Anda di halaman 1dari 60

CRITICAL BOOK REPORT

AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

Dosen Pengampu: Tapi Rumondang Sari Siregar, SE. M.Acc

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

1. Rifaldi Akbar (7172220005)


2. Asa Barokah Hasibuan (7173220006)
3. Devina Ariyani (7173220007)
4. Dinda Tiara (7173220008)
5. Yogi Pranata (7173220043)
6. Abdillah Maulana (7173520001)
7. Alvin Furada (7173520002)
8. Anggreni Christine (7173520006)
9. Azie Teza Kesuma (7173520011)
10. Bennidict Christanto (7173520012)
11. Dwiana Intani (7173520017)
12. Ezra Geovany (7173520019)
13. M. Kahiruddin (7172220004)

Kelas :C

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
APRIL 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-NYA kami dapat menyelesaikan makalah Tugas Critical Book Report untuk
mata kuliah Akuntansi Keuangan Daerah.

Disini kami juga ingin berterima kasih kepada ibu dosen mata kuliah
Akuntansi Keuangan Daerah yaitu Ibu Tapi Rumondang Sari Siregar., SE., M. Acc
yang telah memberikan bimbingan serta arahan kepada kami sehingga makalah ini
dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dibentuknya makalah ini bukan semata-mata hanya untuk


menyelesaikan tugas kuliah saja, tapi juga dapat menjadi referensi bagi para
pembacanya.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kesahan dalam proses penulisan


makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari anda
sekalian.

Demikianlah makalah ini kami perbuat, jika terdapat kesalahan dalam makalah
ini, kami berharap anda dapat memakluminya. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
kita semua.

Medan, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... i


Daftar Isi .................................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1


B. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2
C. Manfaat ....................................................................................................... 2

BAB II : ISI BUKU

A. Identitas Buku ............................................................................................. 3


B. Uraian Isi Buku ........................................................................................... 3

BAB III : PEMBAHASAN

A. Kelebihan Buku ........................................................................................ 53


B. Kelemahan Buku ...................................................................................... 53

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 54
B. Saran ......................................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi ini, kita dituntut untuk lebih banyak memahami tentang
perkembangan dunia. Bukan hanya lewat lewat internet, tetapi juga melalui buku.
Namun, seringkali kita merasa bingung dalam memilih jenis buku yang akan kita
gunakan sebagai bahan tambahan atau referensi dalam pelajaran. Oleh karena itu,
disini CBR diperlukan sebagai bahan pembanding untuk beberapa jenis buku agar kita
dapat memilih buku sesuai dengan kebutuhan dan kemauan kita. CBR juga muncul
untuk memaparkan kelebihan dan kekurangan yang pada pada setiap buku.

Kali ini kami akan mengkritisi buku Akuntansi keuangan Daerah. Sebelumnya
kita harus mengetahuu apa itu Akuntansi Keuangan Daerah. Akuntansi keuangan
daerah adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan
transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah-pemda (kabupaten, kota,
atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan
ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas pemda (kabupaten, kota
atau provinsi). Pihak-pihak eksternal entitas pemda yang memerlukan informasi yang
dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah tersebut antara lain adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), badan pengawas keuangan, investor, kreditur, dan
donatur, analisis ekonomi dan pemerhati pemda, rakyat, pemda lain dan pemerintah
pusat, yang seluruhnya berada dalam lingkungan akuntansi keuangan daerah. Yang
dimaksud dengan pengidentifikasian adalah pengidentifikasian transaksi ekonomi,
agar dapat membedakan transaksi yang bersifat ekonomi dan yang tidak. Pada
dasarnya , transaksi ekonomi adalah aktivitas yang berhubungan dengan uang. Proses
selanjutnya adalah pengukuran transaksi ekonomi, yaitu dengan menggunakan satuan
uang. Jadi seluruh transaksi dalam akuntansi harus dinyatakan dalam satuan uang.
Proses berikutnya adalah pencatatan transaksi ekonomi, yaitu pengolahan data
transaksi ekonomi tersebut melalui penambahan dan atau pengurangan sumber daya
yang ada. Pelaporan transaksi ekonomi akan menghasilkan laporan keuangan yang
merupakan hasil akhir proses akuntansi.
B. Tujuan Penulisan

1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Daerah


2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan buku yang dikritik
3. Untuk lebih memahami konsep Akuntansi Keuangan Daerah

C. Manfaat

1. Menambah wawasan dalam bidang akuntansi keuangan terkait sistem


akuntansi yang ada pada daerah di indonesia seperti penyusunan hingga
realisasi keuangan pemerintahan daerah
2. Dapat memahami fungsi dan tata cara penggunaan laporan keuangan hingga
mengetahui bagaimana tindak kecurangan penyusunan laporan keuangan
pemerintahan daerah dapat terjadi saat proses pembentukan hingga realisasi
keuangannya.
BAB II
ISI BUKU

A. Identitas Buku

1. Judul : Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual


2. Penulis : Prof. Erlina, SE., M. Si., Ph. D., Ak., CA ; Omar Sakti Rambe,
SE., Ak., CA ; dan Drs. Rasdianto, M. Si., Ak., CA
3. Tahun Terbit : 2016
4. Kota Terbit : Jakarta
5. Tebal Buku : 376 + x
6. Penerbit : Salemba Empat
7. ISBN : 978-979-061-586-1

B. Uraian Isi Buku

BAB 1. GAMBARAN UMUM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

Pengertian Akuntansi

Ada beberapa defenisi dan pengertian akuntansi yang bersal dari beberapa
lembaga yang dilihat dar beberapa lembaga yang dilihat dari beberapa sudut pandang
yang berbeda. Menurut American Accounting Assosiation seperti yang dikutip Abdul
Halim dan Muhammad syam Kusufi, Akuntansi adalah suatu proses
pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi
(keuangan) dari suatu organsisasi/entitas yang dijadikan sebagai informasi dalam
rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan. Defenisi
akuntansi dapat dilihat dari 2 (dua) sudut pandang yaitu:

1. Fungsi Kegunaan. Akuntansi merupakan aktivitas jasa yang berfungsi


memberikan informasi kuantitatif mengenai kesatuan-kesatuan ekonomi
terutama yang bersifat keuangan yang bermanfaat dalam pengambilan
keputusan.
2. Proses Kegiatan. Akuntansi adalah seni mencatat, mengkalisifikasikan, dan
mengikhtisarkan transaksi-transaksi kejadian yang sekurang-kurangnya atau
sebagian bersifat keuangan dengan cara menginterprestasikan hasil-hasilnya.

Akuntansi terdiri atas 2 (dua) bidang utama, yaitu Akuntansi


komersil/perusahaan (commercial accounting) dan Akuntansi sector public.
Pembukuan hanya menggunakan sistem pencatatan single entry, sedangkan akuntansi
dapat menggunakan doble entry dan triple entery.

1. Single entry. Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan sistem
tata buku tunggal. Dalam single entry pencatatan transaksi ekonomi dilakukan
dengan mecatatnya satu kali.
2. Double entry. Sistem pencatatan double entry disebut juga tata buku
berpasangan. Menurut sistem ini, pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan
dicatat dua kali, dalam artian, bahwa setiap transaksi minimal akan
mempengaruhi dua perkiraan, satu disisi sebelah kanan.
3. Triple entry. Sistem pencatatan triple entry pada dasarnya adalah sistem
pencatatan yang menggunakan double entry ditambah dengan pencatatan pada
buku anggaran.

Siklus Akuntansi

Sistem akutansi adalah tahapan-tahapan yang ada dalam sistem akuntansi.


Berikut tahapan-tahapan tersebut menurut Sugiri (2001):

1. Mendokumentasikan transaksi keuangan dalam buku dan melakukan analisis


transaksi keuangan tersebut.
2. Mencatat transaksi keuangan dalam buku jurnal.
3. Meringkas dalam buku besar, transaksi-transaksi keuangan yang sudah
dijurnal.
4. Menentukan saldo-saldo buku besar di akhir periode dan memindahkannya
kedalam neraca saldo.
5. Melakukan penyesuaian buku besar berdasarkan informasi yang paling terbaru.
6. Menentukan saldo-saldo buku besar setelah penyesuaian dan memindahkannya
kedalam neraca saldo setelah disesuaikan.
7. Menyusun laporan keuangan berdasarkan neraca saldo setelah disesuaikan.
8. Menutup buku besar.
9. Menentukan saldo-saldo buku besar dan memindahkannya kedalam neraca
saldo setelah tutup buku.

Asumsi Dasar

Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah


anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar
dapat diterapkan, yang terdiri dari:

1. Asumsi kemandirian entitas


2. Asumsi kesinambungan entitas
3. Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement)

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Empat karakteristik yang merupakan prasyarat normative yang diperlukan agar


laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikhendaki, yaitu
relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Basis akuntansi dalam
akuntansi pemerintahan di Indonesia, yaitu :

1. Akuntansi berbasi kas. Akuntansi berbasis kas adalah basis akuntansi yang
mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara
kas yang diterima atau dibayarkan.
2. Akuntansi berbasis kas menuju akrual. Akuntansi berbasis kas menuju akrual
merupakan proses transisi. Dengan basis ini, pendapatan, belanja dan
pembiayaan dicatat berdasarkan basis kas, sedangkan asset, utang dan ekuitas
dana dicatat berdasarkan basis akrual.
3. Akuntansi berbasi akrual. Akuntansi berbasis akrual adalah basis akuntansi
yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi
dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas dan setara kas diterima
atau dibayar.

