Anda di halaman 1dari 30

PENYUNTINGAN

Editing, Editor, Redaktur

Kata editing berasal dari bahasa Inggris yang artinya


1. menyiapkan naskah tulisan untuk diterbitkan atau
dipresentasikan, dengan mengoreksi, merevisi,
atau mengadaptasi.
2. menyiapkan sebuah edisi untuk diterbitkan, misalnya
kumpulan cerita pendek atau kumpulan artikel.
3. mengarahkan penerbitan (surat kabar atau majalah).
4.menggabungkan unsur-unsur (film atau musik) dengan
cara memotong-motong dan memasang kembali.
5.mengurangi; menghapus bagian tertentu dari
skenario film.
Editing, dalam bahasa Indonesia, dipadankan dengan
kata-bentukan penyuntingan; berasal dari kata-dasar
sunting. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
kata kerjamenyunting memiliki tiga arti.
(1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap untuk
diterbitkan dengan memperhatikan segi sistematika
penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan
struktur kalimat).
(2) merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat
kabar, majalah)
(3) menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan
cara memotong-motong dan memasang kembali.
Adapun kata penyuntingan , menurut KBBI, memiliki
arti: proses, cara, perbuatan sunting-menyunting;
segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan
menyunting; pengeditan.
Menyunting Karangan
Menyunting dapat dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal di bawah ini:
1. Ketepatan penulisan huruf, kata, lambang
bilangan, serta ketepatan penggunaan
tanda baca.
2. Ketepatan penggunaan kata-kata untuk
mengungkapkan suatu maksud sesuai dengan
situasi dan kondisi.
3. Keefektifan kalimat untuk mewakili gagasan
atau perasaan penulis yang ingin disampaikan
kepada pembaca
Syarat Kalimat Efektif
a. Logis, apabila makna kalimat dapat
diterima oleh jalan pikiran atau akal sehat
manusia.
b. Hemat, apabila kalimat yang
disusun tidak menggunakan kata
secara berlebihan.
c. Padu, apabila hubungan antarunsur
dalam kalimat tidak terganggu.
4. Struktur kalimat yang baik harus mengandung
unsur S–P (subjek - predikat). Akan tetapi,
dalam hal-hal tertentu, bisa digunakan kalimat
tidak lengkap.
5. Keterpaduan paragraf.
Syarat paragraf padu
a. Kelengkapan. Sebuah paragraf terdiri atas kalimat
topik dan kalimat penjelas, kecuali paragraf
tersebut paragraf narasi atau paragraf deskripsi.
b. Kesatuan. Sebuah paragraf memiliki gagasan
pokok yang tersirat pada kalimat utama.
c. Urutan kalimat. Kalimat-kalimat disusun baik
secara runtut sesuai dengan urutan jalan pikiran
(deduktif, induktif, deduktif–induktif) maupun
sesuai dengan urutan kejadian (narasi/deskripsi).
d. Koherensi. Hubungan antarkalimat jelas
sehingga gagasan dapat tergambar secara padu.
Langkah-langkah Menyunting:
1. Membaca kalimat demi kalimat untuk
menemukan kesalahan penggunaan
