Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

PERILAKU KONSUMEN
MENGIDENTIFIKASI PERILAKU KONSUMEN DAN
MENGIDENTIFIKASI KONSEP DIRI DAN POLA KONSUMSI

Kelompok 10 :

Meri Fitri Yulia 17-110


Ardi Choneary 17-049
Adam Multahada 17-053

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BUNG HATTA
2019

MENGIDENTIFIKASI PERILAKU KONSUMEN

Identifikasi perilaku pelanggan adalah suatu usaha untuk mengidentitikasi pelanggan


dilihat dari sudut perilaku dengan memperhatikan faktor-faktor yang melingkupi diri
pelanggan baik sebagai individu, maupun sosial, setelah dapat diidentifikasi, maka langkah
selanjutnya adalah memotivasi dengan menggunakan media promosi agar dapat melakukan
pembelian produk seperti yang ditawarkan.

Perilaku Pelanggan 

Pelanggan adalah mahluk indvidu sekaligus sosial, maka faktor-faktor yang melingkupinya
akan dibahas sebagai berikut :

Individu

 Belanja untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri

 Mengharapkan kepuasan pelayanan dan produk

 Kelas sosial, di antaranya dilihat dari tingkat penghasilan dan pendidikan

 Pembelian dipengaruhi situasi dan kondisi serta daya beli dari individu

Lingkungan masyarakat

 Belanja produk secara psikologis dipengaruhi lingkungan tempat tinggal atau


tetangga lingkungan perumahan

 Produk yang dibeli dipengaruhi gengsi

 Pembelian produk mengacu pada merk yang dibeli tetangga

Budaya kota dan desa


a. Budaya Kota

 Pembelian produk lebih terpengaruh pada media promosi


( TV, Koran, Majalah, internet )

 Pembelian produk sesuai dengan lingkungan perkotaan

 Informasi tentang produk tersedia, dan cepat diketahui dengan cepat

 Pembelian mengacu pada kesibukan kota

b. Budaya Desa
 Pembelian produk kurang dipengaruhi media promosi

 Pembelian produk sesuai dengan lingkungan pedesaan

 Informasi tentang produk lambat diketahui, kurang cepat tersedia

 Sumber informasi dalam jumlah terbatas

Ekonomi

 Seseorang yang hidup dari kekayaan warisan

 Orang yang berhasil dalam usaha atau profesinya sehingga tingkat


ekonominya dikatakan kelas menengah

 Para pekerja kantoran (kerah putih) yang bergaji menengah

 Para pekerja standar, hanya sedikit di atas garis kemiskinan

 Pekerja tidak tetap atau tidak memiliki pekerjaan

Idiologi/Agama

 Pembelian produk mengacu pada Idiologi/ agama yang dianut

 Pembelian perlengkapan ritual agama

Tata Nilai

 Pembelian produk mengacu pada tata nilai budaya yang melingkupi seseorang

 Tata nilai tiap orang yang berasal dari daerah yang berbeda akan menampilkan pola
pembelian yang berbeda

 Nilai budaya Indonesia akan berbeda dengan orang luar negeri, menyebabkan pola
konsumsi yang berbeda pula

Status sosial

 Status sosial akan mempengaruhi pembelian produk

 Setiap penyandang status sosial yang berbeda, pembelian produk berbeda pula

 Seiring naiknya pendapatan seseorang, maka pembelian akan meningkat

Motivasi Pembelian

Kegunaan dari mengetahui motivasi Pembelian adalah untuk mengidentifikas perilaku


pelanggan sehingga dapat diketahui pola pembelian, agar penjualan dapat lebih berhasil, yang
terdiri dari :
1. Motivasi pembelian adalah motif membeli dan keinginan umum naluriah manusia, yaitu
alasan atau sebab seseorang melakukan pembelian, dengan tujuan memenuhi kebutuhannya,
yaitu:

 Akal (rasional) Pembelian produk yang disertai dengan pemikiran bahwa produk yang
dibeli memang dibutuhkan, dan sesuai dengan kemampuan daya beli yang dimilikinya

 Pelayanan toko (service) Keinginan membeli produk timbul akibat dari pelayanan
yang memuaskan, baik dari kualitas produknya maupun fasilitas yang disediakan
pihak toko

