Anda di halaman 1dari 30

PERAN AUDIT OPERASIONAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS

PENJUALAN

OLEH :

NAMA :CHRISTINE NATASSA AVILLA HASIMAN

NIM :1602622010141

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI

DENPASAR

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam menghadapi tingginya tingkat persaingan perekonomian dunia saat ini, suatu

perusahaan dituntut untuk mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage) agar bisa

terus berkompetisi. Tidak sedikit perusahaan yang gagal dalam mempertahankan eksistensi

perusahaannya. Sebagian besar kegagalan tersebut biasanya disebabkan karena perusahaan

tidak konsisten dalam menjalankan operasi perusahaannya, ditambah lagi dengan kurangnya

tenaga profesional di dalam perusahaan guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam

menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Selain itu berbagai permasalahan yang juga

dialami perusahaan diantaranya adalah perusahaan dituntut untuk menghasilkan produk sesuai

kebutuhan konsumen yang tentunya membutuhkan biaya yang besar, pemilik modal

perusahaan yang mengharapkan laba yang besar, karyawan yang menginginkan kenaikan gaji,

serta konsumen yang menginginkan produk tetap terjangkau serta terjaga kualitasnya.

Berbagai permasalahan tersebut menuntut perusahaan untuk mencegah dan

mengurangi pemborosan yang dapat merugikan perusahaan agar dapat berkembang dan

menjaga kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu perusahaan perlu melakukan pemanfaatan

sumber daya sebaik mungkin yang mengarah pada gagasan efisiensi, efektivitas, dan

ekonomisasi. Dimana efisiensi merupakan jumlah perbandingan antara apa yang dihasilkan

(output) dengan apa yang digunakan (input), efektivitas merupakan hubungan antara apa yang

dihasilkan (output) dengan tujuan yang diinginkan perusahaan, sedangkan ekonomis

merupakan penggunaan seminimal mungkin biaya dalam mendapatkan atau menghasilkan

input atau output tersebut.

Tuntutan untuk mengelola sumber daya secara efisien, efektif, dan ekonomis dapat

terwujud jika masalah-masalah yang terjadi dapat diminimalisir sehingga perusahaan dapat

memperoleh hasil yang maksimal.


Keinginan untuk mendapatkan hasil yang maksimal merupakan suatu niat dasar bagi

manajer dalam perusahaan untuk menggerakkan semua sumber daya yang ada. Oleh karena

itu, manajemen harus memperhatikan segala aspek dalam perusahaan terutama unsur-unsur

yang dapat mempengaruhi laba rugi perusahaan. Salah satu elemen penting yang dapat

mempengaruhi penetapan laba rugi perusahaan adalah penjualan, dimana penjualan

merupakan sumber pendapatan utama perusahaan. Akibatnya kegagalan dalam aktivitas

penjualan sangat berpengaruh terhadap kontinuitas operasi perusahaan. Sehingga perlu adanya

perhatian yang cukup besar serta pengelolaan dengan sebaik mungkin. Salah satu cara yang

harus diambil suatu perusahaan untuk menunjang kelancaran dari pelaksanaan operasi

perusahaan terhadap kontinuitas perusahaan di masa yang akan datang adalah dengan

melakukan audit operasional.

Audit operasional adalah bagian dari fungsi pengendalian yang merupakan alat dari

manajemen untuk mengukur dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan, seperti

kegiatan operasi suatu perusahaan untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah

dilakukan secara efektif, efesien, dan ekonomis (Sukrisno Agoes, 2004). Apabila kegiatan

operasional belum berjalan dengan baik, maka auditor dapat memberikan saran atau

rekomendasi agar kegiatan operasional di masa mendatang dapat dilakukan secara efektif,

efisien, dan ekonomis.

Proses audit operasional dimulai dengan analisis keberadaan operasi dan aktivitas,

mengidentifikasi area-area perbaikan positif, kemudian selanjutnya mengembangkan standar

kinerja untuk aktivitas yang dapat diukur.

Hasil audit operasional menyajikan informasi mengenai hasil analisis, penilaian dan

komentar-komentar mengenai kegiatan perusahaan sehingga perusahaan dapat memperoleh

informasi yang berguna dalam meningkatkan pengendaliannya.

Pentingnya peranan audit operasional dalam sebuah perusahaan menjadikannya

sebagai suatu langkah penting yang harus diambil perusahaan, seperti halnya perusahaan PT.

Astra Internasional Tbk- Honda.


Perusahaan PT. Astra Internasional Tbk- Honda adalah perusahaan yang bergerak

dalam bidang penjualan. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan yang memanfaatkan

peran audit operasional dalam mengevaluasi kegiatan operasinya guna mendapatkan

keuntungan yang maksimal.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang peranan audit

operasional dalam menunjang efektivitas penjualan pada perusahaan PT. Astra Internasional

Tbk- Honda.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan audit operasional dalam perusahaan ?

2. Bagaimana efektivitas sistem pengendalian intern penjualan ?

3. Seberapa besar peran audit operasional dalam meningkatkan efektivitas sistem

pengendalian intern pada penjualan perusahaan ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan audit operasional yang dilaksanakan perusahaan

2. Untuk mengetahui efektivitas sistem pengendalian intern penjualan

3. Untuk mengetahui besarnya peranan audit operasional dalam menunjang efektifitas sistem

penjualan perusahaan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan praktis :

a. Bagi penulis penelitian ini diharapkan berguna sebagai pengetahuan tambahan mengenai

teori dan praktek yang sesungguhnya mengenai audit operasional dalam menunjang

efektivitas sistem pengendalian intern penjualan

b. Bagi perusahaan, melalui penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi manajemen

dalam meningkatkan efektivitas kegiatan operasional perusahaan serta memberikan


informasi kepada manajemen pengendalian yang ada sehingga dapat dijadikan bahan

perbaikan atau perubahan yang dianggap perlu, khususnya bagi penjualan.

