Anda di halaman 1dari 17

Tahap I

1. Rencana Awal

Gigi 46 : dilakukan penambalan jaringan karies, tujuannya untuk melindungi dentin dan
pulpa & mencegah pemotongan dinding aksial yang terlalu besar di daerah karies
menggunakan bahan tambalan semen ionomer kaca. Semen ionomer kaca melekat secara
kimiawi pada jaringan gigi dan dapat diasah setelah kira-kira setengan jam.

Gigi 45 : missing, dibuatkan gigi tiruan

2. Rencana akhir

- Disain bridge yang akan dibuatkan yaitu : Fixed-fiexd bridge

- Gigi 45 yang missing diindikasikan untuk dibuatkan 3 unit fixed-fixed bridge


dengan menggunakan abutment pada gigi 46 dan 44 dari bahan porselen fuse
to metal.

- Pada gigi 46 : setelah penambalan , akan dibuatkan full crown extra corona
retainer dengan bahan porselen fused to metal

- Pada gigi 44 : keadaan gigi migrasi, oklusi normal, akan dibuatkan full crown
extra corona retainer, dengan mengambil sedikit bagian mahkota yang
mengarah ke distal dan melebihkan bagian mahkota ke arah mesial untuk
mengkoreksi diastema.

- Jenis pontik yang akan digunakan adalah ridge laps pontik dengan bahan
porselen fused to metal

- Membuat cetakan studi model:


Sendok cetak : perforated stock tray no.1

Bahan cetak : Alginate

Metode mencetak : mucostatik

Tahap II :

Preparasi gigi 46 untuk dibuatkan full crown extra korona

Lagkah-langkah preparasinya yaitu :

Langkah I : Anestesi lokal agar tidak ngilu saat preparasi.

Mengurangi permukaan mesial dan distal, gunakan bur intan untuk


membuat chamfer, dimulai pada marginal ridge. Jurusan pemotongan
harus sesuai dengan arah jurusan masuk mahkota. Penggerindaan ini
menghasilkan suatu permukaan dinding yang lurus rata sampai ke
permukaan gusi. Untuk mendapatkan retensi gesekan (trictional retention)
yang cukup. Permukaan-permukaan tersebut sebaiknya memiliki
kemiringan 5 derajat ke arah permukaan oklusal

Langkah II : Mengurangi permukaan bukal, menggunakan bur turpedo , penggerindaan


bertujuan untuk menghilangkan kecembungan permukaan bukal dan
undercut dan diperoleh bentuk chamfer. Rata-rata permukaan-permukaan
ini dikurangi 0,5 sampai 1 mm.

Langkah III : Pengurangan permukaan lingual , gunakan bur turpedo sampai diperoleh
bentuk chamfer. Bagian 2/3 gingiva dngan kemiringan 5 derajat, bagian
1/3 oklusal sebaiknya melengkung ke dalam untuk menyesuaikannya
dengan permukaan lingual.

Langkah IV: Mengurangi permukaan oklusal dengan bur intan bentuk buah pir pada
airotor dan buang substansi gigi 0,5 mm dari permukaan oklusal. Lingir
tepi dihilangkan seluruhnya tapi bila tidak permukaan yang dipreparasi
sebaiknya mengikuti konfigurasi tonjol aslinya.

Gambar 1.10 Preparasi full crown pada molar


1 bawah
Tahap III:

Preparasi gigi 44 (keadaan migrasi ke distal) untuk dibuatkan full crown extra corona
retainer

Langkah I : Anestesi Lokal pada gigi 44

Pengurangan permukaan distal lebih banyak karena bagian distal migrasi,


bertujuan untuk mendapatkan ruangan yang cukup untuk pontik dengan
menggunakan bur intan. Penggerindaan ini menghasilkan suatu permukaan
dinding yang lurus rata sampai ke permukaan gusi. Untuk mendapatkan retensi
gesekan (trictional retention) yang cukup.

Langkah II : Mengurangi permukaan bukal, menggunakan bur turpedo ,

Langkah III : Pengurangan permukaan lingual , gunakan bur turpedo sampai diperoleh
bentuk chamfer.

Langkah IV: Mengurangi permukaan oklusal dengan bur intan bentuk buah pir pada
airotor dan buang substansi gigi 0,5 mm dari permukaan oklusal. Lingir tepi
dihilangkan seluruhnya tapi bila tidak permukaan yang dipreparasi sebaiknya
mengikuti konfigurasi tonjol aslinya.