 Kebutuhan mendesak, Keingian membeli produk karena memang merupakan


kebutuhan yang mendesak dan harus diadakan, misalnya pengendara motor, waktu
musim hujan membutuhkan jas hujan

2. Faktor intern (dalam) dan Ekstern (luar) Pembelian dilakukan karena pengaruh dari:

 Orang yang pertama mempunyai ide atau gagasan (initiator)

 Orang yang mempengaruhi keputusan pembelian (influencer)

 Orang yang menentukan sebagian atau keseluruhan pembelian (Key)

 Orang yang melaksanakan pembelian (purchaser)

3. Psikologis, Pengaruh pembelian karena:

 pengalaman yang didapat baik positif maupun negatif dalam pembelian produk

 karakter/kepribadian, seperti pemikiran, sikap, ucapan dan tindakan

 pengaruh merk ( brand ), produk yang berkualitas

 Konsep dir, pandangan terhadap diri sendiri

5 Langkah Cara Mengenali Perilaku Konsumen dalam Inbound Marketing :

Tahap 1. Identifikasi Pertanyaan-Pertanyaan yang Mungkin Ditanyakan Pembeli

Untuk membuat konten yang menarik perhatian pembeli, memahami pertanyaan-pertanyaan


apa saya yang mungkin akan ditanyakan pembeli adalah hal yang sangat penting. Anda bisa
menganalisis pertanyaan apa saja yang mungkin akan dibuat pembeli dengan menggunakan 4
tahap model Perjalanan Pembeli, yaitu:

1. Tahap Kesadaran (Awareness)

2. Pertimbangan (Consideration)

3. Pengambilan Keputusan (Decision) dan terakhir,


4. Pengalaman (Experience Stage).

Tahap 2. Identifikasi Persona-Persona di Kelompok Pembeli

Untuk hasil yang lebih efektif, perjalanan pembeli harus dipetakan sesuai dengan masing-
masing persona atau target pembeli. Namun pada kenyataannya, Anda tidak bisa memberi
perhatian pada satu persona saja. Anda juga harus mempertimbangkan mengenai pembeli
potensial lain yang ada pada kelompok pembeli yang Anda targetkan. Ini berguna untuk
menemukan ide baru untuk konten yang Anda buat.

Ini juga adalah kesempatan Anda untuk menyediakan konten yang sesuai dengan target
pembeli Anda, namun juga bisa disebarkan pada orang lain di kelompok pembeli tersebut.
Dengan mengetahui pihak mana saja yang terlibat dalam setiap tahap, pembeli Anda bisa
“membantu memasarkan” konten Anda pada orang lain di kelompoknya.

Tahap 3. Menentukan Format yang Tepat

Di langkah ini Anda harus memikirkan bagaimana cara mempresentasikan konten Anda
sesuai dengan tahap Perjalanan Pembeli. Di tahap Kesadaran, format yang cocok antara lain
adalah

 arahan singkat,

 blog,

 atau petunjuk singkat lainnya.

Sementara itu, di tahap Pertimbangan (Consideration), Anda harus menyajikan informasi


yang lebih mendalam dan bertujuan untuk memberi solusi spesifik pada suatu masalah.
Format yang bisa Anda gunakan misalnya

 e-Book

 Video demonstrasi

 atau studi kasus.

Tahap 4. Pergilah ke Tempat Para Pembeli Berkumpul

Anda harus mempromosikan konten Anda di tempat yang dikunjungi para pembeli untuk
mencari informasi. Ini adalah kunci kesuksesan dalam mempromosikan konten Anda.

Google tentu adalah tujuan utama, tapi jangan lupa untuk mencari tahu tempat lain yang
sering didatangi para pembeli untuk mencari informasi, misalnya pameran perdagangan,
publikasi atau asosiasi industri, dan tentu saja media sosial.