ejaan, pemilihan kata, atau pola kalimat.
2. Membetulkan kesalahan penggunaan
ejaan, mengganti kata yang tidak tepat,
dan memperbaiki kalimat yang tidak tepat.
3. Membetulkan kalimat dapat dilakukan dengan
cara:
a. menambah kata;
b. mengganti kata;
c. mengurangi kata; dan
d. mengubah susunan kata dalam kalimat
tersebut sehingga menjadi kalimat yang baku.
menemukan kesalahan.
5. Memperbaiki kesalahan dalam paragraf
dengan cara:
a. membuang kalimat yang tidak padu;
b. mengganti kalimat yang tidak padu dengan
kalimat yang padu; serta
c. menambah kalimat agar paragraf tersebut
menjadi runtut.
6. Memperbaiki keruntutan paragraf dapat
dilakukan dengan cara:
a. membuang paragraf yang tidak padu;
b. menempatkan paragraf pada urutan yang tepat;
dan
c. menambah paragraf di antara paragraf yang
tidakruntut.
Tanda-tanda yang lazim digunakan untuk
menyunting karangan sebagai berikut:
Orang yang melakukan editing disebut editor. Samakah editor dan
redaktur? Sama.
Istilah editor diserap dari bahasa Inggris, sementara redaktur
merupakan serapan dari bahasa Belanda,redacteur.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat kita katakan bahwa editing memiliki
ruang lingkup yang luas. Rapat para redaktur merencanakan pemberitaan
sebuah koran merupakan bagian dari kerja editing. Mereka melakukan
pekerjaan awal dalam rangka mendapatkan naskah. Adapun para redaktur
membaca naskah berita, memperbaiki kalimat demi kalimat, memperlancar
transisiantarparagraf, memeriksa kembali fakta berita, mengecek akurasi
data, menghapus pernyataan narasumber yang dianggap tidak perlu,
merupakan pekerjaan editing. Begitu pula dengan yang dilakukan redaktur
bahasa: membetulkan ejaan dan tanda baca yang salah, memperbaiki
kesalahan tata bahasa, membetulkan penggunaan kata yang tidak tepat,
merupakan pekerjaan editing. Korektor yang memeriksa kembali tulisan
yang sudahlayoutdi- pun termasuk pekerjaan editing.
Syarat utama karya ilmiah harus ditulis secara jujur dan
akurat berdasarkan kebenaran tanpa mengingat akibat.
Kebenaran dalam karya ilmiah adalah kebenaran objektif-
positif, sesuai dengan data dan fakta di lapangan, dan
bukan kebenaran normatif.
Hasil-hasil karya ilmiah yang biasa ditulis oleh peneliti,
selain makalah dan skripsi, Anda tentu sering juga
mendengar nama lain, seperti kertas kerja, laporan
penelitian, tesis, dan disertasi. Istilah-istilah itu dipakai
untuk memberi nama suatu karya tulis yang bersifat ilmiah.
Semua jenis karya ilmiah selalu menyajikan hasil kegiatan
penelitian tentang suatu pokok masalah berdasarkan data
dan fakta di lapangan. Karya-karya ilmiah ini disusun
berdasarkan metode ilmiah yang menyajikan suatu topik
secara sistematis dan dilengkapi dengan fakta dan data
yang sahih dengan menggunakan bahasa yang khas
Penyuntingan Karya Ilmiah Terdapat
Lima Tahap:

