LP Dyspepsia
LP Dyspepsia
A. Defenisi Dyspepsia
Dyspepsia adalah salah satu gangguan pencernaan (indigestion) yang
sering di alami oleh banyak orang. Pada umumnya dyspepsia merupakan
sekumpulan sidrom yang mengindikasikan adanya gangguan pada kerongkongan,
perut atau usus dua belas jari. Penyakit ini ditandai dengan munculnya rasa nyeri
pada perut bagian atas. Gejala lain yang menandai dyspepsia antara lain kembung,
sendawa, cepat merasa kenyang, mual dan muntah, serta dada bagian bawah
terasa panas (heartburn) (lingga 2012).
Dyspepsia adalah gangguan perut sebelah atas dan tengah, yang ditandai
dengan kembung, nyeri, mual-mual, perut keras sampai muntah (Puspitasari,
2010). Dyspepsia adalah keadaan di daerah perut yang terasa tidak enak setelah
makan, seperti mual, rasa penuh atau begah (Sugiharto & Setiadi, 2019).
B. Etiologi
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid
reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju esofagus (saluran muskulo
membranosa yang membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini
menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-
inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia
belum dapat ditemukan. Penyebab dispepsia antara lain:
1. Perubahan pola makan
2. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara
berlebihan dan dalam waktu yang lama
3. Alkohol dan nikotin rokok
4. Stres,kecemasan dan depresi
5. Tumor atau kanker saluran pencernaan
6. Iritasi lambung
C. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,
zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan
makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung
dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding
lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL
yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga
rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak
adekuat baik makanan maupun cairan.
D. Manifestasi Klinik
1. Nyeri perut (abdominal discomfort)
2. Rasa perih di ulu hati
3. Mual, kadang-kadang sampai muntah
4. Nafsu makan berkurang
5. Rasa lekas kenyang
6. Perut kembung
7. Rasa panas di dada dan perut
8. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
E. Komplikasi
Penderita syndrome dyspepsia selama bertahun- tahun dapat memicu
adanya komplikasi yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dyspepsia adalah
sebagai berikut:
1. Pendarahan
2. Kanker lambung
3. Muntah darah
4. Ulkus peptikum
F. Pemeriksaan penunjang
1. Endoskopi yaitu memasukkan alat melalui mulut, sehingga bisa melihat
kerongkongan, lambung sampai usus 12 jari secara langsung (Misnadiarly,
2009).
2. Tes darah : hitung darah lengkap dan LED normal membantu menyingkirkan
kelainan serius. Hasil tes sorologi positif untuk Helicobacter pylori
menunjukkan ulkus peptikum namun belum menyingkirkan keganasan
selurun pencernaan (Davey, 2010)
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan non farmakologis
A. Pengkajian Keperawat
1. Identitas klien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
No RM :
Diagnosa medis:
Tanggal masuk:
Tanggal pengkajian :
2. Riwayat kesehatan
3. Keluhan utama
4. Riwayat kesehatan sekarang
5. Riwayat kesehatan yang lalu
6. Pemeriksaan fisik
7. Pemeriksaan penunjang
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Hipertermi
3. Insomnia
4. Resiko kekurangan volume cairan
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut
Kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
c. Mampu mengendalikan nyeri/skala nyeri
d. Merasakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi :
a. Lakukan pengkajian secara komprehensif termasuk lokasi
b. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi pada klien
c. Kolaborasi pemberian analgesic
2. Hipertermi
Kriteria hasil :
a. Suhu Tubuh dalam batas normal
b. Bebas dari kedinginan
c. Suhu tubuh stabil 36,50-37,50c
Intervensi :
a. Monitir suhu sesering mungkin
b. Monitor intake dan output
c. Kolaborasikan pemberian antipiretik
d. Berikan cairan intravena
3. Ganguan pola tidur
Kriteria hasil:
a. Jumlah jam tidur dalam batas normal
b. Pola tidur, kualitas tidur dalam batas normal
c. Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur
Intervensi :
a. Monitor waktu makan dan minum dengan waktu tidur
b. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
c. Ciptakan lingkungan yang nyaman
d. Kolaborasi pemberian obat tidur
4. Resiko kekurangan volume cairan
kriteria hasil:
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda- tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Intervensi :
a. Lakukan terapi IV
b. Monitor status nutrisi
c. Berikan cairan
d. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
e. Anjurkan minum kurang lebih 7-8 gelas belimbing perhari
f. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
DAFTAR PUSTAKA
Sugiharto Liliana & Setiadi Aster. (2019). Belajar Istilah Kedokteran Learning
Medical Terminologi. Jakarta : UKIAJ