Anda di halaman 1dari 31

TUGAS PROPOSAL

PERANAN PENGENDALIAN INTERN ATAS PENJUALAN


(Pada Hypermart Lippo Plaza Kendari)

OLEH

MUHAMMAD ZAIKIN

B1C1 17 075

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan besar tentunya akan menghadapi era persaingan global


yang tidak mungkin dihindari, perkembangan dalam dunia usaha yang pesat pada
era globalisasi saat ini mengakibatkan munculnya perusahaan-perusahaan baru
yang siap bersaing dengan perusahaan yang ada. Perusahaan baru tersebut ada di
dalam maupun luar negari. Setiap perusahaan dituntut untuk mampu
meningkatkan sumber daya perusahaan secara optimal. Agar dapat bertahan dari
persaingan yang semakin global perusahaan harus mampu menghasilkan produk-
produk dan jasa yang berkualitas dengan harga yang bersaing

Aktivitas-aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan haruslah sejalan


dengan tujuan yang ditetapkan. Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan
memperoleh laba yang maksimum sesuai dengan pertumbuhan perusahaan jangka
panjang. Perusahaan terutama diciptakan untuk menyediakan barang-barang dan
jasa-jasa yang diperlukan masyarakat yang sejalan dengan sikap sosial masyarakat
tersebut.

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan banyak faktor yang


mempengaruhi, salah satunya masalah internal perusahaan yang berhubungan
dengan penjualan. Penjualan adalah aktivitas yang paling penting dan merupakan
tujuan utama perusahaan yang dikelola dengan serius karena didalam kegiatan
penjualan terkadang harga dari barang yang dijual dan aktivitas penjualan
merupakan jaminan hidup suatu perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan struktur
pengendalian intern yang memadai agar hasil penjualan dapat
dipertanggungjawabkan dan digunakan untuk tujuan yang telah ditentukan.
Masalah ini sepenuhnya berada dalam tanggungjawab dan kendali manajemen
sehingga manajemen dituntun untuk hati-hati dalam menangani masalah
penjualan ini. Apabila terjadi penyimpangan manajemen harus cepat bertindak
untuk mengarahkan kembali kepada tujuan yang telah ditetapkan yang dinamakan
pengendalian.

Sistem pengendalian intern yang baik dapat diterapkan pada organisasi,


yang meliputi sistem dan prosedur dalam memeriksa catatan akuntansi, dimana
sistem pengendalian internal yang baik merupakan sistem yang meliputi struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga
kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntasi,
mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen. Mulyadi (2001 :
163). Sistem pengendalian intern ini terdiri dari kebijakan manajemen dan
prosedur-prosedur yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang mamadai
bahwa tujuan dari sasaran yang penting bagi satuan usaha yang dicapai, tujuan
dari pelaksanaan sistem pengendalian intern untuk menyediakan informasi suatu
perusahaan terutama informasi keuangan yang sangat dibutuhkan berbagai pihak
kepentingan serta menjaga catatan dan kekayaan informasi agar kekayaan fisik
suatu perusahaan tidak disalahgunakan atau diselewengkan serta mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi.

Dukungan keefektivan suatu pengendalian internal, maka salah satu unsur


penting adalah adanya suatu bagian dalam perusahaan yang bertugas menilai
kelayakan dan keefektivan pengendalian internal yang ada dan menilai kualitas
kegiatan yang telah dijalankan perusahaan. Bagian ini disebut dengan bagian
Audit Internal. Bagian audit internal dalam perusahaan harus memiliki sikap yang
dinamis, tanggap, dan menguasai semua aspek kegiatan yang ada dalam
perusahaan.

Hypermart adalah jaringan hypermarket yang memiliki banyak cabang di


Indonesia. Selain department store yang menjual produk sandang seperti
makanan, Hypermart juga memiliki supermarket atau pasar swalayan yang
menjual kebutuhan sandang, barang kebutuhan hidup dan sehari-hari, juga
peralatan elektronik, olahraga, ATK, dll. Dengan trademark Hyper, yang kini
sahamnya dimiliki oleh PT. Matahari Putra Prima Tbk. Saat ini Hypermart sudah
memiliki 100 gerai di Indonesia, salah satunya berada di Kendari yaitu pada Lippo
Plaza. Perusahaan seperti Hypermart harus memiliki sistim pengendalian intern
yang baik, sehingga dengan adanya ketetapan fungsi pengendalian internal
tersebut dapat dijalankan dengan baik.

Hypermart membutuhkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam


menjalankan konsep tersebut, SOP merupakan tata cara atau tahapan yang
dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu.
Menurut Gustav Arif selaku Department Loss Prevention mengatakan saat ini di
Hypermart sedang mengalami masalah akibat SOP tidak dijalankan dengan baik.
Salah satunya mengenai harga diskon yang masih tercantum pada produk tetapi
masa diskon tersebut sudah berakhir. Diskon atau pemotongan harga adalah salah
satu usaha untuk menarik pembeli, diskon tentu memiliki masa berlaku dan tidak
berlangsung dalam waktu yang lama inilah yang membuat konsumen saat melihat
produk diskon meski belum membutuhkannya tetap akan membeli karna harga
barang tersebut sedang mengalami pemotongan. Di Hypermart kerap kali terjadi
keluhan konsumen karna harga yang tertera pada produk berbeda saat dilakukan
proses pembayaran, hal ini disebabkan pihak hypermart tidak mengganti harga
diskon pada produk saat diskon tersebut berakhir, hal ini membuat konsumen
kecewa dan merasa dibohongi.

Masalah yang paling serius yang terjadi di hypermart adalah masalah


produk expired atau produk yang telah melewati masa kadaluarsa tetapi masih
ditemukan di selling area. Kasus produk expired ini telah terjadi beberapa kali
sejak tahun 2014, terakhir terjadi pada tanggal 6 Desember 2016, Balai
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Sulawesi Tenggara menemukan produk
tidak layak jual karna telah melewati masa kadaluarsa saat melakukan inspeksi
terhadap Hypermart, produk-produk tersebut antara lain Palmia Margarin, Crème
Cuisson Cooking Cream dan beberapa produk susu, produk yang ditemukan
tersebut kemudian dimusnahkan dengan pengawasan BPOM. Kelalaian pihak
Hypermart dalam menjual produk expired adalah masalah yang serius karena
apabila produk expired dikonsumsi oleh konsumen dapat menyebabkan keracunan
bahkan kematian.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengangkat judul


“Peranan pengendalian internal atas penjualan pada Hypermart Lippo Plaza
Kendari”

1.2 Rumasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka rumusan masalah pada


penelitian ini, yaitu : Bagaimana peranan pengendalian intern atas
penjualan pada Hypermart Lippo Plaza Kendari?

