Pengaruh Faktor Budaya Dan Etika Terhad
Pengaruh Faktor Budaya Dan Etika Terhad
University of Pancasila
Jakarta 2016
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah........................................ 1
1.2 Perumusan Masalah.............................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................... 2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka........................................................ 3
2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional........ 3
2.1.2 Faktor – Faktor Pendorong .......................... 3
2.1.3 Pengertian Budaya Lingkup Bisnis Internasional 4
2.1.3.1 Enam Cara Bisnis Lintas Budaya ............. 4
2.1.3.2 Karakteristik Kebudayaan......................... 7
2.1.4.Lima Dimensi Orientasi................................ 7
2.1.5 Komponen – Komponen Sosiokultur............. 8
2.1.6 Pengertian Etika.......................................... 8
2.1.7 Teori Etika................................................... 9
2.1.8 Pengertian Etika Bisnis................................ 10
2.1.9 Permasalahan Etika Bisnis dalam Bisnis..... 11
2.1.10 Prinsip Etika Bisnis.................................... 12
2.1.11Kode Etik Perusahaan................................ 14
BAB III : PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Perdagangan Internasional................. 15
3.2 Manfaat Perdagangan Internasional ..................... 15
3.3 Faktor Pendorong Perdagangan Internasional ..... 16
3.4 Pengaruh Budaya Terhadap Bisnis Internasional . 16
3.5 Pengaruh Etika Terhadap Bisnis Internasional ..... 18
BAB IV : KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan............................................................ 21
4.2 Saran..................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 23
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
berhasil dalam melakukan pemasaran internasional adalah perusahaan yang
dapat mengetahui seluk-beluk daerah pemasarannya dengan baik.
Salah satu aspek yang paling berpengaruh dalam pemasaran
internasional adalah faktor budaya. Pemasar internasional harus mengetahui
pengaruh budaya dan harus menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang
akan dihadapi akibat adanya aspek budaya ini. Hal ini karena setiap daerah dan
batas wilayah memiliki budaya yang berbeda-beda. Sehingga Dalam membuat
produk, budaya merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi
karakteristik produk tersebut.
Oleh karena itu aspek budaya menjadi aspek yang harus diperhatikan
bagi perusahaan yang akan melakukan kegiatan bisnisnya secara global,
sehingga aspek budaya dapat dijadikan landasan perusahaan dalam melakukan
kegiatan pemasarannya.
Setiap tahun, selama tujuh tahun terakhir para eksekutif senior dari 250
perusahaan di California selatan telah disurvei mengenai kegiatan bisnis
internasional perusahaan mereka (Aigner dan Kraemer 1994-2000). Di tahun -
tahun ini para eksekutif telah mengidentifikasi “Perbedaan Budaya” sebagai
masalah yang paling serius mempengaruhi penjualan dan operasi bisnis
internasional mereka. Peraturan pemerintah negara lain juga konsisten
disebutkan sebagai masalah.
2
perlindungan dan hak – hak legal, serta tanggung jawab sosial. Etika bisnis juga
menimbulkan konsekuensi potensial bagi banyak pihak, seperti konsumen,
pegawai, pesaing usaha, dan masyarakat umum. Dalam ajang internasional,
pesatnya globalisasi usaha semakin banyak menimbulkan pertanyaan –
pertanyaan tentang etika dalam lingkungan baru dan berbeda (Hyan, 2001).
Hingga saat ini, banyak penelitian empiris yang diarahkan untuk meneliti
faktor – faktor penentu perilaku etis. Faktor – faktor penentu yang paling banyak
diteliti antara lain atribut – atribut personal (seperti agama, kewarganegaraan,
jenis kelamin, dan usia). Pendidikan serta pengalaman kerja, kepribadian, nilai –
nilai dan keyakinan. Kelompok – kelompok referen seperti pengaruh kelompok
seprofesi, pengaruh manajemen puncak, serta penghargaan dan sangsi (Hyan,
2001).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
maka bisa jadi dalam suatu Negara memerlukan biaya tinggi untuk
memproduksi barang tertentu. Sehingga negara tersebut bermaksud
mengimpor barang dari luar negeri karena biayanya dianggap lebih
murah.
4. Tidak Semua Negara Dapat Memproduksi Sendiri Suatu Barang
Karena keterbatasan kemampuan suatu negara, baik kekayaan alam
maupun yang lainnya, maka tidak semua barang yang dibutuhkan oleh
suatu negara mampu untuk diproduksi sendiri, untuk itulah diperlukan
tukar-menukar antarbangsa.
5. Adanya Motif Keuntungan dalam Perdagangan
Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang selalu terdapat
perbedaan. Adakalanya suatu negara lebih untung melakukan impor
daripada memproduksi sendiri. Namun, adakalanya lebih menguntungkan
kalau dapat memproduksi sendiri barang tersebut, karena biaya
produksinya lebih mudah. Oleh karena itu, negara-negara tersebut akan
mencari keuntungan dalam memperdagangkan barang hasil produksinya.
6. Adanya Persaingan Antar Pengusaha dan Antar Negara
Persaingan ini akan berakibat suatu negara meningkatkan kualitas barang
hasil produksi dengan biaya yang ringan, sehingga dapat bersaing dalam
dunia perdagangan.
1) Lakukanlah Persiapan.
2) Jangan Terburu – buru.
3) Bangkitkan Kepercayaan.
4) Memahami pentingnya Bahasa.
5) Menghormati Budaya.
6) Memahami Unsur – Unsur Budaya.
5
Budaya juga sangat mempengaruhi semua fungsi bisnis misalnya dalam
pemasaran, beraneka ragam sikap dan nilai menghambat banyak perusahaan
untuk mengunakan bauran pemasaran yang sama disemua pasar. Begitu juga
dalam manajemen sumber daya manusia, budaya nasional merupakan kunci
penentu untuk mengevaluasi para manajer, serta dalam produksi dan keuangan
faktor budaya sangat berpengaruh dalam kegiatan produksi dan keuangan.
