2019
Rifaza, Alan
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/16945
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PERBEDAAN FAAL PARU DAN KADAR KARBON
MONOKSIDA (CO) EKSPIRASI PADA PEKERJA
DI PARKIR BASEMENT DI MEDAN,
SUMATERA UTARA, INDONESIA.
TESIS
ALAN RIFAZA
NIM : 147041136
TESIS
ALAN RIFAZA
NIM : 147041136
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam rujukan.
Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
di bawah ini:
Nama : dr. Alan Rifaza
NPM : 147041136
Program Studi : Magister Kedokteran Klinik, Departemen Pulmonologi
dan Kedoteran Respirasi.
Fakultas : Fakultas Kedokteran.
Jenis Karya : Tesis.
Yang menyatakan
( dr.Alan Rifaza )
iv
vi
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan case control yang dilakukan pada
33 orang pekerja di parkiran basement. Dilakukan pengukuran faal paru dengan
spirometri, pengukuran tekanan darah, saturasi oksigen dan kadar CO ekspirasi
dengan menggunakan Micro Portable Smokerlyzer sebelum dan sesudah bekerja
serta pengukuran kadar CO ruangan.
Hasil : Dari hasil pada penelitian terdapat perbedaan bermakna (P < 0,005)
sebelum dan sesudah bekerja di basement yaitu penurunan fungsi faal paru dengan
nilai rerata VEP1 yang menurun dari 3.20 menjadi 3.10 ( P=0.033), VEP1/KVP
dari 89.09 turun menjadi 86.11 (p=0.004), dan FEF 25-75 dari 100.39 turun
menjadi 89.19 (P=0.001), dan juga terjadi perubahan yang signifikan terhadap
peningkatan kadar CO dengan nilai rerata 2.48 meningkat menjadi 3.03
(p=0.001).
vii
Background : Air pollution both indoors and outdoors can cause disease in
humans. Along with the increasing number of motorized vehicles in Medan which
is a source of air pollution that will have an impact on the respiratory tract.
Workers in the basement parking area are workers who are at high risk of being
exposed to air pollution.
Methods : This research is a case control with 33 people sample who work in the
basement parking. We did lung function measurements with spirometry,
measurement of blood pressure, oxygen saturation and expiratory carbon
monoxide (CO) levels using Micro Portable Smoke Analyzer before and after
working and measurement of carbon monoxide level (CO) in room.
Results : There were significant differences (p <0.005) before and after working
in the basement. The decrease in lung function with an average VEP1 value
decreased from 3.20 to 3.10 (p = 0.033), VEP1 / KVP from 89.09 to 86.11 (p =
0.004), and FEF 25-75 from 100.39 to 89.19 (p = 0.001), and there was also a
significant change in the increase in CO levels (p = 0.001).
viii
ix
petunjuk serta nasehat yang baik selama masa pendidikan, yang mana hal
tersebut sangat berguna di masa yang akan datang.
4. Dr.dr. Bintang Y.M. Sinaga, M.Ked(Paru), Sp.P(K) sebagai Sekretaris
Program Studi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK
USU/SMF Paru RSUP H Adam Malik Medan dan sekaligus sebagai
koordinator penelitian ilmiah di Departemen Pulmonolgi dan Kedokteran
Respirasi FK USU/ SMF Paru RSUP H Adam Malik Medan, yang telah
banyak memberikan bantuan, dorongan, bimbingan, pengarahan dan masukan
dalam rangka penyusunan dan penyempurnaan tulisan ini.
5. dr. Nuryunita Nainggolan, M.Ked(Paru) pembimbing II kedua saya yang telah
banyak memberikan bimbingan, bantuan, dorongan dan masukan dalam
rangka penyusunan tulisan ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan
ini.
6. dr. Putri CE, MSEpid, PhD sebagai pembimbing statistik yang telah begitu
banyak membantu dan membuka wawasan penulis dalam bidang statistik dan
dengan penuh kesabaran memberi bimbingan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tulisan ini.
7. Penghargaan dan rasa terimakasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada
yang terhormat Prof. dr. H. Luhur Soeroso, Sp.P(K), Prof. dr. H. Tamsil
Syafiuddin, Sp.P(K), dr. H. Hilaluddin Sembiring, DTM&H, Sp.P(K), dr.
Widirahardjo, Sp.P(K), dr. P. Siagian Mked (Paru), Sp. P(K), Dr.dr. Fajrinur
Syarani, M.Ked(Paru), Sp.P(K), Dr.dr. Noni N. Soeroso, M.Ked(Paru),
Sp.P(K), dr.Setia Putra Tarigan, Sp.P(K), SpP(K), dr. Syamsul Bihar,
M.Ked(Paru), Sp.P, dr. Ade Rahmaini, M.Ked(Paru) Sp.P, dr. Netty Y.
Damanik, Sp.P, dr. Ucok Martin, Sp.P, dr. Delores P Sormin, M.Ked(Paru),
Sp.P, dr. Muntasir, Sp.P, dr. Desprina, Sp.P selaku guru-guru saya yang telah
banyak memberikan bantuan, bimbingan, masukan dan pengarahan selama
menjalani pendidikan.
8. Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Direktur
RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan
bimbingan kepada penulis dalam melaksanakan dan menyelesaikan penelitian
ini.
Medan, Desember2017
Penulis,
xii
DAFTAR TABEL
xv
xvi
xvii
Latar Belakang
Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia
serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya
untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi
makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara). (Anggraeni NIS, 2009).
Pencemaran udara baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan dapat
menimbulkan penyakit pada manusia. Pada tahun 2012 WHO melaporkan bahwa
sekitar 7 juta kematian atau 1/8 dari jumlah kematian global disebabkan oleh
pajanan pencemaran udara. Kematian tertinggi berada di negara-negara dengan
penghasilan rendah sampai menengah yaitu pada daerah Asia Tenggara dan
Pasifik Barat dengan 3,3 juta kematian yang disebabkan pencemaran udara di
dalam ruangan dan 2,6 juta kematian yang disebabkan pencemaran udara di luar
ruangan (WHO, 2014).
