Anda di halaman 1dari 58

OPTIMASI SUMBER DAYA AIR

A. Metode Optimasi

Operasi pemanfaatan sumber daya air yang optimal merupakan aspek yang

sangat penting dalam pendayagunaan sumber daya air khususnya pada

perencanaan operasi waduk. Prinsip dari metode optimasi dapat dilihat

pada gambar dibawah ini (Departemen Kimpraswil, 2004).

Sistem SDA yang ada MODEL Solusi Terbaik


OPTIMASI

Ada tiga tahapan dalam mempersiapkan model optimasi, yaitu

(Departemen Kimpraswil, 2004):

1. Mengidentifikasikan fungsi objektif.

Fungsi objektif mengukur efektivitas atau kegunaan yang

menghubungkan beberapa kombinasi dari variabel. Fungsi objektif

merupakan fungsi yang dioptimasi baik maksimum atau minimum.

Contoh fungsi objektif adalah minimum kekurangan (minimum

shortage), atau maksimum keuntungan.

2. Mengidentifikasikan decision variable secara kuantitatif dan

menentukan ketelitiannnya.

3. Mengidentifikasikan faktor-faktor tertentu yang membatasi (decision

variable), tahapan ini akan menghasilkan persamaan kendala


(constraints) yaitu persamaan aljabar atau ketidaksamaan atau dalam

beberapa kasus sama dengan persamaan differensial dimana persamaan

tersebut harus dipenuhi dalam menentukan nilai maksimum atau

minimum dari fungsi objektif.

Program teknik optimasi yang dapat digunakan adalah program linier,

non linier, dan dinamik. Pemilihan suatu teknik optimasi sangat

tergantung pada karakteristik waduk yang ditinjau, ketersediaan data,

tujuan, dan kendala (constraints) yang ada (Departemen Kimpraswil,

2004).

B. Pentingnya Optimasi Sumber Daya Air

Air merupakan sumberdaya alam yang sangat penting yang mutlak

diperlukan bagi kehidupan manusia dimuka bumi. Tingkat pemanfaatan

sumberdaya air dari waktu ke waktu semakin meningkat, baik oleh

manusia maupun oleh makhluk hidup lain, sehingga tidak dapat disangkal

lagi bahwa air merupakan kebutuhan pokok bagi setiap makhluk hidup.

Tantangan dalam penyediaan air adalah bagaimana mencapai ketersediaan

air baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Keberadaan sumber air yang

bersih dan sehat merupakan salah satu permasalahan terbesar dewasa ini.

Air merupakan sumberdaya alam terbaharui, tetapi ketersediaannya tidak

selalu sejalan dengan kebutuhannya dalam artian lokasi, jumlah, waktu

dan mutu. Jumlah kebutuhan akan air untuk keperluan domestik (rumah

tangga), industri dan pertanian selalu meningkat dengan meningkatnya

jumlah penduduk dan juga karena peningkatan taraf hidup akibat


pembangunan. Sebaliknya, potensi ketersediaan air relatif tetap dan

beragam menurut tempat dan waktu. Keadaan ini sering mengakibatkan

timbulnya masalah karena tidak seimbangnya ketersediaan dan kebutuhan

pada tempat dan waktu tertentu. Salah satu upaya untuk mengoptimalkan

pemanfaatan sumberdaya air yang terbatas sedangkan kebutuhan

masyarakat akan air semakin meningkat adalah melakukan studi optimasi

sumber daya air agar air dapat terdistribusi secara optimum.

Tujuan dari bidang manajemen air adalah bagaimana untuk mengelola

sumber-sumber daya air yang ada dalam suatu sistem sumber daya air

sedemikian hingga diperoleh hasil yang optimal untuk tujuan-tujuan

tertentu dengan memanfaatkan sumber-sumber (resources) yang terbatas.

