Anda di halaman 1dari 48

MATERI KULIAH

TEORI PEMESINAN

PROSES PEMESINAN FRAIS

Oleh:
Dr. Ir. Dwi Rahdiyanta, M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Daftar Istilah (gunakan style: Heading 1)

root circle = Lingkaran kaki yang merupakan lingkaran semu dengan diameter yang
merupakan dasar pembentukan involute.

pitch circle = Lingkaran pitch yaitu merupakan lingkaran semu dengan diameter dimana
kelilingnya merupakan hasil kali dari pitch dengan jumlah gigi.

modul = parameter yang menentukan jumlah gigi bagi suatu lingkaran pitch yang
tertentu.

tooth = Tebal gigi yang merupakan panjang busur pada lingkaran pitch diantara
thickness dua buah sisi pada satu gigi.

adendum = merupakan jarak radial antara lingkaran puncak (addendum circle)


dengan lingkaran pitch.

dedendum = merupakan jarak radial antara lingkaran pitch dengan lingkaran kaki.

pressure
angle = Sudut tekan yaitu merupakan sudut terkecil antara garis normal pada
involut dengan garis singgung pada lingkaran pdi titik potong antara
involut dengan lingkaran referensi. Menurut standar ISO sudut tekan
besarnya 20 0.

Scolor = Ulir pada bidang datar

Serrations = Gerigi

ratchet = Roda gigi searah

2
Kegiatan Belajar 2: Pemesinan Frais

A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Capaian pembelajaran kegiatan belajar 2 ini adalah merencanakan dan melakukan pekerjaan
pembentukan benda kerja dengan menggunakan mesin frais konvensional.

B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Sub capaian pembelajaran yang akan kita pelajari pada kegiatan belajar ini adalah:

1. Menentukan berbagai perlengkapan pada mesin frais (alat pencekam benda kerja dan
alat pencekam pisau frais)
2. Menentukan berbagai macam jenis pisau dalam proses pemesinan frais
3. Menentukan parameter-parameter pada proses pemesinan frais
4. Menentukan pembagian dengan menggunakan deviding head
5. Merencanakan berbagai macam pekerjaan pembentukan benda kerja dengan mesin
frais.

C. Pokok-Pokok Materi
Materi pokok yang akan dibahas pada kegiatan ini adalah: Pengertian umum mengenai
pemesinan frais dan metode penyayatan pada pemesinan frais, alat kelengkapan mesin frais
yang meliputi berbagai alat penjepit benda kerja dan penjepit pisau frais, jenis-jenis pisau frais
beserta fungsinya, parameter proses pemesinan frais, berbagai macam pekerjaan dalam
proses pemesinan frais yang meliputi pembuatan: bidang rata, bertingkat, bidang miring, alur,
drilling, boring, dan pembuatan berbagai macam roda gigi.

1. Pengertian
Proses pemesinan frais adalah proses pemotongan benda kerja dengan alat potong yang
berputar. Proses pemesinan frais merupakan proses pemotongan benda kerja yang sangat
efektif, karena pisau frais memiliki sisi potong jamak. Permukaan yang dipotong bisa berbentuk
bidang rata datar, bidang rata miring menyudut, bidang siku, bidang sejajar, alur lurus atau
melingkar, dan segi banyak beraturan maupun yang tidak beraturan. Disamping itu dengan
penggunaan peralatan bantu, mesin frais dapat digunakan untuk mengerjakan pembuatan roda
gigi (lurus, rack, helik, payung, dan roda gigi cacing), nok/eksentrik, ulir scolor (ulir pada bidang
datar), dan ulir cacing yang mempunyai kisar besar dan tidak dapat dikerjakan di mesin bubut.
Pada umumnya mesin frais yang dikendalikan secara mekanis (konvensional manual)
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu mesin frais horisontal dan vertikal. Disebut mesin frais
horisontal jika kedudukan sumbu spindel mesin sejajar dengan permukaan meja mesin, dan
disebut mesin frais vertikal jika sumbu spindel mesin tegak lurus terhadap permukaan meja

3
mesin. Bagian-bagian utama dan gerakan-gerakan utama dari mesin frais dapat dilihat pada
Gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Bagian-bagian utama mesin frais dan gerakan utama proses frais;
(a) Frais Vertikal, dan (b) frais horizontal

Metode Pemotongan Proses Frais


Metode pemotongan pada proses frais ditentukan berdasarkan arah relatif gerak
pemakanan (gerakan meja mesin frais) terhadap putaran pisau. Metode pemotongan pada
proses pemesinan frais dibagi menjadi tiga, yaitu : 1) frais naik /berlawanan arah (up milling), 2)
frais turun /searah (down milling) , dan 3) frais netral.

a. Frais naik (Up Milling )


Frais naik biasanya disebut frais konvensional (conventional milling). Gerak dari putaran
pisau berlawanan arah terhadap gerak makan meja mesin frais. Sebagai contoh, pada proses
frais naik apabila pisaut berputar searah jarum jam, benda kerja disayat ke arah kanan.
Penampang melintang bentuk beram (chips) untuk proses frais naik adalah seperti koma
diawali dengan ketebalan minimal kemudian menebal. Proses frais ini sesuai untuk mesin frais
konvensional/manual, karena pada mesin konvensional backlash ulir transportirnya relatif besar
dan tidak dilengkapi backlash compensation.

4
b. Frais turun (Down Milling)
Proses frais turun dinamakan juga climb milling. Arah dari putaran pisau sama dengan
arah gerak makan meja mesin frais. Sebagai contoh jika pisau berputar berlawanan arah jarum
jam, benda kerja disayat kekanan. Penampang melintang bentuk beram (chips) untuk proses
frais naik adalah seperti koma diawali dengan ketebalan maksimal kemudian menipis. Proses
frais ini sesuai untuk mesin frais CNC, karena pada mesin CNC gerakan meja dipandu oleh ulir
dari bola baja, dan dilengkapi backlash compensation. Untuk mesin frais konvensional tidak
direkomendasikan melaksanakan proses frais turun, karena meja mesin frais akan tertekan dan
ditarik oleh pahat.
c. Frais Netral
Pemotongan netral terjadi apabila dalam proses penyayatan benda menggunakan pisau
face mill atau sheel end mill.

a) Frais Up Milling b) Frais Down Milling

2. Alat Kelengkapan mesin Frais


a. Peralatan Pemegang/penjepit Pisau Frais

1) Drill Chuck Arbor


Alat ini dipakai untuk mencekam mata bor, atau
tool lain yang berdiameter kecil dan memiliki
bentuk tangkai silindris.

2) Sleeve Arbor
a) Slevee Arbor for cutter
Digunakan untuk mencekam end mill cutter yang
memiliki bentuk tangkai tirus.

5
b) Sleeve Arbor for twist-drill
Digunakan untuk mencekam twist drill yang
memiliki bentuk tangkai tirus.

3) Collet Arbor
Digunakan untuk mencekam pisau dengan
tangkai silindris, dan didesain untuk dapat
mencekam pisau dengan diameter yang bervariasi
sesuai dengan kapasitas collet yang sudah
ditentukan.

4) Stub Arbor
Digunakan untuk mencekam face mill, shell end
mill cutter, dan beberapa tools lain yang memiliki
lubang silindris di tengah, dan tanpa perlu
menambahkan ring untuk membantu pencekaman

5) Short Arbor
Short arbor ini digunakan untuk mencekam shell
end mill cutter dan beberapa tools lain yang
memiliki lubang silindris ditengah, dan biasanya
perlu ditambahkan ring untuk membantu proses
pencekaman.

6) Long Arbor
Long Arbor digunakan sebagai dudukan pisau
(slab mill, side and face mill, slitting saw, dll.) yang
dipasang pada spindel utama pada posisi
mendatar (horizontal). Long arbor dilengkapi
dengan ring-ring yang berfungsi untuk
memposisikan kedudukan pisau dan sekaligus
untuk menjepit pisau. Pada long arbor terdapat alur
pasak.

6
7) Side Lock Arbor
Salah satu jenis Arbor yang digunakan untuk
mencekam cutter dengan tangkai silindris, dimana
prinsip pencekamannya cukup sederhana, yaitu
hanya dengan mengencangkan screw yang ada
pada arbor, sehingga screw tersebut menekan
cutter dan mengikatnya, untuk itu perlu ada
bidang rata pada sisi tangkai cutter, agar bisa
tercekam dengan baik.
8) Boring Head Arbor

Digunakan untuk mencekam boring tools, dimana


pada boring head biasanya disertai skala yang
cukup teliti untuk pembuatan lubang yang memiliki
ukuran presisi.

b. Peralatan Pemegang/Penjepit Benda Kerja

1) Clamping

Clamping digunakan untuk mencekam material


langsung pada meja mesin frais. Dalam hal ini
clamp digunakan sebagai pencekam sedangkan T-
slot Bolt sebagai pengencangnya.

2) Angle Plate

Angle plate digunakan sebagai dudukan atau basis


dari benda kerja yang dituntut memiliki kesikuan
yang teliti, yang tidak bisa dicekam dengan ragum.
Benda kerja yang dipasang pada angle plate,
dicekam dengan menggunakan clamp.

7
3) V-Block

V-blocks digunakan untuk pencekaman batang


poros yang akan dikerjakan dengan mesin frais.
Batang poros yang pendek biasanya ditempatkan
pada sebuah V-blocks saja, tetapi jika batang
porosnya panjang, dibutuhkan dua buah V-blocks
atau lebih dipasang pada meja mesin. V-blocks
dan benda kerja dicekam pada meja mesin frais
dengan menggunakan clamp.

4) Vice Machine
a) Vice Plate

Vice plate atau ragum rata merupakan alat


pencekam benda kerja yang paling sering
digunakan dalam proses pemesinan frais.

b) Swivel Vice
Swivel vice memiliki kemampuan untuk diubah
sudutnya pada satu sudut putar, sehingga mampu
digunakan untuk pembuatan sudut pada proses
pemesinan frais.

c) Compound Vice

Compound vice ini memiliki lebih dari satu sudut


putar, sehingga bisa digunakan untuk pembuatan
sudut / profil yang lebih rumit.

