Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan
Kehamilan adalah merupakan waktu transisi,yakni suatu masa antara
kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan
dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir. Perubahn setatus yang
radikal ini dipertimbangkan sebagai suatu krisis disertai priode tertentu
untuk menjalani proses persiapan psikologis yang secara normal sudah ada
selama kehamilan dan mengalmi puncaknya pada saat bayi lahir
(Sukarni.2010.hal ;63). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin.Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi
dalam 3 triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan
kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh
sampai sembiln bulan (Sarwono.2009.hal; 89).

2.2 Perencanaan Kehamilan


Kehadiran anak sangat berpengaruh dalam hubungan perkawinan karena
anak dianggap buah cinta kasih, penerus garis keturunan, perekat ikatan
pernikahan orang tua (Murniati dan Wibawa 2002; Rahmani dan Abrar
1999:213). Bayi mulai berkembang bahkan sebelumnya wanita tahu mereka
hamil. Ini berarti waktu untuk mempersiapkan untuk kesehatan bayi bahkan
sebelum mendapatkan kehamilan. Ada hal-hal yang keduanya pria dan
wanita dapat lakukan untuk meningkatkan kesehatan anak-anak masa depan
mereka. Seorang bayi dapat mengubah hidup seseorang. Tapi apakah siap
untuk membuat keputusan tentang kehamilan. Idealnya, pasien, suami dan
dokter atau petugas kesehatan lainnya, merencanakan program kesehatan
reproduksi dan mempersiapkannya dengan baik sesuai kebutuhan dan
keadaan masing-masing individu. Wanita yang ingin hamil dievaluasi
kesehatan alat reproduksi dan pendukungnya, sementara ibu yang belum

5
ingin hamil tetap harus dijaga kesehatan reproduksinya dan ditawari metode
keluarga berencana yang sesuai (Sackey, et al, 2015)

2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Kehamilan


Menurut Maulana Mirza (2008) ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan
dalam merencanakan kehamilan, antara lain:
1. Kesiapan aspek psikologis
Apabila memutuskan untuk hamil, sebaiknya mulai menjalani
konseling prahamil. Konseling ini merupakan berisi saran dan anjuran,
seperti dengan cara melakukan pemeriksaan fisik (pemeriksaan umum dan
kandungan) dan laboratorium. Sebab, tujuan dari konseling prahamil ini
akan mempersiapkan calon ibu beserta calon ayah dan untuk menyiapkan
kehamilan yang sehat sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan. Dengan begitu, bisa segera dideteksi bila ada penyakit yang
diturunkan secara genetis, misalnya: diabetes militus, hipertensi, dan
sebagainya. Konseling prahamil dilakukan untuk mencegah cacat bawaan
akibat kekurangan zat gizi tertentu atau terpapar zat berbahaya.
2. Kesiapan fisik
Pengaruh fisik juga sangat mempengaruhi proses kehamilan. Tanpa
ada fisik yang bagus, kehamilan kemungkinan tidak akan terwujud dan
bahkan kalau kehamilan itu terwujud, kemungkinan fisik yang tidak prima
akan memengaruhi janin. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus
dilakukan, antara lain:
a. Mulai menata pola hidup Selain kondisi tubuh, gaya hidup dan
lingkungan juga memengaruhi keprimaan fisik. Akan lebih baik lagi, bila
persiapan fisik ini dilakukan secara optimal kira-kira 6 bulan menjelang
konsepsi.
b. Mencapai berat badan ideal
Berat badan sangat besar pengaruhnya pada kesuburan. Karena
berat badan kurang atau berlebihan, keseimbangan homon dalam tubuh
akan ikut-ikutan terganggu. Akibatnya siklus ovulasi terganggu. Berat

