Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN

DI APOTEK ARCA MANDIRI

Disusun Oleh :

RAKHMAWATI HANIFAH G1F010006

SUCI RAHMAYANTI NAJJAH G1F010026

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

PURWOKERTO

2013

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN

DI APOTEK ARCA MANDIRI

OLEH:

RAKHMAWATI HANIFAH

G1F010006

Purwokerto, 28 Agustus 2013

Apoteker Pembimbing Dosen Pembimbing

Abdul Manan, S.Farm., Apt. Hanif Nasiatul Baroroh, M.Sc., Apt.


SIPA.1980100/SIPA.33.02/2011/0009 NIP.198011022006042002

Menyetujui, Mengetahui,
Dekan FKIK Kajur Farmasi

dr. Hj. Retno Widiastuti, M.S Heny Ekowati, M.Sc., Apt.


NIP.194810151976022001 NIP.197703242003122001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas segala berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga pelaksanaan
dan penyusunan laporan Praktek Belajar Lapangan (PBL) ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.
Praktek Belajar Lapangan ini dilaksanakan untuk memenuhi tuntutan
kurikulum yang berlaku di Jurusan Farmasi Universitas Jenderal Soedirman.
Praktek Belajar Lapangan ini berlangsung selama kurang lebih 12 hari yang
dimulai dari tanggal 12 Agustus s/d 26 Agustus 2013 bertempat di Apotek ARCA
MANDIRI Purwokerto.
Dalam proses penyusunan laporan ini, penulis mengalami banyak kesulitan,
khususnya diakibatkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya laporan praktek belajar
lapangan ini dapat terselesaikan walaupun masih banyak kekurangannya. Oleh
karenanya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu dr. Hj. Retno Widiastuti, M.S., selaku Dekan FKIK Universitas Jenderal
Soedirman.
2. Ibu Heny Ekowati, M.Sc., Apt., selaku Ketua Jurusan Farmasi Universitas
Jenderal Soedirman.
3. Ibu Hanif Nasiatul Baroroh, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing PBL.
4. Bapak Abdul Manan, S. Farm., Apt., selaku apoteker pembimbing PBL.
5. Ibu Hanif Nasiatul Baroroh, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing PBL.
6. Orang tua penulis yang tercinta yang telah memberikan bantuan moril
maupun materil.
7. Segenap karyawan apotek ARCA MANDIRI atas bimbingannya selama
pelaksanaan PBL berlangsung.
8. Seluruh teman-teman yang telah banyak memberikan dorongan dan
semangat.

Penulis menyadari, bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh


karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif.

iii
Harapan penulis, semoga laporan ini dapat memberikan gambaran mengenai
Apotek ARCA MANDIRI, baik dari segi pengelolaannya maupun pelayanan
perbekalan farmasi dan bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta wawasan
bagi segenap pembacanya.

Purwokerto, Agustus 2013

penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR……………………………………………..……… iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. v
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. vi
A. PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1
1. Latar Belakang Praktek Belajar Lapangan (PBL)…………………… 1
2. Tujuan Praktek Belajar Lapangan (PBL)……………………………. 2
3. Manfaat Praktek Belajar Lapangan (PBL)….……………..……..….. 2
B. TINJAUAN UMUM ………………………………………………….. 3
1. Definisi Apotek …………………………………………………….. 3
2. Peraturan Perundang-Undangan dibidang Apotek………………….. 3
3. Tugas dan Fungsi Apotek…………………………………………… 6
4. Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Apotek……………..……… 6
5. Tenaga Kefarmasiaan………………………………………………. 7
6. Persyaratan Apoteker Pengelola Apoteker………………………….. 9
7. Persyaratan Apotek…………………………………………………. 9
8. Pelayanan Apotek……………………………………………………10
9. Sediaan Farmasi……………………………………………………. 11
10.Distribusi Obat di apotek…………………………………………. 13
11.PBF……………………………………………………………….. 16
C. KEGIATAN DAN HASIL …………………………………………… 17
1. Profil Apotek ARCA MANDIRI……………………………………. 17
2. Kegiatan dan Hasil …………………………………………………. 17
a. Manajemen ……………………………………………………… 17
b. Administrasi …………………………………………………….. 22
c. Pelayanan ……………………………………………………….. 26
D. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………. 54
1. Kesimpulan ………………………………………………………… 54
2. Saran ……………………………………………………………….. 54

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Standar Operating Procedure (SOP) Pelayanan..............................37


Lampiran 2. Buku Catatan Keuangan Pemasukan dan Pendapatan (Bulanan). . .41
Lampiran 3. Buku Catatan Pendapatan Harian, pembelian dan penjualan..........42
Lampiran 4. Buku Ekspedisi Surat dan Defecta..................................................43
Lampiran 5. Buku Catatan Narkotika dan Psikotropika......................................44
Lampiran 6. Nota.................................................................................................45
Lampiran 7. Faktur Penjualan dan Pembelian.....................................................46
Lampiran 8. Kartu Stok.......................................................................................47
Lampiran 9. Surat Pesanan..................................................................................48
Lampiran 10. Pelaporan Narkotika dan Psikotropika..........................................50
Lampiran 11. Copy Resep...................................................................................51
Lampiran 12. Etiket.............................................................................................52
Lampiran 13. Catatan Pasien (Medication Record).............................................53
Lampiran 14. Foto Foto Kegiatan selama Praktek Bekerja Lapangan................54

vi
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan
manusia sehingga senantiasa menjadi prioritas dalam pembangunan
nasional suatu bangsa. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari
pembangunan Nasional bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan
termasuk keadaan gizi masyarakat dan penyediaan obat-obatan di Apotek
dalam rangka peningkatan kualitas dan taraf hidup serta kecerdasan dan
kesejahteraan rakyat pada umumnya. Pembangunan kesehatan dapat
ditingkatkan dengan melakukan pelayanan kefarmasian.
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Salah satu sarana pelayanan kefarmasian adalah
apotek. Usaha Apotek merupakan suatu kombinasi dari usaha pengabdian
profesi farmasi, usaha sosial dan usaha dagang yang masing-masing
aspek ini tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan lainnya dari usaha
Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan
lainnya kepada masyarakat.
Pelayanan apotek pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat
ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan yang
semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi
pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi
tersebut, tenaga farmasis dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung
dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan
pemberian informasi, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui
tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik
(Anonim, 2011).

1
Pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan (PBL) Apotek bagi
mahasiswa Jurusan Farmasi Universitas Jenderal Soedirman sangatlah
perlu dilakukan dalam rangka mempersiapkan diri untuk berperan
langsung dalam pengelolaan Apotek sesuai fungsi dan kompetensi Ahli
Madya Farmasi.

2. Tujuan PBL Apotek


Tujuan diadakannya Praktek Kerja Lapangan Apotek ini adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan dan skills mahasiswa sebagai calon
tenaga kerja teknis kefarmasian khususnya di bidang farmasi klinik
dan komunitas.
2. Meningkatkan kemampuan problem solving mahasiswa dalam
masalah-masalah praktek farmasi klinis dan komunitas.
3. Meningkatkan interaksi mahasiswa dengan praktisi farmasi klinik
dan komunitas.

3. Manfaat PBL
Manfaat yang didapat dari pelaksanaan praktek belajar lapangan ini
yaitu mahasiswa dapat memahami pekerjaan kefarmasian khususnya
dalam bidang manajemen, administrasi, dan pelayanan kepada pasien.

2
B. TINJAUAN UMUM

1. Definis Apotek
Menurut Peraturan Menteri NO.1332/MENKES/SK/X/2002,
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI
NO.922/MENKES/PER/X/1993 mengenai Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu
tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat.

2. Peraturan Perundang-undangan Tentang Apotek

Peraturan perundang-undangan perapotekan di Indonesia telah


beberapa kali mengalami perubahan. Peraturan perundang-undangan
yang telah diberlakukan pemerintah terkait apotek meliputi St. No.419
tahun 1949, PP No.25 tahun 1980, Permenkes No.26 tahun 1981,
Kepmenkes No. 278, 279 dan 280 tahun 1981, Permenkes No.240
tahun 1990, Kepmenkes No.347 tahun 1990, Permenkes No.922 tahun
1993, UU No.5 tahun 1997, UU No.22 tahun 1997, PP No.72 tahun
1998, UU No.8 tahun 1999, Kepmenkes No.1332 tahun 2002, UU
No.29 tahun 2004, Kepmenkes No.1027 tahun 2004, dan Permenkes
No.384 tahun 2007 (Hartini, 2009).

Ketentuan-ketentuan umum yang berlaku tentang perapotekan


sesuai Keputusan Menteri Kesehatan NO.1332/MENKES/SK/X/2002
tentang perubahan atas peraturan menteri kesehatan RI
NO.922/MENKES/PER/X/1993 mengenai Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut:

a. Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah


mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan
pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.