6
Struktur sosial adalah seluruh kerangka yang menentukan peran individu-
individu dalam masyarakat, stratifikasi masyarakat, dan mobilitas individu dalam
masyarakat tertentu. Strafikasi sosial didefinisikan semua masyarakat
mengelompokkan orang - orang dalam batas tertentu berdasarkan kelahiran,
pekerjaan, tingkat pendidikannya, atau ciri-ciri lainnya. Namun, pentingnya
kategori ini dalam menentukan bagaimana individu - individu berinteraksi satu
sama lain dalam dan diantara kelompok - kelompok ini berbeda - beda dari satu
masyarakat dengan masyarakat lainnya. Mobilitas sosial adalah kemampuan
individu berpindah dari suatu strata masyarakat ke strata lainnya, mobilitas social
cenderung akan lebih tinggi dalam masyarakat yang kurang terstratifikasi.
Komunikasi diluar batas budaya, secara verbal maupun non verbal adalah
suatu keahlian yang sangat penting bagi para manajer internasional, walaupun
komunikasi terkadang dapat berlangsung secara salah diantara orang - orang
yang mempunyai kebudayaan yang sama, peluang miskomunikasi akan sangat
meningkat apabila orang- orang tersebut berasal dari budaya yang berbeda.
Selanjutnya Agama adalah aspek penting kebanyakan masyarakat. Agama
mempengaruhi bagaimana cara anggota- anggota masyarakat berhubungan satu
sama lain dan dengan pihak luar, agama membentuk sikap yang dimiliki
pemeluknya terhadap pekerjaan, konsumsi, tanggung jawab individu, dan
perencanaan untuk masa depan. Nilai dan sikap budaya juga mempengaruhi nilai
dan sikap anggota - anggota suatu masyarakat. Nilai adalah prinsip dan standar
yang diterima anggota- anggota tersebut. Sikap terdiri atas tindakan, perasaan,
dan pemikiran yang dihasilkan nilai- nilai tersebut. Nilai- nilai budaya sering
berasal dari kepercayaan yang sangat mendalam tentang kedudukan individu
dalam hubungan dengan Yang Ilahi, keluarga, dan hierarki sosial. Sikap budaya
terhadap faktor- faktor seperti waktu, umur, pendidikan, dan status
mencerminkan nilai- nilai ini dan pada gilirannya membentuk perilaku dan
kesempatan yang tersedia bagi bisnis- bisnis internasional pada suatu negara
tertentu.
7
menganalisa faktor-faktor seperti kepuasan kerja, peran kerja, dan hubungan
antar pribadi di tempat kerja dalam upaya untuk mengenali kelompok-kelompok
Negara yang memiliki nilai-nilai budaya serupa yang dapat mempengaruhi praktik
bisnis internasional. Suatu kelompok budaya terdiri atas Negara-negara yang
memiliki banyak kesamaan budaya walaupun juga terdapat perbedaan budaya.
Sampai saat ini belum ada kesepakatan antara para ahli untuk
mendefinisikan budaya secara umum, namun terdapat beberapa pendapat para
ahli mengenai definisi budaya itu sendiri diantaranya: menurut (Edward B. Taylor)
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota
masyarakat. Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan relajar. Sedankan menurut
Dr. K. Kupper kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman
dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu
maupun kelompok. Dan menurut William H. Haviland kebudayaan adalah
seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota
masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan
perilaku yang dipandang layak dan dapat di terima oleh semua masyarakat.
8
memproduksi, mendistribusikan, dan mengkonsumsi barang dan jasa
dalam masyarakat. Perbedaan dalam lingkungan material menjelaskan
mengenai perbedaan dalam tingkat dan jenis permintaan barang
konsumsi.
Bahasa (Language)
bahasa merupakan tantangan yang dihadapi oleh pemasaran
internasional. Bahasa sering digambarkan sebagai elemen yang paling
penting dalam melakukan interaksi sosial. Bahasa merupakan sarana
yang digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi di dalam
lingkungan.
Interaksi sosial
Sebuah aspek penting dari budaya adalah interaksi sosial antara orang-
orang. Interaksi sosial mengacu pada cara di mana anggota masyarakat
berhubungan satu sama lain. Mungkin ungkapan yang paling penting dari
interaksi sosial adalah konsep kekerabatan. Konsep ini bervariasi secara
dramatis di seluruh masyarakat.
Estetika
Estetika mengacu pada ide-ide dan persepsi bahwa budaya sangat
menjunjung tinggi keindahan dan rasa yang baik. Di wilayah Asia-Pasifik,
ekspresi estetika didorong oleh dua prinsip: (1) kompleksitas dan dekorasi
(berbagai bentuk, bentuk, dan warna), (2) harmoni dan pandangan
mengenai alam (misalnya, pegunungan, bunga, pohon-pohon).
Agama
Agama memainkan peran penting dalam banyak masyarakat. Ketika
agama adalah bagian penting dari kehidupan konsumen, perusahaan
harus dapat menyadarinya. Dalam masyarakat Islam, perusahaan dapat
memperluas daya tarik merek mereka dan mengembangkan bisnis
mereka dengan terlibat dengan konsumen Muslim dengan memastikan
bahwa produk-produk yang dijual adalah halal dan menempelkan logo
halal pada setiap produk yang akan di pasarkan.
Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu instrumen utama untuk penyaluran budaya
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dua aspek pendidikan yang
penting bagi pemasar internasional adalah tingkat pendidikan dan kualitas
pendidikan tersebut.