6
badan yang jauh dari ideal juga memicu terjadinya berbagai gangguan
kesehatan
c. Menjaga pola makan
Disiplin membenahi pola makan bukannya tanpa alasan Karena, zat-
zat gizi akan mengoptimalkan fungsi organ
reproduksi, mempertahankan kondisi kesehatan selama
hamil, serta mempersiapkan cadangan energy bagi tumbuh
kembang janin.
d. Olahraga secara teratur
Olahraga memang berkhasiat untuk melancarkan aliran darah.
Peredaran nutrisi dan pasokan oksigen ke seluruh organ tubuhpun jadi
efisien, sebab benar-benar bebas hambatan. Jadi, kondisi seperti ini
dibutuhkan untuk pembentukan sperma dan sel telur yang baik.
Berolahraga secara rutin bisa pula memperbaiki mood karena
meningkatnya produksi hormon endoprin. Tubuh juga jadi sehat dan
bugar. Kalau ini yang terjadi, proses kehamilan, persalinan, serta
kembalinya bentuk tubuh ke keadaan semula jadi lebih mudah. Yang
cocok dilakukan yaitu, olahraga joging, jalan kaki, berenang, bersepeda
dan senam.
e. Menghilangkan kebiasaan buruk
Kebiasaan buruk seperti merokok, minum minuman beralkohol, serta
mengkonsumsi kafein (kopi, minuman bersoda), sebaiknya dihentikan
saja. Sebab, zat yang terkandung didalamnya bisa memengaruhi
kesuburan. Akibatnya, peluang terjadinya pembuahan makin kecil.
Sering stress juga bukan kebiasaan yang baik. Apalagi, kalau sibuk kerja
dan lupa istirahat.
f. Bebas dari penyakit
Bila mengidap penyakit tertentu, seperti cacar, herpes, campak
jerman, atau penyakit berbahaya lain, sebaiknya periksakan diri ke
dokter. Sebab, penyakit tersebut bisa membahayakan diri dan janin.
g. Berhenti menggunakan kontrasepsi

7
Apabila memutuskan untuk hamil, hentikan penggunaan kotrasepsi.
Apabila belum berkeinginan untuk hamil maka harus memakai
kontrasepsi. Misalnya, pil, obat suntik, serta susuk KB mengandung
hormone yang brtugas terjadinya ovulasi.

2.4 Pemeriksaan Diagnostik


Untuk menegakkan diagnosa dokter spesialis Obstetry dan Ginekologi
harus melakukan kegiatan anamnesis merupakan kegiatan yang perlu
dilakukan dalam setiap kegiatan perawatan yaki berupa pertanyaan terarah
yang ditujukan kepada pasien, untuk mengetahui keadaan dan faktor resiko
yang dimilikinya. Pemeriksaan ini meliputi :
1. Usia
Seiring dengan peningkatan usia ibu, risiko infertilitas, aneuploidi
janin, keguguran, diabetes gestasional, preeklamsia, dan lahir mati juga
meningkat. Wanita harus menyadari risiko ini dan sebaiknya jangan
menunda kehamilan sampai usia 30-an atau 40-an, atau sebaliknya tidak
harus hamil lagi pada usia tersebut bila tidak betul-betul diperlukan. Usia
ayah yang lanjut juga memiliki beberapa risiko bagi anak .
2. Riwayat Pekerjaan
3. Riwayat umum
a. Keinginan dan rencana untuk hamil, lama menikah, rencana menikah
b. Siklus menstruasi
c. Kontrasepsi yang sedang atau pernah dipakai
d. Obat-obatan yang pernah/sedang dipakai
e. Alergi obat-obatan atau lainnya
4. Riwayat ginekologis
a. Hasil papsmear abnormal
b. Gangguan siklus menstruasi
c. Mioma uteri, Kista ovarium
d. Operasi ginekologis
e. Penyakit menular seksual seperti gonore, klamidia, kondiloma, sifilis
atau herpes