Tahap 5. Optimasi Konten Anda dengan Kata Kunci dan Istilah yang Relevan

Google adalah faktor penting pada tahap Kesadaran dan Pertimbangan. 70 persen pembeli
akan mengacu pada Google dan mengaksesnya beberapa kali untuk melakukan penelitian
mengenai poin-poin plus yang ditawarkan oleh setiap penjual, dan yang mana yang bisa
menguntungkan mereka. Jadi, Anda harus menganalisis kata kunci dan istilah apa yang para
pembeli sering gunakan untuk saat mencari informasi yang mereka inginkan. Long-tail
keywords akan membantu Anda untuk mendapatkan traffic yang lebih berkualitas karena
kata kunci semacam ini menargetkan hal yang lebih spesifik dan mendekati keinginan
pembeli. Demikianlah 5 Langkah Cara Mengenali Perilaku Konsumen dari kami.

Ciri-ciri Perilaku Konsumen Rasional

• Konsumen mempunyai barang berdasarkan kebutuhan. • Barang yang dipilih konsumen


memberikan kegunaan optimal bagi konsumen. • Konsumen memilih barang yang mutunya
terjamin. • Konsumen mempunyai barang yang harganya sesuai dengan kemampuan
konsumen.

Ciri-ciri Perilaku Konsumen Irrasional

• Konsumen sangat cepat tertarik dengan iklan dan promosi di media cetak maupun
elektronik. • Konsumen memilih barang-barang bermerk atau branded yang sudah dikenal
luas. • Konsumen memilih barang bukan berdasarkan kebutuhan, melainkan karena gengsi
atau prestise.

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

a. Motivasi (motivation) Motivasi adalah suatu dorongan atau keinginan yang tumbuh di
dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Persepsi (perception) Persepsi adalah hasil penjelasan seseorang terhadap stimulus atau
kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalaman-Nya terhadap rangsangan
tersebut.

c. Pembentukan Sikap (attitude formation) Pembentukan sikap adalah sebuah nilai yang ada
di dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka atau tidak suka terhadap seseorang
akan suatu hal.

d. Integras (integration) Integrasi adalah kesamaan antara sikap dan tindakan, integritas
merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk
membeli, sedangkan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang agar tidak
membeli produk tersebut.

3 pendekatan untuk mengenali perilaku konsumen, pendekatan-pendekatan


tersebut adalah sebagai berikut :

1.      Pendekatan Interpretif.

Pendekatan ini adalah pendekatan yang membahas secara mendalam hal-hal mendasar
mengenai perilaku konsumen. Dalam pendekatan ini menggunakan teknik observasi langsung
yaitu menggunakan teknik wawancara yang dilakukan secara mendalam dan menyeluruh.
Selain wawancara, pendekatan ini juga mengutamakan focus group discussion. Semua hal
tersebut dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan mengenai makna suatu produk atau jasa
bagi konsumen, serta perasaan yang dialami konsumen ketika membeli kemudian
menggunakan produk maupun jasa tersebut.

2.      Pendekatan Tradisional yang didasari pada teori dan metode dari Ilmu Psikologi
Kognitif, Sosial dan Behavioral serta Ilmu Sosiologi.

Pendekatan ini menggunakan studi lapangan berupa eksperimen yang didukung dengan
survey dengan tujuan untuk menguji hipotesa penelitian yang berkaitan dengan teori.
Kemudian dicari sebuah pemahaman mengenai proses seorang konsumen menganalisa
beberapa informasi, membuat keputusan, dan pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku
konsumen tersebut. Tujuan utama dari pendekatan ini adalah untuk mengembangkan teori
dan metode yang relatif. Yang mana akan digunakan untuk menjelaskan perilaku konsumen
serta pembuatan keputusan konsumen.

3.      Pendekatan Sains Pemasaran yang didasari pada teori dan metode dari Ilmu Ekonomi
dan Statistika.

Penelitian dalam pendekatan ini menggunakan pengembangan teori dari Abraham Maslow
yaitu Teori Hierarki Kebutuhan Maslow. Teori tersebut berisi tentang hierarki kebutuhan
manusia yang kemudian diuji coba dengan model Ilmu Matematika. Pendekatan ini dilakukan
untuk memprediksi moving rate analysis atau pengaruh startegi marketing terhadap pilihan
dan pola konsumsi.
MENGIDENTIFIKASI KONSEP DIRI DAN POLA KONSUMSI

