Anda di halaman 1dari 34

“Pengaruh Faktor Budaya dan Etika

Terhadap Bisnis Internasional”


Tugas International Business

Bagus Nur Hakim


5114221045

Magister Management Executive

University of Pancasila

Jakarta 2016
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah........................................ 1
1.2 Perumusan Masalah.............................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................... 2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka........................................................ 3
2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional........ 3
2.1.2 Faktor – Faktor Pendorong .......................... 3
2.1.3 Pengertian Budaya Lingkup Bisnis Internasional 4
2.1.3.1 Enam Cara Bisnis Lintas Budaya ............. 4
2.1.3.2 Karakteristik Kebudayaan......................... 7
2.1.4.Lima Dimensi Orientasi................................ 7
2.1.5 Komponen – Komponen Sosiokultur............. 8
2.1.6 Pengertian Etika.......................................... 8
2.1.7 Teori Etika................................................... 9
2.1.8 Pengertian Etika Bisnis................................ 10
2.1.9 Permasalahan Etika Bisnis dalam Bisnis..... 11
2.1.10 Prinsip Etika Bisnis.................................... 12
2.1.11Kode Etik Perusahaan................................ 14
BAB III : PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Perdagangan Internasional................. 15
3.2 Manfaat Perdagangan Internasional ..................... 15
3.3 Faktor Pendorong Perdagangan Internasional ..... 16
3.4 Pengaruh Budaya Terhadap Bisnis Internasional . 16
3.5 Pengaruh Etika Terhadap Bisnis Internasional ..... 18
BAB IV : KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan............................................................ 21
4.2 Saran..................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 23

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu Ekonomi Internasional adalah cabang ilmu ekonomi yang


mempelajari segala sesuatu mengenai hubungan ekonomi antar negara.
Hubungan ekonomi tersebut mencakup tiga bentuk hubungan, pertama berupa
pertukaran hasil atau output negara satu dengan negara lain, kedua berupa
pertukaran atau aliran sarana produksi atau faktor produksi, dan ketiga berupa
hubungan utang piutang antar negara atau hubungan kredit.

Bentuk hubungan tersebut merupakan permasalahan ekonomi


internasional, yang secara garis besar menyangkut aspek: pola atau bentuk
perdagangan, harga ekspor dan impor barang dagangan/barang modal, manfaat
perdagangan, pengaruh pendapatan nasional, mekanisme neraca pembayaran,
politik perdagangan luar negeri, persekutuan perdagangan, modal luar negeri
(investasi) dan transfer teknologi.

Perdagangan atau pertukaran berarti proses tukar-menukar yang


dilakukan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak yang terlibat. Pada
kenyataannya, dalam memenuhi kebutuhannya suatu negara belum mampu
memproduksi barang sendiri tanpa menerima bantuan dari negara lain. Seiring
dengan berkembangnya teknologi, memungkinkan suatu negara mengadakan
hubungan dagang dengan negara lain atau mengadakan kegiatan ekspor dan
impor. Oleh karena proses tukar-menukar tersebut dilakukan antar negara, maka
disebut dengan perdagangan internasional.

Dari uraian di atas, perdagangan internasional ( international trade) dapat


didefinisikan sebagai kegiatan transaksi dagang antara satu negara dengan
negara lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa, dan dilakukan melewati
batas daerah suatu negara. Misalnya Indonesia mengadakan hubungan dagang
dengan Prancis, Japan, China, Amerika Serkat, Singapura, Malaysia, dan lain-
lain.

Pemasaran internasional merupakan salah satu bentuk pemasaran yang


telah lama dilakukan oleh orang-orang terdahulu, banyak sejarah mencatat
bahwa perdagangan antar wilayah dilakukan melalui jalur laut maupun darat, dan
para saudagar yang terkenal dan menjadi pemain utama dalam perdagangan di
masa itu diantaranya saudagar Cina, Arab maupun dari barat seperti spanyol dan
portugis. namun saat itu pemasaran masih dilakukan secara sederhana dan
tradisional, tidak ada strategi-strategi pemasaran khusus dan kompleks dalam
pelaksanaan kegiatan usahanya.

Kini pemasaran internasional telah jauh mengalami perubahan. Setiap


pelaku usaha harus faham mengenai seluk beluk daerah pemasarannya agar
kegiatan usahanya dapat bertahan dan sukses melakukan kegiatannya secara
global, saat ini daerah pemasaran internasional sudah semakin berkembang dan
menjadi lebih kompleks serta luas, karena daerah pemasaran internasional
dibedakan berdasarkan batas wilayah negara yang memiliki karakteristik yang
berbeda satu sama lainnya. Sehingga perusahaan yang akan sukses dan

1
berhasil dalam melakukan pemasaran internasional adalah perusahaan yang
dapat mengetahui seluk-beluk daerah pemasarannya dengan baik.
Salah satu aspek yang paling berpengaruh dalam pemasaran
internasional adalah faktor budaya. Pemasar internasional harus mengetahui
pengaruh budaya dan harus menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang
akan dihadapi akibat adanya aspek budaya ini. Hal ini karena setiap daerah dan
batas wilayah memiliki budaya yang berbeda-beda. Sehingga Dalam membuat
produk, budaya merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi
karakteristik produk tersebut.

Di sisi lain hubungan bisnis antara pihak-pihak yang terlibat dalam


kegiatan bisnis juga sangat dipengaruhi oleh faktor budaya atau kebangsaan
yang berbeda. sehingga pemasaran internasional memiliki tantangan tersendiri
dalam ke dinamisan faktor budaya internasional tersebut. Salah sat tantangan
yang harus dihadapai oleh perusahaan global dalah karakteristik perilaku
konsumen yang semakin kompleks. Hal ini karena perilaku pembelian dan
kebutuhan konsumen didorong oleh norma-norma budaya. Latar belakang
budaya juga mempengaruhi konsumen dalam mengolah informasi dan faktor
yang memotivasi konsumen dalam melakukan pembelian. Perusahaan yang
melakukan bisnis global berarti berhubungan dengan konsumen, mitra strategis,
distributor dan pesaing dengan pola pikir budaya yang berbeda.

Oleh karena itu aspek budaya menjadi aspek yang harus diperhatikan
bagi perusahaan yang akan melakukan kegiatan bisnisnya secara global,
sehingga aspek budaya dapat dijadikan landasan perusahaan dalam melakukan
kegiatan pemasarannya.

Setiap tahun, selama tujuh tahun terakhir para eksekutif senior dari 250
perusahaan di California selatan telah disurvei mengenai kegiatan bisnis
internasional perusahaan mereka (Aigner dan Kraemer 1994-2000). Di tahun -
tahun ini para eksekutif telah mengidentifikasi “Perbedaan Budaya” sebagai
masalah yang paling serius mempengaruhi penjualan dan operasi bisnis
internasional mereka. Peraturan pemerintah negara lain juga konsisten
disebutkan sebagai masalah.

Tantangan utamanya adalah yang terkait dengan perbedaan budaya bagi


para eksekutif Amerika dalam mengelola perusahaan bisnis internasional
mereka. Seperti yang disebutkan di atas, hambatan budaya sering tersembunyi
tapi berepengaruh langsung pada bisnis internasional. Kabar baik dari survey
tersebut adalah bahwa semua hambatan tampaknya mulai berkurang. Hasil riset
dengan teknik wawancara menunjukkan bahwa internet membantu mengatasi
waktu dan hambatan jarak dalam berkomunikasi, bahkan yang lintas budaya
lebih efisien. Budaya memiliki dampak luas pada manajemen sumber daya
manusia (Adler 1997). Budaya mempengaruhi bagaimana para pekerja
menanggapi gaji dan insentif non-bayar, bagaimana mengatur perusahaan, dan
bahkan bagaimana eksekutif menyusun dan menerapkan strategi bisnis
internasionalnya.

Selama dekade terakhir penelitian dan literatur tentang etika bisnis


mengalami peningkatan signifikan. Ini tidaklah mengherankan mengingat betapa
kompleksnya etika bisnis dalam organisasi – organisasi dan pentingnya etika
bisnis dalam ajang internasional. Situasi – situasi etika bisnis menjadi kompleks,
mencakup hal – hal seperti pengharapan sosial, kompetisi yang jujur,

2
perlindungan dan hak – hak legal, serta tanggung jawab sosial. Etika bisnis juga
menimbulkan konsekuensi potensial bagi banyak pihak, seperti konsumen,
pegawai, pesaing usaha, dan masyarakat umum. Dalam ajang internasional,
pesatnya globalisasi usaha semakin banyak menimbulkan pertanyaan –
pertanyaan tentang etika dalam lingkungan baru dan berbeda (Hyan, 2001).

Hingga saat ini, banyak penelitian empiris yang diarahkan untuk meneliti
faktor – faktor penentu perilaku etis. Faktor – faktor penentu yang paling banyak
diteliti antara lain atribut – atribut personal (seperti agama, kewarganegaraan,
jenis kelamin, dan usia). Pendidikan serta pengalaman kerja, kepribadian, nilai –
nilai dan keyakinan. Kelompok – kelompok referen seperti pengaruh kelompok
seprofesi, pengaruh manajemen puncak, serta penghargaan dan sangsi (Hyan,
2001).

Meneliti faktor -faktor penentu etika berperilaku merupakan langkah yang


penting karena dapat menambah pengetahuan tentang faktor – faktor yang terkait
dengan etika bisnis dan pengambilan keputusan yang etis. Penelitian etika bisnis
lebih banyak dilakukan di negara – negara maju terutama di negara - negara
barat dimana hasil penelitiannya belum dapat diterapkan di negara - negara
berkembang misalnya negara – negara Asia.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas paper ini memiliki rumusan


masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh faktor budaya terhadap perdagangan internasional?


2. Bagaimana pengaruh budaya terhadap pemasaran internasional?
3. Bagaimana pengaruh etika terhadap perdagangan internasional?

1.2 Tujuan Penulisan

Paper ini memiliki tujuan sebagi berikut:


1. Untuk mengetahui pengaruh dari faktor budaya terhadap perdagangan
internasional.
2. Untuk mengetahui pengaruh budaya terhadap pemasaran internasional.
3. Untuk mengetahui pengaruh etika terhadap perdagangan internasional.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka.

2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional

Perdagangan atau pertukaran berarti proses tukar-menukar yang


dilakukan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak yang terlibat. Pada
kenyataannya, dalam memenuhi kebutuhannya suatu negara belum mampu
memproduksi barang sendiri tanpa menerima bantuan dari negara lain. Seiring
dengan berkembangnya teknologi, memungkinkan suatu negara mengadakan
hubungan dagang dengan negara lain atau mengadakan kegiatan ekspor dan
impor. Oleh karena proses tukar-menukar tersebut dilakukan antar negara, maka
disebut dengan perdagangan internasional.

Dari uraian di atas, perdagangan internasional ( international trade) dapat


didefinisikan sebagai kegiatan transaksi dagang antara satu negara dengan
negara lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa, dan dilakukan melewati
batas daerah suatu negara. Misalnya Indonesia mengadakan hubungan dagang
dengan Prancis, Jepang, Cina, Amerika Serkat, Singapura, Malaysia, dan lain-
lain. Dengan demikian perdagangan antarnegara memungkinkan terjadinya:
a. Tukar-menukar barang-barang dan jasa-jasa.
b. Pergerakan sumberdaya melalui batas negara, baik sumber daya
alam, sumber daya manusia, maupun sumber daya modal.
c. pertukaran dan perluasan penggunaan teknologi, sehingga dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi negara-negara yang terlibat di
dalamnya.
d. Memengaruhi perkembangan ekspor dan impor serta Neraca
Pembayaran Internasional (NPI) atau Balance of Payment.
e. Kerja sama ekonomi antar negara di dunia.

