusia dapat mengasimilasi atau mengakomodasi informasi
atau pengetahuan. b. Proses adaptasi, yaitu proses yang berisi dua kegiatan. Pertama,
menggabungkan atau mengintegrasikan pengetahuan yang diterima oleh manusia, atau
disebut dengan asimilasi. Kedua, mengubah struktur pengetahuan yang sudah dimiliki
dengan struktur pengetahuan baru, sehingga terjadi keseimbangan.

2. Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky


belajar adalah adanya interaksi sosial individu dengan lingkungannya Penerapan teori
konstruktivisme dalam pembelajaran:
Pada saat seseorang mendapatkan stimulus dari lingkungan, ia akan menggunakan fisiknya
berupa alat indera untuk menangkap atau menyerap stimulus, kemudian menggunakan
saraf otak untuk mengolah informasi yang sudah diterima. Keterlibatan alat indera dalam
menyerap stimulus dan saraf otak dalam mengelola informasi merupakan proses secara
fisik-psikologis sebagai elemen dasar dalam belajar.

1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar. Dengan menghargai gagasan
atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru telah membantu
siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-
pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan
tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah
(problem solvers).
2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu
kepada siswa untuk merespons. Berpikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan
seringkali atas dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan
pertanyaan dan cara siswa merespons atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu
membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan atas informasi yang diterimanya.
3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking). Guru yang menerapkan
proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk mampu
menjangkau hal–hal yang berada di balik respons faktual yang sederhana. Guru mendorong
siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi,
justifikasi dan mempertahankan gagasan atau pemikirannya.
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa lainnya. Dialog
dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif sangat
membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika
mereka memiliki kesempatan untuk mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan
mendengarkan gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuan
sendiri yang didasarkan atas pemahaman sendiri. Jika merasa nyaman dan aman untuk
mengemukakan gagasan-gagasan mereka, maka dialog yang sangat bermakna akan tercipta
di dalam kelas.
5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi. Jika
diberi kesempatan untuk menyusun berbagai macam prediksi, sering kali siswa
menghasilkan hipotesis tentang informasi maupun kejadian yang sedang dialaminya. Guru
yang menerapkan konstruktivisme dalam pembelajaran memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada siswa untuk menguji hipotesis mereka, terutama melalui diskusi kelompok
dan pengalaman nyata. 6. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan
materi-materi interaktif. Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan
konstruktivisme melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam
dalam dunia nyata. Guru kemudian membantu siswa untuk menghasilkan abstraksi atau
pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-samayg
kita

Yang saya ketahui bahwa model pembelajaran itu banyak,


Apa dasar kelompok dua dalam memilih model pembelajaran tersebut dibandingkan model
pembelajaran yang lain

Anda mungkin juga menyukai