MATA KULIAH
ETIKA ARSITEKTUR
(RA 141382)
RSM TITANIC
Oleh,
Dosen koordinator :
Ir. Endrotomo, MT. Ars.
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
anugerahNya penulisan paper yang berjudul “RSM Titanic” dapat terselesaikan dengan baik.
Selama pembuatan paper ini, kami mendapat banyak bantuan dan dukungan, maka dari itu
kami haturkan terima kasih Bapak Ir. Endrotomo, MT. Ars. selaku dosen mata kuliah Etika
Arsitektur ITS serta pihak lain yang terlibat.
Kami berharap paper ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai etika rekayasa, contoh kasus etika rekayasa, serta kajian etika
berdasarkan kaidah etika. Kami juga menyadari bahwa didalam paper ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan paper yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang lain yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang
berkenan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I URAIAN KASUS ETIK YANG PERNAH TERJADI DAN SOLUSI YANG
PERNAH DIBUAT ..................................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
URAIAN KASUS ETIK YANG PERNAH TERJADI DAN
SOLUSI YANG PERNAH DIBUAT
Para penumpangnya terdiri dari sejumlah orang terkaya di dunia, serta lebih dari
seribu emigran dari Britania Raya, Irlandia, Skandinavia, dan negara-negara lain yang
mencari kehidupan baru di Amerika Utara. Kapal ini dirancang senyaman dan semewah
mungkin, dengan dilengkapi gimnasium, kolam renang, perpustakaan, restoran kelas atas dan
kabin mewah. Kapal ini juga memiliki telegraf nirkabel mutakhir yang dioperasikan untuk
keperluan penumpang dan operasional kapal. Meski Titanic mempunyai perlengkapan
keamanan yang maju seperti kompartemen kedap air dan pintu kedap air yang bisa
dioperasikan dari jarak jauh, kapal tersebut tidak memiliki sekoci yang cukup untuk
menampung seluruh penumpang kapal. Karena regulasi keamanan laut yang sudah kuno,
Titanic hanya mengangkut sekoci yang hanya mampu menampung 1.178 penumpang –
sepertiga dari total penumpang dan awak kapalnya.
1
Setelah meninggalkan Southampton pada
10 April 1912, Titanic berhenti
di Cherbourg, Perancis dan Queenstown
(sekarang Cobh), Irlandia sebelum berlayar ke barat
menuju New York. Pada tanggal 14 April 1912,
empat hari pasca pelayaran, tepatnya 375 mil di
selatan Newfoundland, kapal menabrak sebuah
Ilustrasi RSM Titanic tenggelam. Sumber :
gunung es pukul 23:40 (waktu kapal; UTC-3). http://media.nationalgeographic.co.id/daily/640/0/201
204181422460/b/foto-kapal-titanic-ditenggelamkan-
Tabrakan agak menggesek ini mengakibatkan pelat
alien-benarkah.jpg
lambung Titanic melengkung ke dalam di sejumlah
tempat di sisi kanan kapal dan mengoyak lima dari enam belas kompartemen kedap airnya.
Selama dua setengah jam selanjutnya, kapal perlahan terisi air dan tenggelam. Para
penumpang dan sejumlah awak kapal diungsikan ke dalam sekoci, kebanyakan sudah
diluncurkan dalam keadaan setengah penuh. Banyak pria dalam jumlah yang tidak sepadan –
hampir 90% di Kelas Dua - ditinggalkan karena para petugas yang memuat sekoci mematuhi
protokol "wanita dan anak-anak dahulu". Tepat sebelum pukul 2:20, Titanic patah dan
haluannya tenggelam bersama seribu penumpang di dalamnya. Orang-orang di air meninggal
dalam hitungan menit akibat hipotermia karena bersentuhan dengan samudra yang sangat
dingin. 710 penumpang selamat diangkat dari sekoci oleh RMS Carpathia beberapa jam
kemudian. 1
Musibah ini ditanggapi dengan keterkejutan dan kemarahan dunia atas jumlah korban
yang besar dan kegagalan regulasi dan operasi yang terjadi serta sekoci dan alat kelengkapan
penyelamatan lainnya yang tidak memadai. Penyelidikan publik di Britania dan Amerika
Serikat mendorong perbaikan besar-besaran keselamatan laut. Banyak korban selamat
kehilangan seluruh kekayaan dan harta benda mereka dan menjadi miskin; banyak keluarga,
terutama keluarga awak kapal dari Southampton, kehilangan sumber nafkah utamanya.
