Anda di halaman 1dari 3

GEGURITAN MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT:

MENGGALI KEUNGGULAN SASTRA JAWA CETAK SEBAGAI


PENDIDIKAN BUDI PEKERTI GENERASI MILENIAL
Oleh: Sutarto Dwi Sutrisno, S.Pd.

Nilai kearifan lokal masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat yang
ramah, santun, berpekerti luhur kini semakin terkikis. Hal itu ditandai dengan maraknya perilaku
generasi milenial Indonesia yang menyimpang dari aturan atau norma-norma seperti perilaku
anarkis, tawuran, pergaulan bebas, pemakaian obat-obatan terlarang. Fenomena tersebut
merupakan indikasi menurunnya karakter generasi milenial Indonesia. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk menanamkan dan memupuk nilai pendidikan budi pekerti kepada
generasi milenial melalui apresiasi karya sastra.
Dalam karya sastra tidak hanya sebagai hiburan atau tontonan semata tetapi juga
mengandung nilai-nilai pendidikan atau tuntunan. Merujuk konsep di atas, maka sastra
mempunyai peranan dalam dunia pendidikan khususnya dalam bidang pembelajaran sastra
yaitu untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan budi pekerti kepada peserta didik melalui
kegiatan apresiasi karya sastra Jawa. Salah satu materi sastra dalam pembelajaran apresiasi
sastra Jawa adalah materi geguritan.
Salah satu majalah berbahasa Jawa yang sampai sekarang masih melestarikan
kesusastraan Jawa adalah majalah Panjebar Semangat. Majalah tersebut didirikan oleh Dr.
Soetomo pada tanggal 2 September 1933 di Surabaya. Sesuai dengan namanya, Panjebar
Semangat pada masa perjuangan melawan penjajah mempunyai tujuan untuk membangkitkan
semangat perjuangan bangsa Indonesia untuk melawan penjajah melalui kebahasaan dan
kesusastraan. Setelah Indonesia merdeka tujuan dari majalah Panjebar Semangat berubah
yaitu untuk mengisi kemerdekaan Indonesia dengan bergerak pada bidang pelestarian bahasa,
sastra, dan budaya Jawa. Bukti sumbangsih yang diberikan oleh majalah Panjebar Semangat
untuk melestarikan kesusastraan Jawa adalah dengan adanya rubrik Taman Geguritan.
Rubrik tersebut memuat geguritan karya sastrawan Jawa yang dikirim ke kantor redaksi
majalah Panjebar Semangat.
Dimuatnya geguritan dalam majalah Panjebar Semangat sesungguhnya bisa
dimanfaatkan sebagai sumber pendidikan budi pekerti bagi peserta didik. Sebagai contoh
“Budaya Jawa”
Budayaku kang tak tresnani
Katon endah sulistya ing warni
Budayaku kang tak uri-uri
Ing pandelengku katon asri
Budayaku wus kondhang kaonang-onang
Ing saindenging Nuswantara
Uga tumeka mancanegara
Nanging. . .
Delengen kahanan iki !!!
Budaya Jawa ora diuri-uri
Budaya Jawa ora diudi
Kabeh ora preduli
Jaman iki akeh wong ninggalake budaya Jawa
Ngakune wong Jawa...
Nyatane,... dudu kaya wong Jawa trap-trapane
Wong Jawa ngakune!!!
Nyatane,... nganggo rok ketok wudele
Kanca... apa lila budaya Jawa bakal sirna?
Apa lila budayane dhewe ilang, ngleyang...
Ngremba ing negara manca?
Nilai sosial adalah sikap yang perlu dikembangkan dalam bermasyarakat. Nilai
sosialitas bisa dilihat pada kata bebarengan yang berarti kerja sama. Nilai kerja sama dalam
geguritan “Budaya Jawa” berkenaan dengan kerja sama, gotong royong untuk melestarikan
budaya Jawa agar lestari. Nilai sosial yang terdapat dalam geguritan “Budaya Jawa” sesuai
dengan ungkapan Jawa yaitu saiyeg saeka praya yang bermakna semangat gotong royong,
bekerja dengan keteraturan dan kebersamaan.
Nilai tanggung jawab adalah sikap untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
yang seharusnya dilaksanakan. Nilai tanggung jawab tersirat pada frase ora diuri-uri, ora
diudi yang berarti tidak dilestarikan dan dikembangkan. Nilai tanggung jawab dalam
geguritan “Budaya Jawa” tersirat dalam kedua frase tersebut berkenaan dengan tanggung
jawab masyarakat Jawa untuk melestarikan dan mengembangkan budaya Jawa. Nilai
tanggung jawab yang terdapat dalam geguritan “Budaya Jawa” sesuai dengan ungkapan Jawa
yaitu rumangsa melu handarbeni, rumangsa wajib hangrungkebi, mulat sarira hangrasa
wani yang bermakna ikut membela keberadaan negara, kekayaan budaya, aneka ragam
bahasa dan sebagainya.
Geguritan dalam majalah Panjebar Semangat mempunyai posisi dan peran strategis
dalam menyangga keberlangsungan kehidupan sastra Jawa serta berdampak positif dalam
membentuk karakter siswa serta memberikan pemahaman kearifan lokal Jawa dalam
kehidupan global dan multikultural.

Anda mungkin juga menyukai