Anda di halaman 1dari 71

MAKALAH AKUNTANSI

AKUNTANSI SYARIAH

Disusun oleh:

Geraldi Aprillian Susilo 14810115


Muhammad Faiq Ilmadina 14810116
Durratul Munawarah 14810117
Fariz Abdurrohman 14810118
Fildan Aris Rozaqi 14810119
Muhammad Ilyas 14810120
Ridwannulloh 14810121
Ahmad Haqqi Azizy 14810122
Arief Furqoon Rauf 14810123
Fifi Fatmawati 14810132

Ekonomi Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam


Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta
2015
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji syukur bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan
rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Ucapan terima kasih
kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan arahan dalam
menyelesaikan tugas ini, serta teman-teman yang sudah memberikan saran dan dorongan
dalam penyusunan makalah ini.

Penyusunan tugas makalah ini untuk menunjang proses pembelajaran mahsiswa


dalam kelas agar lebih memahami materi, khususnya pada materi mengenai “Akuntansi
Syari’ah” ini.

Tiada gading yang retak tiada satupun yang sempurna begitu juga dengan tugas yang
telah kami susun. Untuk itu saran dan kritik dari pembaca selalu kami perlukan dalam
penyusunan tugas-tugas berikutnya.

Harapan kami semoga tugas ini memberikan manfaat dan nilai tambah bagi penulis
dan pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 20 April 2015

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................... i

Kata Pengantar .................................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

3. Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Akuntansi Syariah ................................................................................ 2

2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan Syariah .................................................................. 4

3. Akuntansi Mudharabah ........................................................................................... 18

4. Akuntansi Musyarakah ........................................................................................... 30

5. Akuntansi Murabahah ............................................................................................. 40

6. Akuntansi Zakat ...................................................................................................... 56

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan ............................................................................................................. 60

2. Saran ....................................................................................................................... 60

Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 61

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perkembagan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia seperti Bank Syariah,
Asuransi Syariah, Lembaga Pembiayaan Syariah, Pegadaian Syariah, Koperasi Syariah,
Lembaga Keuagan Mikro Syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya menuntut
akuntansi harus mampu untuk mengikuti perkembangan Lembaga Keuangan Syariah
tersebut. Akuntansi syariah di Indonesia berkembang dengan cukup pesat dimana tahun
2001 sampai dengan 2007 hanya ada satu ketentuan akuntansi syariah yaitu PSAK 59
tentang Akuntansi Perbankan Syariah yang hanya dipergunakan untuk bank syariah, maka
mulai tahun buku 2008 sudah dapat dikembangkan dan disempurnakan menjadi beberapa
PSAK Syariah, yaitu PSAK 101 sampai dengan PSAK 108, yang dipergunakan oleh
seluruh lembaga keuangan syariah dan pihak-pihak terkait, termasuk Kerangka Dasar
Penyajian Penyusunan Laporan Keuangan Syari’ah (KDPPLKS) yang terpisah dari
akuntansi umum. Dengan adanya perubahan dan penyempurnaan PSAK 59 tentang
Akuntansi Perbankan Syari’ah menjadi PSAK Syariah (saat ini nomor 101 sampai dengan
108) tersebut, terdapat perbedaan yang sangat mendasar dalam memahami akuntansi
syariah untuk Lembaga Keuangan Syariah. Pada PSAK syariah yang baru terdapat PSAK
Syariah yang berlaku umum dan berlaku atau diterapkan untuk seluruh lembaga keuangan
syariah dan pihak-pihak terkait dalam melaksanakan transaksi syariah (tidak membedakan
entitas) dan juga terdapat PSAK yang dipergunakan industri khusus, misalnya khusus
untuk asuransi syariah, pengelola zakat dsb. Dengan adanya perubahan dan
penyempurnaan akuntansi syariah termasuk para akademi. Pada tingkatan akademisi
hambatan yang dialami adalah keterbatasan buku-buku literatur aplikatif tanpa
mengabaikan konseptual, yang dapat dipergunakan sebagai bahan bacaan.1

2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Akuntansi Syariah ?
b. Bagaimana bentuk laporan keuagan lembaga keuangan syariah ?
c. Bagaimana karakteristik dan sistem akuntansi mudharabah ?
d. Bagaimana karakteristik dan sistem akuntansi musyarakah ?
e. Bagaimana karakteristik dan sistem akuntansi murabahah ?
f. Bagaimana karakteristik dan sistem akuntansi zakat ?
3. Tujuan
a. Mengetahui pengertian Akuntansi Syariah.
b. Mengetahui bentuk laporan keuangan lembaga keuagan syariah.
c. Mengetahui karakteristik dan sistem akuntansi mudharabah.
d. Mengetahui karakteristik dan sistem akuntansi musyarakah.
e. Mengetahui karakteristik dan sistem akuntansi murabahah.
f. Mengetahui karakteristik dan sistem akuntansi zakat.

1
Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta, 2011, hlm. iii.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN AKUNTANSI SYARIAH


Pengertian akuntansi syariah dapat dijelaskan melalui akar kata yang dimiliki yaitu
akuntansi dan syariah.
1. Pengertian akuntansi
Akuntansi adalah proses Identifikasi transaksi, pencatatan, penggolongan,
pengikhtisaran, sehingga dihasilkan informasi keuangan dalam bentuk laporan
keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.2Adapun pengertian
akuntansi dalam Al-Qur’an:

a. Muhasabah
Kata muhasabah tidak pernah ada dalam Al-Qur’an dalam bentuk masdar atau
akar kata (muhasabah) tetapi yang ada hanyalah kata kerjanya yaitu hasaba,
yaitu seperti firman Allah dalam Qs Al-Baqarah :284
“Dan jika kamu melahirkan apa yang ada didalam hatimu atau
menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu itu”.
b. Hisab
 Hisab dengan arti “perhitungan dan pendataan waktu” seperti pada firman
Allah dalam Qs. Yunus :5
“…ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan
itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).
 Hisab dengan arti “perhitungan dan pembalasan” seperti pada firman Allah
dalam Qs. An-Nuur:39
“Dan didapatinya ketetapan Allah di sisinya, lalu Allah memberikan
kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat
cepat perhitungannya.”
Arti kata al-hisab dalam ayat itu adalah “perhitungan dan pembalasan”
dihadapan Allah maupun dengan perantara ulil amri(pemimpin).
 Hisab dengan arti”menanyai seseorang dengan mendebatnya di hari kiamat
tentang perbuatannya didunia”  dam Qs. Ibrahim 41:
“Ya tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian
orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab(hari kiamat).”
Arti kata al-hisab dalam ayat ini ialah “hari perhitungan, Tanya jawab dan
pembalasan’

2
http://referensiakuntansi.blogspot.com/2012/07/pengertian-akuntansi-syariah.html

2
 Hisab dengan berarti “berinfak dan member secara mutlak tanpa sebab dan
syarat”
Arti dari kata hisab terdapat  dalam Qs. Al Baqarah 212
“ adalah merasa cukup dengan karunia dan kelapangan rahmat, pemberian
tanpa pujian, katan, serta tekanan”.
c. Al-Muhasib
 Hasib artinya “pengawas” dalam Qs An Nisa :6
 Hisab dengan arti hafiz(yang menjaga) dalam Qs. An nisa:86
 Hisab dengan arti muhasib (yang menghitung) Qs. Al-Israa: 14

d. Hasibin, yang artinya “menghitung”: Qs Al-Anama ayat 62.3

2. Pengertian Syariah
Definisi Syariah adalah aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT untuk
dipatuhi oleh manusia dalam menjalani segala aktivitas hidupnya di dunia.4

Jadi pengertian Akuntansi Syariah adalah proses pencatatan atas transaksi


yang sesuai dengan aturan yang telah diterapkan Allah SWT yaitu berdasarkan pada
prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulum (Kezaliman), riba, maysir
(judi), gharar (penipuan), barang yang haram, dan membahayakan.

Akuntansi Syari'ah adalah akuntansi yang berorientasi sosial. Artinya


akuntansi ini tidak hanya sebagai alat untuk menterjemahkan fenomena ekonomi
dalam bentuk ukuran moneter tetapi juga sebagai suatu metode menjelaskan
bagaimana fenomena ekonomi itu berjalan dalam masyarakat Islam. Oleh sebab itu,
keberadaan Akuntansi Syariah sangat diperlukan dalam menunjang dan mendukung
suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan syariah karena tidak mungkin akuntansi
syariah dapat diterapkan apabila transaksi yang akan dicatat oleh proses akuntansi itu
tidak berdasarkan syariah. Untuk lebih memudahkan dalam memahami akuntansi
syariah maka dibutuhkan sebuah pemahaman yang benar-benar berkaitan denga Islam
beserta substansinya pada kehidupan manusia.
Menurut Sofyan S. Harahap Akuntansi Islam atau Akuntansi syariah pada
hakekatnya adalah penggunaan akuntansi dalam menjalankan syariah Islam5.
Akuntansi syariah memiliki beberapa arti penting karena akuntansi syariah
dibutuhkan sebagai kewajiban atas pelaksanaan syariah, kebutuhan akibat pesatnya
perembangan transaksi keuangan syariah dan kebutuhan akuntabilitas atau
pertanggungjawaban serta entitas/kelembagaan yang menerapkan prinsip syariah.
3
https://usamahrahman.wordpress.com/2014/08/31/akuntansi-syariah-pengertian-arti-penting-konsep-
dasar-dan-prinsip-prinsip/

4
http://isma-ismi.com/akuntansi-syariah.html
5
Akuntansi Social ekonomi dan Akuntansi Islam:56

3
Terdapat 2 (dua) versi akuntansi syariah, yaitu:
1. Akuntansi syariah yang yang secara nyata telah diterapkan pada era dimana
masyarakat menggunakan sistem nilai Islami khususnya pada era Nabi SAW,
Khulafaurrasyidiin, dan pemerintah Islam lainnya.
2. Akuntansi syariah yang saat ini muncul dalam era dimana kegiatan ekonomi
dan sosial dikuasai ( dihegemony) oleh sistem nilai kapitalis yang berbeda dari sistem
nilai Islam6

2. JENIS-JENIS LAPORAN KEUNGAN SYARIAH

Sekarang semakin banyak institusi bisnis yang menjalankan kegiatan operasional


dan usahanya berlandaskan prinsip syariah. Untuk mengelola institusi Islami ini
diperlukan pencatatan transaksi dan pelaporan keuangan yaitu pencatatan akuntansi dan
pelaporan keuangan dengan karakteristik tertentu yang sesuai dengan syariah. Pencatatan
transaksi dan pelaporan keuangan yang diterapkan pada institusi bisnis Islami inilah yang
kemudian berkembang menjadi akuntansi syariah. Menurut Karim, akuntansi syariah
(shari’a accounting) merupakan bidang baru dalam studi akuntansi yang dikembangkan
berlandaskan nilai-nilai, etika dan syariah Islam, oleh karenanya dikenal juga sebagai
akuntansi Islam (Islamic Accounting).
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan dari suatu entitas syariah. Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum
adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas
syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban
(stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai entitas syariah yang meliputi:
1. Aset
2. Kewajiban
3. Dana syirkah temporer
4. Ekuitas
5. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian
6. Arus kas
7. Dana zakat
8. Dana kebajikan.
Informasi ini dapat membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas
pada masa depan khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara
kas.7

6
http://referensiakuntansi.blogspot.com/2012/07/pengertian-akuntansi-syariah.html

7
http://akhirberawal.blogspot.com/2012/07/akuntansi-syariah-29.html

4
Komponen Laporan Keuangan Syariah
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
2. Laporan Laba Rugi
3.Laporan Arus Kas
4. Laporan Perubahan Ekuitas
5. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
6. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
7. Catatan atas Laporan Keuangan
8. Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru
9. Laporan Perubahan Dana Tabarru

1. Neraca
Entitas syariah menyajikan harta lancar terpisah dari harta tidak lancar dan liabilitas jangka
pendek terpisah dari liabilitas jangka panjang kecuali untuk industri tertentu yang diatur
dalam Standar Akuntansi Keuangan khusus. Aset lancar disajikan menurut ukuran likuiditas
sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya. Entitas syariah harus
mengungkapkan informasi mengenai jumlah setiap aset yang akan diterima dan kewajiban
yang akan dibayarkan sebelum dan sesudah 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca.

a. Harta Lancar
Suatu harta diklasifikasikan sebagai harta lancar, apabila harta tersebut:
1) Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka
waktu siklus operasi normal entitas syariah
2) Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan
direalisir dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca
3) Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.
Harta lancar termasuk persediaan dan piutang dagang yang dijual, dikonsumsi dan
direalisasi sebagai bagian dari siklus normal operasi entitas syariah walaupun aset tersebut
tidak diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
Surat berharga diklasifikasikan sebagai aset lancar apabila surat berharga tersebut diharapkan
akan direalisasi dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca dan jika lebih dari
dua belas bulan diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar.

b. Liabilitas (kewajiban/utang) Jangka Pendek

5
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, jika:
1) Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi entitas
syariah
2) Jatuh tempo dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dari tanggal Neraca.
Semua liabilitas lainnya harus diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka panjang.
Liabilitas jangka pendek dapat diklasifikasikan dengan cara yang serupa dengan aset
lancar. Beberapa liabilitas jangka pendek seperti hutang dagang dan biaya pegawai serta
biaya operasi lainnya membentuk sebagian modal kerja yang digunakan dalam siklus operasi
normal entitas syariah.
Neraca pada akuntansi syariah disajikan sedemikian rupa sehingga menonjolkan
berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca,
minimal mencakup hal-hal berikut:
(a) Kas dan setara kas
(b) Aset keuangan
(c) Piutang usaha dan piutang lainnya (kontribusi, reasuransi)
(d) Persediaan
(e) Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas
(f) Aset tetap
(g) Aset tak berwujud
(h) Hutang usaha dan hutang lainnya
(i) Hutang pajak
(j) Dana syirkah temporer
(k) Hak minoritas
(l) Modal saham dan pos ekuitas lainnya.

