Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK

DIAGNOSA MEDIS:
ASFIKSIA
(Di Ruang NICU Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

Oleh :
LELLI WIDIAWATI
NIM. 20192046011079

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
1.1 Definisi
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis. Bila proses
ini berlangsung jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian (Saifuddin,
2002). Menurut Sarwono 2007 asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak
dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang
timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Asfiksia adalah
keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Seringkali bayi yang
sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan.
Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi
selama atau sesudah persalinan (JNPK-KR, 2008). Menurut Jitowiyono, Sugeng, 2010
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Asfiksia adalah keadaan bayi tidak menangis setelah lahir
yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin
meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Tujuan tindakan perawatan terhadap bayi asfiksia adalah melancarkan kelangsungan
pernafasan bayi yang sebagian besar terjadi pada waktu persalinan (Manuaba, 2010)
2.1 Etiologi
Hipoksia janin yang dapat menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena
gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terjadi gangguan
dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan Ini dapat berlangsung
secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan atau secara
mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. (Wiknjosastro, 2010,
hal.709).
Hipoksia janin dapat merupakan akibat dari :
a. Oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama anestesi,
penyakit jantung sianosis gagal pernafasan, atau keracunan karbonmonoksida.
b. Tekanan darah ibu yang rendah akibat hipotensi, yang dapat merupakan komplikasi
anestesi spinal atau akibat kompresi vena cava dan aorta pada uterus gravid.
c. Relaksasi uterus tidak cukup memberikan pengisian plasenta akibat adanya tetani
uterus, yang disebabkan oleh pemberian oksitosin berlebih-lebihan.
d. Pemisahan plasenta premature.
e. Sirkulasi darah melalui tali pusat terhalang akibat adanya kompresi atau pembentukan
simpul pada tali pusat.
f. Vasokonstriksi pembuluh darah oleh kokain.
g. Insufisiensi plasenta karena berbagai sebab, termasuk toksemia dan pasca maturitas.
(Nelson, 2000, hal 581)

3.1 Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia
dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor
ini yang berperan pada kejadian asfiksia.
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap
nervus vagus sehingga DJJ (Denyut Jantung Janin) menjadi lambat. Jika kekurangan
O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini
rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler
dan menghilang.
Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat
banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis.
Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan
akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang
secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi
akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah
bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama
makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder,
denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi
sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya
pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan
buatan dan pemberian tidak dimulai segera. (Aziz, 2010)
 Pathway

Persalinan lama, lilitan


Peralisis pusat Faktor lain : anestasi,
tali pusat, presentasi
pernafasan obat-obatan narkotik
janin abnormal

Asfiksia

Janin kekurangan O2 dan Paru-paru terisi


kadar CO2 meningkat cairan

Nafas Suplai O2 Suplai O2 Bersihan


cepat keparu dalam jalan
darah nafas
Pola tidak
Apneu napas efektif Gangguan
tidak Kerusaka Resiko metabolisme &
efektif n otak termogulasi perubahan asam
tidak basa
DJJ & efektif
TD Kematian
bayi Asidosis
respiratorik
Janin tidak
bereaksi Berduka Resiko
terhadap cedera
rangsangan Gangguan
perfusi ventilasi