(1) persiapan,
(2) penyuntingan data,
(3) pengorganisasian dan pengonsepan,
(4) pemeriksaan/penyuntingan konsep,
(5) penyajian/pengetikan.
Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilakukan (a) penyuntingan topik/
masalah, (b) penyuntingan judul, dan (c) penyuntingan
rangka karanganou(tliner ).

a. Penyuntingan Topik/Masalah
Topik/masalah adalah pokok penyuntingan. Dalam
hubungan dengan penyuntingan topik, penyunting karya
ilmiah lebih baik menyunting sesuatu yang menarik
perhatian dengan pokok persoalan yang benar-benar
diketahui daripada menyunting pokok-pokok yang tidak
menarik atau tidak diketahui sama sekali.
Sehubungan dengan isi pernyataan itu, hal-hal berikut
patut dipertimbangkan dengan saksama oleh penyunting
karya ilmiah.
1. Topik yang disunting harus berada di sekitar Anda, baik di sekitar
pengalaman Anda maupun di sekitar pengetahuan Anda. Hindarilah
topik yang jauh dari diri Anda karena hal itu akan menyulitkan Anda
ketika menggarapnya.
2. Topik yang disunting harus topik yang paling menarik perhatian Anda.
3. Topik yang disunting terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit
dan terbatas. Hindari pokok masalah yang menyeret Anda kepada
pengumpulan informasi yang beraneka ragam.
4. Topik yang disunting memiliki data dan fakta yang objektif. Hindari topik
yang bersifat subjektif, seperti kesenangan atau angan-angan Anda.
5. Topik yang disunting harus Anda ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya —
walaupun serba sedikit. Artinya, topik yang disunting itu janganlah
terlalu baru bagi Anda.
6. Topik yang disunting harus memiliki sumber acuan, memiliki bahasa
kepustakaan yang memberikan informasi tentang pokok masalah yang
akan disunting. Sumber kepustakaan dapat berupa buku, majalah, surat
kabar, brosur, surat keputusan, situs web atau undang- undang.
b. Penyuntingan Judul
Jika topik sudah disunting dengan pasti sesuai dengan
petunjuk-petunjuk, tinggal Anda menguji sekali lagi: apakah
topik itu betul-betul cukup sempit dan terbatas ataukah masih
terlalu umum dan mengambang.
Penyuntingan judul karya ilmiah dapat ditempuh dengan
melontarkan pertanyaan-pertanyaan masalah apa, mengapa,
bagaimana, di mana, dan kapan.
Tentu saja, tidak semua pertanyaan itu harus digunakan pada
penyuntingan judul. Mungkin, pertanyaan itu perlu dikurangi
atau ditambah dengan pertanyaan lain.
Adakalanya penyuntingan judul dilakukan dengan memberikan anak
judul. Anak judul itu selain berfungsi membatasi judul juga berfungsi
sebagai penjelasan atau keterangan judul utama. Dalam hal seperti
ini, antara judul utama dan anak judul harus dibubuhkan titik dua,
misalnya “Peningkatan Posting Pengguna WordPress di Kalimantan,
Sumatra, dan Sulawesi: Tinjauan Segi Kualitas dan Kuantitas”.
c. Penyuntingan Rangka Karangan

Penyuntingan rangka karangan, pada prinsipnya


adalah proses penggolongan dan penataan berbagai
fakta. Penyunting karya ilmiah dapat membuat rangka
buram, yakni rangka yang hanya memuat pokok-pokok
gagasan sebagai pecahan dari topik yang dibatasi,
atau dapat juga membuat rangka kerja, yakni rangka
yang merupakan perluasan atau penjabaran dari
rangka buram. Tentu saja, jenis yang kedua yang
memudahkan penyunting untuk mengembangkan
karya ilmiah populer.
Penyunting karya ilmiah menentukan dahulu judul-judul
bab dan judul anak bab sebelum menyunting rangka
karangan. Judul bab dan judul anak bab itu merupakan
pecahan masalah dari judul karya ilmiah yang
disunting. Untuk menyunting judul bab dan judul anak
bab, penyunting karya ilmiah dapat bertanya kepada
judul karya ilmiahnya. Pertanyaan yang dapat diajukan
ialah apa yang dilakukan dengan judul itu, akan
diapakan judul itu, atau masalah apa saja yang dapat
dibicarakan di bawah judul tersebut.
Berdasarkan garis besar pemikiran itulah Anda bekerja.
Penyuntingan Data