6
PT Asuransi Syariah “X”
Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Per 31 Desember 2001

ASET
Kas dan setara kas XXX
Piutang kontribusi XXX
Piutang Reasuransi XXX
Piutang XXX
Murabahah XXX
Salam XXX
Istishna XXX
Investasi pada surat berharga XXX
Pembiayaan XXX
Mudharabah XXX
Musyarakah XXX
Investasi pada entitas lain XXX
Properti Investasi XXX
Aset tetap dan akumulasi penyusutan XXX
Jumlah Aset XXX
Liabilitas
Penyisihan kontribusi yang belum menjadi XXX
hak
Utang klaim XXX
Klaim yang sudah terjadi tetapi belum XXX
dilaporkan
Bagian reasuransi dari pihak lain atas klaim XXX
yang masih harus dibayar
Bagian peserta atas surplus underwrting XXX
dana tabarru yang masih harus dibayar
Utang reasuransi XXX

7
Utang dividen XXX
Utang pajak XXX
Jumlah Liabilitas XXX
Dana Peserta
Dana syirkah temporer mudharabah XXX
Dana tabarru XXX
Jumlah dana peserta XXX
Ekuitas
Modal disetor XXX
Tambahan modal disetor XXX
Saldo laba XXX
Jumlah ekuitas XXX
Jumlah Liabilitas, Dana Peserta, dan XXX
Ekuitas

2. Laporan Laba Rugi


Laporan Laba Rugi dalam akuntansi syariah disajikan sedemikian rupa agar
menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar.
Laporan laba rugi minimal mencakup:
a. Pendapatan usaha
b. Bagi hasil untuk pemilik dana
c. Beban usaha
d. Laba atau rugi usaha
e. Pendapatan dan beban nonusaha
f. Laba atau rugi dari aktivitas normal
g. Beban pajak
h. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
Komponen-komponen laporan laba rugi bank syariah disusun dengan mengacu pada
PSAK untuk pos-pos umum. Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK, bank syariah
menyajikan laporan laba rugi yang mencakup, tetapi tidak terbatas pada pos-pos berikut:
a. Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib:
 Pendapatan dari jual beli:

8
a. Pendapatan marjin murabaha
b. Pendapatan neto salam  paralel
c. Pendapatan neto istishna paralel

 Pendapatan dari sewa:


a. Pendapatan neto ijarah
 Pendapatan dari bagi hasil:
1. Pendapatan bagi hasil mudharabah
2. Pendapatan bagi hasil musyarakah
b. Pendapatan usaha utama lainnya:
1. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer
c.  Pendapatan usaha lainnya;
1. Pendapatan imbalan (fee) jasa perbankan
2. Pendapatan imbalan investasi terikat.
d. Beban usaha
e.  Laba atau rugi usaha
f. Pendapatan nonusaha
g. Beban non-usaha
h. Beban pajak
i. Laba atau rugi neto.

9
Asuransi Syariah “X”
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2001
Pendapatan
Pendapatan pengelolaan operasi asuransi XXX
(ujrah)
Pendapatan pengelolaan portofolio investasi XXX
dana peserta
Pendapatan pembagian surplus underwriting XXX
Pendapatan investasi XXX
Jumlah Pendapatan XXX
Beban
Beban komisi XXX
Ujrah dibayar XXX
Beban umum dan administrasi XXX
Beban pemasaran XXX
Beban pengembangan XXX
Jumlah Beban (XXX)
Laba Usaha XXX
Pendapatan (beban) non usaha neto XXX
Laba Sebelum Pajak XXX
Beban Pajak (XXX)
Laba neto XXX
3. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait.

4. Laporan Perubahan Ekuitas


Dalam akuntansi syariah disajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama
laporan keuangan, yang menunjukkan:
a. Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan

10
b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang
berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait diakui secara langsung dalam
ekuitas
c. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan
mendasar sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait
d. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik
e. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya
f. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan
pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.

5. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat


Akuntansi syariah menyajikan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat sebagai
komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan:
a. Dana zakat berasal dari wajib zakat (muzakki)
1) Zakat dari dalam entitas syariah
2) Zakat dari pihak luar entitas syariah
b. Penggunaan dana zakat melalui lembaga amil zakat untuk:
1) Fakir
2) Miskin
3) Riqab
4) Orang yang terlilit hutang (gharim)
5) Muallaf
6) Fiisabilillah
7) Orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil)
8) Amil
c. Kenaikan atau penurunan dana zakat
d. Saldo awal dana zakat
e. Saldo akhir dana zakat.

PT Bank Syariah “X”


Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
Periode yang berakhir pada 31 Desember 20x1

11
Sumber Dana Zakat
Zakat dari dalam bank syariah XXX
Zakat dari pihak luar bank syariah XXX
Jumlah sumber dana zakat XXX
Penggunaan Dana Zakat
Fakir (XXX)
Miskin (XXX)
Amil (XXX)
Muallaf (XXX)
Orang yang terlilit hutang (gharim) (XXX)
Riqab (XXX)
Fisabilillah (XXX)
Orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil) (XXX)
Jumlah penggunaan dana zakat (XXX)
Kenaikan (penurunan) dana zakat XXX
Saldo awal dana zakat XXX
Saldo akhir dana zakat XXX

12
6.  Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan sebagai komponen utama laporan
keuangan menunjukkan:
a. Sumber dana kebajikan berasal dari penerimaan:
1) Infak
2) Sedekah
3) Hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku
4) Pengembalian dana kebajikan produktif
5) Denda
6) Pendapatan nonhalal.

b. Penggunaan dana kebajikan untuk:


1) Dana kebajikan produktif
2) Sumbangan
3) Penggunaan lainnya untuk kepentingan umum.

c. Kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan


d. Saldo awal dana penggunaan dana kebajikan
e. Saldo akhir dana penggunaan dana kebajikan.

PT Bank Syariah “X”


Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Periode yang berakhir pada 31 Desember 2001
Sumber Dana Kebajikan
Infak zakat dari dalam bank syariah XXX
Sedekah XXX
Hasil pengelolaan wakaf XXX
Pengembalian dana kebajikan XXX
produktif
Denda XXX
Pendapatan nonhalal XXX

13
Jumlah Sumber Dana Kebajikan XXX
Penggunaan Dana Kebajikan
Dana kebajikan produktif (XXX)
Sumbangan (XXX)
Penggunaan lainnya untuk (XXX)
kepentingan umum
Jumlah Penggunaan Dana (XXX)
Kebajikan
Kenaikan (penurunan dana kebajikan) XXX
Saldo awal dana kebajikan XXX
Saldo akhir dana kebajikan XXX

7. Catatan atas Laporan Keuangan


Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam
Neraca, Laporan Laba Rugi dan Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan
Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan,
harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih
dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting
b. Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak
disajikan di Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas,
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, dan Laporan Penggunaan Dana Kebajikan
c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam
rangka penyajian secara wajar.
Pengungkapan Lain
Entitas syariah mengungkapkan hal-hal berikut ini jika tidak diungkapkan dibagian
manapun dari informasi yang dipublikasikan bersama dengan laporan keuangan:
a. Domisili dan bentuk hukum entitas syariah, negara tempat pendirian entitas syariah, alamat
kantor pusat entitas syariah serta lokasi utama bisnis jika berbeda dari lokasi kantor pusat
b. Keterangan mengenai hakekat operasi dan kegiatan utama entitas syariah
c. Nama entitas syariah dalam grup, nama entitas syariah asosiasi, nama entitas syariah induk dan
entitas syariah holding
d. Nama anggota direksi dan komisaris

14
e. Jumlah karyawan pada akhir periode atau rata-rata jumlah karyawan selama periode yang
bersangkutan.
Untuk setiap jenis instrumen pendanaan dalam mata uang asing, entitas syariah harus
mengungkapkan informasi berikut ini:
a. Karakteristik umum dari setiap instrumen pendanaan termasuk informasi mengenai nisbah bagi
hasil/margin/ujrah dan nama pemodal
b. Nilai nominal dalam mata uang asing, jangka waktu, tanggal jatuh tempo, jadwal angsuran atau
pembayaran
c. Dasar konversi menjadi efek lain jika instrumen pendanaan dapat dikonversi
d. Nilai kurs yang digunakan pada tanggal Neraca
e. Jaminan
f. Hal penting lainnya.

8. Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru’


Entitas asuransi syariah menyajikan laporan laba rugi peserta, dengan memperhatikan
ketentuan dalam PSAK yang relevan, mencakup tetapi tidak terbatas pada:
a. Kontribusi bruto
b. Bagian reasuransi atas kontribusi
c. Perubahan kontribusi yang belum menjadi hak
d. Penerimaan kontribusi untuk periode berjalan
e. Pembayaran klaim bruto
f. Bagian reasuransi dan pihak lain atas pembayaran klaim bruto
g. Perubahan klaim yang masih harus dibayar (outstanding claim)
h. Perubahan bagian reasuransi atas klaim yang masih harus dibayar
i. Penyisihan teknis
j. Beban pengelolaan asuransi
k. Pendapatan investasi
l. Surplus atau defisit underwriting dana tabarru’.

15
PT Asuransi Syariah “X”
Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru’
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2001

16
Pendapatan Asuransi
Kontribusi bruto XXX
Ujrah pengelola (XXX)
Bagian reasuransi (atas risiko) (XXX)
Perubahan kontribusi yang belum (XXX)
menjadi hak
Jumlah pendapatan asuransi XXX
Beban asuransi
Pembayaran klaim XXX
Klaim yang ditanggung reasuransi dan (XXX)
pihak lain
Klaim yang masih harus dibayar XXX
Klaim yang masih harus dibayar yang (XXX)
ditanggung reasuransi dan pihak lain
Penyisihan teknis:
Beban penyisihan teknis XXX
Jumlah beban asuransi XXX
Surplus (Defisit) Neto Asuransi XXX
Pendapatan Investasi XXX
Total pendapatan investasi XXX
-/- beban pengelolaan protofolio XXX
investasi
Pendapatan investasi neto XXX
Surplus (defisit) Under Writing dana XXX
Tabarru’

9. Laporan Perubahan Dana Tabarru'


Entitas asuransi syariah menyajikan laporan perubahan danatabarru’ yang mencakup,
tetapi tidak terbatas, pada pos-pos berikut:
a. Surplus atau defisit periode berjalan
b. Bagiab surplus yang didistribusikan ke peserta dan atau pengelola; dan
c. Surplus yang tersedia untuk dana tabarru’

17
Asuransi Syariah “X”
Laporan Perubahan Dana Tabarru’
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2001
Surplus underwriting dana tabarru’ XXX
   Distribusi ke peserta (XXX)
   Distribusi ke pengelola (XXX)
Surplus yang tersedia untuk dana XXX
tabarru’
Saldo awal XXX
Saldo akhir XXX

18
3. MUDHARABAH
1. Pengertian mudharobah
Investasi mudharabah adalah pembiayaan yang di salurkan oleh
bank syariah kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.
Secara bahasa, mudharabah berasal dari kata “dharb” yang artinya
mlakukan perjalanan yang ,umnya untuk berniaga.
Secara teknis, Antonio (2001) mendefinisikan mudharabah sebagai
akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
(shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak
lainnya sebagai pengelola. Keuntungan usaha secara mudhorobah
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian
disebabkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola. Si
pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.8

2. Ketentuan mudharabah
Menurut PSAK 105, kontrak mudharabh dapat dibagi atas tiga
jenis, yaitu mudharabah muqayyadah, ketentuan muthalaqah, dan
mudharabah musytaraqah.
a. Mudharabah muqayyadah
Adalah bentuk kerja sama antar pemilik dana dan pengelola,
dengan kondisi pengelola dikenakan pembatasan oleh pemilik
dana dalam hal tempat, cara, dan obyek investasi. Dalam transaksi
mudharabah muqayyadah .bank syariah bersifat sebagai agen
yang menghubungkan shahibul maal dengan mudharib. Dalam
praktik perbankan, mudharabah muqayyadah terdiri atas dua jenis,
yaitu mudharabah muqayyadah executing dan mudharabah
muqayyadah channeling. Pada mudharabah muqayyadah
executing, bank syariah sebagai pengelola menerima dana dari
pemilik dana dengan pembatasan dalam hal tempat, cara dan
obyek investasi. Akan tetati, bank syariah memiliki kebebasan
dalam melakukan seleksi terhadap calon mudharib yang layak
mengelola dana tersebut. Sementara itu, pada mudharabah
muqayyadah chaneking, bank syariah tidak memiliki kewenangan
dalam menyeleksi calon mudharib yang akan mengelola dana
tersebut.
b. Mudharabah muthalaqah
Adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana dan pengelola
tanpa adanya pembataasan oleh pemilik dana dalam hal tempat,
cara maupun obyek investasi. Pada tabungan mudharabah,
penabung berperan sebagai pemilik dana, sedang bank berperan
sebagai pengelola yang mengontribusikan keahliannya dalam
mengelola dana penabung. Mudharabah muthlaqah biasa juga