Gangguan
pertukaran gas
4.1 Tanda Gejala Serta Diagnosa
a. Asfiksia ringan
1) Takipnea dengan napas >60x/menit.
2) Bayi tampak sianosis.
3) Adanya retraksi sela iga.
4) Bayi merintih.
5) Adanya pernapasan cuping hidung.
6) Bayi kurang aktif
7) Dari pemeriksaan auskultasi deperoleh hasil ronchi, rales, dan wheezing positif
b. Asfiksia sedang
1). Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit.
2). Usaha napas lambat
3). Adanya pernapasan cuping hidung
4). Adanya retraksi sela iga
5). Tonus otot dalam keadaan baik/lemah
6). Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan namun tampak
lemah
7). Bayi tampak sianosis
8). Tidak terjadi kekurangn oksigen yang bermakna selama proses persalinan
c. Asfiksia berat
1). Frekuensi jantung kecil, yaitu <40x/menit
2). Tidak ada usaha na Adanya retraksi sela igaas
3). Tonus otot lemah bahkan hamper tidak ada
4). Bayi tidak dapit memberikan reaksi jika diberi rangsangan
5). Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
6). Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan.
4.1 Klasifikasi
a. Asfiksia Ringan
Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
b. Asfiksia Sedang
Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi detak jantung lebih
dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
c. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek
iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung
menghilang post partum pemeriksaan fisik sama asfiksia berat (Kamarullah, 2005).
Cara menilai tingkatan APGAR score menurut Utomo (2006) adalah dengan :
1). Menghitung frekuensi jantung.
2). Melihat usaha bernafas.
3). Menilai tonus otot.
4). Menilai reflek rangsangan.
5). Memperlihatkan warna kulit.
Di bawah ini adalah tabel untuk menentukan tingkat derajat asfiksia yang dialami
bayi:
Tanda tanda vital Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Tubuh
Seluruh
Appearance kemerahan Seluruh tubuh
tubuh biru
(warna kulit) Ekstermitas kemerah-merahan
atau putih
biru
Pulse
< 100 x/
(Frekuensi jantung) Tidak ada > 100 x/ menit
menit
Grimance
(reflek) Tidak ada Menyeringai Batuk/Bersin/Menangis

Activity Fleksi
Tidak Ada
(tonus otot) ekstremitas Fleksi kuat, gerak aktif
Gerakan
(Lemah)
Lambat atau
Respiration Menangis kuat atau
Tidak ada tidak teratur
(pernapasan) keras
(Merintih)

Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir
dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai
30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor
Apgar) Sumber : Utomo, (2006).
5.1 Penilaian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan
resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien akan efektif berlangsung melalui rangkaian
tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting,
yaitu :
a. Penafasan
b. Denyut jantung
c. Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat
keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan
bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar
pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).

6.1 Penatalaksanaan Medis


Menurut Hidayat (2005), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan asfiksia, antara
lain :
a. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)
1). Bayi dibungkus dengan kain hangat
2). Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut.
3). Bersihkan badan dan tali pusat.
4). Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam inkubator.
b. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)
1). Bersihkan jalan napas.
2). Berikan oksigen 2 liter per menit.
3). Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belum ada
reaksi,bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag).
4). Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat
7,5%sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan melalui vena
umbilikus secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra kranial
meningkat.
c. Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)
1). Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui lambubag.
2). Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
3). Bila tidak berhasil lakukan ETT (Endotracheal Tube).
4). Bersihkan jalan napas melalui ETT (Endotracheal Tube).
5). Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.
7.1 Penatalaksanaan Asfiksia
a. Langkah awal
1). Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering dan
hangat untuk melakukan pertolongan.
2). Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah tengadah/sedikit ekstensi
atau mengganjal bahu bayi dengan kain)
3). Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia Bersihkan jalan nafas
dengan ketentuan sebagai berikut :
a). Bila air ketuban jernih (tidak bercampur mekonium), hisap lendir pada mulut
baru pada hidung.
b). Bila air ketuban bercampur dengan mekonium, mulai mengisap lendir setelah
kepala lahir (berhenti seberi tar untuk menghisap lendir di mulut dan hidung).
Bila bayi menangis, nafas teratur, lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila
bayi mengalami depresi, tidak menangis, lakukan upaya maksimal untuk
membersihkan jalan nafas dengan jalan membuka mulut lebar-lebar dan
menghisap lendir lebih dalam secara hati-hati.
c). Menilai bayi dengan melihat usaha nafas, denyut jari tung dan warna kulit
kemerahan, lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi tidak menangis
atau megap-megap, warna kulit biru atau pucat denyut jari tung kurang dan
100 xlme4it, lanjutkan langkah resusitasi.
b. Langkah resusitasi
1). Sebelumnya periksa dan lakukan bahwa alat resusitasi (baton resusitasi dan
sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik (lakukan test untuk baton dan
sungkup muka)
2). Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau memeriksa bayi
3). Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali muka dan dada bagian
atas, kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang hangat.
4). Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala berada dalam posisi tengadah
5). Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga terbentuk
6). semacam tautan sungkup dan wajah.
7). Tentukan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan semua jari tangan
(tergantung pada ukuran balon resusitasi)
8). Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak dua kali dan
periksa gerakan dinding dada
9). Bila pertautan baik ( tidak bocor) dan dinding dada mengembang maka lakukan
ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tidak ada atau tersedia oksigen guna
udara ruangan)
10). Perhatikan kecepatai ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik, dengan tekanan yang
tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun) selama ventilasi
11). Bila dinding dada tidak naik-turun dengan baik berarti ventilasi berjalan secara
adekuat.
12). Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi atau terjadi
kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang
Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik kemudian lakukan penilaian
segera tentang upaya bernafas spontan dan warna kulit:
a). Bila frekwensi nafas normal (30-60 x/menit), hentikan ventilasi, lakukan
kontak kulit ibu-bayi, lakukan asuhan normal bayi barn lahir (menjaga bayi
tetap hangat, mulai memberikan ASI dm1 dan mencegah infeksi dan
imunisasi)
b). Bila bayi belum bernafas spontan ulangi lagi ventilasi selama 2 x 30 detik atau
60 detik kemudian lakukan penilaian ulang.
c). Bila frekwensi nafas menjadi normal (30-60 x/menit) hentikan ventilasi
lakukan kontak kulit it lakukan asuhan normal bayi barn lahir.
d). Bila bayi bernafas, tetapi terlihat retraksi dinding dada, lakukan ventilasi
dengan menggunakan oksigen (bila tersedia)
e). Bila bayi tidak bernafas, megap-megap, teruskan bantuan pernafasan dengan
ventilasi.
f). Lakukan penilaian setiap 30 detik dengan menilai usaha bernafas denyut jari
tung dan warna kulit
g). Jika bayi tidak bernafas secara teratur setelah ventilasi 2-3 menit, rujuk ke
fasilitas pelayanan perawatan bayi resiko tinggi.
h). Jika tidak ada nafas sama sekali dan tidak ada perbaikan frekwensi denyut jari
tung bayi setelah ventilasi selama 20 menit, hentikan ventilasi, bayi
dinyatakan meninggal (jelaskan kepada keluarga bahwa upaya pertolongan
gagal) dan beri dukungan emosional pada keluarga.
ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA

A. Pengkajian
1. Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa, jumlah
saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena
berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.
2. Keluhan Utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi belakang
kaki atau sungsang
4. Kebutuhan dasar
a. Pola Nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ tubuh terutama
lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan untuk mencegah terjadinya
aspirasi pneumonia
b. Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena organ tubuh terutama
pencernaan belum sempurna
c. Kebersihan diri
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat b.a.b
dan b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti popoknya
d. Pola tidur
Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak nafas,
pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium pertama.
b. Tanda-tanda Vital
Pada umunya terjadi peningkatan respirasi
b. Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis
c. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung, sutura
belum menutup dan kelihatan masih bergerak
d. Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya
e. Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan cuping
hidung.
f. Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekwensi pernafasan
yang cepat
g. Neurology / reflek
Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)
6. Gejala dan tanda
a. Aktifitas; pergerakan hyperaktif
b. Pernafasan ; gejala sesak nafas Tanda : Sianosis
c. Tanda-tanda vital; Gejala hypertermi dan hipotermi Tanda : ketidakefektifan
termoregulasi.
ANALISA DATA

No Tgl DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: Surfaktan menurun Pola napas tidak efektif
- Dispnea 
DO : Janin tidak dapat menjaga rongga paru tetap
- Penggunaan otot Mengembang
bantu pernapasan 
- Fase ekspirasi Usaha inspirasi lebih kuat
memanjang 
Pola napas - Sukar bernapas
abnormal(mis, - Dispnea
takipnea, bradipnea, - Retraksi dinding dada
hiperventilasi, - Kelelahan
kussmaul, cheyne- - Pernapasan cuping hidung
stokes)

MK : pola nafas tidak efektif

DS: Surfaktan ↓ Gangguan pertukaran gas


- Dispnea 
DO : Tegangan permukaan alveolus ↑
- PCO2 
meningkat/menurun Ketidakseimbangan infasi saat inspirasi
- PO2 menurun 
- Takikardia Kolaps alveoli
- pH arteri meningkat/ 
menurun Gangguan ventilasi pulmonal
- Bunyi napas
tambahan Hipoksia Retensio CO2 Peningkatan
  pulmonary
Kerusakan endotel Asidosis vaskular resistance
dan epitel duktus respiratorik 
arteriousus  Hipoperfusi
 Vasokonstriksi jaringan paru
Transudasi alveoli  
 Penurunan Menurunkan aliran
Pembentukan
sirkulasi paru dan darah pulmonal
fibrin
perfusi alveolar