Sistem Nilai
Semua budaya memiliki sistem nilai yang membentuk masyarakat norma
dan standar. Norma-norma mempengaruhi sikap masyarakat terhadap
obyek dan kode perilaku.
9
budaya seringkali mempertemukan titik-titik peluang pasar. Perusahaan
yang mengenali norma-norma budaya di bandingkan pesaing mereka
akan lebih di untungkan dan sering memperoleh keunggulan kompetitif.
10
perusahaan benar-benar harus mempertimbangkan dan menyeleksi
lokasi yang responsif terhadap situasi ekonomi, demografi, budaya, dan
persaingan di masa mendatang. (Tjiptono, 1996).
11
4. Orientasi sasaran. Orientasi sasaran adalah sikap dimana orang
termotivasi untuk bekerja karena jenis sasaran yang berbeda. Salah satu
bentuk ekstrim dalam orientasi sasaran adalah perilaku sasaran agresif
(aggressive goal behavior). Orang-orang yang menunjukkan perilaku
sasaran agresif cenderung memberikan nilai yang tinggi pada kepunyaan
materi, uang dan ketegasan. Pada bentuk ekstrim lain orang yang
menganut perilaku sasaran pasif (passive goal behavior) memberikan
nilai yang lebih tinggi pada hubungan sosial, kualitas hidup, dan perhatian
kepada orang lain. Budaya yang menghargai perilaku sasaran yang
agresif juga cenderung menentukan peran-peran berdasarkan gender
yang agak kaku, sementara budaya menekankan perilaku sasaran pasif
tidak demikian.
5. Orientasi waktu. Orientasi waktu adalah sejauh mana anggota-anggota
suatu budaya menganut pandangan jangka pendek versus jangka
panjang terhadap pekerjaan, kehidupan, dan aspek-aspek masyarakat
lainnya.
12
6. Agama adalah suatu komponen kebudayaan yang penting, bertanggung
jawab atas banyak dari sikap dan kepercayaan yang mempengaruhi sikap
dan perilaku dari manusia.
7. Kebudayaan material merujuk pada semua objek buatan manusia dan
berkaitan dengan bagaimana orang membuat benda-benda (teknologi)
dan siapa membuat apa dan mengapa (ilmu ekonomi).
Sebagai suatu ilmu, ilmu etika merupakan suatu ilmu yang mempelajari
standard moral dari seseorang atau suatu masyarakat (Velasquez, 2006).
Standar moral merupakan norma-norma mengenai tindakan-tindakan yang
dipercaya secara moral benar dan salah, serta nilai-nilai yang diberikan terhadap
suatu obyek yang dipercaya secara moral adalah baik atau buruk. Etika sebagai
suatu ilmu dapat dibagi dua, yaitu kajian yang bersifat normatif (normative study)
dan kajian yang bersifat deskriptif (descriptive study). Kajian yang bersifat
normatif merupakan investigasi yang mencoba untuk memperoleh kesimpulan
mengenai apakah sesuatu baik atau buruk dan apakah suatu tindakan benar
atau salah. Misalnya, terkait dengan pertanyaan: “Apakah penyuapan di dunia
bisnis, baik atau buruk?”. Untuk menjawab itu, ahli etika akan mencari jawabnya
berdasarkan kajian normatif dengan menggunakan berbagai teori yang ada, dan
menyimpulkan apakah penyuapan di dunia bisnis baik atau buruk. Sedangkan
kajian yang bersifat deskriptif merupakan investigasi yang tidak mencoba untuk
mencapai suatu kesimpulan mengenai baik dan buruk atau benar dan salah. Hal
ini misalnya dilakukan oleh ahli anthropologi yang mempelajari standar moral dari
suatu suku bangsa. Mereka akan mencoba untuk menjelaskan secara akurat
mengenai standar moral dari suku bangsa tersebut dengan menggunakan
berbagai teori, akan tetapi bukan tujuan mereka untuk memberikan penilaian
apakah moral dari suku bangsa tersebut baik atau buruk.
13
Menurut Keraf (2002) terdapat tiga teori mengenai etika, yaitu teori
deontologi, teori teleologi dan etika keutamaan. Istilah “deontologi” berasal dari
kata Yunani “deon” yang berarti kewajiban, dan “logos” yang berarti ilmu atau
teori. Menurut teori ini, cara bertindak dalam suatu situasi tertentu adalah
melakukan apa yang menjadi kewajiban sebagaimana terungkap dalam norma
dan nilai-nilai moral yang ada. Suatu tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan
apakah tindakan tersebut sesuai atau tidak dengan kewajiban. Suatu tindakan
dianggap baik karena tindakan tersebut memang baik pada dirinya sendiri,
sehingga merupakan kewajiban yang harus kita lakukan. Sebaliknya, suatu
tindakan dinilai buruk secara moral karena tindakan tersebut memang buruk
secara moral sehingga tidak menjadi kewajiban untuk kita melakukannya.
Istilah “teleologi” berasal dari kata Yunani “telos” yang berarti tujuan, dan
“logos” yang berarti ilmu atau teori. Etika teleologi menjawab pertanyaan
bagaimana bertindak dalam situasi tertentu dengan melihat tujuan atau akibat
dari suatu tindakan, atau dengan kata lain menilai baik buruknya suatu tindakan
berdasarkan tujuan atau akibat dari tindakan tersebut. Dalam suatu situasi
tertentu, tindakan yang harus dipilih adalah tindakan yang membawa akibat yang
baik, karena suatu tindakan dinilai baik apabila bertujuan baik dan mendatangkan
akibat baik. Etika teleologi lebih bersifat situasional dan subyektif, dimana
tindakan seseorang tergantung dari penilaiannya terhadap akibat dari tindakan
tersebut. Apabila dianggap baik, suatu tindakan yang jelas-jelas bertentangan
dengan norma atau nilai moral yang berlaku dapat dilakukan.