8
5. Riwayat Obstetri buruk
a. Pernah abortus, hamil kosong/blighted ova, kematian janin, bayi cacat
b. Pernah mengalami KPD/Ketuban Pecah Dini, kelahiran preterm, bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah
c. Pernah hamil di luar kandungan
d. Pernah hamil mola, atau penyakit trofoblas gestasional ganas
e. Perdarahan dalam kehamilan/pascasalin,
6. Imunisasi yang pernah didapat
a. Hepatitis B
b. Tetanus Toksoid
c. Rubella
7. Penyakit Keturunan
a. Diabetes mellitus
b. Talasemia
c. Penyakit autoimun (HIV, SLE,APS)
d. Epilepsi
e. Sistik fibrosis
8. Penyakit Kronis yang pernah/sedang diderita
a. Diabetes melitus
b. Hipertensi
c. Penyatik rongga mulut dan gigi
d. Obesitas berat
9. Obat-obatan yang pernah/sedang dikonsumsi seperti kokain dan heroin
10. Alkohol, merokok, kafein
11. Pernah mendapat produk darah, pernah mengalami komplikasi transfuse
12. Diet yang sedang dilakukan, suplemen atau herbal yang dikonsumsi
13. Pemakaian herbal rutin
14. Olah raga yang rutin dilakukan
15. Binatang peliharaan
16. Pekerjaan, jenisnya, lama bekerja, risiko untuk penularan penyakit atau
cedera
17. Keadaan kesehatan mental/psikis

9
2.5 Strategi Alternatif
1. Terapi Farmakologi
Terapi program hamil sesuai dengan hasil evaluasi dan diagnosis
dokter, lama pasangan mengalami kondisi tidak mempunyai anak, usia
kedua pasangan, serta kondisi kesehatan umum dan pilihan kedua
pasangan. Terapi dapat berupa terapi non obat dan terapi obat
(farmakologi). Terapi non obat terdiri dari operasi, inseminasi buatan, atau
Teknologi Reproduksi Berbantu (assisted reproductive technology, ART).
Teknologi Reproduksi Berbantu adalah upaya-upaya terapi untuk
menghasilkan kehamilan tanpa melibatkan hubungan seksual. Beberapa
upaya tersebut antara lain: inseminasi intra uterin, fertilisasi in vitro,
fertilisasi in vitro dengan injeksi sperma intra sitoplasmik, penggunaan
donor sperma atau donor sel telur, dan pemindahan embrio. Terapi obat
antara lain menggunakan suplementasi, antiestrogen, hingga metformin,
gonadotropin beserta analognya, serta dopamin agonis. Terapi obat
sebagian besar digunakan untuk mengobati infertilitas pada wanita.
(Irawati,2012)

2. Bayi Tabung
Bayi tabung merupakan suatu teknologi reproduksi berupa teknik
pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita. Prosesnya terdiri dari
mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari
ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair. Awal
berkembangnya teknik ini bermula dari ditemukannya teknik pengawetan
sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol
yang dibenamkan dalam cairan nitrogen pada temperatur -321 derajat
Fahrenheit (Fifin, 2017).

2.6 Terapi Medikamentosa


1. Nutrisi
Status gizi seorang wanita sebelum dan selama kehamilan memainkan
peran penting dalam pertumbuhan dan pengembangan janin. Sementara