c. Bagi pihak lain terutama lingkungan perguruan tinggi, hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan referensi dalam melaksanakan penelitian atau karya tulis lainnya, khususnya

mengenai audit operasional.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Audit

Pengertian audit secara umum menurut Mulyadi (2004;9) adalah suatu proses sistematis untuk

memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan

tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan, serta menyampaikan hasilnya kepada pihak yang

berkepentingan. Pengertian auditing menurut Agoes (2004) adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan

secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun

oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan

untuk dapat memberikan pendapatan mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Menurut Arens dan Loebbecke (2003) auditing adalah suatu proses pengumpulan dan

pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi

yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk menentukan dan melaporkan

kesesuaian informasi dan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh

seorang yang independen dan kompeten. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa audit

adalah pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistemtis atau penilaian prosedur dan atau

operasi untuk menentukan kesesuaian dengan kriteria yang ditentukan , yang dilakukan oleh phak
independen mengenai catatan akuntansi termasuk analisis, pengujian, konfirrmasi serta

mengkomunikasikan hasil kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

2.1.2 Tujuan audit

Tujuan audit menurut Sukrisno Agoes (2007:222) adalah :

Membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggungjawabnya dalam

memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. Untuk

mencapai tujuan tersebut, auditor harus melakukan kegiatan-kegiatan berikut :

a. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapannya dari sistem

pengendalian manajemen, pengendalian internal dan pengendalian operasioanal laiunnya serta

mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

b. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur yang telah

ditetapkan oleh manajemen.

2.1.3 Manfaat audit

Menurut Nurhayanto (2009:26) manfaat audit digolongkan menjadi dua bagian yaitu: audit

eksternal yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan untuk mengetahui bagaimana manajemen

mengelolah aset yang dipercayai kepadanya. Sedangkan manfaat audit internal adalah membantu

anggota organisasi dalam menjalankan tanggungjawab secara efektif. Setelah melaksanakan audit,

auditor menyampaikan laporan hasil audit yang berisi pendapat atau simpulan atau rekomendasi

kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Dari pemaparan manfaat audit diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat audit yaitu untuk

membantu pihak internal dalam mengelolah aset perusahaan dan menjalankan tanggungjawabnya

secara efektif untuk dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan.

2.1.4 Jenis audit

Boynton (2008) mengemukakan bahwa jenis-jenis audit dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Audit laporan keuangan ( financial statement audit )


Audit laporan kegiatan berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti

tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah

laporan-lapporan tersebut telah disajikan secara sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan,

yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2. Audit kepatuhan ( complaince audit)

Audit kepatuhan, berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksabukti-bukti untuk

menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan

persyaratan, ketentuan dan peraturan tertentu.

3. Audit operasional (operational audit)

Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti

tentang efesiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan

pencapaian tujuan tertentu.

2.2 Audit operasional

2.2.1 Pengertian audit operasional

Pengertian dari audit operasional menurut Boynton , Johnson Dan Kell (2008:489) adalah

audit yang sistematis dengan tujuan untuk memulai dan melapor apakah sumber daya dan dana

digunakan secara ekonomis dan efisien, apakah tujuan kegiatan, program dan fungsi yang telah

direncanakan tercapai dengan baik

Sedangkan pengertian audit operasional menurut Arens,Elder (2008:501) yang diterjemahkan

oleh Gian G yaitu “ kajian ulang dari suatu organisasi mengenai efisiensi dan efektivitas dari aktifitas

yang ada di perusahaan”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa audit operasional adalah prosedur yang

sistematis untuk mengevaluasi efesiensi dan efektivitas kegiatan suatu organisasi untuk mencapai

tujuan organisasi tersebut, dan keekonomisan operasi organisasi yang berada dalam pengendalian

manajemen serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat atas hasil-hasil evaluasi beserta

rekomendasi untuk perbaikan.


2.2.2 Tujuan Audit Operasional

Beberapa tujuan audit operasi menurut Tunggal (2009:40) adalah sebagai berikut :

1. Objek dari audit operasional adalah mengungkapkan kekurangan dan ketidakberesan dalam

setiap unsur yang telah diuji oleh auditor operasional dan untuk menunjukkan perbaikan apa

yang dimungkinkan untuk memperoleh hasil yang terbaik dari operasi yang bersangkutan.

2. Untuk membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling efisien.

3. Untuk mengusulkan kepada manajemen cara-cara dan alat-alat untuk mencapai tujuan

apabila manajemen organisasi sendiri kurang pengetahuan tentang pengelolaan yang efisien.

4. Audit operasional bertujuan untuk mencapai efisiensi dan pengelolaan.

5. Untuk membantu manajemen, auditor operasional berhubungan dengan setiap fase dari

aktivitas usaha yang dapat menjadi dasar pelayanan kepada manajemen.

6. Untuk membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang efektif dan efisien

dari tujuan dan tanggungjawab mereka.

Dari beberapa tujuan audit operasional diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan audit

operasional yaitu untuk membantu manajemen untuk mengungkap kekurangan dalam

aktivitas perusahaan untuk mencapai efisiensi dari operasional perusahaan.

2.2.3 Jenis-jenis audit operasional

Jenis audit operasional terbagi menjadi tiga kategori menurut Gondodiyoto dan Hendarti

(2007:20) yaitu :

1. Audit fungsional (Fungcitional audit)

Audit operasional lazim dilakukan berdasarkan unit atau fungsi organisasi, misalnya audit

dapartemen produksi, pemasaran atau personalia.

2. Audit organisasional (organizational audit)


Audit dilakukan berdasarkan struktur organisasi, pusat, divisi, cabang, maupun subsidiary

company. Tekanannya pada baik atau tidaknya koordinasi.