Prisip Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan

Prinsip akuntans dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yang


dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam penyusunan standar akuntansi, oleh
penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta
oleh pengguna laporan keuangan yang disajikan. Berikut adalah tujuh prinsip yang
digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah :

1. Prinsip nilai historis


2. Prinsip realisasi
3. Prinsip substansi mengungguli bentuk formal
4. Prinsip periodisitas
5. Prinsip konsistensi
6. Prinsip pengunkapan lengkap
7. Prinsip penyajian wajar

BAB 2. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

Peran dan Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah
dilakukan. Laporan keuangan yang disusun harus memenuhi prinsip-prinsip yang
dinyatakan dalam PP No. 71 Tahun 2010 tentang Stndar Akuntansi Pemerintahan.
Laporan keuanagn dihasilkan dari masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang kemudian dijadikan dasar dalam membuat laporan keuangan pemerintah
provinsi/kabupaten/kota. Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan
informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan
membuat keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik dengan :

1. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya


keuangan
2. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan
untuk membiayai seluruh pengeluaran
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber data ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai
4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya
5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan keuangan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya baik
jangka pendek maupun panjang termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan
pinjaman
6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan
apakah mengalami kenaikan atau penrunan sebagai akibat kegiatan yang
dilakukan selama periode pelaporan

Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

1. Laporan realisasi anggran


2. Laporan perubahan saldo anggaran lebih (perubahan SAL)
3. Neraca
4. Laporan operasional
5. Laporan arus kas
6. Laporan perubahan ekuitas
7. Catatan atas laporan keuangan

BAB 3. AKUNTANSI PENDAPATAN

Definisi Pendapatan

Pendapatan menurut PSAK nomor 23 adalah arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus
masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanaman modal. Pendapatan menurut PP nomor 71 tahun 2010 tentang standar
akuntansi pemerintahan dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Pendapatan LRA. Pendapatan LRA menurut psap nomor 2 paragraf 7
adalah semua penerimaan rekening kas umum negara atau daerah yang
menambah saldo anggaran lebih dalam suatu periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah yang tidak perlu dibayar
kembali oleh pemerintah. akuntansi pendapatan menurut psap nomor 2
paragraf 24,25,27 28, 29 dan 30 dilaksanakan berdasarkan asas bruto yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah netonya.

2. Pendapatan LO. Pendapatan LO menurut psap nomor 3 paragraf 8 adalah


hak pemerintah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode
pelaporan yang bersangkutan. sementara menurut Permendagri Nomor 64
tahun 2013 pendapatan merupakan hak pemerintah daerah yang diakui
sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
dan tidak perlu dibayar kembali.

Klasifikasi Pendapatan

Pendapatan daerah menurut Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 dirinci


menurut urusan pemerintahan daerah, organ organisasi, kelompok, jenis, dan dan
objek pendapatan. pendapatan daerah yang dimaksud dikelompokkan atas
pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang
sah. Sementara dalam PP nomor 71 tahun 2010 dana perimbangan diganti dengan
istilah pendapatan transfer, sehingga klasifikasi pendapatan daerah menjadi
pendapatan asli daerah, pendapatan transfer, dan lain-lain pendapatan daerah yang
sah

Pengakuan Pendapatan

Deddie Nooriawan dalam bukunya Akuntansi Pemerintahan (2007) secara


umum mengakui pendapatan ketika :

1. Diperoleh, yaitu ketika entitas telah menyelesaikan secara substansial Apa


yang menjadi kewajibannya.

2. Sudah direalisasikan atau dapat direalisasikan yaitu ketika kas atau hak
tagih (piutang) dapat ditentukan atas penyerahan barang atau jasa tersebut.
Pengakuan Pendapatan LRA

Pengakuan basis kas mengakui pendapatan ketika pendapatan tersebut


ketika diterima di rekening umum negara atau daerah. dengan kata lain pendapatan
diterima ketika pemerintah sudah menerima dana secara tunai atas pendapatan
tersebut.

Pengakuan LO

Pendapatan lo menurut kerangka konseptual PP nomor 71 tahun 2010


paragraf 95 diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada aliran
masuk sumber daya ekonomi. Berikut pengakuan pendapatan lo yang diatur dalam
am Permendagri Nomor 64 tahun 2013 tentang penerapan standar akuntansi
pemerintahan berbasis akrual pada pemerintahan daerah.

1. Pengakuan pendapatan LO pada PPKD

a. Pendapatan asli daerah. Merupakan pendapatan yang diperoleh


daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

b. PAD melalui penetapan. PAD yang masuk dalam kategori


ini tuntutan ganti rugi daerah, pendapatan denda atas keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak ,Pendapatan denda
retribusi

c. PAD tanpa penetapan. PAD yang masuk dalam kategori ini ini
antara lain penerimaan jasa giro, pendapatan bunga deposito,
komisi, potongan dan selisih nilai tukar Rupiah, pendapatan dari
pengembalian, fasilitas sosial dan fasilitas umum.

d. PAD dari hasil eksekusi jaminan. Pendapatan hasil eksekusi


jaminan diakui saat pihak ketiga tidak menunaikan kewajibannya.
Pada saat tersebut PPKD akan mengeksekusi uang jaminan yang
sebelumnya telah disetorkan dan mengakuinya sebagai pendapatan.
2. Pendapatan transfer. Pemerintah pusat akan mengeluarkan ketetapan
mengenai jumlah dana transfer yang diterima oleh pemerintah daerah.
demikian ketetapan pemerintah belum dapat dijadikan dasar pengakuan
pendapatan LO pendapatan tergantung pada persyaratan-persyaratan sesuai
peraturan perundangan penyaluran alokasi tersebut.
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Merupakan kelompok pendapatan
lain yang tidak termasuk dalam kategori pendapatan sebelumnya. lain-lain
pendapatan daerah yang sah dari PPKD antara lain meliputi pendapatan
hibah dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan, lembaga,
organisasi swasta atau negeri, maupun kelompok masyarakat atau
perorangan.
4. Pendapatan Non Operasional. Pendapatan Non Operasional mencakup
antara lain surplus penjualan asset non lancer, surplus penyelesaian
kewajiban jangka panajang.

Pengukuran Pendapatan

Pendapatan dapat diukur dalam hal nilai dari produk atau jasa yang
dipertukarkan dalam transaksi wajar. nilai ini merupakan nilai kas bersih atau nilai
sekarang yang didiskontokan atau nilai uang yang diterima atau yang akan diterima
dalam pertukaran dengan produk atau jasa yang ditransfer perusahaan kepada
pelanggannya. Menggunakan konsep tersebut, maka pengurang apapun dalam
harga tetap, baik berupa diskon ataupun piutang tak tertagih, harus dikurangi ketika
menghitung pendapatan. Selain itu untuk transaksi non kas, nilai pertukaran
ditetapkan setara dengan nilai pasar wajar dari barang yang diberikan atau yang
diterima, yang lebih jelas untuk dihitung.

Pengukapan Pendapatan

1. Pengungkapan Pendapatan LRA. Pendapatan disajikan berdasarkan jenis


pendapatan dalam laporan realisasi anggaran dan rincian lebih lanjut jenis
pendapatan disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. penjelasan
sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan
realisasinya sangat dianjurkan untuk diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.
2. Pengungkapan Pendapatan LO. Pendapatan disajikan berdasarkan jenis
pendapatan dalam laporan operasional dan rincian lebih lanjut jenis
pendapatan disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.

Prosedur Akuntansi Pendapatan

Langkah awal dalam melakukan akuntansi untuk perkiraan-perkiraan yang


ada dalam laporan keuangan pemerintahan daerah dalam melakukan analisis
transaksi. Jika tidak memahami makna dari transaksi tersebut maka akan sulit
untuk menentukan perkiraan mana yang di debit dan mana yang di kredit. masing-
masing elemen dari laporan keuangan dapat bertambah maupun berkurang.
Prosedur akuntansi pendapatan di PPKD. Transaksi penerimaan pendapatan di
PPKD antara lain diperoleh dari pendapatan asli daerah, seperti pajak daerah ah
dan hasil eksekusi jaminan, pendapatan transfer, lain-lain pendapatan daerah yang
sah seperti pendapatan hibah dan pendapatan non operasional.

Jurnal Koreksi Dan Pengembalian Pendapatan

Koreksi menurut PSAP Nomor 10 paragraf 4 adalah tindakan pembetulan


secara akuntansi agar akun atau pos yang tersaji dalam laporan keuangan entitas
menjadi sesuai dengan seharusnya nya, kesalahan adalah Penyajian akun pos yang
secara signifikan tidak sesuai dengan yang seharusnya yang mempengaruhi laporan
keuangan periode berjalan atau periode sebelumnya. lebih lanjut dalam psap
Nomor 10 paragraf 8- 11 dijelaskan bahwa kesalahan ditinjau dari sifat kejadian
dikelompokkan dalam dua jenis yaitu :

1. Kesalahan Tidak Berulang


2. Kesalahan berulang dan sistematik

BAB 4. AKUNTANSI BELANJA DAN BEBAN

Definisi Belanja

Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/


Bendahara Umum Daerah yang mengurangi SAL dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Belanja pada LRA diklasifikasi menurut :
1. Klasifikasi ekonomi (misal : Klasifikasi ekonomi pada pemerintah daerah
meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi,
hibah, bantuan sosial dan belanja tak terduga).

2. Klasifikasi organisasi (misal : belanja sekretariat DPRD, belanja sekretariat


daerah, belanja dinas).
Pengakuan Belanja :

1. Terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah untuk seluruh


transaksi di SKPD dan PPKD setelah dilakukan pengesahan definitif oleh
fungsi BUD untuk masing-masing transaksi yang terjadi di SKPD dan PPKD.
2. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi
pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh
pengguna anggaran setelah diverifikasi oleh PPK-SKPD.

Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum. Pengukuran
dan penilaian Belanja :

1. Belanja diukur berdasarkan jumlah pengeluaran kas yang keluar dari Rekening
Kas Umum Daerah dan atau Rekening Bendahara Pengeluaran berdasarkan
azas bruto.
2. Belanja dinilai sebesar nilai tercatat dan disajikan pada LRA berdasarkan
belanja langsung dan tidak langsung.

Pengungkapan Belanja dalam CaLK meliputi informasi :

1. Rincian belanja per SKPD.


2. Penjelasan atas unsur-unsur belanja yang disajikan dalam laporan keuangan
lembar muka.
3. Penjelasan sebab-sebab tidak terserapnya target realisasi belanja daerah.
4. Informasi lainnya yang dianggap perlu.
Definisi Beban

Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran, atau konsumsi
aset, atau timbulnya kewajiban. Beban pada LO diklasifikasikan menurut klasifikasi
ekonomi (jenis beban), misalnya : beban operasi- LO (beban pegawai, beban barang
dan jasa, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban penyusutan dan amortisasi,
beban bantuan sosial, beban penyisihan piutang, dll).

Beban diakui pada saat :

1. Timbulnya kewajiban, yaitu saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke
pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah (misal : tagihan
rekening telepon dan rekening listrik).
2. Terjadinya konsumsi aset, yaitu saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang
tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam
kegiatan operasional pemerintah (misal : pengadaan barang/jasa).
3. Terjadinya penurunan manfaat ekonomi potensi jasa, yaitu saat
penurunan nilai asset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan
/berlalunya waktu (misal : penyusutan atau amortisasi).

Beban diakui berdasarkan :

1. Metode pendekatan Beban, dimana setiap pembelian barang dan jasa akan
diakui/dicatat sebagai beban jika pembelian barang dan jasa itu dimaksud
untuk digunakan atau konsumsi segera mungkin
2. Metode pendekatan Aset, dimana setiap pembelian barang dan jasa akan
diakui/dicatat sebagai persediaan jika pembelian barang dan jasa itu dimaksud
untuk digunakan dalam satu periode anggaran atau untuk sifatnya berjaga
jaga.