Konsep Diri
Pengertian Konsep diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri.
Pandangan diri terkait dengan dimensi fisik, karakteristik individual, dan motivasi
diri. Pandangan diri tidak hanya meliputi kekuatan-kekuatan individual, tetapi juga
kelemahan bahkan juga kegagalan dirinya. Konsep diri merupakan inti dari kepribadian
individu. Inti kepribadian berperan penting untuk menentukan dan mengarahkan
perkembangan kepribadian serta perilaku positif individu.
Konsep diri (self concept) adalah inti dari kepribadian dalam diri seseorang. Inti
kepribadian individu punya peranan yang sangat penting dalam menentukan dan
mengarahkan perkembangan kepribadian serta perilaku seseorang di tengah-tengah
masyarakat termasuk perilakunya sebagai seorang konsumen.

Jenis-Jenis Konsep Diri


Konsep diri memiliki beberapa jenis yang diantaranya adalah:
Jenis Konsep Diri Positif
Jenis konsep ini baik bila di miliki oleh seorang individu karana memiliki:
1.   Merasa setara dengan orang lain
2.   Yakin dapat mengatasi segala macam masalah
3.   Dapat menerima pujian tanpa rasa malu
4.   Dapat menyadari bahwa setiap orang memiliki suatu perasaan, keinginan, serta prilaku yang
tidak semuanya dapat di setukui oleh anggota masyarakat.
5.   Dapat memperbaiki dirinya sendiri yang di maksud dia mampu untuk dapat mengungkapkan
tentang aspek-aspek kepribadian yang tidak di sukainya dan akan berusaha untuk dapat
mengubahnya.

Jenis Konsep Diri Negatif


Hal ini di miliki oleh seseorang juga yang berupa:
1.      Sangat serponsif akan pujian
2.      Peka akan kritikan.
3.      Lebih bersikap hiperkritis.
4.      Merasa tidak di sukai oleh orang lain.
5.      Memiliki sikap pesimis akan setiap kompetisi.

Saat seseorang menetapkan bagaimana konsep dirinya itu sama saja dia menetukan
gaya hidupnya. Gaya hidup seseorang mempengaruhi semua aspek perilaku konsumsi
seseorang dan merupakan fungsi dari karakteristik individu yang melekat yang telah dibentuk
dan terbentuk melalui interaksi sosial sebagai orang tersebut yang  telah berkembang melalui
siklus kehidupan.
Teori konsep diri
London dan Della Bita (1993) menyatakan bahwa ada empat teori utama tentang konsep diri,
yaitu :

1. Self-Appraisal.
Teori ini menyatakan bahwa konsep seseorang terkait dengan perilakunya yang diterima
masyarakat (socially accptable behavior) atau ditolak masyarakat (antisocial). Berdasarkan
teori ini maka seseorang akan memiliki pandangan bahwa dirinya adalah pribadi yang
diterima masyarakat karena perilakunya adalah sesuai dengan yang diinginkan masyarakat,
sebaliknya seseorang akan memandang dirinya sebagai pribadi yang bertentangan dengan
keinginan masyarakat, karena perilakunya tidak diterima oleh masyarakat.

2. Reflected Appraisal
Teori ini sering disebut juga dengan “looking-glass self”. Teori ini menyatakan bahwa
konsep diri akan terbentuk karena seseorang menerima penghargaan dari orang lain. Pemberi
penghargaan dan besarnya penghargaan akan menentukan derajat konsep diri yang terbentuk.
Penghargaan dari orang-orang yang dianggap penting bagi seseorang (misalnya orang tua,
teman, atasan, saudara, guru, dan dosen yang sangat dikagumi orang tersebut) juga
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pengembangan konsep diri.

3. Social Comparison
Teori reflected appraisal cenderung menganggap bahwa seseorang adalah pasif, dia hanya
merefleksikan penghargaan yang diperoleh dari orang lain. Sebaliknya, teori social
comparison lebih menekankan bahwa konsep diri seseorang sangat tergantung bagaimana dia
memandang dirinya dalam kaitannya dengan orang lain. Thorstein Veblen adalah ilmuwan
pencetus teori ini, dia sangat penasaran untuk memahami mengapa orang bersemangat
mengumpulkan lebih banyak barang dan jasa dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan.
Hal ini terjadi karena orang mengumpulkan atau memiliki barang bukan saja untuk
memenuhi kebutuhannya, tapi juka membandingkannya dengan jumlah yang dimiliki orang
lain. Jika ia memandang jumlah yang dimilikinya masih sedikit dibandingkan orang lain,
maka ia akan selalu merasa tidak puas.