8
5) Rotary Table

Rotary table digunakan untuk membuat pembagian


jarak-jarak lobang, alur radius (melingkar), dan
bentuk-bentuk segi banyak.

6) Deviding Heads

Deviding head digunakan untuk membuat segi-segi


yang beraturan pada poros benda kerja, maupun
untuk membuat alur helik pada pemesinan frais.
Deviding head biasanya dilengkapi dengan plat
pembagi yang berfungsi untuk membantu
pembagian yang tidak dapat dilakukan dengan
pembagian langsung. Untuk melakukan pembagian
deferensial dan pembuatan alur helik, deviding
head dilengkapi juga dengan roda-roda tukar.

3. Pisau Frais dan Kegunaannya

a. Material Pisau Frais


Pisau frais atau gigi pisau frais pada umunya terbuat dari bahan-bahan high speed steel,
cemented carbide atau cast alloy. Pisau frais dapat dibedakan mejadi pisau frais solid dan
pisau frais inserted. Tipe solid dibuat dari material solid seperti HSS atau dibuat dari carbon
steel, alloy steel, atau HSS dengan gigi cemented carbide yang dibrasing pada bodi pisau.
Pada pisau frais tipe sisipan (inserted), gigi-giginya dibuat dari HSS, cast alloy, atau
cemented carbide. Body/tubuh pisau biasanya dibuat dari alloy steel untuk menghemat ongkos.
Pisau inserted dapat dilepas apabila telah mengalami kerusakan/tumpul untuk diganti dengan
yang baru.

9
Gambar 2. Pisau Frais Tipe Solid

Gambar 3. Pisau Frais Tipe Sisipan (Insert)

b. Macam Pisau Frais dan Kegunaannya


Berdasarkan bentuknya pisau frais dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Pisau Frais Rata (Plain Milling Cutter)

10
Pisau frais rata dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, pisau frais rata untuk
pemotongan ringan dan pisau frais rata untuk pemotongan berat.

a) Pisau frais rata Untuk Pemotongan Ringan (Light Duty Plain Milling Machine)
Pisau ini pada umumnya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan ringan Bentuk gigi dari
pisau ini pada umunya berupa gigi lurus maupun gigi miring/helik. Gigi helik biasanya
mempunyai sudut 250. Gigi-gigi helik lebih sesuai untuk pemakanan dengan tenaga
yang lebih sedikit mulai awal pemakanan, getaran yang lebih ringan dan mampu
menghasilkan permukaan yang lebih halus. Gigi-gigi pisau ini pada umumnya kecil
dengan pitch kecil pula. Pisau ini didesain untuk pemotongan ringan dengan kecepatan
sedang.

Gambar. 4. Pisau Frais Lurus (Plain Milling Cutter

b) Pisau frais rata untuk Pemotongan Kasar/Berat (Heavy Duty Plain Millimg Cutter)
Pisau ini dibuat dengan ukuran lebih besar dan lebar dengan jumlah gigi yang lebih kecil
daripada light duty plain milling. Untuk pisau frais dengan diameter 3” biasanya terdiri
dari 8 gigi dan untuk diameter 4” biasanya 10 gigi. Sudut kemiringan gigi pisau antara
250-450. Pisau ini didesain untuk pekerjaan–pekerjaan kasar (berat)

Gambar. 5. Pisau Lurus Untuk Pemotongan


Kasar/Berat (Heavy Duty Plain Millimg Cutter)

2) Pisau Sisi ( Side Milling Cutter)


Side Millling Cutter sama dengan Plain Milling Cutter namun pada salah satu sisi atau
kedua sisi terdapat mata potong/mata pisau. Dengan pisau ini dapat dilakukan
pemakanan pada sisi muka dan pada kedua sisi samping.
Macam-macam pisau sisi (side milling cutter) antara lain:

11
a) Pisau sisi lurus (Plain side milling cutter) dengan sisi lurus pada sisi muka dan kedua
sisi sampingnya.
b) Pisau setengah sisi (half side milling cutter ) mempunyai gigi helik pada sisi muka
dan gigi pemotong pada satu sisi samping. Pisau tipe ini dianjurkan untuk
pengefraisan permukaan kasar dan pengfraisan pada satu sisi saja.
c) Pisau Staggered (Staggered tooth side milling cutter) pisau ini dianjurkan untuk
pemotongan kasar dan alur atau slotting.

a. Pisau sisi lurus b. Pisau setengah sisi c. Pisau Staggered


Gambar 6. Macam-macam Pisau Sisi ( Side Milling Cutter)

3) Pisau Potong/Gergaji (Metal Slitting Saw)


Pisau ini didesain untuk operasi pemotongan benda kerja dan pembuatan alur sempit
dan dalam (narrow slot). Untuk pemotongan yang dalam diperlukan kelonggaran
(clearance) samping yang mencukupi.
Terdapat beberapa macam pisau gergaji antara lain:
a) Pisau gergaji rata (Plain metal seltting saw). Merupakan pisau yang paling tipis
dengan sisi rata dan pada sisi sampingnya dibuat tirus masuk. Hal ini digunakan
untuk mencegah terjadinya tekanan pada sisi pisau . Gigi-gigi pisau harus tajam
dan mempunyai jumlah yang lebih banyak daripada pisau muka lurus (plain milling
cutter). Namun demikian kecepatan pemakanan (feed) harus lebih rendah
(biasanya 1/8 hingga ¼ dari feed yang digunakan pada pisau lurus. Pisau gergaji
lurus biasanyan dibuat dengan ketebalan 1/32 inch sampai dengan 3/16 inch
dengan diameter 2 ½ “ sampai 8 “.
b) Pisau Potong dengan Gigi Samping (Metal Slitting Saw with Side Teeth)
Pisau ini mempunyai bentuk yang sama dengan pisau sisi. Pada sisi samping diberi
kelonggaran untuk beram dan untuk melindungi atau mencegah pisau dari tekanan
dan jepitan sewaktu pengoperasian. Pisau ini biasanya dibuat dengan tebal 1/16
inch sampai 3/16 inch dan diameter dari 2 ½ “ sampai 8 “. Pisau jenis ini dianjurkan
untuk membuat alur yang dalam dan proses pemotongan.
c) Pisau Potong Staggered (Stanggered Tooth Metal Slitting Saw)
Pisau ini mempunyai bentuk yang sama pisau staggered. Pisau ini dianjurkan untuk
pemotongan selebar 3/16 inchi dan selebihnya, dan bisa pula untuk pemotongan

12
yang lebih tajam. Biasanya pisau ini mempunyai lebar3/16 inchi hingga ¼ Inchi
dengan diameter 3” sampai 8”.
d) Pisau Alur Sekrup (Screw Sloting Cutter) adalah pisau potong khusus yang
didesain untuk memotong alur dalam kepala baut. Pisau ini juga dapat digunakan
untuk pemotongan ringan seperti pemotongan tube copper, ring piston dan benda
sejenisnya. Pisau ini mempunyai fine feeds. Pada sisi pisau ini dibuat lengkung
lurus san sejajar. Pisau ini mempunyai lebar 0,020”-0,182” dan diameter maksimal
2 ¾ inchi.

a b c
Gambar 7. Macam-macam Pisau Potong/Gergaji (Metal Slitting Saw):
a. Pisau gergaji lurus, b. Pisau potong staggered dan pisau
potong dengan gigi samping, dan c. Pisau alur sekrup

4) Pisau Sudut (Angular Milling Cutter)

Pisau sudut digunakan untuk pemotongan sudut seperti pemotongan alur V, ekor
burung, serrations dan gigi reamer. Terdapat dua macam pisau sudut yaitu:

a) Pisau sudut tunggal. Pisau ini mempunyai satu sisi permukaan sudut. Pisau ini
digunakan pada pembuatan alur ekor burung, nothes pada roda ratchet dan
operasional sejenis. Sudut pisau ini pada umumnya antara 45 0-600
b) Pisau sudut ganda digunakan untuk pembuatan alur V. Pisau ini mempunyai bentuk
sisi V dan biasanya dibuat dengan sudut 450, 600, atau 900..

a b
Gambar 8. Pisau Sudut (Angular Milling Cutter)
a. Pisau sudut ganda, b. Pisau sudut tunggal

5) Pisau Jari ( End Mill Cutter)


End Mill Cutter merupakan pisau solid dengan sisi dan gagang yang menjadi satu.
Namun demikian terdapat pisau end mill dengan mata pisau dan gagang terpisah yang
disebut tipe shell. Selain tipe shell tersebut pisau end mill mempunyai gagang lurus atau
tirus yang dapat dipasangkan pada spindel mesin frais. End mill dapat digunakan untuk

13
pengefraisan muka, pengefraisan horizontal, vertikal, menyudut atau melingkar. Secara
operasional end mill digunakan untuk pembuatan alur, keyways, pockets (kantong),
shoulders (tingkat), permukaan datar dan pengefraisan bentuk.
End Mill sebagian besar digunakan pada mesin frais vertikal meskipun tidak menutup
kemungkinan dipakai pada mesin frais horizontal. Terdapat berbagai macam bentuk end
mill dan biasanya terbuat dari HSS, comented carbide, atu gigi comented carbide yang
disisipkan. Macam-macam end mill tersebut antara lain:
a. End mill dua mata (two flute). Pisau ini hanya mempunyai dua mata potong pada
selubungnya. Ujung sisi didesain untuk dapat memotong hinggga ke center. Pisau
ini dapat digunakan sebagaimana bor dan dapat pula digunakan untuk membuat
alur.
b. End mill dengan mata potong jamak. Pisau ini mempunyai tiga, empat, enam atau
delapan sisi potong dan biasanya mempunyai diameter di atas 2“
c. Ball end mill. Pisau ini digunakan untuk pengefraisan fillet atau alur dengan radius
pada permukaannya, untuk alur bulat, lubang, bentuk bola dan untuk semua
pengerjaan bentuk bulat.
d. Shell end mill. Pisau ini mempunyai lubang untuk pemasangannya pada arbor
pendek. Gigi-gigi pisau ini biasanya berbentuk helik. Pisau ini dibuat lebih besar
ukurannya dari pada pisau solid dan biasanya berukuran 1 ¼ “ sampai 6 “ .