Upaya pengendalian pencemaran lingkungan khususnya udara saat ini
masih bersifat sektoral, baik legislatif maupun institusinya. Peraturan
perundangan dalam kaitannya dengan upaya penanggulangan pencemaran yang
bersifat nasional adalah undang – undang no. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan
Pokok Pengelolaan lingkungan Hidup. Beberapa peraturan tentang upaya
pengendalian pencemaran misalnya yang diterapkan untuk: Sektor industri, Sektor
pertambangan, Sektor transportasi, Teknologi pengendalian pencemaran. Upaya
teknologi pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan melalui: Pengendalian
pada sumbernya, meliputi pengendalian pencemaran debu/ partikel, gas, dan
buangan kendaraan bermotor .Pengendalian lingkungan, usaha pengendslisn
pencemaran perlu dilengkapi dengan usaha teknik pengendalian agar sesuai
dengan fungsinya. Transportasi mempunyai peranan penting dan strategis di
dalam mendukung, mendorong dan menunjang segala aspek kehidupan baik
dalam pembangunan politik, ekonomi sosial budaya dan pertahanan keamanan.
(Transmedia, 2012)
Perumusan Masalah
Untuk mengetahui perbedaan faal paru dan kadar karbon monoksida (CO)
ekspirasi sebelum dan sesudah pada pekerja di parkir basement yang dilakukan di
Medan..
Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Untuk mengetahui perbedaan faal paru dan kadar karbon monoksida (CO)
ekspirasi sebelum dan sesudah pada pekerja parkir basement yang dilakukan di
Medan.
Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui rata-rata kadar karbonmonoksida (CO) pada tempat parkir
basement di Medan;
b. Untuk mengetahui nilai rata-rata faal paru pada pekerja yang terdapat di parkir
basement.
c. Untuk mengetahui tingkatan nilai karbon monoksida ekspirasi setelah paparan
polusi udara di dalam ruangan khususnya diparkir basement di medan
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Dengan mengetahui nilai faal paru dan kadar karbon monoksida (CO)
ruangan dan nilai (CO) ekspirasi pada pekerja di parkir basement, maka dapat
diketahui faktor predisposisi dari segi paparan karbon monoksida (CO) pada
pekerja parkir di basement yang dapat menurunkan faal paru dari segi derajat
retriksi maupun obstruksi saluran pernapasan dan efek respirasi maupun sistemik
terhadap paparan tersebut.
Manfaat Terapan
Dengan mengetahui nilai kadar karbon monoksida (CO) di parkir
basement dan nilai kadar (CO) ekspirasi dan nilai faal paru pada pekerja parkir
basement di medan yang akan dapat mengetahui efek dari paparan polusi udara di
dalam ruangan terhadap saluran napas serta menentukan langkah pencegahan
apabila terpapar dari polusi udara di dalam ruangan khususnya karbon monoksida
(CO) sebagai evaluasi parkir basement dengan kadar kabon monoksida yang
tinggi.
Faal Paru
Paru paru adalah sepasang organ yang berperan dalam proses bernafas
dengan fungsinya sebagai organ yang memfasilitasi pertukaran oksigen yang
terhirup dari atmosfer kedalam pembuluh darah, fungsi paru-paru itu dapat
mempengaruhi oleh beberapa hal ,salah satu nya udara yang terhirup. Udara yang
memberikan efek negatif terhadap paru-paru sehingga dapat menurunkan fungsi
paru contohnya CO yang merupakan hasil pembakaran mesin konvensional
(berbahan bakar minyak bumi). Secara sederhana fungsi paru dapat diketahui
dengan spirometri. Efek buruk dari polusi udara berdasarkan penelitian pada tiga
lokasi berbeda di beijing cina tahun 1986, menyatakan bahwa peningkatan
konsentrasi polusi udara sebesar 1 mikrogram/m mampu menurunkan VEP1
sebesar 35,6mL. (Wu L, 2005)
Faal paru adalah kerja atau fungsi paru, dan uji faal paru mempunyai arti
mengkaji apakah fungsi paru seseorang berada dalam keadaan normal atau
abnormal.Secara lengkap uji faal paru dilakukan dengan menilai fungsi fungsi
ventilasi, difusi gas, perfusi darah paru dan transport gas O2 dan CO2 dalam
peredaran darah. Fungsi paru disebut normal apabila Pa02 lebih dari 50 mmHg
dan PaC02 kurang dari 50 mmHg, dan disebut gagal nafas apabila Pa02 kurang
dari 50 mmHg dan PaCO2 lebih dari 50 mmHg. (Soekamto TH,2017)
Pemeriksaan fungsi paru adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk
memeriksa keadaan paru seseorang, apakah paru-parunya masih normal atau
sudah mengalami gangguan, baik gangguan restriktif atau obstruktif yang
diakibatkan oleh suatu penyakit atau faktor kebiasaan pasien itu sendiri, ada
beberapa cara untuk memeriksakan fungsi paru tersebut salah satunya adalah
dengan alat Spirometri. (Yunus F, 2003).
Untuk keperluan praktis dan uji skrining, biasanya penilaian faal paru
seseorang cukup dengan melakukan uji fungsi ventilasi paru. Apabila fungsi
ventilasi nilainya baik, dapat mewakili keseluruhan fungsi paru dan biasanya
b. Volume Dinamik: Forced Vital Capacity (FVC) atau Kapasitas Vital Paksa
(KVP)
Kapasitas vital paksa adalah total udara yang dapat dikeluarkan secara
paksa setelah inspirasi maksimum. Pada individu normal total ekspiratory time
(TET) yang diperlukan untuk menghembuskan secara keseluruhan KVP adalah 4-
6 detik. Pada penyakit paru obstruksi diperlukan waktu lebih lama untuk
menghembuskan napas secara keseluruhan bertambah lama. Pada penyakit
obstruksi saluran napas, ekspirasi dapat terus berlanjut sampai 10-12 detik.
Penurunan aliran udara dapat diekspresikan dengan penurunan VEP 1, VEP3, rasio
VEP1/KVP, dan FEF25-75%. (Yunus F, 2003).