1.3 Tujuan penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini memiliki tujuan


untuk menganalisis peranan pengendalian intern atas penjualan pada
Hypermart Lippo Plaza Kendari

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini, yaitu:

a. Manfaat Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi jawaban atas


permasalah guna mengetahui bagaimana cara mengidentifikasi
masalah penjualan dengan mengkaji bagaimana peranan pengendalian
internal atas penjualan.
b. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
memperluas wawasan keilmuan, khususnya mengenai peranan
pengendalian internal atas penjualan.
c. Manfaat metodologis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan acuan atau pembanding bagi peneliti selanjutnya dalam
mengkaji peranan pengendalian internal atas penjualan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah agar ruang


lingkup yang diteliti menjadi semakin spesifik sehingga menghasilkan
penelitian yang lebih efektif. Penulis membatasi ruang lingkup perusahaan
meliputi peranan pengendalian intern atas penjualan pada Hypermart
Lippo Plaza Kendari
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian Hastio Pipan Dani (2015) menjadi acuan dan pembanding yang
relevan dengan penelitian ini dengan judul peranan sistem pengendalian internal
dalam meningkatkan efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang Pada PT.
Matahari,Tbk Cabang Hypermart Palembang Indah Mall. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa pengedalian internal persediaan pada PT. Matahari
Putra Prima,Tbk telah efektif dan sesuai dengan standar COSO. Adapun
persamaan pada penelitian ini adalah keduanya membahas mengenai peranan
pengendalian intern, sedangkan perbedaannya terletak pada variabel yang diteliti,
pada penelitian Hastio Pipan Dani variabel dependen yang diteliti adalah
persediaan barang dagang sedangkan pada penelitian ini variabel dependen yang
diletili adalah penjualan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Adella Syafriliani Reza Pratiwi (2010)
dengan judul peranan pengendalian intern dalam meningkatkan efektivitas
penjualan pada J&C Cooking Bandung. Masalah yang diteliti adalah apakah
terdapat hubungan antara pengendalian intern terhadap efektivitas penjualan pada
J&C Cooking Bandung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara variabel pengendalian intern dengan tingkat
efektivitas penjualan pada J&C Cooking Bandung

Persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah


keduanya membahas mengenai peranan pengendalian intern sedangkan
perbedaannya yaitu pada penelitian Adella melakukan penelitian di Kota Bandung
sedangkan penelitian ini dilakukan di Kota Kendari
2.2 Peranan Pengendalian Intern
2.2.1 Pengertian Peranan

Pengertian peranan menurut Komaruddin (2001:768) adalah sebagai


berikut

1. Bagian tugas utama yang harus dilakukan oleh seseorang dalam manjemen
2. Pola perilaku yang utama di harapkan dapat menyertai suatu status
3. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata
4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada
padanya
5. Fungsi setiap variabel hubungan sebab akibat

Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002:243) adalah sebagai


berikut:

“Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang


melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia
menjalankan suatu peranan

2.2.2 Pengertian Pengendalian Intern

Organisasi memerlukan pengendalian intern untuk mengendalikan seluruh


fungsi didalamnya. Pengendalian ini berguna untuk mengarahkan laju organisasi
agar tetap mengikuti tujuan yang telah ditetapkan. Pengendalian dianggap penting
karena akan mempengaruhi setiap aspek

Operasional dalam organisasi. Pengendalian intern merupakan alat bantu


bagi manajemen dalam melaksanakan fungsi pengendalian, baik pengendalian
langsung maupun tidak langsung

Sawyer (2003 : 61) mendefinisikan pengendalian intern mencangkup


rencana perusahaan atau organisasi dari semua metode, anjuran serta kebijakan
yang terkoordinasi untuk mengamankan harta kekayaan, menguji ketepatan dan
sampai seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, mendorong efisiensi
operasional dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan pimpinan yang telah
ditetapkan atau digariskan”.

Pada edisi baru ini, COSO (2013:3) mendefinisikan pengendalian internal


sebagai berikut:

“internal control is a process, affected by an entity’s board of directors,


management, and other personel, designed to provide reasonable assurance
regarding the achievement of objectives relating to operations, reporting, and
compliance”

Pengertian pengendalian internal menurut COSO tersebut, dapat dipahami


bahwa pengendalian internal adalah proses, karena hal tersebut menembus
kegiatan operasional organisasi dan merupakan bagian integral dari kegiatan
manajemen dasar. Pengendalian internal hanya dapat menyediakan keyakinan
memadai, bukan keinginan mutlak. Hal ini menegaskan bahwa sebaik apapun
pengendalian internal itu dirancang dan dioperasikan, hanya dapat menyediakan
keyakinan yang memadai, tidak dapat sepenuhnya efektif dalam mencapai tujuan
pengendalian internal meskipun telah dirancang dan disusun sedemikian rupa
dengan sebaik-baiknya. Bahkan bagaimanapun baiknya pengendalian internal
yang ideal dirancang, namun keberhasilannya bergantung pada kompetisi dan
kendala dari pada pelaksanaannya dan tidak terlepas dari berbagai keterbatasan.

Widjajanto (2010 : 18) mengemukakan bahwa suatu sistem pengendalian


intern harus memiliki unsur-unsur pokok sebagai berikut:

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara


tegas
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya
3. Pelaksanaan kerja yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap
unit organisasi
4. Karyawan yang berkualitas sesuai dengan tanggung jawab yang
dipikulnya.

Menurut IAPI yang dikutip Sukrino Agoes (2011 :100) mendefinisikan


pengendalian intern sebagai suaru proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen dan personel lain entitas-entitas yang didesain untuk memberikan
keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu keandalan
pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi dan kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku.