2.1.2 Faktor – Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perdagangan internasional dapat


diuraikan sebagai berikut:
1. Perbedaan Sumber Alam
Suatu negara mempunyai kekayaan alam yang berbeda, sehingga hasil
pengolahan alam yang dinikmati juga berbeda. Oleh karena sumber
kekayaan alam yang dimiliki suatu negara sangat terbatas, sehingga
diperlukan tukar-menukar atau perdagangan.
2. Perbedaan Faktor Produksi
Selain faktor produksi alam, suatu negara mempunyai perbedaan
kemampuan tenaga kerja, besarnya modal yang dimiliki, dan
keterampilan seorang pengusaha. Oleh karena itu, produk yang
dihasilkan oleh suatu negara juga mengalami perbedaan, sehingga
dibutuhkan adanya perdagangan.
3. Kondisi Ekonomis yang Berbeda
Karena adanya perbedaan faktor produksi yang mengakibatkan
perbedaan biaya produksi yang dikeluarkan untuk membuat barang,

4
maka bisa jadi dalam suatu Negara memerlukan biaya tinggi untuk
memproduksi barang tertentu. Sehingga negara tersebut bermaksud
mengimpor barang dari luar negeri karena biayanya dianggap lebih
murah.
4. Tidak Semua Negara Dapat Memproduksi Sendiri Suatu Barang
Karena keterbatasan kemampuan suatu negara, baik kekayaan alam
maupun yang lainnya, maka tidak semua barang yang dibutuhkan oleh
suatu negara mampu untuk diproduksi sendiri, untuk itulah diperlukan
tukar-menukar antarbangsa.
5. Adanya Motif Keuntungan dalam Perdagangan
Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang selalu terdapat
perbedaan. Adakalanya suatu negara lebih untung melakukan impor
daripada memproduksi sendiri. Namun, adakalanya lebih menguntungkan
kalau dapat memproduksi sendiri barang tersebut, karena biaya
produksinya lebih mudah. Oleh karena itu, negara-negara tersebut akan
mencari keuntungan dalam memperdagangkan barang hasil produksinya.
6. Adanya Persaingan Antar Pengusaha dan Antar Negara
Persaingan ini akan berakibat suatu negara meningkatkan kualitas barang
hasil produksi dengan biaya yang ringan, sehingga dapat bersaing dalam
dunia perdagangan.

2.1.3 Pengertian Budaya Lingkup Bisnis Internasional.

Secara terminologi budaya adalah keseluruhan kepercayaan, aturan,


teknik, kelembagaan dan artefak buatan manusia yang mencirikan populasi
manusia. Jadi budaya terdiri atas pola-pola yang dipelajari mengenai perlaku
umum bagi anggota dari masyarakat tertentu, yaitu gaya hidup yang unik dari
suatu kelompok atau orang tertentu. Kebudayaan adalah kumpulan nilai,
kepercayaan, perilaku, kebiasaan, dan sikap yang membedakam suatu
masyarakat dari yang lainnya. Kebudayaan suatu masyarakat menentukan
ketentuan - ketentuan yang mengatur bagaimana perusahaan dijalankan dalam
masyarakata tersebut.

Terdapat cara bagi para pelaku bisnis internasional untuk menyesuaikan


diri atau hidup dengan budaya-budaya lain yaitu menyadari bahwa adanya
budaya yang berbeda dari budayanya sendiri dan mereka harus mempelajari
karakteristik dari budaya-budaya tersebut sehingga dapat beradaptasi. Tetapi
menurut E.T. Hall terdapat dua cara untuk menyesuaikan diri dari budaya yaitu:
a. Menghabiskan seumur hidup disuatu negara tersebut.
b. Menjalani suatu program pelatihan yang sangat canggih dan ekstensif
yang mencakup karakteristik-karakteristik utama dari suatu budaya,
termasuk budaya itu sendiri.

2.1.3.1 Enam Cara dalam Melakukan Bisnis Lintas Budaya Internasional

1) Lakukanlah Persiapan.
2) Jangan Terburu – buru.
3) Bangkitkan Kepercayaan.
4) Memahami pentingnya Bahasa.
5) Menghormati Budaya.
6) Memahami Unsur – Unsur Budaya.

5
Budaya juga sangat mempengaruhi semua fungsi bisnis misalnya dalam
pemasaran, beraneka ragam sikap dan nilai menghambat banyak perusahaan
untuk mengunakan bauran pemasaran yang sama disemua pasar. Begitu juga
dalam manajemen sumber daya manusia, budaya nasional merupakan kunci
penentu untuk mengevaluasi para manajer, serta dalam produksi dan keuangan
faktor budaya sangat berpengaruh dalam kegiatan produksi dan keuangan.

2.1.3.2 Karakteristik Kebudayaan.

Berikut beberapa karakteristik kebudayaan yang perlu diperhatikan karena


mempunyai relevansi dengan bisnis internasional:
a) Kebudayaan mencerminkan perilaku yang dipelajari (learned behaviour)
yang ditularkan dari satu anggota masyarakat yang lainnya.
b) Unsur- unsur kebudayaan saling terkait (interrelated).
c) Kebudayaan sanggup menyesuaikan diri (adaptive), artinya kebudayaan
berubah sesuai dengan kekuatan- kekuatan eksternal yang
mempengaruhi masyarakat tersebut.
d) Kebudayaan dimiliki bersama (shared) oleh anggota - anggota
masyarakata tersebut dan tentu saja menentukan keanggotaan
masyarakat itu. Orang-orang yang sama-sama memiliki suatu
kebudayaan adalah anggota suatu masyarakat, orang - orang yang tidak
memilikinya berada diluar batas - batas masyarakat, berikut
beberapa pendapat lain tentang karakteristik budaya, adalah sebagai
berikut:
a. Dipelajari: Budaya tidak diwariskan atau bersifat biologi, budaya
diperoleh dari pembelajaran dan pengalaman.
b. Dibagi: Masyarakat adalah anggota dari kelompok organisasi atau
pembagian budaya masyarakat, budaya tidak spesifik pada
perorangan dan individu.
c. Perubahan generasi: Budaya bersifat kumulatif, melewati dari
generasi yang satu ke generasi yang lainnya.
d. Symbolic: Budaya berdasarkan pada kapasotas manusia untuk
memberi tanda atau menggunakan sesuatu untuk
menggambarkan yang lain.
e. Diteladani: Budaya mempunyai struktur dan terintegrasi,
perubahan dari 1 bagian akan membawa perubahan pada bagian
lain.
f. Penyesuaian: Budaya berdasarkan pada kapasitas manusia untuk
berubah & menyesuaikan diri.

Karena perbedaan budaya terdapat di seluruh negara, sebuah


pemahaman dari pengaruh budaya dalam perdagangan internasional merupakan
hal penting untuk diketahui manajemen internasional. Jika manajer internasional
tidak mengetahui sesuatu tentang budaya dari Negara lain yang mereka tuju
untuk berbisnis, maka hal tersebut akan menimbulkan bencana bagi perusahaan.

2.1.3.3 Unsur – Unsur Budaya.

Kebudayaan suatu masyarakat menentukan bagaimana anggota -


anggotanya berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Unsur - unsur dasar
kebudayaan adalah struktur sosial, bahasa, komunikasi, agama, dan nilai- nilai
serta sikap. Interaksi unsur- unsur ini mempengaruhi lingkungan lokal yang
merupakan tempat bisnis internasional dijalankan.

6
Struktur sosial adalah seluruh kerangka yang menentukan peran individu-
individu dalam masyarakat, stratifikasi masyarakat, dan mobilitas individu dalam
masyarakat tertentu. Strafikasi sosial didefinisikan semua masyarakat
mengelompokkan orang - orang dalam batas tertentu berdasarkan kelahiran,
pekerjaan, tingkat pendidikannya, atau ciri-ciri lainnya. Namun, pentingnya
kategori ini dalam menentukan bagaimana individu - individu berinteraksi satu
sama lain dalam dan diantara kelompok - kelompok ini berbeda - beda dari satu
masyarakat dengan masyarakat lainnya. Mobilitas sosial adalah kemampuan
individu berpindah dari suatu strata masyarakat ke strata lainnya, mobilitas social
cenderung akan lebih tinggi dalam masyarakat yang kurang terstratifikasi.

Bahasa adalah cerminan utama kelompok- kelompok budaya karena


bahasa merupakan sarana penting yang dipakai anggota - anggota masyarakat
untuk berkomunikasi satu sama lain. Ada beberapa jenis bahasa diantarnya:
bahasa sebagai senjata bersaing, bahasa sebagai perantara, bahasa sebagai
terjemahan, dan bahasa untuk berkata tidak.

Komunikasi diluar batas budaya, secara verbal maupun non verbal adalah
suatu keahlian yang sangat penting bagi para manajer internasional, walaupun
komunikasi terkadang dapat berlangsung secara salah diantara orang - orang
yang mempunyai kebudayaan yang sama, peluang miskomunikasi akan sangat
meningkat apabila orang- orang tersebut berasal dari budaya yang berbeda.
Selanjutnya Agama adalah aspek penting kebanyakan masyarakat. Agama
mempengaruhi bagaimana cara anggota- anggota masyarakat berhubungan satu
sama lain dan dengan pihak luar, agama membentuk sikap yang dimiliki
pemeluknya terhadap pekerjaan, konsumsi, tanggung jawab individu, dan
perencanaan untuk masa depan. Nilai dan sikap budaya juga mempengaruhi nilai
dan sikap anggota - anggota suatu masyarakat. Nilai adalah prinsip dan standar
yang diterima anggota- anggota tersebut. Sikap terdiri atas tindakan, perasaan,
dan pemikiran yang dihasilkan nilai- nilai tersebut. Nilai- nilai budaya sering
berasal dari kepercayaan yang sangat mendalam tentang kedudukan individu
dalam hubungan dengan Yang Ilahi, keluarga, dan hierarki sosial. Sikap budaya
terhadap faktor- faktor seperti waktu, umur, pendidikan, dan status
mencerminkan nilai- nilai ini dan pada gilirannya membentuk perilaku dan
kesempatan yang tersedia bagi bisnis- bisnis internasional pada suatu negara
tertentu.

Salah satu cara untuk mencirikan perbedaan dalam berbagai budaya


adalah pendekatan konteks-rendah-konteks tinggi (low-context-high-context)
yang dikembangkan oleh Edward dan Mildred Hall dalam budaya konteks rendah
(low context culture) kata-kata yang dipakai pembicaraan secara eksplisit
menyampaikan pesan pembicara tersebut kepada pendengarnya. Dalam budaya
konteks tinggi (high context culture), konteks terjadinya pembicaraan tersebut
akan sama pentingnya dengan kata-kata yang benar-benar diucapkan, dan
petunjuk-petunjuk budaya berperan penting dalam memahami apa yang sedang
dikomunikasikan.

Pendekatan kelompok budaya adalah teknik lain dalam mengklasifikasi


dan memahami budaya-budaya nasional dan Kesamaan -kesamaan pendapat
dalam banyak budaya, dengan demikian mengurangi sebagian kebutuhan
menyesuaikan praktik-praktik bisnis untuk memenuhi permintaan - permintaan
budaya lokal. Antropolog, sosiolog, dan para sarjana bisnis internasional telah

7
menganalisa faktor-faktor seperti kepuasan kerja, peran kerja, dan hubungan
antar pribadi di tempat kerja dalam upaya untuk mengenali kelompok-kelompok
Negara yang memiliki nilai-nilai budaya serupa yang dapat mempengaruhi praktik
bisnis internasional. Suatu kelompok budaya terdiri atas Negara-negara yang
memiliki banyak kesamaan budaya walaupun juga terdapat perbedaan budaya.