Tahap IV :

Pengecekan hasil preparasi, Paralisme dinding aksial :

- Makin paralel makin kuat

- Pengerucutan preparasi dinding aksial 5-6 derajat


- Bila sudut > 6 derajat makin mudah lepas

- Bila sudut < 5 pada waktu penyemenan semen tidak dapat keluar

- Pengecekan sudut preparasi dilihat dg 1 mata

Tahap V:

Teknik Pencetakan / retraksi gingiva: periksa keadaan gigi & karingan lunak sekitarnya
harus sehat, bebas dari radang tepi preparasi harus rapi. Retraksi gingiva adalah Usaha
pendorongan gingiva gigi penyangga ke arah lateral dengan maksud agar tepi akhir
preparasi gigi dapat tercetak dengan baik.

Cara Retraksi gingiva:

1. Daerah preparasi keringkan

2. Benang direndam dengan bahan kimia selama 2 menit

3. Potong benang 5 cm seperti U

4. Tempatkan melingkar pada gigi penyangga

5. Tekan benang ke dalam celah gusi dengan plastis instrumen

6. Penekanan dimulai dari mesio-proksimal terus palatal akhirnya ke distal

7. Kembali ke permukaan bukal sampai mesio proksimal

8. Potong kelebihan benang.

Gambar 1.11 Retraksi gingiva


Tahap VI :

Pembuatan cetakan dari gigi yang telah dipreparasi untuk mendapatkan model kerja

Caranya:

1. Bahan cetak double impression dengan tenik one stage/ phase (direct)

- Putty (kotak) : aduk bahan putty, letakkan didasar sendok cetak yang
tujuannya untuk menstabilkan kedudukan sendok cetak didalam mulut,
ambil perbandingan 1:1 rubber base : katalis lalu aduk hingga warna
berubah hijau, lalu letakkan pada dasar sendok cetak dan pada daerah
yang telah dipreparasi harus dicekungkan untuk menyediakan bahan
yang kedua.

- Aduk light body, setelah homogen, masukkan kedalam injeksi


kemudian injeksikan ke gigi yang telah dipreparasi pada mulut pasien,
sisanya pada bagian yang dicekungkan tadi.

- Kemudian cetakkan kedalam mulut pasien

- Cor cetakan dengan hard stone.

2. Bahan double impression dengan teknik two phase

- Aduk bahan putty sampai homogen letakkan ke sendok cetak, setelah


rata masukkan ke dalam mulut pasien tanpa melepas crown sementara.
Pada bagian anterior gigi yang dipreparasi tidak perlu dicekungkan.
Setelah mengeras ambil sendok cetak tersebut dari mulut pasien,
kemudian aduk light body yang terdiri dari basa dan katalis, setelah
homogen masukan ke dalam injeksi kemudian injeksikan ke gigi yang
telah dipreparasi tadi. Masukkan cetakan putty tadi ke dalam mulut.
Setelah keras keluarkan dari mulut pasien.

Tahap VII :

Pemilihan warna gigi : sesuai dengan warna gigi tetangga dengan bantuan pedoman
warna (shade guide) untuk menentukan value (tingkat warna gelap ke terang),
chroma(kepekatan warna), hue (merah atau kuning)

Tahap VIII:

Temporary bridge(Mahkota sementara)

Dilakukan wax up pada work model untuk proses Bridge. Setelah preparasi selesai, maka
pasien dipasangkan mahkota sementara. Selanjutnya lakukan wax up pada model kerja
untuk proses bridge, kemudian dilakukan pemilihan warna gigi yang sesuai dengan gigi
asli.

Jembatan sementara yang baik adalah mampu memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Pelindungan pulpa

2. Stabilitas kedudukan

3. Fungsi oklusal

4. Mudah dibersihkan
5. Tepi retainer yang tepat (tidak menyebabkan peradangan mukosa)

6. Kekuatan dan retensi

7. Estetis (terutama pada gigi depan)

Bahan : ethil metacrylate, epimine resin, methyl metacrilate

Cara pembuatan:

1. Direct ; lebih dari 1 x kunjungan

Cetak gigi sebelum preparasi, kemudian di preparasi, isi cetakan 1 dengan self curing
akrilik, masukkan catakan 1 ke dalam mulut (pada gigi yang dipreparasi)

2. Indirect : lebih dari 1 x kunjungan

Cetakan 1 isi dengan gips (model) , lalu preparasi , cetakan 2 (isi dengan gips/model 2) ,
lalu masukkan cetakan 1 pada model 2.

3. Penyemenan jembatan sementara : dengan semen zinc oxide eugenol yang cukup tebal.
Dicampur sedikit vaselin untuk mengurangi kekuatan semen dan akan mempermudah
pembongkaran kembali nantinya. Setelah penyemenan selesai, sisa-sisa semen
dihilangkan sebab dapat mengiritasi jaringan lunak.

