Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini paradigma masyarakat mengenai kepolisian Negara Republik


Indonesia masih kurang baik, hal ini dapat di buktikan dengan hasil penelitian
pada jurnal Petrus (2014 :11), selain itu penulis juga melakukan survei terhadap
lingkungan sekitar penulis, dengan 34 responden dan hasilnya 63,6% responden
yang merasa tidak puas terhadap kinerja kepolisian Negara Republik Indonesia
dan hanya 36,4% yang merasa puas. Berbagai alasan yang dari responden yang
menyebabkan ketidakpuasan mereka terhadap kinerja kepolisian Negara Republik
Indonesia, dan sebagian besar alasan responden menyangkut dengan kode etik
profesi kepolisian Negara Republik Indonesia.

Sebenarnya kepolisian Negara Republik Indonesia harus memiliki image


yang baik dari masyarakat karena salah satu tugas pokok dari kepolisian Negara
Republik Indonesia ialah memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat. Tentu saja untuk mengubah paradigma masyarakat terhadap
kepolisian Negara Republik Indonesia bukan hal yang mudah, harena kepolisian
Negara Republik Indonesia harus mampu menjalankan tugas dan kewajiban-Nya
serta kode etik profesi-Nya dengan bersungguh sungguh. Maka dengan demikian
penulis percaya bahwa paradigma masyarakat terhadap kepolisian Negara
Republik Indonesia akan membaik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan pengertian etika dan polisi !
2. Jelaskan tugas dan wewenang dari kepolisian !
3. Jelaskan tanggung jawab kepolisian !
4. Jelaskan kode etik kepolisian !
1.3 Tujuan Makalah

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk pemenuhan tugas individu mata


kuliah Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum, selain itu makalah ini juga
MUHAMMAD DWIKI REZA (E011191019) 1
penulis harapkan dapat sebagai bahan bacaan bagi semua kalangan secara umum
dan secara khusus untuk mahasiswa yang mempelajari tentang hukum agar dapat
memahami poin poin pembahasan pada makalah ini, yaitu sebagai brikut ;

1. Pengertian etika dan polisi ;


2. Tugas dan wewenang kepolisian ;
3. Tanggung jawab kepolisian ; dan
4. Kode etik kepolisian.
1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan pada makalah ini ialah metode pustaka,
yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari
pustaka yang berhubungan dengan topik, baik berupa buku, undang undamg,
PERKAP, maupun informasi di internet.

1.5 Sistimatika Penyajian

Sistimatika penyajian pada makalah ini dibagi menjadi 3 bab, sebagai


berikut ;

BAB 1. PENDAHULUAN, akan dijelaskan mengenai latar


belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan,
dan sistimatika penyajian dari makalah ini
BAB 2. PEMBAHASAN, akan dijelaskan secara detail rumusan –
rumusan masalah secara terpisah, teratur, dan tentunya dari sumber
yang dapat di pertanggungjawabkan
BAB 3. PENUTUP, berisi kesimpulan dari makalah ini, dan saran
penulis untuk kepolisian Negara Republik Indonesia.

MUHAMMAD DWIKI REZA (E011191019) 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika dan Polisi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Sutrisno & Wiwin


Yulianingsi (2016 : 2), etika dijelaskan dengan membedakan tiga arti sebagai
berikut :

a) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral (akhlak);
b) Kumpulan asas atau nilai yang berkenanan dengan akhlak ; dan
c) Nilai mengenai benar dan salah yang dianus suatu golongan /
masyarakat.

Dari ketiga arti etika di atas, Liliana Tedjosaputro dalam Sutrisno &
Wiwin Yulianingsi (2016 : 2) mempertajam pengertian tersebut sebagai brikut :

a) Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai – nilai dan norma – norma
moral yang menjadi pegangan bagi seseorang / suatu kelompok
masyarakat dalam mengatur perilakunya ;
b) Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral, yang dimaksud di sini
adalah kode etik ; dan
c) Etika mempunyai arti lagi : ilmu tentang yang baik atau yang
buruk. Etika disini sama artinya dengan filsafat moral.

James J. Spillane SJ dalam Sutrisno & Wiwin Yulianingsi (2016 : 2)


mengungkapkan bahwa etika atau ethisc memerhatikan atau mempertimbangkan
tingkah laku manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika mengarahkan
atau menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan objektivitas untuk
menentukan “kebenaran” atau “kesalahan” dan tingkah laku seseorang terhadap
orang lain.