Pengukuran Dan Penilaian Beban :

1. Beban diukur dan dicatat sebesar beban yang terjadi selama periode pelaporan.
2. Beban dinilai sebesar akumulasi beban yang terjadi selama satu periode
pelaporan dan disajikan pada laporan operasional sesuai dengan klasifikasi
ekonomi (line item).

Pembukuan Beban Dan Belanja Pada Sapd Skpd

Dalam hal penatausahaan belanja dan beban, SKPD memiliki kewenangan


untuk menata usahakan :

1. Belanja/Beban Operasi, yaitu : (1) Beban/belanja Pegawai ; (2) Beban/belanja


Barang dan Jasa ; (3) Beban/belanja Hibah (dalam bentuk barang/jasa) ;(4)
Beban/belanja Bantuan Sosial (dalam bentuk barang/jasa) ; (5) Beban
Penyusutan dan Amortisasi ; (6) Beban Penyisihan Piutang, dan ; (7)
Beban/Belanja Lain-lain.
2. Belanja Modal. Pihak pihak yang terkait dalam sistem akuntansi beban dan
belanja :
a. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD yang
memiliki tugas mencatat transaksi/kejadian beban dan belanja
berdasarkan bukti bukti transaksi yang sah dan valid ke Buku Jurnal.,
melakukan posting kedalam Buku Besar masing masing rekening
(rincian objek), dan menyusun Laporan Keuangan, yang terdiri dari
LRA, LO, Neraca, LPE, dan CaLK.
b. Bendahara Pengeluaran SKPD yang memiliki tugas mencatat dan
membukukan semua pengeluaran belanja kedalam buku kas umum
SKPD, membuat SPJ atas beban dan belanja.

BAB 5. AKUNTANSI PEMBIAYAAN

Definisi Pembiayaan

Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik


penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang
dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan
atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat
berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara
lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman
kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

Klasifikasi Pembiayaan

Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum


Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi
pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman
yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan
pencairan dana cadangan. Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran
Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak
ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam
periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan. Pembiayaan neto
adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran
pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu

Pengakuan Transaksi Pembiayaan

Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum
Negara/Daerah. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening
Kas Umum Negara/Daerah. Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran
pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat (diakui sebagai) dalam Pembiayaan
Neto.

Pengukuran Pembiayaan

Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu


dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran). Dalam hal pembiayaan yang terkait dengan
LRA, Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama
satu periode pelaporan dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA. Sisa lebih/kurang
pembiayaan anggaran pada akhir periode pelaporan dipindahkan ke Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih.
Pencatatan Akuntansi Pembiayaan

Pencatatan akuntansi untuk pembiayaan dilakukan dua kali karena transaksi ini
akan dilaporkan di Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan Operasional (LO).
Dalam akuntansi keuangan pemda, pembiayaan dibagi menjadi dua, yakni penerimaan
pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan memiliki saldo
normal “Kredit”. Artinya, jika terjadi transaksi yang menambah penerimaan
pembiayaan, maka akan dicatat di sisi “Kredit”. Sebaliknya jika terjadi transaksi yang
mengurangi penerimaan pembiayaan, maka akan dicatat di sisi “Debit

Sedangkan, pengeluaran pembiayaan memiliki saldo normal “Debit”. Artinya,


jika terjadi transaksi yang menambah pengeluaran pembiayaan, maka akan dicatat di
sisi “Debit”. Sebaliknya jika terjadi transaksi yang mengurangi pengeluaran
pembiayaan, maka akan dicatat

BAB 6. AKUNTANSI PERSEDIAAN

Dalam PSAP No. 5 Paragraf 4 dijelaskan bahwa persediaan adalah asset lancer
dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung
kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual
dan/ atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Klasifikasi Persediaan :

1. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan


operasional pemerintah, yang mana termasuk dalam kelompok ini adalah
barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti
komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen
peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.
2. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi.
Persediaan dalam kelompok ini meliputi bahan yang digunakan dalam proses
produksi seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian, dan lain-lain.
3. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat. Contoh persediaan yang termasuk dalam kelompok ini
adalah alat-alat pertanian setengah jadi.
4. Barang yang disimpan untuk dijual atauu diserahkan kepada masyarakat dalam
rangka kegiatan pemerintahan.

Pengakuan Persediaan

PSAP No. 5 Paragraf 13 mengatur bahwa persediaan diakui :

1. Pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
2. Pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya
berpindah.

Pencatatan persediaan dilakukan dengan :

1. Metode Perpetual, untuk jenis persediaan yang sifatnya continues dan


membutuhkan control yang besar, seperti obat-obatan. Dengan metode
perpetual, pencatatan dilakukan setiap ada persediaan yang masuk dan keluar,
sehingga nilai/jumlah persediaan selalu diperbaharui.
2. Metode Periodik, untuk persediaan yang penggunaannya sulit diidentifikasi,
seperti alat tulis kantor (ATK). Dengan metode ini, pencatatan hanya dilakukan
pada saat terjadi penambahan, sehingga tidak memperbaharui jumlah
persediaan. Jumlah persediaan akhir diketahui dengan melakukan stock
opname pada akhir periode.

Pengukuran Persediaan

1. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian


2. Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri
3. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.

Pengungkapan Persediaan

PSAP No. 5 Paragraf 26 dengan jelas menyebutkan bahwa laporan keuangan


mengungkapkan :

1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan.


2. Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam proses produksi, barang yang masih dalam proses produksi
yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
3. Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau usang.

BAB 7. AKUNTANSI INVESTASI

Definisi Investasi

Investasi adalah kegiatan pemerintah yang menanamkan uangnya dalam


bentukpenyertaan modal atau pembelian surat utang dalam rangka memperoleh
manfaat ekonomi atau sosial. Seperti yang disebutkan dalam PSAP No. 6 Paragraf 6,
investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi seperti
bunga, dividen, dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan
kemampuanpemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Bentuk Investasi

Investasi pemerintah dibatasioleh peraturan perundang-undangan, mengenai


bentuk, sifat, dan jenis-jenisnya. Investasi dapat dilakukan untuk jangka pendek
maupun jangka panjang. Investasi dapat dilakukan pada pasar uang, sedangkan
investasi jangka panjang dilakukan pada pasar modal. Investasi pemerintah biasanya
dilakukan dalam bentuk deposito, SertifikatBank Indonesia, surat utang dan obligasi
BUMN/BUMD, penyertaan pada BUMN/BUMD, atau penyertaan pada badan usaha
lainnya

PSAP No. 6 Paragraf 8 menyebut terdapat beberapa jenis investasi yang dapat
dibuktikan dengan sertifikat atau dokumen lain yang serupa. Hakikat suatu investasi
dapat berupa pembelian surat utang baik jangka pendek maupun jangka panjang
(obligasi), serta instrumen ekuitas (saham).

Klasifikasi Investasi

Investasi jangka pendek merupakan kelompok aset lancar, sedangkan investasi


jangka panjang merupakan kelompok aset nonlancar. Investasi jangka pendek adalah
investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12
(duabelas) bulan atau kurang. Investasi jangka panjang adalah investasi yang
dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan.

1. Investasi Jangka Pendek. Menurut PASP No. 6 Paragraf 10, investasi jangka
pendek harus memenuhi karkteristik, seperti dapat segera
diperjualbelikan/dicairkan; investasi tersebut ditujukan dalam rangka
manajemen kas, artinya pemerintah dapat menjual investasi tersebut apabila
timbul kebutuhan kas; dan berisiko rendah.
2. Investasi Jangka Panjang. PSAP No. 6 Paragraf 13-19 secara gamblang
menjelaskan investasi jangka panjang. Investasi jangka panjang dibagi menurut
sifat penanaman investasinya, yaitu permanen dan nonpermanen. Investasi
permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki
secara berkelanjutan sedangkan investasi nonpermanen adalah investasi jangka
panjang yang dimaksudkan untuk dimili secara tidak berkelanjutan.

Pengakuan Investasi

Pengeluaran kas dan/atau aset, penerimaan hibah dalam bentuk investasi dan
perubahan piutang menjadi investasi menurut PSAP No. 6 Paragraf 20 dan 21 dapat
diakui sebagai investasi apabila memenuhi kriteria berikut.

1. Kemungkinan manfaat ekonomidan manfaat sosial atau jasa potensial di masa


yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh pemerintah.
2. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur memadai (reliable)

Pengukuran Investasi

PSAP No. 6 Paragraf 23-35 dikatakan untuk beberpa jenis investasi, terdapat
pasar aktif yang dapat membentuk nilai pasar, dalam hal investasi yang demikian, nilai
pasar dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar. Sedangkan, untuk investasi
yangtidak memiliki pasaraktif dapat dipergunakan nilai nominal, nilai tercatat atau
nilai wajar lainnya.

Metode Penilaian Investasi

Menurut PSAP No. 6 Paragraf 36, penilaian investasi pemerintah dilakukan


dengan tiga metode, yaitu :
1. Metode Biaya. Dengan menggunakan metode biaya, investasi dicatat sebesar
biaya perolehan. Penghasilan atas investasi tersebut diakui sebesar bagian hasil
yang diterima dan tidak memengaruhi besarnya investasi pada badan usaha/
badan hukum yang terkait.
2. Metode Ekuitas. Metode ekuitas adalah suatu metode penilaian yang mengakui
penurunan atau kenaikan nilai investasi sehubungan dengan adanya laba/rugi
badan usaha yang menerima investasi, proporsional terhadap besarnya saham
atau pengendalian yang dimiliki pemerintah.
3. Metode Nilai Bersih yang Dapat Direalisasikan. Metode niali bersih yang
dapat direalisasikan digunakan terutama untuk kepemilikan yang akan
dilepas/dijual dalam jangka waktu dekat.

Pengakuan Hasil Investasi

Menurut PSAP No. 6 Paragraf 39 dan 40, hasil investasi yang diperoleh dari
investasi jangka pendek, antara lain berupa bunga deposito, bunga obligasi, dan
dividen tunai diakui pada saat diperoleh dan dicatat sebagai pendapatan. Hasil
investasi berupa dividen tunai yang diperoleh daripenyertaan modal pemerintah yang
pencatatannya menggunakan metode biaya, dicatat sebagai pendapatan hasil investasi.
Sedangkan apabila menggunakan metode ekuitas, bagian laba berupa dividen tunai
yang diperoleh pemerintah diacatat sebagai pendapatan hasil investasi dan mengurangi
nilai investasi pemerintah. Dividen dalam bentuk saham yang diterima tidak akan
menambah nilai investasi pemerintah.