Mereka semua dibantu oleh banjirnya simpati dan sumbangan amal dari masyarakat.
Beberapa pria yang selamat, terutama kepala White Star Line, J. Bruce Ismay, dicela sebagai
pengecut karena meninggalkan kapal ketika penumpang lain masih di atasnya, dan mereka
diasingkan oleh publik. Salah satu warisan terpenting dari bencana ini adalah
penetapan Konvensi Internasional untuk Keselamatan Penumpang di Laut (SOLAS),
yang masih mengatur keselamatan laut sampai sekarang. Konvensi Internasional SOLAS
1
“RMS Titanic” (https://id.wikipedia.org/wiki/RMS_Titanic. Diakses 18 Maret 2017 pukul 12.15 WIB).
2
adalah perjanjian/konvensi paling penting untuk melindungi keselamatan kapal dagang. Versi
pertama diterbitkan pada tahun 1914 sebagai akibat tenggelamnya kapal RMS Titanic. Di
mana diatur mengenai ketentuan tentang jumlah sekoci/rakit pendorong dan perangkat
keselamatan lain serta peralatan yang dibutuhkan dalam prosedur penyelamatan, termasuk
ketentuan untuk melaporkan posisi kapal melalui radio komunikasi.
Richard Corfield mengatakan bahwa Titanic yang karam di lautan Atlantis utara pada
tanggal 14-15 April 1912 dan menyebabkan 1.514 meninggal tersebut tidak hanya disebabkan
karena menabrak gunung es.Corfield juga menyebutkan bahwa tenggelamnya Titanic dimulai
dengan rentetan kejadian. Dengan bertemunya dua air tersebut, maka akan terbentuk suatu
arus yang mengalir deras. Tentunya dengan dinginnya cuaca di tempat tersebut, maka banyak
memunculkan atau melahirkan gundukan-gundukan es yang menutupi perairan Atlantis. 2
Bulan memang menjadi penyebab terjadinya pasang surut air laut, dan karena pada
bulan April 1912, permukaan air laut sedang surut, mengakibatkan terlepasnya gunung es dari
pangkalnya dan 'berenang' menghalangi jalur yang dilewati Titanic. Penyebab - penyebab
lainnya adalah3 :
Kecepatan kapal
Banyak Titanologist atau peneliti yang khusus meneliti Titanic menyebutkan
bahwa Edward J. Smith, kapten kapan Titanic, ingin melampaui kecepatan dari Olympic atau
'saudara' Titanic dari pabrik yang sama, White Star Fleet. Karena kecepatan dan turunnya
2
Corfield, Richard (http://physicsworld.com/. Diakses 19 Maret 2017 pukul 18.00 WIB).
3
Corfield, Richard (http://physicsworld.com/. Diakses 19 Maret 2017 pukul 18.00 WIB).
3
kabut pada waktu itu, maka tabrakan antara Titanic dengan gunung es tersebut tidak
terelakkan. Selain karena jarak yang terlalu dekat, Smith juga tidak mungkin membelokkan
Titanic secara mendadak, maka terjadilah tabrakan tersebut.
Iklim
Iklim di perairan Atlantis utara dipengaruhi oleh bertemunya Labrador Current
dan the Gulf Stream atau pertemuan dua air dingin dan hangat. Dengan bertemunya dua air
tersebut, maka akan terbentuk suatu arus yang mengalir deras. Selain masalah pertemuan dua
arus air tersebut, iklim atau cuaca pada tahun tersebut masih termasuk musim dingin.
Tentunya dengan dinginnya cuaca di tempat tersebut, maka banyak memunculkan atau
melahirkan gundukan-gundukan es yang menutupi perairan Atlantis.
Permukaan laut
Bulan lalu para peneliti dari Texas State University, San marcos, America Serikat,
membuat suatu pernyataan bahwa bulan juga menjadi dalang atas tenggelamnya Titanic.