3
b. Surat Izin Apotek atau SIA adalah Surat izin yang diberikan oleh
Menteri kepada Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan
pemilik sarana untuk menyelenggarakan Apotek di suatu tempat
tertentu.
c. Apoteker Pengelola Apotek adalah Apoteker yang telah diberi Surat
Izin Apotek (SIA).
d. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek di
samping Apoteker Pengelola Apotek dan/atau menggantikannya
pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotek.
e. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan Apoteker
pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak
berada ditempat lebihdari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah
memiliki Surat Ijin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker
Pengelola Apotek di Apotek lain.
f. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundangundangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.
g. Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter Gigi, Dokter
Hewan kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
h. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat
kesehatan dan kosmetika.
i. Alat Kesehatan adalah Instrumen Aparatus, mesin, implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit
serta pemulihan kesehatan pada manusia, dan atau untuk membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
j. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan (Anonim,
2002).

4
Selain itu persyaratan apotek yang perlu diperhatikan adalah :
a. Lokasi dan Bangunan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
922/Menkes/Per/X/1993 lokasi apotek tidak lagi ditentukan harus
memiliki jarak minimal dari apotek lain dan sarana apotek dapat
didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan
komoditi lainnya di luar sediaan farmasi, namun sebaiknya harus
mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan,
jumlah penduduk, jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan,
lingkungan yang higienis dan faktor-faktor lainnya
Bangunan apotek adalah gedung atau bagian gedung yang
dipergunakan untuk mengelola apotek. Menurut Kepmenkes RI No.
278/Menkes/SK/V/1981 tentang persyaratan apotek, bangunan
apotek harus mempunyai luas secukupnya dan memenuhi
persyaratan teknis, sehingga dapat menjamin kelancaran
pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu
perbekalan kesehatan di bidang farmasi.
Bangunan apotek harus memenuhi persyaratan teknis sebagai
berikut :
 Bangunan apotek sekurang kurangnya terdiri dari ruang
tunggu, ruang racik dan penyerahan, ruang administrasi dan
apoteker, serta toilet.
 Dinding harus kuat dan tahan air, permukaan sebelah dalam
rata, tidak mudah mengelupas dan mudah dibersihkan.
 Bangunan apotek harus memiliki ventilasi dan sistem sanitasi
yang baik serta memenuhi persyaratan hygiene lainnya.
 Ruang apotek harus mempunyai penerangan yang cukup,
sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi apotek
dengan baik.
 Apotek harus memasang papan nama pada bagian depan
apotek. Pada papan nama tercantum nama apotek, nama APA,
no. surat izin apotek, alamat, no. telepon apotek.

5
b. Perlengkapan apotek
Perlengkapan yang harus dimiliki oleh apotek:
 Alat pembuatan, pengelolaan, peracikan obat seperti timbangan,
mortir, gelas piala dan sebagainya
 Wadah untuk bahan pengemas dan bahan pembungkus
 Perlengkapan dan tempat penyimpanan perbekalan farmasi
seperti lemari obat dan lemari pendingin
 Alat administrasi seperti blanko pemesanan obat, salinan resep,
kartu stok obat, faktur, nota penjualan, alat tulis dan sebagainya
 Alat dan perlengkapan laboratorium untuk pengujian sederhana
Pustaka, seperti Farmakope edisi terbaru dan kumpulan
peraturan perundang-undangan serta buku-buku penunjang lain
yang berhubungan dengan apotek

3. Tugas dan Fungsi Apotek

Tugas dan fungsi Apotek menurut pasal 2 Peraturan Pemerintah


No.25 Tahun 1980, yaitu:

a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah


mengucapkan sumpah jabatan.
b. Sarana Farmasi yang telah melakukan peracikan, perubahan bentuk,
pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan baku obat.
c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan
obat secara luas dan merata (Anief, 2003).

4. Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Apotek

Izin Apotek diberikan oleh Menteri yang melimpahkan


wewenang pemberian izin apotek kepada Dirjen POM dan selanjutnya
wewenang pemberian izin apotek diberikan kepada Kanwil Depkes.
Kepala Kanwil wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin,
pembekuan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada

6
Dirjen POM. Kepala Kanwil tidak diizinkan mengadakan peraturan
yang membatasi izin (Anief, 2003).

5. Tenaga kefarmasian
Peraturan Pemerintah Nomor 51 tentang Tenaga Kefarmasian
mendefinisikan setiap Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang
melakukan Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan
Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga Kefarmasian dalam melakukan
Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi harus
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
produksi dan pengawasan mutu orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Menurut Permenkes RI No. 1332 Tahun 2002, tenaga kesehatan di
apotek terdiri dari apoteker pengelola apotek (APA), apoteker
pendamping dan asisten apoteker (AA).
a. Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Apoteker pengelola apotek adalah apoteker yang telah diberi surat
izin apotek (SIA), yaitu surat izin yang diberikan oleh Menteri
Kesehatan kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama
dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan apotek di suatu
tempat tertentu.
b. Apoteker Pendamping
Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek
disamping APA dan menggantikannya pada jam-jam tertentu pada
hari buka apotek. Apoteker pendamping bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang
bersangkutan bertugas menggantikan APA. Apoteker pendamping
juga harus memenuhi persyaratan seperti persyaratan untuk APA.
c. Apoteker Pengganti
Apoteker pengganti adalah apoteker yang bertugas menggantikan
APA selama APA tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan terus

7
menerus, telah mempunyai surat izin kerja dan tidak bertindak
sebagai APA di tempat lain.
d. Asisten Apoteker
Asisten apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai asisten apoteker.
Menurut Peraturan Pemerintah No 51 tahun 2009 tentang Tenaga
Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi,
Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan TenagaMenengah
Farmasi/Asisten Apoteker.
Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian
wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat
izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :
i. SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan
kefarmasian;
ii. SIPA bagi Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian;
iii. SIK bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di
fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran; atau
iv. SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan
pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.

Tenaga lain yang dibutuhkan di apotek adalah:


i. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten
Apoteker.
ii. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat
penerimaan dan pengeluaran uang.
iii. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi
apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan
dan keuangan apotek.

8
6. Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI


NO.992/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek, Apoteker Pengelola Apotek harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :

a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.


b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai apoteker.
c. Memiliki surat izin kerja dari Menteri.
d. Memenuhi syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksakan tugas
sebagai apoteker.
e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi
apoteker pengelola apotek di apotek lain (Anief, 2003).

7. Persyaratan Apotek

Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.992/MENKES/PER/X/1993


tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek memuat
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pendirian apotek, antara
lain:

1. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker yang bekerja sama dengan


pemilik sarana apotek yang telah memiliki persyaratan harus siap
dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi, dan
perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau pihak
lain.
2. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan
kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi lainnya.
3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lannya diluar
sediaan farmasi (Anonim, 1993).

Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus


bebas dari hewan pengerat, serangga. Apotek memiliki suplai listrik
yang konstan, terutama untuk lemari pendingin. Apotek harus memiliki:

9
1. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
2. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk
penempatan brosur atau materi informasi.
3. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi
dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan
medikasi pasien.
4. Ruang racikan.
5. Tempat pencucian alat.

Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak


penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi,
terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta
diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah
ditetapkan (Anonim, 2006).

8. Pelayanan Apotek

a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
b. Pelayanan resep sepenuhnya tanggung jawab Apoteker Pengelola
Apotek. Pelayanan resep sesuai dengan tanggung jawab dan
keahlian profesinya yang dilandasi untuk kepentingan masyarakat.
c. Apoteker tidak boleh mengganti obat generic yang tertulis dalam
resep dengan obat paten.
d. Jika pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep,
apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat
yang lebih tepat dan terjangkau. Apoteker wajib memberikan
informasi yang bertalian dengan penggunaan obat secara aman,
tepat, rasional, atau permintaan masyarakat. Jika dalam resep itu
tertulis “Resep p.p”= pro paupere artinya resep untuk orang
miskin.
e. Apotek dilarang untuk menyalurkan barang dan/atau menjual jasa
yang tidak ada hubungannya dengan fungsi pelayanan kesehatan.
f. Yang berhak meracik resep adalah apoteker dan asisten apoteker
dibawah pengawasan apotekernya.

10
g. Apotek dibuka tiap hari dari jam 08.00 sampai jam 22.00.
h. Apotek dapat ditutup pada hari-hari libur resmi atau libur
keagamaan setelah mendapat persetujuan dari Kakanwil Depkes
setempat atau Kadinkes setempat atau pejabat lain yang berwenang
(Syamsuni, 2006).