Beberapa definisi mengenai pengendalian intern yang telah dikemukakan


di atas, maka konsep dasar pengendalian intern yaitu:

1) Pengendalian intern dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi,


yang mencangkup dewan komisaris, manajemen, dan personil lain.
2) Pengendalian intern diharapkan mampu memberikan keyakinan yang
memadai, bukan keyakinan mutlak bagi manajemen dan komisaris entitas.
3) Pengendalian intern bertujuan untuk mencapai tujuan yang saling
berkaitan mengenai pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.
4) Pengendalian intern merupakan suatu rangkaian tindakan menjadi bagian
yang tidak terpisahkan, bukan untuk mencapai tujuan tertentu.
2.2.3 Tujuan Sistem Pengendalian Intern

Pada umumnya semua kegiatan baik yang dilakukan secara individu


maupun kelompok tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai. Setiap organisasi
harus memiliki pengendalian intern yang baik, agar terhindar dari kemungkinan
terjadinya kecurangan atau penyelewengan yang merugikan organisasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka kegiatan yang harus dikendalikan dan
sumber-sumber ekonomi harus digunakan secara efisien.
Adapun tujuan dilaksanakannya pengendalian intern yaitu:

1. Membantu kegiatan manajemen dalam pelaksanaan administratif


organisasi secara efektif dan efisien dalam pelaksanaan prosedur untuk
kebijakan organisasi
2. Menentukan sejauh mana perlindungan peralatan, pengendalian terhadap
milik organisasi
3. Memberitahu dan membenarkan cara kerja yang benar dan lebih efektif
dan efisien
4. Menentukan tingkat kebenaran data akuntansi yang dibuat dan keefektivan
prosedur internal.

Menurut Mulyadi (2010 : 162) sistem pengendalian intern memiliki tujuan


sebagai berikut:

1. Menjaga kekayaan organisasi


2. Mengecek ketelitian dan dapat dipercaya tidaknya data akuntansi
3. Mendorong efisiensi dan
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Sedangkan menurut Yusuf (2001 : 45) ada tujuh prinsip pengendalian


intern yaitu:

a. Penetapan tanggung jawab yang jelas


b. Penyelenggaraan catatan yang memadai
c. Pengasuransian kekayaan dan karyawan perusahaan
d. Pemisahan pencatatan dan penyimpangan aktiva
e. Penggunaan peralatan mekanis (jika memungkinkan)
f. Pelaksanaan pemeriksaan secara independen
g. Pemisahan tanggung jawab atas transaksi yang dirangkaikan.
2.2.4 Komponen Pengendalian Intern

Pengendalian bisa bersifat preventif (mencegah terjadinya hal-hal yang


tidak diinginkan), detektif (untuk mendeteksi dan memperbaiki hal-hal yang tidak
diinginkan). Konsep sistem pengendalian merupakan gabungan komponen
pengendalian yang terintegrasi dan akrivitas yang digunakan organisasi untuk
mencapai tujuannya dan pengendalian juga mengidentifikasi risiko seta
penggunaan strategi yang efektif untuk mengendalikannya.

Committee of Sponsoring Organization of The Treadwa Commision


(COSO) dikutip oleh Amin Widjaja tunggal (2013 : 08) mengemukakan bahwa
pengendalian intern terdiri dari lima komponen yaitu:

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur


yang menggambarkan sikap manajemen puncak, direksi, dan pemilik suatu entitas
tentang pengendalian internal dan pentingnya bagi entitas, lingkungan
pengendalian merupakan pokok utama bagi keempat komponen yang lain, apabila
lingkungan pengendalian tidak melengkapi keempat unsur tersebut maka akan
menyebabkan sistem tersebut tidak efektif. Ada tujuh faktor lingkungan
pengendalian yaitu:

a. Integritas dan Nilai Etis


b. Komitmen terhadap kompetensi
c. Partisipasi dewan komisaris dan komite audit
d. Struktur organisasi
e. Filosofi manajemen dan gaya operasi
f. Pemberian wewenang dan tanggung jawab
g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
2. Penilaian Risiko (Risk Assesment)

Penilaian risiko suatu entitas untuk pelaporan keuangan merupakan


identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko-risiko yang relevan terhadap
penyusunan laporan-keuangan secara wajar disajikan sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Proses penilaian risiko harus
mempertimbangkan kejadian dan keadaan eksternal dan internal yang mungkin
timbul secara tidak baik mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat,
mengolah, mengikhtisarkan, dan melaporkan data keuangan konsisten dengan
asersi manajemen dalam pelaporan keuangan.risiko dapat timbul atau berubah
kerena keadaan barikut ini:

a. Perubahan dalam lingkungan operasi


b. Personel baru
c. Sistem operasi yang baru atau yang berubah
d. Teknologi baru
e. Lini produk, atau aktivitas yang baru
f. Pertumbuhan yang cepat
g. Restrukturisasi korporasi
h. Operasi luar negeri
i. Standar akuntansi baru.
3. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang
membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan diambil menghadapi
risiko-risiko untuk mencapai tujuan entitas sudah dilaksanakan. Umumnya
aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai
kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal berikut:
a. Pemisahan tugas yang cukup
b. Otorisasi yang memadai atas transaksi dan aktivitas
c. Dokumen dan catatan yang memadai
d. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan
4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

Informasi dan komunikasi yang relevan terhadap tujuan pelaporan


keuangan yang meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang
ditetapkan untuk mencatat, mengolah, mengikhtisarkan, dan melaporkan transaksi
suatu entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan mempertahankan akuntabilitas
untuk aktiva dan uang yang berkaitan. Kualitas informasi yang dihasilkan dari
sistem tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat
keputusan semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan
laporang keuangan yang handal.

Komunikasi mencangkup memberikan pemahaman atas peranan


individual dan tanggung jawab yang berkaitan dengan pengendalian internal atas
pelaporan keuangan, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk
dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.

5. Pemantauan (monitoring)

Untuk memberikan kepastian yang memadai bahwa tujuan entitas dapat


tercapai, manajemen harus memonitoring pengendalian intern untuk menentukan
apakah pengedalian intern beroperasi seperti yang diinginkan dan pengendalian
intern memodifikasi agar sesuai dengan perubahan dalam kondisi.

Monitoring merupakan suatu proses yang menilai suatu pengendalian


intern sepanjang waktu. Monitoring ini mencangkup penentuan desain dan operasi
pengendalian yang tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini
dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus, evaluasi
secara terpisah atau berbagai kombinasi dari keduanya.