Permasalahan yang dikaji harus dirumuskan dalam bentuk Model

Optimasi Sistem Sumber Daya Air yang terdiri dari dua komponen, yaitu:

A. Tujuan/Objective atau yang dalam perumusan matematikanya dikenal

sebagai fungsi tujuan, secara umum tujuan ini dapat berupa:

1. Memenuhi kebutuhan irigasi pertanian

2. Pembangkitan hydropower

3. Pengendalian banjir (Flood Control)

4. Kebutuhan air minum/industri

5. Navigasi

6. Rekreasi

B. Kendala / Contraints atau yang dalam perumusan matematikanya

dikenal sebagai sistem persamaan / ketidaksamaan dari kendala /


Constraint. Untuk mencapai berbagai tujuan di atas, kendala /

constraints yang dihadapi berupa:

1. Persediaan sumber daya yang terbatas

2. Kebutuhan minimum yang harus dipenuhi

3. Kepentingan berbagai tujuan yang saling bersaingan satu sama lain

Penyelesaian suatu model optimasi umumnya mempunyai banyak

alternatif yang harus bersifat layak (feasible) dalam arti masih berada

dalam batas-batas kendala/constraint. Diantara penyelesaian yang layak

tersebut dipilih yang optimal, dengan menggunakan metode penyelesaian

yang paling sesuai diantara metode-metode yang tersedia.

Sesungguhnya tidak ada metode standard yang mampu untuk

menyelesaikan seluruh masalah sistem-sistem sumber daya air. Dengan

kata lain, suatu metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu

sistem belum tentu sesuai untuk sistem yang lain. Seringkali harus

dilakukan langkah pendekatan terhadap suatu sistem sumber daya air, agar

dapat diselesaikan dengan metode tertentu.

C. Optimasi Dengan Program Linear

Optimasi adalah suatu rancangan dalam pemecahan model-model

perencanaan dengan mendasarkkan pada fungsi matematika yang dibatasi.

Salah satu metode untuk menyelesaikan model-model optimasi adalah

Linear Programming (Program Linier). Linier programming adalah untuk

menyelesaikan problem-problem tertentu, yaitu dimana semua hubungan-


hubungan diantara variabel-variabelnya adalah linier, baik yang ada pada

system kendala maupun di dalam fungsi tujuan (objective).

Program linier adalah program yang sederhana dan dapat digunakan

untuk berbagai bidang, misalnya pada analisis pengembangan sumberdaya

air yang didalamnya antara lain terdapat sistem operasi dan manajemen

air. Program linier dapat digunakan untuk meyelesaikan suatu masalah

optimasi dengan banyak variabel, dan mempunyai persamaan matematika

yang sederhana. Secara umum sudah banyak penggunaan perangkat lunak

komputer untuk menyelesaikan persamaan matematika dalam program

linier ini (Yekti, 2000).

Program linier dibentuk dengan dua fungsi utama yaitu fungsi tujuan dan

fungsi kendala. Konsep dasar dari program linier adalah fungsi linier baik

untuk fungsi tujuan maupun fungsi kendala. Program linier bertujuan

untuk mencapai nilai maksimum atau minimum dari fungsi tujuan dengan

memperhatikan kendala yang ada (Yekti, 2000).

Menurut Siringoringo (2005), linier programming merupakan metode

matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk

mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan keuntungan dan

meminimalkan biaya. Linier programming banyak diterapkan dalam

masalah ekonomi, industri, militer, sosial dan lain-lain. Linier

programming berkaitan dengan penjelasan suatu kasus dalam dunia nyata

sebagai suatu model matematik yang terdiri dari sebuah fungsi tujuan

linier dengan beberapa kendala linier.


Menurut Hiller Lieberman (1974) menyebutkan bahwa teknik program

matematik yang banyak dipakai dalam program optimasi pengelolaan

suatu sumberdaya terbatas adalah Linear Programming. Linear

Programming menggambarkan interaksi komponen-komponen sebuah

sistem yang harus memenuhi asumsi-asumsi tertentu yaitu proposionalitas,

additivitas, dan non-negativitas agar terbentuk suatu Linear Programming

(program linier).

Program linier merupakan model matematis perumusan masalah umum

dalam pengalokasian sumber daya untuk berbagai kegiatan. Dalam

program linier dikenal dua macam fungsi, yaitu fungsi tujuan (objective

function) dan fungsi batasan (constraint function). Fungsi tujuan adalah

fungsi yang menggambarkan tujuan/sasaran di dalam permasalahan secara

optimal dari sumber daya yang ada, untuk memperoleh keuntungan yang

maksimal atau biaya yang optimal. Pada umumnya nilai yang akan

dipotimalkan dinyatakan sebagai Z, sedang fungsi batasan merupakan

bentuk penyajian secara matematis batasan-batasan kapasitas yang tersedia

yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan (Subagyo,

1992).