9. Sediaan farmasi
Sediaan farmasi digolongkan menjadi 5 bagian yaitu obat bebas, obat
bebas terbatas, obat keras serta obat narkotika dan psikotropika.

i.. Obat Bebas


Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada
kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan
berwarna hijau. Dalam kemasan obat disertakan brosur yang berisi
nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis, aturan pakai,
efek samping , nomor batch, nomor registrasi, nama dan alamat pabrik,
serta cara penyimpanannya.

ii. Obat Bebas Terbatas


Obat bebas terbatas yaitu obat yang digunakan untuk mengobati
penyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri. Obat bebas
terbatas termasuk obat keras dimana pada setiap takaran yang
digunakan diberi batas dan pada kemasan ditandai dengan lingkaran
hitam mengelilingi bulatan berwarna biru serta sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan No.6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5
November 1975, disertai tanda peringatan P. No.1 sampai P. No. 6 dan
harus ditandai dengan etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat
yang bersangkutan, daftar bahan berkhasiat serta jumlah yang
digunakan, nomor batch, tanggal kadaluarsa, nomor registrasi, nama
dan alamat produsen, petunjuk penggunaan, indikasi, cara pemakaian,
peringatan serta kontra indikasi.

11
iii. Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep
dokter, dimana pada bungkus luarnya diberi tanda bulatan dengan
lingkaran hitam dengan dasar merah yang didalamnya terdapat huruf
“K” yang menyentuh garis tepi. Obat yang masuk ke dalam golongan
obat keras ini adalah obat yang dibungkus sedemikian rupa yang
digunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan
cara pemakaian lain dengan jalan merobek jaringan, obat baru yang
belum tercantum dalam kompendial/farmakope terbaru yang berlaku di
Indonesia serta obat-obat yang ditetapkan sebagai obat keras melalui
keputusan Menkes Republik Indonesia.

iv. Obat Narkotika


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika,
dalam Bab I pasal 1 Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-
golongan (6).

v. Obat Psikotropika
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997
tentang Psikotropika, dalam Bab I pasal 1 Psikotropika adalah zat atau
obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

10. Distribusi Obat di Apotek

a. Penjualan bebas

12
Penjualan bebas adalah penjualan obat tanpa resep. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan NO.924/MENKES/PER/X/ tentang
Daftar Obat Wajib Apotek No. 2 menyatakan APA dapat menjual
obat bebas yang dinyatakan sebagai obat wajib apotek tanpa resep
dokter. Obat Wajib Apotek adalah obat bebas yang dapat di serahkan
oleh APA kepada pasien tanpa resep dokter. Daftar obat ini
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
NO.347/MENKES/SK/VIU/1997 tentang Obat Wajib Apotek No. 1
dan Keputusan Menteri Kesehatan No 924/MENKES/PER/X/1993
tentang Wajib Apotek No. 2 (Anonim, 2010).

b. Swamedikasi

Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan bagian dari


upaya masyarakat menjaga kesehatannya sendiri. The International
Pharmaceutical Federation (FIP) mendefinisikan swamedikasi atau
self-medication sebagai penggunaan obat-obatan tanpa resep oleh
seorang individu atas inisiatifnya sendiri. Sedangkan definisi
swamedikasi menurut WHO adalah pemilihan dan penggunaan obat
modern, herbal, maupun obat tradisional oleh seorang individu untuk
mengatasi penyakit atau gejala penyakit. Salah satu tugas yang harus
dilakukan oleh apoteker adalah memberikan informasi yang obyektif
tentang obat kepada pasien agar pasien dapat menggunakan obat
secara rasional. Informasi yang seharusnya diberikan oleh apoteker
meliputi informasi mengenai bentuk sediaan obat, efek terapi, cara
penggunaan, dosis, frekuensi penggunaan, dosis maksimum, lama
penggunaan, efek samping yang mungkin timbul dan memerlukan
penanganan dokter, obat lain, makanan dan aktivitas yang harus
dihindari selama penggunaan obat, penyimpanan obat, hal-hal yang
harus dilakukan apabila lupa meminum obat, pembuangan obat yang
telah kadaluarsa, dan tujuan penggunaan obat (Nita Y., et.al., 2008).

c. Resep

13
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
NO.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud resep adalah permintaan
tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.

Resep yang masuk diterima kemudian diteliti apakah obat yang


diresepkan tersedia di apotek atau tidak, jika tersedia maka Resep
diberikan harga sesuai dengan harga yang berlaku di apotek.
Umumnya skrining resep meliputi:

1. Persyaratan administratif, yaitu nama, SIP dan alamat dokter;


tanggal penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep;
nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; cara
pemakaian yang jelas; dan informasi lainnya.
2. Kesesuaian farmasetik yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian
3. Pertimbangan klinis yaitu adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada
keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada
dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan
alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah
pemberitahuan.

Jika pembeli setuju dengan harga yang ditawarkan, maka resep


dikerjakan. Peracikan obat merupakan kegiatan menyiapkan
menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada
wadah. Pelaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur
tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta
penulisan etiket yang benar. Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
Obat yang akan diserahkan hendaknya dikemas dengan rapi dalam
kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Kemudian obat
diperiksa lagi oleh Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker

14
Pendamping dan diserahkan kepada pasien disertai dengan informasi
mengenai aturan penggunaan obat. Bila diminta atau diperlukan
dibuatkan copy resep atau kuitansi pembelian. Apabila salah satu
obat yang ditulis di dalam resep tidak ada maka dibuat copy resep
atau diganti dengan obat lain yang kandungannya sama dengan obat
yang dimaksud. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
NO.HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajiban
Menggunakan Obat Generic Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemerintah, apoteker dapat mengganti obat merek dagang/obat paten
dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek
dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien.

Resep yang mengandung narkotika dalam pelayanan harus


menggunakan resep asli dan tidak melayani copy resep. Jika resep
asli mengandung narkotika maka kepada pasien ditanyakan
alamatnya. Hal ini dilakukan guna rnenghindari penyalahgunaan
obat narkotika. Resep yang telah dilayani dipisahkan berdasarkan
golongannya yaitu resep yang mengandung narkotika diberi tanda
garis merah. Setiap resep yang masuk dianalisa keabsahannya. Hal
ini juga mengantisipasi apabila ada pemalsuan dalam penulisan
resep. Setiap bulan resep yang tidak mengandung narkotika atau
psikotropika disusun berdasarkan nomor urut dan urutan tanggalnya
lalu dikemas dalam plastik bening. Hal ini juga berlaku untuk resep
yang mengandung narkotika atau psikotropika namun penyimpanan
resep diletakkan terpisah. Resep yang mengandung narkotika
disimpan dalam lemari khusus narkotika. Resep yang mengandung
psikotropika disimpan dalam lemari khusus psikotropika. Setiap ada
pengeluaran narkotika atau psikotropika dalam resep harus dicatat di
buku pengeluaran narkotika atau buku pengeluaran psikotropika.

11. Pedagang Besar Farmasi (PBF)

Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah badan Hukum Perseroan


Terbatas (PT) atau Koperasi yang memiliki izin untuk pengadaan,

15
penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku yaitu Peraturan
Menteri Kesehatan NO.918/MENKES/PER/X/1993. PBF wajib
memiliki izin usaha PBF yang diberikan oleh Menteri yang
melimpahkan wewenang pemberian izin isaha PBF kepada Dirjen
POM. Izin usaha PBF berlaku seterusnya selama PBF yang
bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan usahanya dan berlaku
untuk seluruh wilayah Republik Indonesia (Anief, 2003).

Persyaratan PBF, yaitu:

1. PBF dilakukan oleh Badan Hukum berbentuk P.T., koperasi,


perusahaan nasional maupun perusahaan patungan antara perusahaan
penanaman modal asing yang telah memperoleh izin usaha industry
Farmasi di Indonesia dengan perusahaan nasional.
2. PBF memliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
3. PBF memliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dari Departemen
Perdagangan.
4. Anggota direksi tidak pernah terlibat pelanggaran ketentuan
perundang-undangan di bidang farmasi (Anief, 2003).

16
C. HASIL DAN KEGIATAN

1. Profil Apotek Arca Mandiri

Apotek Arca Mandiri telah berdiri sejak tahun 2010 yang lalu. Apotek ini
dikelola oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yaitu Bapak Abdul
Manan, S.Farm,Apt. Status apotek ini adalah milik APA sendiri dengan
tempat menyewa. Pengelolaan apotek yang baru berumur 2 tahun ini
dilakukan oleh APA sendiri.
 Lokasi dan Bangunan
Apotek Arca Mandiri berlokasi di Jalan Senopati No. 874 Purwokerto
Timur, dimana lokasi apotek ini yaitu di daerah sekitar pasar dan jalan raya
yang cukup ramai. Bila dilihat dari aspek lokasi, apotek ini mempunyai
kelemahan yaitu jauh dari fasilitas kesehatan umum seperti rumah sakit,
klinik, puskesmas atau balai pengobatan sehingga pelayanan resep jarang
dilakukan. Apoteker lebih sering melakukan pelayanan swamedikasi. Peluang
yang didapatkan adalah belum adanya apotek lain di sekitar lokasi, selain itu
jumlah penduduk cukup besar dan padat yaitu sekitar 11.183 jiwa.
Bangunan apotek terdiri dari ruang parkir, ruang tunggu pasien, meja
apoteker, tempat penjualan atau kasir, tempat penyimpanan dan penataan
sediaan farmasi dan alat kesehatan, tempat peracikan, mushola, tempat
istirahat, kamar mandi, dan gudang

2. Kegiatan dan Hasil

a. Manajemen

Manajemen dalam Apotek ARCA MANDIRI meliputi pengadaan


dan perencanaan, penerimaan obat, pencatatan obat di buku obat,
penataan obat, dan penyimpanan obat.