Membran hialin
melapisi alveoli Gangguan
pertukaran gas
DS: Resiko Ikterik
Bayi belum cukup
- Bayi berusia 37 neonatus
bulan
minggu
Fungsi hepar belum
stabil

Resiko jaundice

Resiko Ikterik
neonatus
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No.
Tgl SDKI SLKI SIKI
DX
Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatn Manajemen Jalan Napas (1.01012)
berhubungan dengan hambatan selama 1 x 24 jam pola napas membaik Observasi :
upaya napas (mis, nyeri saat (L.01004).  Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
bernapas, kelemahan otot Kriteria hasil : usaha napas)
pernapasan) (D.0005) 1. Tekanan inspirsi Meningkat  Monitor bunyi napas tambahan (mis, gurgling,
2. Tekanan ekspirasi Meningkat mengi, wheezing, ronkhi kering)
3. dispnea Menurun Terapeutik :
4. Frekuensi napas Membaik  Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
5. Kedalaman napas Membaik detik
 Berikan oksigen, jika perlu
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan Respirasi (1.01014)
berhubungan dengan selama 1 x 24 jam pertukaran gas meningkat Observasi:
ketidakseimbangan ventilasi- (L.01003)  Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
perfusi (D.0003) Kriteria Hasil: upaya napas
1. Tingkat kesadaran Meningkat  Monitor pola napas (seperti bradipnea,
2. Dispnea Menurun takipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-
3. Bunyi napas tambahan Menurun stokes, biot, ataksik)
4. Sianosis Membaik  Monitor adanya sumbatan jalan napas
5. Pola napas Membaik  Auskultasi bunyi napas
6. Warna kulit Membaik  Monitor saturasi oksigen
Terapeutik :
 Atur interval pemantuan respirasi sesuai
kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemamtauan
Edukasi :
 Informaskan hasil pemantauan

Resiko Ikterik neonatus dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan neonatus (1.03132)
faktor resiko kesulitan transisi selama 1 x 24 jam integritas kulit dan Obervasi :
kehidupan ekstra uterin jaringan meningkat (L.01006)  Identifikasi kondisi awal bayi setelah lahir
(D.0035) Kriteria Hasil: (mis, kecukupan bulan, air ketuban jernih, atau
1. Elastisitas Meningkat bercampur meconium, menangis spontan,
2. Suhu kulit Membaik tonus otot)
3. Sensasi Membaik  Monitor tanda vital bayi (terutama suhu)
4. Tekstur Membaik Terapeutik :
 Lakukan inisiasi menyusui dini (IMD) segera
setelah bayi lahir
 Berikan vitamin K 1 mg intramuskuler untuk
mencegah perdarahan
 Selimuti untuk mempertahankan kehangatan
dan mencegah hipotermia
 Ganti popok segera jika basah
Edukasi :
 Anjurkan ibu menyusui bayi setiap 2 jam
Anjurkan ibu mencuci tangan sebelum
menyentuh bayi.
FORMAT PENGKAJIAN NEONATUS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
STASE : KEPERAWATAN ANAK

Nama mahasiswa : Lelli Widiawati Tanggal Praktek :


NIM : 201920461011079 Paraf :
Ruang : NICU
Tanggal Pengkajian : ( …………………………………………)

I. IDENTITAS DATA
Nama :By. Ny A
Tempat/tanggal lahir : …………………………………………………………………………………………………………………………………
Nama Ayah/Ibu : …………………………………………………………………………………………………………………………………
Pekerjaan Ayah : ……………………………………………………………………

Pendidikan Ayah : ……………………………………………………………………

Pekerjaan Ibu : ……………………………………………………………………

Pendidikan Ibu : ……………………………………………………………………

Alamat/No. Telepon :
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………

Kultur : ……………………………………………………………………

Agama : ……………………………………………………………………

II. KELUHAN UTAMA/ narasi ibu


Ny.A berusia 43 tahun dibawa kerumah sakit dengan keluhan perut kontraksi semakin
lama semakin sering. Diketahui Ny. A sedang hamil dan usia kehamilan 37 minggu
yang merupkan kehamilan ke dua, Ny. A mempunyai riwayat hipertensi. TD 180/120
mmHg, RR: 24 x/menit, Nadi : 110x/menit suhu: 37,5 ᵒC, ketuban belum pecah
III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
III.1 Prenatal
 Jumlah kunjungan : …………………………………………………………………
 Bidan/Dokter : …………………………………………………………………….
 Penkes yang didapat :
…………………………………………………………………………………………………………………….