2.2.5 Fungsi Sistem Pengendalian Intern

Seperti yang telah diketahui, bahwa sistem pengendalian intern merupakan


sarana atau alat bagi manajemen dalam menilai aktivitas yang dilakukan suatu
organisasi dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi. Menurut Widjayanto
(2010 : 18) sistem pengendalian intern berfungsi untuk mencegah hal yang dapat
merugikan suatu perusahaan antara lain:

1. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, seperti menyajikan data yang


bukan sebenarnya
2. Mencegah terjadinya kecurangan, hal ini menyangkut perbuatan yang
tidak jujur dan merugikan perusahaan
3. Mencegah terjadinya pemborosan, seperti menggunakan aktiva tetap
secara berlebihan, misalnya kendaraaan serta mesin-mesin
4. Mencegah terjadinya kesalahan dan kekeliruan dalam menentukan standar
kerja
5. Mencagah batas-batas mutlak terhadap suatu pekerjaan mana yang harus
dijalankan dan mana yang merupakan pelanggaran porensial
6. Untuk menunjukkan adanya keadaan yang luar biasa. Hal ini sangat jelas
pada pembuatan laporan keuangan dan standar kerja dimana rencana kerja
dibuat sedemikian rupa sehingga penyimpangan selama berlangsungnya
usaha-usaha normal dapat terlihat
7. Memberikan keyakinan dan terpercayanya catatan keuangan dan transaksi
8. Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan operasional agar dapat
berjalan secara efektif dan efisien
9. Membantu manajemen dalam meberikan penilaian terhadap hasil
pelaksanaan operasional dan keperluan keputusan.
2.2.6 Keterbatasan dan Penilaian Sistem Pengendalian Intern
Pengendalian intern suatu organisasi diciptakan sebagai suatu alat untuk
membantu tercapainya pelaksanaan aktivitas organisasi yang efisien dan efektif
untuk membatasi pemborosan dan penyelewengan. Tetapi tidak ada suatu sistem
yang dapat mencegah terjadnya hal tersebut, karena sistem pengendalian internal
juga memiliki keterbatasan.
Mulyadi (2010 : 181) menyebut bahwa sistem pengendalian intern setiap
organisasi memiliki keterbatasan bawaan, yaitu:
1. Kesalahan dalam Pertimbangan
Seringkali manajemen dan personel lain suatu organisasi salah paham
dalam mempertimbangkan keputusan yang diambil atau dalam melaksanakan
kegiatan rutin karena tidak memadai informasi, keterbatasan waktu maupun
tekanan lain.
2. Gangguan
Gangguan dalam pengendalian ini dapat terjadi karena adanya kekeliruan
personil dalam memahami perintah atau membuat kesalahan dan perubahan dalam
sistem dan prosedur baik secara sementara maupun permanen dapat dikatakan
sebagai gangguan.
3. Kolusi
Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian internal yang
dibangun untuk melindungi kekayaan organisasi dan tidak terungkapnya
kecurangan oleh pengendalian internal yang dirancang.
4. Pengabaian oleh Manajemen
Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah
ditetapkan demi tujuan yang tidak sah untuk memperoleh keuntungan, misalnya
keuntungan pribadi manajer dan penyajian kondisi keuangan yang berlebihan.
5. Biaya Lawan Manfaat
Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian internal tidak
boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian internal tersebut.
Adapun hasil penilaian atas sistem pengendalian intern dirumuskan dalam
sifat internal kontrol yang kuat atau internal kontrol yang lemah. Menurut norma
pemeriksaan akuntan maupun standard on auditing, standar penilaian
pengendalian intern yang dilakukan menyangkut dua tahap, yaitu:
1. Pemahaman terhadap prosedur dan metode digariskan (review of system),
yang disebut penilaian sistem dapat diperoleh melalui kegiatan diskusi
dengan pegawai perusahaan, mempelajari dokumen dan prosedur yang
ada, membuat questioner dan menggambarkan arus formulir melalui
flowchart yang berlaku dalam perusahaan
2. Keyakinan yang wajar apakah prosedur dan metode yang digariskan telah
dijalankan sebagaimana mestinya (compliance test) atau disebut tes
kesesuaian.
2.3 Penjualan

Dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup organisasinya, sebuah


perusahaan akan berusaha keras untuk memperoleh pendapatan secara optimal.
Pendapatan yang optimal diperoleh dengan melakukan suatu usaha yaitu
penjualan. Penjualan merupakan sumber utama perusahaan sehingga dapat
disimpulkan bahwa sebuah perusahaan tidak terlepas dari kegiatan penjualan.
2.3.1 Pengertian Penjualan
Secara sederhana penjualan dapat diartikan sebagai pengalihan atau
pemindahan hak kepemilikan atas suatu barang atau jasa dari pihak penjual
kepada pembeli yang disertai dengan penyerahan imbalan dari penerima barang
atau jasa sebagai timbal balik atas penyerahan tersebut

Definisi penjualan menurut Mulyadi (2010 : 202) bahwa penjualan


merupakan kegiatan yang dilakukan penjual dalam menjual barang atau jasa
dengan harapan memperoleh laba dari adanya transaksi-transaksi tersebut dan
penjualan dapat diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak kepemilikan
atas barang atau jasa dari pihak penjual ke pembeli.

Penjualan merupakan bagian dari fungsi pemasaran yang sangat penting


dan menentukan bagi suatu perusahaan karena sumber pendapatan baik penjualan
barang atau penjualan jasa. Oleh karena itu, semakin pandai perusahaan suatu
perusahaan dalam melaksanakan kegiatan penjualan, maka semakin besar pula
bagi perusahaan tersebut dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.

Dari definisi sebelumnya dapatlah dikatakan bahwa penjualan merupakan


suatu transaksi dari barang dan jasa antara penjual dan pembeli, dimana hasil
penjualan tersebut akan mendapatkan imbalan berupa uang.