8
Rizal Yahya, Akntansi Perbankan Syariah, Jakarta, 2009, Salemba Empat, hlm. 121-129

19
disebut dengan mudhrabah mutlak atau mudharabah tidak terikat
(unrestricted mudharabah).
c. Mudharabah musyitaraqah
Adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dan menyertakan
modal atau dananya dalam kerjasama inventasi. Akad
musytaraqah ini merupakan soolusi sekiranya dalam perjalanan
usaha, pengelola dana memiliki modal yang dapat dikontribusikan
dalam investasi, sedang disisi lain, adanya penambahan modal ini
akan dapat meningkatkan kemajuan investasi. Akad musytaraqah
ini pada dasarnya merupakan perpaduan antara akad mudharabah
dan akad musyarakah. Dalam mudharabah musytaraqah,
pengelola dana berdasarkan akad (mudharabah) menyertakan juga
dananya dalam investasi bersama (berdasarkan akad
musyarakah). Setelah penambahan dana oleh pengelola,
pembagian hasil usaha anatara pengelola dana dan pemilik dana
dalam mudharabah adalah sebesar hasil usaha musytarakah
setelah dikurangi porsi pemilik dana sebagai pemilik dana
musyarakah.9
3. Rukun transaksi mudharabah
Rukun transaksi mudhrabah meliputi dua pihak transaktor disini
adalah investor dan pengelola modal. (pemilik modal dan pengelola).
Objek akad mudharabah (modal dan usaha), dan ijab dan Kabul atau
persetujuankedua belah pihak. Investor biasa disebut dengan istilah
shahibul maal atau rabbul maal, sedang pengelola modal biasa
disebut dengan istilah mudharib. Kedua pihak disyaratkan memiliki
kompetensi beraktifitas. Criteria kompetensi tersebut antara lain
mampu membedakan yang baik dan yang buruk (baligh) dan tidak
dalam keadaan tercekal seperti pailit.10
Ijab dan Kabul
Ajab dan Kabul atau persetujuan kedua belah pihak dalam
mudharabah yang merupakan wujud dalam prinsip sama sama rela
(an-taraddin minkum). Dalam hal ini, kedua belah pihak harus secara
rela bersepakat untuk mengikat diri dakam akad mudharabah. Si
pemilik dana setuju dengan perannya untuk menkontribusikan dana,
sementara si pelaksana usaha setuju dengan perannya untuk
menkontribusikan kerja.
Akad mudharabah pada dasarnya sama dengan akad-akad yang
lain dalam aspek yang bersifat umum. Aspek yang bersifat umum
persebut anatara lain tentang identitas kedua pihak yang bertransaksi,
besar pembiayaan, persyaratan pengambilan pembiayaan, jaminan,
ketentuan denda, pelanggaran atas syarat-syarat perjanjian, dan
penggunanaan badan Arbitrase Syariah. Adapun hal spesifik dalam
akad mudharabah antara lain kesepakatan tentang dasar bagi hasil
9
Rizal Yahya, Akntansi Perbankan Syariah, Jakarta, 2009, Salemba Empat, hlm. 121-129
10
Ibid

20
(revenue sharing atau profit sharing), besra nisbah bagi hasil,
pernyataan bank sebagai shahibul maal untuk menanggung kerugian
kecuali yang disebabkan oleh mudharib, pernyataan hak bank untuk
memasuki tempat usaha dan tempat lainnya untuk mengaadakan
pengawasan terhadap pembukuan, catatan-catatan, transaksi
mudharib yang berhubungsn dengan pembiayaan mudharabah, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Selain akad yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak, dalam praktik juga dilampiri
dengan proyeksi pendapatan dan jadwal pembayaran angsuran pokok
maupun bagi hasil.11
4. Sumber Hukum Akad Mudharabah
Menurut ijma’ Ulama’, mudharabah hukumnya jaiz (boleh). Hal ini
dapat diambil dari kisah Rasulullah yang pernah melakukan
mudharabah dengan Sit Khadijah. Siti Khdijah bertindak sebagai
pemilik dana dan Raulullah sebgai pengelola dana. Lalu Rasulullah
membawa barang dagangannya ke negeri Syam. Dari kisah ini kita
lihat akat mudharabah telah terjadi pada masa Rasulullah belum
menjadi Rasul mudharabah telah dipraktikkan secara luas oleh orang-
orang sebelum masa Islam dan beberapa sahabat Nabi Muhammad
SAW. Jenis bisnis ini sangat bermanfat dan sangat selaras dengan
prinsip dasar ajaran syari’ah, oleh karena itu akad ini dierbolehkan
secara syari’ah.
1. Al-Qur’an
“Apabila telah ditunaikan shalat maka betebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah SWT.” (QS 62:10)
“... Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya...” (QS 2:283)
2. As-Sunah
Dari Shalih bin Suaib r.a bahwa Rasulullah SAW besabda, “tiga hal
yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampuradukkan gandum
dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga bukan untuk
dijual.” (HR. Ibnu Majah)
“Abas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai
mudharbah, ia mensyaratkan kepada pengelola dananya agar
tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, erta tidak
membeli hewan ternak. Jik persyaratan itu dilanggar, i (pengelola
dana)harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang
ditetapkan Abbas di dengan Rasulullah SAW, beliau
membenarkannya.” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas) 12

5. Karakteristik

11
Rizal Yahya, Akntansi Perbankan Syariah, Jakarta, 2009, Salemba Empat, hlm. 129
12
Sri nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syari’ah Di Indonesia, Jakarta, 2013, Salemba Empat,
hlm. 131

21
Berdasarkan PSAK No. 105, bank syari’ah dapat bertindak baik
sebagai pemilik dana atau pengelola dana. Jika bank syari’ah
bertindak sebagai pengelola dana, dana yang diterima disajikan
sebagai dna syirkah temporer.dalam mudharabah muqayadah,
contoh batasannya antara lain: a) tidak mencampurkan dana
pemilik dana dengan dana lainnya; b) tidak menginvestasikan
dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin, atau
tanpa jaminan; atau c) mengharuskan pengelola dana untuk
melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak ketiga. Pada
prinsipnya, dalam penyaluran mudharabah tidak ada jaminan tetpi
agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan, pemilik dana
dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga.
Jaminan ini dapat dicairkan hanya apabila pengelola dana terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati
bersama dalam akad.
Pengembalian dana syirkah temporer dapat dilakukan secara
parsial bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau secara total
pada saat akad mudharabah berakhir. Jika dari pengelola dana
syirkah temporer mengahsilkan keuntungan, maka porsi jumlah bagi
hasil untuk pemilik dana atau pengelola dana ditentukan
berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yng diperoleh
selama periode akad. Jika dari pengelola dana syirkah temporer
menimbulkan kerugian, kerugian finansial menjadi tanggungan
pemilik dana.13

13
Dwi Suwiknyo, Pengantar Akuntansi Syari’ah, Yogyakarta, 2010, Pustaka Pelajar,
hlm.77

22
6. Prinsip Pembagian Hasil Usaha (Psak 105 Par 11)

Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat


digunakan karena yang dibagi hanyalah keuntungannya saja
(profit), tidak termasuk kerugiannya (loss). Sehingga untuk
pembahasan selanjutnya, akan digunakan istilah prinsip bagi hasil
yang digunakan dalam Undang-Undang No. 10 tahun 19998, karena
apabila usaha tersebut gagal kerugian tidak dibagi antara pemilik
dana dan pengelola dana, tetapi harus ditanggung sendiri oleh
pemilk dana.
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan
berdasarkan pengakuan penghasilan usaha mudharabah, dalam
praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi
penghasilan hasil usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan
mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha.14
Untuk menghindari perselisihan dalam hal biaya yang
dikeluarkan oleh pengelola dana, dalam akad harus disepakati iaya
biaya apa saja yang dapat dikurangkan dari pendapatan.
Contoh pembagian hasil usaha:
Data:
Penjualan Rp
1.000.0
00
HPP (Rp 650.000 )
Laba kotor Rp 350.000
Biaya-biaya (Rp 250.000 )
Laba (rugi) bersih Rp 100.000
a. Berdasarkan prinsip bagi laba (profit sharing), maka nisbah
pemilik dana : pengelola dana = 30:70
Pemilik dana : 30% × Rp 100.000 = Rp 30.000
Pengelola dana : 70% × Rp 100.000 = Rp 70.000
Dasar pembagian hasil usaha adalah lba neto/laba bersih yaitu
laba kotor dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan
modal mudharabah.
b. Berdasarkan prinsib bagi hasil, maka dasar pembagian hasil
usaha adalah laba bruto/laba kotor bukan pendapatan usaha
dengan nisbah pemilik dana : pengelola dana = 10:90
Bank syar’ah : 10% × Rp 350.000 = Rp 35.000
Pengelola dana : 90% × Rp 350.000 =
Rp315.000

14
Sri nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syari’ah Di Indonesia, Jakarta, 2013, Salemba Empat,
hlm. 136

23
Jika akad mudharabah melebihi satu periode pelaporan,
penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi
hasil ssuai nisbah yang disepakati (PSAK 105 par 20)15

15
Ibid

24
7. Perlakuan Akuntansi PSAK 105
a. Akuntansi Untuk Pemilik Dana
1. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui
sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau
penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana.
2. Pengukuran investasi mudharabah
a. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar
jumlah yang dibayarkan;
b. Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur
sebesar nilai wajar aset non-kas pda saat penyerahan.

Nilai dari investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas


harus disetujui oleh pemilik dana dan pengelola dana pada saat
kontrak.
Ada 2 alasan tidak digunkan dasar historitical cost untuk
mengukur aset nonkas:
a. Penggunaan nilai yang disetujui oleh pihak yang melakukan
kontrak untuk mencapai satu tujuan akuntansi keuangan.
b. Penggunaan nilai yang disetujui (agreed value) oleh pihak yang
melakukan kontrak untuk nilai aset nonkas menuju aplikasi
konsep representational faithfulness dalam pelaporan.

Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah


yang dibayarkan.
Jurnal pada saat penyerahan kas:
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Kr. Kas xxx
Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesr nilai
wajar aset nonkas pada saat penyerahan kemungkinannya ada 2:
a. Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya, maka
selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan
diamortisasi sebagai jangka waktu akad mudharabah.
Jurnal pada saat penyerahan aset nonkas:
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Kr. Keuntungan Tangguhan
xxx
Kr. Aset Nonkas xxx

Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan:


Dr. Keuntungan Tangguhn xxx
Kr. Keuntungan xxx

25
b. Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatanya,
mkaselisihnya diakui sebagai kerugian dan akui pada saat
penyerahan aset nonkas
Jurnal:
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Dr. Kerugian xxx
Kr. Aset Nonkas Mudharabah
xxx
3. Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk aset
non kas
a. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai
Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai
disebabkan rusak, hilang atau faktor ain yang bukan karena
kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka
penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan
mengurangi saldo investasi mudharabah
Jural:
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah
xxx
Kr. Investasi Mudharabah
xxx
b. Penurunan nilai setelah usaha dimulai
Jika sebagian investasi mudharabah hilai setelah dimulainya
usaha tanpa adanya kelalaian atau keslahan pengelola dana,
maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah
investasi mudharabah namun diperhitungkan pada saat
pembagian bagi hasil.
Jurnaal pada saat kerugian:
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah
xxx
Kr. Penyisihan Investasi Mudharabah
xxx
Jurnal pada saat bagi hasil:
Dr. Kas xxx
Dr. Investasi penyisihan Mudharabah xxx
Kr. Pendapaan Bagi Hasil Mudharabah
xxx
4. Kerugian
Kerugian yang terjadi dalama suatu periode sebelum akad
mudharabah berakhir. Pencatatan kerugian yang terjadi dalama
suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui
sebagai kerugian dan dibentk penyisihan kerugian investasi.
Jurnal:
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx

26
Kr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah
xxx
Catatan:
Tujuan dicatat sebagai penyisihan agar jelas nilai investasi awal
mudharabah penyisihan kerugian disajikan sebagai akun kontra
dari investasi mudharabah.
5. Hasil usaha
Bagi hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui
sebagai piutang
Jurnal:
Dr. Piutang pendapatan Bagi Hasil xxx
Kr. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah
xxx
Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Kr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil
xxx

27
6. Akad mudharabah berakhir
Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi
mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi,
dan pengambilan investasi mudharabah, diakui sebagai
keuntungan dan kerugian.
Jurnal:
Dr. Kas/Piutang/Aset Nonkas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah
xxx
Kr. Investasi Mudharabah
xxx
Kr. Keuntungan Investasi Mudharabah
xxx
ATAU
Dr. Kas/Piutang/Aset Nonkas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah
xxx
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Invetasi Muharabah xxx
7. Penyajian
Penyajiandana menyajikan invstasi mudharabah dalam laporan
keuangan sebesar nilai tercatat, yaitu nilai investasi
mudharabah dikurangi penyisihan kerugian (jika ada).
8. Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait denga
transakisi mudharabah, tetapi tidak terbatas pada:
a. Isi kesepakatan utama usaha mudaharabah, seperti porsi
dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah,
dan lain-lain;
b. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;
c. Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode
berjalan;
d. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Syari’ah16
b. Akuntansi Untuk Pengelola Dana
1. Dana yang diterim dari pemilk dana dalam akad mudharabah
diakui sebagai dana syirkah tempore sebesar jumlah kas atau
nilai wajar aset nonkas yang diterima.
2. Pengukuran dana syirkah temporer
Dana syirkah temporer diukur sebesar jumlah kas atau nilai
wajar aset nonkas yang diterima.
Jurnal:
Dr. Kas/Aset Nonkas xxx
16
Sri nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syari’ah Di Indonesia, Jakarta, 2013, Salemba Empat,
hlm. 136-139

28
Kr. Dana Syirkah Temporer
xxx
3. Penyaluran kembali dana syirkah temporer
Jika pengelola dana menyalurkan kembali ana syirkah temporer
yang diterima maka pengelola dana mengakui sebagai aset
(investasi mudhrabah). Sma seperti akuntansi pemilik dana. Dan
ia akan mengakui pendapata secara bruto sebelum dikurangi
dengan bagian hak pemilik dana.