3. Penugasan khusus (special assignment)

Audit dapat dilaksanakan secara khusus, misalnya evaluasi mengenai baik atau tidaknya suatu

divisi, bagaimana mengurangi biaya produksi atau khusus mengenai komputerisasi suatu

organisasi, pengadaan barang (procurement) dan sebagainya.

Dari pemaparan jenis audit operasional diatas dapat disimpulkan bahwa audit operasional

dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan aktivitasnya, yaitu berdasarkan unit fungsi

organisasi, berdasarkan struktur organisasi dan dilaksanakan secara khusus.

2.2.4 Teknik Audit Operasional

Teknik audit adalah metode yang digunakan oleh audit untuk mengumpulkan bukti audit.

Menurut arens (2007:55) teknik audit ada tujuh, yaitu :

1. Physical examination

Adalah suatu proses pemeriksaan atau inspeksi yang dilakukan oleh auditor atas aset-aset yang

tangible. Teknik ini digunalan untuk melakukan verifikasi apakah aset perusahaan benar-benar

ada.

2. Confirmation

Adalah suatu aktivitas meminta respon atau pendapat dari pihak ketiga, baik secara tertulis

maupun lisan untuk melakukan verifikasi atas keakuratan informasi yang diminta oleh auditor.

3. Documentation

Adalah suatu proses pemerikasaan atas dokumen-dokumen dan catatan yang dimiliki oleh

klien, untuk meyakinkan apakah informasi yang diperoleh harus dicantumkan dalam laporan

keuangan atau tidak.

4. Analytical procedures

Adalah suatu teknik yang digunakan untuk menilai apakah saldo akun atau data lain dalam

laporan keuangan telah disajikan secara wajar.


5. Inquires of the client

Adalah suatu teknik untuk memperoleh informasi dari klien, baik secara lisan maupun tulisan,

atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh auditor.

6. Reperfomance

Diterapkan dalam pelaksanaan audit dengan melakukan pengecekan ulang atas informasi dan

metode-metode yang digunakan oleh klien selama periode audit.

7. Observation

Diterapkan dalam pelaksanaan audit dengan melakukan pemerikasaan langsung ke perusahaan

untuk memperoleh informasi umum mengenai aktivitas klien.

2.2.5 Tahap-tahap Audit Operasional

Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam audit operasional. Secara garis besar dapat

dikelompokkan menjadi 3, yaitu :

1. Tahap pendahuluan

Tahap survei pendahuluan memberikan kemungkinan untuk terselenggaranya perencanaan

dan pekerjaan audit yang teratur. Ruang lingkup survey pendahuluan dan waktu yang

diperlukan untuk melaksanakanya banyak tergantung pada keahlian dan pengalaman auditor,

pengetahuan atas bidang yang diperiksa , ukuran dan kerumitan aktivitas atau program, tipe

pemeriksaan yang akan dilakukan. Tahap pendahuluan terdiri dari :

a. Pengamatan fisik sekilas

Dalam pengamatan fisik sekilas harus dipelajari indikasi dan permasalahannya.

Disini pemeriksa juga perlu mewawancarai masing-masing piminan yang

bertanggungjawab atas suatu fasilitas fisik. Dalam hal ini auditor biasanya

menggunakan kuisione yang telah tersususn menurut tekananan permasalahan

tertentu. Tahap pengamatan fisik ssekilas dapat menjadi alat bantu yang baik bagi

kemampuan auditor dalam menemukan hal-hal penting.

b. Mencari data tertulis


Tujuan dari audit operasional adalah menetapkan apakah perusahaan telah

menerapkan praktek manajemen yang konsisten.untuk itu auditor harus

mendapatkan dokumentasi yang dijadikan bahan bandingdengan data per

depertement. Tipe dokumen-dokumen tertulis yang harus didapat oleh auditor

adalah sasaran dan tujuan perusahaan yang ditulis, petunjuk kebijaksanaan dan

prosedur perusahaan, uraian tugas, bagan organisasi, anggaran, laporan-laporan

intern per dapertemen, laporan keuangan, katalog-katalog, bagan arus, dan

formulir-formulir.

c. Wawancara dengan personil manajemen

Wawancara dengan masing-masing manajer adalah bagian ketiga dari fase

pendahuluan audit operasional. Audit operasional harus belajar dari karyawan

perusahaan, dalam arti memahami apa yang mereka rasakan dan bagaimana

pandangan mereka terhadap suatu perusahaan terentu. Para ahli dalam suatu

perusahaan adalah mereka yang berwenang menjalankan perusahaan, karenanya

pemeriksa dapat memperoleh informasi yang terbaik dengan jalan mewawancarai

para manejer untuk mengidentifikasi permasalahan.

d. Analisa keuangan

Dalam kegiatan ini pemeriksa juga harus menunjau pengendalian intern dan arus

data transaksi yang bergerak dalam sistem akuntansi. Hasil dalam tahap

pendahuluan ini dapat disimpulkan dalam laporan pemeriksaan yang lazim yang

disebut memoranda survey. Memoranda survey tidak diserahkan pada pihak lain,

tetapi semata-mata hanya diajukan untuk menetapkan bagaimana kiranya

memerlukan pemeriksaan.

Hasil dari tahapan pendahuluan ini kemudian disimpulkan dalam suatu laporan audit

pendahuluan yang lazim disebut memoranda survey.