Pelepasan dan Pemindahan Investasi

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan dalam Modul Pelatihan Standar


Akuntansi Pemerintahan (2009) menegaskan bahwa penerimaan dari penjualan
investasi jangka pendek yang berasal dari manajemen kas diakui sebagai penerimaan
kas pemerintah. Penerimaan ini dilaporkan dalam laporan arus kas dari aktivitas
operasi. Sedangkan, penerimaan dari pelepasan investasi jangka panjang diakui
sebagai penerimaan pembiayaan. PSAP No. 6 Paragraf 42 dengan tegas menyatakan
bahwa perbedaan antara hasil pelepasan investasi dengan nilai tercatatnya harus
dibebankan atau dikreditkan kepada keuntungan/rugi pelepasan investasi.
Keuntungan/rugi pelepasan investasi disajikan dalam laporan operasional.
Penyajian Investasi dalam Laporan Keuangan

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan dalam Modul Pelatihan Standar


Akuntansi Pemerintahan (2009) menyebut investasi disajikan sesuai dengan klasifikasi
investasi. Investasi jangka pendek disajikan pada pos aset lancar di neraca, sedangkan
investasi jangka panjang disajikan pada pos investasi jangka panjang sesuai dengan
sifatnya, baik yang bersifat permanen maupun yang nonpermanen. Berdasarkan PP
No. 24 Tahun 2005, dalam akuntansi pemerintah digunakan pendekatan “self
balancing group of account,” sehingga setiap akun di neraca mempunyai akun
pasangan masing-masing.

Pengungkapan Investasi

Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan pemerintah


berkaitan dengan investasi pemerintah menurut PSAP No. 6 Paragraf 43, antara lain :

1. Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi


2. Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanent
3. Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun investasi jangka
panjang
4. Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan tersebut
5. Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya
6. Perubahan pos investasi.

Prosedur Akuntansi Investasi

Saldo normal rekening buku besar investasi adalah saldo debit. Artinya
rekening iniakan bertambah apabila ada transaksi yang mendebitnya, sebaliknya akan
berkurang bila ada transaksi yang mengkreditnya.

1. Fungsi-fungsi yang terkait


a. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
b. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
c. Bendahara Pengeluaran/Pembantu Bendahara Pengeluaran
d. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD
e. Bagian Penanggungjawab Investasi
f. Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah
2. Dokumen yang Digunakan
a. Surat Perintah Membayar (SPM) dan Surat Perintah Pencarian Dana
(SP2D).
b. Dokumen Investasi
c. Memo Penyesuaian
d. Laporan Posisi Investasi Daerah
3. Jurnal Standar
a. Investasi Nonpermanen
1) Pinjaman kepada BUMN/BUMD/Pemerintah Pusat/Pemerintah
Daerah Lainnya
Berikut jurnal atas transaksi pemberian pinjaman kepada
BUMN/BUMD/pemerintah pusat/pemerintah daerah lainnya.
Laporan Operasional

Tanggal Uraian Debit Kredit

Pinjaman kepada BUMD xxx


Kas di Kas Daerah xxx

Laporan Realisasi Anggaran

Tanggal Uraian Debit Kredit

Pengeluaran Pembiayaan xxx


Pinjaman kepada BUMD
Estimasi Perubahan SAL xxx

2) Investasi dalam Obligasi/Surat Utang Negara (SUN)


Berikut jurnal atas transaksi investasi dalam obligasi/surat
utang negara (SUN).
Laporan Operasional

Tanggal Uraian Debit Kredit

Investasi dalam Surat Utang xxx


Negara xxx
Kas di Kas Daerah

Laporan Realisasi Anggaran

Tanggal Uraian Debit Kredit

Pengeluaran pembiayaan xxx


Pembelian SUN
Estimasi Perubahan SAL xxx

3) Investasi dalam Proyek Pembangunan


Berikut jurnal atas transaksi investasi dalam proyek
pembangunan
Laporan Operasional

Tanggal Uraian Debit Kredit

Investasi dalam Proyek xxx


Pembangunan xxx
Kas di Kas Daerah

Laporan Realisasi Anggaran

Tanggal Uraian Debit Kredit

Pengeluaran Pembiayaan— xxx


Investasi
Dalam Proyek Pembangunan xxx
Estimasi Perubahan SAL
4) Investasi Nonpermanen Lainnya
Berikut jurnal atas transaksi investasi nonpermanen lainnya

Laporan Operasional

Tanggal Uraian Debit Kredit

Investasi Nonpermanen lainnya xxx


Kas di Kas Daerah xxx

Laporan Realisasi Anggaran

Tanggal Uraian Debit Kredit

Pengeluaran pembiayaan— xxx


Investasi
Nonpermanen Lainnya xxx
Estimasi Perubahan SAL

b. Investasi Permanen
1) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Berikut jurnal atas transaksi penyertaan modal pemerintah
daerah
Laporan Operasional

Tanggal Uraian Debit Kredit

Penyertaan Modal Pemerintah xxx


Daerah xxx
Kas di Kas Daerah
Laporan Realisasi Anggaran

Tanggal Uraian Debit Kredit

Pengeluaran Pembiayaan— xxx


Penyertaan Modal Pemerintah
Daerah xxx
Estimasi Perubahan SAL

2) Investasi Permanen Lainnya


Berikut jurnal atas transaksi investasi permanen lainnya
Laporan Operasional

Tanggal Uraian Debit Kredit

Investasi Permanen Lainnya xxx


Kas di Kas Daerah xxx

Laporan Realisasi Anggaran

Tanggal Uraian Debit Kredit

Pengeluaran Pembiayaan— xxx


Investasi
Permanen Lainnya xxx
Estimasi Perubahan SAL

BAB 8. AKUNTANSI ASET TETAP

Definisi Aset Tetap

Aset tetap menurut PSAP No. 7 Paragraf 4 merupakan aset berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau
dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan Oleh
masyarakat umum. Salah satu kriteria dari aset yang dapat dikategorikan sebagai aset
tetap adalah nilainya yang besar. Aset tetap yang nilai per unitnya kecil dapat langsung
dikelompokkan sebagai persediaan. Termasuk dalam aset tetap pemerintah adalah:

1. Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan, namun dimanfaatkan oleh
entitas lainnya, misalnya instansi pemerintah lainnya, universitas, dan
kontraktor.
2. Hak atas tanah. Tidak termasuk dalam definisi aset tetap adalah aset yang
dikuasai untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah, seperti bahan (materials)
dan perlengkapan (supplies).

Pengakuan Aset Tetap

Dalam PSAP No. 7 Paragraf 15-19 jelas dikatakan kalau aset tetap diakui pada
saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan
andal. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria sebagai berikut.

1. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan.


2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal
3. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas.
4. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

Pengukuran Aset Tetap

Dalam PSAP No. 7 Paragraf 20 aset tetap dinilai dengan biaya perolehan.
Apabila penilaian aset tetap menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka
nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Biaya perolehan
sebelumnya sudah dijelaskan di Paragraf 4 sebagai jumlah kas atau setara kas yang
telah dan yang masih wajib dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang telah dan
yang masih wajib diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau
konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk
dipergunakan.

Pada PSAP No. 7 Paragraf 22, 28 dan 29 dijelaskan bahwa biaya perolehan
aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga
kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan
pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya
yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut. Biaya perolehan
suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan
setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut
ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang
dimaksudkan.

Prosedur Akuntansi Aset Tetap

Dalan Pernendagri No. 20 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan


Keuangan Dana Alokasi Khusus di Daerah Pasal 39 menjelaskan babwa prosedur
akuntansi aset pada SKPD mencakup pencatatan dan pelaporan akuntansi atas
perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap
asset tetap yang dikuasai/digunakan SKPD. Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun
2006, transaksi-transaksi tersebut secara garis besar digolongkan dalam 2 kelompok
besar transaksi, yaitu Penambahan nilai aset dan Pengurangan nilai aset.

Pencatatan aset dimulai dengan adanya bukti transaksi yang berupa Berita
acara penerimaan barang, dan atau berita acara serah terima barang, dan atau berita
acara penyelesaian pekerjaan. Berdasarkan bukti tersebut, PPK-SKPD membuat bukti
memorial. Bukti memorial tersebut dapat dikembangkan dalam format yang sesuai
dengan kebutuhan yang sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai:

1. Jenis/nama aset tetap.


2. Kode rekening yang terkait.
3. Klasifikasi aset tetap
4. Nilai aset tetap.
5. Tanggal transaksi.

BAB 9. AKUNTANSI DANA CADANGAN DAN ASET LAINNYA

Dana Cadangan

Dana yang dipisahkan untuk kebuuhan tertentu,menurut PSAP No.1 tentang


penyajian laporan keuangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung
kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu
tahun anggaran. Dana ini dinilai sebesaaar nilai nominal dana cadangan yang
dibentuk,biasanya pada periode ssebelumnya dan menambah nilai dana cadangan
tersebut.

1. Fungsi terkait
a. Pengguna anggaran
b. Bendahara pengeluaran
c. Pejabat penatapusahaan keuangan SKPD
d. Bendahara umum daerah.
2. Dokumen yang digunakan
a. Peraturan daerh tentang dana cadangan
b. Surat perintah dana langsung
c. Dokumen perintah pencairan dari dana
d. Nota kredit
e. Dokumen lainnya

Jurnal Standar Terkait Dana Cadangan

1. pembetukan dana cadangan yang biasanya pembentukan dan dana cadangan


yang dicatat oleh sistem akuntansi PPKD
2. Pencairan dana cadangan yang buasanya transaksi pencairan dana cadangan
yang dicatat oleh sistem akuntansi PPKD

Aset Lainnya

Penyusunan neraca awal pemerintah pusat,aset pemerintah selain aset


lancer,investasi jangka panjang,aset tetap,dan dana cadangan. Pada PSAP aset lainnya
terbagi menjadi 5 yaitu:

1. Aset tak berwujjud yang artinya aset non keuangan yang dapat diidentifiksi
dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan tujuan
lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual
2. Pengakuan aset tak berwujud yang artinya akuntansi pemerintahan berbasis
akrual pada pemerintah daerah untuk dapat diakui sebagai aset tak berwujud
harus dapat dibuktikan bahwa aktivitas/kegiatan tersebut telah terpenuhi.
3. Pengukuran aset tak berwujud artinya penerapan standar akuntansi
pemerintahan berbasis akrual pada pemerintah daerah,aset ini diukur dengan
harga perolehan yaitu harga yang harus diabayar entitas untuk memperoleh
suatu aset tak berwujud hingga untuk digunakan .
4. Penyaji dan pengungkapan aset tak berwujud yang artinya tenntang penerapan
standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada pemerintah daderah,aset
tak berwujud ini disajikan dalam neraca sebagai bagian dari aset lainnya.