4. Biased Scanning
Teori ini mengemukakan bahwa konsep diri sangat terkait dengan motivasi dan biased
scanning, yaitu bagaimana pandangan seseorang terhadap lingkungannya. Berdasarkan teori
ini pengembangan konsep diri sangat berganntung kepada aspirasi dan motivasi seseorang
untuk mencapai tujuan tertentu dan selanjutnya ia akan melakukan pengamatan bias (biased
scanning) terhadap lingkungannya untuk mencari informasi yang dapat menguatkan aspirasi
dan motivasinya.

Konsep Diri dan Perilaku


Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku seseorang.
Bagaimana seseorang memandang dirinya akan tercermin dari keseluruhan perilakunya.
Artinya, perilaku individu akan selaras dengan cara individu memandang dirinya sendiri.
Apabila individu memandang dirinya sebagai orang yang tidak mempunyai cukup
kemampuan untuk melakukan suatu tugas, maka seluruh perilakunya Akan menunjukkan
ketidakmampuannya tersebut.
Menurut Felker (1974), terdapat tiga peranan penting konsep diri dalam menentukan
perilaku seseorang, yaitu:
a.       Pertama, self-concept as maintainer of inner consistency.
Konsep diri memainkan peranan dalam mempertahankan keselarasan batin
seseorang. Individu senantiasa berusaha untuk mempertahankan keselarasan batinnya. Bila
individu memiliki ide, perasaan, persepsi atau pikiran yang tidak seimbang atau saling
bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk
menghilangkan ketidakselarasan tersebut, individu mengubah perilaku atau memilih suatu
sistem untuk mempertahankan kesesuaian antara individu dengan lingkungannya. Cara
menjaga kesesuaian tersebut dapat dilakukan dengan menolak gambaran yang diberikan oleh
lingkungannya mengenai dirinya atau individu berusaha mengubah dirinya seperti apa yang
diungkapkan likungan sebagai cara untuk menjelaskan kesesuaian dirinya dengan
lingkungannya.

b.      Kedua, self-concept as an interpretation of experience.


Konsep diri menentukan bagaimana individu memberikan penafsiran atas
pengalamannya. Seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi individu tersebut dalam menafsirkan pengalamannya. Sebuah kejadian akan
ditafsirkan secara berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya, karena
masing-masing individu mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda terhadap diri
mereka. Tafsiran negatif terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh pandangan dan sikap
negatif terhadap dirinya sendiri. Sebaliknya, tafsiran positif terhadap pengalaman hidup
disebabkan oleh pandangan dan sikap positif terhadap dirinya.

c.       Ketiga, self-concept as set of expectations.


Konsep diri juga berperan sebagai penentu pengharapan individu. Pengharapan ini
merupakan inti dari konsep diri. Bahkan McCandless sebagaimana dikutip Felker (1974)
menyebutkan bahwa konsep diri seperangkat harapan-harapan dan evaluasi terhadap perilaku
yang merujuk pada harapan-harapan tersebut. Siswa yang cemas dalam menghadapi ujian
akhir dengan mengatakan “saya sebenamya anak bodoh, pasti saya tidak akan mendapat nilai
yang baik”, sesungguhnya sudah mencerminkan harapan apa yang akan terjadi dengan hasil
ujiannya. Ungkapan tersebut menunjukkan keyakinannya bahwa ia tidak mempunyai
kemampuan untuk memperoleh nilai yang baik, Keyakinannya tersebut mencerminkan sikap
dan pandangan negatif terhadap dirinya sendiri. Pandangan negatif terhadap dirinya
menyebabkan individu mengharapkan tingkah keberhasilan yang akan dicapai hanya pada
taraf yang rendah. Patokan yang rendah tersebut menyebabkan individu bersangkutan tidak
mempunyai motivasi untuk mencapai prestasi yang gemilang (Pudjijogyanti, 1988).