Untuk menyelesaikan persoalan program linier, dapat dilakukan dengan

beberapa cara, antara lain dengan metode grafik dan metode simpleks.

Apabila suatu program linier hanya mempunyai 2 peubah saja, maka akan

dapat diselesaikan dengan metode grafik. Tetapi bila melibatkan lebih dari

2 peubah, maka digunakan metode simpleks. Metode simpleks merupakan

prosedur perhitungan yang bersifat iterative, yang merupakan gerakan


selangkah demi selangkah dimulai dari suatu titik ekstrim pada daerah

layak (feasible region) menuju ke titik ekstrim yang optimum.

Penggunaan model matematis sebagai alat analisis untuk dapat

memanfaatkan sumber daya air secara optimal merupakan cara yang

umum dipakai. Model matematis merupakan bagian dari riset operasi.

Salah satu teknis analisis dalam riset operasi dengan memakai model

matematis adalah program linier. Program linier dapat didefinisikan

sebagai suatu model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan

masalah penjatahan sumber-sumber yang terbatas secara optimal.

Pengertian program linier adalah mencakup perencanaan kegiatan-

kegiatan untuk mencapai hasil yang maksimal, yaitu hasil yang

mencerminkan tercapainya sasaran tertentu yang paling baik sesuai model

matematis, diantara alternatif-alternatif model matematis yang mungkin

dengan menggunakan fungsi linier (Anwar, 2004).

Model pemrograman linier memiliki tiga unsur dasar (Siswanto, 1990),

yaitu :

a) Variabel putusan

Variabel putusan adalah variabel yang akan dicari dengan memberi

nilai yang paling baik bagi tujuan yang hendak dicapai. Misalnya

variabel yang akan dicari berdasarkan musim tanam untuk setiap pola

tata tanam padi-padi dan palawija bagi tujuan yang hendak dicapai.
b) Fungsi kendala

Fungsi kendala menunjukkan fungsi matematik yang menjadi kendala

bagi usaha untuk memaksimumkan atau meminimumkan fungsi

tujuan, dan mewakili kendala-kendala yang harus dihadapi oleh

organisasi.

c) Fungsi tujuan

Fungsi tujuan menunjukkan fungsi matematik yang harus

dimaksimumkan, dan mencerminkan tujuan yang hendak dicapai.

Secara umum program linier terdiri dari nilai-nilai yang akan dihitung
untuk n variabel keputusan (x1 , x2 , ..., xn ) yang dapat memberikan
minimum atau maksimum dari fungsi tujuan Z dengan persamaan sebagai
berikut: (Votruba,1988 dalam Yekti, 2000)

1. Fungsi tujuan

Maks. Z = c1X1+c2X2+.........+cnXn ……………………………….(3)

2. Fungsi Kendala

A11X1+a12X2+.............+ a1nXn ≤ b1

A21X1+a22X2+.............+ a2nXn ≤ b2

A31X1+a32X2+.............+ a3nXn ≤ b3

Keterangan :

Z = nilai fungsi tujuan

ci = parameter-parameter nilai tujuan

Xi = variabel putusan

aij = parameter-parameter kendala (koefisien)

bi = parameter-parameter kendala (kapasitas)


Dalam penyelesaiannya, rumusan linier harus diubah / disesuaikan

terlebih dahulu ke dalam bentuk rumusan standar dengan ketentuan

sebagai berikut:

1. Fungsi tujuan merupakan persoalan maksimasi atau minimasi. Bila

semua suku pada persoalan maksimasi dikalikan dengan angka -1

(minus 1) makan akan menjadi persoalan minimasi.

2. Semua fungsi pembatas dirubah menjadi bentuk persamaan dengan

cara menambah atau mengurangi dengan bilangan-bilangan slack,

surplus atau artifisial.