Tagihan penjualan angsuran

Gambaran jumlah yang dapat diterima dari penjualan asset pemerintah secara
angsuran kepada pengawas pemerintah contohnya tagihan penjualan angsuran antara
lain punjualan rumah dinas dan penjualan kendaraan dinas

Tutuntan ganti rugi

Suatu proses yang dilakkan terhadapat pegawai negeri bukan bendahara


dengan tujuan untuk menuntut prngganti atas suatu kerugian yang diderita oleh Negara
sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar
hokum yang dilakukan oleh pegawai tersebut.

Kemitraan dengan Pihak ketiga

Perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk
melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan asset dan
hak usaha yang dimiliki. Masa kerja ini yaitu jangka waktu dimana pemerintah daerah
dan mitra kerja sama masih terikat dengan perjanjian kerjavsama / kemitraan.

Kas yang dibatai penggunaannya

Uang yang merupakan hak pemerintah,namun dibatasi penggunaannya atau


yang terikat penggunaannya untuk membiayai kegiatan tertentu dalam waktu lebih
dari 1 tahun. Kas yang batasi penggunaannya atau kas yang terikan pada suatu
kegiatan tertentu dibagi menadi :

1. pengakuan kas yang dibatasi penggunaannya diakui pada saat disisihkan atau
ditempatkan pada suatu rekening tertentu yang dimaksud untuk membiayai
suatu kegiatan yang memerlukan dana relative besar yang tidak dapat dipenuhi
dalam satu tahun anggaran
2. pengukuran kas yang dibatasi penggunaannya dicatat sebesar nilai nominal kas
yang disisihkan aatau ditempatkan pada suatu rekeninng tertentu yang
dimaksudkan untuk membiayai suatu kegiatan yang memerlukan dana relative
besar yang tidak dapat dipenuhi dalam 1 tahun anggaran
3. penyaji dan pengungkapan kas yang dibatasi penggunaannya disajikan didalam
kelompok asset lainnya dan diungkap secara memadai didalam CaLK.

Asset lain-lain

Digunakan untuk mencatat asset lainnya yang tidak dapat dikelompokkan


dalam asset tak berwujud dan ini dibagi menjadi :

1. Defenisi. Asset tetap yang dimaksud untuk dihentikan dari penggunaan aktif
pemerintah direklasifikasi kedalam asset lain-lain
2. Pengakuan. diakui pada saat dihentikan dari penggunaan aktif pemerinta dan
direklasifikasikan kedalam asset lain-lain.
3. Pengukuran. Asset tetap yang dimaksud untuk dihentikan dari penggunaan
pemerintah direklasifikasi kedalam asset tetap.
4. Penyajian dan pengungkapan diungkapkan secara memadai didalam calk.hal-
hal yang perlu diungkapkan antara lain adalah factor – factor yang
menyebabkan dilakukannya penghentian penggunaan,jenis asset tetap yang
diihentikan penggunaannya dan informasi lainnya yang relevan

BAB 10. AKUNTANSI KEWAJIBAN

Defenisi Kewajiban

Kewajiban menurut PSAP No.9 adalah utang yang timbul dari peristiwa masa
lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah. Pada paragraf 7 dan 8 PSAP No 9 dijelaskan bahwa dalam konteks
pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pendanaan
pinjaman dari masyarakat,lembaga keuangan,entitas pemerintahan lain atau lembaga
internasional. Kewajiban pemerintah dapat juga terjadi karena perikatan dengan
pegawai yang bekerja pada pemerintah,kewajiban kepada masyarakat luas,yaitu
kewajiban tunjangan,kompensasi,ganti rugi,kelebihan setoran pajak dari wajib
pajak,alokasi/relokasi pendapatanke entitas lainnya atau kewajiban dengan pemberi
jasa lainnya.

Klasifikasi Kewajiban

Berdasarkan PSAP No.9 paragraf 11-13, suatu kewajiban diklasifikasikan


sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 bulan
setelah tanggal pelaporan. Beberapa kewajiban jangka pendek seperti utang transfer
pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu bagian yang akan menyerap
aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya. Pada paragraf 14 No.9 dikatakan suatu
entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban jangka panjang meskipun
kewajiban tersebut jatuh tempo dan akan diselesaikan dalam waktu 12 bulan setelah
tanggal pelaporan jika jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12
bulan,entitas bermaksud mendanai kembali kewajiban tersebut atas dasar jangka
panjang, dan maksud tersebut didukung dengan adanya perjanjian pendanaan kembali
atau adanya penjadwalan kembali terhadap pembayaran yang diselesaikan sebelum
laporan keuangan disetujui. Adapun kewajiban jangka pendek di PPKD terdiri atas :

1. Utang bunga
2. Bagian lancar utang jangka panjang
3. Utang beban
4. Utang jangka pendek lainnya

Kewajiban jangka pendek di SKPD terdiri atas :

1. Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)


2. Pendapatan Diterima di Muka
3. Utang Beban
4. Utang jangka pendek lainnya

Kewajiban jangka panjang di PPKD terdiri atas :

1. Utang Dalam Negeri


2. Utang Luar Negeri
3. Utang Jangka Panjang Lainnya.

Pengakuan Kewajiban
PP No.71 tahun 2010 tentang Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan,Paragraf 87 menyatakan bahwa kewajiban diakui pada saat dana
pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul. Pada Paragraf 22 PSAP No.9
kewajiban dapat timbul dari :

1. Transaksi dengan pertukaran(exchange transaction)


2. Transaksi tanpa pertukaran sesuai yang berlaku dan kebijakan yang
diterapkan,yang belum sampai dengan saat tanggal pelaporan.
3. Kejadian yang berkaitan dengan pemerintah
4. Kejadian yang diakui pemerintah.

PSAP No 9 paragraf 18, kewajiban diakui jka besar kemungkinan bahwa


pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kwajiban
yang ada sampai saat pelaporan dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai
nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal. Paragraf 21 menjelaskan bahwa
kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima oleh pemerintah atau dikeluarakan
oleh kreditur sesuai dengan kesepakatan dan/atau pada saat kewajiban timbul.

Pengukuran Kewajiban

Pada Paragraf 32-34 PSAP No 9, dijelaskan kewajiban dicatat sebesar nilai


nominal. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata
uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada
tanggal neraca. Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan nilai kewajiban
pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera pada
lembar surat utang pemerintah.

Prosedur Kewajiban

Pencatatan akuntansi untuk kewajiban terdiri dari dua kali pencatatan yaitu
untuk keperluan penyusunan Neraca dan atau Laporan Operasional basis akrual) dan
penyusunan LRA(basis kas). Pencatatan untuk kewajiban diawali pada saat
penerimaan kas dari pinjaman pihak ketiga. Pencatatan untuk keperlua penyusunan
LRA adalah kas bertambah di sisi debit dan penerimaan pembiayaan bertambah di
sebelah kredit. Pencatatan untuk keperluan penyusunan neraca adalah kas bertamabh
di sisi debit dan kewajiban bertambah di sebelah kredit.
1. Pencatatan Kewajiban Jangka Pendek
a) Fungsi-Fungsi Terkait
(1) Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(2) Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
(3) Bendahara Pengeluaran/Pembantu Bendahara Pengeluaran
(4) Pejabat Penatausahaan Keuangan-SKPD
(5) Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah
b) Dokumen Yang Digunakan
(1) Surat Perintah Membayar (SPM)
(2) Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
(3) Bukti Transfer/Penyetoran atas PFK
(4) Laporan Posisi Utang Jangka Panjang
(5) Buku Besar
(6) Buku Besar Pembantu
c) Pencatatan Akuntansi
(1) Kewajiban kepada Pihak Ketiga
Kewajiban kepada pihak ketiga dapat timbul karena terdapat manfaat
yang telah diterima oleh pemerintah daerah namun belum dibayar oleh
pemerintah daereah. Contohnya, pada tanggal 5 Mei 2011, pihak ketiga
telah melakukan pemeliharaan gedung kantor. Tagihan yang muncul
sebesar Rp 5.000.000 dan akan dilunasi pemerintah daerah pada
tanggal 15 Mei 2011
Jurnal saat pemeliharaan gedung kantor telah selesai di SKPD
adalah :

Laporan Operasional

Tanggal Uraian Debit Kredit

5 Mei Beban Pemeliharaan Rp5.000.000


2011
Kewajiban kepada Pihak Rp
Ketiga 5.000.000
Laporan Realisasi Anggaran

Tanggal Uraian Debit Kredit

Tidak Ada Jurnal

Jurnal saat pembayaran kewajiban pemeliharaan kepada pihak


ketiga di SKPD adalah :
Laporan Operasional

Tanggal Uraian Debit Kredit

15 Mei Kewajiban kepada Pihak Ketiga Rp5.000.000


2011
Kas Bendahara Pengeluaran Rp
5.000.000

Laporan Realisasi Anggaran

Tanggal Uraian Debit Kredit

15 Mei Belanja Pemeliharaan Rp5.000.000


2011
SILPA Rp
5.000.000

(2) Kewajiban Transfer


Kewajiban transfer adalah kewajiban suatu entitas pelaporan untuk
melakukan pembayaran kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan
perundang-undangan.Contohnya, pada tanggal 5 Mei 2011, pemerintah
daerah telah menetapkan Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar
Rp5.000.000 yang akan ditransfer dan dibayar pemerintah daerah pada
tanggal 15 Mei 2011.
Jurnal saat penetapan Alokasi Dana Desa di PPKD adalah :
Laporan Operasional

Tanggal Uraian Debit Kredit

5 Mei Beban Bantuan Alokasi Dana Desa Rp5.000.000


2011
Kewajiban Jangka Panjang-Transfer Rp 5.000.000

Laporan Realisasi Anggaran

Tanggal Uraian Debit Kredit

Tidak Ada Jurnal

Jurnal saat pembayaran di PPKD adalah :