Namun, beberapa peneliti lain juga mencoba menghubungkan antara bulan dan pasang
surutnya air laut. Bulan memang menjadi penyebab terjadinya pasang surut air laut, dan
karena pada bulan April 1912, permukaan air laut sedang surut, mengakibatkan terlepasnya
gunung es dari pangkalnya dan 'berenang' menghalangi jalur yang dilewati Titanic.
4
Keteledoran manusia
Sebelum Titanic menabrak gunung es dan tenggelam, beberapa
saat sebelumnya Senior Radio Operator yang bernama Jack
Phillips mendapatkan pesan yang menggunakan sandi morse.
Phillips sudah mendapatkan peringatan dari sebuah stasiun
pengintaian di Cape Race,Newfoundland, bahwa telah ada gunung
besar yang menghadang jalur Titanic. Dikarenakan
Phillips menganggap pesan tersebut tidaklah terlalu penting dan
berbahaya, maka dia tidak menyampaikannya ke kapten Edward John Smith. Sumber :
http://vignette1.wikia.nocooki
kapal, Edward J. Smith. e.net/titanic/images/d/d6/Edw
ard_John_Smith.png/revision/l
atest?cb=20160614212229
5
31 Maret 1909 (Rabu) : Kapal mulai dirakit
Di galangan kapal Harland & Wolff di Belfast, Irlandia, Titanic mulai dibuat oleh pekerja
galangan kapal dari irlandia.
6
2 April 1912 (Selasa) : Uji coba pelayaran pendek Titanic
Seluruh awak kabin kapal dilatih segala tindakan yang harus dilakukan saat berada di dalam
kapal. Kapten E. J. Smith dan anak buahnya ikut serta dalam uji coba pelayaran jarak pendek
ini dan uji coba ini hanya kurang dari 1 hari.
8
Pukul 13:42 siang, kapal White Star Baltic melaporkan ada gunung es dan pecahan es
sekitar 250 mil (400 km) di depan Titanic.
Pukul 13:45, kapal Jerman “Amerika” melaporkan bahwa ia telah melewati 2 gunung
es yang besar
Pukul 19:30, kapal California melaporkan ada 3 gunung es yang besar. Pesan tersebut
tidak pernah diteruskan kepada Kapten Smith
Pukul 21:30, kapal uap Mesaba memperingatkan ada runtuhan es berat dan gunung es
besar
Pukul 22:00, terjadi pergantian tugas, perwira kedua Lightholler digantikan oleh
perwira pertama Murdoch, area pengintai Archie Jewell dan George Symons
digantikan oleh Frederick Fleet dan Reginald Lee yang diberi tugas untuk
memperhatikan es-es kecil dan gunung es di depan Titanic
14 April 1912 pukul 23:39 : Area Pengamatan melihat gunung es
Bel peringatan Titanic berbunyi sebanyak tiga kali. Bagian area pengamatan menelepon
anjungan kapal dengan mengatakan ”Iceberg, right ahead!”. Perwira pertama Murdoch
meminta ruang mesin untuk menghentikan mesin dan mundur dengan mengatakan “Stop! Full
speed astern!”
14 April 1912 pukul 23:40 : Kejadian kecelakaan pada lintang 41⁰ 46’ N, bujur 50⁰ 14’
W
Tabrakan kapal dengan gunung es terjadi tepat 37 detik setelah peringatan dari anjungan
kapal. Saksi mata di tempat kejadian mengatakan kalau gunung es tersebut memiliki tinggi 60
kaki (18 m)
9
15 April 1912 pukul 00:05 (Senin)
Kapten Smith memerintahkan Kepala Perwira Wilde untuk mengeluarkan sekoci penyelamat
dan meminta para penumpang untuk ke dek luar. Tetapi, karena suhu di luar sangat dingin,
banyak penumpang yang mengabaikan perintah tersebut dan tetap berdiam di dalam kapal
atau kamarnya masing-masing.
15 April 1912 pukul 00:25 : Permintaan untuk wanita dan anak-anak yang menaiki
sekoci
Para perwira meminta wanita dan anak-anak untuk memasuki sekoci terlebih dahulu.
15 April 1912 pukul 00:55 : Sinyal roket pertama diluncurkan
Sinyal roket yang ditembakkan bertujuan untuk memanggil kapal terdekat yang bisa melihat
roket tersebut untuk membantu mengevakuasi para penumpang Titanic
12
BAB II
URAIAN TEORI REKAYASA
Permasalahan moral yang menjadi dilema moral yang rumit, akan banyak menyita
perhatian kita. Penyelesaian-penyelesaian dari permasalahan moral inilah yang membuat kita
terpacu untuk selalu menciptakan dunia yang lebih baik.