Jika judul karya ilmiah dan rangka karangan sudah


disunting, selanjutnya penyunting dapat menyunting data.
Langkah pertama yang harus ditempuh dalam
penyuntingan data adalah mencari informasi dari
kepustakaan (buku, koran, majalah, brosur) mengenai hal-
hal yang ada relevansinya dengan judul garapan saat ini.
Informasi yang relevan diambil sarinya dan dicatat. Di
samping pencarian informasi dari kepustakaan, penyunting
juga dapat memulai terjun ke lapangan. Data di lapangan
dapat dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara atau
eksperimen.
Pengorganisasian dan Pengonsepan
Jika data terkumpul, penyunting menyeleksi dan
mengorganisasi data itu. Penyunting menggolong-
golongkan data menurut jenis, sifat atau bentuk.
Penyunting menentukan data mana yang dibicarakan
kemudian. Jadi, penyunting mengolah dan
menganalisis data yang ada dengan teknik-teknik
yang ditentukan. Misalnya jika penelitian bersifat
kuantitatif, data diolah dan dianalisis dengan teknik
statistik yang sederhana.
Selanjutnya, penyunting mulai mengonsep karya
ilmiah sesuai dengan urutan dalam rangka karangan
yang ditetapkan.
Pemeriksaan atau Penyuntingan Konsep

Sebelum mengetik konsep, penyunting


memeriksa dahulu konsep itu. Tentu ada bagian
yang tumpang tindih atau ada penjelasan yang
berulang-ulang. Buanglah penjelasan yang tidak
perlu dan tambahkan penjelasan yang dirasakan
sangat menunjang pembahasan. Secara ringkas,
pemeriksaan konsep mencakupi pemeriksaan isi
karya ilmiah dan cara penyajian karya ilmiah,
termasuk penyuntingan bahasa yang digunakan.
Penyajian atau Pengetikan
Ketika mengetik, penyunting memerhatikan segi
kepentingan pembeli buku itu kelak, seperti kulit depan,
unsur-unsur dalam halaman judul, unsur-unsur dalam
daftar isi, dan unsur-unsur dalam daftar pustaka. Tiap
perguruan tinggi memiliki ketentuan masing-masing
tentang prosedur pembuatan karya ilmiah. Oleh karena itu,
pada dasarnya konvensipenulisannya sama. Konvensi
penulisan karya ilmiah itu menyangkut bentuk karya ilmiah
dan bagian-bagian karya ilmiah.
Pembicaraan bentuk karya ilmiah mencakupi bahan yang
digunakan, perwajahan, dan penomoran halaman.
Pembicaraan bagian-bagian karya ilmiah mencakupi judul
karya ilmiah, judul bab-bab dalam karya ilmiah, judul anak
bab, (d) judul tabel, grafik, bagan, gambar, daftar pustaka,
dan lampiran.
Kulit Depan
Yang dicantumkan oleh penyunting pada kulit depan
adalah judul karya ilmiah, lengkap dengan anak judul (jika
ada), nama penyusun dan nama penyunting, nama
lembaga atau logo penerbit.
Halaman Judul
Penulisan halaman judul atau halaman prancis setelah
kulit depan biasanya memuat judul buku.
Halaman Hak Cipta
Halaman hak cipta merupakan halaman setelah halaman
judul utama. Halaman ini memuat judul buku, nama
penyusun/nama penyunting, kode penerbit dan nomor
buku, hak cipta, nama dan alamat penerbit, dan larangan
pengutipan tanpa izin.
Daftar Isi
Halaman daftar isi diletakkan sesudah atau sebelum daftar
isi.
Prakata
Prakata disunting untuk memberikan gambaran umum kepada pembaca.
Dengan membaca prakata, seseorang segera mengetahui, antara lain
maksud penulis menyajikan karya ilmiah, hal-hal apa saja yang
termuat
dalam karya ilmiah, dan pihak-pihak mana saja yang memberikan
keterangan kepada penyusun buku.
Penyajian prakata itu singkat dan jelas.