Berbeda dengan kedua teori etika yang lain, teori ini mendasarkan
penilaian moral pada pengembangan karakter moral pada diri setiap orang. Nilai
moral muncul bukan dalam bentuk aturan berupa larangan atau perintah, akan
tetapi dalam bentuk teladan moral yang nyata dipraktikkan oleh tokoh-tokoh
tertentu dalam masyarakat. Menurut teori ini, cara bertindak secara moral di
dalam situasi konkirt yang dilematis adalah meneladani sikap dan perilaku moral
tokoh-tokoh yang kita kenal, baik dalam masyarakat, sejarah atau cerita yang kita
ketahui, ketika mereka menghadapi situasi serupa.
14
2.1.8 Pengertian Etika Bisnis.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan
hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu
yang tidak diatur oleh ketentuan hukum. Cukup banyak definisi mengenai etika
bisnis. Secara umum etika bisnis dapat didefinisikan sebagai suatu standar atau
prinsip moral yang diterapkan di dalam lembaga atau organisasi bisnis dan
perilaku yang dapat diterima (benar) atau tidak dapat diterima (salah) dari orang-
orang yang bergerak di dunia bisnis. Sedangkan, etika bisnis internasional terkait
dengan standar moral yang diterapkan di dalam kegiatan bisnis internasional.
Sebagai suatu ilmu, etika bisnis merupakan ilmu yang mempelajari secara
khusus standar moral tersebut dan melakukan analisis dan evaluasi dari
keputusan-keputusan bisnis didasarkan pada konsep dan penilaian moral.
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu
untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang
tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai ( value-creation) yang
tinggi. Diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari
perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan
didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang
dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
15
Pertanyaan terkait moral mengenai apakah suatu tindakan baik atau
buruk, benar atau salah, seringkali menjadi dilema di dalam kegiatan bisnis
internasional. Penilaian terhadap suatu tindakan terkait bisnis yang dianggap
baik atau buruk dan benar atau salah seringkali berbeda di antara satu negara
dengan negara lainnya. Bahkan di dalam suatu negarapun penilaian ini sering
berbeda dikarenakan perbedaan di dalam budaya dari masyarakatnya. Di
samping faktor budaya, perbedaan pandangan ini juga sering dipengaruhi oleh
sistem perekonomian dan sistem pemerintahan suatu negara, disamping
kepercayaan dan agama yang ada di masyarakat.
Kode etik ini terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu mukadimah, prinsip-
prinsip umum, dan prinsip-prinsip stakeholder. Prinsip-prinsip umum dari ” The
Caux Round-Table Principles for Business” adalah sebagai berikut:
16
Prinsip 1. Tanggung Jawab Bisnis Dari “Shareholders” ke “Stakeholders”
Prinsip 2. Dampak Ekonomis dan Sosial dari Bisnis: Menuju Inovasi, Keadilan
dan Komunitas Dunia
17
Prinsip 5. Dukungan Bagi Perdagangan Multilateral
Bisnis wajib untuk tidak berpartisipasi dalam atau menutup mata terhadap
penyuapan, pencucian uang (money laundering), atau praktek-praktek korup
lainnya, bahkan bisnis wajib untuk menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain
untuk membasmi praktek-praktek itu. Bisnis wajib untuk tidak memperdagangkan
senjata atau barang-barang lain yang diperuntukkan bagi kegiatan-kegiatan
teroris, perdagangan obat bius, atau kejahatan terorganisasi lainnya.
18
BAB III
PEMBAHASAN
a. Sumber Devisa
Jika kita mengekspor suatu komoditi, kita mendapat mata
uang asing seperti dolar, yen atau mata uang yang lainnya. Mata uang
asing ini disebut devisa. Devisa dapat digunakan untuk, misalnya,
mengimpor barang modal dan konsumsi.
b. Perluasan Kesempatan Kerja
Perdagangan internasional, terutama kegiatan ekspor, memberi
kesempatan untuk memperluas kesempatan kerja karena untuk
menghasilkan barang yang diekspor, dibutuhkan tenaga kerja.
c. Stabilisasi Harga
Jika harga suatu jenis barang dalam negeri mahal atau jumlahnya kurang
dan tidak memenuhi permintaan pasar, maka barang tersebut harus
diimpor. Dengan adanya impor, harga barang jenis tersebut akan stabil
dan permintaan pun d apat terpenuhi.
d. Peningkatan Kualitas Konsumsi
Melalui perdagangan internasional, penduduk dapat membeli barang-
barang yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri atau mutunya
belum sebaik produk luar negeri. Perdagangan internasional dapat
memacu industri dalam negeri untuk meningkatkan kualitas produk yang
dihasilkan agar dapat bersaing di pasar internasional.
e. Percepatan Alih Teknologi
Untuk menggunakan barang-barang yang diimpor dari luar negeri,
dibutuhkan pengetahuan atau keterampilan tertentu sehingga perlu
pelatihan atau bimbingan. Hal seperti itu akan mempercepat alih
19
teknologi. Alih teknologi memungkinkan suatu negara untuk mempelajari
teknik produksi yang lebih modern.
f. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri
Banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap
negara, misalnya: kondisi geografis, iklim, tingkat penguasaan IPTEK.
Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu
memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
g. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi.
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk
memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun
suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya
dengan yang diproduksi negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila
negara tersebut mengimpor barang dari luar negeri. Dengan
mengadakan spesialisasi dan perdagangan, setiap negara dapat
memperoleh keuntungan.
h. Memperluas pasar dan menambah keuntungan.
Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat
menjalankan mesin-mesinnya tanpa takut kelebihan produksi karena
dapat menjual ke luar negeri.