Rekayasa adalah padan kata dari engineering yang selama ini kita kenal dengan kata
teknik. Arti kata teknik itu sendiri adalah penerapan sains untuk kesejahteraan umat manusia.4
Rekayasa adalah penerapan ilmu pengetahuan dalam penggunaan sumber daya alam
demi manfaat bagi masyarakat dan umat manusia; sedangkan rekayasawan adalah mereka
yang menciptakan produk dan proses-proses untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
(pangan, papan dan sandang), dengan akibat tambahan, meningkatkan kemudahan, kekuatan
dan keindahan di dalam kehidupan manusia sehari-hari.5
Etika Rekayasa
Kepedulian etis di kalangan rekayasawan baru lahir pada akhir abad ke-19. Etika
rekayasa dipahami sebagai daftar atau rumusan anjuran-anjuran resmi dalam bentuk kode,
petunjuk, dan opini dari organisasi-organisasi profesi. Telaah implikasi rekayasa bagi umum,
baru dimulai pada tahun 1970-an dan etika rekayasa pun menjadi kajian interdis ipliner yang
melibatkan teori filsafat, ilmu sosial, hukum, dan bisnis . Selanjutnya, artikel-artikel tentang
etika rekayasa dalam arti luas baru diterbitkan pada tahun 1981-an terutama oleh Business and
Professional Ethics Journal6
4
Zen, M. T. 1981. Sains, Teknologi dan Hari Depan Manusia. PT Gramedia. Hlm 10.
5
Martin, Mike W., dan Roland Schinzinger. 1994. Etika Rekayasa. Edisi Kedua. PT Gramedia Pustaka Utama.
Hlm 17.
6
Martin, Mike W., dan Roland Schinzinger. 1994. Etika Rekayasa. Edisi Kedua. PT Gramedia Pustaka Utama. 456
halaman.
13
Awalnya masyarakat menganggap rekayasawan sebagai alat produksi saja, bukan
sebagai seorang pengambil keputusan yang bertanggungjawab, hal inilah yang membuat
perhatian terhadap etika rekayasa dapat dikatakan terlambat. Saat ini sebagian masyarakat
telah memahami bahwa proses dan produk kerekayasaan (teknologi) merupakan hasil dari
kreativitas personal. Moral, perilaku dan kemampuan sang rekayasawan akan sangat
mempengaruhi nilai kreasinya. Semakin baik nilai moral seorang rekayasawan, biasanya
semakin tinggi nilai keselamatan penggunaan hasil rekayasanya.
(1) Studi tentang soal-soal dan keputusan moral yang menghadang individu dan organisasi
yang terlibat suatu rekayasa.
(2) Studi tentang pertanyaan-pertanyaan yang erat berkaitan satu sama lain tentang perilaku
moral, karakter, cita-cita, dan hubungan orang-o rang dan organisasi-o rganisasi yang terlibat
dalam pengembangan teknologi8
7
Koentjaraningrat. 1976. Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan. PT Gramedia. 142 halaman.
8
Martin, Mike W., dan Roland Schinzinger. 1994. Etika Rekayasa. Edisi Kedua. PT Gramedia Pustaka Utama.
Hlm 5.
14
Jadi jelas obyek studi rekayasa adalah permasalahan moral yang berkait erat dengan
kerekayasaan (engineering). Rekayasa pada kenyataannya lebih banyak berlangsung di dalam
perusahaan-perusahaan yang mencari keuntungan, dan perusahaan-perusahaan dimaksud
tertanam di dalam struktur masyarakat dan peraturan pemerintah yang rumit, sehingga
permasalahan atau aspek-aspek moral di dalam rekayasa menjadi semakin kompleks.
Menimbang keterkaitan banyak pihak di dalam rekayasa; mulai dari pemilik ide,
perancang sampai dengan pengguna teknologi; maka etika rekayasa dapat didefinisikan pula
sebagai berikut:
Etika rekayasa adalah studi tentang permasalahan dan perilaku moral, karakter, cita-
cita orang secara individu dan ataupun secara berkelompok yang terlibat dalam perancangan,
pengembangan dan penyebarluasan teknologi.