29
Jurnal pencatatan ketika menerima pendapatan bagi hasil dari
penyaluran kembali dna syirkah temporer:
Dr. Kas/Piutang xxx
Kr.Pendapatan yang Belum Dibagikan
xxx
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang
sudah diperhitungkan tetpi belum dibagikan kepada pemilik
dana diakui sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi
porsi hak pemilik dana.
Jurnal:
Dr. Beban Bagi Hasil Mudharabah xxx
Kr. Utang Bagi Hasil Mudharabah
xxx
Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil:
Dr. Utang Bagi Hasil Mudharabah xxx
Kr. Kas xxx
4. Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana
mudharabah berarti ada pendapatan dan beban yang diakui dan
pencatatnnya sama dengan akuntansi pada umumnya yaitu:
Saat mencatan pendapatan:
Dr. Kas/Piutang xxx
Kr. Pendapatan xxx
Saat mencatt beban:
Dr. Beban xxx
Dr. Kas/Utang
xxx
Jurnal penutup yang dibuat di akhir periode (apabila diperoleh
keuntungan):
Dr. Pendapatan xxx
Kr. Beban xxx
Kr. Pendapatan yang Belum Dibagikan (kewajiban)
xxx
Jurnal ketika dibagi hasilkan:
Dr. Pendapatan yang Belum Dibagikan
xxx
Kr. Utang Bagi Hasil Mudharabah
xxx
Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian:
Dr. Pendapatan xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Kr. Beban xxx
Catatan: penyisihan kerugian diajika sebagai akun kontrak dari
Dana Syirkah Temporer.
5. Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahn atau kelalaian pegelola
dana diakui sebagai beban pengelola dana.

30
6. Di akhir akad
Jurnal:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Kr. Kas/Aset Nonkas
xxx
Jika ada penyisihan kerugian sebelumnya
Jurnal:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Kr. Kas/Aset Nonkas
xxx
Kr. Penyisihn kerugian xxx
7. Penyajian
Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam
laporan keuangan:
a. Dana syirkah temporer sari pemilik dana disajikan sebesar
nilai tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah; yaitu
sebesar dana syirkah temporer dikurangi dengan penyisihan
kerugian (jika ada).
b. Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan
tetapi belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan
sebagai pos bagi hasil yang belum dibagika sebagai
kewajiban.
8. Pengungkapan
Pengelola dana mengungkapkan transaksi mudharabah dalam
laporn keuangan:
a. Isi utama kesepakatan mudharabah ,seperti porsidana
,pembagian hasil usaha, aktifitas usaha mudharabah dan
lain-lain.
b. Rincian dana sirkah temporer yag diterima berdasarkan
jenisnya.
c. Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqdayah.
Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101 Tentang
Penyajian Laporan Keuangan.17

17
Ibid, hlm.139-141

31
ILUSTRASI AKUNTANSI AKAD MUDHARABAH
Penyerahan Dana Investasi dalam Bentuk Kas (Asumsi: Pengelola Dana tidak Memudharabahkan
Kembali)
Transaksi (dalam ribuan rupiah) Shahibul Maal (Pemilik Dana) Mudharib (Pengelola Dana)
1 januari 2011 Investasi Mudharabah 100.00 Kas 100.00
Setelah melakukan akad, pemilik 0 0
dana menyerahkan dana sebesar Rp Kas 100.00 Dana Syirkah 100.00
100.000 Periode akad: 2 tahun. 0 Temporer 0
Nisbah Bagi Hasil
Pengelola:Pemilik dana = 3:1 Keterangan: Dana Syirkah temporer
disajikan sebagai akun terpisah dari hutang
dan modal
31 Desember 2011 Pengelola dana akan mencatat pendapatan
Jika hasil pengolahan dana selama dan beban kemudian di akhir periode akan
tahun 2011 adalah: dibuat jurnal penutup:
- Memperoleh Pendapatan Rp
10.000 Kas/Piutang 10.00
- Menanggung Beban Rp 0
8.000 Pendapatan 10.00
0
Beban 8.000
Kas/Utang 8.000
Pendapatan 10.00
0
Beban 8.000
Pendapatan yang Belum 2.000
Dibagikan (kewajiban)
Membagi laba sesuai nisbah:
Pengelola Dana : ¾ × 2000 = 1.500
32
Pemilik Dana : ¼ × 2000 = 500
Pebayaran
Kas kepadayang
Pendapatan Pemilik Dana
Belum 500
2000
Pendapatan
Piutang Bagi Hasil 500
Bagi Hasil
Dibagikan 500
Mudharabah
Pendapatan
Kas Bagi Hasil 500
2000 Saat penerimaan uang:
Kas 500
Jika tidak dibagi
Piutang langsung
Bagi Hasil 500
31 Desember 2012
Melakukan ayat jurnal penutup
untuk bagi hasil tersebut
Penyaajian Laporan Keuangan Aset: Utang:
Neraca
Investasi
Utang Bagi
Mudharabah
Hasil 100.000
Mudharabah 0 Tahun 2012
31 Desember
Penyisihan
Dana 2012
Syirkah
kerugian
Temporer 100.00
0 100.00 Pengelola dana akan mencatat pendapatan
Jika hasil pengelola dana selama 0 Kerugian
0 Mudharabah 2.00 dan beban, kemudian akan ditutup:
tahun 2012 adalah:
Penyisihan Kerugian 0 100.00 0
- Memperoleh pendapatan Rp 8.000 Penyisihan
0 Kerugian 2.00 Kas/Piutang 8.000
- Menanggung beban Rp. 10.000 Mudharabah 0 Pendapatan 8.000
Beban 10.000
Kas/Utang 10.00
0
Pendapatan 8.000
Penyisihan Kerugian 2.000
Beban 10.00
0

Penyajian Laporan Keuangan


Neraca (31/12/2012) Aset: Utang:
Investasi Mudharabah 100.00 Utang Bagi Hasil 0
0 Mudharabah
Penyisihan Kerugian 2.000 98.000 Dana Syirkah Temporer 100.00

33
0
Penyisihan Kerugian 2.000 98.00
0

1 Januari 2013
Pengembangan nvestasi Kas 98.00 Dana Syirkah Temporer 100.000
mudharabah pada akhir akad dan 0 Kas 98.000
menerima Rp 98.000 Penyisihan Kerugian 2.000 Penyisihan Kerugian 2.000
Mudharabah
Investasi Mudharabah 100.00
0
18

18
Ibid, hlm.
34
4. MUSYARAKAH
1. Pengerian Musyarakat

Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dalam musyarakah masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan di bagi bedasarkan
kesepakatan, sedangkan resiko bedasarkan porsi kontribusi dana. Secara
oprasional, musyarakah ada 2 jenis: pertama :musyarakah permanen, yaitu
musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan sesuai
akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad. Kedua :musyarakah
menurun, yaitu musyarakah dengan ketentuan bagian dana entitas akan di
alihkan secara berahap terhadap mitra, sehingga bagian dana entitas akan
menurun dan masa akad. Kedua belah pihak dapat menjadi mitra aktif
ataupun mitra pasif. Mita aktif adalah yang mengelola usaha musyarokah,
baik mengelola sendiri atau menunjuk pihak lain atas nama mitra tersebut.
Sedangan mitra pasif adalah mitra yang tidak ikut mengelola usaha
musyarakah. 19

2. Pengakuan dan Pengukuran Musyarakah

Untuk pertanggungjawaban pengelolaan usaha musyarakah dan sebagai


dasar penentuan bagi hasil mitra, aktif atau pihak pengelola usaha
musyarakah harus membuat catatan akuntansi yang terpisah untuk usaha
musyaraah tersebut :

1. Akuntansi mitra aktif


a. Pada saat akad
a.) Investasi musyarakah di akui pada saat menyisihkan kas atau aset
nonkas untuk usaha musyarakah

Rekening Debit Kredit


Kas/aset nonkas xxx
Investasi xxx
musyarakah
b.) Pengukuran investasi musyarakah (a) dalam bentuk kas dinilai
sebesar jumlah yang disisihkan; dan (b) dalam bentuk aset nonkas
dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara wajar dan
nilai buku aset nonkas, selisih tersebut diakui sebagai selisih
penilaian aset musyarakah dalam ekuitas.
c.) Selisih kenaikan aset musyarakah diamortisasi selama masa akad
musyarakah. Aset tetap musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai
wajar dengan jumlah penyusutan yang mecerminkan (a)
menyusutkan yang dihitung dengan historical cost model;
ditambah dengan (b) penyusutan atas kenaikan nilai aset karena

19
Dwi Suwiknyo, Pengantar Akuntansi Syariah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hlm. 104.

35
penilaian kembali saat penyisihan aset nonkas untuk usaha
musyarakah.
d.) Apabila proses penilaian pada nilai wajar menghasilkan penurunan
nilai aset, penurunan nilai ini langsung diakui sebagai kerugian.
Aset tetap musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai wajar
disusutkan bedasarkan nailai wajar yang baru.

Rekening Debit Kredit


Aset nonkas (nilai Xxx
buku)
Kerugian Xxx
penerimaan aset
Investasi Xxx
musyarakah

e.) Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi
kelayakan ) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi
musyarakah, kecuali ada perstujuan dari kedua mitra musyarakah.

Rekening Debit Kredit


Beban akad Xxx
musyarakah
Kas Xxx

Rekening Debit Kredit


Kas/ aset nonkas Xxx
Beban akad Xxx
musyarakah
Investasi Xxx
musyarakah
f.) Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif (misalnya dari bank
syariah) diakui sebagai investasi musyarakah dan disisi lain
sebagai dana syirkah temporer sebesar (a) dana dalam bentuk kas
dinilai sebesar jumlah yang diterima; dan (b) dana dalam bentuk
aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan disusutkan selama masa
akad atau selama umur ekonomis apabila aset tersebut tidak akan
dikembalikan kepada mitra pasif.20
b. Selama akad
a.) Bagian entitas atas investasi musyarakah dengan pengembalian
dana mitra di akhir akad dinilai sebesar (a) jumlah kas yang
disisihkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi
dengan kerugian (apabila ada); atau (b) nilai tercatat aset

20
Ibid, hlm. 107.

36
musyarakah nonkas pada saat penyisihan untuk usaha musyarakah
setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (apabila ada).
b.) Bagian entitas atas investasi musyarakah menurun (dengan
pengembalian dana mitra secara bertahap) dinilai sebesar jumlah
kas yang disisihkan untuk usaha musyarakah pada awal akad,
ditambah dengan jumlah dana syirkah temporer yang telah
dikembalikan kepada mitra pasif, dan dikurangi kerugian (apabila
ada).21
c. Akhir akad
a.) Pada saat akad diakhiri investasi musyarakah yang belum
dibayarkan kepada mitra pasif diakui sebagai kewajiban.

d. Pengakuan hasil usaha


a.) Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi hak mitra aktif diakui
sebesar haknya sesuai dengan kesepakatan atas pendapatan
usaha musyarakah. Adapun pendapan usaha untuk mitra pasif
diakui sebagai hak mitra pasif atas bagi hasil dan kewajiban.
b.) Kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana
masing-masing mitra dan mengurangi nilai aset musyarakah.
c.) Jika kerugian akibat kelalaian mitra aktif atau pengelola usaha,
kerugian tersebut ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha
musyarakah.
d.) Pengakuan pendapatan usaha musyarakah dalam praktik dapat
diketahui bedasarkan lapoan bagi hasil atas realisasi pendapatan
usaha dari catatan akuntansi mitra aktif atau pengelola usaha yang
dilakukan secara terpisah.22
2. Akuntansi bank syariah mitra pasif
a. Pada saat akad
a.) Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau
penyerahan aset nonkas kepada mitra aktif musyarakah.

Rekening Debit Kredit


Pembiyayaan Xxx
musyarakah
Kas Xxx
b.) Pengukuran investasi musyarakah : (a) dalam bentuk kas sebesar
jumlah yang dibayarkan; dan (b) dalam bentuk aset nonkas nilai
sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan
nilai tercatat aset nonkas, maka selisih tersebut diakui sebagai
keuntungan atau kerugian.
c.) Investasi musyarakah nonkas yang diukur dengan nilai wajar aset
yang diserahkan akan berkurang nilainya sebesar beban
21
Ibid, hlm. 108.
22
Ibid, hlm. 109.

37
penyusutan atas aset yang diserahkan dikurangi dengan amortisasi
keuntungan tangguhan.
d.) Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi
kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah
keculai ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah.23

Rekening Debit Kredit


Beban akad Xxx
musyarah
Kas Xxx
b. Selama akad
a.) Bagian bank syariah atas investasi musyarakah dengan
pengembalian dana mitra diakhir akad dinilai sebesar (a) jumlah
kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad
dikurangi dengan kerugian (apabila ada); atau (b) nilai tercatat
aset musyarakah nonkas pada saat penyerahan unuk usaha
musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (apabila
ada).

23
Ibid, hlm. 109.

38
b.) Bagian bank syariah atas investasi musyarakah menurun (dengan
pengembalian dana mitra secara bertahap) dinilai sebesar jumlah
kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad
dikurangi jumlah pengembalian jumlah mitra aktif dan kerugian
(apabila ada).24
c. Akhir akad

Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum


dikembalikan oleh mitra aktif diakui sebagai piutang.

d. Pengakuan hasil usaha

Pendapatan usaha investasi musyarakah diakui sebagai


pendapatan sebesar bagian mitra pasif sesuai kesepakatan. Adapun
kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana.25

24
Ibid, hlm. 110.
25
Ibid, hlm. 110.

39
Contoh :
Seorang pengusaha kayu gergajian atau gelondongan mengajukan pembiayaan musyarakah ke
sebuah bank syaria’ah.
Dari hasil pembicaraan disepakati :
Porsi Bank : Rp. 300 juta
Janka Waktu :1 Tahun
Niasbah :50% :50%
Terdapat biaya sebesar 2 juta untuk realisasi kerjasama musyarakah tersebut. Bagaimana
pembukuannya?
1) Akuntansi /pembukuannya
(1) Realisasi porsi bank sebesar Rp 300 juta
a. Berupa dana tunai seluruhnya
Penyertaan bank langsung dimasukkan ke rekening giro nasabah.