2.3.2 Tujuan Penjualan


Tujuan umum perusahaan dalam kegiatan penjualan adalah untuk
mencapai volume tertentu dari penjualan, mendapatkan laba, mempertahankan dan
atau bahkan meningkatkan serta menunjang pertumbuhan perusahaan melalui
peningkatan volume penjualan.
Usaha untuk mencapai tujuan tersebut sepenuhnya hanya dilakukan oleh
pelaksana penjual. Kerjasama yang baik diantara bagian - bagian dalam
perusahaan seperti bagian produksi yang memproduksi, bagian personalia yang
menyediakan tenaga kerjanya, bagian keuangan yang menyediakan dananya
danbagian lainnya maupun penyalur harus dilaksanakan dan dikoordinasikan
dengan baik.
Penjualan merupakan aktivitas paling penting dalam perusahaan, karena
adanya penjualan, maka terbentuklah pendapatan yang selanjutnya akan
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
La Midjan (2001:170) mengemukakan sebagai berikut:
1. Aktivitas penjualan merupakan sumber pendapatan perusahaan, sehingga
kurang dikelolanya aktivitas penjualan dengan baik, secara langsung akan
merugikan perusahaan disebabkan selain sasaran penjualan tidak tercapai,
juga pendapatan akan berkurang;
2. Pendapatan dari hasil penjualan merupakan sumber pembiayaan
perusahaan oleh karena itu perlu diamankan;
3. Akibat adanya penjualan akan merubah posisi harta yang menyangkut:
a) Timbulnya piutang jika penjualan secara kredit atau masuknya uang
kontan jika penjualan secara tunai.
b) Kuantitas barang yang akan berkurang di gudang karena penjualan
terjadi.
Menurut Winardi (2000:124) tujuan umum yang dimiliki perusahaan,
sebagai berikut:
1. Mencapai volume penjualan tertentu;
2. Mendapatkan laba maksimal dengan modal sekecil-kecilnya;
3. Mempertahankan kelangsungan hidupnya terus menerus (going concern);
4. Menunjang pertumbuhan perusahaan.
Tetapi dalam upaya mencapai tujuan tersebut sebelumnya harus
mempunyai sasaran dan misi tertentu, dengan sasaran dan misi inilah tujuan
perusahaan dapat tercapai. Sasaran - sasaran itu menurut Winardi (2000:154)
adalah sebagai berikut:
a. Sasaran memenuhi tujuan berikut dalam sebuah organisasi;
b. Sasaran memenuhi gambaran kepada orang lain dalam sebuah organisasi;
c. Sasaran menimbulkan konsistensi dalam hal pengambilan keputusan
antara sejumlah besar manajer yang berbeda;
d. Sasaran memberikan dana untuk menyusun perencanaan spesifik;
e. Sasaran merangsang pekerjaan dan pelaksanaan pekerjaan;
f. Sasaran memberikan landasan untuk tindakan korektif serta pengawasan.
Dengan tercapainya sasaran tersebut maka kemungkinan besar tujuan dari
Penjualan dapat tercapai.
2.3.3 Klasifikasi Penjualan
Midjan (2001:174) mengklasifikasikan berbagai transaksi penjualan yang
terjadi sebagai berikut:
1. Penjualan secara tunai
Penjualan yang bersifat "cash and carry". Pada umumnya terjadi secara
kontan, namun dapat pula terjadi pembayaran selama satu bulan dan dianggap
kontan.
2. Penjualan secara tender
Penjualan yang dilaksanakan melalui prosedur tender untuk memenuhi
permintaan pihak pembeli yang membuka tender tersebut. Untuk memenangkan
tender, selain harus memenuhi segala prosedur yakni pemenuhan dokumen tender
berupa jaminan tender (bidbond) dan yang lainnya, juga harus bersaing dengan
pihak lainnya.
3. Penjualan secara kredit
Penjualan dengan tenggang waktu rata-rata diatas satu bulan.
4. Penjualan ekspor
Penjualan yang dilaksanakan dengan pihak pembeli luar negeri yang
mengimpor barang tersebut.
5. Penjualan secara konsinyasi
Penjualan barang secara titipan kepada pembeli yang juga sebagai penjual,
bila barang tidak laku dapat dikembalikan lagi.
6. Penjualan secara grosir
Penjualan yang tidak langsung kepada pembeli, tetapi melalui pedagang
antara. Grosir berfungsi menjadi perantara antara pabrik/importir dengan
pedagang, toko eceran.
2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Penjualan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan penjualan menurut Swastha
(2001:122) adalah sebagai berikut:
1. Kondisi dan kemampuan penjual
Transaksi jual beli atau pemindahan hak secara komersial atas suatu
barang atau jasa, pada prinsipnya melibatkan kedua belah pihak yaitu penjual
sebagai pihak pertama dan pihak pembeli sebagai pihak kedua. Disini, pihak
penjual harus dapat meyakinkan pihak pembeli agar dapat mencapai suatu sasaran
yang diinginkan. Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka pihak penjual harus
memenuhi beberapa masalah penting yang sangat berkaitan yaitu:
a) Jenis dan karakteristik barang yang akan ditawarkan kepada pembeli
b) Harga barang
c) Syarat penjualan, seperti cara pembayaran, pengantaran, pelayanan purna
jual, garansi, dan hal lainnya yang berhubungan dengan barang yang akan
dijual kepada pembeli.
2. Kondisi pasar
Pasar sebagai suatu tempat dari sekumpulan kelompok pembeli yang
menjadi sasaran dalam penjualan, yang dapat pula mempengaruhi kegiatan
penjualannya. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah:
a) Jenis pasar. Apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar penjual, pasar
pemerintah, atau pasar internasional;
b) Kelompok pembeli atau segmen pasar;
c) Daya beli;
d) Frekuensi pembelian;
e) Keinginan dan kebutuhan
3. Modal
Pihak penjual akan mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan
penjualan apabila barang yang akan dijual tersebut merupakan suatu produk baru
yang belum dikenal oleh kalangan luas, atau lokasi calon pembeli yang berjauha
dengan lokasi penjual. Dalam keadaan seperti ini, penjual harus memperkenalkan
terlebih dahulu atau membawa produknya ke lokasi pembeli. Untuk melaksanakan
tujuan tersebut, dibutuhkan adanya sarana serta usaha, seperti alat transport,
tempat peragaan produk, promosi, dan hal-hal lainnya yang mendukung
penjualan. Semua ini dapat dilakukan apabila penjual memiliki sejumlah modal
yang dapat mendukung terlaksananya hal-hal diatas.
4. Kondisi perusahaan
Pada perusahaan besar, umumnya penjualan ditangani oleh bagian
tersendiri, yaitu bagian penjualan, yang dipegang oleh orang-orang tertentu atau
mereka yang ahli di bidang penjualan. Sedangkan pada perusahaan kecil,
umumnya fungsi penjualan ditangani oleh mereka yang juga melakukan fungsi-
fungsi vital lainnya. Hal ini dikarenakan jumlah tenaga kerja yang terbatas, sistem
organisasi yang sederhana, masalah - masalah yang dihadapi dan sarana yang
dimiliki tidak sekompleks pada perusahaan besar.
5. Faktor - faktor lainnya
Periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian hadiah merupakan faktor
factor lain yang dapat mempengaruhi penjualan. Namun, untuk melaksanakannya