10
persyaratan untuk beberapa nutrisi (misalnya zat besi, asam folat)
meningkat, prinsip-prinsip dasar makan sehat tetap sama.
a. Asam Folat
Asam folat (folic acid) merupakan vitamin B9 (salah satu vitamin
B kompleks) yang terdapat dalam berbagai jenis bahan makanan, yang
berfungsi sebagai prekursor dalam produksi DNA dan RNA. Asam folat
bersifat mudah rusak akibat pemanasan, cahaya dan tidak stabil dalam
larutan asam (Almatsier,2004). Asam folat sangat penting bagi
kesehatan, khususnya untuk bagi wanita yang sedang menjalani program
hamil untuk meningkatkan kesuburan, membantu tumbuh kembang janin
dalam kandungan, serta mencegah cacat janin.
Nasihat medis untuk semua wanita merencanakan kehamilan
adalah mengambil suplemen harian asam folat, mengonsumsi 0,4mg (400
mikrogram) sampai minggu ke-12 kehamilan. Asam folat didapatkan
dengan mengonsumsi makanan seperti berdaun hijau sayuran, dan roti
dan sereal. (Planning a pregnancy. The Royal College of Obstetricians
and Gynaecologists and Medical, 2010)
b. Mineral
i. Yodium
Kekurangan yodium dapat menghambat proses terjadinya
kehamilan pada wanita yang sedang mengikuti program hamil.
Demikian kesimpulan sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam
jurnal Human Reproduction. Peneliti melakukan pengamatan lebih dari
lima tahun terhadap lebih dari 500 wanita yang mengikuti program
hamil. Hasilnya, wanita yang kekurangan zat yodium derajat sedang
sampai berat di dalam darahnya, memiliki kemungkinan hamil yang
lebih rendah sekitar 46 persen bila dibandingkan dengan wanita yang
kadar yodiumnya normal.
Menurut Dr. James Mills dari Eunice Kennedy Shriver National
Institute of Child Health and Human Development, Bethesda,
Maryland, temuan studi ini memiliki dampak yang sangat penting bagi
ilmu kesehatan masyarakat. Jumlah wanita yang kekurangan yodium

11
derajat sedang ternyata sangat banyak dan kondisi ini menurunkan
kemampuan seorang wanita untuk bisa hamil sampai dengan 50 persen
pada setiap siklus menstruasi.
ii. Besi (Fe)
Kadar zat besi yang rendah sebelum konsepsi dapat menyebabkan
jarang atau tidak terjadinya ovulasi. Oleh karena itu, mencukupi
kebutuhan zat besi harian sejak sebelum hamil dapat membantu
menghindarkan wanita dari masalah ovulasi, serta mencegah timbulnya
anemia saat hamil nanti (Shames dan Lakatos,2011). Manfaat zat besi
juga berpengaruh terhadap kesuburan. Sejumlah riset menemukan
bahwa perempuan yang kekurangan zat besi berisiko mengalami
anovulasi, yaitu kondisi tidak terjadinya ovulasi (tubuh tidak
memproduksi atau melepaskan sel telur). Berdasarkan panduan dari
National Institutes of Health, perempuan dewasa membutuhkan zat besi
sebanyak 18 miligram per hari, 27 miligram per hari saat dia hamil, dan
9 gram per hari saat ia menyusui.
iii. Zinc
Zinc (Zn) merupakan salah satu mineral mikro yang
dibutuhkan bagi setiap sel di dalam tubuh. Kecukupan mineral ini
penting dalam menjaga kesehatan secara optimal. Fungsi Zn
sebagai kofaktor berbagai enzim, struktur dan integritas sel,
sintesis DNA, penyimpanan dan pengeluaran hormonal,
imunotransmisi dan berperan dalam sistem tanggap kebal.
Defisiensi Zn dapat menyebabkan penurunan nafsu makan,
dermatitis, pertumbuhan lambat, kematangan seksual lambat,
infertilitas dan imunodefisiensi (Sus derthi,2012)
c. Vitamin E
Vitamin E adalah vitamin larut lemak yang sangat berguna selain
sebagai antioksidan juga melindungi tubuh dari polyunsaturated fatty
acid (PUFAs) seperti asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dan asam
arakhidonat. Selain itu vitamin E dalam tubuh sebagai penangkal radikal