Gambar. 9. Pisau Jari ( end mill cutter) (A) Dua mata satu ujung, (B) Dua mata dua
ujung, (C) Tiga mata satu ujung, (D) Mata ganda satu ujung, (E) Empat mata
dua ujung, (F) Dua mata ujung bulat, (G) Type Carbide , (H) Tipe carbide gigi
helik kanan, (I) Mata potong ganda gagang tirus, (J) Tipe carbide dengan ujung
tirus dan gigi helik.

14
Gambar. 10. Pisau Shell End Mill

6) Pisau Muka (Face Milling Cutter)


Adalah pisau bentuk khusus dari pisau end mill besar. Pisau ini dibuat dengan ukuran 6
“ atau lebih. Face milling cutter biasanya mempunyai mata potong sisip (inserted). Pisau
ini biasanya dipasangkan langsung pada spindel mesin frais dan digunakan untuk
menghasilkan permukaan datar.

Gambar 11. Pisau Muka


7) T-Slot Milling Cutter.
Merupakan pisau tipe end mill khusus yang didesain untuk pemotongan alur T, seperti
pada alur yang terdapat pada meja mesin frais.

8) Pisau Modul
Pisau ini dipakai untuk membuat roda-roda gigi. Dalam satu set, pisau modul terdapat 8
dan 15 buah pisau modul.

15
9) Pisau ekor burung
Pisau ini dipakai untuk membuat alur ekor burung. Pisau ini sudut kemiringannya
terletak pada sudut-sudut istimewa yaitu : 300, 450 ,600

10) Pisau Bentuk (Cekung dan Cembung)


Pisau bentuk digunakan untuk mengefrais permukaan dengan bentuik yang bervariasi
sesuai keinginan. Pisau ini dapat digunakan untuk mengefrais bentuk-bentuk dan
ukuran standar maupun bentuk-bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Bermacam-
macam pisau bentuk dapat dilihat pada Gambar 12.

a (pisau Cekung) b (Pisau Cembung)

c (Pisau Sudut dan Bulat)) d (Pisau Roda Gigi)

e. Pisau Frais Bentuk Khusus

16
4. Parameter Proses Pemesinan Frais

Agar penyayatan pada proses pemesinan frais dapat berjalan dengan efektif dan efisien, maka
perlu diperhatikan berbagai parameter dalam proses pemesinan frais yaitu: kecepatan potong,
putaran pisau, feeding, kedalaman pemotongan, gerak makan per gigi, kedalaman
pemotongan, waktu pemotongan, dan kecepatan penghasilan tatal (chip).
a. Kecepatan potong/cutting speed (V) m/menit
Dalam menentukan kecepatan potong beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
antara lain: (1) material benda kerja yang akan difrais, (2) material pisau frais, (3) diameter
pisau, (4) kehalusan permukaan yang diharapkan, (5) dalam pemotongan yang ditentukan,
dan (6) Rigiditas penyiapan benda kerja dan mesin.
Untuk benda kerja yang berbeda kekerasannya, strukturnya dan kemampuan
pemesinaanya diperlukan penentuan cutting speed yang berbeda. Tabel 1 berikut
menunjukkan cara penentuan cutting speed:

Tabel 1. Cutting Speed untuk Proses frais

High-Speed Steel Cutter Carbide Cutter


Material
ft/min m/min ft/min m/min
Machine steel 70-100 21-30 150-250 45-75
Tool steel 60-70 18-20 125-200 40-80
Cast iron 50-80 15-25 125-200 40-80
Bronze 65-120 20-35 200-400 80-120
Aluminium 500-1000 150-300 1000-2000 150-300

Cutting speed dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan :


v = (π.d.n)/1000 m/min,
v = cutting speed (m/menit),
d = diameter pisau frais (mm)
n = putaran pisau (rpm)

b. Penentuan putaran Pisau (n) rpm


Terdapat tiga faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan putaran pisau frais
antara lain: (1) Material yang akan di frais, (2) Bahan pisau frais, dan (3) Diameter pisau
frais
c. Feed (vf) mm/putaran
Feed dapat dinyatakan sebagai rasio gerak benda kerja terhadap gerak putar pisau frais.
Dalam menentukan feed, faktor yang harus diperhatikan adalah: (1) Dalam pemakanan, (2)

17
Tipe pisau frais, (3) Bentuk pisau frais, (4) Kekuatan dan keseragaman benda kerja, (5)
Tipe permukaan finishing yang ditentukan, dan (6) Power dan rigiditas mesin.

d. Kedalaman pemotongan (a)


Pemakanan pada proses frais meliputi pemakanan kasar dan pemakanan halus (finishing).
Pada pemakanan kasar kedalaman pemotongan dapat ditentukan pada kedalaman
maksimal (lebih dalam). Pada pemotongan yang berat dapat digunakan pisau dengan gigi
helik dan jumlah gigi yang lebih sedidkit. Pemotongan dengan jumlah gigi potong lebih
sedikit akan menghasilkan pemotongan yang lebih kuat dan lebih mempunyai kelonggaran
yang lebih besar daripada banyak gigi.

Pada pemotongan halus (finishing) dilakukan secara ringan (light) daripada pemotongan
kasar. Dalamnya pemotongan pada pemakanan kasar biasanya tidak lebih dari 1/64 inchi
(0,39 mm). Pada pemakanan halus, feed harus dikurangi dan putaran pisau dipercepat.

e. Gerak makan per gigi, Fz


Fz = vf /z.n. mm/gigi
z= jumlah gigi pisau frais

f. Waktu pemotongan (tc) menit


tc = lt/vf menit
keterangan:
lt = lv + lw + ln (mm)
lt = panjang total
lw= panjang benda kerja
lv = jarak awal sebelum menyayat
ln = jarak keluar benda kerja setelah menyayat
lv = 1 , untuk mengefrais datar
lv ≥ 0 untuk mengefrais tegak
ln ≥ 0 untuk mengefrais datar
ln ≈ d/2 untuk mengefrais tegak
g. Kecepatan penghasilan geram
Z = (vf.a.w) /1000 cm3/min.
vf = feeding
a = kedalaman penyayatan
w = lebar benda kerja yang disayat

5. Deviding Head (Kepala Pembagi)


a. Prinsip Kerja Kepala Pembagi

Kepala pembagi merupakan salah satu dari alat bantu yang penting dalam proses frais.
Alat ini digunakan untuk membagi lingkaran atau keliling benda kerja menjadi bagian yang
sama, seperti pada pembuatan roda gigi, segi empat, segienam, segidelapan dan lainnya. Alat

18
ini dapat pula digunakan untuk pembuatan alur helik, yaitu dengan cara memutar benda kerja
dengan perbandingan relatif terhadap gerakan meja mesin frais.

Pada prinsipnya kepala pembagi terdiri dari dua bagian penting yaitu roda gigi cacing dan
ulir cacing. Roda gigi cacing biasanya memiliki gigi berjumlah 40 gigi. Sedangkan ulir cacingnya
merupakan ulir tunggal. Dengan demikian roda gigi cacing dan ulir cacing mempunyai
perbandingan putaran 40:1. Artinya jika batang ulir cacing (engkol) diputar 40 putaran, maka
roda gigi cacing baru berputar satu putaran, Hal ini berarti untuk pembagian keliling z bagian
diperlukan putaran engkol sebanyak nek putaran yang dapat dihitung dengan persamaan:
N ek = putaran engkol
Nek = Z = jumlah pembagian yang diperlukan
40 = angka perbandingan transmisi
Pada kepala pembagi universal, poros pembagi dapat disetel secara horizontal, vertikal
atau miring. Sehingga dengan kepala pembagi universal kita dapat membuat roda gigi bentuk
miring (helik), roda gigi kerucut (payung), maupun roda gigi cacing. Prinsip kerja dari kepala
pembagi dapat disajikan dalam Gambar 13 sebagai berikut:

Gambar 13. Prinsip Kerja Kepala Pembagi

Pada poros pembagi (a) dipasang roda gigi cacing (b). Pada roda gigi cacing ini bekerja
sebuah ulir cacing (c), yang dapat diputar dengan bantuan engkol (f). Pena penusuk dari engkol
(g), dapat disetel sepanjang alur pada tangkai engkol, dengan demikian berbagai lingkaran
lubang pada piringan/plat pembagi (d) dapat digunakan.
Piringan pembagi (d) yang dapat diganti-ganti dan diputar terhadap poros cacing dapat
dipasangkan pada rangka kepala pembagi dengan bantuan baut pengikat (e). Untuk
mempermudah supaya setiap kali tidak perlu melakukan perhitungan berapa bagian dan harus
berhenti di mana, maka dipasang sebuah gunting pembatas (h), dengan kaki-kaki yang dapat
disetel. Bagian depan dari poros pembagi dilengkapi dengan ulir sekerup untuk pemasangan
piring pembagi (i), bila diperlukan.

19
Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya kelonggaran (backless) antara ulir cacing dan
roda gigi cacing, engkol harus selalu diputar ke arah yang sama, misalnya searah jarum jam.
Bila engkol diputar terlalu jauh dari yang kita inginkan, maka engkol harus diputarkan kembali
(kearah yang berlawanan) minimal ½ putaran sebelum dapat dilakukan lagi menurut arah yang
benar.

b. Piring Pembagi

Piringan pembagi merupakan kelengkapan yang penting dari kepala pembagi. Piring
pembagi mempunyai lubang-lubang yang dilengkapi dengan gunting pembatas lubang-lubang.
Pada piring pembagi tersebut terdapat lingkaran-lingkaran yang mempunyai jumlah lubang
tertentu.