 .HPHT : ………………………………………………………………………………………………………….
 Kenaikan BB selama Hamil : …………………………………………………………………………………………
 Komplikasi kehamilan : ……………………………………………………
 Komplikasi Obat : ……………………………………………….
 Obat-obatan yang didapat : ………………………………………………………
 Riwayat Hospitalisasi : ……………………………………………
 Golongan darah ibu : ………………………………………..
 Pemeriksaan kehamilan / Maternal screening
( ) Rubelle ( ) Hepatitis ( ) CMV
( ) GO ( ) Herpes ( ) HIV
( ) Lain-lain, sebutkan ………………………………………………………..
III.2 Natal
 Awal Persalinan : ………………………………………………………….
Lama Persalinan : ………………………………………………
Komplikasi persalinan : …………………………………………………………….
Terapi yang diberikan : ……………………………………………………………
Cara melahirkan
( ) pervaginam ( √ ) Caesar ( ) Lain-lain, sebutkan ………………..
 Tempat melahirkan :
( ) Rumah bersalin ( ) Rumah ( √ ) Rumah Sakit
III.3 Postnatal
 Usaha Nafas
( √ ) dengan bantuan
( ) tanpa bantuan
 Kebutuhan resusitasi
o Jenis dan lamanya dari 1 dan 5 menit …………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

o Skor Apgar : menit pertama 4 menit ke 5 apgar 8


 Obat-obat yang diberikan pada neonatus
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……….

 Interaksi orang tua dengan bayi


o Kualitas : ………………………………………………………………………………………………………………………………
o Lamanya : ………………………………………………………………………………………………………………………………..
 Trauma lahir
(
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………….

RIWAYAT KELUARGA
a. Sosial Ekonomi
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

b. Penyakit keluarga
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

c. Genogram (Gambarkan minimal 3 generasi)

IV. RIWAYAT SOSIAL


1. Sistem pendukung / keluarga yang dapat dihubungi
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

2. Hubungan orang tua dengan bayi


Ibu Ayah
Menyentuh
Memeluk
Berbicara
Berkunjung
Kontak mata
3. Anak yang lain
Jenis Kelamin Anak Riwayat persalinan Riwayat Imunisasi
4. Lingkungan rumah
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

5. Problem sosial yang penting


( ) Kurangnya sistem pendukung sosial
( ) Perbedaan bahasa
( ) Riwayat penyalahgunaan zat aditif ( obat-obatan )
( ) Lingkungan rumah yang kurang memadai (sosial)
( ) Keuangan
( ) Lain-lain, sebutkan
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……

V. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa medis.
Asfiksia
2. Tindakan operasi
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……

3. Status Nutrisi
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……

4. Status Cairan
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……

5. Obat-obatan
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……

6. Aktivitas
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……

7. Tindakan Keperawatan yang telah dilakukan


………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……

8. Hasil Laboratorium
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……

9. Pemeriksaan Penunjang
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……

10. Lain-lain
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……

VI. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum:
Tingkat kesadaran : ………………………………………………
Tanda vital Nadi : ……………………… Suhu : ……………………… RR : ……………………… TD :
………………………