1) Pengadaan dan Perencanaan.

Pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai


peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menjamin
kualitas pelayanan kefarmasian. Kebutuhan dan kepuasan

17
pembeli juga harus diperhatikan dengan melakukan suatu
kegiatan perencanaan barang, tentunya dengan
mempertimbangkan faktor-faktor ekonomis. Barang meliputi
obat, bahan obat, alat kontrasepsi dan alat-alat kesehatan yang
diperdagangkan oleh Apotek ARCA MADIRI. Perencanaan
barang yang akan dilaksanakan perlu mempertimbangkan faktor-
faktor seperti perbekalan farmasi yang laris terjual, obat-obat
yang sering diresepkan oleh dokter dan juga mempertimbangkan
diskon serta bonus yang ditawarkan oleh PBF tertentu.

Pengadaan Barang dilakukan setiap hari dengan order


ke PBF melalui salesman yang datang setiap hari atau lewat
telepon, pembelian ke apotek lain dan konsinasi. Sebelum
melakukan kegiatan pengadaan barang perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:

a) Buku Order / Buku Defecta / Buku Habis

Buku defecta merupakan buku yang memuat tentang


barang yang sudah habis dan barang yang sudah menipis
persediannya. Umumnya, di Apotek ARCA MANDIRI untuk
obat fast moving akan segera dicatat di buku defecta.
Berdasarkan buku defecta tersebut kemudian dilakukan
pemesanan barang ke PBF dengan menggunakan Surat
Pesanan (SP) yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola
Apotek. Surat Pesanan obat bebas tersebut dibuat dua rangkap,
satu untuk PBF dan satu untuk arsip pembelian apotek.

b) Pemilihan PBF

PBF dipilih yang sesuai dengan pertimbangan diskon,


jangka waktu pembayaran, pelayanan yang baik, tepat waktu,
kualitas barang, dan mempunyai surat izin PBF.

Pembelian obat dilakukan dengan menggunakan surat


pesanan (SP), hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dan
juga untuk mempermudah sistem kontrol barang dan keuangan

18
apotek. SP untuk obat bebas dan obat keras rangkap dua. Satu
lembar untuk apotek sebagai arsip dan satu lembar untuk PBF. SP
untuk psikotropika menggunakan SP khusus rangkap dua yang
dapat digunakan untuk memesan lebih dari satu jenis
psikotropika. Pemesanan narkotika dilakukan dengan
menggunakan SP Narkotika atau N.9 rangkap empat yang
ditandatangani oleh APA dan dilengkapi dengan SIK (Surat Ijin
Kerja) serta stempel Apotek. Tiga lembar SP untuk dikirim ke
PBF dan satu lembar untuk arsip apotek. Satu lembar SP hanya
untuk satu jenis obat narkotika.

2) Pencatatan Obat

Setiap penerimaan barang, faktur selalu dicatat kembali


pada buku pembelian. Hal ini bertujuan untuk memudahkan
administrasinya dan juga berfungsi sebagai arsip apotek. Apotek
ARCA MANDIRI memiliki satu macam buku pembelian yaitu
buku untuk pembelian dari.

3) Penataan Obat

Penataan obat di Apotek ARCA MANDIRI secara umum


digolongkan menjadi empat, yaitu:

a. Obat Bebas yang tidak memerlukan kondisi penyimpanan


tertentu, disusun secara alphabetis, juga dibedakan
berdasarkan bentuk sediaannya. Obat ini disimpan pada
etalase bagian depan.
b. Obat Generik/Obat Paten, obat keras, Obat Wajib Apotek,
dan obat fast moving disimpan berdasarkan bentuk
sediaannya secara alphabetis. Obat ini disimpan pada etalase
bagian belakang.
c. Obat-obat yang memerlukan kondisi penyimpanan pada suhu
yang dingin disimpan dalam lemari pendingin atau lemari Es,

19
misalnya suppositoria, injeksi tertentu, dan beberapa alat
kontrasepsi.

d. Obat narkotika dan psikotropika, disimpan dalam lemari


khusus yang sulit dipindahkan dan selalu dalam keadaan
terkunci. Lemari narkotika mempunyai dua pintu sedangkan
lemari psikotropika mempunyai satu pintu, namun dalam
apotek ARCA MANDIRI tidak terdapat persediaan obat
narkotika dan pisikotropika dikarenakan sebagian besar
pelayanan obat pada apotek ARCA MANDIRI adalah
pelayanan swamedikasi sedangkan obat narkotika dan
psikotropika adalah pelayanan obat dengan menggunakan
resep. Selain itu obat narkotika dan psikotropika biasanya
akan ditebus pasien secara berulang-ulang sehingga akan
menyebabkan efek kurang baik apabila selalu diberikan.

Penataan barang juga berdasarkan prinsip FIFO (first in


first out) yaitu barang yang pertama masuk dijual terlebih dahulu
dan FEFO (first expayer first out) yaitu barang yang lebih dahulu
waktu kadarluasanya dijual terlebih dahulu.

4) Penataan dan Penyimpanan


Apotek Arca Mandiri tidak mempunyai gudang yang
berfungsi untuk menyimpan perbekalan farmasi, sehingga barang
yang datang dan telah diberi kode dan label harga langsung
disimpan di etalase dengan sistem FIFO dan FEFO. Penyimpanan
barang atau obat di etalase disusun berdasarkan bentuk sediaan dan
alfabetis.
Etalase yang dimiliki oleh Apotek Arca Mandiri terdiri dari
3 kelompok besar. Barang yang ditata dalam etalase paling depan
yang dengan mudah dapat dilihat oleh konsumen atau pasien yaitu
obat bebas dan bebas terbatas berbentuk padat dan serbuk, alat
kesehatan, sediaan kosmetik, dan barang dagangan lain. Dalam
etalase berukuran besar dan tinggi kelompok kedua yang masih

20
dapat terlihat oleh konsumen berisi obat-obatan tanpa resep yang
berbentuk cairan, semi padat seperti salep dan krim, madu, dan obat
tradisional lainnya. Kemudian etalase terakhir yang dekat dengan
tempat peracikan adalah etalase yang menyimpan obat-obatan keras
yang dikelompokkan menjadi obat generik dan obat brandname,
namun penyusunan pada tiap kelompok tersebut masih tetap secara
alfabetis. Etalase ini berada di jajaran etalase yang paling belakang
dan tidak terlalu terlihat oleh konsumen atau pasien yang datang.

5) Pengelolaan Obat Rusak dan Kadaluarsa


Obat yang dibeli oleh apotek dapat dikembalikan ke Pabrik
Besar Farmasi (PBF) jika telah kadaluarsa sesuai  dengan perjanjian
yang telah disepakati antara kedua belah pihak. Batas waktu
pengembalian obat yang kadaluarsa yang ditetapkan oleh PBF
biasanya 3-4 bulan sebelum tanggal kadaluarsa, ada pula yang
bertepatan dengan waktu kadaluarsa obat dengan syarat harus
menyertakan faktur yang sesuai dengan obat yang di order. Selain itu
obat masih tertera batch dan  tanggal kadaluarsa (ED), kemudian
masih dikemas utuh.
Penyimpanan terhadap obat kadaluarsa dipisahkan dengan
obat yang lainnya. Jika sudah terkumpul dilakukan pemusnahan
sediaan yang berbentuk serbuk, tablet dengan cara digerus atau
dihaluskan lalu ditimbun pada galian tanah. Sedangkan sediaan krim
dimusnahkan dengan cara dikubur di tempat yang sudah disediakan,
untuk obat dalam bentuk sediaan tablet, pil, kapsul akan dibakar,
sedangkan obat dalam bentuk sediaan cair lansung dibuang dengan
kemasannya di pisah terlebih dahulu agar tidak terjadi pencemaran.
Pemusnahan obat-obat narkotika dan psikotropika yang sudah
kadaluarsa dilaksanakan oleh Apoteker dengan disaksikan oleh petugas
Dinas Kesehatan dan sekurang-kurangnya seorang karyawan apotek.
Sedangkan untuk obat non narkotika-psikotropika dilaksanakan oleh
apoteker dibantu oleh sekurang-kurangnya seorang karyawan