12
bebas dan molekul oksigen yang penting dalam mencegah peroksidasi
membran asam lemak tak jenuh (Bruke, 2007).
Vitamin E adalah penghenti reaksi penyebab radikal bebas yang
efisien di membran lemak, karena bentuk radikal bebas distabilkan oleh
resonansi. Oleh karena itu radikal vitamin E memiliki kecenderungan
kecil untuk mengekstraksi sebuah atom hidrogen dari senyawa lain dan
menyebarkan reaksi. Vitamin E radikal juga bisa mengalami regenerasi
dengan adanya vitamin C atau glutation (Berdanier, 1998).
Vitamin E bertugas sebagai antioksidan dalam tubuh. Antioksidan
mampu melindungi sistem reproduksi dari radikal bebas atau kerusakan
sel yang membuat dinding rahim menipis. Selain itu, vitamin E juga
mampu bertindak sebagai antikoagulan alami. Antikoagulan akan
mengencerkan darah yang membeku di area panggul dan rahim wanita.
Dengan begitu, peredaran darah di rahim jadi lancar. Peredaran darah
yang lancar bisa memicu peningkatan ketebalan dinding rahim.
Kebutuhan vitamin E orang dewasa sekitar 200 IU perhari. Hindari
mengonsumsi vitamin E lebih dari 1000 IU perhari karena efek samping
dari hyperdosis vitamin E dapat menimbulkan efek buruk bagi kesehatan
seperti diare, mual, sakit kepala, gangguan penglihatan.

2. Terapi Hormon
Terapi hormon adalah pengobatan untuk menyeimbangkan hormon
dengan menggunakan obat atau suntikan. Tujuannya adalah mematangkan
sel telur dan memicu terjadinya ovulasi. Dengan hormon yang seimbang,
diharapkan suami Istri dapat hamil secara alami. Terapi hormon adalah
pengobatan untuk menyeimbangkan hormon dengan menggunakan obat
atau suntikan. Tujuannya adalah mematangkan sel telur dan memicu
terjadinya ovulasi. Dengan hormon yang seimbang, diharapkan suami Istri
dapat hamil secara alami. Tingkat kesuksesan terapi hormon bervariasi,
tergantung dari beberapa faktor seperti usia ibu dan level masalah hormon
yang dihadapi. Pada beberapa kasus, terapi ini dapat dilakukan selama
beberapa bulan. Tahapan terapi hormon yaitu:

13
a. Memeriksa perkembangan sel telur lewat USG
b. Proses terapi yang biasanya dilakukan pada hari ketiga hingga hari
kelima menstruasi. Hormon akan dimasukkan dalam tubuh lewat oral
atau injeksi
c. Proses pemeriksaan oleh dokter di hari kedelapan haid. Dokter akan
melihat apakah telur berhasil matang atau memerlukan hormon
tambahan. Dokter kemudian akan merekomendasikan hari yang tepat
untuk berhubungan intim.
i. Gonadotrophin
Gambar 2.1 Struktur kimia Gonadotropin

Gonadotropin adalah glikoprotein dengan berat molekul


30.000 dalton dan mengandung lebih kurang 20 % karbohidrat.
Karbohidrat yang dikandungnya terdiri dari fukosa, mannosa,
galaktosa, glukosamin asetil dan N-asam neuraminik asetil.
Glikoprotein hormon yang membentuk asam sialik terdiri dari 20
residu. glikoprotein ditambah 6 unit karbohidart membentuk hCG,
5 residu glikoprotein dengan 1 unit korbohidrat membentuk FSH
dan 2 residu serta 1 unit karbohidarat membentuk LH.
Berdasarkan glikoprotein yang dikandung, hormon gonadotropin,
terdiri dari 2 subunit, yaitu subunit α dan subunit β. Subunit α
berfungsi sebagai struktur hormon yang terdiri dari 92 asam amino,
sedangkan subunit β berfungsi sebagai hormon yang dikandung
oleh hCG, FSH dan LH dengan asam amino (Aminudiun,2001).
Terapi gonadotropin memiliki peran sentral dalam ovarium
stimulasi untuk perawatan infertilitas. Pengantar dalam tanggal
praktik medis dari hampir satu abad lalu, dan merupakan
peningkatan besar dalam perawatan kesuburan. Terapi