dibutuhkan sejumlah dana yang tidak sedikit. Bagi perusahaan dengan modal yang
kuat, hal ini sering dilakukan, sedangkan untuk perusahaan dengan modal kecil,
hal yang sama jarang dilakukan. Satu prinsip penting yang harus dipegang adalah
"membuat barang yang baik". Bila prinsip ini diterapkan, diharapkan pembeli
akan membeli barang yang sama, akan tetapi sebelum pembeli melakukan
pembelian, terlebih dahulu harus dirangsang daya tariknya melalui kemasan
produk yang menarik atau melalui promosi di berbagai media cetak dan
elektronik.
2.3.5 Prosedur Penjualan
Menurut Arens.et.al (2008:184), aktivitas dari fungsi penjualan didukung
oleh beberapa prosedur, yaitu: pemroresan order pelanggan, persetujuan penjualan
kredit, pengiriman barang, penagihan ke konsumen dan pencatatan, penjualan,
pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas, serta pemrosesan dan pencatatan
retur dan pengurangan harga penjualan.
1. Pemrosesan Order Pelanggan
Permintaan barang oleh pelanggan merupakan titik awal keseluruhan
proses. Penerimaan order pelanggan akan menghasilkan order penjualan.
Dokumen yang digunakan:
a. Order pelanggan (Customer order), adalah permintaan barang dagang oleh
pelanggan. Permintaan diterima melalui telepon, surat, formulir isian yang
dikirimkan ke pelanggan yang ada dan yang potensial, melalui wiraniaga,
atau cara yang lain.
b. Order penjualan (Sales order), adalah dokumen untuk mencatat deskripsi,
jumlah, dan informasi terkait untuk barang yang dipesan oleh pelanggan.
Ini seringkali digunakan untuk menunjukan persetujuan kredit dan
otorisasi untuk pengiriman.
2. Persetujuan Penjualan Secara Kredit
Sebelum barang dikirimkan, seseorang yang berwenang dalam perusahaan
harus menyetujui penjualan secara kredit ke pelanggan atas penjualan kredit
tersebut. Praktik yang lemah dalam persetujuan penjualan secara kredit seringkali
menyebabkan piutang tak tertagih cukup besar dan piutang usaha menjadi tak
tertagih. Dalam hal ini tidak ada dokumen yang digunakan.
3. Pengiriman Barang
Tahap ini merupakan titik pertama di mana terjadi penyerahan aktiva
perusahaan. Kebanyakan perusahaan mengakui penjualan saat barang dikirimkan.
Nota pengiriman disiapkan pada saat pengiriman, dan secara otomotis dilakukan
oleh komputer berdasarkan informasi order penjualan. Dokumen pengiriman,
biasanya salinan konosemen, diperlukan untuk ketepatan penagihan atas
pengiriman ke pelanggan. Dokumen yang digunakan antara lain dokumen
pengiriman (Shipping document), adalah dokumen yang dibuat untuk memulai
pengiriman barang, yang menunjukan deskripsi atas barang dagang, jumlah yang
dikirim, dan data lain yang relevan. Dokumen ini juga berguna sebagai tanda
untuk menagih ke pelanggan. Salah satu jenis dokumen pengiriman adalah
konosemen (billing of lading), yakni kontrak tertulis antara pengangkut barang
dengan penjual ataspenerimaan dan pengiriman barang.
4. Penagihan ke Pelanggan dan Pencatatan Penjualan
Penagihan ke pelanggan merupakan alat pemberitahuan ke pelanggan
mengenai jumlah yang ditagih atas barang tersebut, dan penagihan ini harus
dilaksanakan dengan benar dan tepat waktu. Aspek terpenting dari penagihan
adalah meyakinkan bahwa seluruh pengiriman yang dilakukan telah ditagih, tidak
ada pengiriman yang ditagih lebih dari sekali, dan tiap pengiriman ditagih dengan
jumlah yang benar. Penagihan ke pelanggan mencakup pembuatan faktur
penjualan rangkap dan secara simultan memutakhiran berkas transaksi penjualan
dan, bersama-sama dengan penerimaan kas dan aneka kredit, memungkinkan
penyiapan neraca saldo piutang usaha.
Dokumen yang digunakan:
a. Faktur penjualan (Sales invoice), adalah dokumen yang menunjukkan
deskripsi dan kuantitas barang yang dijual, harga termasuk ongkos angkut,
asuransi, syarat pembayaran, dan data lain yang relevan.
b. Jurnal penjualan (Sales journal), adalah jurnal untuk transaksi penjualan
c. Laporan ikhtisar penjualan (Summary sales report), adalah dokumen yang
dihasilkan komputer yang mengikhtisarkan penjualan untuk satu periode.
d. Berkas induk piutang usaha (Account receivable master file), adalah
berkas untuk mencatat setiap penjualan, penerimaan kas, retur dan
pengurangan harga penjualan untuk masing-masing pelanggan dan
mengelola saldo akun pelanggan.
e. Neraca saldo piutang usaha (Account receivable trial balance), adalah
daftar jumlah yang terhutang oleh pelanggan pada waktu tertentu.
f. Laporan bulanan (Monthly statement), adalah dokumen yang dikirim
kepada tiap pelanggan yang menunjukan saldo awal piutang usaha, jumlah
dan tanggal setiap penjualan, penerimaan pembayaran tunai, nota kredit
yang diterbitkan, dan saldo akhir.
5. Pemprosesan dan Pencatatan Penerimaan Kas
Perhatian paling utama adalah kemungkinan dicuri. Pencurian dapat terjadi
sebelum penerimaan dicatat atau sesudahnya. Pertimbangan paling utama dalam
penanganan penerimaan kas adalah seluruh kas harus disetor ke bank dalam
jumlah yang benar dengan tepat waktu dan dicatat di berkas transaksi penerimaan
kas yang digunakan untuk membuat jurnal penerimaan kas dan memutakhirkan
berkas induk piutang usaha. Nota pembayaran menjadi penting untuk tujuan ini.
Dokumen yang digunakan:
a. Nota pembayaran (Remittance advice), adalah dokumen yang menyertai
faktur penjualan yang dikirim ke pelanggan dan dikembalikan ke penjual
dengan pembayaran tunai. Nota pembayaran digunakan untuk
memungkinkan penyetoran kas dengan segera.
b. Daftar Penerimaan kas yang disiapkan sebelumnya (Prelisting of cash
receipt), adalah daftar yang dibuat oleh orang yang independen pada saat
kas diterima. Ini digunakan untuk memverifikasi apakah kas yang diterima
telah dicatat dan disetorkan dengan jumlah benar dan tepat waktu.
c. Jurnal penerimaan kas (Cash receipt journal), adalah untuk mencatat
penerimaan kas basil dari pelanggan, penjualan tunai dan penerimaan kas
yang lain.
6. Pemprosesan dan Pencatatan Retur dan Pengurangan Harga
Apabila pelanggan merasa tidak puas dengan barang yang diterima,
penjual seringkali menerima pengembalian barang atau memberikan pengurangan
harga atas jumlah yang harus dibayar.
Dokumen yang digunakan:
a. Nota kredit (Credit memo), adalah dokumen yang berisi pengurangan
jumlah yang ditagih dari pelanggan karena adanya pengembalian barang
atau pengurangan harga.
b. Jurnal retur dan pengurangan harga penjualan (Sales return allowance
journal), adalah jurnal untuk mencatat retur dan pengurangan harga
penjualan.
2.4 Peranan Pengendalian Internal Dalam Meningkatkan Penjualan