Laporan Operasional

Tanggal Uraian Debit Kredit

15 Mei Kewajiban Jangka Panjang-Transfer Rp5.000.000


2011
Kas BUD Rp 5.000.000

Laporan Realisasi Anggaran

Tanggal Uraian Debit Kredit

15 Mei Belanja Bantuan Alokasi Dana Desa Rp5.000.000


2011
SILPA Rp 5.000.000

(3) Utang Bunga


Utang bunga timbul karena pemerintah daerah mempunyai kewajiban
untuk membayar beban bunga atas utang, misalnya bunga utang dari
perbankan,utang obligasi. Akun ini dikelola oleh Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah. Oleh karena itu,inventarisasi atas utang
bunga dilakukan bersamaan dengan inventarisasi utang. Nilai yang
dicantumkan dalam neraca untuk akun ini adalah sebesar biaya bunga
yang telah terjadi tetapi belum dibayar oleh pemerintah daerah pada
tanggal penyusunan neraca.
Contohnya, pada tanggal 1 Mei 2011, diterima pinjaman dari
Bank BPD sebesar Rp480.000.000 dengan masa pinjaman 4 tahun.
Angsuran pokok pinjaman sebesar Rp10.000.000 yang dibayar setiap
tanggl 1 awal bulan dengan bunga Rp1.000.000 setiap bulannya. Pada
tanggal 31 Desember 2011, terdapat beban bunga bulan Desember yang
belum dibayar semilai Rp1.000.000

Jurnal saat pengakuan kewajiban bunga di PPKD adalah :


Laporan Operasional

Tanggal Uraian Debit Kredit

31 Desember Beban Bunga Rp 1.000.000


2011
Kewajiban Bunga Rp 1.000.000

Laporan Realisasi Anggaran

Tanggal Uraian Debit Kredit

Tidak Ada Jurnal

(4) Bagian Lancar Utang Jangka Panjang


Bagian lancar utang jangka panjang merupakan bagian utang jangka
panjang yang akan jatuh tempo dan diharapkan akan dibayar dalam
waktu 12 bulan setelah tanggal neraca. Pada umumnya, perkiraan ini
berkaitan dengan utang yang berasal dari pinjaman jangka panjang
kepada pemerintah pusat,pemerintah daerah lainnya,lembaga keuangan
bank,lembaga keuangan non-bank,penerbitan obligasi pemerintah
daerah atau utang jangka panjang lainnya.
Contohnya, pada tanggal 31 Desember 2011 terdapat utang
sebesar Rp400.000.000 yang belum dibayar. Dari nilai utang tersebut,s
senilai Rp120.000.000 akan jatuh tempo pada tahun 2012. Jurnal harus
dibuat untuk mereklasifikasi utang jangka panjang ke dalam utang
jangka pendek.
Jurnal saat pengakuan bagian lancar utang jangka panjang di
PPKD adalah :
Laporan Operasional

Tanggal Uraian Debit Kredit

31 Desember Kewajiban Bank Rp 120.000.000


2011
Bagian Lancar Utang Jangka Rp 120.000.000
Panjang

Laporan Realisasi Anggaran

Tanggal Uraian Debit Kredit

Tidak Ada Jurnal

(5) Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)


Jumlah Pungutan/Potongan PFK yang dilakukan pemerintah harus
diserahkan kepada pihak lain dalam jumlah yang sama dengan jumlah
yang dipungut/dipotong. Pada akhir periode pelaporan biasanya masih
terdapat saldo pungutan/potongan yang belum disetorkan kepada pihak
lain.
Contohnya pada tanggal 15 Mei 2012, dipungut dan disetorkan
pajak belanja sebesar Rp50.000.000.
Jurnal saat terjadi pungutan pajak di SKPD adalah :
Laporan Operasional

Tanggal Uraian Debit Kredit

15 Mei Kas Bendahara Pengeluaran Rp 50.000.000


2012
Kewajiban PFK Rp 50.000.000

Laporan Realisasi Anggaran

Tanggal Uraian Debit Kredit

Tidak Ada Jurnal

Jurnal Saat terjadi penyetoran pajak di SKPD adalah :


Laporan Operasional

Tanggal Uraian Debit Kredit

15 Mei Kewajiban PFK Rp 50.000.000


2012
Kas Bendahara Pengeluaran Rp 50.000.000

Laporan Realisasi Anggaran

Tanggal Uraian Debit Kredit

Tidak Ada Jurnal

2. Pencatatan Kewajiban Jangka Panjang


a. Fungsi-Fungsi Terkait
(1) Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(2) Bendahara Pengeluaran/Pembantu Bendahara Pengeluaran
(3) Pejabat Penatausahaan Keuangan-SKPD
(4) Bendahara Umum Daerah/Kuasa Bendahara Umum Daerah
b. Dokumen yang Digunakan
(1) SPM
(2) SP2D
(3) Laporan Posisi Utang Jangka Panjang
(4) Buku Besar
(5) Buku Besar Pembantu
c. Pencatatan Akuntansi
(1) Kewajiban kepada Pihak Ketiga
Utang kepada pihak ketiga merupakan utang yang berasal dari
pinjaman jangka panjang kepada pemerintah pusat,pemerintah daerah
lainnya,lembaga keuangan bank,lembaga keuangan nonbank,penerbitan
obligasi pemerintah daerah, dan utang jangka panjang lainnya.
Contohnya, pada tanggal 1 Mei 2011, diterima pinjaman dari
Bank BPD sebesar Rp480.000.000 dengan masa pinjaman 4 tahun.
Angsuran pokok pinjaman sebesar Rp10.000.000 setiap tanggal 1 awal
bulan dengan bunga sebesar Rp1.000.000 setiap bulannya.
Jurnal saat penerimaan pinjaman di PPKD adalah :

Laporan Operasional

Tanggal Uraian Debit Kredit

1 Mei Kas BUD Rp 480.000.000


2011
Kewajiban Jangka Panjang-Bank Rp 480.000.000
Laporan Realisasi Anggaran

Tanggal Uraian Debit Kredit

1 Mei SILPA Rp 480.000.000


2011
Penerimaan Pembiayaan-Pinjaman Rp 480.000.000

Jurnal saat pembayaran angsuran pinjaman dan pemabayaran bunga di


PPKD adalah :
Laporan Operasional

Tanggal Uraian Debit Kredit

1 Juni Kewajiban Jangka Panjang-Bank Rp 10.000.000


2011
Beban Bunga Rp 1.000.000

Kas BUD Rp 11.000.000

Laporan Realisasi Anggaran

Tanggal Uraian Debit Kredit

1 Juni Pengeluaran Pembiayaan-Angsuran Rp 10.000.000


2011 Pinjaman
Belanja Bunga Rp 1.000.000

SILPA Rp 11.000.000

Pengungkapan Kewajiban

PSAP No.9 Paragrag 87-88 menjelaskan bahwa utang pemerintah harus


diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar skedul utang untuk memberikan
informasi yang lebih baik kepada pemakainya. Untuk meningkatkan kegunaan
analisis, informasi-informasi yang harus disajikan dalam catatan atas laporan
keuangan adalah :

1. Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangan panjang yang


diklasifikasikan berdasarkan pemberian pinjaman
2. Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis
sekuritas utang pemerintah dan jatuh temponya.
3. Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga
berlaku.
4. Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo.
5. Perjanjian restrukturisasi utang meliputi :
a. Pengurangan pinjamang
b. Modifikasi persyaratan utang
c. Pengurangan jatuh tempo pinjaman
d. Pengunduran jatuh tempo pinjaman
e. Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman
f. Pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan periode
pelaporan,
6. Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur
piutang berdasarkan kreditur.
7. Biaya pinjaman :
a. Perlakuan biaya pinjaman
b. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang
bersangkutan.
c. Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.
BAB 11. AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN
AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG
TIDAK DILANJUTKAN

Ruang Lingkup

Dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan suatu entitas harus


menerapkan Pernyataan Standar ini untuk melaporkan pengaruh kesalahan, perubahan
kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan operasi yang tidak
dilanjutkan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas,
dan Catatan atas Laporan Keuangan. Pernyataan standar ini berlaku untuk entitas
pelaporan dalam menyusun laporan keuangan yang mencakup laporan keuangan
semua entitas akuntansi, termasuk Badan Layanan Umum, yang berada di
bawah pemerintah pusat/daerah.

Definisi

Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam Pernyataan Standar


dengan pengertian: Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar,
konvensi- konvensi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipakai oleh
suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan. Kesalahan adalah penyajian akun/pos yang secara signifikan tidak
sesuai dengan yang seharusnya yang mempengaruhi laporan keuangan
periode berjalan atau periode sebelumnya. Koreksi adalah tindakan pembetulan
secara akuntansi agar akun/pos yang tersaji dalam laporan keuangan entitas menjadi
sesuai dengan yang seharusnya. Operasi tidak dilanjutkan adalah penghentian suatu
misi atau tupoksi tertentu yang berakibat pelepasan atau penghentian suatu fungsi,
program, atau kegiatan, sehingga aset, kewajiban, dan operasi dapat dihentikan
tanpa mengganggu fungsi, program, atau kegiatan yang lain. Perubahan
estimasi adalah revisi estimasi karena perubahan kondisi yang mendasari estimasi
tersebut, atau karena terdapat informasi baru, pertambahan pengalaman dalam
mengestimasi,atau perkembangan lain.Pos adalah kumpulan akun sejenis yang
ditampilkan pada lembar muka laporan keuangan.
Koreksi Kesalahan

Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau beberapa


periode sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode berjalan. Kesalahan
mungkin timbul karena keterlambatan penyampaian bukti transaksi oleh pengguna
anggaran, kesalahan perhitungan aritmatik, kesalahan penerapan standar dan kebijakan
akuntansi, kesalahan interpretasi fakta, kecurangan atau kelalaian. Dalam situasi
tertentu, suatu kesalahan mempunyai pengaruh signifikan bagi satu atau lebih laporan
keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan keuangan tersebut tidak
dapat diandalkan lagi. Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi
yang berhubungan dengan periode sebelumnya harus dilaporkan
dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi
yang berpengaruh material pada periode berikutnya harus diungkapkan pada catatan
atas laporan keuangan. Kesalahan ditinjau dari sifat kejadian dikelompokkan dalam 2
(dua) jenis:

1. Kesalahan tidak berulang;


2. Kesalahan berulang dan sistemik.

Kesalahan tidak berulang adalah kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi
kembali, dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis:

1. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan;


2. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya.

Kesalahan berulang dan sistemik adalah kesalahan yang disebabkan sifat


alamiah (normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan terjadi
secara berulang. Contohnya adalah penerimaan pajak dari wajib pajak yang
memerlukan koreksi sehingga perlu dilakukan restitusi atau tambahan pembayaran
dari wajib pajak. Setiap kesalahan harus dikoreksi segera setelah diketahui. Koreksi
kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan, baik yang
mempengaruhi posisi kas maupun yang tidak, dilakukan dengan pembetulan pada
akun yang bersangkutan dalam periode berjalan, baik pada akun pendapatan-LRA
atau akun belanja, maupun akun pendapatan-LO atau akun beban. Koreksi kesalahan
yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan mempengaruhi
posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut belum diterbitkan, dilakukan
dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan, baik pada akun pendapatan- 20
LRA atau akun belanja, maupun akun pendapatan-LO atau akun beban.