Gambar.2. 2. KVP. A= titik inspirasi maksimum dan titik mulainya. . (Yunus F, 2003)
Arus Puncak Ekspirasi (APE) atau Peak Expiratory Flow Rate (PEFR)
Adalah kecepatan aliran udara maksimal pada 0,1 detik pertama suatu
ekspirasi maksimal. Pada kelainan obstruksi, APE sering menurun maka tinggi
maksimum dari loop juga berkurang. Penurunan aliran udara dengan cepat, karena
aliran udara menyempit, diikuti oleh penurunan volume paru menyebabkan loop
menjadi cekung. Sedangkan pada kelainan restriktif karena penyakit paru
intestitial, terjadi gangguan ekspansi paru maksimal paru karena adanya jaringan
fibrotik pada parenkim paru menyebabkan KV menurun.
Uji faal paru adalah sekelompok tes atau uji yang dilakukan untuk
mengevaluasi seberapa baik kerja paru. Uji dapat menentukan seberapa banyak
udara yang dapat diterima paru, seberapa cepat udara dapat bergerak keluar masuk
paru dan seberapa baik paru memasukkan oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida dari darah.
Uji faal paru sangat bermanfaat jika dihubungkan dengan informasi klinis
lain seperti anamnesis, pemeriksaan klinis, gambaran radiologis dan hasil
partikel dan gas ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda
tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi
kimiawinya. Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh
seperti paru – paru dan pembuluh darah atau menyebabkan iritasi pada mata dan
kulit . (Soekamto TH, 2017).
Pencemaran udara karena partikel debu biasanya menyebabkan penyakit
pernafasan kronis seperti bronchitis khronis, emfisema (penggelembungan rongga
atau jaringan karena gas atau udara didalamnya; busung angin) , paru, asma
bronkial dan kanker paru. Pencemar gas yang terlarut dalam udara dapat langsung
masuk kedalam tubuh sampai ke paru – paru yang pada akhirnya diserap oleh
sistem peredaran darah.
Polutan udara primer, yaitu polutan yang mencakup 90 % dari jumlah
polutan udara seluruhnya, dapat dibedakan menjadi lima kelompok sebagai
berikut:
a) Karbon monoksida ( CO )
b) Nitrogen oksida ( NOx)
c) Hidrokarbon ( HC)
d) Sulfur Dioksida ( SOx)
e) Partikel
Sumber polusi yang utama berasal dari traspotasi, 60 % dari polutan yang
dihasilkan terdiri dari karbonmonoksida dan sekitar 15 % hidrokarbon. Toksisitas
kelima kelompok polutan tersebut berbeda beda. di bawah ini menyajikan
toksisitas relatif masing - masing kelompok polutan tersebut. Ternyata polutan
yang paling berbahaya bagi kesehatan adalah partikel – partikel, di ikuti berturut -
turut NOx, SOx, Hidrokarbon dan yang paling rendah toksisitasnya adalah
karbonmonoksida. (Soekamto TH, 2017).
Kadar timah (Pb) yang tinggi di udara dapat mengganggu pembentukan sel
darah merah. Gejala keracunan dini mulai ditunjukkan dengan terganggunya
fungsi enzim untuk pembentukan sel darah merah, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan gangguan kesehatan lainnya seperti anemia , kerusakan ginjal, dan
lain – lain. Sedangkan keracunan Pb bersifat akumilatif. Keracunan gas CO
timbul akibat terbentuknya karboksihemoglobin (COHb) dalam darah.
Afinitas CO yang lebih besar dibandingkan dengan oksigen (O)
terhadap Hb2 menyebabkan fungsi Hb untuk membawa oksigen keseluruh tubuh
menjadi terganggu. Berkurangnya penyediaan oksigen kedalam tubuh akan
membuat sesak nafas, dan dapat menyebabkan kematian, apabila tidak segera
mendapat udara segar. Bahan pencemar SOx, NOx,H S2 dapat merangsang
saluran pernafasan yang mengakibatkan iritasi dan peradangan. (Soekamto TH,
2017).
Karbon Monoksida
Karbon monoksida adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa yang merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna dari material
karbon(Awal 2016). Meskipun merupakan racun yang berbahaya, karbon
monoksida memiliki peranan penting dalam teknologi modern, menjadi prekursor
untuk berbagai produk. Karbon monoksida terdiri dari satu atom karbon yang
kovalen dengan satu atom oksigen. (Wu L, 2005).
Karbon monoksida (CO) yang terdapat di alam terbentuk dari salah satu
proses sebagai berikut:
a. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung
karbon
b. Reaksi antara karbon dioksida (CO2) dan komponen yang mengandung karbon
pada suhu tinggi
c. Pemakaian bahan bakar fosil pada mesin-mesin penggerak transfortasi.
Oksidasi tidak lengkap terhadap karbon atau senyawa yang mengadung
karbon terjadi apabila jumlah oksigen yang tersedia kurang dari jumlah yang di
butuhkan untuk pembakaran sempurna. Pembentukan karbon monoksida (CO)
hanya terjadi bila reaktan yang ada terdiri dari karbon dan oksigen murni secara
sederhana pembakaran karbon dalam minya bakar terjadi melalui beberapa tahap
sebagai berikut:
2C + O2 2CO
2CO + O2 2CO2
Ringkasan Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang tidak berwarna,
tidak berbau, tidak berasa, mudah terbakar, tidak mengiritasi namun sangat
beracun. Dari sifat-sifat tersebut CO dikenal sebagai “silent killer”. CO akan
menjadi sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia. Dalam tubuh manusia,
afinitas hemoglobin untuk mengikat CO 200-250 kali besarnya daripada afinitas
hemoglobin untuk mengikat oksigen. CO mudah bereaksi dengan hemoglobin
membentuk karboksihemoglobin (COHb). Menurut WHO, paparan CO dengan
konsentrasi 100 mg/m3 (87,3 ppm), 60 mg/m3 (52,38 ppm), 30 mg/m3 (26,19
ppm), 10 mg/m3 (8,73 ppm) memiliki durasi batas normal paparan secara
berturut-turut hanya selama 15 menit, 10 menit, 1 jam dan 8 jam. Konsentrasi CO
yang tinggi di dalam darah dalam waktu hitungan menit dapat menyebabkan
distres pernapasan dan kematian. Cedera inhalasimenggambarkan kerusakan yang
disebabkan oleh terinhalasinya bahan iritan berupa iritan termal ataupun kimia.