Pengendalian internal diharapkan dapat berperan dan memberikan


kontribusi dalam perusahaan sehingga diharapkan terciptanya efektivitas
penjualan. Dalam efektivitas penjualan memerlukan laporan untuk menganalisis
penjualan yang mengungkapkan perkembangan yang tidak diinginkan atau
penyimpangan-penyimpangan dari tujuan, anggaran atau sasaran yang telah
ditetapkan. Untuk mengetahui apakah peranan pengendalian internal dalam
menunjang efektivitas penjualan berjalan lancar dengan baik, maka akan
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Selanjutnya pengendalian internal akan
melakukan cara yang tepat untuk meningkatkan tindakan korektif.
Pengendalian internal dapat berperan dalam mendukung efektivitas
penjualan apabila memenuhi komponen-komponen dari pengendalian internal itu
sendiri:
1) Lingkungan pengendalian,
2) Penilaian Risiko,
3) Informasi dan Komunikasi,
4) Aktivitas Pengendalian,
5) Pemantauan.
2.5 Kerangka Pemikiran

Dalam organisasi perusahaan yang semakin besar, semakin disadari bahwa


ruang lingkup pimpinan perusahaan untuk mengendalikan perusahaan semakin
terbatas, sehingga pimpinan tidak dapat lagi mengikuti tahapan kegiatan
perusahaan. Oleh karena itu diperlukan suatu alat bantu dalam mengendalikan
perusahaannya. Adanya pengendalian intern yang memadai dapat membantu
manajemen mewujudkan tujuan pengenlian intern yaitu keandalan laporan
keuangan, efektivitas dan efisien operasi perusahaan, serta ketaatan pada hukum
dan perundang-undangan yang berlaku

Tetapi bagaimanapun baiknya pengendalian intern pada suatu perusahaan


pada dasarnya semua itu tidak menjamin terhindar dari berbagai penyelewengan,
kecurangan dan inefisien dari operasional perusahaan sepenuhnya. Apabila
pelaksanaan dan pengendalian intern tersebut tidak diterapkan sesuai dengan yang
telah ditetapkan manajemen.

Salah satu unsur penting untuk meningkatkan efektivitas suatu


pengendalian intern adalah adanya pengujian independen yang dilakukan oleh
audit internal. Audit internal memantau manajemen dalam mengendalikan
aktivitas perusahaan dengan melakukan audit terhadap operasi perusahaan dan
pengendalian intern yang ada.
Aktivitas penjualan memegang peranan penting dalam mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan, penjualan erat kaitannya dengan laba yang
merupakan tujuan perusahaan. Oleh karena itu penting sekali untuk dikelola oleh
manajemen agar kesinambungan usaha dapat terus berjalan.

Pengendalian intern atas penjualan mempunyai suatu tujuan yaitu


membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan tanggungjawab
terutama dalam mengatur proses penjualan sehingga dapat berjalan dengan baik.

Skema 2.1

Kerangka Pikir
PERANAN PENGENDALIAN INTERN ATAS PENJUALEAN

(PADA HYPERMART LIPPO PLAZA KENDARI

STUDI TEORITIS Studi Empiris

1. Pengendalian Intern Hypermart Lippo Plaza


2. Lingkungan pengendalian dalam melaksanakan
3. Perkiraan Risiko pengendalian intern penjualan
4. Kegiatan Pengendalian
dengan baik didasarkan pada
5. Informasi dan Komunikasi
6. Pemantauan standar operasional prosedur
7. Penjualan (SOP). Tetapi dalam pelaksanaan
Hypermart belum menjalankan
dengan baik

RUMUSAN MASALAH

DESKRIPTIF KUALITATIF

HASIL DAN PEMBAHASAN


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian


Objek penelitian yang diteliti penulis yaitu pengendalian intern atas
penjualan yang diterapkan oleh Hypermart Lippo Plaza Kendari yang
berlokasi di Jl. MT Haryono No. 61-63. Kelurahan Bende, Kecamatan
Kedia. Kota Kendari. Sulawesi Tenggara.