Sementara itu, menurut Surahwardi K. Lubis dalam Sutrisno & Wiwin


Yulianingsi (2016 : 2), dalam istilah Latin, ethos atau ethikos selalu disebut

MUHAMMAD DWIKI REZA (E011191019) 3


dengan mos, sehingga dari perkataan tersebut lahirlah moralitas atau yang sering
diistilahkan dengan perkataan moral. Namun demikian, apabila dibandingkan
dengan pemakaian yang lebih luas, kata etika dipandang lebih luas dari kata
moral, sebab terkadang istilah moral sering dipergunakan hanya untuk
menerangkan sikap lahiriah seseorang yang biasa dinilai dari wujud tungkah laku
atau perbuatan nyata. Lebih lanjut Surahwardi K. Lubis dalam Sutrisno & Wiwin
Yulianingsi (2016 : 2) menyatakan, bahwa dalam agama islam, istilah etika ini
merupakan bagian dari akhlak. Dikatakan merupakan bagian dari akhlak karena
akhlak bukanlah sekedar mengangkut perilaku manusia yang bersifat perbuatan
lahiriah saja, akan tetapi mencakup hal – hal yang lebih luas, yaitu meliputi
bidang akidah, syariah, dan akhlak.

Sejalan delan pemikiran Surahwardi K. Lubis, Abdullah Salim dalam


Sutrisno & Wiwin Yulianingsi (2016 : 3) mengatakan bahwa akhlak islamu
cakupannya sangat luas, yaitu etos, etis, moral, dan estetika.

a) Etos mengatur hubungan seseorang dengan khaliknya, al-ma’ bud


bi haq serta kelengkapan uluhiyah dan rubbiyah, seperti terhadap
rasul – rasul Allah, kitab-Nya, dan lain sebagainya.
b) Etis mengatur sikap seseorang terhadap dirinya dan terhadap
sesamanya dalam kegiatan kehidupan sehari – harinya.
c) Moral mengatur hubungan dengan sesamanya, tetapi berlainan
jenis dan /atau menyangkut kehormatan tiap pribadi.
d) Estetika adalah rasa keindahan yang mendorong seseorang untuk
meningkatkan keadaan drinya serta lingkungannya agar lebih indah
dan menuju kesempurnaan.

Berdasarkan pemikiran dengan di atas yang berkatian dengan etika,


Bartens sebagaimana dikutip oleh Sutrisno & Wiwin Yulianingsi (2016 : 3),
memberikan juga 3 (tiga) arti etika sebagai brikut :

a) Etika dipakai dalam arti nilai – nilai dan norma – norma moral
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam

MUHAMMAD DWIKI REZA (E011191019) 4


mengatur tingkah lakunya. Arti ini dapat juga disebut sistem nilai
dalam hidpun manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat,
misalnya etika orang makassar dan sebagainya.
b) Etika dipakai dalam arti kumpulan asas atau nilai moral, yang
dimaksud di sini adalah kode etik, misalnya kode etik advokat,
kode etik notaris, dan lain – lain.
c) Etika dipakai dalam arti ilmu tentang yang baik atau yang buruk.
Arti etika disini sama dengan filsafat moral.

Sementara itu terdapat pula pengertian dari polisi. Polisi menurut


terjemahan Momo Kelana berpendapat bahwa (1972 : 22) kata ‘Polisi’ diambil
dari Polizeirecht dikatakan, bahwa istilah polisi mempunyai dua arti, yakni polisi
dalam arti formal yang mencakup penjelasan tentang organisasi dan kedudukan
suatu instansi kepolisian, dan kedua dalam arti materiil, yakni memberikan
jawaban-jawaban terhadap persoalan-persoalan tugas dan wewenang dalam
rangka menghadapi bahaya atau gangguan keamanan dan ketertiban, baik dalam
rangka kewenangan kepolisian umum melalui ketentuan-ketentuan yang diatur
dalam peraturan perundangundangan.

Sedangkan menurut pasal 1 angka 1 Undang Undang No. 2 Tahun 2002


tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kepolisian adalah segala hal
ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan
perundangundangan. Selain itu terdapat juga pengertian anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia pada pasal 1 angka 2 Undang Undang No. 2 Tahun
2002, Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Istilah kepolisian di dalam Undang-
Undang ini mengandung dua pengertian, yakni fungsi polisi sebagaimana
disebutkan dalam pasal 2 UndangUndang No. 2 Tahun 2002 tersebut fungsi
kepolisian sebagai salah satu fungsi pemerintahan Negara dibidang pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pelindung, pengayom,
dan pelayanan masyarakat. Sedangkan lembaga kepolisian adalah organ
pemerintah yang ditetapkan sebagai suatu lembaga dan diberikan kewenangan

MUHAMMAD DWIKI REZA (E011191019) 5


menjalankan fungsinya berdasarkan peraturan perundang – undangan. Dengan
demikian dapat ditarik pemahaman, bahwa berbicara kepolisian berarti berbicara
tentang fungsi dan lembaga kepolisian. Pemberian makna dari kepolisian ini
dipengaruhi dari konsep kepolisian yang diembannya dan dirumuskan dalam
tugas dan wewenangnya.