Trakea merupakan bagian dari sistem konduksi pernapasan yang berfungsi
menghantarkan gas. trakea terletak di daerah leher, yang menghubungkan faring
dengan bronkus. Posisinya bersebelahan denganesofagus. Dinding dalamnya
(mukosa) dilapisi lendir yang sel-selnya berambut getar. Sel goblet dan silia
merupakan salah satu barier pertahanan di traktus respiratorius. Berbagai macam
stimulus seperti alergen, bakteri, termasuk bahan iritan seperti karbon monoksida
menyebabkan perubahan epitel saluran nafas. Perubahan epitel tersebut akibat
proses inflamasi sehingga terjadi peningkatan sel goblet dan berkurang nya
jumlah silia.
Gambar.2.7 . Alur skema metabolisme heme yang dikatalisasi oleh enzim heme oksigenase.
(Wu L, 2005).
Metabolism heme pengaturan nilai sel heme adalah fungsi lain yang
penting dari HO. Setelah melengkapi siklus kehidupannya selama 120 hari, sel
darah merah mengeluarkan hemoglobin kedalam sirkulasi. Hapto globin
menangkap hemoglobin yang bebas dan menghantarkannya kedalam sistem
retikulo endotelial pada spleen, hati, dan tulang belakang. Transformasi yang
cepat dari hemoglobin menjadi methemoglobin juga terjadi, mengarahkan untuk
melepas heme yang tergabung. Heme yang bebas akan dibawa oleh hemopexin
atau albumin ke sistem retikulo endotelial. Pada sistem retikulo endotelial, fungsi
HO membatasi enzim degradasi heme selanjutnya (Abraham et al., 1988).
Aktivitas HO pada beberapa tiprsel yang berbeda juga sebgaian besar bertanggung
jawab untuk degradasi heme diturunkan dari denaturasi protein heme dari
hemoglobin yang lain.
Heme terdiri dari besi-besi kompleks dengan 4 grup porphyrin (Beri and
Chandra, 1993). Sintesis organik dari heme disa dari sejak tahun 1927 di
laboratorium Hans Fischer’s (Watson, 1965). Penjelasan lengkap dari semua
enzim yang terlibat pada sintesis heme pada sel mamalia tidak tersedia sampai 25
tahun kemudian (Shemin and Wittenberg, 1951). Sekarang kita telah mengetahui
bahwa sintesis heme pada semua nucleus sel manusia menggunakan glycine dan
succinyl CoA sebagai prekursor. Melibatkan 8 enzim yang berbeda, sintesis heme
dimulai dari mitokondria, dilanjutkan di dalam sitosol, dan di lengkapai pada
mitokondria. Akhirnya dimasukkan oleh ferrochelatase. Heme juga dapat
diturunkan dari degradasi dari hemo protein. Proses ini di gunakan ulang menjadi
efisiensi energi tanpa membutuhkan awal yang baru dari glycine dan succinyl-
CoA.
Ekstra seluler heme dibawa masuk kedalam sel via pengangkut heme
(Worthington et al., 2001). Karena sifat lipofilik yang alami, heme segera
berpindah diantara sekitar organel yang berbeda (Ingi et al., 1996b) dan
berinteraksi dengan banyak membrane seluler dan organel, termasuk lapisan-
lapisan lemak, mitokondria, cytoskeleton, nuclei, dan beberapa enzim intraseluler
(Nath et al., 1998; Ryter and Tyrrell, 2000). Heme yang bebas pada konsentrasi
tinggi reaksi katalisasi oksidatif menjadi generasi oksigen reaktif (Jeney et al.,
2002),terutama karena efek katalitik dari heme. Ini akan menjelaskan
meningkatnya ekspresi dari adesimolekul seperti ICAM-1, VCAM-1, dan E-
Selection pada sel endothelial dalam adanya nilai heme yang tinggi (Wagener et
al., 2003). Efek Pro-oksidan pada heme yang bebas bukan dikarena kan pelepasan
besi dari molekul heme (Vincent et al., 1988) sejak heme di induksi lebih
peroksidase dari lemak hati menunjukkan H2O2 dari besi dan pelepasan besi
sangat rendah dibawah kondisi yang digunakan. Efek dari peningkatan stress
oksidatif dari berbagai substrat, termasuk lemak, tiol, protein, karbohidrat, dan
asam nuclei (Ryter and Tyrrell, 20000. Fungsi sel normal akan terganggu dan sel
patologis akan mengalami perburukan kerusakan (Dennery et al., 1998; Ryter and
Tyrrell, 2000).
Gambar. 2. 8. Alur fungsi selular pada heme, enzim heme oksigenase dan CO. (Wu L, 2005)
Kadar dan aktivitas heme, HO, dan CO terlihat pada gambar 2.9 HO/2
merupakan fungsi pisikologi regulator dari fungsi selular melalui ukuran dari
heme bebas dan pembentukan dari metabolik heme. Hal ini menentukan jumlah
kadar heme yang terbentuk dari proses prooksidan. Sel yang terancam akan di
lindungi oleh regulasi dari ekspresi HO/1. Kemudian degredasi heme akan
meningkatkan produksi CO. Sedang kan HO3 pada degredasi heme sangat
terbatas. Dan akan terbentuk nya binding protein kemudian heme tersebut akan
melakukan fungsinya sebagai homeostatis selular. (Wu L, 2005).
Gambar. 2. 9. Interrelasi dan interaksi sistem enzim heme oksigenase terhadap CO.