Tabel/Grafik/Bagan/Ilustrasi/Gambar
Tabel merupakan gambaran nyata analisis masalah. Nama-nama
tabel yang tercantum di dalam karya ilmiah itu dimuat dalam daftar
tabel (jika ada).
Pada dasarnya, penyuntingan daftar grafik, daftar bagan, atau
daftar skema (jika ada) hampir sama dengan penyuntingan daftar
tabel. Singkatan dan Lambang
Penyunting dapat menggunakan singkatan atau lambang istilah atau
nama sesuatu. Singkatan dan lambang yang disunting dapat digunakan
dalam bagian analisis dan dimuat dalam daftar singkatan dan lambang.
Isi Buku
Dalam bagian isi buku terdapat tiga jenis sajian, yakni pendahuluan, isi
analisis dan pembahasan, dan kesimpulan atau saran (jika diperlukan).
Bagian ini dapat dibagi menjadi beberapa bab, setiap bab dibagi-
bagimenjadi anak bab, sesuai dengan kebutuhan pembaca. Dengan
demikian, segala masalah yang akan dijangkau terbicarakan dalam
bab ini. Bab ini dapat diuji dengan beberapa pertanyaan.
1. Sudahkah keseluruhan tahap pengolahan data (deskripsi,
analisis, interpretasi) itu memberikan keyakinan terhadap pembaca?
2. Sudahkah semua masalah dapat dilaksanakan secara taat asas dan
lengkap?
3. Sudahkah keseluruhan gambaran analisis dan interpretasi itu
mempunyai korelasi satu dengan yang lain?
4. Sudahkah teori ditegaskan secara tepat dalam analisis ini?
5. Sudahkah istilah-istilah digunakan secara tepat dan taat asas dalam
analisis?
Bab kesimpulan berisi gambaran umum seluruh analisis dan
relevansinya dengan hipotesis yang sudah dikemukakan.
Selanjutnya, saran-saran berisi penelitian lanjutan, penerapan hasil
penelitian, dan beberapa saran yang mempunyai relevansi dengan
hambatan yang dialami selama penelitian dapat pula disunting.
Namun, saran tidak selalu diperlukan dalam penerbitan buku.
Penutup
Bagian ini terdiri atas daftar pustaka, indeks, dan lampiran. Biasanya juga
ada catatan kaki. Menurut arti sesungguhnya catatan kaki terletak pada kaki
(bawah) halaman. Namun, penyunting dapat meletakkan catatan kaki bukan
pada kaki halaman, melainkan pada halaman penutup. Jadi, catatan kaki
dikumpulkan pada bab tersendiri.
Salah satu hal yang mutlak ada pada karya ilmiah adalah daftar pustaka.
Penyunting juga dapat mengukur kedalaman pembahasan masalah
dalam karya ilmiah itu berdasarkan daftar pustaka ini.
Semua pustaka acuan yang dicantumkan dalam daftar pustaka itu disusun
menurut abjad nama-nama pengarang atau lembaga yang menerbitkannya,
baik ke bawah maupun ke kanan. Jadi, daftar pustaka tidak diberi nomor urut
seperti 1, 2, 3, 4, dan 5 atau diberi huruf a, b, c, d, dan e. Jika nama
pengarang dan nama lembaga yang menerbitkan itu tidak ada, penyuntingan
daftar pustaka didasarkan pada judul pustaka acuan tersebut.
Lampiran yang dicantumkan dapat berupa korpus data, tabel, gambar, bagan,
peta, instrumen, transkripsi andaikata hal-hal itu tidak disertakan dalam teks.
Indeks ini berupa daftar kata atau istilah yang terdapat dalam karya ilmiah.
Penyuntingan daftar kata itu harus secara berkelompok berdasarkan abjad
awal kata atau istilah itu. Manfaat indeks agar pembaca dapat dengan
cepat mencari kata-kata atau istilah-istilah yang diperlukan.
SUBSTANSI PENYUNTINGAN KARYA ILMIAH