Jurnal :26

Rekening Debit Kredit


Pembiayaan musyarakah Rp 300 juta
Giro –Rp Rp 300 juta

b. Campuran :
a) Dana tunai sebesar 200 juta oleh bank langsung di setorkan ke rekening giro
nasabah

Jurnal :

Rekening Debit Kredit


Pembiayaan musyarakah Rp 200 juta
Giro –Rp Rp 200 juta

Atau disediakan dana pada rekening pembiayaan musyarakah, sehingga


setiap penarikan maupun setoran, mutasinya langsung direkening tersebut.

26
Ibid, hlm. 111

40
b) Berupa kayu sebesar 100 juta
(a) Nilai buku = nilai pasar wajar/ tunai =Rp 100 juta

Jurnal :

Rekening Debit Kredit


Pembiayaan musyarakah Rp 100 juta
Pembiayaan barang Rp 100 juta
(b) Nilai buku hanya Rp 90 juta, sedangkan nilai tunai Rp 100 juta, sehingga
diperoleh keuntungan sebesar 10 juta

Jurnal :27

Rekening Debit Kredit


Pembiayaaan musyarakah Rp 100 juta
Persediaan barang Rp 100 juta

Rekening Debit Kredit


Persediaan barang Rp 10 juta
Laba- musyarakah Rp 10 juta

Persediaan barang

Persediaan awal Rp 90 juta Pembiayaan Rp 100 juta


musyarakah
Laba Rp 10 juta
jumlah Rp 100 juta Jumlah Rp 100 juta

(c) Nilai buku sebesar Rp 105 juta, sedangkan nilai pasar wajar adalah 100
juta, jadi rugi Rp 5 juta

Jurnal :

Rekening Debit Kredit


Pembiayaan musyarakah Rp 100 juta
Persediaan barang Rp 100 juta

Rekening Debit Kredit


Rugi –musyarakah Rp 5 juta
Persediaan barang Rp 5 juta

27
Ibid, hlm. 112

41
Persediaan barang

Persediaan awal Rp 105 juta Pembiayaan Rp 100 juta


musyarakah
Rugi Rp 5 juta
Jumlah Rp 105 juta Jumlah Rp 10 juta

(2) Distribusi biaya musyarakah sebesar 2 juta, misalnya biaya notaris


a. Saat pembayaran biaya

Jurnal :28

Rekening Debit Kredit


Rekg transitoris –Rp Rp 2 juta
Giro –Rp kliring Rp 2 juta

b. Distribusi biaya
a) Beban bank seluruhnya

Jurnal :

Rekening Debit Kredit


Biaya –musyarakah Rp 2 juta
Rekg transitoris- Rp Rp 2 juta
Bila dari awal disepakati bahwa biaya notaris menjadi beban bank, tanpa
melalui jurnal pada butir a), jurnal secara langsung sebagai berikut:

Rekening Debit Kredit


Biaya - musyarakah Rp 2 juta
Giro-Rp/ kas/kliring Rp 2 juta

b) Bank dan nasabah masing- masing dibebani separo ( lanjutan butir a.)

Jurnal :
Beban Bank

Rekening Debit Kredit


Biaya- musyarakah Rp 1 juta
Rekg transitoris-Rp Rp 1 juta

28
Ibid, hlm. 113

42
Beban debitur- dilimpahkan ke giro nasabah29

Rekening Debit Kredit


Giro -Rp Rp 1 juta
Rekg transitoris-Rp Rp 1 juta

(3) Saat jatuh waktu pembiayaan musyarakah :


a. Kasus -I
Bedasarkan perhitungan, terdapat kelebihan dana/ modal (musyarakah) sebesar
Rp 50 juta yang ditampung di rekening giro nasabah pembiayaan (debitur) porsi
dana bank dikembalikan

Jurnal :
Pembagian keuntungan (masing- masing 50% x Rp 50 juta)

Rekening Debit Kredit


Giro-Rp-Debitur Rp 25 juta
Pembiayaan musyarakah Rp 25 juta

Pengembalian dana bank30

Rekening Debit Kredit


Giro-Rp- Debitor Rp 300 juta
Pembiayaan musyarakah Rp 300 juta

b. Kasus II
Kerjasama mengalami kerugian sebesar Rp 80 juta akibat kerusakan persediaan
kayu. Dana bank belum dapat dikembalika seluruhnya karena tertanam dalam
piutang yang baru akan dibayar 3 bulan mendatang. Dana yang tersedia untuk
angsuran bank sebesar Rp 200 juta.
Jurnal :
Pengembalian porsi/dana bank

Rekening Debit Kredit


Giro-Rp-Debitur Rp 200 juta
Pembiayaan-musyarakah Rp 200 juta

29
Ibid, hlm. 114
30
Ibid, hlm. 115

43
Debitur kerugian
Misalnya sesuai perbandingan modal, bank dibebani sebesar Rp 60 juta

Rekening Debit Kredit


Kerugian musyarakah Rp 60 juta
Pembiayaan-musyarakah Rp 60 juta

Adapun sisa pembiyayaan musyarakah sebesar Rp 40 juta masih berupa tagihan


Perhitungan :
= Porsi bank – dana yang dikembalikan – rugi beban bank
= Rp 300 juta – Rp 200 juta – Rp 60 juta

Rekening Debit Kredit


Piutang musyarakah Rp 40 juta
Pembiayaan-musyarakah Rp 40 juta

c. Kasus III
Nasabah ternyata membeli kayu gelap senilai Rp 500 juta dan semuanya disita
yang berwajib. Dana nasabah (direkening giro) yang tersedia untuk mengangsur
baru Rp 100 juta, sedangkan sisanya akan diselesaikan 6 bulan lagi dengan
menjual asetnya.
Jurnal :
Kerugian menjadi tanggumgjawab nasabah sepenuhnya. Pengembalian daa bank
sebesar Rp 100 juta

Rekening Debit Kredit


Giro-Rp-Debitur Rp 100 juta
Pembiayaan-musyarakah Rp 100 juta

Pengembalian sisa pembiayaan (Rp 200 juta) 6 bulan mendatang

Rekening Debit Kredit


Piutang jatuh tempo Rp 200 juta
Pembiayaan-musyarakah Rp 200 juta

44
d. Kasus IV
Guna menghemat biaya pengiriman, nasabah memilih kapal barang yang akan
melakukan docking untuk overhaul, guna untuk mengangkut kayu senilai Rp 1,2
miliyar. Ditengah perjalana mesinnya mati dan kapal terkena badai sehingga
tenggelam. Oleh karena itu, usaha nasabah macet dan pada akhirnya pembiayaan
musyarakah pun macet.
Jurnal :
Kerugian usaha : (bank tidak mencatat apapun dan tidak menanggung kerugian
nasabah, karena kerugian disebabkan pihak nasabah)
Pembiayaan macet :
Bank masih memiliki hak tagih kepada debitur sebesar Rp 300 juta

Rekening Debit Kredit


Piutang jatuh tempo Rp 300 juta
Pembiayaan-musyarakah Rp 300 juta

e. Kasus V
Sawmill(tembat penggergajian dan stok kayu) dilanda banjir, sehingga seluruh
barang dan peralatan hanyut dibawa banjir. Melihat masalahnya, dalam kasus ini,
kerugian ditanggung bersama sebesarorsi penyertaan masing-masing, sebab
musibah terjadi di luar kekuasaan nasabah
Jurnal kerugian :

Rekening Debit Kredit


Kerugian musyarakah Rp 300 juta
Pembiayaan-musyarakah Rp 300 juta

f. Kasus VI
Perekonomian terkena krimson, proyek gagal dan pembiayaan macet. Debitur
melarikan diri dan tidak diketahui keberadaannya. Bank mengalami kerugian
total.
Jurnal :

Rekening Debit Kredit


Piutang jatuh tempo Rp 300 juta
Pembiayaan-musyarakah Rp 300 juta
31

5. MURABAHAH
31
Ibid, hlm. 115-118.

45
1. Pengertian Murabahah
Murabahah (bai’ murabahah) adalah jual beli barang dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih tinggi sebagai laba.32
2. Karakteristik Murabahah
a. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah
berdasarkan pesanan, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari
pembeli.
b. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli
untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli
tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual,
mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai
tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai akad.
c. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh.
d. Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang berbeda untuk cara
pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan. Namun jika akad tersebut
telah disepakati maka hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang digunakan.
e. Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual, sedangkan biaya perolehan
harus diberitahukan. Jika penjual mendapatkan diskon sebelum akad murabahah maka
potongan itu merupakan hak pembeli. Sedangkan diskon yang diterima setelah akad
murabahah disepakati maka sesuai dengan yang diatur dalam akad, dan jika tidak diatur
dalam akad maka potongan tersebut adalah hak penjual.
f. Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain, meliputi :
a) Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang.
b) Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian barang; dan
c) Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian barang.
g. Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad murabahah disepakati
diperlakukan sesuai dengan kesepakatan dalam akad tersebut. Jika akad tidak mengatur
maka diskon tersebut menjadi hak penjual.
h. Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan atas piutang murabahah, antara lain,
dalam bentuk barang yang telah dibeli dari penjual.
i. Penjua dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai bukti komitmen pembelian
sebelum akad disepakati. Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah jika
akad murabahah disepakati. Jika akad murabahah batal, uang muka dikembalikan kepada
pembeli setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan kesepakatan. Jika uang muka itu
lebih kecil dari kerugian maka penjual dapat meminta tambahan dari pembeli.
j. Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah sesuai dengan yang
diperjanjikan, penjual berhak mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa
pembeli tidak atau belum mampu melunasi disebabkan oleh force majeur. Denda tersebut
didsarkan pada pendekatan ta’zir yaitu untuk membuat pembeli lebih disiplin terhadap
kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengn yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang
berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana kebajikan.

k. Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan piutang murabahah jika pembeli :

32
Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta, 2011, hlm. 73.

46
a) Melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu; atau
b) Melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu yang telah disepakati.
l. Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang murabahah yang belum dilunasi jika
pembeli :
a) Melakukan pembayaran cicilan tepat waktu; dan atau
b) Mengalami penurunan kemampuan pembayaran.33
3. Jenis dan Alur Murabahah
Transaksi jual beli dapat dilakukan dengan beberapa cara penyerahan barang dan degnan
beberapa cara pembayarannya juga. Murabahah dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis
murabahah sebagaimana diilustrasikan pada gambar berikut :

Dilihat dari proses pengadaan barang murabahah dapat dibagi menjadi:


a. Murabahah Tanpa Pesanan
Dalam jenis ini pengadaan barang yang merupakan obyek jual beli dilakukan tanpa
memperhatikan ada yang pesan atau tidak, ada yang akan membeli atau tidak. Pengadaan
barang dilakukan atas dasar persediaan minimum yang harus dipelihara. Sebagai contoh
pada supermarket, ada yang beli atau tidak, begitu persediaan sudah sampai pada jumlah
persediaan minimum yang harus dipelihara, maka langsung dilakukan pengadaan.
b. Murabahah Berdasrkan Pesanan
Dalam jenis ini pengadaan barang yang merupakan obyek jual beli, dilakukan atas dasar
pesanan yang diterima. Apabila tidak ada yang pesan maka ditidak dilakukan pengadaan
barang. Pengadaan barang sangat tergantung pada proses jual belinya. Hal ini dilakukan
untuk menghindari persediaan barang menumpuk dan tidak efisien, sehingga proses
pengadaan baang sangat dipengaruhi oleh proses jual belinya. 34

33
Ibid, hlm. 74-75.
34
Ibid, hlm. 77-78.

47
4. Akuntansi Penjual
Cakupan akuntansi yang tercantum dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah
dibahas dalam akuntansi penjual dan pembeli. Penjual yang dimaksud disini adalah Entitas
Syariah yang melakukan penjualan kepada pembeli akhir. 35
A. Akun-Akun Untuk Akuntansi Penjual
a) Akun Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
i. Persediaan / Aaset Murabahah
ii. Piutang Murabahah
iii. Margin Murabahah Tangguhan (Cr)
iv. Piutang Murabahah Jatuh Tempo
v. Margin Murabahah Tangguhan Jatuh Tempo (Cr)
vi. Hutang Diskon Murabahah (Kewajiban kepada Pembeli)
vii. Piutang Uang Muka Murabahah
viii. Hutang Uang Muka Murabahah
ix. Cadangan Kerugian Murabahah (Cr)
x. Piutang Pada Nasabah (calon pembeli)
b) Akun Laporan Laba Rugi
i. Pendapatan Margin Murabahah
ii. Potongan Pelunasan (muqasah) Murabahah
iii. Potongan Angsuran Murabahah – Prestasi
iv. Potongan Angsuran Murabahah – Beban Operasi
v. Diskon Murabahah
vi. Pendapatan Non Operasional Lainnya
vii. Beban Kerugian Murabahah
viii. Kerugian Penurunan Aset Murabahah36

35
Ibid, hlm. 80.
36
Ibid, hlm. 81-83.

48
Untuk memberikan gambaran secara lengkap dan menyeluruh mengenai akuntansi
murabahah pada lembaga keuagan syari’ah sebagai penjual dapat diberikan ilustrasi contoh
umum sebagai berikut :

Contoh
Aminah dan LKS Ridho Gusti sepakat melakukan jual beli Mobil Kijang dengan data
sebagai berikut :
a. Harga barang :
a) Harga pokok mobil kijang pokok sebesar Rp. 140.000.000,00
b) Keuntungan sebesar Rp. 24.000.000,00
c) Harga jual yang disepakati sebesar Rp. 164.000.000,00
b. Sebagai tanda keseriusan atas jual beli tersebut Aminah memberikan uang muka
kepada LKS Ridho Gusti sebesar Rp. 20.000.000,00
c. Pembayaran disepakati dengan cara angsuran sesuai dengan kesepakatan antara
penjual dan pembeli.
d. Keterlambatan dalam membayar angsuran Aminah dikenakan denda sebesar Rp.
500.000,00 dan akan disetorkan oleh LKS Ridho Gusti ke Dana Kebajikan (sosial)
atas nama Aminah.
Atas jual beli dengan Aminah tersebut LKS Ridho Gusti melakukan pembelian mobil kijang
ke PT Barakah dengan data-data sebagai berikut:
a) Harga on the road yang disepakati sebesar Rp. 140.000.000,00
b) Untuk tanda keseriusan LKS Ridho Gusti memberikan uang muka sebesar Rp.
30.000.000,00 dengan kesepakatan jika dibatalkan dipotong sebesar 50%.