3. Semua ruas kanan fungsi kendala bertanda positif.

4. Semua peubah tidak negatif.

Ada beberapa asumsi yang digunakan dalam program linier, antara

lain sebagai berikut (Yekti, 2000):

a. Linier, yaitu merupakan asumsi bahwa fungsi tujuan dan

fungsi – fungsi kendala harus dapat dinyatakan sebagai fungsi

linier.

b. Deterministik, yaitu merupakan asumsi bahwa semua parameter

atau variabel dalam model program linier dapat diperkirakan

dengan pasti (non stokastik), meskipun tidak dengan tepat.

c. Proporsional, yaitu merupakan asumsi bahwa naik turunnya nilai

Z (fungsi tujuan) dan penggunaan sumber yang ada akan berubah

secara sebanding (proporsional) dengan perubahan tingkat

aktifitas (variabel keputusan).

d. Nilai tujuan tiap aktifitas tidak saling mempengaruhi.


e. Divisibility, merupakan asumsi bahwa keluaran yang dihasilkan

setiap variabel keputusan dapat berupa bilangan pecahan,

demikian pula dengan nilai Z.

f. Accountability for resources, yaitu asumsi bahwa sumber-sumber

yang ada harus dapat dihitung, sehingga dapat dipastikan berapa

bagian yang terpakai dan berapa bagian yang tidak terpakai.

Keunggulan Program linear:

a. Memiliki fungsi matematika yang sederhana

b. Hasilnya cukup akurat

c. Efektif jika seluruh variabel dapat diasumsi de- terministik (dapat

diprediksi secara tepat)

Dalam Penyelasaian perhitungan program linier ini dapat juga dilakukan

melalui sistem komputerisasi dengan alat bantu (Software), sehingga hasil

perhitungan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Software yang dapat

digunakan yaitu program solver pada Microsoft excel, Quantity Methods

for Windows (QM) dan OR Simplex (Untuk android).

Langkah-Langkah pengerjaan Program Linear dengan QM for Windows:

A. Memulai Q.M for Windows

1. Buka aplikasi Q.M for Windows

2. Pilih penyelesaian permasalahan dalam jendela “Module”

B. Penyelesaian LP dengan metode grafik dan simplex, serta sensitivitas

1. Klik “Module”, Klik “Linear Programming”

2. Klik “File”, klik “New”


3. Isi identitas data dengan mengarahkan mouse ke dalam format

‘creating a new data set’ identitas data terdiri dari :

 Tittle (judul masalah)

 Number of constrainst (jumlah contraint) jumlah

baris/rows pada tabel masalah

 Number variables (jumlah variabel bebas)

 Objective maximize or minimize (tujuan yang ingin di

capai: maksimalisasi laba atau minimlisasi biaya)

 Klik OK

4. Isikan sesuai data soal. Pastikan semua data terisi dengan benar,

kemudian klik “Solve”, kemudian hasil yang akan muncul

adalah tampilan Linear Programming Results

5. Selain tampilan Linear Programming Results, program akan

menampilkan hasil lain yang akan terlihat dengan mengklik tab

Windows, yakni: Ranging, Solution List, Iterations, dan Graph.

Untuk peyelesaian LP metode simplex, dapat dilihat pada hasil

Iterations.

D. Data-Data yang Dibutuhkan Untuk Analisa Optimasi

1. Analisis Kebutuhan Air Untuk Petanian

1.1 Analisa Hidrologi

Dalam suatu optimasi perlu dilakukan adanya analisa hidrologi. Dari

data-data yang tersedia akan digunakan untuk perhitungan curah hujan


rata-rata, perhitungan curah hujan efektif, perhitungan debit (inflow)

andalan, serta perhitungan evapotranspirasi yang terjadi berdasarkan

keadaan klimatologi daerah irigasi di lokasi studi.

a) Curah Hujan Rata-Rata

Curah hujan pada suatu daerah yang luas memiliki intensitas yang

berbeda-beda. Curah hujan pada suatu daerah yang memiliki titik

pengamatan curah hujan lebih dari satu maka harus dihitung

curah hujan rata-ratanya. Salah satu cara perhitungan curah hujan

rata-rata ini ialah dengan menggunakan metode thiessen. Hasil

perhitungan dengan cara polygon Thiessen lebih teliti

dibandingkan dengan cara yang dihitung dengan rata-rata aljabar

(Soemarto, 1987).