Teori tentang perkembangan moral yang lain dikemukakan oleh Kohlberg (1971) yang
menyatakan bahwa tingkat perkembangan moral terdiri dari tiga tahap, yaitu:
(1) Tahap Prakonvensional yang egois dan dimotivasi oleh kenyamanan diri sendiri,
(2) Tahap Konvensional yang hormat/tunduk kepada kaidah dan otoritas konvensional,
9
Martin, Mike W., dan Roland Schinzinger. 1994. Etika Rekayasa. Edisi Kedua. PT Gramedia Pustaka Utama.
Hlm 6.
10
Martin, Mike W., dan Roland Schinzinger. 1994. Etika Rekayasa. Edisi Kedua. PT Gramedia Pustaka Utama.
Hlm 19
15
2. Gilligan (1971)
Selain teori yang disampaikan Kohlberg tersebut di atas ,juga dijumpai teori etika
yang disampaikan oleh Gilligan (1971) yang lebih didasarkan kepada perhatian timbal balik
di dalam hubungan personal, sehingga etika dipisahkan menjadi Etika Perhatian dan Etika
Kaidah dan Hak.11
Teori ini mengemukakan dua tipe teori tentang etika, yaitu: teori Konsekuen
(Consequentia list Theory) dan Teori Nir-konsekuen (Nonconsequentia list Theory).
Teori Konsekuen yang dipelopori oleh filsof Inggris Jeremy Bentham (1748-1832) dan
John Stuart Mill (1806-1873), menyatakan bahwa masalah bermoral atau tidak, ditentukan
berdasarkan kons ekuens i tindakan ters ebut. Di dalam teori ini, untuk memilih apakah akan
mengerjakan pilihan A atau B, dibutuhkan pengetahuan tentang kons ekuens i pekerjaan A
dan B, serta pengetahuan tentang set konsekuensi yang terbaik. Pengertian baik itu s endiri
akan berbeda satu terhadap yang lain, misal: pengikut aliran hedonisme akan menyatakan
bahwa apa yang dianggap baik adalah kes enangan (pleasure) atau kebahagiaan, tetapi hal itu
bisa bukan yang terbaik bagi orang lain. Aplikasi sosial hedonisme di dalam masyarakat
adalah Utilitarianisme yang doktrinnya menyatakan bahwa kebijakan sos ial harus ditentukan
oleh has il terbaik yang dapat diberikan kepada yang terbanyak. Kebijakan sos ial akan
dianggap baik jika akibat kebijakan ters ebut bermanfaat bagi orang banyak.
Teori Nir-kons ekuen, dipelopori oleh filsuf Jerman Immanuel Kant (1724-1804),
memiliki ide moral hampir sama dengan tepa selira di Jawa yang dapat diterjemahkan sebagai
berikut: perlakukanlah orang lain s eperti mereka memperlakukan kamu. Di dalam kehidupan
s ehari-hari s ering dinyatakan ke dalam nasehat-nasehat, misal: jika tidak mau ditipu
janganlah menipu; jika tak mau kecurian janganlah mencuri, sehingga hukum moral yang
diajukan bersifat universal dan berlaku bagi semua orang tanpa perkecualian.12
11
Martin, Mike W., dan Roland Schinzinger. 1994. Etika Rekayasa. Edisi Kedua. PT Gramedia Pustaka Utama.
Hlm 21
12
Pramumijoyo, Subagyo., dan I Wayan Warmada. 2004.Etika Rekayasa Untuk Rekayasawan. Yogyakarta. Hlm
3.
16
4. Martin & Schinzinger (1994)
Secara umum, teori-teori tersebut di atas dapat dikelompokkan ke dalam empat teori
etika, yaitu: Etika Utilitarianisme, Etika Kewajiban, Etika Hak dan Etika Keutamaan yang
rangkumannya dapat dilihat pada Tabel 1.
Teori-teori etika tersebut dapat menuntun para rekayasawan ke sikap tanggung jawab
moral, yang tidak sama dengan tanggung jawab legal, dan akan membawa kepada keutamaan
moral profesional yang bisa dipercaya (jujur dalam tindakan dan perkataan, serta
berkompetensi tinggi) dan berkehendak baik.