20
suatu iklan untuk sabun camay, dimana seorang pria yang menemui seorang
wanita untuk pertama kalinya membandingkan kulit wanita tersebut dengan
boneka porselen yang indah. Meskipun iklan itu berhasil baik di Amerika Selatan
& Eropa, namun iklan tersebut dianggap menghina orang jepang. Bagi seorang
pria Jepang mengatakan sesuatu seperti itu kepada wanita Jepang menunjukkan
bahwa ia bodoh/kasar”, kata seorang ahli periklanan yang bekerja untuk klien di
Jepang. Menariknya P&G telah menggunakan iklan tersebut meskipun mendapat
peringatan dari agren periklanan itu.
21
Berikut beberapa karakteristik kebudayaan yang perlu diperhatikan bagi
manajer yang menjalankan bisnis internasional, karena karakteristik ini
mempunyai relevansi dengan bisnis internasional:
a) Kebudayaan mencerminkan perilaku yang dipelajari (learned behaviour)
yang ditularkan dari satu anggota masyarakat yang lainnya.
b) Unsur- unsur kebudayaan saling terkait (interrelated).
c) Kebudayaan sanggup menyesuaikan diri (adaptive), artinya kebudayaan
berubah sesuai dengan kekuatan- kekuatan eksternal yang
mempengaruhi masyarakat tersebut.
d) Kebudayaan dimiliki bersama (shared) oleh anggota - anggota
masyarakata tersebut dan tentu saja menentukan keanggotaan
masyarakat itu. Orang-orang yang sama-sama memiliki suatu
kebudayaan adalah anggota suatu masyarakat, orang - orang yang tidak
memilikinya berada diluar batas - batas masyarakat, berikut beberapa
pendapat lain tentang karakteristik budaya, adalah sebagai berikut:
a. Dipelajari: Budaya tidak diwariskan atau bersifat biologi, budaya
diperoleh dari pembelajaran dan pengalaman.
b. Dibagi: Masyarakat adalah anggota dari kelompok organisasi atau
pembagian budaya masyarakat, budaya tidak spesifik pada
perorangan dan individu.
c. Perubahan generasi: Budaya bersifat kumulatif, melewati dari
generasi yang satu ke generasi yang lainnya.
d. Symbolic: Budaya berdasarkan pada kapasotas manusia untuk
memberi tanda atau menggunakan sesuatu untuk
menggambarkan yang lain.
e. Diteladani: Budaya mempunyai struktur dan terintegrasi,
perubahan dari 1 bagian akan membawa perubahan pada bagian
lain.
f. Penyesuaian: Budaya berdasarkan pada kapasitas manusia untuk
berubah & menyesuaikan diri.
Budaya terdiri dari banyak komponen yang saling berhubungan satu sama
lain. Pengetahuan tentang budaya memerlukan pemahaman yang
mendalam dari bagian-bagian yang berbeda. adapun elemen-elemen
budaya yang memiliki pengaruh terhadap pemasaran internasional adalah:
materi hidup (Material Life), bahasa, interaksi sosial, estetika, agama,
pendidikan, dan nilai-nilai.
22
seperti stengah liter dan satu liter, berbeda dengan yang dijual di amerika
yang biasa menjual kemasan 2 liter.
Bahasa (Language)
bahasa merupakan tantangan yang dihadapi oleh pemasaran
internasional. Bahasa sering digambarkan sebagai elemen yang paling
penting dalam melakukan interaksi sosial. Bahasa merupakan sarana
yang digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi di dalam
lingkukang. Dua aspek bahasa menjadi dasara bagi pemasaran
internasional adalah (1) penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi
dalam budaya dan (2) keragaman besar bahasa di seluruh dunia.
Interaksi sosial
Sebuah aspek penting dari budaya adalah interaksi sosial antara orang-
orang. Interaksi sosial mengacu pada cara di mana anggota masyarakat
berhubungan satu sama lain. Mungkin ungkapan yang paling penting dari
interaksi sosial adalah konsep kekerabatan. Konsep ini bervariasi secara
dramatis di seluruh masyarakat. Sebagai contoh Dalam budaya Cina,
guanxi merupakan bentuk penting dari interaksi sosial dalam konteks
bisnis. Guanxi, yang kira-kira berarti koneksi, sangat penting dalam
berbagai situasi seperti untuk melakukan kesepakatan negosiasi,
distribusi, mendapatkan izin usaha serta mendirikan usaha patungan.
Oleh karena itu sangat penting untuk membangun Guanxi di Cina melalui
program pendidikan eksekutif, di mana eksekutif senior dari berbagai
industri dan kota dapat bertemu dan berinteraksi.
Estetika
Estetika mengacu pada ide-ide dan persepsi bahwa budaya sangat
menjunjung tinggi keindahan dan rasa yang baik. Di wilayah Asia-Pasifik,
ekspresi estetika didorong oleh tiga prinsip: (1) kompleksitas dan dekorasi
(berbagai bentuk, bentuk, dan warna), (2) harmoni dan pandangan
mengenai alam (misalnya, pegunungan, bunga, pohon-pohon). Estetika
memainkan peran utama dalam merancang visual dari produk, termasuk
komponen seperti kemasan dan logo. Serangkaian studi tentang desain
logo merek di Singapura dan China menyarankan bahwa perusahaan
harus memilih desain logo yang rumit (kompleks, mendalam, aktif),
harmonis (simetri, keseimbangan), dan natural. Disisi lain Warna juga
memiliki arti yang berbeda dan banding estetika.
Agama
Agama memainkan peran penting dalam banyak masyarakat. Ketika
agama adalah bagian penting dari kehidupan konsumen, perusahaan
harus dapat menyadarinya. Dalam masyarakat Islam, perusahaan dapat
memperluas daya tarik merek mereka dan mengembangkan bisnis
mereka dengan terlibat dengan konsumen Muslim dengan memastikan
bahwa produk-produk yang dijual adalah halal dan menempelkan logo
halal pada setiap produk yang akan di pasarkan.
Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu instrumen utama untuk penyaluran budaya
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dua aspek pendidikan yang
penting bagi pemasar internasional adalah tingkat pendidikan dan kualitas
pendidikan tersebut. Sangat penting bagi perusahaan untuk
23
memperhatikan kualitas dari pendidikan. Pendidikan merupakan suatu
jembatan untuk memenuhi kebutuhan bisnis. Contohnya 51 perusahaan
teknologi yang beroperasi di India menghadapi masalah, dimana
Perguruan tinggi di India menghasilkan banyak lulusan teknik, tetapi 85
persen dari mereka menurut sebuah perkiraan tidak siap untuk bekerja
setelah lulus.
Sistem Nilai
Semua budaya memiliki sistem nilai yang membentuk masyarakat norma
dan standar. Norma-norma mempengaruhi sikap masyarakat terhadap
obyek dan kode perilaku. Dari sudut pandang pemasaran internasional,
sistem nilai masyarakat memiliki kedudukan yang sangat penting. Sikap
lokal terhadap budaya asing akan mendorong posisi produk dan
keputusan dalam melakukan desain produk. Di banyak negara, barang
yang memiliki karekter Amerika sangat dihargai. Perusahaan-perusahaan
AS mampu memanfaatkan sentimen tersebut dengan menggunakan
karakter Americana sebagai instrumen penjualan. McIlhenny menjual
Tabasco dengan label produk yang sama di seluruh dunia menekankan
karakter Amerika dalam setiap produk yang dijualnya.
Product
Dalam Pemasaran internasional, pelaku usaha harus dapat menciptakan
produk yang sesuai dengan target pasar mereka. Dan budaya merupakan
suatu instrumen yang sangat penting untuk digunakan dalam menciptakan
produk dalam perspektif global. Karena setiap daerah pemasaran
membutuhkan produk yang berbeda serta pendekatan yang berbeda dalam
penciptaan produk tersebut. Produk tertentu, khususnya, makanan,
minuman, dan pakaian memiliki hubungan dan ikatan budaya yang sangat
kental dibandingkan dengan produk lainnya seperti mobil dan sepeda
motor. Produk atau jasa juga dapat dilarang atau dibatasi karena alasan
budaya. Pada bulan Maret 2004, pemerintah Arab Saudi melarang impor
24
dan penjualan ponsel yang menggunakan kamera setelah adanya laporan
tindakan pelanggaran (memotret perempuan) oleh pemilik ponsel tersebut.
Di China Pepsi menciptakan produk dengan kemasan berwarna merah
untuk menarik perhatian pembeli dengan alasan warna merah merupakan
warna keberuntungan bagi masyarakat China.
Price
Kesediaan pelanggan untuk membayar produk yang dipasarkan akan
bervariasi pada daerah yang memiliki budaya yang berbeda. Produk yang
dianggap memiliki nilai yang baik dalam satu budaya, mungkin memiliki nilai
lebih dan dihargai lebih mahal dibandingkan dalam budaya lain. Di China
penetapan harga barang sering menggunakan angka 8. Misalnya 20 dollar
sering dibuat dengan angka 19.8 dollar dari pada menggunakan angka 19.9
dollar yang biasa dilakukan pada pasar secara luas di dunia. Hal ini karena
Dalam budaya Cina, angka 8 dikaitkan dengan kemakmuran dan
keberuntungan. Simbolisme ini berasal dari fakta bahwa pengucapan 8
memiliki kesamaan dalam pengucapan kata kaya.
Place (Distribusi)
Variabel budaya juga dapat menentukan strategi distribusi. Hal ini
bergantung dari gaya hidup masing-masing dan budaya masing-masing
daerah. Sebagai contoh Avon, pembuat kosmetik dari Amerika
menggunakan pendekatan distribusi yang berbeda dengan cara penjualan
langsung kepada pelanggannya yang biasa di lakukan di Amerika. untuk
pangsa pasar Taiwan dan China, Avon bereksperimen dengan alternatif
distribusi untuk menjual produk-produknya dengan penggunaan kios,
counter kecil di department store, internet, dan menjual produk di rumah-
belanja saluran TV. Hal ini lebih menarik konsumen Taiwan dan China
untuk melakukan pembelian. Contoh lain adalah pendekatan distribusi yang
di lakukan oleh Mc Donald. Di beberapa negara McDonald sekarang
menawarkan layanan antar untuk setiap produk yang di beli oleh
konsumennya. Model ini berjalan efektif untuk daerah perkotaan yang telah
maju dengan tingkat kesibukan penduduknya yang tinggi serta
ketersediaan tenaga pengantar yang masih relatif murah. Di Mesir, sistem
layanan antar menyumbangkan 27 persen dari pendapatan Mc Donald.
Promotion
Dari empat unsur bauran pemasaran, promosi adalah salah satu yang
paling menonjol. Budaya biasanya akan memiliki pengaruh besar pada
strategi komunikasi perusahaan. Peristiwa penting dari kalender budaya
suatu negara (misalnya, Tahun Baru Cina, Ramadhan) sering menciptakan
peluang pemasaran utama dengan komunikasi pemasaran yang berbeda.
Promosi menjadi sangat penting dalam strategi pemasaran internasional
karena Cara di mana pelanggan memproses komunikasi pemasaran
seringkali bergantung pada nilai-nilai budaya mereka. Oleh karena itu
pelaku pemasaran internasional harus berhati-hati melakukan komunikasi
pemasaran melalui strategi promosi iklan dan advertising lainnya, hal ini
karena gaya iklan yang efektif dalam budaya tertentu dapat menjadi
kontraproduktif dalam budaya lain. Dalam konteks budaya tinggi (misalnya,
Spanyol, Italia, Jepang), gaya komunikasi cenderung lebih langsung dan
halus. Dalam konteks budaya rendah (misalnya, Jerman, dan negara
skandinavia) iklan menggunakan data faktual, dan menyertakan alasan
agar kegiatan promosi lebih efektif.