2.2 Tugas dan Wewenang Kepolisian.

Menurut Sutrisno & Wiwin Yulianingsi (2016 : 189) kepolisian sebagai


lembaga penegakan hukum dalam menjalankan tugasnya tetap tunduk dan patuh
pada tugas dan wewenang sebagaimana yang diatur dalam pasal 13 Undang –
Undang Nomor 2 Tahun 2002, bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah :

a) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat ;


b) Menegakkan hukum ; dan
c) Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.

2.3 Tanggung Jawab Kepolisian.

Julita Sari (2016) yang merupakan jurnalis, menuliskan artikel di


kompasiana.com yang menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud, Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki
tanggung jawab untuk :

a) Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli


terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
b) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;
c) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat
terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
d) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

MUHAMMAD DWIKI REZA (E011191019) 6


e) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis
terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan
bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
g) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak
pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan
perundang-undangan lainnya;

2.4 Kode Etik Kepolisian.

Kode etik kepolisian, di atur dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara


Republik Indonesia nomor 14 tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Menurut Peraturan ini pada pasal 1 angka 4
menyatakan bahwa "Etika Profesi Polri adalah kristalisasi nilai-nilai Tribrata dan
Catur Prasetya yang dilandasi dan dijiwai oleh Pancasila serta mencerminkan jati
diri setiap Anggota Polri dalam wujud komitmen moral yang meliputi etika
kenegaraan, kelembagaan, kemasyarakatan, dan kepribadian." dan pada pasal 1
angka 5 menyatakan bahwa "Kode Etik Profesi Polri yang selanjutnya disingkat
KEPP adalah norma-norma atau aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan
etik atau filosofis yang berkaitan dengan perilaku maupun ucapan mengenai hal-
hal yang diwajibkan, dilarang, patut, atau tidak patut dilakukan oleh Anggota
Polri dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung jawab jabatan."

Meskipun kepolisian memiliki kode etik yang di atur dalam PERKAP,


pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang kurang puas terhadap kinerja
dari kepolisian negara Republik Indonesia, hal ini dapat di buktikan dari hasil
survei yang penulis lakukan pada 09 Desember 2019 dengan bantuan Google
Docs dan Whatsapp, telah berhasil mengumpul sebanyak 34 responden yang
berlatar belakang sebagai berikut;

MUHAMMAD DWIKI REZA (E011191019) 7


Pekerjaan Responden
3%
3%
93,9 %

Mahasiswa/i Pelajar (SD/SMP/SMA)


Pegawai Apotik

Kepolisian negara Republik Indonesia yang merupakan pengayom


masyarakat, nyatanya belum sepenuhnya dicintai oleh masyarakat, hal ini dapat
dibuktikan dengan hasil survei yang penulis lakukan yang dapat di tarik
kesimpulan bahwa sebagian besar responden survei tidak puas dengan kinerja
kepolisian negara Republik Indonesia. Berikut hasil survei yang penulis lakukan
terhadap 34 responden:

MUHAMMAD DWIKI REZA (E011191019) 8


36,4 %
63, 6 %
Kepuasan terhadap kinerja POLRI

Puas Tidak Puas

Dari hasil survei yang penulis lakukan ,sebagian besar responden merasa
tidak puas dikarenakan hal yang berkaitan dengan kode etik kepolisian negara
Republik Indonesia. Adapun hasil penelitian dari Petrus Kanisus Noven Manalu
dalam jurnalnya (2014 : 11) bahwa polisi juga mendapatkan kendala dalam
menjalankan etika profesi. Kendala yang dimaksud dari penelitian Petrus adalah
sebagai berikut:

a) Belum semua anggota anggota POLRI memahami kode etik


profesi-Nya;
b) Belum semua anggota POLRI dapat merealisasikan secara
maksimal kode etik profesi-Nya;
c) Masyarakat belum peduli terhadap bagaimana harus dijalankan
oleh polisi, agar mampu mengemban tugas dengan baik, namun

MUHAMMAD DWIKI REZA (E011191019) 9


kebanyakan masyarakat masih terjebak dalam paradigma
menganggap polisi cenderung mempunyai citra buruk.