Tahap IX :

Proses laboratorium

Pembuatan Die : bagian dari model kerja yang slicing untuk dapat dibuka dan
dipasangkan lagi pada model yang bertujuan untuk membuat mahkota terutama bagian
proksimal

Alat :

- Bowl dan spatula


- Strock tray

- Lekron

- Pin

- Jarum pentul

- Gergaji triplek

- Bur bulat

- Kuas kecil

- Mikromotor dan handpiece

- Pencil

Bahan :

- Bahan cetak rubber base

- Gips bentuk atau plaster of paris (gips type 1)

- Gips keras

- Vaselin

- Wax merah

Cara Kerja :

1. Pencetakan gigi yang telah dipreparasi dengan bahan rubber base (silicon).

2. Penentuan letak pin.

- Tandai lebar masing-masing gigi.


- Tusukkan jarum pentul pada posisi bukkal atau labial dan palatal atau
lingual gigi yang telah dipreparasi dengan posisi tegak lurus, tandai lebar gigi
(bagian proximal).

3. Pengisian gips keras (sampai linggir alveolar).

4. Penanaman pin (bentuk retensi lingkaran).

- Setelah gips keras, tanamkan pin. Posisi harus sejajar dengan jarum pentul.

- Sisa gips dibuat bulatan-bulatan kecil

- Gips mengeras, lepaskan jarum pentul dengan menggunakan bur bulat, buat
lekukan setengah lingkaran.

- Ambil wax merah (bulatkan), letakkan pada ujung pin.

- Olesi permukaan gigi dengan vaselin menggunakan kuas kecil.

5. Boxing dan pembuatan basis

- Dengan menggunalan base plate wax setelah cetakan di boxing.

6. Penggergajian

- Buat pola : garis dengan pensil pada model di sisi mesial dan distal gigi yang
diperbaiki

- Gergaji sampai batas gips keras

7. Trimming die

- Menggunakan bur bulat, trimming tepat di bawah servikal dengan


kedalaman 1 mm.
Pembuatan Model/ pola malam mahkota/ bridge & pembuatan pontik:

- Pembuatan pola malam (retainer dan pontik) diusahakan:

1. Kontak oklusal merata dengan gigi lawan

2. Pengurangan dimensi buko-palatal untu mengurangi beban kunyah (long span


bridge)

- Pembuatan pontik : dengan jenis ridge lap pontik dengan bahan kombinasi metal
keramik (porselen fused to metal), lalu siapkan kontak bentuk garis antara logam
dengan mukosa labial/bukal berbentuk cembung atau lurus, sifatnya self cleansing

Cara kerja :

1. Oleskan permukaan preparasi pada die dengan air sabun, tunggu sampai kering.

2. Panaskan malam.

3. Gunakan lekron untuk mengukir mahkota atau bridge.

4. Pada bridge bentuk pola pontik sesuai dengan bentuk anatomis gigi yang digantikan.

5. Lepaskan pola malam dari dai, letakkan pada model kerja. Pada bridge, dengan bantuan
sonde, sambungkan pontik dengan gigi penyangga.

6. Periksa hubungan dengan gigi tetangga, pola malam harus mencapai kontak yang baik.

7. Jika pola malam berkontak berlebihan maka untuk koreksinya taburkan bedak.

Prossesing Mahkota dan Bridge

1. Penanaman dalam Kuvet (Flasking)


Cara kerja :

- Model malam atau die ditanamkan di tengah kuvet bawah yang telah diisi
gips putih dengan bagian labial menghadap ke atas.

- Permukaan gips dihaluskan.

- Permukaan gips dan model malam diolesi vaselin sebagai separating


medium.

- Olesi model malam dengan gips menggunakan kuas, tunggu keras.

- Pasang kuvet atas dan isi dengan gips, dipres agar tidak lepas.

2. Mengeluarkan malam (Wax Elimination)

Cara kerja :

- Kuvet direbus utnuk mengeluarkan malam atau kuvet yang dipres dan gips
sudah mengeras, dibuka lalu wax dihilangkan dengan mengalirkan air panas.

- Setelah kuvet dibuka, wax harus sudah tidak ada lagi dalam permukaan gips.

- Dinginkan permukaan kuvet.

3. Pengisian aklirik (Packing)

- Ruangan cetakan model malam (mould) dan sekitarnya diolesi Could Mould
Seal (CMS) tunggu kering.

- Pengisian aklirik yang sudah diaduk, sambil mengetok kuvet.