25
Oleh karena itu para pelaku pemasaran internasional harus faham
mengenai strategi pemasaran khususnyamarketing mix dalam
memformulasikan strategi pemasan yang paling cocok dengan target
market pasar internasional yang sangat dinamis, sehingga adanya
kesesuaian antara strategi pemasaran dan budaya setempat akan
berdampak pada kelanggengan bisnis dan keberhasilan memasarkan
produk yang dilakukan oleh para pemasar internasional.
Kasus Indomie kini mendapat perhatian Anggota DPR dan Komisi IX akan
segera memanggil Kepala BPOM Kustantinah. “Kita akan mengundang BPOM
untuk menjelaskan masalah terkait produk Indomie itu, secepatnya kalau bisa
hari Kamis ini,” kata Ketua Komisi IX DPR, Ribka Tjiptaning, di Gedung DPR,
Senayan, Jakarta, Selasa (12/10/2010). Komisi IX DPR akan meminta
keterangan tentang kasus Indomie ini bisa terjadai, apalagi pihak negara luar
yang mengetahui terlebih dahulu akan adanya zat berbahaya yang terkandung di
dalam produk Indomie.
26
ini. Kustantinah menjelaskan bahwa benar Indomie mengandung nipagin, yang
juga berada di dalam kecap dalam kemasam mie instan tersebut. tetapi kadar
kimia yang ada dalam Indomie masih dalam batas wajar dan aman untuk
dikonsumsi, lanjut Kustantinah. Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas
ketetapan aman untuk di konsumsi yaitu 250 mg per kilogram untuk mie instan
dan 1.000 mg nipagin per kilogram dalam makanan lain kecuali daging, ikan dan
unggas, akan berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkan muntah-muntah
dan sangat berisiko terkena penyakit kanker.
27
standar di antara kedua negara berbeda maka timbulah kasus Indomie ini”.
Melalui pendekatan Individual right approach, apa yang dilakukan Manajemen
indomie sudah benar karena sudah mengacu pada persyaratan internasional.
28
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1. Kebudayaan adalah kumpulan nilai, kepercayaan, perilaku, kebiasaan
dan sikap yang membedakam suatu masyarakat dari yang lainnya.
Kebudayaan suatu masyarakat menentukan ketentuan - ketentuan yang
mengatur bagaimana perusahaan dijalankan dalam masyarakat tersebut.
2. Kebudayaan dimiliki bersama (shared) oleh anggota – anggota
masyarakat tersebut dan tentu saja menentukan keanggotaan
masyarakat itu, orang – orang yang sama - sama memiliki suatu
kebudayaan adalah anggota suatu masyarakat, orang - orang yang tidak
memilikinya berada diluar batas - batas masyarakat, berikut beberapa
pendapat lain tentang karakteristik budaya adalah sebagai berikut:
a. Dipelajari: Budaya tidak diwariskan atau bersifat biologi,
budaya diperoleh dari pembelajaran dan pengalaman.
b. Dibagi: Masyarakat adalah anggota dari kelompok
organisasi atau pembagian budaya masyarakat, budaya
tidak spesifik pada perorangan dan individu.
c. Perubahan generasi: Budaya bersifat kumulatif, melewati
dari generasi yang satu ke generasi yang lainnya.
d. Symbolic: Budaya berdasarkan pada kapasitas manusia
untuk memberi tanda atau menggunakan sesuatu untuk
menggambarkan yang lain.
e. Diteladani: Budaya mempunyai struktur dan terintegrasi,
perubahan dari 1 bagian akan membawa perubahan pada
bagian lain.
f. Penyesuaian: Budaya berdasarkan pada kapasitas
manusia untuk berubah & menyesuaikan diri.
29
3. Para ahli sangat bervariasi dalam memahami apa yang mereka anggap
komponen budaya sosiokultural, antara lain: Estetika, Sikap dan
kepercayaan. Sikap terhadap waktu, sikap terhadap pencapaian
pekerjaan, sikap terhadap perubahan atau ide baru.
4. Faktor budaya merupakan salah satu aspek yang memiliki pengaruh yang
sangat besar dalam kegiatan pemasaran internasional. Budaya adalah
salah satu pondasi utama yang di jadikan landasan bagi para pelaku
bisnis untuk melakukan kegiatan usahanya. Hal ini karena budaya pada
level internasional sangat beragam, berbeda-beda dan dinamis sehingga
memerlukan cara, strategi dan pendekatan yang berbeda-beda pula untuk
memasarkan produk tersebut. Oleh karena itu dalam penyusunan
program pemasaran yang tepat para pemasar di tingkat intenasional
harus dapat memformulasikan strategi pemasaran, salah satunya dengan
menggunakan konsep marketing mix atau bauran pemasaran yang di
sesuaikan dengan daerah pemasarannya. Tentu dalam
penysusunan marketing mix tersebut harus memperhatikan aspek
budaya. Sehingga pendekatan dan strategi marketing mix yang
meliputi product, price, placedan promotion di satu daerah dapat di
sesuaikan dengan budaya setempat sehingga strategi pemasaran
tersebut dapat berhasil dan tidak bertentangan atau kontradiktif pada
budaya setempat yang menyebabkan kegagalan seorang pemasar dalam
melakukan kegiatan usahanya.