Contoh koreksi kesalahan belanja:

1. yang menambah saldo kas yaitu pengembalian belanja pegawai tahun


lalu karena salah penghitungan jumlah gaji, dikoreksi dengan menambah
saldo kas dan pendapatan lain-lain-LRA.
2. yang menambah saldo kas terkait belanja modal yang menghasilkan aset, yaitu
belanja modal yang di-mark-up dan setelah dilakukan pemeriksaan kelebihan
belanja tersebut harus dikembalikan, dikoreksi dengan menambah saldo kas
dan menambah akun pendapatan lain-lain-LRA.
3. yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat transaksi belanja pegawai tahun lalu
yang belum dilaporkan, dikoreksi dengan mengurangi akun Saldo Anggaran
Lebih dan mengurangi saldo kas.
4. yang mengurangi saldo kas terkait belanja modal yang menghasilkan
aset, yaitu belanja modal tahun lalu yang belum dicatat, dikoreksi dengan 2
mengurangi akun Saldo Anggaran Lebih dan mengurangi saldo kas.

Koreksi kesalahan atas perolehan aset selain kas yang tidak berulang yang
terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi
kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun aset bersangkutan.

Contoh koreksi kesalahan untuk perolehan aset selain kas:

1. yang menambah saldo kas terkait perolehan aset selain kas yaitu pengadaan
aset tetap yang di-mark-up dan setelah dilakukan pemeriksaan kelebihan nilai
aset tersebut harus dikembalikan, dikoreksi dengan menambah saldo kas dan
mengurangi akun terkait dalam pos aset tetap.
2. yang mengurangi saldo kas terkait perolehan aset selain kas yaitu pengadaan
aset tetap tahun lalu belum dilaporkan, dikoreksi dengan menambah akun
terkait dalam pos aset tetap dan mengurangi saldo kas.
Koreksi kesalahan atas beban yang tidak berulang, sehingga mengakibatkan
pengurangan beban, yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
mempengaruhi posisi kas dan tidak mempengaruhi secara material posisi aset selain
kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan
dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-lain-LO. Dalam hal mengakibatkan
penambahan beban dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas.

Contoh koreksi kesalahan beban:

1. yang menambah saldo kas yaitu pengembalian beban pegawai tahun lalu
karena salah penghitungan jumlah gaji, dikoreksi dengan menambah saldo kas
dan menambah pendapatan lain-lain-LO.
2. yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat transaksi beban pegawai tahun lalu
yang belum dilaporkan, dikoreksi dengan mengurangi akun beban lain lain-LO
dan mengurangi saldo kas.

Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan-LRA yang tidak berulang yang


terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi
kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun Saldo Anggaran Lebih.

Contoh koreksi kesalahan pendapatan-LRA:

1. yang menambah saldo kas yaitu penyetoran bagian laba perusahaan 3negara
yang belum masuk ke kas Negara dikoreksi dengan menambah akun kas dan
menambah akun Saldo Anggaran Lebih.
2. yang mengurangi saldo kas yaitu pengembalian pendapatan dana alokasi
umum karena kelebihan transfer oleh Pemerintah Pusat, dikoreksi oleh: (1)
pemerintah yang menerima transfer dengan mengurangi akun Saldo Anggaran
Lebih dan mengurangi saldo kas. (2) pemerintah pusat dengan menambah akun
saldo kas dan menambah Saldo Anggaran Lebih.

Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan-LO yang tidak berulang yang


terjadi pada periode periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi
kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun ekuitas.
Contoh koreksi kesalahan pendapatan-LO:

1. yang menambah saldo kas yaitu penyetoran bagian laba perusahaan negara
yang belum masuk ke kas negara dikoreksi dengan menambah akun kas dan
menambah akun ekuitas.
2. yang mengurangi saldo kas yaitu pengembalian pendapatan dana alokasi
umum karena kelebihan transfer oleh Pemerintah Pusat dikoreksi oleh: (1)
pemerintah yang menerima transfer dengan mengurangi akun Ekuitas dan
mengurangi saldo kas. (2) pemerintah pusat dengan menambah akun saldo
kas dan menambah Ekuitas.

Koreksi kesalahan atas penerimaan dan pengeluaran pembiayaan yang tidak


berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah
maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun kas dan akun Saldo Anggaran
Lebih. Contoh koreksi kesalahan terkait penerimaan pembiayaan:

1. yang menambah saldo kas yaitu Pemerintah Pusat menerima setoran


kekurangan pembayaran cicilan pokok pinjaman tahun lalu dari Pemda A,
dikoreksi oleh Pemerintah pusat dengan menambah saldo kas dan menambah
akun Saldo Anggaran Lebih.
2. yang mengurangi saldo kas terkait penerimaan pembiayaan, yaitu pemerintah
pusat mengembalikan kelebihan setoran cicilan pokok pinjaman tahun lalu dari
Pemda A dikoreksi dengan mengurangi akun Saldo Anggaran Lebih dan
mengurangi saldo kas.

Contoh koreksi kesalahan terkait pengeluaran pembiayaan:

1. yang menambah saldo kas yaitu kelebihan pembayaran suatu angsuran utang
jangka panjang sehingga terdapat pengembalian pengeluaran angsuran,
dikoreksi dengan menambah saldo kas dan menambah akun Saldo Anggaran
Lebih.
2. yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat pembayaran suatu angsuran utang
tahun lalu yang belum dicatat, dikoreksi dengan mengurangi saldo kas dan
mengurangi akun Saldo Anggaran Lebih.
Koreksi kesalahan yang tidak berulang atas pencatatan kewajiban yang terjadi
pada periode-periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas,
apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun kewajiban bersangkutan .

Contoh koreksi kesalahan terkait pencatatan kewajiban:

1. yang menambah saldo kas yaitu adanya penerimaan kas


karena dikembalikannya kelebihan pembayaran angsuran
suatu kewajiban dikoreksi dengan menambah saldo kas dan menambah akun
kewajiban terkait.
2. yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat pembayaran suatu
angsuran kewajiban yang seharusnya dibayarkan tahun lalu dikoreksi
dengan menambah akun kewajiban terkait dan mengurangi saldo kas.

Koreksi kesalahan sebagaimana dimaksud tersebut di atas tidak berpengaruh


terhadap pagu anggaran atau belanja entitas yang bersangkutan dalam periode
dilakukannya koreksi kesalahan. Koreksi kesalahan sebagaimana dimaksud pada
paragraf tersebut di atas tidak berpengaruh terhadap beban entitas yang bersangkutan
dalam periode dilakukannya koreksi kesalahan. Koreksi kesalahan tidak berulang
yang terjadi pada periode- periode sebelumnya dan tidak mempengaruhi posisi kas,
baik sebelum maupun setelah laporan keuangan periode tersebut diterbitkan,
pembetulan dilakukan pada akun-akun neraca terkait pada periode kesalahan
ditemukan. Contoh kesalahan yang tidak mempengaruhi posisi kas sebagaimana
disebutkan pada paragraf adalah pengeluaran untuk pembelian peralatan dan mesin
(kelompok aset tetap) dilaporkan sebagai jalan, irigasi, dan jaringan. Koreksi yang
dilakukan hanyalah pada Neraca dengan mengurangi akun jalan, irigasi, dan jaringan
dan menambah akun peralatan dan mesin. Pada Laporan Realisasi Anggaran tidak
perlu dilakukan koreksi.

Perubahan Kebijakan Akuntansi

Para pengguna Laporan Keuangan perlu membandingkan laporan keuangan


dari suatu entitas pelaporan dari waktu ke waktu untuk mengetahui kecenderungan
arah (trend) posisi keuangan, kinerja, dan arus kas. Oleh karena itu, kebijakan
akuntansi yang digunakan harus diterapkan secara konsisten pada setiap
periode. Perubahan di dalam perlakuan, pengakuan, atau pengukuran akuntansi
sebagai akibat dari perubahan atas basis akuntansi, kriteria kapitalisasi, metode, dan
estimasi, merupakan contoh perubahan kebijakan akuntansi. Suatu perubahan
kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya apabila penerapan suatu kebijakan
akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan atau standar akuntansi
pemerintahan yang berlaku, atau apabila diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan
menghasilkan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas
yang lebih relevan dan lebih andal dalam penyajian laporan keuangan entitas.

Operasi Yang Tidak Dilanjutkan

Apabila suatu misi atau tupoksi suatu entitas pemerintah dihapuskan oleh
peraturan, maka suatu operasi, kegiatan, program, proyek, atau kantor terkait pada
tugas pokok tersebut dihentikan. Informasi penting dalam operasi yang tidak
dilanjutkan, misalnya hakikat operasi, kegiatan, program, proyek yang dihentikan,
tanggal efektif penghentian, cara penghentian, pendapatan dan beban tahun berjalan
sampai tanggal penghentian apabila dimungkinkan, dampak sosial atau dampak
pelayanan, pengeluaran aset atau kewajiban terkait pada penghentian apabila ada—
harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.

Agar Laporan Keuangan disajikan secara komparatif, suatu segmen yang


dihentikan itu harus dilaporkan dalam Laporan Keuangan walaupun berjumlah nol
untuk tahun berjalan. Dengan demikian, operasi yang dihentikan tampak pada
Laporan Keuangan. Pendapatan dan beban operasi yang dihentikan pada suatu tahun
berjalan, di akuntansikan dan dilaporkan seperti biasa, seolah-olah operasi itu berjalan
sampai akhir tahun Laporan Keuangan. Pada umumnya entitas membuat rencana
penghentian, meliputi jadwal penghentian bertahap atau sekaligus, resolusi masalah
legal, lelang, penjualan, hibah dan lain-lain.

Bukan merupakan penghentian operasi apabila :

1. Penghentian suatu program, kegiatan, proyek, segmen secara evolusioner/


alamiah. Hal ini dapat diakibatkan oleh demand (permintaan publik yang
dilayani) yang terus merosot, pergantian kebutuhan lain.
2. Fungsi tersebut tetap ada.
3. Beberapa jenis subkegiatan dalam suatu fungsi pokok dihapus, selebihnya
berjalan seperti biasa. Relokasi suatu program, proyek, kegiatan ke
wilayah lain.
4. Menutup suatu fasilitas yang ber-utilisasi amat rendah, menghemat
biaya, menjual sarana operasi tanpa mengganggu operasi tersebut.