Saat lahir Saat ini


1. Berat Badan 1300 gram
2. Panjang Badan 40 cm
3. Lingkar Kepala 30 cm
4. lingkar dada

Beri tanda ( cek ) pada istilah yang tepat dari data-data dibawah ini. Gambarkan semua
temuan abnormal secara obyektif, gunakan kolom komentar bila perlu.
1. Reflek Moro
( ) Moro ( ) Menggenggam ( ) Menghisap
2. Tonus / aktivitas
a. ( ) Aktif ( ) tenang ( ) Letargi ( ) Kejang
b. ( ) Menangis keras ( √ ) Lemah ( ) Melengking ( ) Sulit menangis
3. Kepala / leher
a. Fontanel Anterior
( √ ) Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( ) Menonjol ( ) Cekung
b. Sutura sagitalis
( √ ) Tepat ( ) Terpisah ( ) menjauh
c. Gambaran wajah
( √ ) Simetris ( ) Asimetris
d. Molding
( ) Caput Succedaneum ( ) Chepalohematoma
4. Mata
( √ ) Bersih ( ) Sekresi …………………………………………………………………………………………….
5. THT
a. Telinga
( √ ) Normal ( ) Abnormal
b. Hidung
( ) Bilateral ( ) Obstruksi ( √ ) Cuping Hidung
c. Palatum
( √ ) Normal ( ) Abnormal
6. Abdomen
a. ( √ ) Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( ) Kembung
b. Lingkar perut : cm
c. Liver : ( ) kurang dari 2 cm ( ) Lebih dari 2 cm
7. Thoraks
a. ( √ ) Simetris ( ) Asimetris
b. Retraksi : ( ) derajat 1 ( ) derajat 2 ( ) derajat 3
c. Klavikula : ( ) Normal ( ) Abnormal
8. Paru-paru
a. Suara nafas : ( ) Sama kanan kiri ( ) Tidak sama kanan kiri
( ) Bersih ( ) Ronchi ( ) Rales ( ) sekret
b. Bunyi nafas
( ) terdengan di semua lapang paru ( ) tidak terdengar ( √ ) menurun
c. Respirasi
( ) Spontan , jumlah : ………..x/menit
( ) Sungkup/boxhead, jumlah : …………x/menit
( ) Ventilasi assisted CPAP
9. Jantung
a. ( ) Bunyi Normal Sinus Rytme ( NSR ) , jumlah : …………..x/menit
( ) Mur-mur ( ) Lain-lain, sebutkan…………………………………….
b. Waktu pengisian kapiler, Batang tubuh : ………………………………………
Ektrimitas : ……………………………………….
c. Nadi perifer
Berat Lemah Tidak ada
Brachial kanan
Brachial kiri
Femoral kanan
Femoral kiri
10. Ekstrimitas
a. ( ) Semua ekstrimitas gerak ( √ ) ROM terbatas ( ) tidak dapat dikaji
b. Ekstrimitas atas dan bawah ( ) Simetris ( ) Asimetris
11. Umbilikus : (√ ) Normal ( ) Abnormal ( ) Inflamasi ( ) Drainage
12. Genital : ( √ ) Normal ( ) Abnormal ( ) Ambivalen
13. Anus : ( √ ) Paten ( ) Imperforata
14. Spina : (√ ) Normal ( ) Abnormal
15. Kulit
a. Warna : ( ) Pink ( ) Pucat ( ) Jaundice
b. ( ) Rash / kemerahan
c. ( ) tanda lahir
16. Suhu
a. Lingkungan
( ) Penghangat radian ( ) Pengaturan suhu
( ) Inkubator ( ) Suhu ruang ( ) Boks terbuka
b. Suhu kulit : ……………………………………………………………………
KOMENTAR :
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..…………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………..………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………….

VII. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


1. Kemandirian dan bergaul
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………

2. Motorik halus
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………

3. Kognitif dan bahasa


…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………

4. Motorik kasar
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………

KESIMPULAN PERKEMBANGAN
( ) Menangis bila tidak nyaman
( ) Membuat suara tenggorok yang pelan
( ) Memandang wajah dengan sungguh-sungguh
( ) Mengeluarkan suara
( ) Berespon secara berbeda terhadap obyek yang berbeda
( ) Dapat tersenyum
( ) Menggerakkan kedua lengan dan tungkai sama mudahnya ketika telentang
( ) Memberikan reaksi dengan melihat ke arah sumber cahaya ( misalnya dari lampu
senter yang digerakkan ke kiri & kanan )
( ) Mengoceh dan memberikan reaksi terhadap suara
( ) Membalas senyuman

VIII. INFORMASI LAIN


…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………..………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………

IX. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN


…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………..…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………..……………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………
XIV. ANALISA DATA
No Tgl DATA ETIOLOGI MASALAH
DS: Surfaktan menurun Pola napas tidak
- Dispnea  efektif
DO : Janin tidak dapat menjaga rongga paru tetap
- Penggunaan otot Mengembang
bantu pernapasan 
- Fase ekspirasi Usaha inspirasi lebih kuat
memanjang 
- Pola napas - Sukar bernapas
abnormal(mis, - Dispnea
takipnea, bradipnea, - Retraksi dinding dada
hiperventilasi, - Kelelahan
kussmaul, cheyne- - Pernapasan cuping hidung
stokes