Tabel 5 Jumlah lubang pada piring pembagi


Seri A Seri B
1 2 1 2 1
30 38 15 21 37
41 42 16 23 39
43 47 17 27 41
48 49 18 29 43
51 53 19 31 47
57 59 20 33 49
69 77
81 87
91 93
99 111
117 119

Gambar 14. Piring Pembagi

c. Teknik Pembagian dengan Kepala Pembagi


Pembagian dengan menggunakan kepala pembagi dapat dilakukan dengan teknik
pembagian secara langsung, tidak langsung, maupun dengan pembagian deferensial.
1) Pembagian langsung
Pada spindel atau poros utama kepala pembagi biasanya dipasang sebuah piringan
pembagi dengan 24 lubang atau alur yang dipasang secara permanen. Dengan demikian

20
terdapat kemungkinan untuk membagi lingkaran secara langsung dalam 2, 3, 4, 6, 8, 12
atau 24 bagian.

Piringan dengan 24 lobang

Gambar 15. Piringan untuk Pembagian Langsung

2) Pembagian tidak langsung


Pembagian tidak langsung dilakukan bila pembagian langsung tidak dapat dilakukan.
Pada pembagian tidak langsung ini diperlukan kelengkapan piringan pembagi yang
dipasang melekat/digerendel pada rangka kepala pembagi. Ulir cacing sebagai
penggerak, berulir tunggal (z1=1), dan roda gigi cacing yang digerakkan mempunyai 40
gigi (Z2= 40). Dengan demikian berarti rasio antara ulir cacing dan roda gigi cacing adalah:

iv = Z2/Z1 = 40/1 =
40
iv : perbandingan perpindahan kepala pembagi
Z1 : jumlah ulir cacing (ulir tunggal)
Z2 : jumlah gigi roda cacing

Gambar 16. Pembagian Tidak Langsung

Hal ini berarti jika benda kerja berputar satu kali, engkolnya harus diputar 40 kali.
Dengan demikian jika keliling benda kerja harus dibagi menjadi 5 bagian yang sama, maka
jumlah putaran engkol untuk tiap bagian ialah 40 : 5 = 8. Sehingga rumus umum putaran
engkol adalah:

21
nek = (iv / z) putaran
nek = (40 / z) putaran

nek : jumlah putaran engkol tiap bagian


iv : perbandingan perpindahan kepala pembagi
z : jumlah bagian yang harus membagi keliling engkol
Contoh:

Akan dibuat roda gigi dengan jumlah gigi 64. Roda gigi tersebut dikerjakan dengan mesin
frais menggunakan kepala pembagi. Tentukan putaran engkol dan piring pembagi yang
digunakan

Penyelesaian:
Putaran engkol dihitung dengan persamaan:
40 40 5
nek = = = putaran
Z 64 8
Maka engkol harus diputar 5/8 tiap bagiannya.

Piring pembagi yang digunakan adalah piring pembagi seri B-1 dengan jumlah lubang 15,
16, 17, 18, 19 dan 20. dalam hal ini diambil jumlah yang bisa dibagi 8.

5 10
N = =
8 16

Jadi engkol diputar 10 lubang atau hingga lubang ke 11 pada deretan lubang piring
pembagi yang mempunyai jumlah lubang 16.

3) Pembagian diferensial
Terdapat pembagian-pembagian yang tidak dapat dilakukan dengan pembagian
langsung maupun tidak langsung dengan kepala pembagi dan piring pembagi. Untuk
mengatasi hal tersebut digunakan pembagian deferensial.
Perhitungan-perhitungan untuk teknik pembagian deferensial dapat kita tuliskan
dalam rumus sebagai berikut:

nek = putaran

Uw = = (Tb – Ts)

22
iv = perbandingan perpindahan kepala pembagi
nek = jumlah putaran engkol tiap pembagian
Ts = jumlah pembagian yang sebenarnya
Tb = bilangan pembagi pembantu sembarang
Uw = perbandingan roda gigi dari roda-roda tukar
ZP = hasil kali jumlah gigi dari roda-roda tukar penggerak
ZD = hasil kali jumlah gigi dari roda-roda tukar yang digerakkan

Dengan demikian apabila harga Uw positif (+), maka piring pembagi harus
berputar searah dengan putaran engkol. Sedangkan bila harga Uw negatif (-), maka
piring pembagi harus berputar berlawanan dengan arah putar engkol. Sehubungan
dengan adanya kelonggaran pada roda-roda tukar, maka disarankan dipilih Uw yang
harganya negatif (-). Oleh karena itu bila mungkin kita harus memilih bilangan pembagi
pembantu (Tb) yang lebih kecil dari pada pembagian sebenarnya yang akan dibuat
(Ts).

Contoh :

Akan dibuat sebuah roda gigi dengan mesin frais. Jika roda gigi tersebut memiliki 127
buah gigi.
a. Tentukan putaran engkol dan pembaginya.
b. Tentukan jumlah gigi pada roda–roda tukar.
c. Gambarkan pemasangan roda gigi tersebut.
Penyelesaian:
Dengan pembagian tidak langsung didapatkan:
iv 40
Nek = =
Ts 127
Ternyata piring pembagi dengan jumlah lubang 127 tidak ada.
Dipilih bilangan pembagi pembantu (Tb) adalah 120, maka putaran engkolnya adalah:
40 40 1 5
Nek = = = = putaran
Tb 120 3 15
Jadi engkol diputar 5 lubang atau lubang ke-6 pada piring pembagi dengan jumlah
lubang 15.
Dengan perumpamaan jumlah gigi 120 dari yang seharusnya 127 gigi tersebut,
berarti piring pembagi harus mundur (bergerak kekiri) sebanyak 7 gigi untuk satu
putaran benda kerja. Putaran piring pembagi ini dapat terlaksana jika dipasang roda-
roda gigi tukar. Untuk menentukan jumlah gigi pada roda gigi tukar dapat digunakan
rumus:
iv
Uw = (Tb – Ts)
Tb
40 280
= (120 – 127) =-
120 120

23
[tanda negatif (-) menunjukkan bahwa arah putaran piring pembagi berlawanan
dengan arah putaran engkol].
280 14 20
Uw = - =- x
120 12 10
Angka-angka 14, 12, 20 dan 10, di atas menunjukkan jumlah roda gigi tukar
yang harus dipasang. Apabila dilihat pada persediaan jumlah roda-roda gigi tukar,
ternyata roda gigi dengan jumlah tersebut di atas tidak ada. Jadi harus dihitung lagi
dengan mengalikan penyebut dan pembilang dengan bilangan yang sama dan
seterusnya hingga didapat angka-angka yang sama dengan jumlah gigi roda-roda
2 3
tukar yang tersedia pada perhitungan pecahan, misalnya dikalikan dengan atau ,
2 3
maka:
280 14 20
Uw = - =- x
120 12 10
14 56
Angka pecahan dikalikan masing-masing dengan 4 sehingga menjadi
12 36
20 2
Angka pecahan = dikalikan masing-masing dengan 24 sehingga
10 1
48
menjadi
24
Hasil, perbandingan putarannya adalah:
14 20 56 48
Uw = - x =- x
9 10 36 24
Dengan demikian roda-roda gigi tukarnya adalah:
Z1 : 56 gigi
Z2 : 36 gigi
Z3 : 48 gigi
Z4 : 24 gigi

Pemasangan roda–roda gigi tukar tersebut dapat disajikan pada Gambar


berikut ini:

24
Gambar 17. Pemasangan Roda Gigi Pengganti

4) Pembagian dalam derajat


Kepala pembagi juga dapat dilakukan untuk melakukan pembagian dalam derajat.
Dalam hal ini jika engkol kepala pembagi harus membuat 40 putaran untuk satu putaran
benda kerja, maka satu putaran dari engkol sesuai dengan = 3600 : 40 = 90.
Dengan demikian berarti:
2 jarak lobang dari lingkaran pembagi dengan 18 lobang sesuai dengan 1 0
1 jarak lobang dari lingkaran pembagi dengan 18 lobang sesuai dengan 30 ’

Tk = 3600/ α0
Tk = banyaknya pembagian terhadap seluruh keliling lingkaran.
α = sudut titik pusat dalah derajat.

6. Roda Gigi

a. Pengertian Roda Gigi


Roda gigi merupakan salah satu elemen penting pada mekanisme suatu
peralatan/konstruksi mesin. Roda gigi berfungsi sebagai transmisi daya, untuk merubah arah
putaran/gerakan, dan juga dapat digunakan untuk meningkatkan maupun menurunkan
kecepatan suatu putaran/gerakan. Keuntungan menggunakan transmisi daya dengan roda gigi
adalah tidak terjadi slip, sehingga speed ratio tetap.

25
b. Berbagai Macam Roda Gigi dan Kegunaannya.

Berbagai macam bentuk roda gigi dapat juga dikelompokkan berdasarkan posisi poros
atau sumbu antara roda gigi penggerak dan roda gigi yang digerakkan, sebagai berikut:
 Poros sejajar : roda gigi lurus, roda gigi helik, roda gigi rack dan pinion).
 Poros yang berpotongan : ulir cacing dengan roda cacing, dan roda gigi helik).
 Poros yang bersinggungan: roda gigi payung/konis.
1) Roda gigi lurus
Roda gigi lurus pada umunya digunakan untuk memindahkan putaran antara dua poros
yang sejajar. Roda gigi lurus biasanya digunakan untuk kecepatan-kecepatan rendah hingga
sedang.
Keuntungan penggunaan roda gigi lurus antara lain adalah pembuatannya mudah, dan
perbedaan kesenteran antar poros masih bisa ditoleransi.

2) Roda gigi helik

Roda gigi helik dapat digunakan untuk menghubungkan poros yang sejajar maupun poros
yang menyudut. Gigi-gigi penyusunnya dibuat menyudut dengan poros roda gigi. Contoh
penggunaan roda gigi helik adalah pada gearbox (synchromesh) dan valve timing gears.
Beberapa keuntungan menggunakan roda gigi helik anatar lain:

 Roda gigi helik dapat dioperasikan pada kecepatan tinggi.