5. pendekatan teori menurut Von der Embse dan R.A. Wagley dalam
artikelnya di Advance Managemen Journal (1988): utilitarian approach,
individual right approach, dan justice approach bisa dijadikan bagi
perusahaan khususnya manajer internasional sebagai pedoman untuk
berperilaku ethis dalam menjalankan bisnis internasional.
1.2 Saran
1. Perusahaan khususnya manajer internasional diharapkan memahami
pentingnya faktor budaya dalam bisnis internasional. Baik saat
menentukan produk yang akan dijual maupun cara promosi produknya,
agar tidak bentrok dengan budaya negara setempat, sehingga produk
yang dipasarkan bisa ditrima dan berhasil dinegara yang dituju untuk
berbisnis.
2. Perusahaan diharapkan memiliki persiapan khusus ketika mau masuk
kepasar negara lain, khususnya dalam konteks budaya. Seperti merekrut
SDM setempat untuk mengetahui cara yang paling efektif masuk pasar ke
negara tersebut.
3. Perusahaan yang ingin mencatat sukses dibisnis internasional
membutuhkan tiga hal pokok, yakni: produk yang baik dan berkualitas,
manajemen yang baik dan Manajemen yang memiliki etika. Produk yang
baik dan berkualitas memiliki pengertian agar produk yang ditawarkan
kekonsumen tidak hanyak baik secara fisik tetapi harus berkualitas
sehingga produk tersebut tidak berbahaya baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Manajemen yang baik dan memiliki etika menjadi hal
30
penting yang harus diperhatikan perusahaan. Agar Manajemen tidak
hanya mementingkan kepentingan perusahaan seperti profit yang besar,
tetapi juga mementingkan keselamatan baik konsumen, pekerja, dan
Bumi.
4. Penting bagi perusahaan agar menerapkan etika dalam berbisnis.
Terutama perusahaan yang berbisnis di negara lain, karena tren
konsumen saat ini jika ada perusahaan yang melanggar etika maka baik
konsumen maupun pemerintah akan memboikot produk dari perusahaan
tersebut. Seperti kasus pada Indome dan perusahaan Nike.
Daftar Pustaka
erfanrosyadi.blogspot.sg/2015/04/peran-kebudayaan-terhadap-bisnis.html
http://ahdasaifulaziz.blogspot.sg/2011/06/pengaruh-kebudayaan-terhadap-
bisnis.html
Donal A Ball, Dkk. 2001. Intenational Bisnis buku 1. Salemba Empat: Jakarta
Griffin, Ricky W. Michael W Pustay. 2005. Bisnis Internasional jilid 1. PT Ideks
kelompok Gramedia: Jakarta
Simamora, Henry. 2000. Manajemen Pemasaran Internasional Jilid 1. Salemba
Empat: Jakarta
hho3.wordpress.com/2012/09/17/pengaruh-kultur-terhadap-keberhasilan-bisnis-
internasional-studi-kasus-cina/
Hasbullah, Jousairi, Social Capital, Menuju Keunggulan Budaya Manusia
Indonesia, Jakarta: MR-Unired Press, 2006.
Hefner, Robert W., (ed), (2000) Budaya Pasar, Masyarakat dan Moralitas dalam
Kapitalisme Asia Baru, Jakarta: LP3S.
Kleden, Ignas, et.al, (1988) Kebudayaan Sebagai Perjuangan, Perkenalan
dengan Pemikiran S. Takdir Alisjahbana, Jakarta: Dian Rakyat.
Kristanto, Jajat. (2002). Manajemen Pemasaran Internasional, Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Lawang, Robert MZ. (2005). Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, Jakarta:
FISIP UI Press.
Linkletter, Karen E., dan Joseph A. Maciariello. (2010). ”Manajemen
SebagaiSebuah Ilmu Budaya” , di dalam Drucker Diffrence, Pearce, Craig
L., et.al, (eds), Jakarta: Ufuk Press.
Wang, Andri, (2012). The Wisdom of Confucius, Jakarta: Kompas Gramedia.
wahonodiphayana.blogspot.co.id/2014/12/masalah-etika-dalam-bisnis-
internasional.html
31
Keraf, A.S. 2002. Etika Lingkungan. Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
Salvatore, D. 1994. Ekonomi Internasional. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Suleiman, M.A. 2008. ”Isi-isu kehutanan dalam perdagangan
internasional”. http : //artikelhukum.blogspot.com/2008/06/isu-isu-keghutanan-
dalam
Velasquez, M.G. 2006. Business Ethics Concept and Cases. Pearson Prentice
Hall, London.
http://rhynanana.blogspot.co.id/2013/10/etika-bisnis-di-era-globalisasi.html
http://niknok.blogspot.com/etika-bisnis.html
Bernd H. Schmitt and Yigang Pan, ‘‘Managing Corporate and Brand
Identities in the Asia-Pacific Region,’’ California Management Review.
Haviland, William A. Antropologi Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1999.
Joshi, Rakesh Mohan, (2005) International Marketing, Oxford University Press,
New Delhi and New York.
Kotabe, Masaaki and Kristiaan Helsen, Global Marketing Management, Hoboken,
NJ: John Wiley & Sons, Inc. 5th ed. 2010.
Koentjaraningrat, ed (1985). Manusia dan kebudayaan. Jakarta: Gramedia.
Marieke de Mooij, Global Marketing and Advertising. Understanding Cultural
Paradoxes. SAGE Publications. 1998.
Onkvisit, Sak (2004). "Process of international marketing". International
marketing: analysis and strategy.
Sarjono. Agus R (Editor). 1999. ”Pembebasan Budaya-Budaya Kita”. Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama; Jakarta.
Suseno, Franz Magnis. 1992. ”Filsafat Kebudayaan Politik”. Penerbit Gramedia
Pustaka Utama; Jakarta
Tylor, Edward. 1920 [1871]. Primitive Culture. New York: J.P. Putnam’s Sons.
32