MK : pola nafas tidak efektif

DS: Resiko Ikterik


- Bayi berusia 37 Bayi belum cukup neonatus
minggu. bulan
- Sianosis
- Lemak subkutan Fungsi hepar belum stabil
tipis

Resiko jaundice

Resiko Ikterik neonatus


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No.
Tgl SDKI SLKI SIKI
DX
Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatn Manajemen Jalan Napas (1.01012)
berhubungan dengan hambatan selama 1 x 24 jam pola napas membaik Observasi :
upaya napas (mis, nyeri saat (L.01004).  Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
bernapas, kelemahan otot Kriteria hasil : usaha napas)
pernapasan) (D.0005) 1. Tekanan inspirsi Meningkat  Monitor bunyi napas tambahan (mis, gurgling,
2. Tekanan ekspirasi Meningkat mengi, wheezing, ronkhi kering)
3. dispnea Menurun Terapeutik :
4. Frekuensi napas Membaik  Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
5. Kedalaman napas Membaik detik
 Berikan oksigen, jika perlu
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Resiko Ikterik neonatus dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan neonatus (1.03132)
faktor resiko kesulitan transisi selama 1 x 24 jam integritas kulit dan Obervasi :
kehidupan ekstra uterin jaringan meningkat (L.01006)  Identifikasi kondisi awal bayi setelah lahir
(D.0035) Kriteria Hasil: (mis, kecukupan bulan, air ketuban jernih, atau
1. Elastisitas Meningkat bercampur meconium, menangis spontan,
2. Suhu kulit Membaik tonus otot)
3. Sensasi Membaik  Monitor tanda vital bayi (terutama suhu)
4. Tekstur Membaik Terapeutik :
 Lakukan inisiasi menyusui dini (IMD) segera
setelah bayi lahir
 Berikan vitamin K 1 mg intramuskuler untuk
mencegah perdarahan
 Selimuti untuk mempertahankan kehangatan
dan mencegah hipotermia
 Ganti popok segera jika basah
Edukasi :
 Anjurkan ibu menyusui bayi setiap 2 jam
Anjurkan ibu mencuci tangan sebelum
menyentuh bayi.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Dx.
Tgl. Implementasi Tgl. Evaluasi Paraf Perawat
Kep No
1. Manajemen Jalan Napas (1.01012) S: masih merintih dan sianosis
 Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
usaha napas) O:
- Bayi merintih dan adanya dengkuran 1. Tingkat kesadaran Meningkat
 Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 2. Sianosis Sedang
detik - Bayi masih sianosis
 Memberikan oksigen, jika perlu 3. Frekuensi napas Sedang
- Bayi mendengkur