49
B. Uang Muka Murabahah
a) Pengertian
Dalam transaksi murabahah terdapat dua pengertian yang terkait dengan pembayaran
dimuka ini yaitu:
i. Hamish Gedyyah yaitu jumlah yang dibayar oleh pemesan pembelian atas
permintaan pembeli untuk memastikan si bahwa sipemesan adalah serius didalam
pesanannya. Tetapi, apabila janji mengikat dan pemesan pembelian menolak
membeli aset, maka kerugian sebenarnya bagi pembeli harus dipenuhi dari jumlah
ini.
ii. Urboun yaitu jumlah yang dibayar oleh nasabah (pemesan) kepada penjual (yaitu
pembeli mula-mula) pada saat pemesan membeli sebuah aset dari penjual. Jika
nasabah atau pelanggan menerukan penjualan dan mengambil aset, maka urboun
akan menjadi bagian dari harga dan tidak meneruskan penjualan maka urboun akan
menjadi hak penjual.
b) Pengakuan dan Pengukuran Uang Muka
i. Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima.
ii. Pada saat barang jadi dibeli oleh pembeli maka uang muka diakui sebagai
pembayaran piutang (merupakan bagian pokok); dan
iii. Jika barang batal dibeli oleh pembeli maka uang muka dikembalikan kepada pembeli
setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual.
c) Peninjauan Uang Muka dari Pembeli (sudut pandang LKS)
i. Penerimaan Uang Muka dari Pembeli (kedudukan LKS sbg penjual)
Dalam contoh diatas, yaitu uang muka dari Aminah sebagai pembeli kepada
LKS Ridho Gusti sebagai penjual, yang merupakan tanda keseriusan atas pemesanan
pembelian barang yang besarnya sesuai kesepakatan antara Aminah sebagai pembeli
dan LKS Ridho Gusti sebagai penjual. Dalam catatan akuntansi LKS sebagai penjual
akun yang pergunakan untuk mencatat transaksi ini adalah “Hutang Uang Muka
Murabahah”
ii. Pembayaran Uang Muka kepada Pemasok (kedudukan LKS sbg pembeli)
Dalam contoh diatas, yaitu uang muka yang dibayar oleh LKS Ridho Gusti
sebagai pembeli kepada PT Barakah sebagai pemasok, yang besarnya sesuai
kesepakatan sebagai tanda keseriusan atas pemesanan pembelian barang yang
dilakukan oleh LKS Ridho Gusti kepada PT Barakah. Dalam catatan akuntansi LKS
sebagai penjual akun yang dipergunakan adalah “Piutang Uang Muka Murabahah”.
Contoh penerimaan uang muka dari pembeli :
Tanggal 5 Januari 2007 LKS Ridho Gusti sebagai penjual menerima pembayaran
uang muka dari Aminah sebagai pembeli, sebagai tanda keseriusannya dalam
memesan untuk membeli barang sesuai kesepakatan sebesar Rp. 20.000.000,00
Atas penerimaan uang muka dari Aminah oleh LKS Ridho Gusti melakukan jurnal :
D Kas Rp. 20.000.000
K Hutang Uang Muka Murabahah Rp. 20.000.000
Contoh pembayaran uang muka dari LKS kepada pemasok :

50
Tanggal 6 Januari 2007 LKS Ridho Gusti membayar uang muka atas pemesanan
barang kepada PT. Barakah (pemasok) uang muka sebesar Rp. 30.000.000,00. Uang
muka tersebut sebagai tanda keseriusan atas pembelian barang yang dilakukan oleh
LKS Ridho Gusti. Disepakti LKS Ridho Gusti dan PT Barakah bahwa jika LKS
Ridho Gusti membatalkan pesanannya, maka uang muka dipotong sebesar 50%.
Atas pembayaran uang muka yang dilakukan oleh LKS Ridho Gusti kepada PT
Barakah tesebut, LKS Ridho Gusti melakukan jurnal sebagai beriku :
D Piutang Uang Muka Murabahah Rp. 30.000.000
K Kas Rp. 30.000.00037
iii. Pembatalan Murabahah Oleh Pembeli
1. Pembatalan Murabahah dan LKS Sebagai Penjual Mengalami Kerugian
a. Kerugian LKS Lebih Kecil Dari Uang Muka Pembeli
Jika kerugian yang diderita oleh LKS sebagai penjual atas pembatalan
pesanan murabahah oleh pembeli jumlahnya lebih kecil dari uang muka yang
diterima, maka uang muka setelah dikurangi dengan kerugian riil LKS
sebagai penjual dikembalikan kepada pembeli.
Contoh :
Tgl 8 Januari 2007 Aminah membatalkan pesanan pembelian mobil kijang.
Atas pembatalan pesanan oleh Aminah tersebut, LKS Ridho Gusti
membatalkan juga pesanan Mobil Kijang pada PT Barakah. Atas pembatalan
yang dilakukan oleh LKS Ridho Gusti tersebut, sesuai kesepakatan PT
Barakah melakukan potongan uang muka sebesar 50% dari uang muka yang
dibayar, sehingga LKS Ridho Gusti mengalami kerugian sebesar Rp.
15.000.000,00 (50% x Rp. 30.000.000,00)
Atas pembatalan pesanan tersebut LKS Ridho Gusti akan menerima sisa uang
muka dari PT Barakah sebesar Rp. 15.000.000,00 dilakukan jurnal sebagai
berikut :
D Kas Rp. 15.000.000
D Kerugian Pemesanan Murabahah Rp. 15.000.000
K Piutang Uang Muka Rp. 30.000.000

Dalam transaksi murabahah berdasarkan pesanan kerugian yang dialami


oleh LKS Ridho Gusti sebesar Rp. 15.000.000 harus diganti oleh Aminah
sebagai pembeli dari uang muka yang telah diserahkan kepada LKS Ridho
Gusti. Oleh karena itu jurnal yang dilakukan oleh LKS Ridho Gusti adalah
sebagai
berikut :
D Hutang Uang Muka Rp. 20.000.000
K Kerugian Pemesanan Murabahah Rp. 15.000.000
K Kas Rp. 5.000.000
b. Kerugian LKS Lebih Besar Dari Uang Muka Pembeli
Jika kerugian riil pembatalan murabahah yang diderita oleh LKS sebagai
penjual lebih besar dari uang muka yang diterima dari pembeli, maka LKS
37
Ibid, hlm. 85-88.

51
dapat meminta kekurangan pembelian kepada pembeli. Oleh karena itu atas
kekurangan tersebut harus diperlakukan seabgai piutang kepada pembeli tidak
dapat diperlakukan sebagai kurgian.
Contoh :
Selain kerugian atasa pemotongan uang muka oleh PT Barakah sebesar Rp.
15.000.000, atas pembatalan tersebut LKS Ridho Gusti juga dibebankan
beban lain yang tidak dapat dihindari (riil cost) oleh PT Barakah sebesar Rp.
7.500.000 sehingga jumlah kerugian yang dialami oleh LKS Ridho Gusti
sebesar Rp. 22.500.000
Pada saat PT Barakah mengenakan denda kepada LKS Ridho Gusti dilakukan
jurnal :
D Kas Rp. 7.500.000
D Kerugian Pesanan Murabahah Rp. 22.500.000
K Piutang Uang Muka Rp. 30.000.000
Pada saat pembebanan kerugian riil LKS kepada Aminah, maka LKS Ridho
Gusti melakukan jurnal :
D Hutang Uang Muka Rp. 20.000.000
D Piutang Nasabah Rp. 2.500.000
K Kerugian Pesanan Piutang Rp. 22.500.000

c. Kekurangan Kerugian Dilakukan Hapus Buku


Jika atas kekurangan penggantian kerugian pembatalan murabahah tidak
dibayar oleh nasabah, dan kekurangan tersebut dilakukan hapus buku, maka
diakui sebagai kerugian pesanan murabahah.
Contoh :
Karena sesuatu hal, Aminah tidak mau membayar kekurangan kerugian yang
dialami oleh LKS sebesar Rp. 2.500.000, dan atas kebijakan intern LKS
Ridho Gusti piutang tersebut dihapuskan.Oleh karena itu atas penghapusan
piutang tersebut, LKS Ridho Gusti melakukan jurnal sebagai berikut :
D Beban Kerugian Piutang Murabahah Rp. 2.500.000
K Piutang Murabahah Rp. 2.500.000
2. Pembatalan Murabahah dan LKS Tidak Mengalami Kerugian
Jika LKS tidak mengalami kerugian maka seluruh uang muka yang diterima
LKS dari pembeli, dikembalikan seluruhnya kepada pembeli.
Contoh :
Tgl 8 Januari 2007 Aminah membatalkan pesanan pembelian mobil kijang.
Setelah menerima pemberitahuan dari Aminah LKS Ridho Gusti tidak
membatalkan pesanannya ke PT Barakah, karena pada saat yang sama diterima
pesanan barang yang serupa dari pihak lain. Maka jurnal yang dibuat oleh LKS
adalah
D Hutang Uang Muka Murabahah Rp. 20.000.000
K Kas Rp. 20.000.000
3. Pembatalan Pesanan Karena Kesalahan LKS Sebagai Penjual
Jika pembatalan murabahah berdasarkan pesanan akibat kesalahan LKS
sebagai penjual, maka segala resiko yang timbul termasuk kerugian yang

52
diderita atas pembatalan tersebut ditanggung oleh LKS sebagai penjual. Oleh
karena itu uang muka pembeli tidak diperkenankan untuk dipotong.
Contoh :
Karena mendapat penawaaran yang lebih menjanjikan LKS Ridho Gusti
membatalkan pemesanan mobil antik kepada PT Barakah (bukan kesalahan
Aminah). Sesuai kesepakatan diatas pembatalan tersebut PT Barakah memotong
uang muka yang telah dibayar sebanyak Rp. 15.000.000. Atas transaksi tersebut,
LKS menjurnal sebagai berikut ;
D Beban Kerugian Pesanan Murabahah Rp. 15.000.000
D Kas Rp. 15.000.000
K Piutang Rp. 30.000.00038

C. Pengadaan Aset (Barang) Murabahah


a) Syarat yang disyariatkan mengenai barang yang akan diakadkan :
i. Barangnya harus ada.
ii. Barangnya berupa harta yang jelas harganya.
iii. Barangnya dimiliki sendiri, artinya terjaga.
iv. Barang itu dapat diserahkan sewaktu aqad.
b) Pembelian barang (aset murabahah)
Pada prinsipnya pengadaan brang menjadi tanggung jawab LKS sebagai penjual,
sebelum dilakukan transaksi murabahah. Akun yang dipergunakan oleh LKS sebagai
penjual untuk mencatat barang yang dibeli adalah “persediaan” diakui sebesar harga
perolehan barang tersebut.
Contoh :
Tgl 10 Januari 2007 atas pesanan pembelian barang dari Aminah, LKS Ridho Gusti
membeli sebuah mobil kijang dari PT Barakah, seharaga Rp. 140.000.000. LKS Ridho
Gusti telah membayar uang muka sebesar Rp. 30.000.000. Atas pembelian mobil kijang
tersebut jurnal yang dilakukan oleh LKS Ridho Gusti adalah sebagai berikut :
D Persediaan Rp. 140.000.000
K Kas Rp. 110.000.000
K Piutang Uang Muka Rp. 30.000.00039

D. Penjualan Barang dan Pengakuan Keuntungan Saat Penyerahan Barang


a) Penerimaan uang muka dari pembeli
Uang muka yang diterima diakui sebagai “Hutang Uang Muka” sebesar uang muka yang
diberikan.
Contoh :
D Kas Rp. 20.000.000
K Hutang Uang Muka Murabahah Rp. 20.000.000
b) Penyerahan barang kepada pembeli
Dalam transaksi murabahah, yang dilakukan oleh LKS sebagai penjual adalah
menyerahkan barang bukan menyerahkan uang. Untuk murabahah dengan pengakuan
pendapatan keuntungn saat penyerahan barang, akun-akun yang berkaitan dengan barang
adalah (1) persediaan sebesar harga perolehan barang, (2) Pendapatan Keuntungan