(Wu L, 2005)
Kerangka Teori
Heme
+. Inhalasi CO
Sistem gastrointestinal
Kerangka Konsep
Heme
Fungsi seluler
Bilirubin IXα
Hipotesis
Ho = Tidak ada korelasi faal paru dan kadar karbon monoksida (CO) ekspirasi
pada pekerja di Parkir Basement yang dilakukan di Medan.
H1 = Ada korelasi faal paru dan kadar karbon monoksida (CO) ekspirasi pada
pekerja di Parkir Basement yang dilakukan di Medan.
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah penelitian menggunakan case control
dengan mengukur pemeriksaan faal paru dan membandingkan pengukuran kadar
monoksida (CO) ekspirasi sebelum dan sesudah bekerja pada pekerja di parkir
basement di Medan.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah pekerja yang bekerja di parkir basement pusat
pembelanjaan maupun perkantoran yang memiliki parkir basement di Medan yang
terdiri dari kasus (pekerja yang telah bekerja di parkir basement selama 8 jam) dan
kontrol (pekerja sebelum bekerja di parkir basement) dan memenuhi kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi.
Kriteria inklusi:
1. Pekerja yang bekerja di parkir basement pusat pembelanjaan yang berada di
Medan.
2. Umur 18-55 tahun.
3. Riwayat bekerja di parkir basement selama minimal ≥3 bulan.
30
1,96 0,8412
n1 n 2
102 - 95,84
= 26,5 ≈ 27 subjek.
Kerangka Operasional
Informed consent
Data
Uji Statistik
Hasil Penelitian
Untuk menilai faal paru dan kadar karbon monoksida (CO) ruangan dan nilai
kadar karbon monoksida (CO) pada pekerja di parkir basement yang dilakukan di
Medan. ada 2 jenis variabel yaitu:
a. Variabel bebas (independen) : Kadar karbon monoksida (CO) di parkir
basement.
b. Variabel tergantung (dependen) : Faal paru.
Definisi Operasional
Tabel.3.1. Definisi Operasional.
1 Faal paru Faal paru adalah Pemeriksaan a. Normal apabila Pa02 Nominal
kerja atau fungsi spirometri. lebih dari 50 mmHg dan
paru, dan uji PaC02 kurang dari 50
faalparu mmHg.
mempunyai arti b. Gagal nafas apabila Pa02
mengkaji apakah kurang dari 50 mmHg
fungsi paru dan PaCO2 lebih dari 50
seseorang mmHg.
beradadalam
keadaan normal
atau abnormal.
2 Nilai VEP-1 Nilai volume Spirometri a. VEP1 > 100% = Normal Nominal
ekspirasi paksa b. >70% sampai <100% =
yang didapat Ringan
dari pemeriksaan c. >60% sampai <70% =
spirometri dalam Sedang
satuan. d. >50% sampai <60% =
Sedang Berat
e. >34% sampai <50% =
Berat
3 Nilai KVP Nilai volume Spirometri a. KPV > 100% = Normal Nominal
ekspirasi paksa b. KPV > 70% = Ringan
yang didapat c. >60% sampai <70% =
dari pemeriksaan Sedang
spirometri dalam d. >50% sampai <60% =
satuan Sedang Berat
e. >34% sampai <50% =
Berat
f. < 34% = Sangat Berat
4 Kadar Formasi CO CO meter a. 25-50. Ordinal
karbon merupakan digital b. 50-100.
monoksida fungsi dari rasio c. 100-250.
(ppm) kebutuhan udara d. 250-450.
dan bahan bakar e. 450-650.
dalam proses f. 650-1.000.
pembakaran di g. 1.000-1.500.
dalam ruang h. 1.500-2.500.2.500-4.000.
bakar mesin.
7 Status gizi Kondisi tubuh Survei rekam a. Obesitas kelas III IMT ≥ Ordinal
pekerja di parkir medis. 40,00.
basement yang b. Obesitas kelas II IMT
dipengaruhi 35,00-39,99.
makanan, c. Obesitas kelas I
kecukupan IMT 30,00-34,99.
nutrisi didalam d. Preobesitas IMT 25-
tubuh dan 29,99.
kemampuan e. Normal IMT 18,50-
untuk 24,99.
mempertahankan f. Kurus ringan IMT 17,00-
integritas 18,49.
metabolisme g. Kurus sedang IMT
yang normal. 16,00-16,99.
h. Kurus berat IMT <
16,00.
8 Tingkat Pelatihan atau Survei rekam a. Tidak sekolah. Nominal
pendidikan kursus yang medis. b. SD.
dilakukan oleh c. SMP.
pekerja di parkir d. SMA atau sederajat.
basement secara e. Perguruan tinggi atau
terorganisir dan sederajat.
berjenjang, baik
yang bersifat
formal maupun
informal.
12. Nadi Denyut nadi adalah Pulse oximeter a. 60-100.= Normal Ordinal
(kali/menit) suatu gelombang b. >100= takikardi
yang teraba pada c. <60.= bradikardi
arteri bila darah
dipompa keluar
Kadar CO (ppm) = hasil analisis (ul l2) x 5 x volume sampel (ml) x (sk+273) oK
x 76 Volume udara (L) x 10 x (273 + 25) oK x P
Keterangan:
Volume udara (L) = f x t
f = kecepatan aliran udara 9L/menit)
t = waktu pengambilan contoh uji sampel (/menit)
sk = suhu udara kering pada saat pengambilan sampel (oC)
p = tekanan udara pada saat pengambilan sampel (cmHg)
Analisis Data
Data akan dianalisa secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi
berdasarkan karakteristik. Kemudian akan dilanjutkan dengan analisa inferensial
untuk melihat hubungan faal paru dengan kadar karbon monoksida pada pekerja
diparkir basement di Medan dengan menggunakan uji T Independent jika data
terdistribusi normal atau uji Wilcoxon jika tidak terdistribusi normal, dengan nilai
kebermaknaan < 0,05. Hasil analisa akan ditampilkan dalam bentuk tabulasi.
Jadwal Penelitian
Tabel.3.2. Jadwal Penelitian.