2. Tahap pemeriksaan mendalam


Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari pendahuluan. Dalam tahap ini pemeriksa lebih lanjut

atas penilaian terhadapa kegiatan-kegiatan perusahaan guna mencapai tujuan pemeriksaan

yang telah ditetapkan sejak semula, yaitu efektivitas dan efisiensi. Dengan melaksanakan

pemeriksaan mendalam, pemeriksa akan memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk

memperkuat dan meyakinkan kesimpulannya. Dalam pemeriksaan mendalam tercakup

kegiatan-kegiatan, sbb :

1. Studi lapangan, yang meliputi:

a. Wawancara dengan semua pegawai inti sesuai dengan tingkat organisasi

b. Mengidentifikasi dan mewawancarai sumber-sumber ekstern yang dianggap

penting tanpa melanggar rahasia perusahaan

c. Observasi kegiatan operasional dan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan,

pelaksaan dan pengendalian)

d. Penelitian sistem pengendalian intern

e. Penelitian arus transaksi dalam penisahaan

f. Penelitian penempatan pegawai, peralatan, formulir dan laporan

g. Penelitian aspek-aspek inti aktivitas fungsional

h. Pendiskusian dan pengusulan penggunaan kriteria pegawai yang sesuai

i. Penelitian fungsi aspek-aspek inti aktivitas fungsional

j. Pendiskusian dan pengusulan penggunaan kriteria pegawai yang sesuai

2. Analisa, yang meliputi :

a. Penghubung data yang dikumpulkan dengan kriteria penghubung kegiatan,

apabila diperlukan

b. Penilaian resiko pemisahan untuk menentukan bidan dan aktivitas yang dapat

ditingkatkan,pendokumentasian temuan-temuan dan manfaat potensial.

c. Penegasan kembali kriteria pengukuran dengan pegawai yang bersangkutan

d. Pengembangan alternatif, rekomendasi dan saran-saran perbaikan

Temuan
Temuan-temuan merupakan himpunan informasi mengenai aktivitas, organisasi, keadaan atau

hal-hal lain yang telah dianalisis oleh auditor dan harus dikomunikasikan lebih lanjut pada

pimpinan perusahaan. Syarat-sayrat temuan yang harus dikomunikasikan antara lain :

a. Cukup berarti untuk dikomunikasikan pada bagian-bagian ini

b. Berdasarkan pada fakta-fakta dan bukti yang tepat dan nyata

c. Disusun atau dikembangkan secara objektif

d. Berdasarkan atas kegiatan-kegiatan audit yang memadai guna mendukung setiap

simpulan yang diambil

e. Simpulan-simpulan yang dibuat harus logis, layak jelas dan bertolak ukur pada

fakta-fakta yang disajikan

Rekomendasi

Pada umumnya temuan-temuan diakhiri dengan rekomendasi dari auditor yang ditujukan

kepada pimpinan perusahaan yang bertanggungjawab melaksanakan perbaikan dan

kekurangan yang ditujukan pada pimpinan perusahaan yang bertanggungjawab melaksanakan

untuk mencegah hal tersebut tidak terulang lagi. Pelaksanaan ini diserahkan pada pimpinan

tingkatan yang lebih rendah. Rekomendasi yang merupakan pendapat yang telah

dipertimbangankan untuk situasi-situasi tertentu harus mencerminkan pengetahuan dan

penilaian mengenai pokok persoalannya, apabila tindakan yang direkomendasikan merupakan

tindakan yang harus diuraikan sejelas-jelasnya.

3. Tahap pelaporan

Setelah tahap pendahuluan selesai, pemeriksa dapat menyusul laporan audit formal,

yang mana hasil akhir audit operasional adalah suatu laporan formal tertulis yang

disampaikan pada manajemen perusahaan sebagai laporan informasi audit berbagai

masalah yang ditelusuri.

Dalam penyusunan laporan ini ada beberapa hal sebagai berikut :

a. Perorganisasian laporan yang meliputi pengutaraan temuan, rekomendasi dan

manfaat
b. Pengembangan rencana implementasi dan label waktu rekomendasi bila sesuai

c. Pendiskusian konsep laporan dengan para penjabat dan manajer yang sesuai

dari organisasi yang diteliti apabila berbeda dengan pihak yang memberi tugas

d. Pengajuan laporan

Isi laporan audit operasional akan banyak berbeda antara satu dengan yang

lainnya tergantung dari sifat perusahaan yang diperiksa dan tipe masalah yang

perlu ditelaah. Akan tetapi pada umumnya suatu laporan audit operasional akan

meliputi unsur-unsur sebagai berikut :

1) Tujuan dan ruang lingkup penugasan

2) Prosedur-prosedur yang digunakan oleh auditor

3) Temuan-temuan khusus

4) Rekomendasi-rekomendasi jika perlu

Dari pemaparan audit operasional diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat

tiga tahap utama dalam tahap audit operasional yang wajib dilaksanakan yaitu

audit pendahuluan, audit mendalam dan pelaporan.

2.2.6 Temuan audit operasional

Dalam menanggapi atas audit operasional, Tunggal (2007:186) menulis : suatu yang

penting dalam audit adalah pengembangan temuan-temuan untuk dikomunikasikan kepada

pihak-pihak lain. Kata temuan atau finding diartikan sebagai himpunana informasi-

informasi mengenai kegiatan, organisasi, kondisi atau hal-hal lain yang telah dianalisa atau

dinilai serta diperkirakan akan menarik. Penyusunan laporan yang baik harus mencakup :

a) Kondisi

Harus memuat uraian tentang hal-hal yang ditemukan oleh auditor di lapangan

dan mengungkapkan hal yang sesungguhnya terjadi.

b) Kriteria

Harus menguraikan kriteria atau ketentuan yang dianggap dilanggar atau tidak

dipenuhi oleh kondisi yang diuraikan pada butir a.


c) Sebab

Harus dapat menjelaskan unsure yang menjadi penyebab perbedaan antara

kondisi dan kriteria .

d) Rekomendasi

Harus memuat suatu saran yang dapat dilakukan dan dapat diterapkan oleh

pihak audit untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi.