21
apotek. Yang sebelumnya telah dilaporkan  dan disetujui oleh Dinas
Kesehatan setempat dan sudah diberita acarakan dengan keterangan
hari, tanggal, bulan, tahun pemusnahan. Disertakan juga nama
Apoteker, SIK/ SP, nama Apotek, alamat Apotek, saksi dan
jabatannya, tempat dilakukan pemusnahan, juga tanda tangan yang
melakukan pemusnahan. Berita acara ini dibuat rangkap 4 (empat) dan
dikirim kepada, Kepala Dinas Kesehatan Surabaya, Kepla Dinas
Pemeriksaan Obat dan Makanan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota, dan Satu Sebagai Arsip di Apotek. Dibuat tembusan atau daftar
obat yang dimusnakan untuk obat nakotika dan psikotropika dengan
ketentuan jumlah obat, nama obat, alasan pemusnahan, dengan
digolongan obat yang mengandung narkotika, obat keras dan
berbahaya, obat dan bahan obat, tembusan ini juga ditandatangani oleh
saksi-saksi dan yang membuat berita acara.
Apotek Arca Mandiri belum pernah melakukan pemusnahan sediaan
farmasi atau alat kesehatan lainnya, sebab apabila terdapat obat yang
telah kadaluarsa maka dapat dikembalikan pada PBF nya.

b. Administrasi

Administrasi yang dilakukan pada praktek belajar lapangan ini, yaitu:

Kegiatan administrasi di Apotek Arca Mandiri meliputi :


1. Administrasi Pembukuan
Dalam rangka menunjang kelancaran pelayanan di apotek, maka
diperlukan berbagai macam catatan pembukuan. Administrasi ini
merupakan pencatatan semua hal yang berkaitan dengan pembelian
dan penjualan.
a. Buku Catatan Keuangan Pemasukan dan Pendapatan (Bulanan)
Buku ini berfungsi untuk pencatatan uang masuk, keluar, jenis
transaksi, dan kegiatan pembayaran secara menyeluruh. Buku ini
dibuat untuk mengetahui saldo penjualan bersih. Penulisan pada buku
ini dilakukan setiap satu bulan sekali.
b. Buku Catatan Pendapatan Harian

22
Buku ini merupakan pencatatan transaksi harian yang terjadi di apotek.
Dari data yang ditulis di buku ini dapat diketahui pemasukan dan
pengeluaran harian kotor. Selain itu juga buku ini dapat dijadikan
dasar evaluasi buku Kas Bulanan bila terjadi kesalahan pencatatan.
c. Buku Catatan Pembelian
Kegunaan buku ini adalah untuk mengetahui peredaran barang, baik
nama barang, jumlah, jumlah tagihan, asal PBF/distributor, tanggal
jatuh tempo pembayaran, maupun nominal pembayaran.
d. Buku Catatan Penjualan Harian
Buku ini dapat digunakan untuk mengetahui obat-obatan yang bersifat
fast moving, mengontrol perubahan harga, dan mengetahui jumlah
barang yang terjual.
e. Buku Defecta/Catatan Barang Habis
APA atau petugas apotek pada setiap pagi sebelum apotek mulai
melakukan kegiatan, akan memeriksa ketersediaan obat di etalase.
Apotek Arca Mandiri tidak mempunyai gudang obat, oleh karena itu
barang yang ada hanya yang berada di etalase. Pemeriksaan dilakukan
pada semua etalase, bila terdapat obat yang kosong maka petugas
menuliskan nama sediaan, kemudian menuliskan juga kode PBF
tersebut di buku defecta. Buku ini dapat dijadikan dasar untuk
melakukan surat pesanan.
f. Buku Ekspedisi Surat
Surat yang masuk dan keluar apotek akan dicatat dalam buku ini.
g. Buku Catatan Narkotika dan Psikotropika
Buku ini memiliki kegunaan sebagai pencatatan pemakaian obat - obat
psikotropika dan narkotika sehingga dapat mengontrol pemakaian
obat-obatan tersebut pada pasien (nama pasien, jumlah, nama obat,
alamat pasien, nama & alamat dokter).
h. Nota
Nota diberikan apabila konsumen/pasien yang membeli barang di
apotek. Terdapat tandatangan petugas yang melayani dan stempel
apotek.

23
i. Faktur Penjualan
Apotek Arca Mandiri akan mengeluarkan faktur penjualan apabila
apotek lain membeli barang kepada apotek Arca Mandiri. Faktur ini
ditandatangani oleh APA dan diberi stempel apotek.
j. Kartu Stok
Kegunaan kartu stok ini untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran
obat, sehingga dapat diketahui berapa sisa obat dan berapa jumlah
yang harus dipesan.
k. Surat Pesanan
Ada 3 macam surat pesanan yang ada di Apotek Arca Mandiri, dan
masing-masing memiliki format yang berbeda-beda.
1) Surat pesanan biasa/reguler (obat bebas/terbatas/alkes dan obat
keras atau barang lainnya penunjang Apotek). Umumnya dibuat
rangkap 2.
2) Surat pesanan psikotropika. Dibuat rangkap 2.
3) Surat pesanan narkotika. Dibuat rangkap 4, yaitu halaman asli
untuk PBF, copy-1 untuk laporan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Provinsi, copy-2 untuk laporan ke Badan POM, dan copy-3
sebagai arsip pemesanan bagi apotek.
Penyimpanan surat pesanan tidak memiliki ketentuan khusus, namun
untuk mempermudah proses dokumentasi dapat disusun sesuai tanggal,
bulan, dan tahun.

2. Administrasi Pelaporan dan Pelayanan


a. Pelaporan Psikotropika dan Narkotika
Pelaporan dilakukan 1 bulan sekali oleh apotek secara online dengan
alamat http://www.sipnap.binfar.depkes.go.id yang dapat terkoneksi
langsung dalam pendataan Dinas Kesehatan Kementerian Kesehatan
Indonesia. Meskipun apotek Arca Mandiri tidak menyediakan obat
golongan psikotropika dan narkotika, namun laporan harus tetap
dilakukan setiap bulannya.
b. Kelengkapan Administrasi Resep

24
Kunci utama dalam pengerjaan resep adalah ketelitian dalam
melakukan skrining resep, yaitu kelengkapan administrasi,
farmakologi, dan farmasetika. Kelengkapan administrasi resep harus
memuat :
1) Nama, alamat, nomor telepon, nomor izin praktek dokter pembuat
resep
2) Tanggal penulisan resep (inscriptio)
3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat. Nama/komposisi
obat (invocation)
4) Aturan pakai (signature)
5) Tanda tangan dokter penulis resep (subcriptio)
6) Nama, alamat, BB, umur, pasien atau hewan
7) Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat
yang jumlahnya melebihi dosis maksimal.

c. Pembuatan Etiket
Etiket merupakan aturan pakai penggunaan obat sesuai dengan resep
yang ditulis dokter untuk diinformasikan kepada pasien. Pemberian
etiket berwarna putih untuk obat dengan penggunaan oral (obat
dalam), sedangkan etiket biru untuk penggunaan obat selain digunakan
secara oral (obat luar). Pada etiket, harus tercantum :
1) Nama dan Alamat Apotek
2) Nama dan SIK Apoteker
3) Nomor dan Tanggal pembuatan
4) Nama Pasien
5) Aturan pemakaian
6) Tanda lain yg diperlukan, seperti : kocok dahulu, dan tidak boleh
diulang tanpa resep dokter
d. Penyimpanan dan Pemusnahan Resep
Resep yang telah dikerjakan, maka dapat ditindaklanjuti dengan
tahapan sebagai berikut :
1) Disimpan menurut urutan tanggal dan nomor penerimaan R/

25
2) Obat yang mengandung Narkotika harus dipisahkan dengan R/
yang lain dan diberi tanda garis merah dibawah nama obatnya
3) R/ yang telah disimpan selama lebih dari 3 tahun dapat
dimusnahkan dan cara pemusnahannya adalah dengan cara dibakar
atau dengan cara lain yang memadai
4) Pemusnahan R/ dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek
bersama sekurang-kurangnya seorang petugas apotek.
Apotek Arca Mandiri belum mencapai usia 3 tahun, sehingga belum
pernah mengadakan pemusnahan resep, baik itu resep reguler,
psikotropika, dan narkotika.
e. Copy Resep
Copy resep adalah salinan tertulis dari suatu resep. Copy resep
umumnya juga disebut apograph, xemplum, atau afschrift. Salinan
resep harus memuat :
1) Nama dan Alamat apotek
2) Nama dan No. SIK Apoteker Pengelola Apotek
3) Tandatangan atau paraf APA
4) Tanda det untuk obat yang telah diserahkan atau ne det untuk obat
yang belum diserahkan
5) Nomor resep dan tanggal pembuatan resep
6) Cap apotek pembuat copy resep
f. Catatan Pasien (Medication Record)
Catatan ini sangat penting, terutama untuk pasien-pasien swamedikasi.
Kegunaannya adalah untuk mengetahui obat-obat yang pernah
diberikan oleh Apotek Arca Mandiri atau riwayat penyakit yang
pernah diderita oleh pasien.

c. Pelayanan

1) Penyiapan dan Peracikan Obat

Penyiapan dan peracikan obat di Apotek ARCA MANDIRI diawali


dengan perhitungan dosis dan perhitungan jumlah obat yang

26
digunakan. Langkah selanjutnya sesuai dengan SOP meracik obat,
yaitu:

1. Siapkan alat yang akan digunakan dan bersihkanlah meja untuk


meracik.
2. Siapkan intruksi meracik obat meliputi jumlah obat, cara
mencampur.
3. Siapkan etiket dan wadah obat sertakan bersama obat dan
intruksinya untuk diracik.
4. Siapkan obat semua resep.
5. Jika ada bahan yang harus ditimbang, maka timbanglah lebih
dahulu.
6. Racik obat dengan hati-hati.
7. Masukkan dalam wadah yang telah disediakan dan beri etiket.
Pastikan kembali obat sesuai etiket dan wadahnya.