Bulan
Uraian
VII VIII IX X XI XII I II III IV
Persiapan √ √
Pengumpulan Data √ √ √
Analisis Data √ √
Penulisan Laporan √ √ √
Seminar √ √
Biaya Penelitian
a. Pengumpulan kepustakaan Rp. 500.000,-
b. Pembuatan proposal Rp. 500.000,-
c. Seminar proposal Rp. 1.500.000,-
d. Pemeriksaan spirometri (@ Rp. 100.000 x 54) Rp. 5.400.000,-
e. Alat pemeriksaan kadar CO ruangan Rp. 3.500.000,-
f. Pembuatan dan penggandaan laporan Rp. 700.000,-
g. Dana kompensasi (27 x Rp. 100.000) Rp. 2.700.000,-
h. Biaya tim penelitian Rp. 1.500.000,-
i. Seminar Hasil Rp. 2.000.000,-
Jumlah Rp. 18.300.000,-
Hasil Penelitian
Telah dilakukan penelitian dengan jumlah sampel sebanyak 33 subjek
penelitian ini merupakan case control dengan mengukur faal paru dan pengukuran
kadar monoksida (CO) didalam ruangan dan CO ekspirasi pada pekerja yang
bekerja di parkir basement dengan membandingkan sebelum dan sudah bekerja di
basement di pusat perbelanjaan maupun perkantoran di medan selama 2 minggu
mulai dari 6 Januari 2018 sampai dengan 14 Januari 2018.
Dari analisa data yang dilakukan didapati hasil sebagai berikut :
Diploma 1 3.0
S1 4 12.1
Suku Jawa 10 30.3
Minang 1 3.0
Batak 17 51.5
Belayu 2 6.1
Mandailing 2 6.1
Nias 1 3.0
Pekerjaan Teknisi 5 15.2
Layanan Kebersihan 1 3.0
Layanan Keamanan 17 51.5
Layanan parkir 7 21.2
Operator generator 1 3.0
Customer service 1 3.0
Karyawan swasta 1 3.0
Lokasi kerja Lantai LG 17 51.5
Lantai B1 10 30.3
Lantai B2 6 18.2
40
Dari tabel 4.2 Memperlihatkan data tekanan darah sampel penelitian yang
hipotensi sebelum bekerja sebanyak 25 orang (75%) menjadi 28 orang sesudah
bekerja (84,8%). Untuk yang normotensi sebelum bekerja sebanyak 7 orang
(21,2%) dan sesudah bekerja sebanyak 5 orang (15,2%). Sedangkan yang hiertensi
stage 1 terukur sebanyak 1 orang (3.0%) sebelum bekerja dan tidak ada sampel
yang terukur hipertensi stage 1 sesudah bekerja.
Dari tabel 4.3 menunjukkan data nilai VEP1% prediksi yang normal pada
seluruh sampel penelitian yang berjumlah sebanyak 33 orang (100%) sebelum
bekerja dan manjadi 32 orang (97%) sesudah bekerja. Sedangkan yang obstruksi
ringan tidak dijumpai pada sampel penelitian sebelum penelitian dan sesudah
bekerja terdapat 1 orang (3,0%) yang nilai VEP1% prediksinya menunjukkan
obstruksi ringan.
Tabel 4.4 Data Nilai KVP % Prediksi
Dari tabel 4.4 menunjukkan data nilai KVP% prediksi yang normal
sebelum bekerja adalah sebanyak 14 orang (42,4%) dan menjadi 16 orang (48,5%)
sesudah bekerja. Untuk nilai KVP% prediksi yang menunjukkan restriksi ringan
pada 13 orang (39,4%) sebelum bekerja dan menjadi 12 orang (36,4%) sesudah
bekerja. Untuk yang restriksi sedang terdapat sebanyak 6 orang (18,2%) dan
menjadi 5 orang (15,2%) sesudah bekerja.
Pada tabel 4.5 memperlihatkan bahwa hasil data nilai VEP1/KVP sesuai
dengan nilai VEP1% prediksi sebelumnya yang memperlihatkan bahwa hamper
keseluruhan sampel memiliki perbandingan VEP1/KVP yang normal yaitu 33
orang sampel (100% ) sebelum bekerja dan menjadi 32 orang (97%) sesudah
bekerja. Sedangkan untuk yang obstruksi dari tidak ada menjadi 1 orang (3.0%)
sesudah bekerja.
Tabel 4.6 Data Nilai FEF25-75 prediksi
Pada tabel 4.6 memperlihatkan data nilai FEF 25-75 prediksi tidak
mengalami perubahan pada sampel penelitian sebelum dan sesudah bekerja. Yaitu
32 orang (97%) yang normal dan 1 orang (3.0%) yang obstruksi.
Pred VEP1 79.60 82.00 14.33 47.00 108.00 77.36 81.00 14.72 47.00 110.00 0.043*
Pred KVP 74.54 75.00 14.93 46.00 109.00 74.57 75.00 14.13 48.00 103.00 0.973*
Sistolik 116.36 120.00 14.96 90.00 150.00 114.24 110.00 11.73 90.00 140.00 0.413**
Diastolik 76.66 80.00 9.57 60.00 100.00 73.93 70.00 9.66 60.00 90.00 0.063**
Kadar O2 98.36 98.00 0.65 97.00 99.00 98.18 98.00 0.84 96.00 99.00 0.175**
Kadar CO Ekspirasi 2.48 2.00 0.50 2.00 3.00 3.03 3.00 0.63 2.00 4.00 0.001**
* Uji T dependen ** Uji Wilcoxon
Dari tabel 4.8 memperlihatkan hasil data perbandingan faal paru dan kadar
CO pada sampel penelitian sebelum dan sesudah bekerja di basement. Dimana
terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0.05) yaitu penurunan fungsi paru yang
diukur dengan menggunakan spirometri pada sampel penelitian yang dapat dilihat
dari nilai rerata VEP1 yag menurun dari 3.20 menjadi 3.10 ( P=0.033), nilai rerata
VEP1/KVP dari 89.09 turun menjadi 86.11 (p=0.004), nilai rerata FEF 25-75 dari
100.39 turun menjadi 89.19 (P=0.001), Perubahan signifikan juga terjadi pada
Pembahasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada setting tempat yang memungkinkan
akumulasi gas CO, yaitu pada parkir bawah tanah pada sebuah gedung. Sehingga
tiap perkerjanya memiliki risiko untuk keracunan gas CO lebih besar. Melihat
beratnya pekerjaan ini sehingga lebih mengutamakan perkerjaan laki-laki daripada
pekerja wanita, kemudian mengingat ini adalah tempat parkir tentu petugas parkir
menjadi mayoritas pada perkerja disini. Sehingga kedua hal tersebut sesuai
dengan hasil penelitan diatas
Kemudian mengenai lokasi berkerja lokasi terbawah menempati tempat
yang paling sedikit perkerjanya karena risiko kesehatan yang dimungkinkan dan
pada lantai terbawah yaitu lantai B2 berlaku siklus kerja dan menggunakan
masker untuk menurunkan risiko pada kerja yang lama pada tempat dengan kadar
CO ruangan yg tinggi.