Tanggal Efektif

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini berlaku efektif untuk


laporan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mulai Tahun Anggaran 2010.
Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP 14 ini, entitas pelaporan
dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual paling lama 4 (empat) tahun
setelah Tahun Anggaran 2010.

BAB 12. LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN

Definisi Laporan Keuangan Konsolidasian

Berdasarkan PSAP No.11 Paragraf 6 laporan keuangan konsolidasian adalah


suatu laporan keuangan yang merupakan gabungan dari keseluruhan laporan keuangan
entitas laporan akuntansi, sehingga terjadi sebagai satu entitas tunggal. Neraca saldo
dari semua entitas akuntansi SKPD dan entitas tersebut menjadi dasar dalam
penyusunan laporan keuangan. Terdapat 7 laporan keuangan yang dibuat oleh PPKD :

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA),


2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL),
3. Neraca,
4. Laporan Operasional (LO),
5. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE),
6. Laporan Arus Kas (LAK),
7. Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK).

Pada PSAP No.11 dijelaskan bahwa laporan keuangan konsolidasian disajikan


untuk periode pelaporan yang sama dengan periode pelaporan keuangan entitas
pelaporan dan berisi jumlah kompratif dengan periode sebelumnya. Proses konsolidasi
diikuti dengan eliminasi akun-akun timbale balik (reciprocal accounts).

Proses Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian

Pertama, menyiapkan kertas kerja konsolidasi yang meliputi pengisian Neraca saldo
SKPD dan PPKD, lalu membuat jurnal eliminasi dan membuat neraca saldo
pemerintah daerah. Setelah kertas kerja konsolidasi telah disiapkan, tahap selanjutnya
yaitu menyusun laporan keuangan konsolidasi yang dimulai dari :

1. Menyusun LRA, membuat jurnal penutup LRA dan neraca saldo setelah
penutupan LRA,
2. Menyusun LO, membuat jurnal penutup LO dan neraca saldo setelah
penutupan LO,
3. Menyusun Neraca, membuat jurnal penutup akhir dan neraca saldo akhir,
4. Menyusun laporan perubahan SAL,
5. Menyusun laporan perubahan Ekuitas,
6. Menyusun Catatan Atas Laporan Keuangan,
7. Menyusun Catatan Atas Laporan Keuangan.

SKPD bertindak sebagai kantor cabang, tetapi keduanya adalah entitas


pelaporan, yaitu entitas pelaporan pemerintah daerah yang bersangkutan. Untuk
realisasi anggaran gabungan tidak perlu proses eliminasi, tetapi penggabungan dari
seluruh pendapatan dan belanja dari PPKD dan semua SKPD. Fungsi PPKD untuk
menyiapkan kertas kerja dengan lajur sesuai banyaknya SKPD dan PPKD. Kertas
kerja digunakan untuk menyiapkan kolom neraca saldo pemerintah daerah dalam
kertas kerja penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.

1. Laporan realisasi anggaran, Jurnal Penutup, dan Neraca Saldo setelah


penutupan
2. Laporan laba operasional, Jurnal penutup laporan operasional, dan Neraca
saldo setelah penutupan
3. Menyusun Neraca, Jurnal penutup akhir dan neraca saldo akhir
4. Laporan Perubahan SAL
5. Menyusun Laporan Perubahan Ekuitas
6. Membuat Laporan Arus Kas
7. Membuat Catatan Atas laporan keuangan

Pengungkapan Konsolidasi Laporan Keuangan Konsolidasi

Entitas akuntansi menyelanggarakan akuntansi dan menyampaikan laporan


keuangan sehubungan dengan anggaran/barang yang dikelolanya ditujukan pada
entitas pelaporan. Laporan keuangan disampaikan secara intern dan berjenjang kepada
unit yang lebi tinggi dalam rangka penggabungan laporan keuangan oleh entitas
pelaporan keuangan (PSAP No.11, paragraph 15-16)

BAB 13. PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

Pendahuluan

Langkah awal dalam melakukan akuntansi untuk perkiraan-perkiraan yang ada


dalam laporan keuangan SKPD adalah melakukan analisis transaksi. Jika kita tidak
memahami makna dari transaksi tersebut maka akan sulit untuk menentukan perkiraan
mana yang debit dan mana yang kredit. Masing-masing elemen dari laporan keuangan
dapat bertambah maupun berkurang. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa
mendebit suatu perkiraan dapat berarti penambahan atau pengurangan, tergantung
pada jenis perkiraannya. Demikian haknya juga dengan mengkredit suatu perkiraan.

Langkah-langkah Penyusunan Laporan Keuangan SKPD

Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penyusunan


laporan keuanagn SKPD :

1. Mencatat Jurnal. Jurnal adalah catatan sistematik tentang kronologis transaksi-


transaksi keuangan dengan menyebutkan rekening yang akan didebit atau
dikredit
2. Posting ke Buku Besar
3. Membuat Neraca Saldo
4. Membuat jurnal penyesuaian
5. Membuat Neraca Saldo setelah disesuaikan
6. Membuat laporan keuangan
7. Jurnal penutup
8. Neraca saldo setelah penutupan
9. Konversi SAP
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kelebihan Buku

1. Penggunaan Bahasa yang digunakan oleh penulis sangat komunikatif sehingga


membantu para pembaca untuk lebih dapat memahami materi yang dijelaskan
dengan mudah. Penulis juga menjelaskan singkatan-singkatan bahasa atau
bahasa asing sehingga memperjelas pemahaman pembaca
2. Penulis memberikan latihan soal di setiap akhir bab atau disetiap akhir materi
yang dijelaskannya. Latihan yang diberikan juga beragam mulai dari Pilihan
berganda hingga latihan soal Essai. Dengan adanya latihan soal ini pembaca
akan sangat terbantu untuk mengasah kemampuanpembaca akan materi yang
dijelaskan oleh penulis
3. Penjelasan materi terkait laporan keuangan pemerintah daerah dijelaskan
dengan sangat baik terkhususnya karena penulis memberikan contoh laporan
keuangan pemerintah daerah tersebut mulai dari laporan realisasi anggaran
hingga catatat atas laporan keuangan
4. Dalam menjelaskan laporan keuangan pemerintah pada point (3), penulis
menjelaskan setiap bagian-bagian atau akun-akun yang ada didalam laporan
keuanagn tersebut seperti jenis-jenisnya, klasifikasinya, hingga sumber-
sumbernya.
5. Dalam penjelasan materi akuntansi keuangan daerah yang terkait jurnal atau
pencatatan transaksi keuangan, penulis memberikan contoh jurnal pencatatan
atas transaksi tersebut. Pemberian contoh jurnal ini disertai dengan contoh
kasus. Dan penjelasan akan jurnal tersebut dibuat dalam 2 tabel yaitu jurnal
untuk laporan realisasi anggaran dan laporan operasional
6. Dalam menjalskan setiap materinya, penulis tidak menjelaskannya dengan
berbeli-belit ataupun berulang-ulang sehingga membat pembaca mengerti
akan maksud atau inti utama penjelasan penulis
7. Buku akuntansi keuangan daerah ini sudah disesuaikan dengan peraturan
terbaru terkait Standar Akuntansi Pemerintahan di Indonesia yaitu PP No. 71
tahun 2010 dan Pemendagri No. 64 Tahun 2013 sehingga pembaca akan
mendapatkan ilmu atau pengetahuan terkait akuntansi keuangan daerah yang
sudah sesuai dengan peraturan terbaru pemerintah.
8. Dalam menjelaskan materi yang disajikannya, penulis banyak memberikan
contoh kasusu sehingga mempermudah pembaca dalam memahami materi
yang disajikan

B. Kelemahan Buku

1. Pada buku ini tidak ada materi atau bab khusus yang membahas tentang
penyusunan APBD suatu pemerintah sehingga dirasa kurang lengkap karena
penyusunan APBD merupakan salah satu point penting dalam materi akuntansi
keuangan daerah ini
2. Dalam akhir setiap bab atau sub bab yang ada dalam buku ini tidak terdapat
ringkasan materi yang dijelaskan oleh penulis.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Akuntansi keuangan daerah adalah proses pengidentifikasian, pengukuran,


pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah
daerah-pemda (kabupaten, kota, atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam
rangka pengambilan keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternal
entitas pemda (kabupaten, kota atau provinsi). Pihak-pihak eksternal entitas pemda
yang memerlukan informasi yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah tersebut
antara lain adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), badan pengawas
keuangan, investor, kreditur, dan donatur, analisis ekonomi dan pemerhati pemda,
rakyat, pemda lain dan pemerintah pusat, yang seluruhnya berada dalam lingkungan
akuntansi keuangan daerah.

Siklus Akuntansi Keuangan Daerah sejatinya sama dengan Siklus Akuntansi


pada umumnya. Perbedaannya terdapat di langkah atau alurnya. Pada Akuntansi
Keuangan Daerah, setelah penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian (NSSP)
dapat langsung dibuatkan Laporan Perhitungan APBD. Namun, untuk alasan
kemudahan pembuatan laporan, setelah NSSP dibuat maka akan ditutup oleh Jurnal
Penutup dan akan langsung dibuatkan Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Modal
(R/K Pemda) dan Neraca. Tentunya setiap pencatatan transaksi harus disertakan
dengan dokumen-dokumen dan bukti transaksi yang sah untuk kemudian dimasukkan
ke dalam jurnal dan buku besar pembantu.

Setiap buku memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh


karena itu, pembaca diharapkan lebih teliti dalam memilih referensi belajar atau
sumber utama pembelajaran. Jika dilihat dari materi dan penjelasan isi buku ini maka
kami berpendapat bahwa buku ini sangat baik digunakansebagai referensi ataupun
sumber bacaan utama. Namun, pembaca juga harus menutupi kekurangan atas buku ini
dengan membaca dari referensi yang lainnya
B. Saran

Saran yang dapat kami berikan kepada pembaca adalah :

1. Menambah sumber refensi saat mempelajari satu bidang. Referensi tersebut


dapat diambil dari artikel, jurnal, buku, maupun internet. Namun, pembaca
juga harus selektif dalam memilih sumber bacaan nya

Saran yang dapat kami berikan kepada penulis adalah :

1. Menambahkan rangkuman yang dapat mempermudah pemahaman pembaca


2. Menambah bab yang membahas tentang penyusunan APBD
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Erlina, SE., M. Si., Ak., CA; Omar Sakti Rambe, SE., Ak., CA; Drs. Rasdianto,
M.Si., Ak., CA. Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual. Jakarta. 2016. Salemba
Empat

https://www.wikipedia.org/

http://wahyoenoegroho.blogspot.com/2013/04/akuntansi-keuangan-daerah.html

Anda mungkin juga menyukai