 Roda gigi helik dapat dioperasikan untuk beban yang berat.
 Pada waktu bekerja tidak berisik dibandingkan dengan roda gigi lurus
 Roda gigi helik lebih kuat dari pada roda gigi lurus
Namun demikian proses pembuatan roda gigi helik lebih mahal dari pada pembuatan
roda gigi lurus.

26
3) Roda Gigi Rack dan Pinion

Roda gigi rack merupakan roda gigi dengan gigi-gigi yang dibuat pada batang lurus.
Sedangkan roda gigi penggeraknya dinamakan pinion. Roda gigi ini bertujuan untuk merubah
gerak puitar roda gigi menjadi gerak lurus.

Pinion pada umumya mempunyai jumlah gigi dan ukuran yang lebih kecil dengan gigi
lurus ataupun helik. Beberapa contoh penggunaan rack dan pinion ini adalah: pada penggerak
eretan di mesin bubut, mekanisme kecepatan pada mesin planning, dan pengatur ketinggian
pada mesin bor.

4) Roda gigi cacing.

Roda gigi cacing mempunyai gigi yang dipotong menyudut seperti pada roda gigi helik
dan dipasangkan dengan ulir yang dinamakan ulir cacing. Penggunaan roda gigi ini biasanya
untuk mereduksi kecepatan. Roda gigi ini dalam operasionalnya akan mengunci sendiri
sehingga tidak dapat diputar pada arah yang berlawanan. Keuntungan dari roda gigi ini adalah
dengan meberikan input minimal dapat dihasilkan output dengan kekuatan maksimal.

5) Roda gigi payung/konis

Roda gigi payung digunakan pabila diinginkan untuk memindah daya pada posisi poros
yang bersinggungan (intersection). Contoh penggunaan roda gigi ini misalnya pada: drill chuck,
jalur vertical pada mesin planning, mekanisme pengatur langkah pada mesin skrap dan
pengatur arah pada mesin bor pekerjaan berat. Pada umunya pasangan roda gigi payung
membentuk sudut 90 0, namun dalam hal tertentu dapat dibuat pasangan roda gigi payung
dengan sudut lebih besar maupun lebih kecil dari 90 0.

27
c. Bagian Utama Roda Gigi

Pada proses pembuatan roda gigi, perlu diperhatikan beberapa hal yang antara lain
meliputi: bagian-bagian utama roda gigi, perhitungan penentuan dimensi roda, dan langkah
kerja proses penyayatan gigi.
Bagian-bagian utama dari roda gigi tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

1) Lingkaran kaki (root circle) merupakan lingkaran semu dengan diameter yang
merupakan dasar pembentukan involute.

28
2) Lingkaran pitch (pitch circle) merupakan lingkaran semu dengan diameter dimana
kelilingnya merupakan hasil kali dari pitch dengan jumlah gigi.
3) Pitch merupakan panjang busur pada lingkaran referensi diantara dua involut yang
berurutan. P = π m
4) Modul merupakan parameter yang menentukan jumlah gigi bagi suatu lingkaran pitch
yang tertentu.
5) Sudut tekan (pressure angle) merupakan sudut terkecil antara garis normal pada
involut dengan garis singgung pada lingkaran pdi titik potong antara involut dengan
lingkaran referensi. Menurut standar ISO sudut tekan besarnya 20 0.
6) Tebal gigi (tooth thickness) merupakan panjang busur pada lingkaran pitch diantara
dua buah sisi pada satu gigi.
7) Jarak gigi (space width) merupakan panjang busur pada lingkaran pitch diantara dua
sisi gigi yang berseberangan
8) Adendum merupakan jarak radial antara lingkaran puncak (addendum circle) dengan
lingkaran pitch
9) Dedendum merupakan jarak radial antara lingkaran pitch dengan lingkaran kaki
10) Tinggi gigi merupakan jarak radial antara lingkaran puncak (addendum circle) dengan
lingkaran kaki (root circle).
11) Lebar gigi (face width) merupakan jarak antara kedua tepi roda gigi yang diukur pada
permukaan referensi.

a. Pembuatan Roda Gigi Lurus


Dalam proses pembuatan roda gigi lurus dengan menggunakan mesin frais, diperlukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Penyiapan benda kerja termasuk penentuan ukurannya
2) Pemasangan benda kerja
3) Pemilihan, pemasangan dan setting pisau frais
4) Penentuan pembagian dengan kepala pembagi
5) Pemotongan gigi

1) Penyiapan Benda Kerja


Pembuatan roda gigi lurus dapat dilakukan pada benda kerja dengan poros menyatu
(solid shaft gear blank) maupun benda kerja tanpa poros (hollow gear blank). Proses
pembuatan roda gigi merupakan kelanjutan dari pekerjaan bubut terutama dalam membuat
bahan dasarnya (blank). Oleh karena itu diperlukan langkah cermat dalam menyiapkan bahan
dasar melalui proses bubut.
a) Penyiapan bahan roda gigi solid
Dalam proses pembubutan ini faktor penting yang harus diperhatikan adalah kelurusan
senter kepala tetap dan kepala lepas, agar didapat hasil bubutan yang silindris.
b) Penyiapan bahan roda gigi tanpa poros (Hollow gear blank)

29
Pada proses pembuatan roda gigi tanpa poros diperlukan mandrel. Oleh karena itu
pengecekan terhadap ukuran diameter lobang dan konsentrisitas blank roda gigi dan
mandrel harus dilakukan dengan cermat.
c) Penentuan diameter bahan awal
Penentuan ukuran diameter bahan awal merupakan faktor penting yang tidak boleh
dilupakan dalam pembuatan roda gigi. Ukuran diameter bahan awal dari roda gigi dapat
ditentukan berdasarkan sistem metris dan sistem diametral picth.

 Sistem metris
Jika jumlah gigi dinyatakan dengan z dan modul dinyatakan dengan m, maka dapat
ditentukan beberapa dimensi berikut:
Diameter pitch =zxm
Addendum =1xm

Diameter luar
(diameter bahan awal) = (z x m) + (2 x m)
= (z + 2) x m
Contoh:
Tentukan diameter bahan awal roda gigi lurus dengan jumlah gigi 30 dan modul 3

Penyelesaian:
Diameter bahan awal = (z + 2) m
= (30 + 2) 3
= 32 x 3 = 96 mm.

 Sistem diametral pitch


Pada sistem ini penentuan diameter luar (diameter bahan awal) ditentukan oleh
jumlah gigi dan diametral pitchnya.
z
Pitch diameter =
DP
1
Adendum =
DP
Diametr luar
z 2 z2
(diameter bahan awal) = + =
DP DP DP
Contoh:
Tentukan diameter luar (diameter bahan awal) untuk roda gigi lurus dengan gigi
berjumlah 25 dan diametral pitch 12

30
Penyelesaian:
Diameter luar
z2
(diameter bahan awal) =
DP
25  2
= = 2,250 “ (57,15 mm)
12

Selain penentuan diameter luar, ukuran lain yang perlu ditetapkan adalah lebar gigi dan ukuran
untuk pelek.
Untuk pembuatan roda gigi lurus dapat digunakan mesin frais horizontal, vertikal maupun
universal.

2) Pemasangan Benda Kerja


Dalam pengefraisan roda gigi lurus, pencekaman benda kerja dapat dilakukan dengan
menjepit benda kerja diantara dua senter kepala pembagi dan kepala lepas yang dilengkapi
dengan pelat pembawa, dapat pula dilakukan dengan cara benda kerja dijepit dengan cekam
rahang tiga yang dipasang pada sumbu kepala pembagi.

3) Pemilihan, pemasangan dan pensetingan pisau frais


a) Pemilihan Pisau Frais
Dua faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih pisau frais untuk
pembuatan roda gigi, yaitu:
 ukuran gigi atau modul dari roda gigi yang akan dibuat.
 jumlah gigi dari roda gigi yang akan dibuat.

Pada pisau frais roda gigi dibuat untuk setiap ukuran, yakni untuk sistem diametral pitch
maupun untuk system modul. Untuk setiap ukuran terdiri satu set pisau yang
mempunyai 8 buah atau 15 buah pisau. Untuk setiap nomor pisau hanya digunakan
untuk memotong roda gigi dengan jumlah roda gigi tertentu. Hal ini dibuat mengingat
bahwa roda gigi dengan jumlah gigi sedikit profil giginya akan berbeda dengan profil gigi
dari roda gigi dengan jumlah gigi yang lebih banyak.

Berikut ini disajikan tabel untuk pemilihan nomor pisau baik untuk system modul maupun
sisten diametral pitch.

31
Tabel 3. Nomor pisau roda gigi sistem modul dengan 8 nomor pisau

Nomor Pisau Jumlah gigi yang akan difrais


No 8 135 ke atas
No 7 55 sampai 134
No 6 35 sampai 54
No 5 26 sampai 34
No 4 21 sampai 25
No 3 17 sampai 20
No 2 14 sampai 16
No 1 12 sampai 13

Tabel. 4. Nomor pisau roda gigi sistem modul dengan 15 nomor pisau

No. Nomor Pisau Jumlah gigi yang akan difrais


1 1 12
2 1,5 13
3 2 14
4 2,5 15 sampai 16
5 3 17 sampai 18
6 3,5 19 sampai 20
7 4 21 sampai 22
8 4,5 23 sampai 25
9 5 26 sampai 29
10 5.5 30 sampai 34
11 6 35 sampai 41
12 6,5 42 sampai 54
13 7 55 sampai 80
14 7,5 81 sampai 134
15 8 135 sampai tidak terhingga,
dan gigi rack.