Banyak hal menarik yang ditemukan pada penelitian ini seperti pada
tekanan darah sebelum dan sesudah berkerja pada setting gedung tersebut.
Ditemukan umumnya tensi lebih rendah daripada normal, hal ini bisa terjadi
karena pengukuran dilakukan malam hari, Tekanan darah dalam kehidupan
seseorang bervariasi secara alami. Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik,
dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika
beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari berbeda, paling tinggi di waktu pagi
hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari. (Joyce dkk, 2008)
Dari hasil analisis antara fungsi paru terhadap lama kerja (p value =
0,035), kebiasaan merokok (p value= 0,007), penggunaan APD (p value = 0,005)
dan riwayat penyakit respirasi (p value = 0,001) maka didapatkan hubungan yang
signifikan antara fungsi paru terhadap lama kerja, kebiasaan merokok, pemakaian
APD dan riwayat penyakit respirasi dimana p < 0,05.(Esha I 2007)
Dengan ini terdapat persamaan dimana semakin tinggi kosentrasi karbon
monoksida maka semakin rendah nilai fungsi paru petugas parkir bawah tanah.
Kemudian subjek di lakukan pemeriksaan smoke analyzer sebelum dan sesudah
bekerja. Penggunaan smoke analyzer ekspirasi sebagai alat membantu diagnostik
untuk Penyakit paru obstruksi kronis dan juga kebutuhan untuk "standardisasi
pengukuran karbon monoksida ekspirasi, untuk perbandingan pasien PPOK
dengan orang sehat yang cocok untuk usia dan status merokok, untuk data tentang
reproduktifitas dan variabilitas, untuk korelasi dengan parameter lain, dan untuk
intervensi studi PPOK. PPOK bisa di diagnosis sebelum nya pada perokok yang
berisiko berkembang dari penyakit sebelum gejala atau perubahan pada spirometri
yang timbul. Oleh karena itu smoke analyzer yang mencerminkan peradangan
saluran napas dan berkorelasi dengan keparahan penyakit dapat membantu
meningkatkan pemantauan dan pengobatan PPOK. (Ejazi dkk, 2018)
Pada penelitian ini pada saat setelah bekerja di parkir basement terdapat 7
orang (21,2%) yang mengalami kadar CO yang diukur melalui alat smoke
Analyzer ekspirasi. dan meningkat signifikan (p<0.05). Penelitian sebelumnya di
lakukan oleh Nurrohman R dkk, RS Persahabatan Jakarta pada tahun 2012 di
Pabrik Tinta di Bogor. Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara
wawancara menggunakan kuesioner berdasarkan Epidemiology Standardization
Project ATS dan pertanyaan lain tentang lingkungan tempat tinggal, kebiasaan
memakai APD masker, anamnesis dan pemeriksaan fisis, pemeriksaan foto toraks,
dan pemeriksaan spirometri menggunakan alat spirometri.
Subjek diambil dari total coverage sampling seluruh karyawan sejumlah
248 orang PT X. Terdapat 41 subjek penelitian yang termasuk kriteria eksklusi
sehingga didapatkan 207 subjek sesuai kriteria inklusi. Penelitian ini mendapatkan
jumlah terbanyak laki-laki 81,2%, usia < 26 tahun 45,4%,pendidikan menengah
89,9%, gizi normal 66,7 %, perokok ringan 55,6 %, kadar debu rendah 76,8 %,
Dilakukan uji statistik terhadap data hasil penelitian. Sebanyak 207 subjek
dilakukan pemisahan berdasarkan jenis kelamin, usia subjek, tingkat pendidikan,
status gizi, status perokok, kadar CO, kadar debu, penggunaan masker, lama kerja
dan kelainan foto. Tidak terdapat hubungan bermakna antara kelainan foto toraks
tidak normal dengan terdapatnya kelainan faal paru dengan nilai p>0,05. Tidak
didapatkan hubungan bermakna secara statistik antara jenis kelamin laki-laki, usia
subjek, tingkat pendidikan, status gizi, status perokok, kadar CO, kadar debu,
penggunaan masker dan lama kerja dengan terdapatnya kelainan faal paru.
Dari hasil analisa ditemukan bahwa terdapat perbedaan kadar VEP1/KVP,
dan VEP1% prediksi (p<0,05) sebelum dan sesudah bekerja. Lalu ditemukan juga
perbedaan pada kadar FEF 25-75 dan Hasil Alat Analyzer gas CO Ekspirasi
(p<0,001). Dari sini kita dapat melihat adanya perubahan yang bermakna dari Faal
Paru yaitu pengukuran VEP1/KVP, VEP1% prediksi, dan FEF 25-75% prediksi.
Ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukan adanya penyakit
atau perubahan keadaan yang dapat menyebabkan perburukan dari keadaan pasien
(Yunus F, 2003). Hal ini tentu dapat kita lihat pada keadaan sebelum dan setelah
berkerja yang merupakan beban fisik.