2.1.4 Definisi Budaya

Sampai saat ini belum ada kesepakatan antara para ahli untuk
mendefinisikan budaya secara umum, namun terdapat beberapa pendapat para
ahli mengenai definisi budaya itu sendiri diantaranya: menurut (Edward B. Taylor)
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota
masyarakat. Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan relajar. Sedankan menurut
Dr. K. Kupper kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman
dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu
maupun kelompok. Dan menurut William H. Haviland kebudayaan adalah
seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota
masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan
perilaku yang dipandang layak dan dapat di terima oleh semua masyarakat.

2.1.5 Definisi Pemasaran Internasional

Menurut rakesh mohan dalam bukunya yang berjudul international


marketing mendefinisikan bahwa Pemasaran Internasional adalah kegiatan
Pemasaran yang melewati batas-batas lebih dari satu negara. Pemasaran
internasional merupakan penerapan konsep, prinsip, aktivitas, dan proses
manajemen pemasaran dalam rangka penyaluran ide, barang atau jasa
perusahaan kepada konsumen di berbagai Negara.

Sedangkan menurut sak onkivist dalam bukunya yang berjudul process


international marketing mengemukakan bahwa Pasar internasional adalah pasar
yang membeli dan menjual produk dari beberapa negara. Pasar internasional
melampaui ekspor pemasar dan menjadi lebih terlibat dalam lingkungan
pemasaran di negara-negara tempat suatu organisasi melakukan bisnis.

2.1.6 Elemen Budaya Yang Mempengaruhi Pasar Internasional

Budaya terdiri dari banyak komponen yang saling berhubungan satu


sama lain. Pengetahuan tentang budaya memerlukan pemahaman yang
mendalam dari bagian-bagian yang berbeda. adapun elemen-elemen budaya
yang memiliki pengaruh terhadap pemasaran internasional adalah: materi hidup
(Material Life), bahasa, interaksi sosial, estetika, agama, pendidikan, dan nilai-
nilai.

 Materi Hidup (Material life)


Komponen utama dari kebudayaan adalah aspek materialnya. Kehidupan
material terutama mengacu pada teknologi yang digunakan untuk

8
memproduksi, mendistribusikan, dan mengkonsumsi barang dan jasa
dalam masyarakat. Perbedaan dalam lingkungan material menjelaskan
mengenai perbedaan dalam tingkat dan jenis permintaan barang
konsumsi.

 Bahasa (Language)
bahasa merupakan tantangan yang dihadapi oleh pemasaran
internasional. Bahasa sering digambarkan sebagai elemen yang paling
penting dalam melakukan interaksi sosial. Bahasa merupakan sarana
yang digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi di dalam
lingkungan.

 Interaksi sosial
Sebuah aspek penting dari budaya adalah interaksi sosial antara orang-
orang. Interaksi sosial mengacu pada cara di mana anggota masyarakat
berhubungan satu sama lain. Mungkin ungkapan yang paling penting dari
interaksi sosial adalah konsep kekerabatan. Konsep ini bervariasi secara
dramatis di seluruh masyarakat.

 Estetika
Estetika mengacu pada ide-ide dan persepsi bahwa budaya sangat
menjunjung tinggi keindahan dan rasa yang baik. Di wilayah Asia-Pasifik,
ekspresi estetika didorong oleh dua prinsip: (1) kompleksitas dan dekorasi
(berbagai bentuk, bentuk, dan warna), (2) harmoni dan pandangan
mengenai alam (misalnya, pegunungan, bunga, pohon-pohon).

 Agama
Agama memainkan peran penting dalam banyak masyarakat. Ketika
agama adalah bagian penting dari kehidupan konsumen, perusahaan
harus dapat menyadarinya. Dalam masyarakat Islam, perusahaan dapat
memperluas daya tarik merek mereka dan mengembangkan bisnis
mereka dengan terlibat dengan konsumen Muslim dengan memastikan
bahwa produk-produk yang dijual adalah halal dan menempelkan logo
halal pada setiap produk yang akan di pasarkan.

 Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu instrumen utama untuk penyaluran budaya
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dua aspek pendidikan yang
penting bagi pemasar internasional adalah tingkat pendidikan dan kualitas
pendidikan tersebut.

 Sistem Nilai
Semua budaya memiliki sistem nilai yang membentuk masyarakat norma
dan standar. Norma-norma mempengaruhi sikap masyarakat terhadap
obyek dan kode perilaku.

2.1.7 Pengertian Marketing Mix.

Untuk dapat memahami seluk-beluk pasar luar negeri, penting


untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam perbedaan budaya.
Dari perspektif pemasaran global, lingkungan budaya penting karena dua
alasan utama. Pertama dan terpenting, kekuatan budaya merupakan
faktor utama dalam membentuk pemasaran global. Kedua, analisis

9
budaya seringkali mempertemukan titik-titik peluang pasar. Perusahaan
yang mengenali norma-norma budaya di bandingkan pesaing mereka
akan lebih di untungkan dan sering memperoleh keunggulan kompetitif.

Dalam pemasaran dikenal adanya istilah bauran pemasaran


(marketing mix) yang di dalamnya memformulasikan strategi pemasaran
yang harus dilakukan seorang pelaku usaha kedalam 4P yaitu product,
price, place  dan promotion. Pengertian bauran pemasaran (Marketing
Mix) adalah sebagai berikut: “Bauran pemasaran adalah perangkat alat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan
perusahaannya”. Maka, dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran
merupakan satu perangkat yang terdiri dari produk, harga, promosi dan
distribusi, yang didalamnya akan menentukan tingkat keberhasilan
pemasaran dan semua itu ditujukan untuk mendapatkan respon yang
diinginkan dari pasar sasaran. (Kotler dan Keller, 2007).

Produk (Product) Intensitas kompetisi di pasar memaksa


perusahaan untuk mengupayakan adaptasi produk yang tinggi guna
meraih keunggulan yang kompetitif atas pesaing, karena adaptasi produk
dapat memperluas basis pasar lokal dan ditingkatkan untuk preferensi
lokal tertentu. Konsumen semakin banyak memiliki alternatif dan sangat
hati-hati dalam menentukan keputusan untuk melakukan pembelian
dengan mempertimbangkan faktor-faktor kebutuhan, keunggulan produk,
pelayanan dan perbandingan harga sebelum memutuskan untuk
membeli. Dari faktor-faktor tersebut, keunggulan produk termasuk ke
dalam pertimbangan utama sebelum membeli. Keunggulan kompetitif
suatu produk merupakan salah satu faktor penentu dari kesuksesan
produk baru, dimana kesuksesan produk tersebut diukur dengan
parameter jumlah penjualan produk. (Tjiptono, 2008).

Harga (Price) Definisi harga adalah sejumlah uang (ditambah


beberapa produk) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari produk dan pelayanannya. Dari definisi di atas dapat
diketahui bahwa harga yang dibayar oleh pembeli sudah termasuk
layanan yang diberikan oleh penjual. Banyak perusahaan mengadakan
pendekatan terhadap penentuan harga berdasarkan tujuan yang hendak
dicapainya. Adapun tujuan tersebut dapat berupa meningkatkan
penjualan, mempertahankan market share, mempertahankan stabilitas
harga, mencapai laba maksimum dan sebagainya. (Engel, J; Blackwell R,
2004).

Tempat (Place) Lokasi atau tempat seringkali ikut menentukan


kesuksesan perusahaan, karena lokasi erat kaitannya dengan pasar
potensial sebuah perusahaan. Disamping itu, lokasi juga berpengaruh
terhadap dimensi-dimensi strategi seperti flexibility, competitive,
positioning, dan focus. Fleksibelitas suatu lokasi merupakan ukuran
sejauh mana suatu perusahaan dapat bereaksi terhadap perubahan
situasi ekonomi. Keputusan pemilihan lokasi berkaitan dengan komitmen
jangka panjang terhadap aspek-aspek yang sifatnya kapital intensif, maka

10
perusahaan benar-benar harus mempertimbangkan dan menyeleksi
lokasi yang responsif terhadap situasi ekonomi, demografi, budaya, dan
persaingan di masa mendatang. (Tjiptono, 1996).

Promosi (Promotion) Promosi adalah suatu bentuk komunikasi


pemasaran yang merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha
menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau
meningatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar
bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan
perusahaan yang bersangkutan. Tjiptono (2007:209-210).

2.1.4 Lima Dimensi Orientasi.

Menurut Hofstede lima dimensi orientasi bisa dijadikan sebagai


pendekatan bagi manajer internasional untuk menjalankan bisnisnya.

1. Orientasi Sosial. Orientasi sosial adalah keyakinan seseorang tentang


relative pentingnya individu dan kelompoknya. Kedua titik ekstrim
orientasi sosial adalah individualisme dan kolektivisme. Individualisme
adalah keyakinan budaya bahwa orang tersebut harus didahulukan. Nilai-
nilai utama orang-orang individualistik adalah tingkat harga diri yang tinggi
(selfs respect) dan kemerdekaan. Orang-orang ini sering menempatkan
kepentingan karirnya di atas kebaikan organisasinya dan mereka
cenderung menilai keputusan-keputusan dari sisi bagaimana keputusan
itu mempengaruhi mereka sebagai individu. Kolektivisme adalah
pandangan bahwa kelompok didahulukan. Masyarakat yang cenderung
bersifat kolektifistik biasanya dicirikan jaringan sosial yang ditetapkan
dengan jelas, termasuk keluarga besar, suku, dan rekan kerja. 
2. Orientasi kekuasaan. Orientasi kekuasaan merujuk pada keyakinan
bahwa orang dalam suatu budaya memiliki pandangan tentang kewajaran
kekuasaan dan perbedaan wewenang dalam berbagai hierarki seperti
organisasi bisnis. Bentuk ekstrim dimensi orientasi kekuasaan adalah
rasa hormat terhadap kekuasaan (power respect) dan toleransi
kekuasaan (power tolerance). Rasa hormat terhadap kekuasaan ini
berarti bahwa masyarakat dalam suatu budaya cenderung menerima
kekuasaan dan wewenang atasannya semata-mata berdasarkan
kedudukan atasan tersebut dalam hierarki itu. Sebaliknya orang-orang
dalam budaya yang bercirikan toleransi kekuasaan memberikan peran
penting yang jauh lebih kecil terhadap kedudukan seseorang dalam
hierarki tersebut.
3. Orientasi Ketidakpastian. ambigu. Bentuk-bentuk ekstrim dimensi ini
adalah penerimaan ketidakpastian (uncertainty acceptance) dirangsang
oleh perubahan dan berkembang dari peluang-peluang baru. Ambiguitas
dipandang sebagi suatu konteks dimana individu dapat tumbuh,
berkembang dan menghasilkan kesempatan-kesempatan baru. Dalam
budaya ini kepaastian mengandung pengertian keadaan monoton,
rutinitas dan struktur yang terlalu memaksa. Sebaliknya orang-orang dari
budaya yang bercirikan penghindaran ketidakpastian tidak menyukai
ambiguitas dan sedapat mungkin akan menghindarinya. Ambiguitas dan
perubahan dipandang sebagai sesuatu yang tidak diinginkan. Orang-
orang ini cenderung menyukai cara-cara yang terstruktur, rutin dan
bahkan birokratis dalam menjalankan sesuatu.