Dari penjabaran temuan audit operasional diatas dapat disimpulkan

bahwa hal yang terpenting dalam melaksanakan audit operasional adalah

pengembangan temuan kepada pihak yang berkepentingan dan didalamnya

harus tercantum kondisi, criteria, sebab, akibat, dan rekomendasi.

2.2.7 Keterbatasan Audit Operasional

Menurut Widjayanto (2006:23)

1. Waktu

Waktu menjadi faktor yang membatasi, karena auditor harus memberikan informasi

kepada manajemen setidaknya tepat waktu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Sebaiknya audit operasional dilakukan secara teratur untuk menjamin bahwa

permasalahan yang penting untuk perusahaan.

2. Keahlian auditor

Kurangnya pengetahuan banyak dikeluhkan oleh para auditor operasional karena tidak

mungkin bagi seorang auditor mengetahui berbagai disiplin bisnis. Auditor operasional

hanya lebih ahli dalam bidang audit daripada bisnis.

3. Biaya

Biaya juga merupakan salah satu faktor pembatas, karena itu tentu saja biaya audit

harus lebih kecil dari biaya yang di hemat. Oleh Karena itu auditor harus mengabaikan

masalah kecil yang mungkin dapat memakan biaya jika diselidiki lebih lanjut.
Isi laporan audit operasional berbeda antar satu dengan yang lainnya, tergantung atas

sifat perusahaan yang diperiksa dan tipe masalah yang ditelaah.

Namun secara umum, laporan hasil audit akan memuat hal-hal sebagai berikut :

1. Tujuan dan lingkup audit

2. Prosedur audit yang digunakan auditor

3. Temuan khusus hasil audit

4. Rekomendasi tindakan perbaikan penjualan

2.3 Efektivitas

2.3.1 Pengertian efektivitas

Menurut Mahmudi (2005:92) efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan,

semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif

organisasi, program atau kegiatan. Efektivitas menurut Kurniawan (2005:109) adalah kemampuan

melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau

sejenisnya yang tidak ada tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya. Menurut Handoko

(2003:7) efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat

untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan menyangkut bagaimana melakukan pekerjaan yang

benar. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah keberhasilan suatu

usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.3.1 Pengukuran Efektivitas

Pada umumnya efektivitas diukur dengan membandingkan rencana dengan data aktual yang

terjadi. Dan pengukuran efektivitas juga dilakukan oleh manajeman perusahaan untuk mengetahui

sejauh mana tingkat pencapaian perusahaan dalam satu periode akuntansi.

Menurut Mardiasmo (2005:134), efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau

kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


Menurut Nafarin (2005:23), anggaran penjualan merupakan dasar penyusunan anggaran

lainnya dan anggaran penjualan disusun terlebih dahulu sebelum menyusun anggaran lain.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas dapat diukur dengan

membandingkan rencana/target/sasaran dengan akualisasi/realisasi/hasil nyata yang

sesungguhnya. Dapat dirumuskan sebagai berikut :

realisasi
Efektivitas ¿ x 100 %
anggaran

2.3.3 Efektivitas Penjualan

Salah satu tujuan perusahaan adalah mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari

kegiatan produksinya. Oleh karena itu, perusahaan dengan manajeman didalamnya akan menargetkan

penjualan yang akan dicapai dalam satu periode, penjualan ini dapat dikatakan efektif apabila

perusahaan dapat mencapai penjualan yang ditargetkan oleh pihak manajemen.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2006:141), ada dua unsur yang mempengaruhi efektivitas

penjualan, yaitu :

1) Anggaran perusahaan

Dalam anggaran penjualan akan tertuang target penjualan yang telah disepakati dan

ditetapkan. Dalam menetapkan target tersebut diperlukan perhitungan dan pertimbangan yang

matang menyangkut seluruh sumber daya yang dimiliki dan faktor-faktor lain diluar

perusahaan yang mempengaruhi perusahaan (lingkungan bisnis). Target penjualan yang

ditetapkan tersebut merupakan bagian dari kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuan

perusahaan karena setelah menghitung dan mempertimbangkan setiap faktor tersebut baru

perusahaan dapat memutuskan target yang akan dicapai

2) Realisasi penjualan
Anggaran penjualan yang sudah disetujui dan disahkan akan dilaksanakan dengan melakukan

kegiatan penjualan. Pelaksanaan semua kegiatan penjualan didukung dengan semua sumber

daya yang dimiliki dalam rangka mencapai target penjualan dengan memberikan hasil

penjualan pada akhir periode merupakan realisasi.

2.4 Penjualan

Penjualan merupakan proses tindak lanjut pemasaran yang sangat penting bagi

kelangsungan hidup suatu perusahaan. Melalui aktivitas penjualan ini perusahaan menjalin

hubungan dengan pihak lain. Dimana terjadi penyerahan barang dan perolehan kas yang

senilai dengan barang tersebut.

2.4.1 Pengertian penjualan

Biasanya penjualan adalah sarana yang digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh

laba yang maksimal mungkin. Melalui aktivitas penjualan manajemen berhubungan langsung

dengan pihak lainnya, dimana terjadi transaksi berupa penyerahan barang dan perolehan kas

yang senilai dangan barang tersebut.

Menurut Suwardjono (2010:381) penualan adalah transaksi pertukaran barang atau jasa

hasil produksi perusahaan dengan kas atau klaim.

Pengertian penjualan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi

Keuangan (2009:23) yaitu barang yang diproduksi perusaaan untuk dijual dan barang yang

dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah dan

property lainnya yang dibeli untuk dijual kembali.

2.4.2 Jenis-Jenis Penjualan

Dengan berkembangnya perekonomian dewasa ini maka timbul berbagai macam jenis

penjualan.