Perubahan juga terjadi pada hal yang dapat mempengaruhi pasien secara
klinis yaitu perubahan kadar gas CO sebeum dan setelah berkerja. Hal ini terjadi
karena gas CO jauh lebih mudah diikat dari pada gas oksigen dalam tubuh (Wu L,
2005) (Isnaini 2012) dan perubahan ini dapat menimbulkan proses patologis
dibaliknya (Soekamto TH, 2017)(Kamal 2015).
Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian terdapat perbedaan bermakna dalam penurunan fungsi
faal paru sebelum dan sesudah bekerja.yaitu pada nilai VEP1/KVP, VEP1%
prediksi dan nilai FEF 25-75.
2. Dari hasil penelitian juga terdapat perbedaan bermakna dalam peningkatan
kadar karbon monoksida CO ekspirasi sebelum dan sesudah bekerja.
Saran
1. Mempertimbangkan waktu kerja yang lebih pendek untuk para pekerja yang
bekerja di lokasi parker basement dengan mempercepat rotasi shift agar para
pekerja tidak terlalu lama terpapar dengan zat karbonmonoksida.
2. Pentingnya penggunaan APD (alat pelindung diri) bagi para pekerja yang
bekerja di lokasi parkir atau basement.
3. Perlunya tata bangunan yang ventilasi udaranya memenuhi persyaratan sesuai
standar.
49
Adeniyi B.O., Erhabor G.E., The Peak Flow meter and Its Use in Clinical
Practise, African Journal of Respiratory Medicine 2011; 5-8.
Anggraeni NIS. Pengaruh Lama Paparan Asap Knalpot dengan Kadar CO 1800
ppm Terhadap Gambaran Histopatologi Jantung pada Tikus Wistar.
Medical Student of Dipenogoro University Semarang. 2009; 1-50.
Buckner JK, Ditchey RV, Good JT, Matthay R, Petty TL, Morrison D, Smith S, at
all. Office Evaluation of the Patient : Initial Studies Spirometry. In: Petty
TL,Smith S. Frontline Cardiopulmonary Topics dyspnea. Snowdrift
Pulmonary Comference. America. 2001; 19-31.
Comroe Jr JH, Foster RE, Dubois AB, Briscoe WA and Carlson E.The lung
clinical physiology and pulmonary function. 2nd ed. Chicago: Year Book
Medical Publishers Inc.1972. p.125-67
Gold W.M., Pulmonary Fuction Test. In : Gold WM, Murray JF, Nadel JA.
Prosedure in Respiratory Medicine.W.B. Saunders Company.
Philadelphia, 2002; 345-451.
Grippi MA, Tino G. Pulmonary Function Testing. In; Fishman AP, Elias JA,
Fishman JA, Grippi MA, Senior RM, Pack AL. Pulmonary Disease and
disorders. Philadelphia. Mc Graw Hill.2000; 568-608
Guyton AC. Respiration: Medical Physiology, Tenth ed.Saunders. Philadelphia.
2005; 432 – 493.
50
Hancox B., Whyte K. In : Pocket Guide to Lung Function test. The McGraw-Hill
companies, Inc. Australia. 2001; 1-98.
Hyatt E, Enringht PL. Office Spirometry A Practical Guide to the selection and
Use of Spirometry. Philadelphia. Lea & Febiger; 1987:23-69; 195-200.
Kamal, N.M., 2015. Studi Tingkat Kualitas Udara Pada Kawasan Mall
Panatukang di Makasar. Universitas Hasanudin.
Levitzky MG. Pulmonary Physiology. 4th ed. New York: McGraw-Hill Inc.
Health Profession Division. 1995.p.265-78.
Majid. Racun Gas Karbon Monoksida. [online]. 2017 Agustus 16 [cited 2017
Agustus 16]; available from:
https://xa.yimg.com/kq/groups/9413146/.../name/Racun Gas Karbon
Monoksida.pdf
LAMPIRAN 1
Demikian penjelasan saya ini sampaikan, saya ucapkan terima kasih atas
kerjasamanya dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua.
LAMPIRAN 2
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No. Tlp :
LAMPIRAN 3
STATUS PENELITIAN
A. Identitas Pasien.
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Suku :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
No. Telepon :
No. RM :
B. Anamnesis.
Keluhan respiratorik :
Batuk +/-,
Keluhan Sistemik :
Keluhan Keterangan Selama
Demam +/-,
Anamnsis Tambahan :
Pemeriksaan
Hasil
Laboratorium
Darah lengkap
Faal hati
Faal ginjal
GDS
Lain-lain
Foto Toraks :
Pemeriksaan Spirometri:
EKG
i. Diagnosis.
j. Terapi.
(dr.Alan rifaza)
LAMPIRAN 4
IDENTITAS
1. Nama : dr. Alan Rifaza
2. NIP :-
3. Tempat tanggal lahir : Kisaran, 15 Juni 1986
4. Jenis Kelamin : Laki laki
5. Agama : Islam
6. Status perkawinan : Menikah
7. Alamat : Jl.Beringin V no.2A Medan
8. Hp : 082161266662
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SDN 060801 Tahun lulus 2008
2. SLTP Pertiwi Medan lulus tahun 2001
3. SMA Kartika I – 1 medan lulus tahun 2004
4. S1-Kedokteran Universitas Islam sumatera Utara, Tahun lulus 201
5. Profesi Dokter Universitas Islam sumatera Utara, Tahun lulus 2012
RIWAYAT PEKERJAAN
1. Dokter Jaga Klinik Aviati jl.Gaperta, Medan, Tahun 2013 – 2014
2. Dokter Jaga Klinik Krakatau, Medan, Tahun 2013
KETERANGAN KELUARGA.
1. Istri : Dessi Andayani
2. Anak : 1. Andisty Syahra Rifaza
2. Muhammad Rafianda Rifaza
3. Balqis Umayra Rifaza
PERKUMPULAN PROFESI
1. Organisasi IDI Cabang Medan, Tahun 2013- Sekarang
2. Anggota Muda PDPI Cabang Medan
TULISAN
1. Penanganan konservatif Piokylothorak dan pneumothhorak ec Tb paru.
Dan telah dipresentasikan di konas medan 2017.