Tabel 5. Nomor pisau roda gigi sistem diametral pitch

Nomor Pisau Jumlah gigi yang akan difrais


No 1 Gigi rack
No 2 55 sampai 134
No 3 35 sampai 54
No 4 26 sampai 34
No 5 21 sampai 25
No 6 17 sampai 20
No 7 14 sampai 16
No 8 12 sampai 13

b) Pemasangan Pisau Frais


Pisau frais harus dipasang secara mantap pada spindle utama mesin frais.
Kebersihan, kerusakan pisau harus di teliti terlebih dahulu sebelum dipasang agar pisau

32
nantinya dapat berputar tanpa adanya gangguan-gangguan. Kesalahan pemasangan
pisau dapat berakibat hasil pengefraisan yang tidak sesuai dengan harapan. Untuk
pengefraisan roda gigi lurus, pisau frais dapat dipasangkan pada arbor panjang.

c) Setting Pisau Frais


Pada proses pembuatan roda gigi lurus, posisi pisau frais memegang peran yang
sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses pembentukan profil gigi yang
diharapkan. Oleh sebab itu, maka pemasangan pisau frais harus tegak lurus terhadap
sumbu poros dan sumbu dari pisau frais harus satu garis dengan sumbu benda kerja.

4) Penentuan kedalaman pemotongan


Kedalaman pemotongan harus ditentukan dan merupakan bahan pertimbangan dalam
menseting pisau frais. Pada umunya kedalaman pemotongan untuk sistem modul dan
diametral pitch dapat dihitung sebagi berikut:

Untuk sistem modul:


Kedalaman pemotongan = 2,25 x modul

Sedangkan untuk sistem diametral pitch:


2,157
Kedalaman Pemotongan =
DP

5) Penentuan pembagian dengan kepala pembagi


Penggunaan kepala pembagi ditentukan oleh jumlah gigi yang akan difrais. Penentuan
pembagian dengan kepala pembagi dapat dilakukan dengan cara pembagian langsung
maupun tidak langsung. Untuk pembagian langsung dapat dihitung dengan rumus
40
N=
z
Sedangkan untuk pembagian tidak langsung dihitung dengan :
40
N= Keterangan:
z1
N = putaran engkol pada piring pembagi
40 Z = jumlah gigi pada benda kerja
U = (z1 – z)
z1 Z1= jumlah gigi yang diumpamakan
U = perbandingan putarn untuk roda-roda gigi
tambahan yang dipasang antara poros
kepala pembagi dengan poros pada piring
pembagi.

33
6) Pemotongan Gigi
Setelah pemasangan benda kerja, pengecekan kelurusan pahat, penentuan speed dan
feed, setting dalam pemotongan, dan setting kepala pembagi maka langkah selanjutnya
adalah operasional pemotongan.
a) Sayatlah gigi pertama dengan pemakanan otomatis dan aturlah langkah meja sehingga
akan berhenti apabila pahat telah sampai di ujung benda kerja.
b) Setelah satu kali penyayatan telitilah ketepatan profil maupun ketepatan ukuran agar
dapat dilakukan perbaikan bila masih kurang.
c) Lakukan pemakanan pada gigi ke tiga dan selanjutnya hingga selesai.

b. Pengefraisan Roda Gigi Rack


Untuk pengefraisan roda gigi rack diperlukan langkah-langkah tertentu agar pembuatan
roda gigi yang dikerjakan pada mesin frais sesuai dengan rencana yang ditentukan.
Langkah-langkah pembuatan roda rack akan meliputi:
1) Penyiapan benda kerja termasuk penentuan dimensi
2) Pemasangan Benda kerja
3) Pemilihan, pemasangan dan setting pisau frais
4) Penentuan pitch dan kedalaman pemotongan
5) Pemotongan

1) Penyiapan Benda kerja


Pengefraisan roda gigi lurus dilakukan pada benda kerja dengan bentuk persegi.
Dalam proses pembuatan bahan awal rack, factor penting yang haris diperhatikan adalah
kerataan, kelurusan dan ketegaklurusan masing-masing bidang. Ukuran bahan awal dari
roda gigi rack sangat tergantung dari fungsi dan kegunaannya, sehingga dimungkinkan
variasi yang amat banyak.
Untuk pembuatan roda gigi rack dapat digunakan mesin frais horizontal, maupun
universal. Mesin tersebut harus dilengkapi dengan beberapa kelengkapan antara lain:
 pisau frais dengan modul yang sama dengan modul giginya
 alat-alat penjepit, klem dan alat-alat pembawa
 alat-alat ukur, jangka sorong, jangka bengkok, penyiku dan lainnya
 blok gores dan semacamnya

2) Pemasangan Benda Kerja


Dalam pengefraisan gigi rack, pencekaman benda kerja dapat dilakukan dengan
menjepit benda kerja pada ragum, menggunakan fixture dan dapat pula diklem langsung di
meja mesin.
Pada pencekaman dengan ragum, benda kerja dicekam melintang sebessar 90 0
terhadap meja. Sedangkan untuk pengefraisan dalam jumlah banyak dapat dilakukan

34
dengan menggunakan fixture guna mengurangi waktu setting. Pencekaman dengan klem
dapat dilakukan dnegan dua klem yang didikatkan pada alur T meja mesin frais.

3) Pemilihan, pemasangan dan pensetingan pisau frais


Dalam pemilihan, pemasangan dan pensetingan pisau pada pengefraisan rack pada
dasarnya sama dengan pemilihan, pemasangan maupun pensetingan pisau pada
pengefraisan roda gigi lurus.

4) Penentuan kedalaman pemotongan


Kedalaman pemotongan harus ditentukan dan merupakan bahan pertimbangan
dalam menseting pisau frais. Pada umunya kedalaman pemotongan untuk sistem modul
dan Diametral pitch dapat dihitung sebagi berikut:
Kedalaman pemotongan = 2,25 x modul
Sedangkan untuk sistem diametral pitch:
2,157
Kedalaman Pemotongan =
DP

5) Pemotongan Gigi
Setelah pemasangan benda kerja, pengecekan kelurusan pahat, penentuan speed
dan feed, dan setting kedalaman pemotongan, telah siap, maka langkah selanjutnya
adalah operasional pemotongan gigi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) sayatlah gigi pertama dengan pemakanan otomatis dan aturlah langkah meja
sehingga akan berhenti apabila pahat telah sampai di ujung benda kerja.
b) Setelah satu kali penyayatan, telitilah ketepatan profil maupun ketepatan ukuran agar
dapat dilakukan perbaikan bila masih kurang baik.
c) Lakukan pemakanan pada gigi ke tiga dan selanjutnya hingga selesai.
Pitch pada pengefraisan rack pada dasarnya sama dengan pitch pada pengefraisan
roda gigi lurus. Pitch dapat dihitung dengan rumusan berikut:
Pitch = m x π mm

Contoh:
Tentukan pergeseran meja frais pada pengefraisan rack (pitch) pada rack modul 2
Penyelesaian:
Pitch =mxπ
= 2 x 3,14
= 6,28 mm
sedangkan untuk sistem diametral pitch, pitch dapat dihitung dengan rumus:
phi
Pitch =
DP

35
Contoh:
Tentukan pergeseran meja frais pada pengefraisan rack (pitch) pada rack 12 DP
Penyelesaian:
phi
Pitch =
DP
3,14
Pitch = = 0,261 inchi (6,65 mm)
12

c. Pembuatan Roda Gigi Helik


Agar kita dapat membuat roda gigi helik dengan benar, maka perlu dipahami terlebih
dahulu tentang: bagian-bagian utama roda gigi helik, perhitungan dimensi roda gigi helik, dan
langkah-langkah penyayatan roda gigi helik.

1) Bagian–bagian utama roda gigi miring


Bagian-bagian utama roda gigi miring dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Keterangan

D : diameter jarak bagi β : sudut kemiringan gigi/penyetelan


Df: diameter kaki gigi a: jarak antara busur gigi diukur dari alas
Dk: diameter kepala gigi tn: jarak antara bhusur gigi normal
h : tinggi gigi b : lebar gigi
hf: tinggi kaki gigi tn: jarak antara busur gigi normal
hk: tinggi kepla gigi bn: lebar gigi normal
Gambar 18. Bagian-bagian utama roda gigi helik

36
2) Perhitungan Ukuran-ukuran Utama Roda Gigi Helik
Dalam pembuatan roda gigi helik, ukuran-ukuran utama yang perlu diketahui dan dihitung
adalah meliputi:
a) modul gigi
b) diameter jarak bagi, diameter kepala, dan diameter kaki gigi
c) tinggi kaki gigi, tinggi kepala, dan tinggi dari gigi menurut standar gigi yang digunakan
d) jarak antara poros
e) sudut gigi
f) angka transmisi, untuk roda gigi yang berpasangan

3) Pengefraisan Roda Gigi Helik.


Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan pengefraisan roda gigi helik antara
lain:
a) Perhitungan ukuran roda gigi helik
b) Pemilihan dan pemasangan pisau frais
c) Pemasangan roda gigi pengganti
d) Pemasangan benda kerja
e) Setting pisau frais terhadap benda kerja
f) Setting meja mesin frais
g) Setting kedalaman pemotongan
h) Pemotongan gigi helik.

a) Perhitungan ukuran roda gigi helik.