11
4. Orientasi sasaran. Orientasi sasaran adalah sikap dimana orang
termotivasi untuk bekerja karena jenis sasaran yang berbeda. Salah satu
bentuk ekstrim dalam orientasi sasaran adalah perilaku sasaran agresif
(aggressive goal behavior). Orang-orang yang menunjukkan perilaku
sasaran agresif cenderung memberikan nilai yang tinggi pada kepunyaan
materi, uang dan ketegasan. Pada bentuk ekstrim lain orang yang
menganut perilaku sasaran pasif (passive goal behavior) memberikan
nilai yang lebih tinggi pada hubungan sosial, kualitas hidup, dan perhatian
kepada orang lain. Budaya yang menghargai perilaku sasaran yang
agresif juga cenderung menentukan peran-peran berdasarkan gender
yang agak kaku, sementara budaya menekankan perilaku sasaran pasif
tidak demikian.
5. Orientasi waktu. Orientasi waktu adalah sejauh mana anggota-anggota
suatu budaya menganut pandangan jangka pendek versus jangka
panjang terhadap pekerjaan, kehidupan, dan aspek-aspek masyarakat
lainnya.

2.1.5 Komponen – Komponen Sosiokultural.

Sedemikaian luasnya konsep budaya sehingga para ahli budaya telah


membagi berbagai macam topik untuk memudahkan studinya. Daftar topik akan
memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai apa budaya dan juga
berfungsi sebagai pedoman bagi para manajer internasional ketika mereka
menganalisis permasalahan khusus dari sudut pandang sosiokultural. Para ahli
sangat bervariasi dalam memahami apa yang mereka anggap komponen budaya
(sosiokultural), antara lain adalah:

1. Estetika adalah sesuatu yang berkaitan dengan rasa keindahan, budaya


dan selera yang baik serta diungkapkan dalam seni, drama, musik, cerita
rakyat dan tari-tarian.
2. Sikap dan kepercayaan selalu dimiliki oleh setiap budaya yang hampir
seluruh aspek dari perilaku manusia dan membantu membawa ketertiban
didalam masyarakat dan individu-individunya. Diantara beraneka ragam
subjek yang dicakup oleh sikap dan kepercayaan, beberapa diantaranya
sangat penting bagi para pelaku bisnis. Termasuk sikap terhadap waktu,
pencapaian pekerjaan dan terhadap perubahan.
3. Sikap terhadap waktu menimbulkan lebih banyak persolan adaptasi
karena setiap negara berbeda dalam menyikapi atau mengartikan waktu.
4. Sikap terhadap pencapaian pekerjaan seorang manajer akan berbeda
tajam dengan di budaya-budaya lain dibandingkan dengan budaya
mereka sendiri. Sehingga mereka harus merekrut bawahan yang memiliki
kebutuhan untuk ”maju” apapun motif yang mendasarinya. Salah satu
sumber yang baik dari orang-orang itu adalah diantara anggota yang
relatif berpendidikan, yang memandang pekerjaan sebagai jalan menuju
gengsi.
5. Sikap terhadap perubahan atau ide baru akan lebih diterima apabila dapat
dikaitkan lebih dekat dengan yang tradisional, sementara pada saat yang
bersamaan dapat menunjukkan keunggulan relatifnya terhadap yang
tradisional. Dengan kata lain semakin konsisten suatu ide baru dengan
sikap dan pengalaman masyarakat maka semakin cepat ide tersebut
akan diadopsi.

12
6. Agama adalah suatu komponen kebudayaan yang penting, bertanggung
jawab atas banyak dari sikap dan kepercayaan yang mempengaruhi sikap
dan perilaku dari manusia.
7. Kebudayaan material merujuk pada semua objek buatan manusia dan
berkaitan dengan bagaimana orang membuat benda-benda (teknologi)
dan siapa membuat apa dan mengapa (ilmu ekonomi). 

2.1.6 Pengertian Etika.

Kegiatan bisnis yang meningkat di dunia dewasa ini, telah menimbulkan


tantangan baru, yaitu adanya tuntutan praktik bisnis yang baik, etis, dan menjadi
dasar kehidupan bisnis yang dapat diterima oleh banyak negara di dunia. Dalam
kegiatan bisnis internasional, perusahaan akan mampu bertahan apabila mampu
bersaing. Untuk dapat bersaing tentunya harus memiliki daya saing, yang di
antaranya dihasilkan dari produktivitas dan efisiensi. Untuk itu diperlukan etika
dalam berusaha atau berbisnis, karena praktik usaha yang tidak etis dapat
menimbulkan kegagalan pasar, mengurangi produktivitas dan meningkatkan
ketidakefisienan.

Cukup banyak pengertian atau definisi mengenai etika. Secara


etimologis, kata “etika” berasal dari kata Yunani “ethos” (jamak: ta etha), yang
berarti “adat istiadat” atau “kebiasaan”. Dari pengertian ini, etika berkaitan
dengan kebiasaan dan tata cara hidup yang baik yang dianut suatu masyarakat
dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan hidup yang
baik ini kemudian dibakukan dalam bentuk kaidah, aturan atau norma yang
disebarluaskan, dikenal, dipahami, dan diajarkan secara lisan dalam masyarakat.
Etika secara lebih luas dipahami sebagai pedoman bagaimana manusia harus
hidup, dan bertindak sebagai orang yang baik. Etika memberi petunjuk, orientasi,
arah bagaimana harus hidup secara baik sebagai manusia.

Sebagai suatu ilmu, ilmu etika merupakan suatu ilmu yang mempelajari
standard moral dari seseorang atau suatu masyarakat (Velasquez, 2006).
Standar moral merupakan norma-norma mengenai tindakan-tindakan yang
dipercaya secara moral benar dan salah, serta nilai-nilai yang diberikan terhadap
suatu obyek yang dipercaya secara moral adalah baik atau buruk. Etika sebagai
suatu ilmu dapat dibagi dua, yaitu kajian yang bersifat normatif (normative study)
dan kajian yang bersifat deskriptif (descriptive study). Kajian yang bersifat
normatif merupakan investigasi yang mencoba untuk memperoleh kesimpulan
mengenai apakah sesuatu baik atau buruk dan apakah suatu tindakan benar
atau salah. Misalnya, terkait dengan pertanyaan: “Apakah penyuapan di dunia
bisnis, baik atau buruk?”. Untuk menjawab itu, ahli etika akan mencari jawabnya
berdasarkan kajian normatif dengan menggunakan berbagai teori yang ada, dan
menyimpulkan apakah penyuapan di dunia bisnis baik atau buruk. Sedangkan
kajian yang bersifat deskriptif merupakan investigasi yang tidak mencoba untuk
mencapai suatu kesimpulan mengenai baik dan buruk atau benar dan salah. Hal
ini misalnya dilakukan oleh ahli anthropologi yang mempelajari standar moral dari
suatu suku bangsa. Mereka akan mencoba untuk menjelaskan secara akurat
mengenai standar moral dari suku bangsa tersebut dengan menggunakan
berbagai teori, akan tetapi bukan tujuan mereka untuk memberikan penilaian
apakah moral dari suku bangsa tersebut baik atau buruk.

2.1.7 Teori Etika.

13
Menurut Keraf (2002) terdapat tiga teori mengenai etika, yaitu teori
deontologi, teori teleologi dan etika keutamaan. Istilah “deontologi” berasal dari
kata Yunani “deon” yang berarti kewajiban, dan “logos” yang berarti ilmu atau
teori. Menurut teori ini, cara bertindak dalam suatu situasi tertentu adalah
melakukan apa yang menjadi kewajiban sebagaimana terungkap dalam norma
dan nilai-nilai moral yang ada. Suatu tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan
apakah tindakan tersebut sesuai atau tidak dengan kewajiban. Suatu tindakan
dianggap baik karena tindakan tersebut memang baik pada dirinya sendiri,
sehingga merupakan kewajiban yang harus kita lakukan. Sebaliknya, suatu
tindakan dinilai buruk secara moral karena tindakan tersebut memang buruk
secara moral sehingga tidak menjadi kewajiban untuk kita melakukannya.

Istilah “teleologi” berasal dari kata Yunani “telos” yang berarti tujuan, dan
“logos” yang berarti ilmu atau teori. Etika teleologi menjawab pertanyaan
bagaimana bertindak dalam situasi tertentu dengan melihat tujuan atau akibat
dari suatu tindakan, atau dengan kata lain menilai baik buruknya suatu tindakan
berdasarkan tujuan atau akibat dari tindakan tersebut. Dalam suatu situasi
tertentu, tindakan yang harus dipilih adalah tindakan yang membawa akibat yang
baik, karena suatu tindakan dinilai baik apabila bertujuan baik dan mendatangkan
akibat baik. Etika teleologi lebih bersifat situasional dan subyektif, dimana
tindakan seseorang tergantung dari penilaiannya terhadap akibat dari tindakan
tersebut. Apabila dianggap baik, suatu tindakan yang jelas-jelas bertentangan
dengan norma atau nilai moral yang berlaku dapat dilakukan.

Berbeda dengan kedua teori etika yang lain, teori ini mendasarkan
penilaian moral pada pengembangan karakter moral pada diri setiap orang. Nilai
moral muncul bukan dalam bentuk aturan berupa larangan atau perintah, akan
tetapi dalam bentuk teladan moral yang nyata dipraktikkan oleh tokoh-tokoh
tertentu dalam masyarakat. Menurut teori ini, cara bertindak secara moral di
dalam situasi konkirt yang dilematis adalah meneladani sikap dan perilaku moral
tokoh-tokoh yang kita kenal, baik dalam masyarakat, sejarah atau cerita yang kita
ketahui, ketika mereka menghadapi situasi serupa.

Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan


tentang pembahasan Etika, sebagai berikut:
o Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari
untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau
tindakan manusia.
o Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara
dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in
human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu
tingkah laku atau perbuatan manusia.

Etika terbagi atas dua:

1. Etika umum ialah etika yang membahas tentang kondisi-kondisi dasar


bagaimana itu bertindak secara etis. Etika inilah yang dijadikan dasar dan
pegangan manusia untuk bertindak dan digunakan sebagai tolok ukur
penilaian baik buruknya suatu tindakan.
2. Etika khusus ialah penerapan moral dasar dalam bidang kehidupan yang
khusus misalnya olah raga, bisnis, atau profesi tertentu. Dari sinilah nanti
akan lahir etika bisnis dan etika profesi (wartawan, dokter, hakim,
pustakawan, dan lainnya).

14
2.1.8 Pengertian Etika Bisnis.

Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan
hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu
yang tidak diatur oleh ketentuan hukum. Cukup banyak definisi mengenai etika
bisnis. Secara umum etika bisnis dapat didefinisikan sebagai suatu standar atau
prinsip moral yang diterapkan di dalam lembaga atau organisasi bisnis dan
perilaku yang dapat diterima (benar) atau tidak dapat diterima (salah) dari orang-
orang yang bergerak di dunia bisnis. Sedangkan, etika bisnis internasional terkait
dengan standar moral yang diterapkan di dalam kegiatan bisnis internasional.
Sebagai suatu ilmu, etika bisnis merupakan ilmu yang mempelajari secara
khusus standar moral tersebut dan melakukan analisis dan evaluasi dari
keputusan-keputusan bisnis didasarkan pada konsep dan penilaian moral.

Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”,


yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya
berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin,
yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat
kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik
(kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih
kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat
perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan,
sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Etika
adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia
sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia

Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance


Managemen Journal (1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam
merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu:
a. Utilitarian Approach: setiap tindakan harus didasarkan pada
konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya
mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya
kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan
biaya serendah-rendahnya.
b. Individual Rights Approach: setiap orang dalam tindakan dan
kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan
ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan
menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
c. Justice Approach: para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang
sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.

Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu
untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang
tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai ( value-creation) yang
tinggi. Diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari
perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan
didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang
dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

2.1.9 Permasalahan Etika Bisnis dalam Bisnis Internasional

15
Pertanyaan terkait moral mengenai apakah suatu tindakan baik atau
buruk, benar atau salah, seringkali menjadi dilema di dalam kegiatan bisnis
internasional.  Penilaian terhadap suatu tindakan terkait bisnis yang dianggap
baik atau buruk dan benar atau salah seringkali berbeda di antara satu negara
dengan negara lainnya. Bahkan di dalam suatu negarapun penilaian ini sering
berbeda dikarenakan perbedaan di dalam budaya dari masyarakatnya. Di
samping faktor budaya, perbedaan pandangan ini juga sering dipengaruhi oleh
sistem perekonomian dan sistem pemerintahan suatu negara, disamping
kepercayaan dan agama yang ada di masyarakat.

Permasalahan etika bisnis dapat muncul di berbagai aspek bisnis


internasional. Dalam bidang produksi misalnya, muncul permasalahan etika
terkait perusahaan dengan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan
sosial, penggunaan binatang untuk uji coba obat-obatan baru, cara transportasi
ternak, dan diketemukannya teknologi baru seperti produk transgenik atau
genetically modified product dan cloning. Dalam bidang pemasaran misalnya,
muncul permasalahan etika terkait pelaksanaan promosi (seperti adanya unsur
sex dalam advertising), pemasaran langsung di sekolah, dan advertising yang
menyesatkan dengan tidak memberikan informasi produk yang sebenarnya.
Dalam bidang keuangan misalnya, terkait insider trading, pembayaran yang
sangat besar terhadap CEO perusahaan sebagai excutive compensation, dan
pembuatan laporan keuangan yang tidak benar. Dalam bidang HAKI (hak atas
kekayaan intelektual), misalnya terkait pembajakan, pemalsuan merk,
dan business intelligence. Dalam tenaga kerja, misalnya terkait pemberian upah
buruh yang sangat rendah untuk memproduksi barang yang relatif mahal
harganya, serta diskriminasi gender, suku dan agama dalam pekerjaan.

Dengan perkembangan yang sangat pesat di bidang teknologi, terutama


teknologi informasi, komunikasi dan produksi, maka di masa-masa yang akan
datang dapat muncul permasalahan baru terkait etika dengan munculnya teknik,
metode atau cara baru di bidang bisnis. Misalnya dalam bidang proses produksi,
pemasaran dan keuangan.

2.1.10 Prinsip Etika Bisnis.

Dewasa ini, perusahaan-perusahaan bisnis internasional, terutama yang


besar, pada umumnya sudah memiliki pedoman etika bisnis di dalam
perusahaannya. Kode etik internasional pertama di bidang bisnis adalah ”The
Caux Round-Table Principles for Business” yang disepakati pada tahun 1994
oleh  eksekutif puncak dari berbagai perusahaan multinasional dari Jepang,
Eropa dan Amerika Serikat (seperti Matsuhita, Philips, Ciba-Geigy, Cummins, 3M
dan Honeywell). Prinsip Caux berakar pada dua nilai ideal dasar dalam etika,
yaitu konsep Jepang “kyosei” yang berarti hidup dan bekerja bersama-sama demi
kesejahteraan umum, dan konsep barat “human dignity” (martabat manusia)
yang mengacu pada kesucian atau bernilainya setiap pribadi sebagai tujuan,
tidak semata-mata sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan-tujuan orang lain
atau bahkan untuk melaksanakan kehendak mayoritas.

Kode etik ini terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu mukadimah, prinsip-
prinsip umum, dan prinsip-prinsip stakeholder. Prinsip-prinsip umum dari ” The
Caux Round-Table Principles for Business”  adalah sebagai berikut:

16
Prinsip 1. Tanggung Jawab Bisnis Dari “Shareholders” ke “Stakeholders”

Nilai organisasi bisnis bagi masyarakat ialah kekayaan dan lapangan


kerja yang diciptakannya serta produk dan jasa yang dipasarkan kepada
konsumen dengan harga wajar yang sebanding dengan mutu. Untuk mampu
menciptakan nilai itu, sebuah organisasi bisnis haruslah mempertahankan
kesehatan dan kelangsungan hidupnya, namun kelangsungan hidup bukanlah
tujuan yang mencukupi.

Bisnis memainkan peranan untuk meningkatkan kehidupan semua


pelanggan, karyawan dan pemegang saham dengan membagikan kekayaan
yang diciptakannya. Para pemasok dan pesaingpun berharap bahwa organisasi-
organisasi bisnis menghormati kewajiban-kewajiban mereka dengan semangat
kejujuran dan keadilan. Sebagai warga yang bertanggung jawab dari komunitas
lokal, nasional, regional dan global dimana mereka beroperasi, organisasi-
organisasi bisnis ikut serta dalam menentukan masa depan komunitas-komunitas
itu.

Prinsip 2. Dampak Ekonomis dan Sosial dari Bisnis: Menuju Inovasi, Keadilan
dan Komunitas Dunia

Organisasi-organisasi bisnis yang didirikan di luar negeri untuk


membangun, memproduksi atau menjual juga harus memberi sumbangan pada
pembangunan sosial negara-negara itu dengan menciptakan lapangan kerja
yang produktif dan membantu meningkatkan daya beli warga negara setempat.
Organisasi-organisasi bisnis harus juga menyumbang pada hak-hak azasi
manusia, pendidikan, kesejahteraan dan vitalisasi negara-negara tempat mereka
beroperasi.

Organisasi-organisasi bisnis harus menyumbang pada pembangunan


ekonomi dan sosial tidak hanya di negara-negara tempat mereka beroperasi,
tetapi juga bagi komunitas dunia pada umumnya, melalui penggunaan sumber-
sumber secara efektif dan bijaksana, kompetisi yang bebas dan adil, serta
penekanan pada inovasi di bidang teknologi, metode-metode produksi,
pemasaran dan komunikasi.

Prinsip 3. Perilaku Bisnis: Dari Hukum Tersurat ke Semangat Saling Percaya

Dengan tetap mengakui keabsahan rahasia-rahasia dagang, organisasi-


organisasi bisnis haruslah menyadari bahwa kelurusan hati, ketulusan, kejujuran,
sikap memegang teguh janji, dan transparansi, bermanfaat tidak hanya bagi
kredibilitas dan stabilitas bisnis sendiri, tetapi juga bagi kelancaran dan efisiensi
transaksi-transaksi bisnis, khususnya pada tingkat internasional.

Prinsip 4. Sikap Menghormati Aturan

Untuk menghindari konflik-konflik dagang dan untuk menggalakkan


perdagangan yang lebih bebas, kondisi-kondisi adil dalam persaingan, perlakuan
yang seimbang dan adil bagi seluruh partisipan, organisasi-organisasi bisnis
wajib menghormati aturan-aturan internasional dan domestik. Disamping itu,
bisnispun harus menyadari bahwa perilaku-perilaku tertentu, biarpun tidak
melanggar aturan, tetap saja dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak
diinginkan.

17
Prinsip 5. Dukungan Bagi Perdagangan Multilateral

Organisasi-organisasi bisnis wajib mendukung sistem perdagangan


multilateral dari GATT/WTO serta kesepakatan-kesepakatan internasional
serupa. Mereka wajib bekerja sama dalam upaya-upaya untuk memajukan
liberalisasi perdagangan yang progresif dan sesuai dengan akal sehat dan untuk
mengendurkan ketentuan-ketentuian domestik yang secara tidak masuk akal
menghambat perniagaan global, dengan tetap menghormati tujuan-tujuan
kebijaksanaan nasional.

Prinsip 6. Sikap Hormat Bagi Lingkungan Alam

Bisnis wajib melindungi dan, dimana mungkin, meningkatkan lingkungan


alam, mendukung pembangunan yang berkelanjutan, dan mencegah terjadinya
pemborosan sumber-sumber daya alam.

Prinsip 7. Menghindari Operasi-Operasi Yang Tidak Etis

Bisnis wajib untuk tidak berpartisipasi dalam atau menutup mata terhadap
penyuapan, pencucian uang (money laundering), atau praktek-praktek korup
lainnya, bahkan bisnis wajib untuk menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain
untuk membasmi praktek-praktek itu. Bisnis wajib untuk tidak memperdagangkan
senjata atau barang-barang lain yang diperuntukkan bagi kegiatan-kegiatan
teroris, perdagangan obat bius, atau kejahatan terorganisasi lainnya.

2.1.11 Kode Etik Perusahaan.

Di negara yang kegiatan bisnisnya sudah maju, seperti di Amerika Serikat


dan Eropa, sebagian besar perusahaan besar sudah mengembangkan kode etik
perusahaannya masing-masing. Kode etik itu antara lain menjelaskan harapan
perusahaan agar karyawan mampu mengenali masalah-masalah etis terkait
kebijakan perusahaan, dan harapan menyangkut perilaku karyawan dalam
situasi tertentu. Sebagai contoh, di dalam pedoman Etika Bisnis dari perusahaan
Ericsson, dimuat tata tertib mengenai tanggung jawab individu, serta tanggung
jawab terhadap karyawan, pelanggan, pemasok, pemegang saham dan para
pemangku kepentingan lainnya, termasuk:
 mematuhi undang-undang, tata tertib dan peraturan;
 melindungi informasi rahasia perusahaan dan informasi para pelanggan
serta vendor perusahaan;
 perlindungan dan penggunaan aset perusahaan yang layak;
 memperlakukan karyawan dengan hormat dan melindungi hak azasi
manusia;
 menangani konflik kepentingan;
 mendukung pengungkapan secara lengkap, adil, akurat, tepat waktu dan
dapat dipahami dalam laporan keuangan dan komunikasi publik lainnya;
 melindungi lingkungan; dan
 mendukung pelaporan tentang setiap perilaku yang melanggar hukum
atau yang tidak etis.

18
BAB III
PEMBAHASAN

2.2 Pengertian Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah kegiatan tukar menukar atau


perdagangan barang atau jasa yang dilakukan antara individu dengan
individu, individu dengan pemerintah, atau pemerintah dari suatu negara
dengan pemerintah negara yang lain di pasar dunia atau global. Skema
perdagangan internasional dapat digambarkan sebagai berikut.

2.3 Manfaat Perdagangan Internasional.

a. Sumber Devisa
Jika kita mengekspor suatu komoditi, kita mendapat mata
uang asing seperti dolar, yen atau mata uang yang lainnya. Mata uang
asing ini disebut devisa. Devisa dapat digunakan untuk, misalnya,
mengimpor barang modal dan konsumsi.
b. Perluasan Kesempatan Kerja
Perdagangan internasional, terutama kegiatan ekspor, memberi
kesempatan untuk memperluas kesempatan kerja karena untuk
menghasilkan barang yang diekspor, dibutuhkan tenaga kerja.
c. Stabilisasi Harga
Jika harga suatu jenis barang dalam negeri mahal atau jumlahnya kurang
dan tidak memenuhi permintaan pasar, maka barang tersebut harus
diimpor. Dengan adanya impor, harga barang jenis tersebut akan stabil
dan permintaan pun d apat terpenuhi.
d. Peningkatan Kualitas Konsumsi
Melalui perdagangan internasional, penduduk dapat membeli barang-
barang yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri atau mutunya
belum sebaik produk luar negeri. Perdagangan internasional dapat
memacu industri dalam negeri untuk meningkatkan kualitas produk yang
dihasilkan agar dapat bersaing di pasar internasional.
e. Percepatan Alih Teknologi
Untuk menggunakan barang-barang yang diimpor dari luar negeri,
dibutuhkan pengetahuan atau keterampilan tertentu sehingga perlu
pelatihan atau bimbingan. Hal seperti itu akan mempercepat alih

19
teknologi. Alih teknologi memungkinkan suatu negara untuk mempelajari
teknik produksi yang lebih modern.
f. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri
Banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap
negara, misalnya: kondisi geografis, iklim, tingkat penguasaan IPTEK.
Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu
memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
g. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi.
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk
memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun
suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya
dengan yang diproduksi negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila
negara tersebut mengimpor barang dari luar negeri. Dengan
mengadakan spesialisasi dan perdagangan, setiap negara dapat
memperoleh keuntungan.
h. Memperluas pasar dan menambah keuntungan. 
Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat
menjalankan mesin-mesinnya tanpa   takut kelebihan produksi karena
dapat menjual ke luar negeri. 