13
Pramumijoyo, Subagyo., dan I Wayan Warmada. 2004. Etika Rekayasa Untuk Rekayasawan. Yogyakarta. Hlm
5.
17
Kajian Etika
Di dalam kerekayasaan, studi tentang moral/etika dapat dibedakan ke dalam tiga jenis
kajian yang saling melengkapi dan terkait satu terhadap yang lain, yaitu: kajian normatif
,kajian konseptual dan kajian deskriptif
1. Kajian normatif
Kajian normatif: (teoretis) di dalam etika rekayasa adalah untuk memperoleh standar moral
sebagai landasan tindakan, sikap, kebijakan di dalam kerekayasaan. Dari kajian normatif
diharapkan dapat menentukan arahan-arahan tentang kewajiban dasar moral seorang
rekayasawan, misal: kewajibannya terhadap keselamatan publik, pertimbangan tentang risiko
di dalam rancangannya, batas-batas kewajibannya terhadap klien, majikan, dan masyarakat.
2. Kajian konseptual
18
3. Kajian deskriptif
Kajian deskriptif: (fakta) diarahkan kepada fakta yang terkait dengan isu-isu konseptual dan
normatif . Kajian ini juga untuk mencari pemecahan masalah moral yang timbul akibat
praktek yang berkaitan dengan kerekayasaan.14
Kajian ini menekankan kode etik bahwa rekayasawan wajib bertindak sebagai pelaku
yang jujur dan terpercaya terhadap pemberi kerja ataupun klien dan menghindarkan diri dari
konflik-konflik kepentingan; meningkatkan reputasi profesionalnya melalui unjuk kerja yang
baik dan bukan melalui persaingan secara curang; secara terus menerus meningkatkan
kemampuan profesionalnya sepanjang karir dan memberi kesempatan engineers di bawah
bimbingannya untuk mengembangkan kemampuan profesional.
Hak asasi manusia sebagai manusia pelaku moral, misal: hak mengejar kepentingan
pribadi yang sah atau hak berkarir, hak untuk mendapatkan penghasilan yang layak.
Hak profesional yang memiliki tanggung jawab moral khusus , misal: hak menolak
melaksanakan aktivitas yang tak sesuai dengan etika, hak mengungkapkan penilaian
profesonal pribadi, hak memperingatkan masyarakat akan ancaman bahaya suatu
produk rekayasa.
Hak kontraktual, misal: memperoleh gaji dengan jumlah tertentu.
Hak non-kontraktual, misal: hak atas privasi, hak atas non diskriminasi.15
Otonomi moral adalah kemampuan seseorang untuk berfikir rasional, kritis dan
mandiri tentang isu-isu moral berlandaskan kaidah-kaidah yang berlaku dan menerapkan
pemikiran moral ini pada situasi yang timbul dalam praktek karir profesional di bidang
teknik.16
14
Martin, Mike W., dan Roland Schinzinger. 1994. Etika Rekayasa. Edisi Kedua. PT Gramedia Pustaka Utama.
Hlm 10.
15
Pramumijoyo, Subagyo., dan I Wayan Warmada. 2004. Etika Rekayasa Untuk Rekayasawan. Yogyakarta. Hlm
8.
16
Pribadi, Nur Setia. 2015. Resume Kuliyah Umum: Etika Rekayasa dan Pengenalan Tambang. Yogyakarta. Hlm
2. (https://www.slideshare.net/mobile/NurSeTyaAprilliany/resume-kuliyah-umum-nur-setia-pribadi)
19
Dalam menjalankan tugas profesionalnya, seorang rekayasawan wajib:
17
Fleddermann, Charles B. 2006. Etika Enjiniring, edisi kedua. Jakarta. Erlangga
(https://nadpat.wordpress.com/etika-rekayasa/)
20
2.3 PENILAIAN KASUS BERDASARKAN TEORI ETIKA REKAYASA
Tujuan dari mempelajari etika rekayasa ini adalah mengembangkan dan menilai dari
berbagai sudut pandang berdasarkan teori etika rekayasa. Etika rekayasa sendiri bisa diartikan
sebagai sikap atau keputusan yang tepat sesuai kaidah-kaidah moralitas didalam bidang
rekayasa. Problem moral dan dilemma moral pasti akan hadir didalam perjalanan atau proses
pencapaiannya.