Ukuran roda gigi helik yang perlu diketahui sebelum pengefraisan roda gigi atara lain:
 Diameter pitch
Pada sistem metris, diameter pitch ditentukan oleh jumlah gigi, modul dan sudut
kemiringan
Diameter pitch = jumlah gigi x modul x secant sudut kemiringan
= z x m x secant β
Pada sistem Diametral Pitch, diameter pitch ditentukan oleh jumlah gigi, diametral
pitch, dan sudut kemiringan.
jumlah gigi x sec ant sudut miring
Diameter Pitch =
DP
= z. sec β/DP
 Diameter Luar
Diameter luar merupakan diameter bahan awal yang harus dibubut.
Diameter luar = Diameter pitch + (2 x modul)
= (z x m x sec β) + ( 2 x m)

37
2
Diameter Luar = diameter pitch + ( )
diametral pitch
z 2
=( x sec β) + ( )
DP DP
 Kisar yang harus dipotong
Diameter pitch
Kisar benda kerja =
tg. sudut miring
= (DP/tg β)

 Rasio pemindahan gigi


Rasio pemindahan gigi adalah perbandingan antara kisar benda kerja dengan kisar
mesin. Sudut miring benda kerja merupakan sudut penyetelan juga untuk meja frais.
Selanjutnya untuk mencari roda-roda tukar dapat digunakan rumus:

Uw = =

Uw : Perbandingan roda gigi dari roda-roda tukar


Pl : Kisar benda kerja dalam mm
Pw : Kisar sekerup penghantar dari meja frais
ZPG : hasil kali jumlah gigi dari roda-roda tukar penggerak
ZDG: hasil kali jumlah gigi dari roda-roda tukar yang
digerakkan

b) Pemilihan Pisau Frais

Dalam pengefraisan roda gigi lurus jumlah gigi yang akan difrais dan pitch menentukan
jenis pisau yang akan dipakai. Namun demikian dalam pengefraisan roda gigi helik, sudut
kemiringan mengakibatkan pitch menjadi lebih besar dibanding dengan roda gigi lurus
meskipun pada jumlah dan ukuran gigi yang sama. Oleh karena itu diperlukan jenis pisau yang
berbeda pula. Nomor pisau dalam pengefraisan roda gigi helik tidak ditentukan oleh jumlah
gigi, namun ditentukan oleh jumlah gigi bayangan.
Jumlah gigi bayangan pada roda gigi bayangan dapat dihitung dengan rumusan sebagai
berikut;
Jumlah gigi bayangan = (jumlah gigi/cos3 sudut helik)
= (z/ cos3 β)

c) Pengaturan Roda gigi pengganti


Dalam proses pengefraisan roda gigi helik diperlukan roda-roda gigi pengganti yang
akan mengubungkan gerakan meja mesin frais dan gerakan spindel kepala pembagi (alat bantu

38
penjepit benda kerja). Roda gigi pertama dipasang pada meja mesin, roda gigi kedua dan
ketiga dipasang pada quadrant plate dan roda gigi keempat dipasang pada kepala pembagi
(alat bantu).
Jumlah poros dan jumlah pasangan gigi akan sangat ditentukan oleh arah pemotongan
giginya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan roda gigi antara lain:
1) telitilah pengunci gerakan plat pembagi
2) teliti dan pastikan putaran benda kerja dan gerakan meja pada arah yang benar
3) yakinkan bahwa roda gigi terpasang dengan benar dan berputar dengan bebas serta tidak
terkunci

d) Pemasangan Benda Kerja


Dalam pengefraisan roda gigi helik, pencekaman benda kerja dapat dilakukan dengan
menjepit benda kerja menggunakan mandrel diantara dua senter kepala pembagi dan kepala
lepas yang dilengkapi dengan pelat pembawa, dapat pula dilakukan dengan cara benda kerja
dijepit dengan cekam rahang tiga yang dipasang pada poros kepala pembagi dengan didukung
senter maupun tanpa didukung senter.
Penting artinya untuk memastikan bahwa benda kerja terpasang dengan mantap pada
mandrel dan mampu menahan gerakan benda dibawah tekanan yang dihasilkan dari proses
pemotongan.

e) Setting kesenteran pisau terhadap benda kerja


Langkah terpenting sebelum mengatur kedudukan meja mesin adalah menempatkan pahat
sesumbu dengan benda kerja.

f) Setting Meja Mesin


Pada proses pembuatan roda gigi helik, meja mesin frais harus diatur sebesar sudut
miring dari roda gigi yang akan dibuat. Adapun cara praktis untuk menentukan arah kemiringan
meja mesin frais tersebut adalah sebagai berikut:
 untuk roda gigi miring kanan: putar ujung kanan meja mendekati kolom
 untuk roda gigi miring kiri, putar ujung kiri meja mendekati kolom

g) Setting kedalaman pemotongan


Perhitungan kedalaman pemotongan pada pengefraisan roda gigi helik sama dengan
kedalaman pemotongan pada roda gigi lurus. Kedalaman pemotongan = 2,25 x m

h) Pemotongan gigi
Prinsip kerja pemotongan roda gigi helik dapat diilustrasikan dalam gambar berikut:

39
Gambar 18. Prinsip Pembuatan Roda Gigi Helik

Secara garis besar prinsip pemotongan roda gigi miring dapat dikelompokkan menjadi
tiga bagian yaitu:
 Gerakan putar benda kerja (anak panah 1)
Benda kerja memperoleh gerakan putar ini dari poros pembagi (poros roda) dari kepala
pembagi. Poros pembaginya digerakkan oleh sekerup penghantar dari meja frais dengan
perantaraan roda-roda tukar.
 Gerakan ingsutan meja mesin (anak panah 2)
Meja frais yang dimiringkan sebesar sudut miring atau sudut penyetelan β melakukan
gerakan ingsutan atau gerak pemakanan. Setelah satu putaran penuh, benda kerja harus
sudah bergeser menurut arah panjangnya sepanjang jarak yang sama dengan kisar p w dari
garis sekerupnya.
 Gerakan utama penyayatan pisau frais (anak panah 3)
Pisau frais yang dipasang pada poros frais melakukan gerakan utama penyayatan
dengan metode berlawanan arah. Pada dasarnya prinsip pembuatatan roda gigi helik sama
dengan proses pembuatan alur sekerup. Alur-alur berbentuk helik (sekerup) biasanya difrais
dengan pisau – pisau frais piringan (kepingan). Dalam hal ini pisau frais harus dibuat serong
pada kedua sisinya untuk mencegah terjadinya penyayatan susulan atau terjadi gesekan.
Penyayatan alur helik juga dapat dilakukan dengan menggunakan pisau frais jari.
Keuntungan penggunaan pisau frais jari untuk penyayatan alur helik (sekerup) adalah tidak

40
terjadi penyayatan susulan, dan kita tidak perlu memiringkan meja mesin frais seperti jika kita
menggunakan pisau frais piringan atau pisau frais modul. Sedangkan kelemahan penggunaan
pisau frais jari untuk pembuatan alur helik adalah tidak bisa digunakan secara terus menerus.

Gambar 19. Urutan Kerja Pembuatan Roda Gigi Helik

Gambar 20. Posisi Penyayatan Pembuatan Roda Gigi Helik

Sudut miring benda kerja merupakan sudut penyetelan juga untuk meja frais.
Selanjutnya untuk mencari roda-roda tukar dapat digunakan rumus.

Uw = =

41
Uw : Perbandingan roda gigi dari roda-roda tukar
Pl : Kisar benda kerja dalam mm
Pw : Kisar sekerup penghantar dari meja frais
ZPG : hasil jumlah gigi dari roda-roda tukar penggerak
ZDG : hasil kali jumlah gigi dari roda-roda tukar yang digerakkan

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemotongan roda gigi helik antara lain:
a) Kecepatan pemakanan lebih rendah daripada kecepatan pemotongan roda gigi lurus.
b) Putaran pisau diatur sesuai dengan jenis bahan yang akan difrais dan bahan pisau frais.
c) Pemakanan seharusnya dilakukan secara otomatis.

D. Rangkuman
Selamat, Anda telah menyelesaikan modul tentang proses pemesinan frais. Dengan
demikian Anda telah menguasai kompetensi terkait dengan pemesinan frais. Hal-hal penting
yang telah Anda pelajari dalam modul pemesinan frais ini adalah sebagai berikut.

1. Proses pemesinan frais adalah proses penyayatan benda kerja dengan alat potong yang
berputar. Proses pemesinan frais merupakan proses penyayatan benda kerja yang sangat
efektif, karena alat potongnya memiliki sisi potong jamak. Permukaan yang disayat bisa
berbentuk datar, bidang rata miring menyudut, bidang siku, bidang sejajar, alur lurus atau
melingkar, dan segi banyak beraturan maupun tidak beraturan. Disamping itu dengan
tambahan peralatan bantu mesin frais dapat digunakan untuk mengerjakan pembuatan: roda
gigi (lurus, rack, helik, payung, dan roda gigi cacing), no/eksentrik, ulir scolor (ulir pada
bidang datar), dan ulir cacing yang mempunyai kisar besar dan tidak dapat dikerjakan di
mesin bubut.
Pada umumnya mesin frais yang dikendalikan secara mekanis (konvensional manual) dapat
dikelompokkan menjadi mesin frais horisontal dan vertikal.

2. Secara garis besar, perlengkapan mesin frais dapat dikelompokkan menjadi dua,yaitu
peralatan penjepit benda kerja dan penjepit pisau. Peralatan penjepit benda kerja adalah:
clamp, vice (vice plate, swivel vice, compound vice), v-block, angle plate, rotary table, dan
deviding head. Sedangkan peralatan penjepit pisau adalah: drill chuck arbor, long arbor, stub
arbor, short arbor, collet arbor, sleeve arbor, side lock arbor, dan boring head arbor.

3. Pisau frais atau gigi pisau frais pada umumnya terbuat dari bahan-bahan high speed steel,
cemented carbide atau cast alloy. Pisau frais dapat dibedakan mejadi pisau frais solid dan
pisau frais inserted. Tipe solid dibuat dari material solid seperti HSS atau dibuat dari carbon
steel, alloy steel, atau HSS dengan gigi cemented carbide yang dibrasing pada bodi pisau.

42
Jenis pisau frais adalah: plain milling, side milling, metal slitting saw, end milling, face
milling, T-slot milling, devotil milling, dan form milling (cekung, cembung).

4. Parameter-parameter yang perlu diperhatikan dalam proses pemesinan frais adalah:


kecepatan potong, kecepatan putaran pisau frais, feeding, kedalaman penyayatan, waktu
pemotongan, dan kecepatan penghasilan tatal.
Dalam menentukan kecepatan potong, beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan antara
lain: (1) material benda kerja yang akan difrais, (2) material pisau frais, (3) diameter pisau,
(4) kehalusan permukaan yang diharapkan, (5) dalam pemotongan yang ditentukan, dan (6)
Rigiditas penyiapan benda kerja dan mesin
Terdapat tiga faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan putaran pisau frais
antara lain: (1) material yang akan di frais, (2) bahan pisau frais, dan (3) diameter pisau frais.
Feeding dapat dinyatakan sebagai rasio gerak benda kerja terhadap gerak putar pisau frais.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan bnesarnya feeding adalah: (1)
dalam pemakanan, (2) tipe pisau frais, (3) bentuk pisau frais, (4) kekuatan dan
keseragaman benda kerja, (5) tipe permukaan finishing yang ditentukan, dan (6) power dan
rigiditas mesin.