Konsep diri sangat berpengaruh sekali saat seseorang melakukan kegiatan konsumsi.
Seseorang akan menggunakan produk yang memiliki atribut yang sesuai atau dapat
mendukung konsep dirinya. Seorang pemasar akan memasarkan barangnya sesuai dengan
kepribadian dan kebutuhan konsumennya seperti Kebutuhan masyarakat pedesaan berbeda
dengan kebutuhan masyarakat perkotaan. 
Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
Konsep diri atau self concept tidaklah bawaan sejak lahir, melainkan hasil dari proses
belajar. Saat manusia mengenal lingkungannya, maka saat itu pula dia belajar berbagai hal
mengenai kehidupan. Berdasarkan pengalaman hidupnya, seorang individu akan menetapkan
konsep dirinya berdasarkan berbagai faktor.
Menurut E.B. Hurlock yang merupakan seorang psikolog, faktor yng mempengaruhi
konsep diri tersebut diataranya yaitu bentuk tubuh, cacat tubuh, pakaian, nama dan julukan,
inteligensi kecerdasan, taraf aspirasi/cita-cita, emosi, jenis/gengsi sekolah, status sosial,
ekonomi keluarga, teman dan tokoh/orang yang berpengaruh.
Sedangka GH Mead (Clara R Pudijogyanti, 1995: 12) mengatakan bahwa:
Konsep diri merupakan produk sosial yang dibentuk melalui proses internalisasi dan
organisasi pengalaman-pengalaman psikologis. Pengalaman psikologis ini merupakan hasil
eksplorasi individu terhadap lingkungan fisiknya dan refleksi dari dirinya yang diterima dari
orang-orang penting disekitarnya.

Pola Konsumsi
Sebelum kita membahas pola konsumsi, sebaiknya kita membahas apa itu konsumsi.
Konsumsi adalah segala kegiatan yang dipergunakan dengan tujuan untuk mengambil
kegunaan pada suatu produk dan jasa. Produk dan jasa ini dapat berupa barang atau benda,
serta sebuah jenis jasa atau pelayanan. Kegiatan konsumsi ini dimaksudkan untuk memenuhi
semua kebutuhan yang bersifat penting atau bahkan hanya bersifat kesenangan dan kepuasan
dalam waktu seketika. Barang konsumsi adalah barang-barang yang diproduksi dengan
tujuan untuk dipergunakan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan
konsumsi ini tercipta karena adanya seseorang yang melakukan proses produksi atau
memproduksi. Begitu pula sebaliknya, kegiatan produksi ada karena seseorang yang
melakukan kegiatan konsumsi atas produk tersebut.

Tujuan konsumsi
Ada banyak tujuan orang melakukan kegiatan konsumsi di antaranya adalah :
1. Mengurangi nilai guna barang atau jasa secara bertahap Setiap orang yang melakukan
konsumsi akan mengurangi nilai guna barang atau jasa tersebut secara bertahap. Sebagai
contohnya ialah seperti memakai pakaian, kendaraan dan sepatu.
2. Menghabiskan nilai guna barang sekaligus Konsumen juga dapat menghabiskan nilai guna
barang sekaligus. Sebagai contoh adalah makan dan minum.
3. Memuaskan kebutuhan secara fisik Seseorang melakukan konsumsi bertujuan untuk
mencukupi kebutuhan mereka secara fisik. Kebutuhan tersebut telah dijelaskan pada
pembahasan bab sebelumnya. Contohnya ialah mengenakan pakaian yang bagus agar
penampilannya bertambah baik.
4. Memuaskan kebutuhan rohani Tidak hanya kebutuhan secara fisik saja tujuan seorang
konsumen melakukan kegiatan konsumsi akan tetapi juga untuk memuaskan kebutuhan
rohani seperti contohnya ialah membeli kitab suci untuk kebutuhan religiusitas/ rohaninya.
5. mendapat penghargaan dari orang lain.Kadang kala orang mengonsumsi barang atau jasa
bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tapi juga ingin mendapat penghargaan/pujian
dari orang lain. Contoh, orang memakai barang mewah yang harganya ratusan juta selain
untuk memenuhi kebutuhan akan barang, juga ingin mendapat penghargaan dari orang lain.

Anda mungkin juga menyukai