Menurut Swastha (2006:11) dalam hal ini, jenis-jenis penjualan dikelompokkan secara umum,

penjualan dibagi menjadi 2, yaitu :


1. Penjualan Tunai

Penjualan tunai terjadi apabila penyerahan barang atau jasa segera diikuti dengan

pembayaran dari pembelian, sedangkan penjualan kredit ada tenggang waktu antara saat

penyerahan barang dan jasa dalam penerimaan pembelian.

2. Penjualan kredit

Dalam penjualan yang dilakukan secara kredit,pada saat penyerahan barang dan jasa ,

penjual menerima tanda bukti penerimaan barang dari pembeli sekaligus merupakan

pernyataan untuk melakukan pembelian dikemudian hari. Bukti inilah yang menimbulkan

adanya piutang dari pihak penjualan.

Keuntungan dari penjualan tunai adalah hasil penjualan tersebut langsung terlealisir

dalam bentuk kas yang dibutuhkan perusahaan untuk mempertahankan lukuiditasnya,

tetapi saat ini umumnya pembelian cendrung secara kredit. Oleh Karena itu dalam usaha

untuk memperbesar volume penjualan, umumnya perusahaan menjual produknya secara

kredit. Penjualan kredit tidak segera menghasilakn pendapatan kas, tetapi kemudian

menimbulkan piutang, kerugian penjualan kredit adalah timbulnya biaya administrasi

piutang dan kerugian akibat tertagih.

2.4.3 Prosedur Penjualan

Prosedur penjualan merupakan tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan dalam

proses penjualan. Dengan adanya prosedur yang jelas maka pelaksanaan aktivitas

penjualan dapat terlaksanakan dengan baik dan kemungkinan terjadi kesalahan-

kesalahan dalam pencatatan dapat diminimalisasi. Dalam penjualan tentunya berbeda

prosedur penjualan untuk penjualan tunai dan kredit.

2.4.3.1 Prosedur Penjualan Kredit

Menurut Mulyadi (2006:210) jaringan-jaringan prosedur yang membentuk sistem

penjualan kredit adalah sebagai berikut :

1. Prosedur order penjualan


Dalam prosedur ini, fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan

menambahkan informasi penting pada surat order dari pembeli. Fungsi penjualan

kemudian membuat surat order pengiriman dan mengirimkannya kepada berbagai

fungsi yang lain untuk memungkinkann fungsi tersebut memberikan kontribusi

dalam melayani order dari pembeli.

2. Prosedur persetujuan kredit

Dalam prosedur ini, fungsi penjualan meminta persetujuan pernjualan kredit

kepada pembeli tertentu dari fungsi kredit.

3. Prosedur pengiriman

Dalam prosedur ini, fungsi mengirimkan barang kepada pembeli sesuai dengan

informasi yang tercantum dalam surat order pengiriman yang diterima dari fungsi

pengiriman.

4. Prosedur penagihan

Dalam prosedur ini, fungsi penagihan membuat faktur penjualan dan

mengirimkannnya kepada pembeli. Dalam metode tertentu faktur penjualan dibuat

oleh fungsi penjualan sebagai tembusan pada waktu bagian ini membuat surat order

pengiriman.

5. Prosedur pencatatan piutang

Dalam prosedur ini, fungi akuntansi mencatat tembusan-tembusan faktur penjualan

ke dalam kartu piutang atau dalam metode pencatatan tertentu mengarsipkan

dokumen tembusan menurut abjad yang berfungsi sebagai catatan piutang.

6. Prosedur pencatatan harga pokok penjualan

Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat secara periodik total harga pokok

produk yang dijual dalam periode akuntansi tertentu.

2.4.3.2 Prosedur Penjualan Tunai

Menurut Mulyadi (2007:468) bahwa jaringan prosedur yang membentuk system

penjualan tunai adalah sebagai berikut :

1) Prosedur order penjualan


Dalam prosedur ini fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan membuat

faktur penjualan tunai untuk memungkinkan pembeli melakukan pembayaran harga

barang ke fungsi kas untuk memungkinkan fungsi gudang dan fungsi pengiriman

menyiapkan barang yang akan diserahkan kepada pembeli.

2) Prosedur penerimaan kas

Dalam prosedur ini fungsi kas menerima pembayaran harga barang dari pembeli

dan memberikan tanda pembayaran (berupa pita register kas dan cap pelunasan

pada penjualan faktur tunai) kepada pembeli untuk memungkinkan pembeli

tersebut melakukan pengambilan barang yang dibelinya dari fungsi pengiriman.

3) Prosedur penyerahan barang

Dalam prosedur ini fungsi pengirim menyerahkan barang kepada pembeli.

4) Prosedur pencatatan penjualan tunai

Dalam prosedur ini fungsi akuntansi melakukan pencatatan transaksi penjualan

tunai dalam jurnal penjualan dan peneriman kas. Disamping itu fungsi akuntansi

juga mencatat berkurangnya persediaan barang yang dijual dalam kartu persediaan.

5) Prosedur pencatatan harga pokok penjualan

Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi membuat rekapitulasi harga pokok penjualan

berdasarkan data yang dicatat dalam kartu persediaan. Berdasarkan rekapitulasi

harga pokok penjualan ini, fungsi akuntansi mencatat bukti memoral sebagai

dokumentasi sumber untuk pencatatan harga pokok penjualan ke dalam jurnam

umum.

2.5 Peranan Audit Operasional Dalam Menunjang Efektivitas Penjualan

Dengan berkembangannya suatu perusahaan diikuti dengan semakin kompleksnya

aktivitas yang dijalankannya, hal ini menuntut pelaksanaan aktivitas yang efisien untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui perbandingan sampai sejauh

mana tujuan yang ditetapkan tersebut berbanding dengan kondisi yang ada perlu

dilakukan audit.
Berdasarkan yang dikemukakan oleh Agoes (2009:1) pendekatan audit yang biasa

dilakukan dalam suatu manajemen audit adalah menilai efisien, efektivitas, dan

keekonomian dari setiap fungsi yang terdapat dalam perusahaan. Misalnya: fungsi

penjualan dan pemasaran, fungsi produksi, fungsi pergudangan dan distribusi, fungsi

sumber daya manusia, fungsi akuntansi, serta fungsi keuangan. Jadi, audit operasional

memang dilakukan untuk menganalisa efisiensi, efektivitas dan keekonomian fungsi-

fungsi penting dalam perusahaan, termasuk fungsi penjualan.