8. Bersihkan peralatan dan meja racik setelah selesai.

Standar Operating Procedure (SOP) untuk setiap kegiatan pelayanan


di Apotek Arca Mandiri adalah sebagai berikut :
2). Pelayanan Resep
- Sambut kedatangan pasien dengan salam dan senyuman
- Tanyakan apa keperluan pasien
- Terima resep dengan baik
- Berikan resep kepada Apoteker Penanggungjawab Apotek /
Apoteker Pendamping
- Lakukan skrining resep, untuk mengetahui ada tidaknya masalah
dalam resep tersebut
- Tanyakan nama pasien dengan lengkap, catat alamat dan nomor
telepon pasien
- Jika resep tidak ada masalah, hitung terlebih dahulu dan kemudian
meminta persetujuan pasien
- Jika resep bermasalah (obat tidak tersedia / resep palsu) jelaskan
sebaik mungkin kepada pasien, telepon dokter pembuat resep

27
- Jika pasien telah menyetujui harga obat, persilahkan pasien untuk
duduk menunggu obat dibuat
- Siapkan obat sesuai denga permintaan pada resep
- Teliti kembali sebelum obat diserahkan ke pasien
- Serahkan obat kepada pasien dengan disertai penjelasan aturan
penggunaannya beserta kemungkinan reaksi yang timbul akibat
penggunaan obat tersebut
- Berilah nota transaksi
- Ucapkan terimakasih, salam, dan doakan pasien agar lekas sembuh
setiap kali usai melayani pasien
- Simpan resep di tempat yang sudah di siapkan (Narkotik,
psikotropika dan obat keras lainnya)

3). Komunikasi, Informasi, dan Edukasi


Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati dan mencatat
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) apoteker pada dua kasus
swamedikasi dan dua kasus resep di Apotek ARCA MANDIRI.

Penyampaian KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) kepada


pasien. Penyerahkan obat kepada pasien, kita seharus memberikan
informasi nama obat, indikasi, aturan pakai seperti, dosis obat, rute
(oral, topical), frekuensi penggunaan, waktu minum obat
(sebelum/sesudah makan/tidak boleh bersamaan dengan obat lain)

a. Cara menggunakan obat atau sediaan


b. Cara penyimpanan
c. Berapa lama obat harus di gunakan
d. Apa yang harus di lakukan jika terlupa minum atau menggunakan
obat
e. Kemungkinan terjadi efek samping yank akan di alami dan
bagaimana mencegah atau meminimalkannya.

28
Pelayanan Swamedikasi/OWA
- Sambut kedatangan pasien dengan salam dan senyuman
- Tanyakan keperluan pasien
- Dengarkan apa saja keluhan pasien
- Catat dengan jelas dan tanyakan informasi-informasi penting
lainnya tentang pengobatan, atau penyakit sebelumnya (Nama, BB,
Umur, Keluhan, Riwayat penyakit, obat-obat yang sedang dikonsumsi
atau pernah dipakai, riwayat alergi terhadap harga tersebut
- Berilah obat sesuai dengan ketentuan OWA berdasarkan gejala-
gejala yang timbul atau diceritakan pasien
- Berikan penjelasan sedetail mungkin terhadap obat yang diberikan
- Catat semua obat yang telah diberikan pada pasien
- Berilah nota transaksi
- Ucapkan terimakasih, salam, dan doakan pasien agar lekas sembuh
- Simpan catatan pasien pada tempat yang telah disediakan

Contoh kasus swamedikasi beserta KIE yang diberikan, yaitu :


1. Swamedikasi 1
a. Kasus:
Pasien (usia 14 tahun) datang ke Apotek ARCA MANDIRI dengan
keluhan gatal-gatal luka ditangan sampai ngoreng, disela-sela ibu jari,
luka bintik-bintik kecil berair.

b. Obat yang diberikan:


Clindamisin 100 mg, Deksametason, loratadin dan Gentasolon.
c. KIE:
Clindamisin digunakan sebagai antibiotik, digunakan 2 kali sehari
setelah makan harus dihabiskan. Deksametason digunakan untuk
mengatasi inflamasi atau bintik-bintik kecilnya, diminum 3 kali sehari
setelah makan. Loratadin digunakan untuk mengobati gatal-gatal
diminum 2 kali sehari setelah makan. Gentasolon salep digunakan untuk
mengobati infeksi, dioleskan merata ditempat yang luka.

29
2. Swamedikasi 2
a. Kasus:
Pasien (usia dewasa) datang ke Apotek ARCA MANDIRI dengan
keluhan sakit pinggang sehingga susah untuk bergerak.
b. Obat yang diberikan:
Renadinac dan Neurodex.
c. KIE:
Renadinac berisi Natrium diklofenak 25 mg digunakan untuk
mengobati nyeri yang terjadi, diminum 2 kali sehari setelah makan.
Neurodex berisi vitamin B digunakan untuk mengatasi kekurangan
vitamin karena kelelahan, diminum 3 kali sehari setelah makan.

3. Problem Solving DRP dan KIE pada resep


a. Resep 1
R/ Amoxan ds 1 btl

Colergis 2 tab

Ataroc 2 tab

Vectrin 2 kaps

Aqua ad 60 ml

R/ Mucos drop 1 btl

s.3.d.d. 0,4 ml

Pro : Alviyan (8 bulan)

Resep diatas ditulis oleh Dr. Supriyanto, SpA. Skrining


administrasi untuk resep diatas yaitu tidak adanya tandatangan dokter,
keterangan alamat dan berat badan pasien.

30
 Penjelasan mengenai obat dalam resep
1. Amoxan
Komposisi : Tiap 5 ml mengandung Amoxicillin Tryhidrate
125 mg.
Indikasi : Infeksi saluran nafas bawah, tifoid dan para tifoid,
tifoid carrier, ISK tanpa komplikasi, meningitis,
sifilis, abses gigi, otitis media.
Dosis : Dewasa dan anak ≥ 20 kg : 250-500 mg tiap 8 jam.
Anak > 8 kg : 125-250 mg tiap 8 jam.
KI : Hipersensitif terhadap penisilin
Perhatian : Monitor fungsi ginjal, hati dan hemapoitik secara
periodik pada pemakaian jangka lama. Pertahankan
pemasukan air yang adekuat dan pengeluaran urin
selama terapi dosis tinggi. Periksa keadaan kateter
secara berkala. Hamil
Efek Samping : Reaksi hipersensitif, gangguan GI, reaksi
anafilaktoid, reaksi hematologik.
2. Colergis
Komposisi : Betametason 0,25 mg, deksklorfeniramin maleat 2
mg tiap tablet.
Indikasi : Alergi yang membutuhkan terappi dengan
kortikosteroid
Dosis : Dewasa dan anak usia diatas 12 tahun: 1 tablet
setiap 4-6 jam, sehari tidak lebih dari 6 tablet; anak
6-12 tahun: 1/2 tablet setiap 4-6 jma, sehari tidak
lebih dari 3 tablet; anak 2-6 tahun: 1/4 tablet setiap
4-6 jam, sehari tidak lebih dari 1 1/2 tablet
KI : Hipersensitif, terapi penghambat monoamine
oksidase (MAO); bayi baru lahir dan prematur;
infeksi fungsi sistemik; penderita yang sedang
diimunisasi; tukak lambung.

31
3. Ataroc
Komposisi : Procaterol HCl
Indikasi : Dispnea karena asma bronkial, bronkitis akut dan
kronik, emfisema paru.
Dosis : Dewasa : 50 mg 2 kali/hari. Anak > 6 tahun : 25
mcg (atau 5 mL) 2 kali/hari. Anak < 6 tahun : 1.125
mcg atau 0.2-0.25 mg/kg berat badan 2 kali/hari.
KI : Hipersensitivitas.
Perhatian : Hipertiroidisme, penyakit jantung, hipertensi,
diabetes melitus, hamil, laktasi, usia lanjut, anak.
Efek Samping : Palpitasi, takikardi, tremor, sakit kepala, mual,
muntah, ruam kulit.
4. Vectrin
Komposisi : Tiap kapsul mengandung Erdostein 300 mg
Indikasi : Mukolitik, sebagai pengencer lendir pada
gangguan saluran pernafasan akut dan kronik
KI : Hipersensitivitas terhadap obat. Penderita sirosis
hati dan defisiensi enzim sistationin-sintetase.
Fenilketonuria, sehubungan dengan adanya
aspartam, terbatas hanya pada sediaan suspensi.
Penderita dengan gagal ginjal berat.
Dosis : 1 kapsul, 2 – 3 kali sehari.
Efek Samping : Tidak terlihat efek samping pada gastrointestinal
maupun sistemik.
5. Mucos drop
Komposisi : Ambroxol HCl
Indikasi : Penyakit saluran napas akut dan kronik disertai
sekresi bronkus abnormal, eksaserbasi bronkitis
kronik, bronkitis asmatik, asma bronkial
Dosis : Dewasa dan anak >12 tahun : 3 kali sehari 1 tablet
Anak 5-12 tahun : 2-3 kali sehari ½ tablet. Terapi
jangka panjang : dikurangi menjadi 2 kali sehari.