Dari itu, dalam menyelesaikan problem maupun dilemma moral, kita membutuhkan
acuan atau tuntunan sebagai dasar pengambilan keputusan. Terdapat teori etika rekayasa
tersebut, dapat diambil dan dijadikan dasar-dasar penyelesaian dilemma moral. Ulasannya
sebagai berikut:
Dari Peristiwa kecelakaan kapal pesiar ini secara keseluruhan terdapat banyak
pelanggaran dari segi standar moral sebagai landasan tindakan, sikap, kebijakan di dalam
kerekayasaan. Kewajibannya terhadap keselamatan publik, pertimbangan tentang risiko
didalam pengambilan keputusan, yang terutama mengambil keputusan untuk menaikkan
kecepatan dengan kondisi yang kurang tepat.
21
1. Utilitarianisme
Kecepatan:
Kapten melanggar menaikkan kecepatan diluar batas standart kecepatan kapal yang
seharusnya, karena ada beberapa tekanan dari beberapa pihak termasuk pemilik perusahaan
kapal RSM Tetanic. Kapten menaikkan kecepataan 22 knot dengan standart kecepatan kapal
hanya sekitar 21 knot saja.
Lord Pirrie secara profesional tanpa melihat kondisi lingkungan menyarankan Kapten
Smith menaikkan kecepatan kapal agar sampai tujuan tepat waktu guna untuk membuktikan
bahwa kinerja kapal pesiar ini sangat baik.
Senior Radio Operator yang bernama Jack Phillips mendapatkan pesan yang
menggunakan sandi morse dan mendapat peringatan dari sebuah stasiun pengintaian di Cape
Race,Newfoundland, bahwa telah ada gunung besar yang menghadang jalur Titanic namu
menganggap pesan tersebut tidaklah terlalu penting dan berbahaya, sehingga tidak
menyampaikannya ke kapten kapal, Edward J. Smith.
Dari ketiga sudut pandang tersebut tentunya terjadi pelanggaran yang sangat fatal yang
mencakup keselamatan banyak orang. Namun menganggap dan memutuskan sesuatu tanpa
melakukan banyak pertimbangan.
menaikkan kecepataan 22 knot dengan standart kecepatan kapal hanya sekitar 21 knot.
22
2. Teori kewajiban dan teori hak:
Salah satu asas pokok dari etika sebagai ketua (kapten) adalah asas keadilaun yang
bertujuan untuk menyelenggarakan keadilan dalam transaksi dan perlakuan antar manusia.
Dan mempunyai keadilan dalam hak tanpa ada kepentingan sepihak ataupun golongan
tertentu dengan mengorbankan keselamatan kalangan banyak. – Teori Hak
Dalam ketentuan faktanya yang terkait dengan isu-isu konseptual dan normatif .
Kajian untuk mencari pemecahan masalah moral yang timbul akibat praktek yang berkaitan
dengan kerekayasaan.
3. Teori keutamaan:
Selain itu, ada 7 point dalam menjalankan tugas profesionalnya, seorang rekayasawan wajib:
23
pelanggaran, karena lebih merujuk ke konflik kepentingan semata dan mengorbankan
keselamatan orang banyak.
5. Meningkatkan reputasi profesionalnya melalui unjuk kerja yang baik dan bukan
melalui persaingan secara curang. Terdapat kecurangan karena tidak mematuhi batas-
batas ketentuan yang telah ditetapkan.
6. Berprilaku terhormat, bertanggung jawab, etis dan taat aturan untuk meningkatkan
kehormatan, reputasi dan kemanfaatan profesi. Dalam hal ini juga kapten sebagai
pemimpin tidak bisa mempertimbangkan keputusan dengan baik dan berujung sangat
fatal.
7. Secara terus menerus meningkatkan kemampuan profesionalnya sepanjang karir dan
memberi kesempatan engineers di bawah bimbingannya untuk mengembangkan
kemampuan profesional.18
18
Fleddermann, Charles B. 2006. Etika Enjiniring, edisi kedua. Jakarta. Erlangga
(https://nadpat.wordpress.com/etika-rekayasa/)
24
BAB III
25
DAFTAR PUSTAKA
26