Maka peran audit operasional ini dalam efektivitas penjualan memang cukup penting.

Oleh karena itu, audit operasional berperan dalam penjualan, karena hasil dari laporan

audit itu dapat menjadi evaluasi untuk manajemen.

BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir

Dengan berkembangnya suatu perusahaan suatu perusahaan dikuti dengan

kompleksnya aktivitas yang dijalankan, hal ini menuntut pelaksanaan aktivitas yang

efisien dan efektif untuk mendukung pencapaian tujuan yang telah ditetapkan,

sedangkan untuk mengetahui perbandingan sampai sejauh mana tujuan yang

ditetapkan tersebut tercapai dibandingkan dengan kondisi yang ada perlu dilakukan

audit. Audit yang dilakukan tidak cukup hanya audit keuangan saja yang

menekankannya pada penilaian yang sistematis dan obyektif serta berorientasi

historis dengan tujuan untuk memperoleh keyakinan tentang ketelitian dan keandalan

data keuangan serta pengamanan harta atas kewajaran laporan keuangan yang

diperiksa.
Pimpinan perusahaan juga memerlukan informasi yang menyangkut aktivitas

operasional perusahaan, audit ini merupakan peluasan dari audit keuangan disebut

audit operasioanal perusahaan.

Proses audit operasional adalah evaluasi atas pelaksanaan sebagai kegiatan

operasional perusahaan khususnya aktivitas penjualan dalam perusahaan. Hasil dari

evaluasi ini adalah kesimpulan berupa laporan mengenai tingkat efektivitas penjualan

yang ada di perusahaan.

Selanjutnya efektivitas penjualan masing-masing dapat diketahui dari

perbandingan biaya operasi penjualan, perbandingan perencanaan penjualan,

perbandingan perencanaan penjualan dengan realisasi penjualan, pencapaian laba

kotor dan tingkat ROI (Return on Investment). Pada sisi lain, dengan melakukan

perbandingan dapat diketahui bahwa semakin kecil nilai perbandingan angka efisien

berartti semakin baik pencapaian efisien tersebut. Sedangkan semakin besar

perbandingan angka efektivitas berarti semakin baik pencapaian efektivitas tersebut.

Proses audit operasional adalah evaluasi atas pelaksanaan berbagai kegiatan

operasional perusahaan. Hasil evaluasi ini berupa efektivitas yang telah dicapai

perusahaan. Sasarannya adalah membantu manajemen dalam meningkatkan kinerja

yang terdiri dari efisiensi dan efektivitas. Sasaran ini diwujudkan dalam bentuk

rekomendasi yang bersifat konstruktif.

Pada prisipnya audit operasional merupakan alat bantu bagi manajemen dalam

meningkatkan efektivitas dari proses kegiatan yang dilakukan.

Kegiatan penjualan merupakan sumber utama untuk menghidupi perusahaan.

Pengelolaan penjualan dari perusahaan yang baik tidak saja akan menyebabkan tidak

tercapainya sasaran penjualan tetapi juga akan mempengaruhi pendapatan yang

sseharusnya diterima oleh perusahaan. Jadi secara langsung atau tidak, prestasi yang

dicapai oleh bagian penjualan akan mempengaruhi bagian-bagian lainnya. Selain itu

pengelolaan penjualan yang tidak baik juga dapat menghabiskan sumber daya

perusahaan yang pada akhirnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan.


Efektivitas penjualan tercapai apabila realisasi penjualan lebih besar dari

perencanaan penjualan dan biaya penjualan lebih kecil dari anggaran biaya

penjualan. Disamping itu temuan dari hasil audit operasional harus disertai dengan

rekomendasi kepada manajemen dan adanya tindak lanjut oleh perusahaan atas

rekomendasi sehingga dapat menunjang efektivitas penjualan.

Gambar 3.1

Kerangka Berpikir

Peran Audit Operasional Dalam Menunjang Efektivitas Penjualan

Peran Audit Efektivitas penjualan


Operasional
(Variable Y)
(Variable X)

3.2 Hipotesis

Menurut Sekaran (2009) hipotesis biasanya didefinisikan sebagai hubungan

yang diperkirakan secara logis antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan

dalam bentuk pernyataan yang dapat diujji. Hubungan tersebut diperkirakan

berdasarkan jaringan asosiasi yang ditetapkan dalam kerangka teoritis yang

dirumuskan untuk studi penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran audit operasional dalam menunjang

efektivitas penjualan. Maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini

sebagai berikut :

H1 : Audit operasional telah berperan dalam menunjang efektivitas penjualan


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT. Astra Internasional Tbk- Honda,

Denpasar yang berlokasi di Jln. Cokroaminoto No.80 Denpasar.

4.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Peran audit operasional dalam menunjang efektivitas

penjualan

4.3 Identifikasi Variable

Variable-variabel yang diidentifikasi dalam penelitian ini dapat dikelompokan

sebagai berikut :

1) Variabel Bebas (Independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahan timbulnya variabel terikat. Variable bebas dalam

penelitian ini adalah Peranan Audit Operasional

2) Variabel Terikat (Dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat adanya variabel bebas. Variable terikat dalam penelitian ini

adalah Efektivitas Penjualan

4.4 Definisi Operasional Variabel

1. Peran audit operasional (X)


Audit operasional berperan dalam penjualan, karena hasil dari laporan audit itu

dapat menjadi evaluasi untuk manajemen.