A: intervensi belum teratasi

P: lanjutkan intervensi
2. Perawatan neonatus (1.03132) S: kehamilan berusia 37 minggu, melahirkan
 Mengidentifikasi kondisi awal bayi setelah lahir secara sesar dan bayi tidak menangis spontan
(mis, kecukupan bulan, air ketuban jernih, atau
bercampur meconium, menangis spontan, tonus O:
otot) 1. Elastisitas Sedang
- Bayi tidak menangis dengan spontan 2. Suhu kulit Cukup
 Memonitor tanda vital bayi (terutama suhu) membaik
 Melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) segera 3. Sensasi Cukup
setelah bayi lahir - Tonus otot lemah dan membaik
 Memberikan vitamin K 1 mg intramuskuler gerak terbatas, lemak
untuk mencegah perdarahan subkutan tipis
 Menyelimuti untuk mempertahankan - BB 1300 gr
kehangatan dan mencegah hipotermia - Panjang tubuh 40 cm
 Menganti popok segera jika basah 4. Tekstur Membaik
 Menganjurkan ibu menyusui bayi setiap 2 jam
 Mengajurkan ibu mencuci tangan sebelum A: intervensi belum teratasi
menyentuh bayi.
P: lanjutkan intervensi
ANALISIS JURNAL EBN
I. Hima B. John,BOT,MSc. Charis Suraj, BOT. Sanjeev M. Padankatti, BSc, BOT, MOT.
Tunny Sebastian, MSc. Earnest Rajapandian, BOT, MA. 2018. Nonnutrive Sucking at the
Mother’s Breast Facilitates Oral Feeding Skill in Premature Infants. Volume 00 Number
00.
Bayi prematur mengalami kesulitan dalam transisi unutuk menyusui, target dari intervensi
jurnal ini ialah untuk mendukung pemberian ASI pada bayi prematur.
 Kriteria inklusi : bayi usia kehamilan 32 minggu atau berat badan bayi 1250 gram
Terdapat 2 kelompok:
 Kelompok 1 (kelompok kontrol): bayi menerima intervensi hanya menghisap jari hal
ini merupakan standar perawatan di NICU, dan menghisap dot nonnutritive.
 Kelompok 2 (kelompok eksperimen) : mendapatkan perawatan standar, bayi
difasilitasi untuk menyusu pada payudara ibu. Selama 5 sampai 10 menit 3 kali sehari.
Intervensi ini dimulai setelah ibu nyaman memegang bayi dengan bantuan perawat.
Semua bayi dipantau melalui neonatal pulse oximetry selama intervensi.
 Kesimpulan dari kedua intervensi tersebut yaitu pada kedua kelompok didorong untuk
menyusui secara eksklusif, dan memberikan pengalaman makan nonnutritive untuk
bayi prematur tanpa mengganggu asupan gizi dan dapat meningkatkan ketrampilan
makan memalalui mulut dan meningkatkan perilaku menyususi.
II. Ardell S. Offringa M. Ovelman C. Soll R. 2018. Prophylactic Vitamin K For The
Prevention Of Vitamin K Deficiency Bleeding In Preterm Neonates (Review). Issue 2
No.CD008342
Vitamin K diperlukan untuk sintesis koagulasi dalam hati. Bayi baru lahir sangat
membutuhkan vitamin K dikarenakan vitamin K melalui plasenta sangat rendah dengan
tingkat vitamin K sering di bawah batas deteksi 0,02 ng/Ml bayi baru lahir dengan
keadaan sehat.
 Kriteria inklusi: usia kehamilan <32 minggu
 Kriteria eksklusi : perdarahan janin intrakranial, antipaltelet antibodi maternal,
pengobatan ibu dengan dikenal antagonis vitamin K, anomali kongenital utama.
 Intervensi keperawatan
Bayi yang memenuhi syarat secara acak menerima sala satu dari 3 rejimen profilaksis
vitamin K dengan dosis (0,5 mg IM, 0,2 mg IM, 0,2 mg IV). Untuk membandingkan
kedua kelompok yang menerima IM vitamin K untuk kelompok tunggal yang
menerima IV vitamin K dengan dosis (0,2 mg IM (N=34)), dosis IV 0,2 mg (N=33)
serta 0,5 mg IM (N=31) dan dosis IV 0,2 mg (N=33).
 Kesimpulan :
Tidak ada berbedaan yang signifikasn untuk kadar vitamin K pada kelompok 0,2 mg
IV jika dibandingkan dengan bayi yang menerima 0,2 atau 0,5 mg vitamin K melalui
IM.
DAFTAR PUSTAKA

Ardell S. Offringa M. Ovelman C. Soll R. 2018. Prophylactic Vitamin K For The


Prevention Of Vitamin K Deficiency Bleeding In Preterm Neonates (Review). Issue
2 No.CD008342
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi. 8. Jakarta:
EGC.
Dewi, Vivian. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika
Hidayat, Aziz. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta
Hima B. John,BOT,MSc. Charis Suraj, BOT. Sanjeev M. Padankatti, BSc, BOT,
MOT. Tunny Sebastian, MSc. Earnest Rajapandian, BOT, MA. 2018. Nonnutrive
Sucking at the Mother’s Breast Facilitates Oral Feeding Skill in Premature
Infants. Volume 00 Number 00.
PPNI. 2016. Standar Diagnose Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik edisi 1 Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik edisi 1 Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik edisi 1 Jakarta: DPP PPNI.
Rahayu, Sri Dedeh. 2009. Asuhan Keperawatan Anak dan neonatus. Jakarta: Salemba
Medika
Sarwono Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: EG

Anda mungkin juga menyukai