Menurut narasumber dari hasil penelitian Petrus Kanisus Noven Manalu


dalam jurnalnya (2014 : 12), keberadaan kode etik profesi didalam kepolisian,
bukan sebagai suatu hambatan, yang menjadikan polisi kaku dalam melaksanakan
tugasnya, namun malah mampu untuk membantu para polisi untuk mengupayakan
diri semaksimal mungkin sesuai dengan batas dan kewajiban apa saja yang telah
diatu didalamnya, semuanya mampu berjalan dengan baik, akan menjadi sangat
mungkin untuk polri memperbaiki paradigma atau citranya di kalangan
masyarakat, yang kita ketahui pada akhir-akhir ini sangatlah terpuruk atau kurang
baik.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kode etik merupakan kumpulan asas atau nilai moral tentang yang baik
dan yang buruk. Sementara itu pengertian kepolisian diatur dalam pasal 1 angka 1
Undang Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia, Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan
lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundangundangan.

Kode etik kepolisian, di atur dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara


Republik Indonesia nomor 14 tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian

1
MUHAMMAD DWIKI REZA (E011191019)
0
Negara Republik Indonesia. Menurut Peraturan ini pada pasal 1 angka 4
menyatakan bahwa "Etika Profesi Polri adalah kristalisasi nilai-nilai Tribrata dan
Catur Prasetya yang dilandasi dan dijiwai oleh Pancasila serta mencerminkan jati
diri setiap Anggota Polri dalam wujud komitmen moral yang meliputi etika
kenegaraan, kelembagaan, kemasyarakatan, dan kepribadian." dan pada pasal 1
angka 5 menyatakan bahwa "Kode Etik Profesi Polri yang selanjutnya disingkat
KEPP adalah norma-norma atau aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan
etik atau filosofis yang berkaitan dengan perilaku maupun ucapan mengenai hal-
hal yang diwajibkan, dilarang, patut, atau tidak patut dilakukan oleh Anggota
Polri dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung jawab jabatan."

Berdasarkan hasil survei, masyarakat saat ini masih tidak puas terhadap
kinerja dari kepolisian negara Republik Indonesia. Rata – rata alasan dari
responden mengenai kode etik profesi kepolisian. Tidak hanya bersumber dari
survei yang penulis lakukan, pada hasil penelitian yaitu di Jurnal Petrus (2014 :
11) dinyatakan bahwa masyarakat masih terjebak di dalam paradigma bahwa
kepolisian cenderung memiliki citra yang buruk.

Menurut narasumber dari hasil penelitian Petrus Kanisus Noven Manalu


dalam jurnalnya (2014 : 12), keberadaan kode etik profesi didalam kepolisian,
bukan sebagai suatu hambatan, yang menjadikan polisi kaku dalam melaksanakan
tugasnya, namun malah mampu untuk membantu para polisi untuk mengupayakan
diri semaksimal mungkin sesuai dengan batas dan kewajiban apa saja yang telah
diatu didalamnya, semuanya mampu berjalan dengan baik, akan menjadi sangat
mungkin untuk polri memperbaiki paradigma atau citranya di kalangan
masyarakat, yang kita ketahui pada akhir-akhir ini sangatlah terpuruk atau kurang
baik.

3.2 Saran

1
MUHAMMAD DWIKI REZA (E011191019)
1
Pada saat ini, paradigma masyarakat terhadap kepolisian Negara Republik
Indonesia masih kurang baik, menurut pendapat penulis, nama baik kepolisian
Negara Republik Indonesia harus segera dipulihkan, yang menurut penulis dapat
dilakukan dengan memberikan kembali arahan kepada anggota dari kepolisian
Negara Republik Indonesia untuk segera memahami dan merealisasikan secara
maksimal kode etik profesi kepolisian Negara Republik Indonesia. Selain itu
kepolisian Negara Republik Indonesia harus dengan sungguh sungguh
menjalankan tugas dan kewajiban pokok yang tercantum pada pasal 13 Undang –
Undang Nomor 2 Tahun 2002.

3.3 Hasil Survei

Terlampir di belakang makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Kelana, Momo. 1972. Hukum Kepolisian (Perkembangan di Indonesia)


Suatu Studi Histories Komparatif. Jakarta : PTIK.

Sutrisno & Wiwin Yulianingsih. 2016. Etika Profesi Hukum. Yogyakarta :


CV Andi Offset

Noven Manalu, Petrus Kanisius. 2014. Fungsi Kode Etik Profesi Polisi
dalam Rangka Meningkatkan Profesionalitas Kinerjanya. Fakultas Hukum
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 01(1): 11-14.

1
MUHAMMAD DWIKI REZA (E011191019)
2
Peraturan Perundang – Undangan

 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN


2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK
PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Website

“Kekuasaan, Tanggung Jawab, dan Politik Kepolisian NKRI”. Sari,


Julitas. 07 September 2016. 09 Desember 2019.
<https://www.kompasiana.com/julitasari/57cf8460ed9273e8088b456a/kekusaan-
tanggung-jawab-dan-politik-kepolisian-nkri?page=all>

1
MUHAMMAD DWIKI REZA (E011191019)
3

Anda mungkin juga menyukai