2. Efektivitas penjualan (Y)

Perusahaan dengan manajeman didalamnya akan menargetkan

penjualan yang akan dicapai dalam satu periode, penjualan ini dapat dikatakan

efektif apabila perusahaan dapat mencapai penjualan yang ditargetkan oleh

pihak manajemen.

4.5 Jenis Dan Sumber Data

4.5.1 Sumber data

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya,

diamati dan dicatat untuk pertama kali oleh peneliti seperti hasil wawancara

dengan pimpinan perusahaan.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literature yang ditulis oleh

pakar yang bidangnya ada kaitannya dengan masalah yang diteliti, didalam

dalam penelitian ini berupa Data hasil penjualan PT. Astra Internasional

Tbk- Honda.

4.6 Populasi dan sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya

orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Dimana populasi dalam penelitian

ini adalah:

a. Semua data hasil penjualan PT. Astra Internasional Tbk- Honda.

b. Seluruh karyawan PT. Astra Internasional Tbk-Honda.


2. Sampel

Menurut Sugiyono (2010:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Dimana sampel dalam penelitian ini adalah :

a. Data hasil penjualan PT. Astra Internasional Tbk- Honda untuk 2 tahun terakhir

b. Direktur, Internal Auditor, Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan, dan Bagian

Penjualan.

4.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian lapangan

Penelitian lapangan yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara langsung pada

perusahaan yang menjadi lokasi penelitian untuk memperoleh data primer

dengan cara membagikan kuisioner kepada responden serta melakukan

wawancara.

2. Studi kepustakaan

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder, yaitu penelitian

yang dilakukan melalui pengumpulan data dengan membaca sumber-sumber,

menganalisis dan menarik suatu kesimpulan melalui buku-buku yang menjadi

buku wajib dalam mata kulia yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

Penelitian ini akan menjadi landasan teoritis bagi pelaksanaan analisis yang

akan dilakukan.

4.8 Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Metode deskriptif

Penelitian deskriftif merupakan yang berusaha yang mendiskripsikan dan

menginterprestasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada , pendapat yang

berkembang, proses yang sedang berlangsung, efek atau akibat yang terjadi, atau tentang

kecenderungan yang tengah berlangsung. Penulis melakukan analisis mengenai informasi


informasi dan data yang berhasil diperoleh baik yang dilakukan dengan kuisioner,

wawancara, maupun observasi. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

diduga bahwa audit operasional mampu meningkatkan efektivitas penjualan serta target

penjualan dapat tercapai.

2. Analisis statistik; Pengajuan data hipotesis merupakan suatu cara dalam statistik untuk

menguji anggapan dasar yang masih bersifat sementara sehingga dapat ditarik kesimpulan

statistik mengenai diterima atau ditolaknya hipotesis. Langkah-langkah yang ditempuh

dalam analisis statistik adalah sebagai berikut:

a. Memisahkan setiap jawaban responden sesuai dengan jawaban yang

diberikan yaitu ya (Y) dan tidak (T).

b. Menjumlahkan total jawaban ya (Y) dan tidak (T).

c. Membandingkan jumlah jawaban ya (Y) dengan jawaban kuesioner.

d. Membuat persentase perhitungan dengan rumus:

∑ JawabanYa x 100 %
∑ Jawaban Kuisioner

e. Membuat kesimpulan

Untuk keperluan interprestasi hasil perhitungan presentase, penulis akan menggunakan

ketentuan yang dikemukakan oleh dean J. Chempion (1990) dalam Antonius Effendi (2004)

yang menyebabkan klasifikasi sebagai berikut:

1. 0%-25% berarti audit opersional fungsi penjualan tidak berperan dalam menunjang

penjualan yang efektif.

2. 26%-50% berarti audit operasional fungsi penjualan sedikit berperan dalam menunjang

penjualan yang efektif.

3. 51%-75% berarti audit operasional fungsi penjualan berperan dalam menunjang penjualan

yang efektif.
4. 76%-100% berarti audit operasional fungsi penjualan sangat berperan dalam menunjang

penjualan yang efektif.

4.9 Uji Instrument Penelitian

1. Uji Validitas

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah pernyataan-pernyatan yang tersaji dalam kuisioner

benar-benar mampu mengungkapkan informasi yang diteliti. Uji validitas dilakukan dengan

model korelasi Product Moment Model Pearson (Ghozali, 2011), yaitu mengkorelasikan skor

indicator-indikator setiap variabel dengan skor totalnya. Criterianya apabila nilai signifikansi

suatu variabel tersebut lebih kecil dari alpha=0,05 (5%), maka alat ukur tersebut mempunyai

validitas dalam arti bahwa pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner tersebut dapat mengukur

fungsi ukurnya, sesuai yang diinginkan.

2. Uji Reliabilitas

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah alat ukur (kuesioner) yang digunakan dapat

memberikan hasil yang konsisten (tidak berbeda) jika dilakukan pengukuran kembali terhadap

subyek yang sama pada waktu yang berlainan. Dalam penelitian ini uji reabilitas dilakukan

dengan model alpha cronbach (Ghozali,2011). Kriterianya adalah jika α hasilnya > 0,60, maka

dinyatanya bahwa instrument tersebut reabilitasnya tinggi.

4.10 Analisis Efektivitas Penjualan

Penulis melakukan analisis terhadap data dan laporan –laporan yang diperoleh dari

perusahaan untuk mendukung pengujian hipotesis analisis deskriptif kualitatif dan analisis

statistic. Efekttivitas penjualan dicapai jika volume penjualan mencapai target penjualan yang
telah ditetapkan, jika tidak memenuhi kuantitas yang telah ditetapkan, penjualan dianggap

tidak memenuhi target atau tidak efektif.

Anda mungkin juga menyukai