- Tutup bagian atas aklirik dengan selopan atau plastic, tutup dengan kuvet
atas, press lalu buka dan potong kelebihan aklirik dengan pisau model.

- Pasang dan tutup kuvet atas lalu press.


4. Pengisian akrilik (Prossesing)

- Kuvet dalam keadaan dipress dimasukkan ke dalam wadah perebusan

- Polimerisasi dengan cara direbus 1 jam

5. Membuka kuvet (Deflasking)

- Keluarkan model (dai) dengan tang potong gips atau gergaji kecil.

- Gips yang masih melekat dibersihkan dengan brush.

6. Finishing

- Membersihkan sisa aklirik dengan bur protesha (cardide bur, disc bur) dan
kertas pasir.

7. Polishing

- Menghaluskan, melicinkan, dan mengkilatkan mahkota (stone bur,


rubbercup, wool bur dengan bubuk pumis)

Tahap X:

Pemasangan / insersi dan penyemenan

1. Try in bridge yang harus diperhatikan adalah keadaan estetis (warna dan bentuk), kontak
proksimal antara tepi mahkota jaket dengan gigi sebelahnya dan tidak boleh menekan
gingiva serta pemeriksaan kontak oklusal dan kontak marginal.

2. Penyemenan Bridge

a. Mahkota bridge dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan , gigi yang akan
dipasangi mahkota bridge juga dikeringkan
b. Menggunakan zinc phospat cement, cara mengaduk ZnPO4 :

- Letakkan powder dan liquid pada glass plate 1:1

- Aduk sengan semen spatel, powder mencapai liquid sedikit demi sedikit
hingga homogen

- Siap masuk ke dalam crown apabila semen ditarik sudah terbentuk benang
dan tidak putus

- Semenkan ada gigi penyangga dengan ditekankan dan pasien disuruh


menggigit kapas

- Setelah semen mengeras bersihkan sisa semen

- Periksa oklusi sebelum pasien pulang

- Operator perlu memberi tahu cara membersihkan jembatan tersebut.

3. Instruksi untuk memeliharaan gigi tiruan jembatan yang telah dipasangkan :

- Penyikatan yang baik ( tekanan ringan dan sikat yang lunak)

- Pemakaian dental floss, oral irigating & alat pembersih lainnya


yangberfungsi untuk membersihkan daerah yang sukar terlihat (daerah
interdetal/ dasar pontik)

Tahap XI :

Kontrol dilakukan jika terjadi kesalahan atau kegagalan dalam pembuatan bridge

Kegagalan yang mungkin terjadi :

1. Kegagalan sementasi

2. Jemabatn patah secara mekanikal


3. Iritasi dan resesi gingiva

4. Kelainan jaringan periodontal

5. Karies

6. Nekrosis pulpa

BAB V

PROGNOSA

Prognosa baik karena tidak ada kelainan atau penyakit sistemik , dan penyakit
alergi lainnya pada pasien, tidak ada kelainan periapikal, kelainan periodontal, pasien
kooperatif dan komunikatif
BAB VI

KESIMPULAN

Pada gigi 45 yang missing, dimana tidak ada kelainan periodontal yang terlihat
dari hasil rontgen diindikasikan untuk dibuatkan fixed-fixed bridge dengan gigi
penyangga (abutment) 46 dan 44 karena berdasar hukum ante (seluruh luas ligamen
periodontal gigi penyangga harus sama atau melebihi luas ligamen periodontal gigi yang
hilang.

Pada gigi 46, setelah dilakukan foto rontgen bite wing terlihat perluasan karies
sampai ½ dentin didiagnosa karies media kemudian dilakukan penambalan terlebih
dahulu dengan tambalan semen ionomer kaca.kemudian dibuatkan fullcrown extra corona
berbahan porselen fused to metal.

Pada gigi 44 gigi migrasi ke arah distal (ke arah ruang gigi yg missing) dianggap
kecondongan tidak terlalu banyak, sehingga pada preparasi sisi gigi bagian distalnya
dibuang tidak lebih dari 50% ketebalan enamel. Lalu dibuatkan full crown extra corona
berbahan porselen fused to metal, bentuk mahkota disesuaikan bentuk anatomis giginya
sehingga mampu menutupi bagian yang diastema dengan gigi 43.

Porselen fused to metal sebagai bahan bridge pada kasus ini karena dinilai lebih
baik estetisnya dan kuat serta diharapkan memunyai prognosa yang baik. Pada kasus ini
jenis pontik yang digunakan adalah ridge laps pontik untuk mendapatkan self cleansing
dan estetis baik.

Anda mungkin juga menyukai