5. Pembagian dengan menggunakan kepala pembagi dapat dilakukan dengan teknik


pembagian langsung, tidak langsung, pembagian deferensial, dan pembagian sudut.

6. Roda gigi merupakan salah satu elemen penting pada mekanisme suatu
peralatan/konstruksi mesin. Roda gigi berfungsi sebagai transmisi daya, untuk mengubah
arah putaran/gerakan, dan juga dapat digunakan untuk meningkatkan maupun menurunkan
kecepatan suatu putaran/gerakan. Keuntungan menggunakan transmisi daya dengan roda
gigi adalah tidak terjadi slip, sehingga speed ratio tetap.
Berbagai macam bentuk roda gigi dapat juga dikelompokkan berdasarkan posisi poros atau
sumbu antara roda gigi penggerak dan roda gigi yang digerakkan, sebagai berikut:
 Poros sejajar : roda gigi lurus, roda gigi helik, roda gigi rack dan pinion).
 Poros yang berpotongan : ulir cacing dengan roda cacing, dan roda gigi helik).
 Poros yang bersinggungan: roda gigi payung/konis.

E. Tugas
Harus dibuat dua buah roda gigi helik yang berpasangan. Roda gigi penggeraknya helik
kiri, dengan jumlah giginya (Z1)= 32, dengan sudut gigi 25o. Perbandingan perpindahan i = 2,
modulus normal mn = 5 mm dan lebar giginyanya b=12 mn.

Pertanyaan:

1. Tentukan dimensi dari masing-masing roda gigi helik tersebut.

43
2. Tentukan nomor pisau frais modul untuk penyayatan masing-masing roda gigi helik tersebut.
3. Tentukan roda-roda tukarnya (roda gigi pengganti)
4. Tentukan putaran engkol kepala pembagi untuk masing-masing roda gigi helik tersebut.

Rubrik Penilaian
Aspek Bobot
Penghitungan dimensi roda gigi helik 35%
Penghitungan roda-roda tukar dan benda kerja 35%
Pemilihan pisau modul 15%
Putaran engkol kepala pembagi 15%

Total 100%

F. Tes Formatif

1. Sebuah poros dengan diameter 50 mm akan dibuat 6 alur helik dengan kisar 176 mm
dengan menggunakan mesin frais. Apabila kisar ulir poros penghantar (transportir)
mesin frais adalah 5 mm, dan ratio (i) perpindahan dari kepala pembagi=40, maka
perbandingan dari roda-roda tukar penggerak dengan roda-roda tukar yang digerakkan
adalah …..
a. 40/176
b. 200/176
c. 176/200
d. 5/176
e. 176/40

2. Pada sebuah poros dengan diameter 60 mm akan dibuat alur helik dengan kisar 150
mm, menggunakan mesin frais. Besarnya tg β (sudut penyetelan meja frais) adalah …...
a. tg β = π.60/150
b. tg β = π/300
c. tg β = 150/π. 60
d. tg β = π. 150/60
e. tg β = π. 60/300

3. Berikut ini faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan putaran pisau frais
yaitu:
a. material yang akan difrais,
b. material pisau frais,

44
c. diameter pisau frais,
d. a dan b benar.
e. a, b, dan c benar.

4. Berikut ini faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan feeding pada proses
frais, yaitu:……
a. kedalaman pemakanan,
b. tipe pisau frais
c. kehalusan permukaan
d. a,c benar
e. a,b,c benar

5. Jika diketahui n=600 rpm, dan f = 0,2 mm/putaran, maka kecepatan pemakanan (F
mm/menit) adalah sebesar….
a. 160 mm/menit
b. 150 mm/menit
c. 140 mm/menit
d. 130 mm/menit
e. 120 mm/menit

6. Akan dibuat roda gigi dengan jumlah gigi 32. Roda gigi tersebut dikerjakan dengan
mesin frais menggunakan kepala pembagi dengan i=40. Tentukan putaran engkol pada
kepala pembagi jika piring pembagi yang digunakan memiliki deretan lubang dengan
jumlah lubang: 15, 16, 17, 18, 19 dan 20.
a. 1 + 4/16 putaran
b. 1 + 5/20 putaran
c. 20/16 putaran
d. 25/20 putaran
e. a dan b benar.

7. Jika kita memutarkan engkol pada kepala pembagi sejauh dua jarak lobang pada plat
pembagi yang memiliki jumlah lobang 18, maka besarnya sama dengan ………
a. 1o
b. 2o
c. 3o
d. 4o
e. 30’

8. Pisau frais yang digunakan untuk membuat alur yang sempit dan dalam adalah:
a. end mill
b. slot mill
c. slitting saw mill
d. face mill

45
e. slab mill

9. Besarnya diameter bahan awal untuk roda gigi lurus dengan jumlah gigi 30 dan modul 2
adalah: ….
a. 80 mm
b. 60 mm
c. 64 mm
d. 65 mm
e. 70 mm

10. Pernyataan berikut ini semua benar, kecuali:


a. pada metode pemotongan up milling gerak dari putaran pisau berlawanan arah
terhadap gerak makan meja mesin frais
b. bentuk penampang melintang beram (chip) pada up milling adalah seperti koma
c. pada metode pemotongan up milling, ketebalan maksimal beram terjadi pada akhir
penyayatan
d. pada metode pemotongan up milling benda kerja cenderung akan terangkat
e. metode pemotongan up milling tidak cocok digunakan pada mesin frais
konvensional

G. Tes Akhir

1. Sebuah poros dengan diameter 60 mm akan dibuat 5 alur helik dengan kisar 150 mm
menggunakan mesin frais. Apabila kisar ulir poros penghantar (transportir) mesin frais
adalah 6 mm, dan i (ratio) dari kepala pembag=40, maka perbandingan dari roda-roda
tukar penggerak dengan roda-roda tukar yang digerakkan adalah …..
a. 60/150
b. 240/150
c. 200/60
d. 5/150
e. 150/40

2. Pada sebuah silinder dengan diameter 50 mm akan dibuat alur helik dengan kisar 160
mm, menggunakan mesin frais. Besarnya tg β (sudut penyetelan meja frais) adalah …...
a. tg β = π.50/160
b. tg β = π.160/50
c. tg β = 160/π. 50
d. tg β = π.160/50
e. tg β = 50/ π.160

3. Jika kita memutarkan engkol kepala pembagi sejauh 4 jarak lobang pada plat pembagi
yang memiliki jumlah lobang 18, maka besarnya sama dengan ………

46
a. 1o
b. 2o
c. 3o
d. 4o
e. 1/2o

4. Pernyataan berikut ini semua benar, kecuali:


a. pada metode pemotongan down milling gerak dari putaran pisau searah terhadap
gerak makan meja mesin frais
b. bentuk penampang melintang beram (chip) pada up milling adalah seperti koma
c. pada metode pemotongan down milling, ketebalan maksimal beram terjadi pada awal
penyayatan
d. pada metode pemotongan down milling benda kerja cenderung akan terangkat
e. metode pemotongan down milling tidak cocok digunakan pada mesin frais
konvensional

5. Pernyataan berikut ini semua benar, kecuali:


a. end mill dapat digunakan untuk pembuatan alur sempit dan dalam
b. end mill dapat digunakan untuk pengefraisan muka
c. end mill dapat digunakan untuk pengefraisan menyudut
d. end mill dapat digunakan untuk pembuatan pocket (kantong)
e. end mill dapat digunakan untuk pengefraisan bertingkat

6. Berikut ini adalah faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan kecepatan
potong pada proses frais, kecuali:…
a. material benda kerja yang akan difrais,
b. material pisau frais,
c. diameter pisau frais,
d. diameter arbor
e. kehalusan permukaan yang diharapkan

7. Jika diketahui n=500 rpm, dan f = 0,2 mm/putaran, maka kecepatan pemakanan dalam
mm/menit, adalah sebesar….
a. 160 mm/menit
b. 150 mm/menit
c. 140 mm/menit
d. 130 mm/menit
e. 100 mm/menit

8. Akan dibuat roda gigi dengan jumlah gigi 30. Roda gigi tersebut dikerjakan dengan
mesin frais menggunakan kepala pembagi dengan i=40. Tentukan putaran engkol pada
kepala pembagi jika piring pembagi yang digunakan memiliki deretan lubang dengan
jumlah lubang: 15, 16, 17, 18, 19 dan 20.
a. 1 + 5/15 putaran

47
b. 1 + 6/18 putaran
c. 12/16 putaran
d. 15/20 putaran
e. a dan b benar.

9. Besarnya diameter bahan awal untuk roda gigi lurus dengan jumlah gigi 32 dan modul 2
adalah: ….
a. 60 mm
b. 64 mm
c. 68 mm
d. 34 mm
e. 30 mm

10. Jenis pisau frais yang biasa digunakan untuk membuat kantong (pocket) pada benda
kerja adalah:
a. end mill
b. plain mill
c. slab mill
d. side mill
e. slitting saw mill

Daftar Pustaka

Chapman W.A.J. (1972). Senior Workshop Calculation, Third Edition, London: Edward Arnold
Publisher.

George Schneider, Jr. (2002). Cutting Tool Applications. Washington: Headquarters Department
of The Army.

Gerling Heinrich. (1965). All About Machine Tools. New Delhi: Wiley Eastern Limited.

Education Department Victoria. (1976). Fitting and Machining. Volume 3. Victoria: Wilke and
Company Limited.

Taufiq Rohim. (1993). Teori dan Proses Pemesinan. Jakarta: Higher Education Development
Support Project (HEDS).

48

Anda mungkin juga menyukai