2.4 Faktor – Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

a. Perbedaan sumber daya alam


Sumber daya alam yang dimiliki setiap negara berbeda. Untuk
mendapatkan sumber daya alam yang dibutuhkan dan tidak dimiliki suatu
negara, diperlukan pertukaran antar negara yang menyebabkan
terjadinya perdagangan internasional.
b. Selera
Penduduk suatu negara lebih menyukai produk negara lain, sehingga
harus mengimpor produk itu.
c. Penghematan biaya produksi (Efisiensi)
Perdagangan internasional memungkinkan suatu negara dapat
memasarkan hasil produksinya pada banyak negara. Negara
tersebut berproduksi dalam jumlah besar sehingga dapat
menurunkan biaya produksi. Masalah efisiensi juga menjadi alasan tidak
diproduksinya barang berteknologi tinggi oleh negara berkembang.
d. Perbedaan teknologi
Negara yang menggunakan teknologi maju dapat menjual barang dengan
harga murah pada negara yang teknologinya sederhana.
e. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri.
f. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan
negara.
g. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk
menjual produk tersebut.
h. Keinginan membuka kerjasama, hubungan politik dan dukungan dari
negara lain.
i. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat
hidup sendiri.

2.5 Pengaruh Budaya Terhadap Bisnis Internasional

Berikut beberapa case study mengenai pentingnya mempertimbangkan


budaya dalam praktik bisnis. Di Jepang Procter & Gamble (P&G) menggunakan

20
suatu iklan untuk sabun camay, dimana seorang pria yang menemui seorang
wanita untuk pertama kalinya membandingkan kulit wanita tersebut dengan
boneka porselen yang indah. Meskipun iklan itu berhasil baik di Amerika Selatan
& Eropa, namun iklan tersebut dianggap menghina orang jepang. Bagi seorang
pria Jepang mengatakan sesuatu seperti itu kepada wanita Jepang menunjukkan
bahwa ia bodoh/kasar”, kata seorang ahli periklanan yang bekerja untuk klien di
Jepang. Menariknya P&G telah menggunakan iklan tersebut meskipun mendapat
peringatan dari agren periklanan itu.

Kesalahan lain yang dilakukan P&G dalam mengelola bisnis


internasionalnya adalah berkaitan dengan promosi produk sabun camay, Iklan
camay yang gagal di jepang adalah iklan yang memperliatkan seorang wanita
Jepang yang sedang mandi ketika suaminya masuk ke kamar mandi. Wanita
tersebut mulai menceritakan kepada suaminya tentang sabun kecantikannya
yang baru, tetapi suaminya mengelus pundak wanita itu, mengisyaratkan bahwa
busa sabun bukanlah apa yang dia pikirkan. Meskipun iklan itu diterima dengan
baik di Eropa, namun sangat gagal di Jepang, karena di Jepang memandang
campur tangan suami atas istrinya adalah sikap yang tidak baik.

P&G juga telah melakukan kesalahan karena kurang memiliki


pengetahuan mengenai budaya bisnis. Perusahaan itu memperkenalkan deterjen
cheer dengan memberikan potongan harga, tetapi hal ini merendahkan reputasi
merek sabun tersebut, kata seorang pesaing. Potongan harga di Jepang memiliki
arti berbeda dengan di Eropa & Amerika Serikat, di Jepang sekali anda
memberikan diskon atas produk anda sulit sekali untuk menaikkan kembali
harganya. Para pedagang besar di Jepang mereka terbiasa menghasilkan uang
yang lebih sedikit karena akibat dari margin yang kecil. Selain itu, tampaknya
P&G tidak menyadari bahwa ibu -ibu rumah tangga di Jepang tidak memiliki
mobil keluarga untuk membawa belanjaan, sehingga mereka berbelanja di
warung- warung sekitar tempat tinggalnya. Para pedagang eceran kecil ini,
menjual sekitar 30% dari semua deterjen yang diperdagangkan di Jepang,
dengan toko yang memiliki ruang rak yang terbatas, hal tersebut yang membuat
mereka tidak suka menyimpan produk- produk yang didiskon, karena laba yang
diperoleh lebih rendah.

Berdasarkan case studi dari P&G di Jepang, dapat disimpulkan


pentingnya memahami budaya negara yang dituju dalam menjalankan bisnis
internasional. Dan dari case studi tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya
memiliki pengaruh terhadap bisnis internasional. Kesimpulan tersebut sesuai
dengan hasil penelitian dari (Aigner dan Kraemer 1994-2000). Para eksekutif
telah mengidentifikasi “Perbedaan Budaya” sebagai masalah yang paling serius
mempengaruhi penjualan dan operasi bisnis internasional mereka.

Karena perbedaan budaya terdapat di seluruh negara, sebuah


pemahaman dari pengaruh budaya dalam perdagangan internasional merupakan
hal penting untuk diketahui manajemen internasional. Jika manajer internasional
tidak mengetahui sesuatu tentang budaya dari Negara lain yang mereka tuju
untuk berbisnis, maka hal tersebut akan menimbulkan bencana bagi perusahaan

21
Berikut beberapa karakteristik kebudayaan yang perlu diperhatikan bagi
manajer yang menjalankan bisnis internasional, karena karakteristik ini
mempunyai relevansi dengan bisnis internasional:
a) Kebudayaan mencerminkan perilaku yang dipelajari (learned behaviour)
yang ditularkan dari satu anggota masyarakat yang lainnya.
b) Unsur- unsur kebudayaan saling terkait (interrelated).
c) Kebudayaan sanggup menyesuaikan diri (adaptive), artinya kebudayaan
berubah sesuai dengan kekuatan- kekuatan eksternal yang
mempengaruhi masyarakat tersebut.
d) Kebudayaan dimiliki bersama (shared) oleh anggota - anggota
masyarakata tersebut dan tentu saja menentukan keanggotaan
masyarakat itu. Orang-orang yang sama-sama memiliki suatu
kebudayaan adalah anggota suatu masyarakat, orang - orang yang tidak
memilikinya berada diluar batas - batas masyarakat, berikut beberapa
pendapat lain tentang karakteristik budaya, adalah sebagai berikut:
a. Dipelajari: Budaya tidak diwariskan atau bersifat biologi, budaya
diperoleh dari pembelajaran dan pengalaman.
b. Dibagi: Masyarakat adalah anggota dari kelompok organisasi atau
pembagian budaya masyarakat, budaya tidak spesifik pada
perorangan dan individu.
c. Perubahan generasi: Budaya bersifat kumulatif, melewati dari
generasi yang satu ke generasi yang lainnya.
d. Symbolic: Budaya berdasarkan pada kapasotas manusia untuk
memberi tanda atau menggunakan sesuatu untuk
menggambarkan yang lain.
e. Diteladani: Budaya mempunyai struktur dan terintegrasi,
perubahan dari 1 bagian akan membawa perubahan pada bagian
lain.
f. Penyesuaian: Budaya berdasarkan pada kapasitas manusia untuk
berubah & menyesuaikan diri.

2.6 Elemen Budaya yang Mempengaruhi Pemasaran Internasional.

Budaya terdiri dari banyak komponen yang saling berhubungan satu sama
lain. Pengetahuan tentang budaya memerlukan pemahaman yang
mendalam dari bagian-bagian yang berbeda. adapun elemen-elemen
budaya yang memiliki pengaruh terhadap pemasaran internasional adalah:
materi hidup (Material Life), bahasa, interaksi sosial, estetika, agama,
pendidikan, dan nilai-nilai.

 Materi Hidup (Material life)


Komponen utama dari kebudayaan adalah aspek materialnya. Kehidupan
material terutama mengacu pada teknologi yang digunakan untuk
memproduksi, mendistribusikan, dan mengkonsumsi barang dan jasa
dalam masyarakat. Perbedaan dalam lingkungan material menjelaskan
mengenai perbedaan dalam tingkat dan jenis permintaan barang
konsumsi. Untuk menjembatani perbedaan materi lingkungan hidup,
pemasar sering dipaksa untuk beradaptasi penawaran produk mereka.
misalnya, industri minuman ringan. Di banyak negara di luar Amerika
Serikat, toko – toko memiliki ukuran rak yang sangat terbatas, dan lemari
es dengan kapasitas jauh lebih kecil dibandingkan dengan Amerika
Serikat. Akibatnya minuman, ringan di jual dalam ukuran yang lebih kecil

22
seperti stengah liter dan satu liter, berbeda dengan yang dijual di amerika
yang biasa menjual kemasan 2 liter.

 Bahasa (Language)
bahasa merupakan tantangan yang dihadapi oleh pemasaran
internasional. Bahasa sering digambarkan sebagai elemen yang paling
penting dalam melakukan interaksi sosial. Bahasa merupakan sarana
yang digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi di dalam
lingkukang. Dua aspek bahasa menjadi dasara bagi pemasaran
internasional adalah (1) penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi
dalam budaya dan (2) keragaman besar bahasa di seluruh dunia.

 Interaksi sosial
Sebuah aspek penting dari budaya adalah interaksi sosial antara orang-
orang. Interaksi sosial mengacu pada cara di mana anggota masyarakat
berhubungan satu sama lain. Mungkin ungkapan yang paling penting dari
interaksi sosial adalah konsep kekerabatan. Konsep ini bervariasi secara
dramatis di seluruh masyarakat. Sebagai contoh Dalam budaya Cina,
guanxi merupakan bentuk penting dari interaksi sosial dalam konteks
bisnis. Guanxi, yang kira-kira berarti koneksi, sangat penting dalam
berbagai situasi seperti untuk melakukan kesepakatan negosiasi,
distribusi, mendapatkan izin usaha serta mendirikan usaha patungan.
Oleh karena itu sangat penting untuk membangun Guanxi di Cina melalui
program pendidikan eksekutif, di mana eksekutif senior dari berbagai
industri dan kota dapat bertemu dan berinteraksi.

 Estetika
Estetika mengacu pada ide-ide dan persepsi bahwa budaya sangat
menjunjung tinggi keindahan dan rasa yang baik. Di wilayah Asia-Pasifik,
ekspresi estetika didorong oleh tiga prinsip: (1) kompleksitas dan dekorasi
(berbagai bentuk, bentuk, dan warna), (2) harmoni dan pandangan
mengenai alam (misalnya, pegunungan, bunga, pohon-pohon). Estetika
memainkan peran utama dalam merancang visual dari produk, termasuk
komponen seperti kemasan dan logo. Serangkaian studi tentang desain
logo merek di Singapura dan China menyarankan bahwa perusahaan
harus memilih desain logo yang rumit (kompleks, mendalam, aktif),
harmonis (simetri, keseimbangan), dan natural. Disisi lain Warna juga
memiliki arti yang berbeda dan banding estetika.

 Agama
Agama memainkan peran penting dalam banyak masyarakat. Ketika
agama adalah bagian penting dari kehidupan konsumen, perusahaan
harus dapat menyadarinya. Dalam masyarakat Islam, perusahaan dapat
memperluas daya tarik merek mereka dan mengembangkan bisnis
mereka dengan terlibat dengan konsumen Muslim dengan memastikan
bahwa produk-produk yang dijual adalah halal dan menempelkan logo
halal pada setiap produk yang akan di pasarkan.

 Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu instrumen utama untuk penyaluran budaya
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dua aspek pendidikan yang
penting bagi pemasar internasional adalah tingkat pendidikan dan kualitas
pendidikan tersebut. Sangat penting bagi perusahaan untuk

23
memperhatikan kualitas dari pendidikan. Pendidikan merupakan suatu
jembatan untuk memenuhi kebutuhan bisnis. Contohnya 51 perusahaan
teknologi yang beroperasi di India menghadapi masalah, dimana
Perguruan tinggi di India menghasilkan banyak lulusan teknik, tetapi 85
persen dari mereka menurut sebuah perkiraan tidak siap untuk bekerja
setelah lulus.

 Sistem Nilai
Semua budaya memiliki sistem nilai yang membentuk masyarakat norma
dan standar. Norma-norma mempengaruhi sikap masyarakat terhadap
obyek dan kode perilaku. Dari sudut pandang pemasaran internasional,
sistem nilai masyarakat memiliki kedudukan yang sangat penting. Sikap
lokal terhadap budaya asing akan mendorong posisi produk dan
keputusan dalam melakukan desain produk. Di banyak negara, barang
yang memiliki karekter Amerika sangat dihargai. Perusahaan-perusahaan
AS mampu memanfaatkan sentimen tersebut dengan menggunakan
karakter Americana sebagai instrumen penjualan. McIlhenny menjual
Tabasco dengan label produk yang sama di seluruh dunia menekankan
karakter Amerika dalam setiap produk yang dijualnya.

2.7 Pengaruh Budaya Dalam Menentukan Strategi Marketing Mix di Pemasaran


Internasional.

Untuk dapat memahami seluk-beluk pasar luar negeri, penting untuk


mendapatkan pemahaman yang lebih dalam perbedaan budaya. Dari
perspektif pemasaran global, lingkungan budaya penting karena dua alasan
utama. Pertama dan terpenting, kekuatan budaya merupakan faktor utama
dalam membentuk pemasaran global. Kedua, analisis budaya seringkali
mempertemukan titik-titik peluang pasar. Perusahaan yang mengenali
norma-norma budaya di bandingkan pesaing mereka akan lebih di
untungkan dan sering memperoleh keunggulan kompetitif.

Dalam pemasaran dikenal adanya istilah marketing mixyang di


dalamnya memformulasikan strategi pemasaran yang harus dilakukan
seorang pelaku usaha kedalam 4P yaituproduct, price,
place  dan promotion. Dalam pemasaran internasional aspek budaya
sangat mempengaruhi strategi para pemasar untuk merumuskan
strategi marketing mix tersebut, agar kegiatan pemasaran produk yang
dilakukan dapat sukses dan berhasil di lingkungan internasional yang
sangat dinamis. Oleh karena itu perlu disusun program marketing mix yang
baik di dasarkan pada kriteria berikut ini:

Product
Dalam Pemasaran internasional, pelaku usaha harus dapat menciptakan
produk yang sesuai dengan target pasar mereka. Dan budaya merupakan
suatu instrumen yang sangat penting untuk digunakan dalam menciptakan
produk dalam perspektif global. Karena setiap daerah pemasaran
membutuhkan produk yang berbeda serta pendekatan yang berbeda dalam
penciptaan produk tersebut. Produk tertentu, khususnya, makanan,
minuman, dan pakaian memiliki hubungan dan ikatan budaya yang sangat
kental dibandingkan dengan produk lainnya seperti mobil dan sepeda
motor. Produk atau jasa juga dapat dilarang atau dibatasi karena alasan
budaya. Pada bulan Maret 2004, pemerintah Arab Saudi melarang impor

24
dan penjualan ponsel yang menggunakan kamera setelah adanya laporan
tindakan pelanggaran (memotret perempuan) oleh pemilik ponsel tersebut.
Di China Pepsi menciptakan produk dengan kemasan berwarna merah
untuk menarik perhatian pembeli dengan alasan warna merah merupakan
warna keberuntungan bagi masyarakat China.

Price
Kesediaan pelanggan untuk membayar produk yang dipasarkan akan
bervariasi pada daerah yang memiliki budaya yang berbeda. Produk yang
dianggap memiliki nilai yang baik dalam satu budaya, mungkin memiliki nilai
lebih dan dihargai lebih mahal dibandingkan dalam budaya lain. Di China
penetapan harga barang sering menggunakan angka 8. Misalnya 20 dollar
sering dibuat dengan angka 19.8 dollar dari pada menggunakan angka 19.9
dollar yang biasa dilakukan pada pasar secara luas di dunia. Hal ini karena
Dalam budaya Cina, angka 8 dikaitkan dengan kemakmuran dan
keberuntungan. Simbolisme ini berasal dari fakta bahwa pengucapan 8
memiliki kesamaan dalam pengucapan kata kaya.

Place (Distribusi)
Variabel budaya juga dapat menentukan strategi distribusi. Hal ini
bergantung dari gaya hidup masing-masing dan budaya masing-masing
daerah. Sebagai contoh Avon, pembuat kosmetik dari Amerika
menggunakan pendekatan distribusi yang berbeda dengan cara penjualan
langsung kepada pelanggannya yang biasa di lakukan di Amerika. untuk
pangsa pasar Taiwan dan China, Avon bereksperimen dengan alternatif
distribusi untuk menjual produk-produknya dengan penggunaan kios,
counter kecil di department store, internet, dan menjual produk di rumah-
belanja saluran TV. Hal ini lebih menarik konsumen Taiwan dan China
untuk melakukan pembelian. Contoh lain adalah pendekatan distribusi yang
di lakukan oleh Mc Donald. Di beberapa negara McDonald sekarang
menawarkan layanan antar untuk setiap produk yang di beli oleh
konsumennya. Model ini berjalan efektif untuk daerah perkotaan yang telah
maju dengan tingkat kesibukan penduduknya yang tinggi serta
ketersediaan tenaga pengantar yang masih relatif murah. Di Mesir, sistem
layanan antar menyumbangkan 27 persen dari pendapatan Mc Donald.

Promotion
Dari empat unsur bauran pemasaran, promosi adalah salah satu yang
paling menonjol. Budaya biasanya akan memiliki pengaruh besar pada
strategi komunikasi perusahaan. Peristiwa penting dari kalender budaya
suatu negara (misalnya, Tahun Baru Cina, Ramadhan) sering menciptakan
peluang pemasaran utama dengan komunikasi pemasaran yang berbeda.
Promosi menjadi sangat penting dalam strategi pemasaran internasional
karena Cara di mana pelanggan memproses komunikasi pemasaran
seringkali bergantung pada nilai-nilai budaya mereka. Oleh karena itu
pelaku pemasaran internasional harus berhati-hati melakukan komunikasi
pemasaran melalui strategi promosi iklan dan advertising lainnya, hal ini
karena gaya iklan yang efektif dalam budaya tertentu dapat menjadi
kontraproduktif dalam budaya lain. Dalam konteks budaya tinggi (misalnya,
Spanyol, Italia, Jepang), gaya komunikasi cenderung lebih langsung dan
halus. Dalam konteks budaya rendah (misalnya, Jerman, dan negara
skandinavia) iklan menggunakan data faktual, dan menyertakan alasan
agar kegiatan promosi lebih efektif.

25
Oleh karena itu para pelaku pemasaran internasional harus faham
mengenai strategi pemasaran khususnyamarketing mix dalam
memformulasikan strategi pemasan yang paling cocok dengan target
market pasar internasional yang sangat dinamis, sehingga adanya
kesesuaian antara strategi pemasaran dan budaya setempat akan
berdampak pada kelanggengan bisnis dan keberhasilan memasarkan
produk yang dilakukan oleh para pemasar internasional.

2.8 Pengaruh Etika Terhadap Bisnis Internasional

Akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan perlunya pengaturan tentang


perilaku bisnis terutama menjelang mekanisme pasar bebas. Dalam mekanisme
pasar bebas diberi kebebasan luas kepada pelaku bisnis untuk melakukan
kegiatan dan mengembangkan diri dalam pembangunan ekonomi. Disini pula
pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk berkembang mengikuti mekanisme pasar.
Dalam persaingan antar perusahaan terutama perusahaan besar dalam
memperoleh keuntungan sering kali terjadi pelanggaran etika berbisnis, bahkan
melanggar peraturan yang berlaku. Apalagi persaingan yang akan dibahas
adalah persaingan produk impor dari Indonesia yang ada di Taiwan. Karena
harga yang lebih murah serta kualitas yang tidak kalah dari produk-produk
lainnya.

Kasus Indomie yang mendapat larangan untuk beredar di Taiwan karena


disebut mengandung bahan pengawet yang berbahaya bagi manusia dan ditarik
dari peredaran. Zat yang terkandung dalam Indomie adalah methyl
parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat). Kedua zat tersebut
biasanya hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik, dan pada Jumat
(08/10/2010) pihak Taiwan telah memutuskan untuk menarik semua jenis produk
Indomie dari peredaran. Di Hongkong, dua supermarket terkenal juga untuk
sementara waktu tidak memasarkan produk dari Indomie.

Kasus Indomie kini mendapat perhatian Anggota DPR dan Komisi IX akan
segera memanggil Kepala BPOM Kustantinah. “Kita akan mengundang BPOM
untuk menjelaskan masalah terkait produk Indomie itu, secepatnya kalau bisa
hari Kamis ini,” kata Ketua Komisi IX DPR, Ribka Tjiptaning, di Gedung DPR,
Senayan, Jakarta, Selasa (12/10/2010). Komisi IX DPR akan meminta
keterangan tentang kasus Indomie ini bisa terjadai, apalagi pihak negara luar
yang mengetahui terlebih dahulu akan adanya zat berbahaya yang terkandung di
dalam produk Indomie.

Dessy Ratnaningtyas, seorang praktisi kosmetik menjelaskan, dua zat


yang terkandung di dalam Indomie yaitu methyl parahydroxybenzoate dan
benzoic acid (asam benzoat) adalah bahan pengawet yang membuat produk
tidak cepat membusuk dan tahan lama. Zat berbahaya ini umumnya dikenal
dengan nama nipagin. Dalam pemakaian untuk produk kosmetik sendiri
pemakaian nipagin ini dibatasi maksimal 0,15%. Ketua BPOM Kustantinah juga
membenarkan tentang adanya zat berbahaya bagi manusia dalam kasus Indomie

26
ini. Kustantinah menjelaskan bahwa benar Indomie mengandung nipagin, yang
juga berada di dalam kecap dalam kemasam mie instan tersebut. tetapi kadar
kimia yang ada dalam Indomie masih dalam batas wajar dan aman untuk
dikonsumsi, lanjut Kustantinah. Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas
ketetapan aman untuk di konsumsi yaitu 250 mg per kilogram untuk mie instan
dan 1.000 mg nipagin per kilogram dalam makanan lain kecuali daging, ikan dan
unggas, akan berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkan muntah-muntah
dan sangat berisiko terkena penyakit kanker.

Menurut Kustantinah, Indonesia yang merupakan anggota Codex


Alimentarius Commision, produk Indomie sudah mengacu kepada persyaratan
Internasional tentang regulasi mutu, gizi dan kemanan produk pangan.
Sedangkan Taiwan bukan merupakan anggota Codex. Produk Indomie yang
dipasarkan di Taiwan seharusnya untuk dikonsumsi di Indonesia. Dan karena
standar di antara kedua negara berbeda maka timbulah kasus Indomie ini.

Penulis mencoba memberikan pandangan berkaitan dengan masalah etik


yang dihadapi Indomie melalui pendekatan teori menurut Von der Embse dan
R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Journal (1988), tiga
pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu:

a. Utilitarian Approach: setiap tindakan harus didasarkan pada


konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya
mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya
kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan
biaya serendah-rendahnya.
b. Individual Rights Approach: setiap orang dalam tindakan dan
kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan
ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan
menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
c. Justice Approach: para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang
sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.