32
Efek Samping : Efek GI ringan, reaksi ringan

 DRP pada resep 1


Dosis yang diberikan sudah tepat, tetapi didalam resep terdapat dua
obat yang indikasinya sama-sama sebagai pengencer lender atau bersifat
mukolitik yaitu vectrin dan mucos drop sehingga disini sebaiknya mucos
drop tidak diberikan karena sudah ada vectrin yang berfungsi sebagai
mukolitik dan ataroc sebagai sekretolitik atau pengeluar dahak. Hal ini
juga terkait dengan tepat obat karena pasien berusia 8 bulan.

 KIE pada resep 1


1) Obat harus dihabiskan
2) Tidak boleh minum es
3) Menjaga sanitasi agar sakit tidak semakin parah
4) Pemakaian obat harus tepat sesuai dengan aturan pakai

b. Resep 2

R/ Cefat 1/6 tab

Ketricin 2/1 tab

Ataroc 1/6 tab

Vectrin 1/6 tab

s.2.d.d. p.c

R/ Comtusi Syr 1 btl

s.3.d.d. ½ cth

Pro : Wulan (7thn)

Resep diatas ditulis oleh Dr. Supriyanto, SpA. Skrining


administrasi untuk resep diatas yaitu tidak adanya tandatangan dokter,
keterangan alamat dan berat badan pasien.

33
 Penjelasan mengenai obat dalam resep
1. Cefat
Komposisi :  Cefadroxil monohydrate.

Indikasi : Infeksi sal nafas, kulit & jar lunak, ISK & infeksi
kelamin, osteomielitis, artritis, septikemia,
peritonitis, sepsis puerperium.

KI : Hipersensitif thd sefalosporin.

Perhatian : Gangguan fungsi ginjal, kolitis, alergi penisilin.

Efek Samping : Gangguan Gl, reaksi hipersensitif


pseudomembran.

Dosis :  Dws 1 -2 g/hr terbagi dim 2 dosis tiap 12 jam.


Sistitis 1-2 g/hr. ISK 2 g/hr terbagi dim 2 dosis.
Infeksi kulit & jaringan lunak, inf saluran napas atas
& bwh 1 g/hr. Infeksi berat dosis dapat
ditingkatkan s/d 2 g/hr. Faringitis & tonsilitis krn
streptokokus |< hemolltikus 1 g/hr dim dosis terbagi
selama 10 hari. Anak 25-50 mg/kgBB/hr terbagi
dalam 2 dosis.

2. Ketricin
Komposisi : Triamcinolone
Indikasi : Penurunan pada kondisi berikut : gangguan
endokrin, reumatik, penyakit kolagen, penyakit
dermatologi, penyakit mata, penyakit pernafasan,
gangguan hematologi, alergi, keganasan, kondisi
alergi dan edema. Reaksi inflamasi pasca operasi
gigi, meningitis TB dengan blok subaraknoid atau
blok yang mengancam; trikinosis yang melibatkan
neurologik dan miokardial.

34
Dosis : Awal : 4 - 48 mg/hari, tergantung dari penyakit
spesifik tertentu yang sedang diobati.
KI : Pasien dengan infeksi jamur sistemik
Efek Samping : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit;
gangguan muskuloskeletal; Gl; dermatologik;
neurologik; gangguan oftalmologik dan
metabolik. Necrotizing angiitis, tromboflebitis,
memburuknya infeksi atau menutupi gejala
infeksi, insomnia, episode sinkop dan reaksi
anafilaktoid.

3. Ataroc
Komposisi : Procaterol HCl
Indikasi : Dispnea karena asma bronkial, bronkitis akut dan
kronik, emfisema paru.
Dosis : Dewasa : 50 mg 2 kali/hari. Anak > 6 tahun : 25
mcg (atau 5 mL) 2 kali/hari. Anak < 6 tahun : 1.125
mcg atau 0.2-0.25 mg/kg berat badan 2 kali/hari.
KI : Hipersensitivitas.
Perhatian : Hipertiroidisme, penyakit jantung, hipertensi,
diabetes melitus, hamil, laktasi, usia lanjut, anak.
Efek Samping : Palpitasi, takikardi, tremor, sakit kepala, mual,
muntah, ruam kulit.

4. Vectrin
Komposisi : Tiap kapsul mengandung Erdostein 300 mg
Indikasi : Mukolitik, sebagai pengencer lendir pada
gangguan saluran pernafasan akut dan kronik
KI : Hipersensitivitas terhadap obat. Penderita sirosis
hati dan defisiensi enzim sistationin-sintetase.
Fenilketonuria, sehubungan dengan adanya

35
aspartam, terbatas hanya pada sediaan suspensi.
Penderita dengan gagal ginjal berat.
Dosis : 1 kapsul, 2 – 3 kali sehari.
Efek Samping : Tidak terlihat efek samping pada gastrointestinal
maupun sistemik.

5. Comtusi
Komposisi : Per 5 mL: Oxomemazine 1.65 mg, glyceryl
guaiacolate 33.3 mg
Indikasi : B atuk produktif dan non produktif, batuk
karena alergi
Dosis : Dewasa dan anak >12 tahun (BB >40 kg) : 4 kali
sehari 10 mL. Anak 10-12 tahun (BB 30-40 kg) : 3-
4 kali sehari 10 mL. Anak 6-10 tahun (BB 20-30
kg) : 2-3 kali sehari 10 mL Anak 2-6 tahun (BB 10-
20 kg) : 2-3 kali sehari 5 mL
Perhatian : Gangguan ginjal. Dapat mengganggu kemampuan
mengemudi atau menjalankan mesin
Efek Samping : Mengantuk, sakit kepala, pusing, mual, muntah,
diare
 DRP pada resep 2
Pada kasus ini cefat berfungsi sebagai antibiotic yaitu
mengandung cefadroxil, ketricin untuk mengobati alergi, ataroc untuk
pengeluar dahak, vectrin sebagai penghancur dahak, Comtusi juga sebagai
penghancur dahak sehingga seharusnya comtusi tidak usah diberikan
karena sudah ada vectrin yang berfungsi sebagai penghancur dahak tetapi
sebaiknya pada resep ditambah antialergi.

 KIE pada resep 2


1) Tidak boleh minum es
2) Menjaga sanitasi agar sakit tidak semakin parah
3) Pemakaian obat harus tepat sesuai dengan aturan pakai

36
k. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Berdasarkan Praktek Belajar Lapangan di Apotek ARCA
MANDIRI dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Apotek ARCA MANDIRI sebagai salah satu pelayanan kesehatan
masyarakat serta merupakan suatu tempat pengabdian profesi dan
memiliki fungsi pelayanan kesehatan (non profit oriented), bisnis (profit
oriented), dan pendidikan (education).
b. Apotek ARCA MANDIRI telah memiliki kelengkapan obat yang cukup
memadai dan tata ruang yang baik untuk menunjang pelayanan
kesehatan.
c. Kegiatan konsultasi, informasi, dan edukasi yang merupakan tugas
apoteker di Apotek ARCA MANDIRI sudah cukup berjalan dengan
optimal.

2. Saran

Berdasarkan Praktek Belajar Lapangan ini, penulis memberikan


saran sebagai berikut:
a. Adanya kotak saran di ruang tunggu untuk meningkatkan kredibilitas
apotek ARCA MANDIRI dalam pandangan masyarakat.
b. Pelaksanaan PBL hendaknya diberikan waktu yang lebih lama lagi
supaya mahasiswa PBL lebih banyak memahami dan mendapatkan
ilmu pengetahuan dilapangan.
c. Kerjasama antar Apotek Arca Mandiri dengan Farmasi Universitas
Jenderal Soedirman terus dikembangkan agar untuk tahun-tahun
berikutnya bisa lebih baik lagi.