14
gonadotropin adalah elemen penting dalam perawatan infertilitas
yang melibatkan teknologi reproduksi berbantuan. Gonadotropin
merangsang ovarium untuk mengembangkan folikel dan oosit,
yang merupakan bahan baku untuk pembuahan dan embrio
produksi. Terapi gonadotropin memiliki peran sentral dalam
stimulasi ovarium untuk perawatan infertilitas (Indriani,et al,2016)

ii. Anti-Estrogen Klomiphene citrate (CC)


Gambar 2.2 Struktur kimia Gonadotropin

Dari sudut pandang kimia, clomiphene adalah turunan


triphenylene dengan kemiripan struktural dengan dietilbestrol.
Clomiphene memiliki dua bentuk isomer, cis dan trans, yang dalam
nomenklatur saat ini masing-masing sesuai dengan zuclomiphene
danenclomiphene. Clomiphene berikatan dengan reseptor estrogen,
tetapi sebaliknya terjadi dengan estradiol, pengikatannya lebih
lama (Adashi,et al;1980)
Klomiphene citrate (CC) pertama kali diperkenalkan sebagai
agen untuk mengobati infertilitas anovulasi. Dengan pemahaman
yang lebih baik tentang sindrom ovarium polikistik (PCOS) dan
anovulasi, terapi ajuvan telah dikembangkan untuk mengobati
wanita dengan anovulasi yang resisten terhadap CC. Selain itu, CC
telah digunakan dalam pengobatan infertilitas yang tidak dapat
dijelaskan (American Society for Reproductive Medicine,2013).
Klomifen sitrat merupakan suatu sediaan nonsteroid
yang mempunyai sifat estrogenik dan antiestrogenik.
Klomifen sitrat bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor
estrogen pada pusat maupun perifer. Pengaruhnya pada

15
hipotalamus-hipofisis akan menghasilkan pengeluaran Follicle
Stimulating Hormone (FSH) yang selanjutnya menstimulasi
pertumbuhan folikel di ovarium. Sedangkan pada tingkat
perifer yaitu pada lendir serviks dan endometrium, efek
antiestrogenik klomifen sitrat menyebabkan kualitas dan
kuantitas lendir serviks berkurang dan ketebalan endometrium
menipis. Hal ini menerangkan adanya suatu diskrepansi yaitu
angka kehamilan relatif lebih rendah dibandingkan
keberhasilan ovulasi setelah induksi ovulasi dengan klomifen sitrat.
Klomiphene citrate (CC) pertama kali diperkenalkan sebagai
agen infertilitas treatanovulatori. Dengan pemahaman yang lebih
baik tentang sindrom polikistikovarius (PCOS) dan anovulasi,
terapi ajuvan telah dikembangkan untuk mengobati wanita-wanita
dengan ovulasi yang resisten terhadap CC. Selain itu, CC telah
digunakan dalam perawatan infertilitas yang tidak dapat dijelaskan.
Tujuan dari dokumen ini adalah untuk mendeskripsikan
farmakologi, cara bertindak, dan indikasi untuk pengobatan CC;
untuk menguraikan evaluasi evaluasi pengobatan, standar dan
kombinasi regimen pengobatan, dan strategi alternatif untuk pasien
yang resisten CC; untuk meringkas metode pemantauan terapi; dan
untuk meninjau hasil, efek samping, dan risiko pengobatan CC.
(American Society for Reproductive Medicine,2013)
Tabel 2.1 Nama dagang Clomiphene Citrate
Pusat Informasi Obat Nasional. Badan Pengawas Obat dan
Makanan 2015
Trade name Applicant
Blesifen Sanbe
Clomifene Feering
Clomifil PT.Sunti Sepuri
Clovertil Mepro
Dipthen PT.Dipha Pharmalab
Intersains