38
Ibid, hlm. 89-91.
39
Ibid, hlm. 92-95.

53
Murabahah sebesar keuntungan murabahah yang disepakati, dan (3) Piutang Murabahah
sebesar harga jual barang yang disepakati yaitu harga perolehan ditambah dengan
keuntungan yang disepakati.
Contoh :
Tgl 15 Februari 2007 dilakukan akad Murabahah dan penyerahan barang oleh LKS Ridho
Gusti kepada Aminah dengan data berikut :
Harga perolehan barang Rp. 140.000.000
Keuntungan disepakati Rp. 24.000.000
Harga jual disepakati Rp. 164.000.000
Atas transaksi tersebut jurnal yang dilakukan oleh LKS Ridho Gusti sebagai penjual
adalah sebagai berikut :
1. D Piutang Murabahah Rp. 164.000.000
K Pendapatan Margin Murabahah Rp. 24.000.000
K Persediaan Rp. 140.000.000
2. D Hutang Uang Muka Murabahah Rp. 20.000.000
K Piutang Murabahah Rp. 20.000.000
c) Penerimaan pembayaran angsuran dari pembeli
Dalam PSAK 102 tentang akuntansi murabahah, besarnya angsuran atas pembayaran
harga barang didasarkan pada kesepakatan yang dilakukan antara LKS sebagai penjual
dengan nasabah sebagai pembeli.
Contoh :
Tgl 15 Maret 2007 diterima pembayaran angsuran dari Aminah atas harga barang sebesar
Rp. 60.000.000. Jurnalnya:
D Kas Rp. 60.000.000
K Piutang Murabahah Rp. 60.000.000 40
d) Potongan Angsuran Murabahah
Potongan angsuran murabahah dikategorikan menjadi dua, yang pertama potongan
merupakan akibat prestasi yang dilakukan pembeli dalam melakukan pembayaran
angsuran dan yang kedua merupakan akibat dari ketidak mampuan pembeli dalam
melakukan pembayaran angsuran.
Contoh :
Tgl 30 September 2007 Aminah melakukan pembayaran sisa angsuran ketiga sebesar Rp.
15.000.000 dan atas pembayaran angsuran tersebut LKS Ridho Gusti memberikan
potongan angsuran kepada Aminah sebesar Rp. 1.000.000.
i. Potongan angsuran akibat dari ketepatan waktu atau prestasi pembeli
Sesuai dengan ketentuan PSAK 102 tentang akuntansi murabahah potongan
angsuran yang berupa prestasi atau ketepatan waktu pembeli dalam melakukan
pembayaran angsuran, diakui sebagai pengurang dari keuntungan murabahah.
Jurnalnya :
1. D Kas Rp. 15.000.000
K Piutang Murabahah Rp. 15.000.000
2. D Potongan Angsuran Murabahah Prestasi Rp. 1.000.000
K Kas Rp. 1.000.000

40
Ibid, hlm. 101-108.

54
ii. Potongan angsuran akibat penurunan kemampuan membayar pembeli
Sesuai dengan ketentuan PSAK 102 tentang akuntansi murabahah potongan
angsuran sebagai akibat penurunan kemampuan nasabah dalam melakukan
pembayaran, diakui sebagai beban LKS sendiri. Jurnalnya :
1. D Kas Rp. 15.000.000
K Piutang Murabahah Rp. 15.000.000
2. D Beban potongan angsuran murabahah Rp. 1.000.000
K Kas Rp. 1.000.00041

E. Penjualan Dengan Pengakuan Keuntungan Proporsional


a) Uang muka yang diterima diakui sebagai “Hutang Uang Muka” sebesar uang muka yang
diberikan.
Contoh :
Tgl 1 Februari 2007 diterima uang muka sebesar Rp. 20.000.000 dari Aminah sebagai
tanda keseriusan pembelian barang yang dilakukan dari LKS Ridho Gusti. Jurnalnya :
D Kas Rp. 20.000.000
K Hutang Uang Muka Murabahah Rp. 20.000.000
b) Penyerahan barang kepada pembeli
Dalam transaksi murabahah, yang dilakukan oleh LKS sebagai penjual adalah
menyerahkan barang bukan menyerahkan uang. Untuk murabahah dengan pengakuan
pendapatan keuntungn saat penyerahan barang, akun-akun yang berkaitan dengan barang
adalah (1) persediaan sebesar harga perolehan barang, (2) Margin Murabahah Tangguhan
sebesar keuntungan murabahah yang disepakati, dan (3) Piutang Murabahah sebesar
harga jual barang yang disepakati yaitu harga perolehan ditambah dengan keuntungan
yang disepakati.
Contoh :
Tgl 15 Februari 2007 dilakukan akad Murabahah dan penyerahan barang oleh LKS Ridho
Gusti kepada Aminah dengan data berikut :
Harga perolehan barang Rp. 140.000.000
Keuntungan disepakati Rp. 24.000.000
Harga jual disepakati Rp. 164.000.000
Dari data diatas maka jurnalnya adalah sebagai berikut :
i. D Piutang Murabahah Rp. 164.000.000
K Margin Murabahah Tangguhan Rp. 24.000.000
K Persediaan Rp. 140.000.000
ii. D Hutang Uang Muka Murabahah Rp. 20.000.000
K Piutang Murabahah Rp. 20.000.000

41
Ibid, hlm. 113.

55
c) Penerimaan pembayaran angsuran dari pembeli
Cara pembayaran transaksi murabahah dapat dilakukan dengan cara tunai maupun
dengan cara angsuran, sesuai kesepakatan yang dilakukan antara LKS dengan pembeli.
Contoh :
Tgl 15 Maret 2007 diterima pembayaran angsuran dari Aminah atas harga barang sebesar
Rp. 60.000.000. Dalam catatan LKS Ridho Gusti sebagai penjual, pembayaran angsuran
tersebut terdiri dari komponen sebagai berikut :

Tanggal Porsi
Porsi Total
Angsura Keuntunga
Pokok Angsuran
n n
15 Maret 50.000.00 60.000.00
10.000.000
2007 0 0

Atas pembayaran angsuran tersebut maka jurnalnya adalah sebagai berikut :


D Kas Rp. 60.000.000
D Margin Murabahah Tangguhan Rp. 10.000.000
K Pendapatan Margin Murabahah Rp. 10.000.000
K Piutang Murabahah Rp. 60.000.00042

F. Penjualan dengan pengakuan keuntungan setelah pelunasan pokok


Alternatif ketiga pengakuan keuntungan murabahah dalam PSAK 102 tentang akuntansi
murabahah adalah dilakukan setelah pelunasan pokoknya. Pengakuan pendapatan setelah
pelunasan ini dipergunakan jika penagihan harga barang memiliki risiko sangat besar dalam
arti kemungkinan tidak dibayarnya cukup besar. Pada dasarnya pada awal melakukan
transaksi murabahah, penggunaan metode ini tidak terjadi karena tidak mungkin terjadi
transaksi jika telah diketahui risiko tidak dibayarnya harga barang sangat tinggi.
Contoh :
Dalam catatan LKS Ridho Gusti, hutang Aminah sebesar Rp. 1.200.000 yang terdiri dari
saldo pokok murabahah sebesar Rp. 1.000.000 dan saldo margin murabahah tangguhan
sebesar Rp. 200.000. Setelah dilakukan negosiasi Aminah sepakat untuk melakukan
pembayaran hutangnya dalam dua tahap yaitu masing-masing sebesar Rp. 600.000. Dengan
adanya transaksi tersebut LKS melakukan jurnal sebagai berikut :
a) Penerimaan pembayaran tahap pertama sebesar Rp. 600.000 jurnal yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
D Kas Rp. 600.000
K Piutang Murabahah Rp. 600.000
b) Penerimaan pembayaran tahap kedua sebesar Rp. 60.000.000 jurnal yang dibuat adalah
sebagai berikut :
i. D Kas Rp. 600.000
K Piutang Murabahah Rp. 600.000
ii. D Margin Murabahah Tangguhan Rp. 200.000
K Pendapatan Margin Murabahah Rp. 200.00043

42
Ibid, hlm. 117-121.
43
Ibid, hlm. 132.

56
5. Denda Kepada Pembeli
Dalam transaksi murabahah, jika pembeli yang mampu tetapi tidak memenuhi kewajibannya
dapat dikenakan denda, sedangkan untuk nasabah yang tidak mampu, tidak diperkenankan
untuk dikenakn denda. Dana yang diterima dari denda diakui sebagai dana kebajikan, tidak
diperkenankan diakui sebagai pendapatan.
Pengenaan denda kepada pembeli atas tidak dipenuhi kewajiban pembeli dalam melakukan
pembayaran angsuran harga barang dimaksudkan untuk memberikan kedisiplanan, karena
dengan tidak dipenuhinya pembayaran angsuran maka, sebagian dari hak investor atas bagi
hasil juga tertahan.
Jadi pengenaan denda tidak dapat dilakukan kepada nasabah yang tidak memenuhi
kewajiban, sebagaimana yang dilakukan kepada lembaga keuangan konvensional, tetapi hanya
kepada nasabah yang mampu tetapi tidak mau.
Dalam PSAK 102 tentang akuntansi murabahah, paragraf 29 ditanyakan ketentuan tentang
dana sebagai berikut:
29 denda dikenaka jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad,
dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Fatwa DSN Nomor : 17/DSN-MUI/IX/2000 Tentang sanksi nasabah mampu yang
menunda-nunda pembayaran
1. Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah
yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dengan disengaja.
2. Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force majeur tidak boleh
dikenakan sanksi.
3. Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak mempunyai kemauan
dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi.
4. Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalma
melaksanakan kewajibannya.
5. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnyaditentukan atas dasar
kesepakatan dan dibuat saat akad di tanda tangani.
6. Dana yang berasal dari denda di peruntukan sebagai dana sosial.

Jika memperhatikan ketentuan diatas, maka denda yang dikenakan oleh lembaga keuangan
syari’ah bukan sebagai kewajiban yang harus dibayar nasabah karena pengenaan denda
tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi nasabah dan dana yang diterima tidak diakui
sebagai pendapatan tetapi diserahkan sebagai dana sosial.
Contoh : 4-33
Pada tanggal 25 maret 2007, atas keterlambatan pembayaran asuransi tanggal 15
maret 2007, LKS Ridho Ghusti mengenakan denda keterlambatan kepada amina
sebesar Rp. 500.000.00.

57
Atas penerimaan dana denda dari amina tersebut LKS Ridho Ghusti melakukan jurnal
sebagai berikut:

Dr. Kas / Rekening Aminah Rp500.000,00


Cr. Rekening Dana Kebajikan (giro / tabungan) Rp500.000,00
1. Pembentukan Cadangan Kerugian Piutang Murabahah
Dalam fatwa dewan syariah nasional nomor: 18/DSN-MUI/IX/2000 Tentang pencadangan
penghapusan aktiva produktif dalam lembaga keuangan syariah :
1. Pencadangan boleh dilakukan oleh LKS.
2. Dana yang digunakan untuk pencadangan diambil dari bagian keuntungan yang
menjadi hak LKS sehingga tidak merugikan nasabah.
3. Dalam perhitungan pajak, LKS boleh mencadangkan dari seluruh keuntungan.
4. Dalam kaitan dengan pembagian keuntungan, pencadangan hanya boleh berasal dari
bagian keuntungan yang menjadi hak LKS.

Sedangkan dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah(paragraf 22) dijelaskan bahwa:
22. pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset
murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan,
piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang
dikurangi penyisihan kerugian piutang.
Contoh: 4-34
Lembaga keuangan syaraiah harus membentuk cadangan kerugian atas piutang Murabahah
sebesar Rp 1.000.000,00
Atas pembentukan cadangan piutang Murabahah tersebut lembaga keuangaan syariah
melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Beban kerugian Piutang Rp1.000.000,00
Cr. Cadangan kerugian piutang Rp1.000.000,00
2. Piutang Murabahah Bermasalah
Sebelum melakukan pembahasan hal-hal tersebut diatas, terlebih dahulu akan dibahas
pengakuan keuntungan Murabahah atas piutang Murabahah yang macet. Dalam PSAK 102
tentang Murabahah paragraf 23 huruf b, iii dijelaskan pengakuan keuntungan metode ini
sebagai berikut:
23 keutungan Murabahah diakui:
(b) selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk
merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari satu tahun. Metode-

58
metode ini digunakan, dan dipilih yang paling sesuai dengan karakteristik risiko dan upaya
transaksi Murabahah-nya:
(iii) keuntungan diakuai saat seluruh piutang Murabahah berasil ditagih. Metode ini
terapan untuk transaksi Murabahah tangguh diaman risiko piutang tidak tertagih dan
beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar. Dalam peraktek, metode ini
jarsng dipakai karena transaksi Murabahah Tangguh mungkin tidak terjadi bila tidak ada
kepastian yang memadai akan penagihan kasnya.
Contoh: 4-35
Dalam catatan atsminitrasi LKS Ridho Gusti menunjukan hutang Aminah sebesar
Rp72.600.000,00 yng terdiri dari porsi pokok sebesar Rp 60.000.000,00 dan porsi
keuntungan Murabahah sebesar Rp 12.600.000,00. Berdasarkan data-data yang ada dalam
LKS Ridho Gusti Aminah dikategorikan macet.
a. Dalam perbangkan Syariah, jika piutang Murabahah dikategorikan macet, LKS harus
membentuk cadangan kerugian porsi pokok Murabahah. Dalam contoh diatas LKS
membentuk cadangan kerugian (penyisihan penghapusan aktiva produktif / PPAP) piutang
Murabahah sebesar Rp 60.000.000.00 sehingga LKS Ridho Gusti melakukan jurnal:

Dr.Beban PPAP Mbh Rp60.000.000,00


Cr. Cad PPAP Mbh Rp30.000.000,00
b. Nasabah melakukan pembayaran atas piutang murabahah yang telah dikategorikan macet
(1) Aminah membayar sebagai utang murabahah kepada LKS Ridho Gusti sebesar Rp
30.000.000,00 maka LKS Ridhi Gusti melakukan jurnal:
Dr.Kas Rp 30.000.000,00
Cr.Piutang murabahah Rp60.000.000,00
Pembayaran hutang murabahah oleh nasabah diakui oleh LKS Ridho Gusti sebagai
pengembalian pokok murabahah terlebih dahulu, sehingga dalam catatan Bank porsi pokok
murabahah menunjukan saldo awal Rp60.000.000,00 dikurangi pembayaran
Rp30.000.000,00 sisa pokok murabahah Rp30.000.000,00 dan margin murabahah tangguhan
tetap Rp 12.600.000,00.
(2) Aminah membayar sebagian lagi hutang murabahah kepada LKS Ridho Gusti sebesar Rp
35.000.000,00 dari sisa hutangnya sebesar 42.600.000,00 maka LKS Ridho Gusti
melakukan jurnal:
(a) Dr. Kas Rp35.000.000,00