3.2 Jenis dan Sumber Data


3.2.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk penyataan untuk
mendeskripsikan mengenai peranan pengendalian intern atas penjualan,
sejarah singkat organisasi, struktur organisasi, visa dan misi serta prosedur
pengendalian intern
3.2.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Data Primer (Primary Data)
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari objek penelitian. Dalam penelitian ini yang termasuk
data primer adalah data yang diperoleh dengan wawancara secara
langsung dengan pihak Hypermart Lippo Plaza Kendari

3.3 Penentuan Narasumber


Informan narasumber pada penelitian ini adalah manajer
departemen Loss Prevention, manajer divisi groceries, manajer divisi non
food & fresh, manajer departemen XPDC, manajer departemen frond end,
manajer departemen softline, manajer departemen produce, manajer
departemen food & drinnk

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan, yaitu:

a. Wawancara
Yaitu metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara
lisan dengan pihak yang berwenang yang berkaitan dengan objek
penelitian mengenai masalah yang dibahas sehingga memperoleh data
yang akurat
b. Dokumentasi
Yaitu metode pengumpulan data berupa dokumen organisasi yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas.
3.5 Metode Analisis Data
Untuk menjawab rumusan masalah, maka metode analisis yang
digunakan adalah metode analisis deskriptif, yaitu menjelaskan sistem
pengendalian internal atas penjualan pada Hypermart Lippo Plaza Kendari
dengan berpedoman pada unsur-unsur sistem pengendalian intern yang
baik menurut COSO yang terdiri dari : lingkungan pengendalian,
penaksiran risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi dan
pemantauan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara


terstruktur dengan pihak pegawai Hypermart. Penelitian ini menggunakan
skala Guttman, dimana skala pengukuran dengan tipe ini didapat jawaban
tegas “Ya-Tidak”. Kriteria pada setiap jenjang disesuaikan dengan
pertanyaan yang diajukan. Setiap kriteria diberikan skor dengan tingkat
sebagai berikut:

a. Untuk jawaban “Ya” diberi skor 1


b. Untuk jawaban “Tidak” diberi skor 0
S. Nasution (2003:61) mengatakan bahwa untuk mengetahui
persentase jawaban sistem pengengendalian intern menggunakan rumus
sebagai berikut:
" "
Persentase = 100%

Sesuai dengan rumus di atas, sistem pengendalian intern atas


penjualan menurut S. Nasution akan terlihat dalam persentase hasil analisis
sebagai berikut :

1. <59% dikatakan tidak memadai.


2. 60%-69% dikatakan kurang memadai.
3. 70%-79% dikatakan cukup memadai.
4. 80%-89% dikatakan memadai.
5. 90%-100% dikatakan sangat memadai.
3.6 Definisi Operasional

Guna menghindari kesalahpahaman mengenai pemahaman terhadap


konsep-konsep yang dibahas dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan
mengena definisi operasional dari konsep yang dimaksud adalah :

1. Pengendalian intern merupakan teknik, kebijakan dan prosedur penjualan


yang diterapkan pada Hypermart Lippo Plaza Kendari yang bertujuan
untuk membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan
tanggungjawab terutama dalam mengatur proses penjualan sehingga dapat
berjalan dengan baik.
2. Penjualan merupakan perpindahkan pengalihan atau pemindahan hak
kepemilikan atas suatu barang atau jasa dari pihak penjual kepada pembeli
yang disertai dengan penyerahan imbalan dari penerima barang atau jasa
sebagai timbal balik atas penyerahan tersebut.
3. Lingkungan Pengendalian yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu sarana
dan prasarana yang ada dalam Hypermart Lippo Plaza Kendari yang dapat
mempengaruhi lingkungan kerja yang efektif dan efisien yang didasari atas
struktur organisasi dan pembagian tugas serta tanggung jawab yang tepat
4. Penilaian Risiko yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu mampu
mengidentifikasi berbagai risiko yang mungkin terjadi dalam penjualan
sehingga manajemen Lippo Plaza Kendari dapat melakukan pencegahan
guna menghindari kerugian yang besar.
5. Aktivitas Pengendalian terdiri dari kebijakan dan prosedur yang
didalamnya terdapat tindakan untuk menekan risiko dalam pencapaian
tujuan perusahaan secara umum.
6. Informasi dan Komunikasi, merupakan aktivitas dengan tujuan untuk
mengidentifikasikan, mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisa,
mencatat dan melaporkan transaksi dalam perusahaan dan untuk
mempertahankan pertanggung jawaban terhadap penjualan.
7. Pemantauan, Aktivitas pemantauan berkaitan dengan penilaian efektivitas
rancangan dan struktur pengendalian intern secara periodik dan terus-
menerus oleh manajemen untuk melihat apakah telah dilaksanakan
sebagaimana mestinya dan telah diperbaiki sesuai dengan keadaan.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes Soekrosno, I Centik Ardana. 2011. Etika Bisnis dan Profesi, Jakarta:
Salembe Empat
Arens, Alvin A., 2006, Auditing: Pendekatan terpadu, Edisi Indonesia, Buku 2,
Jakarta : Salemba Empat.
Djanegara, H. Moerhamadi Soerja., Maicella Chandra Haryadi. 2007. Studi
Tentang Efektivitas Pengendalian Intern Penjualan Pada PT. Anta Express
Tour & Travel Service, Tbk. Bogor. Jurnal Ilmiah Renggagading Volume
7 No. 1
Komaruddin, 2001, Esiklopedia Manajemen, Edisi Keempat, Jakarta: Bumi
Aksara
Midjan, La, 2001, Sistem Information Akuntansi, Edisi Keempat, Jilid 1,
Yogyakarta: UPP AMP, YPKN
Mulyadi. 2010. Sistem Akuntansi. Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat
Pratiwi, Adella Syafriliani Reza. 2010. Peranan Pengendalian Intern Dalam
Meningkatkan Efektivitas Penjualan Pada J&C Cookies Bandung.
Bandung. Ekonomi. Universitas Widyatama.
Soekanto, Soejono. 2002. Teori Peranan. Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Penerbit
Alfabeta. Bandung
Swasta, Basu, 2001, Manajemen Penjualan, Edisi Ketiga, Yogyakarta: BPFE
Tunggal, Drs, Amin Wijaja. 2013. Pengendalian Internal Mencegah dan
Mendeteksi Kecurangan. Jakarta: Harvindo.
Triandi., Jahja Diapari Siregar. 2007. Evaluasi Sistem Pengendalian Intern
Penjualan Terhadap Peningkatan Efektivitas Penjualan kamar Pada Hotel
Horison Bekasi. Bogor. Jurnal Ilmiah Renggagading Volume 7 No.2
Winardi, J. 2000. Manajemen Perilaku Organisasi. Cetakan pertama. Jakarta:
Penerbit Prenada Media.
Wijayanto, Nugroho. 2010. Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba
Empat
Yusuf, Al Haryono. 2001. Auditing. Yokyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
YKPN

Anda mungkin juga menyukai