16
Fensipros Pharos
Fertilphen Landson
Fertin Interbat
Ofertil Bernofarm
Pinfetil Novell
Profertil Kalbe
Provula Dexa Medica

iii. Bromokriptin
Gambar 2.3 Struktur kimia Bromokriptin

Bromokriptin adalah alkaloid semisintetik, ergot dengan


antiparkinson dan aktivitas penghambatan laktasi. Bromokriptin
secara selektif mengikat dan mengaktifkan reseptor dopamin
seperti D2 postsinaptik dalam corpus striatum sistem saraf pusat
(SSP). Reseptor mirip D2 digabungkan ke protein G
penghambatan, yang menghambat adenylyl cyclase, sehingga
mencegah transduksi sinyal yang dimediasi melalui cAMP dan
mengarah ke efek penghambatan pada pengiriman neurotransmisi.
Bromokriptin adalah obat pilihan untuk pengobatan amenore
hiperprolaktinemia. Agonis dopamin ini sangat efektif dalam
menormalkan peningkatan kadar prolaktin. Siklus menstruasi dan
kesuburan ovulasi kemudian dipulihkan dengan cepat. Terapi
Bromokriptin merupakan kemajuan besar dalam pengobatan
infertilitas anovulasi. Adenoma pituitari yang mengeluarkan
prolaktin adalah penyebab umum hiperprolaktinemia. Baik

17
pembedahan maupun iradiasi tidak dapat memberikan
penyembuhan definitif yang diharapkan pada pasien dengan tumor
hipofisis yang mensekresi prolaktin. Bromokriptin termasuk dalam
kelompok obat-obatan yang dikenal sebagai alkaloid ergot.
Bromokriptin memblokir pelepasan hormon yang disebut prolaktin
dari kelenjar hipofisis. Prolaktin mempengaruhi siklus menstruasi
dan produksi susu.
Bromokriptin dapat digunakan ketika seorang wanita tidak
berovulasi karena dia memiliki kadar prolaktin yang tinggi dalam
darahnya. Bromokriptin dapat digunakan untuk merawat seorang
pria yang fungsi reproduksinya terganggu karena ia memiliki
tingkat prolaktin yang tinggi secara tidak normal. Prolaktin tinggi
umumnya diproduksi oleh tumor hipofisis. Jika Anda memiliki
kadar prolaktin yang meningkat, Anda perlu pengujian lebih lanjut
untuk menemukan apakah ada tumor. Bromokriptin digunakan
untuk mengobati infertilitas pria hanya jika dikaitkan dengan tumor
hipofisis penghasil prolaktin; obat membantu menormalkan
interaksi antara kelenjar hipofisis dan testis (Schran, et al, 1999)

iv. Metformin
Gambar 2.3 Struktur kimia metformin

Menurut WHO definisi konsensus PCOS mengakui


obesitas sebagai asosiasi dan bukan kriteria diagnostik, karena
hanya 40-50% wanita dengan PCOS kelebihan berat badan.
Penyebab lain gangguan menstruasi dan hiperandrogenisme harus
dikecualikan oleh investigasi endokrin yang tepat. Metformin
menghambat produksi glukosa hepatik, menurunkan sintesis lipid,

18
meningkatkan oksidasi asam lemak dan menghambat
glukoneogenesis yang mengakibatkan penurunan sirkulasi insulin
dan glukosa. Metformin meningkatkan sensitivitas insulin pada
tingkat sel dan juga tampaknya memiliki efek langsung dalam
ovarium. Oleh karena itu, tampaknya logis untuk mengantisipasi
bahwa perawatan penurun insulin dan kepekaan terhadap insulin,
seperti metformin, harus meningkatkan gejala dan hasil reproduksi
untuk wanita dengan PCOS. Sebagian besar studi awal metformin
dalam pengelolaan PCOS bersifat observasional atau memiliki
ukuran sampel yang kecil.16 Hasil awal menunjukkan bahwa
metformin, bila dibandingkan dengan plasebo, memiliki efek
signifikan pada penurunan kadar androgen serum, mengembalikan
siklus menstruasi dan efektif dalam mencapai ovulasi baik sendiri
atau ketika dikombinasikan dengan sitom clomiphene. (Royal
College of Obstetricians and Gynaecologists,2017)

19

Anda mungkin juga menyukai