Cr piutang murabahah Rp35.000.000,00


(b) Dr. Margin Murabahah Tangguhan Rp5.000.000,00
Cr. Pendapatan Margin Murabahah Rp5.000.000,00
Pembayarn hutang murabahah oleh nasabah diakui oleh LKS Ridho Gusti sebagai
pengembalian pokok murabahab terlebih dahulu, sehingga dalam catatan Bank porsi pokok

59
murabahah menunjukan saldo awal Rp30.000.000,00 dikurangi pembayaran
Rp30.000.000,00 sisa pokok murabahah RpNihil dan saldo margin murabahah tangguhan
awal Rp12.600.000,00 dikurang Rp5.000.000,00 sisa margin tangguhan sebesar
Rp7.200.000,00 pembayaran hutang oleh nasabah sebesar Rp35.000.000,00 diakui oleh LKS
Ridho Gusti porsi pengembalian pokok murabahah sebesar Rp30.000.000,00 dan
pembayaran margin murabahah sebesar Rp5.000.000,00. Pendapatan margin Murabahah
sebesar Rp5.000.000,00 diperhitungkan dalam profit distribusi.
(3) Aminah melakukan pelunasan hutang murabahah kepada LKS Ridho Gusti sebesar
Rp7.000.000,00 maka LKS Ridho Gusti melakukan jurnal:
(a) Dr. Kas Rp7.600.000,00
Cr. Piutang Murabahah Rp7.600.000,00
(b) Dr. Margin Murabahah Tangguhan Rp7.600.000,00
Cr. Pendapatan Margin Murabahah Rp7.600.000,00
Oleh karena posisi pokok murabahah dalam catatan LKS Ridho Gusti telah
menunjukan nihil, maka seluruh pembayaran yang dilakukan oleh nasabah diakui olh LKS
Ridho Gusti sebagai pendapatan margin murabahah, yaitu sebesar Rp.7.600.000,00.
Pendapatan margin Murabahah sebesar Rp7.600.000,00 merupakan pendapatan operasi
utama dan prhitungan dalam Profit Distribusi.
Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa berapapun nasabah membayar yang berkurang
adalah piutang murabahahyang berrti sama dengan hutang murabahah bagi nasabah.
6. Akuntansi Pembeli Akhir
Perbedaan akuntansi murabahah dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah dengan
PSAK 59 tentang akuntansi perbankan syariah, adalah dalam PSAK 102 dibahas ketentuan-
ketentuan akuntansi pembeli akhir, dimana hal ini tidak pernah dibahas pada PSAK 59.
Pembahasan ketentuan akuntansi pada pembeli akhir ini dimaksudkan untuk memberikan
aturan akuntansi syariah pada sisi pembeli sehingga mempunyai presepsi yang sama pada
penjual maupun pembeli.
Akun-Akun Pada Pembukuan Pembeli.
A. Akun Dalam Laporan
1. Hutang Murabahah
2. Hutang Murabahah Jatuh Tempo
3. Piutang Uang Muka Murabahah
4. Aktiva Ttap
5. Hutang Kepada LKS

60
B. Akun Dalam Laporan Laba Rugi
1. Beban Murabahah Ditangguhkan
2. Diskon Murabahah
3. Potongan Pelunasan Hutang Murabahah
4. Kerugian Pesanan Murabahah
5. Beban Denda Murabahah
7. Penyajian dan Pengungkapan Murabahah
Dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah terlah dijelaskan hal hal terkait dengan
penyajian dan pengungkapa transaksi murabahah, dan dalam bab ini telah disajikan dalam butir
yang dibahas untuk memberikan gambaran yang lengkap atas transasksi tersebut.
Dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah dijelaskan hal-hal yang perlu disajikan
dalam transaksi murabahah sebagai berikut :
a. Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo
piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.
b. Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang
murabahah.
c. Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) hutang
murabahah.
Dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah dijelaskan hal-hal yang perlu
diungkapkan atas transaksi murabahah sebagai berikut :
a. Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak
terbatas pada :
i. Harga perolehan aset murabahah.
ii. Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan
dan
iii. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 : Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.
b. Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak
terbatas pada :
i. Nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah.
ii. Jangka waktu murabahah tangguh.
iii. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 : Penyajian Laporan Keuangan
Syariah.44

44
Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta, 2011, hlm. 133-154.

61
6. ZAKAT
1. Pengertian Zakat
Zakat secara bahasa adalah penyucian. Sedangkan pengertian zakat secara syara’ adalah
penyerahan pemilikan tertentu kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat
tertentu pula. Ini berarti bahwa orang-orang yang memiliki nisab zakat (muzakki) wajib
memberikan kadar tertentu dari hartanya kepada orang-orang miskin dan yang semisal mereka
yang berhak menerima zakat.45

2. Tujuan Zakat
Menurut Kahf (1999), tujuan utama zakat adalah untuk mencapai keadilan sosial ekonomi.
Muhammad Daud Ali menerangkan dengan lebih rinci. Menurutnya, tujuan zakat adalah:
A. Mengangkat derajat fakir miskin.
B. Membantu memecahkan masalah para Gharimin, Ibnu sabil dan mustahik lainnya.
C. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat islam dan manusia pada
umumnya.
D. Menghilangkan sifat kikir dan loba para pemilik harta.
E. Menghilangkan sifat iri dan dengki (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin.
F. Menjembatani jurang antara si kaya dan si miskin di dalam masyarakat.
G. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang terutama yang memiliki
harta.
H. Mendidik manusia terutama untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan
hak orang lain padanya.
I. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.46

3. Sumber Zakat
Jenis-jenis harta yang menjadi sumber zakat yang dikemukakan secara terperinci dalam Al-
Quran dan Hadis, menurut sebagian ulama pada dasarnya ada empat jenis. Yaitu:
A. Tanam-tanaman dan buah-buahan,
B. Hewan ternak,
C. Emas dan Perak,
D. Harta perdagangan.47

45
Nurul Huda, dkk, Keuangan Publik Islami, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011, hlm. 88.
46
Ibid, hlm. 89.
47
Ibid, hlm. 105.

62
4. Penyaluran Zakat
Penyaluran dana zakat telah disebutkan dalam surat at-Taubah 60 yang mengkhususkan
pada 8 golongan (asnaf), yaitu:
A. Fakir
B. Miskin
C. Amil
D. Muallaf
E. Hamba sahaya
F. Orang yang terlilit hutang
G. Orang yang sedang berjihad
H. Orang yang sedang dalam perjalanan.48

5. Akuntansi Zakat
Contoh kasus
Pada laporan keuangan tahun 2011, saldo dana zakat pada Bank Syariah Peduli (BPS) adalah
sebesar Rp 15.000.000. berikut adalah transaksi yang terkait dengan dana zakat pada BPS
selama tahun 2012.
 15 Januari 2012 diterima zakat dari Bapak Rahmad secara tunai sebesar Rp 3.000.000.
 15 Maret 2012 diterima zakat dari Bapak Thariq secara tunai sebesar Rp 12.000.000.
 17 Maret 2012 disalurkan tunai dana zakat kepada masyarakat miskin sebesar Rp
12.000.000.
 1 April 2012 diterima zakat perniagaan Bank Syariah Peduli selama tahun 2012 sebesar
Rp 50.000.000
 2 Mei 2012 diterima via rekening tabungan, zakat dari jamaah pengajian BUMN sebesar
Rp 10.000.000.
 7 Mei 2012 disalurkan dana zakat kepada ustad yang berdakwah di pedalaman pulau
Kalimantan sebesar Rp 10.500.000.
 16 Agustus 2012 diterima dana zakat penghasilan dari nasabah Giro sebesar Rp
20.000.000 via rekening nasabah.
 25 September 2012 disalurkan tunai dana zakat kepada orang miskin Rp 65.000.000.
 30 November 2012 disalurkan tunai dana zakat kepada muallaf sebesar Rp 2.000.000.
 15 Desember 2012 disalurkan tunai dana zakat kepada ibnu sabil sebesar Rp 500.000.
 27 Desember 2012 ditransfer honorarium amil sebesar Rp 500.000. ke rekening tabungan
Bapak Abdi petugas penyaluran bantuan dana ZIS.49

48
Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah, Salemba Empat, Jakarta, 2013, hlm. 318.
49
Ibid, hlm. 320.

63
Jurnal Transaksi
Bank Syariah Peduli

Tanggal Rekening Debit Kredit


Rp
Kas  
3.000.000
15 Januari 2012
Dana Zakat   Rp 3.000.000
     
Rp
Kas  
12.000.000
13 Maret 2012
Dana Zakat   Rp 12.000.000
     
Rp
Dana Zakat  
12.000.000
17 Maret 2012
Kas   Rp 12.000.000
     
Rp
Zakat Bank Syariah Peduli  
50.000.000
01 April 2012
Dana Zakat   Rp 50.000.000
     
Rp
Rekening Tabungan Nasabah  
10.000.000
02 Mei 2012
Dana Zakat   Rp 10.000.000
     
Rp
Dana Zakat  
10.500.000
07 Mei 2012
Kas   Rp 10.500.000
     
Rp
Rekening Giro Nasabah  
20.000.000
16 Agustus 2012
Dana Zakat   Rp 20.000.000
     
Rp
Dana Zakat  
65.000.000
25 September 2012
Kas   Rp 65.000.000
     
Rp
Dana Zakat
2.000.000  
30 November 2012
Kas   Rp 2.000.000
     
Rp
Dana Zakat
500.000  
15 Desember 2012 Rp
Kas
  500.000
     
27 Desember 2012 Dana Zakat Rp  

64
500.000
Rekening Tabungan Bp. Rp
Andi   500.000
     

65
Laporan Dana Zakat
Bank Syariah Peduli
Laporan Sumber dan Penggunaan Zakat
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2012 dan 2011

Keterangan Tahun 2012 Tahun 2011


Sumber Dana Zakat    
a. Zakat dari Bank Rp 50.000.000 Rp 35.000.000
b. Zakat dari Pihak Luar Bank Rp 45.000.000 Rp 45.000.000
Total Sumber Dana Rp 95.000.000 Rp 80.000.000
     
Penggunaan Dana Zakat    
Rp Rp
a. Fakir - -
b. Miskin Rp 77.000.000 Rp 48.000.000
Rp
c. Amil 500.000 Rp 500.000
Rp
d. Muallaf 2.000.000 Rp 4.000.000
Rp Rp
e. Gharim - -
Rp Rp
f. Hamba Sahaya - -
g. Orang yang Berjihad Rp 10.500.000 Rp 1.500.000
Rp
h. Orang yang dalam Perjalanan 500.000 Rp 30.000.000
Total Penggunaan Rp 90.500.000 Rp 84.000.000
     
Rp
Kenaikan (penurunan) sumber atas penggunaan 4.500.000 Rp (4.000.000)
     
Sumber dana zakat pada awal tahun Rp 15.000.000 Rp 19.000.000
Sumber dana zakat pada akhir tahun Rp 19.500.000 Rp 15.000.000

66
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Akuntansi syariah adalah akuntansi yang berbasis atau berlandaskan sistem dan norma
Islam, sehingga dalam penerapan diperlukan pemahaman mengenai syariah Islam. Terdapat
perbedaan yang mencolok antara sistem akuntansi konvensional dengan sistem akuntansi
syariah. Salah satu perbedaannya ada pada pengakuan laba atau rugi dalam sebuah transaksi.
Ketika kita berada di akuntansi konvensional hanya terdapat tiga model akuntansi yaitu pada
perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur sedangkan pada sistem
akuntansi syariah terdapat berbagai bentuk sistem akuntansi salah satunya adalah murabahah.
Adapun pengklasifikasian jenis sistem akuntansi pada sistem akuntansi syariah yaitu
berdasarkan produk akad atau perjanjiannya baik berupa murabahah, mudharabah, musyarakah
dan lain-lain Namun bagian lain masih terdapat pola kesamaan antar keduanya yaitu basis
akrual yang digunakan.

2. Saran
Untuk mencapai disiplin ilmu yang matang, sistem akuntansi syariah perlu banyak
perbaikan dan berkembangan sesuai dengan dinamika lembaga keuangan syariah di Indonesia.
Untuk itu perlu adanya dukungan dari kalangan profesional, praktisi maupun dari civitas
akademika untuk berusaha mengembangkan dan memperbaiki sistem akuntansi syariah
tersebut.

67
DAFTAR PUSTAKA

Wiroso. 2011. Akuntansi Transaksi Syariah.Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.

Yahya, Rizal. 2009. Akntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat.

Nurhayati, Sri. 2013. Wasilah, Akuntansi Syari’ah Di Indonesia. Jakarta:

Salemba Empat.

Dwi Suwiknyo. 2010. Pengantar Akuntansi Syari’ah. Yogyakarta:Pustaka

Pelajar.

Huda, Nurul dkk. 2011. Keuangan Publik Islami. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

http://referensiakuntansi.blogspot.com/2012/07/pengertian-akuntansi-syariah.html
https://usamahrahman.wordpress.com/2014/08/31/akuntansi-syariah-pengertian-arti-
penting-konsep-dasar-dan-prinsip-prinsip/

http://isma-ismi.com/akuntansi-syariah.html

http://referensiakuntansi.blogspot.com/2012/07/pengertian-akuntansi-syariah.html

http://akhirberawal.blogspot.com/2012/07/akuntansi-syariah-29.html

68

Anda mungkin juga menyukai