Ketika Anda menyunting karya ilmiah sebetulnya amat dekat


persamaannya saat menyunting karya yang lain, seperti karya
jurnalistik atau reportase perjalanan. Perbedaannya,
penyuntingan karya ilmiah mengikuti metode ilmiah yang terdiri
atas langkah- langkah untuk mengorganisasi dan mengatur
gagasan via garis pemikiran konseptual dan prosedural yang
disepakati oleh para ilmuwan. Penyuntingan karya jurnalistik
mengikuti metode jurnalistik seperti apa informasi terbaru yang
disampaikan, siapa yang menerima isi pernyataan atas info
terbaru, di mana peristiwa terjadi, kapan peristiwa berlangsung,
mengapa isi pernyataannya segera disampaikan, bagaimana
cara penyampaian, dan sisi-sisi kemanusiaan yang menjadi
kebijakan isi redaksi. Berikut ini penyuntingan karya ilmiah dan
cara mempelajari dengan pendekatan karya jurnalistik atau
yang sering disebut sebagai ilmiah populer .
LEVEL PENYUNTINGAN NASKAH
I. Light copyediting atau baseline editing . (ringan)
1. memperbaiki kesalahan ejaan, tata bahasa, dan
tanda baca.
2. memeriksa referensi yang dipergunakan penulis.
3. meyakinkan konsistensi penggunaan ejaan.
4. memeriksa peruntunan seperti urutan alfabetis di dalam
daftar.
5. memeriksa bagian-bagian naskah yang mungkin
hilang dan memeriksa salah ketik.

Pada level ini, editor tidak melakukan campur tangan


seperti memperhalus transisi antarkalimat atau
mengubah judul atau teks tertentu untuk
menyesuaikan struktur.
II. Medium copyediting (menengah)

Selain melakukan tugas pada level ringan


1. mengubah teks dan judul untuk mendapatkan struktur yang sesuai.
2. membetulkan kata kiasan yang tidak sesuai.
3. memastikan bahwa istilah kunci sudah tertangani secara konsisten.
4. memastikan bahwa kata pengantar dan ringkasan
sudah mencerminkan isi.
5. melacak kesinambungan alur cerita, latar, watak tokoh cerita,
dan pertentangan yang meragukan, di dalam naskah fiksi.
6. membuat gaya dan nada yang ajek pada naskah yang ditulis
oleh beberapa penulis.
7. jika diperlukan mengubah kata kerja intransitif menjadi kata
kerja transitif.
8. membetulkan penyataan yang rancu atau tidak tepat.
III. Heavy copyediting atau substantive editing (berat)

Berhubungan dengan penulisan ulang dan mengorganisasi kembali


sebuah naskah, termasuk membuat isi akurat dan logis, memeriksa
pemborosan, pengulangan frasa, konsistensi, organisasi tulisan,
alur, dan kejelasan.
Bila diperinci lagi, tugas penyuntingan level berat ini meliputi:
1. melakukan seluruh pekerjaan untuk medium copyediting .
2. mengurangi atau menghapus sebagian kata atau kalimat yang tidak
perlu, menghilangkan jargon-jargon yang sudah basi atau tidak tepat.
3. memperlancar transisi antarkalimat agar lebih mudah dibaca.
4. memperbaiki struktur kalimat yang tidak logis.
5. memberikan saran kepada penulis untuk menambahkan
atau mengurangi kalimat dan paragraf
Ada kalanya naskah yang sedang disunting memuat atau
mengutip sebagian atau seluruh teks dari karya yang terbit
sebelumnya. Dalam sebuah penerbit buku, kadang ada
editor yang pekerjaannya meminta izin mengutip sebagian
atau suluruh teks dari karya yang terbit sebelumnya. Ini
biasa disebutpermissions editing .
Pada tahap berikutnya, ketika sudah selesai disunting oleh
kopieditor, naskah tersebut dis- etting atau dila- yout oleh
bagian desain. Apakah naskah yang sudah dilayout- atau
settingdi- sudah siap cetak? Belum.
Ada lagi pekerjaan yang disebut proofreading . Orang
yang melakukan pekerjaan ini disebut proofreader atau
korektor. Tugasnya adalah memeriksa naskah yang sudah
diedit oleh penyunting naskah untuk memperbaiki
kesalahan dan ketidakajekan yang masih tersisa.

Anda mungkin juga menyukai