37
38
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2003. Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada Press.
Anonim. 1993. Peraturan Menteri Kesehatan NO.922/MENKES/PER/X/1993
Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta:
Menkes RI.
Anonim. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
NO.332/MENKES/SK/X/2002, Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kesehatan RI NO.922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan Dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Menkes RI.
Anonim. 2006. Standar Pelayanan Farmasi di Apotek. Jakarta: Menkes RI.
Anonim. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI
NO.HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan
Obat Generic Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Jakarta:
Menkes RI.
Anonim. 2011. Standar Kompetensi Apoteker. Jakarta.
Hartini, Yustina Sri. 2009. Relevansi Peraturan Dalam Mendukung Praktek
Profesi Apoteker Di Apotek. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VI, No. 2,
Agustus 2009, 97-106. Yogyakarta.
Nita Y., et.al. 2008. Kinerja Apotek dan Harapan Pasien terhadap Pemberian
Informasi Obat pada Pelayanan Swamedikasi di beberapa Apotek di
Surabaya. Majalah Farmasi Airlangga, Vol.6 No.2, Oktober 2008.
Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

35
LAMPIRAN

36
Lampiran 1. Standar Operating Procedure (SOP) Pelayanan

STANDAR OPERATING PROCEDURE (SOP) PELAYANAN

A. Pelayanan Resep
- Sambut kedatangan pasien dengan salam dan senyuman
- Tanyakan apa keperluan pasien
- Terima resep dengan baik
- Berikan resep kepada Apoteker Penanggungjawab Apotek / Apoteker
Pendamping
- Lakukan skrining resep, untuk mengetahui ada tidaknya masalah dalam
resep tersebut
- Tanyakan nama pasien dengan lengkap, catat alamat dan nomor telepon
pasien
- Jika resep tidak ada masalah, hitung terlebih dahulu dan kemudian
meminta persetujuan pasien
- Jika resep bermasalah (obat tidak tersedia / resep palsu) jelaskan sebaik
mungkin kepada pasien, telepon dokter pembuat resep
- Jika pasien telah menyetujui harga obat, persilahkan pasien untuk duduk
menunggu obat dibuat
- Siapkan obat sesuai denga permintaan pada resep
- Teliti kembali sebelum obat diserahkan ke pasien
- Serahkan obat kepada pasien dengan disertai penjelasan aturan
penggunaannya beserta kemungkinan reaksi yang timbul akibat
penggunaan obat tersebut
- Berilah nota transaksi
- Ucapkan terimakasih, salam, dan doakan pasien agar lekas sembuh setiap
kali usai melayani pasien
- Simpan resep di tempat yang sudah di siapkan (Narkotik, psikotropika
dan obat keras lainnya)

37
B. Pelayanan OWA / Swamedikasi
- Sambut kedatangan pasien dengan salam dan senyuman
- Tanyakan keperluan pasien
- Dengarkan apa saja keluhan pasien
- Catat dengan jelas dan tanyakan informasi-informasi penting lainnya
tentang pengobatan, atau penyakit sebelumnya (Nama, BB, Umur,
Keluhan, Riwayat penyakit, obat-obat yang sedang dikonsumsi atau
pernah dipakai, riwayat alergi obat, alamat, dan nomor telepon)
- Berikan semua catatan pasien tersebut kepada apoteker
- Hitung terlebih dahulu harga obat-obat yang akan diberikan
- Mintalah persetujuan pasien terhadap harga tersebut
- Berilah obat sesuai dengan ketentuan OWA berdasarkan gejala-gejala
yang timbul atau diceritakan pasien
- Berikan penjelasan sedetail mungkin terhadap obat yang diberikan
- Catat semua obat yang telah diberikan pada pasien
- Berilah nota transaksi
- Ucapkan terimakasih, salam, dan doakan pasien agar lekas sembuh
- Simpan catatan pasien pada tempat yang telah disediakan

C. Pelayanan Obat OTC


- Sambut kedatangan pasien dengan salam dan senyuman
- Tanyakan keperluan pasien
- Tanyakan keluhan pasien untuk dapat dibantu untuk mendapatkan obat
yang tepat
- Layani semua permintaan pasien dengan ramah dan sopan
- Hitung semua obat yang dibutuhkan pasien
- Serahkan obat disertai penjelasan cara penggunaan yang tepat
- Berilah nota transaksi
- Ucapkan terimakasih, salam, dan doakan pasien agar lekas sembuh

38
D. Pemesanan Barang
- Lakukan pengecekan secara rutin disetiap etalase untuk mengetahui
barang-barang yang habis atau dipesan oleh pasien
- Stok aman untuk jumlah obat, dapat dilihat di daftar limit masing-masing
obat
- Catat semua barang yang akan dipesan dalam buku habis
- Siapkan surat pesanan beserta salinan sebagai dokumentasi
- Pilih PBF yang memberikan pelayanan cepat, harga bersaing, dan
kemudahan pembayaran
- Hubungi PBF, salesman, atau antar SP yang telah ditandatangani APA

E. Penerimaan Barang dan Penyimpanannya


- Barang datang
- Cek kesesuaian antara barang datang dengan SP, kesesuaian barang
dengan fraktur (Nama, Jumlah, bentuk sediaan, harga, no bath, tanggal
ED)
- Jika barang tidak sesuai dengan pesanan/rusak, maka barang
ditolak/ditukar
- Jika barang telah sesuai dengan pesanan maka fraktur kiriman
ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (khusus Narkotika dan
psikotropika) atau petugas apotek kemudian di cap/stempel
- Ambil satu fraktur kiriman sebagai arsip dan patokan harga
- Simpan fraktur pada tempatnya atau serahkan ke administrasi
- Lakukan pengecekan harga setiap kali barang datang untuk mengetahui
bila ada perubahan harga
- Beri label harga, Nama PBF dan tanggal barang datang untuk
memudahkan pengecekan
- Masukkan fraktur ke dalam arsip fraktur yang telah disediakan
- Simpan obat sesuai dengan letaknya (mengacu pada metode FIFO) atau
bentuk sediaannya (misalnya suppositoria disimpan di dalam kulkas)

39
F. Keluar Apotek dengan Kendaraan (Belanja, antar obat, ke bank, dll)
- Cek terlebih dahulu perlengkapan sepeda motor, STNK, SIM, Helm,
Jaket, Kaos tangan, sepatu, rem, ban, bensin dan pastikan semua OKE
- Buatlah rencana perjalanan, urutkan sesuai jarak/lokasi yang akan
ditempuh agar lebih efisien
- Bacalah doa sebelum berangkat
- Hati-hatilah selama perjalanan, jangan pernah melanggar peraturan lalu
lintas (ugal-ugalan di jalan), berdisiplinlah di jalan raya dalam kondisi
apapun. Ingat sedikit kesalahan akan berdampak kerugian yang sangat
besar terhadap diri sendiri, orang lain, apotek, dan juga keluarga

40
Lampiran 2. Buku Catatan Keuangan Pemasukan dan Pendapatan (Bulanan)

Buku Catatan Keuangan Pemasukan dan Pendapatan (Bulanan)

41
Lampiran 3. Buku Catatan Pendapatan Harian, pembelian dan penjualan

Buku Catatan Pendapatan Harian

Buku Catatan Pembelian

Buku Catatan Penjualan

42
Lampiran 4. Buku Ekspedisi Surat dan buku defecta

Buku Ekspedisi Surat

Buku Defecta/Catatan Barang Habis

43
Lampiran 5. Buku Catatan Narkotika dan Psikotropika

Buku Catatan Narkotika

Buku Catatan Psikotropika

44
Lampiran 6. Nota

Nota Apotek Arca Mandiri

45
Lampiran 7. Fraktur Penjualan dan pembelian

Fraktur Penjualan

Fraktur Pembelian

46
Lampiran 8. Kartu Stok

Kartu Stok

47
Lampiran 9. Surat Pesanan

Surat Pesanan Reguler

Surat Pesanan Narkotika

48
Surat Pesanan Psikotropika

49
Lampiran 10. Pelaporan Narkotika dan Psikotropika

Pelaporan Narkotika

No Nama Satuan Saldo Pemasukan Penggunaan Saldo


Awal Akhir
Dari Jumlah Untuk Jumlah

Pelaporan Psikotropika

No Nama Satuan Saldo Pemasukan Penggunaan Saldo


Awal Akhir
Dari Jumlah Untuk Jumlah

50
Lampiran 11. Copy Resep

Copy Resep Apotek Arca Mandiri

51
Lampiran 12. Etiket

Etiket Putih

APOTEK
“ ARCA MANDIRI “
JL. SENOPATI NO. 874 TELP. (0281) 621236
ARCAWINANGUN – PURWOKERTO

No : ____________
Nama : ____________

_______ x _______ sendok obat/makan _______

sebelum / sewaktu / sesudah makan

Kocok dahulu, sampai habis

Etiket Biru

APOTEK ARCA MANDIRI

No : Tgl :

x Tetes, Mata Kanan & Mata Kiri

Obat Luar

Lampiran 13. Catatan Pasien (Medication Record)

52
Medication Record

Nama Px : _________________________ Tgl : ______________________


Umur : ______ Bln/Thn BB : _____ kg
Keluhan : ______________________________________________________
__________________________________________________________________
Alamat : ________________________________________________________
__________________________ No. Tlp/HP : _________________________
Ada Obat yang diminum ? ____________________________________
TD : __________ Kolesterol : ________________ Gol Darah : _____

R/

Lampiran 14. Foto Foto Kegiatan selama Praktek Bekerja Lapangan

53
54

Anda mungkin juga menyukai