Melalui pendekatan utilitarian approach, secara produk, indomie mampu


memberikan manfaat bagi konsumen, dengan kata lain indomie bisa dijadikan
sebagai pengganti nasi dengan harga produk yang relatif terjangkau, dan bisa
menjadi makanan pokok di Negara Taiwan. Akan tetapi zat yang terkandung
pada mie instan tersebut membahayakan bagi konsumen, dan efeknya
diberhentikannya penjualan Indomie di pasar Taiwan. Jika disimpulkan dari
Dessy Ratnaningtyas seorang praktisi kosmetik yang membenarkan adanya zat
bahaya pada indomie, membuat perusahaan Indofood hanya mementingkan
penjualan, tanpa mementingkan keselamatan konsumennya baik efek jangka
pendek maupun jangka panjang.

Kutipan dari Kustantinah “Indonesia yang merupakan anggota Codex


Alimentarius Commision, produk Indomie sudah mengacu kepada persyaratan
Internasional tentang regulasi mutu, gizi dan kemanan produk pangan.
Sedangkan Taiwan bukan merupakan anggota Codex. Produk Indomie yang
dipasarkan di Taiwan seharusnya untuk dikonsumsi di Indonesia. Dan karena

27
standar di antara kedua negara berbeda maka timbulah kasus Indomie ini”.
Melalui pendekatan Individual right approach, apa yang dilakukan Manajemen
indomie sudah benar karena sudah mengacu pada persyaratan internasional.

Tetapi Manajemen indofood melupakan hal paling penting yaitu


kesehatan dan kesalamatan konsumen indomie di Taiwan, dan berakibat pada
ditariknya produk indomie dipasar Taiwan. Dalam kasus ini sebaiknya indomie
berkonsultasi langsung dengan lembaga pengawas makan dan obat - obatan di
Taiwan, agar produk yang dipasarkan secara kualitas tidak membahayakan
konsumennya.

Melalui pendekatan justice approach, baik pemerintah negara Taiwan


maupun Manajemen indomie sudah melakukan hal yang benar yaitu, pemerintah
Taiwan menarik semua produk indomie yang berada dipasar di Taiwan. Dan
Manajemen indomie tidak melakukan penuntuttan terhadap lembaga terkait di
pemerintahan Taiwan yang merugikan perusahaan Indofood, Manajemen
Indofood lebih memilih untuk berkonsultasi secara hukum dan mencoba
membuktikan kalau kandungan bahan yang ada pada indomie sudah sesuai
dengan persyaratan internasional.

Berdasarkan urain tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang


tidak menjalankan prinsip etika secara baik di perdagangan internasional maka
akan mempengaruhi bisnis dari perusahaan tersebut.

28
BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1. Kebudayaan adalah kumpulan nilai, kepercayaan, perilaku, kebiasaan
dan sikap yang membedakam suatu masyarakat dari yang lainnya.
Kebudayaan suatu masyarakat menentukan ketentuan - ketentuan yang
mengatur bagaimana perusahaan dijalankan dalam masyarakat tersebut.
2. Kebudayaan dimiliki bersama (shared) oleh anggota – anggota
masyarakat tersebut dan tentu saja menentukan keanggotaan
masyarakat itu, orang – orang yang sama - sama memiliki suatu
kebudayaan adalah anggota suatu masyarakat, orang - orang yang tidak
memilikinya berada diluar batas - batas masyarakat, berikut beberapa
pendapat lain tentang karakteristik budaya adalah sebagai berikut:
a. Dipelajari: Budaya tidak diwariskan atau bersifat biologi,
budaya diperoleh dari pembelajaran dan pengalaman.
b. Dibagi: Masyarakat adalah anggota dari kelompok
organisasi atau pembagian budaya masyarakat, budaya
tidak spesifik pada perorangan dan individu.
c. Perubahan generasi: Budaya bersifat kumulatif, melewati
dari generasi yang satu ke generasi yang lainnya.
d. Symbolic: Budaya berdasarkan pada kapasitas manusia
untuk memberi tanda atau menggunakan sesuatu untuk
menggambarkan yang lain.
e. Diteladani: Budaya mempunyai struktur dan terintegrasi,
perubahan dari 1 bagian akan membawa perubahan pada
bagian lain.
f. Penyesuaian: Budaya berdasarkan pada kapasitas
manusia untuk berubah & menyesuaikan diri.

29
3. Para ahli sangat bervariasi dalam memahami apa yang mereka anggap
komponen budaya sosiokultural, antara lain: Estetika, Sikap dan
kepercayaan. Sikap terhadap waktu, sikap terhadap pencapaian
pekerjaan, sikap terhadap perubahan atau ide baru.
4. Faktor budaya merupakan salah satu aspek yang memiliki pengaruh yang
sangat besar dalam kegiatan pemasaran internasional. Budaya adalah
salah satu pondasi utama yang di jadikan landasan bagi para pelaku
bisnis untuk melakukan kegiatan usahanya. Hal ini karena budaya pada
level internasional sangat beragam, berbeda-beda dan dinamis sehingga
memerlukan cara, strategi dan pendekatan yang berbeda-beda pula untuk
memasarkan produk tersebut. Oleh karena itu dalam penyusunan
program pemasaran yang tepat para pemasar di tingkat intenasional
harus dapat memformulasikan strategi pemasaran, salah satunya dengan
menggunakan konsep marketing mix atau bauran pemasaran yang di
sesuaikan dengan daerah pemasarannya. Tentu dalam
penysusunan marketing mix tersebut harus memperhatikan aspek
budaya. Sehingga pendekatan dan strategi marketing mix yang
meliputi product, price, placedan promotion di satu daerah dapat di
sesuaikan dengan budaya setempat sehingga strategi pemasaran
tersebut dapat berhasil dan tidak bertentangan atau kontradiktif pada
budaya setempat yang menyebabkan kegagalan seorang pemasar dalam
melakukan kegiatan usahanya.
5. pendekatan teori menurut Von der Embse dan R.A. Wagley dalam
artikelnya di Advance Managemen Journal (1988): utilitarian approach,
individual right approach, dan justice approach bisa dijadikan bagi
perusahaan khususnya manajer internasional sebagai pedoman untuk
berperilaku ethis dalam menjalankan bisnis internasional.

1.2 Saran
1. Perusahaan khususnya manajer internasional diharapkan memahami
pentingnya faktor budaya dalam bisnis internasional. Baik saat
menentukan produk yang akan dijual maupun cara promosi produknya,
agar tidak bentrok dengan budaya negara setempat, sehingga produk
yang dipasarkan bisa ditrima dan berhasil dinegara yang dituju untuk
berbisnis.
2. Perusahaan diharapkan memiliki persiapan khusus ketika mau masuk
kepasar negara lain, khususnya dalam konteks budaya. Seperti merekrut
SDM setempat untuk mengetahui cara yang paling efektif masuk pasar ke
negara tersebut.
3. Perusahaan yang ingin mencatat sukses dibisnis internasional
membutuhkan tiga hal pokok, yakni: produk yang baik dan berkualitas,
manajemen yang baik dan Manajemen yang memiliki etika. Produk yang
baik dan berkualitas memiliki pengertian agar produk yang ditawarkan
kekonsumen tidak hanyak baik secara fisik tetapi harus berkualitas
sehingga produk tersebut tidak berbahaya baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Manajemen yang baik dan memiliki etika menjadi hal

30
penting yang harus diperhatikan perusahaan. Agar Manajemen tidak
hanya mementingkan kepentingan perusahaan seperti profit yang besar,
tetapi juga mementingkan keselamatan baik konsumen, pekerja, dan
Bumi.
4. Penting bagi perusahaan agar menerapkan etika dalam berbisnis.
Terutama perusahaan yang berbisnis di negara lain, karena tren
konsumen saat ini jika ada perusahaan yang melanggar etika maka baik
konsumen maupun pemerintah akan memboikot produk dari perusahaan
tersebut. Seperti kasus pada Indome dan perusahaan Nike.

Daftar Pustaka

erfanrosyadi.blogspot.sg/2015/04/peran-kebudayaan-terhadap-bisnis.html
http://ahdasaifulaziz.blogspot.sg/2011/06/pengaruh-kebudayaan-terhadap-
bisnis.html
Donal A Ball, Dkk. 2001. Intenational Bisnis buku 1. Salemba Empat: Jakarta
Griffin, Ricky W. Michael W Pustay. 2005. Bisnis Internasional jilid 1. PT Ideks
kelompok Gramedia: Jakarta
Simamora, Henry. 2000. Manajemen Pemasaran Internasional Jilid 1. Salemba
Empat: Jakarta
hho3.wordpress.com/2012/09/17/pengaruh-kultur-terhadap-keberhasilan-bisnis-
internasional-studi-kasus-cina/
Hasbullah, Jousairi, Social Capital, Menuju Keunggulan Budaya Manusia
Indonesia, Jakarta: MR-Unired Press, 2006.
Hefner, Robert W., (ed), (2000) Budaya Pasar, Masyarakat dan Moralitas dalam
Kapitalisme Asia Baru, Jakarta: LP3S.
Kleden, Ignas, et.al,  (1988) Kebudayaan Sebagai Perjuangan, Perkenalan
dengan Pemikiran S. Takdir Alisjahbana, Jakarta: Dian Rakyat.
Kristanto, Jajat. (2002). Manajemen Pemasaran Internasional, Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Lawang, Robert MZ. (2005). Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, Jakarta:
FISIP UI Press.
Linkletter, Karen E., dan Joseph A. Maciariello. (2010).  ”Manajemen
SebagaiSebuah Ilmu Budaya” , di dalam Drucker Diffrence, Pearce, Craig
L., et.al, (eds), Jakarta: Ufuk Press.
Wang, Andri, (2012).  The Wisdom of Confucius,  Jakarta: Kompas Gramedia.
wahonodiphayana.blogspot.co.id/2014/12/masalah-etika-dalam-bisnis-
internasional.html

31
Keraf, A.S. 2002. Etika Lingkungan. Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
Salvatore, D. 1994. Ekonomi Internasional. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Suleiman, M.A. 2008. ”Isi-isu kehutanan dalam perdagangan
internasional”.  http : //artikelhukum.blogspot.com/2008/06/isu-isu-keghutanan-
dalam
Velasquez, M.G. 2006. Business Ethics Concept and Cases. Pearson Prentice
Hall, London.
http://rhynanana.blogspot.co.id/2013/10/etika-bisnis-di-era-globalisasi.html
http://niknok.blogspot.com/etika-bisnis.html
Bernd H.  Schmitt  and  Yigang  Pan,  ‘‘Managing  Corporate and  Brand 
Identities in the  Asia-Pacific  Region,’’ California  Management Review.
Haviland, William A. Antropologi Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1999.
Joshi, Rakesh Mohan, (2005) International Marketing, Oxford University Press,
New Delhi and New York.
Kotabe, Masaaki and Kristiaan Helsen, Global Marketing Management, Hoboken,
NJ: John Wiley & Sons, Inc. 5th ed. 2010.
Koentjaraningrat, ed (1985). Manusia dan kebudayaan.  Jakarta: Gramedia.
Marieke de Mooij, Global  Marketing  and Advertising. Understanding Cultural 
Paradoxes. SAGE Publications. 1998.
Onkvisit, Sak (2004). "Process of international marketing". International
marketing: analysis and strategy.
Sarjono. Agus R (Editor). 1999. ”Pembebasan Budaya-Budaya Kita”. Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama; Jakarta.
Suseno, Franz Magnis. 1992. ”Filsafat Kebudayaan Politik”. Penerbit Gramedia
Pustaka Utama; Jakarta
Tylor, Edward. 1920 [1871]. Primitive Culture. New York: J.P. Putnam’s Sons.

32

Anda mungkin juga menyukai