Dengan menggunakan persamaan berikut:

An
Koefisien Thiessen (αn) =
∑A

Keterangan :

An : Luas poligon

∑A : Luas poligon total

αn : Koefisien Theissen dan n adalah jumlah titik pengamatan.

Curah Hujan Rata Rata ( R ) = R1.α1 + R2.α2 + R3.α3 + Rn.αn

Keterangan :

R : Curah hujan rata-rata daerah (mm/hari)

R1.Rn : Curah hujan di tiap titik pengamatan dan n adalah jumah

titik pengamatan.
αn : Koefisien Theissen dan n adalah jumlah titik pengamatan.

b) Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif merupakan curah hujan yang jatuh pada suatu

daerah dan dapat digunakan tanaman untuk pertumbuhannya.

Curah hujan efektif ini dimanfaatkan oleh tanaman untuk

memenuhi kehilangan air akibat evapotranspirasi tanaman,

perkolasi dan lain-lain. Jumlah hujan yang dapat dimanfaatkan

oleh tanaman tergantung pada jenis tanaman.

Besarnya curah hujan yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan air, sehingga dapat memperkecil debit yang

diperlukan dari pintu pengambilan. Mengingat bahwa jumlah

curah hujan yang turun tersebut tidak semuanya dapat

dipergunakan untuk tanaman dalam pertumbuhannya, maka disini

perlu diperhitungkan dan dicari curah hujan efektifnya.

Curah hujan efektif (Reff) ditentukan besarnya R80 yang

merupakan curah hujan yang besarnya dapat dilampaui sebanyak

80% atau dengan kata lain dilampauinya 8 kali kejadian dari 10

kali kejadian. Dengan kata lain bahwa besarnya curah hujan yang

lebih kecil dari R80 mempunyai kemungkinan hanya 20%. Ada


berbagai cara untuk mencari curah hujan efektif ini yang telah

dikembangkan oleh berbagai ahli, diantaranya ialah:

1. Cara Empiris

Harza Engineering Comp.Int. menghitung besarnya curah

hujan efektif berdasarkan R80 = Rainfall equal or

exceeding in 8 years out of 10 years. Bila dinyatakan

dengan rumus adalah sebagai berikut:

1
Untuk Padi : Ref = 0,70 x ( ℜ80 )
15

1
Untuk Palawija : Ref = 0,50 x ( ℜ80 )
15

Keterangan :

Rer = Curah Hujan Efektif

Re80 = Curah hujan dengan probabilitas 80% (setengah

bulan).

2. Cara Statistik

Dengan menghitung probabilitas curah hujan efektif yang

80% disamai atau dilampaui. Metode yang dapat dipakai

antara lain adalah dengan metode Distribusi Normal, log

Normal, Pearson Tipe III, dsb.

c) Debit Andalan

Debit andalan merupakan debit minimum sungai untuk

kemungkinan terpenuhinya yang sudah ditentukan yang dapat

dipakai untuk irigasi. Misalnya ditetapkan debit andalan 80%

berarti akan dihadapi resiko adanya debit-debit yang lebih kecil


dari debit andalan sebesar 20% pengamatan. Debit minimum

sungai dianalisis atas dasar data debit harian sungai. Agar

analisisnya cukup akurat, catatan data yang diperlukan minimal

20 tahun. Jika persyaratan ini tidak bisa dipenuhi, maka metode

hidrologi analitis dan empiris bisa dipakai. Dalam menghitung

debit andalan, harus dipertimbangkan air yang diperlukan dari

sungai di hilir pengambilan (Direktorat Jenderal Pengairan,

1986).

Dari data debit inflow yang diperoleh pada studi ini, maka

diketahui pengisian air berlangsung tiap bulannya selama setahun.

Data ini nantinya akan dipakai dalam perhitungan debit yang

masuk ke daerah irigasi (debit inflow).

d) Analisa Klimatologi

Data klimatologi digunakan untuk perhitungan evapotranspirasi,

Evapotranspirasi adalah peristiwa evaporasi dan transpirasi yang

terjadi secara bersamaan. Evaporasi merupakan pergerakan air ke

udara dari berbagai sumber seperti tanah, atap dan badan air.

Sedangkan transpirasi ialah pergerakan air di dalam tumbuhan

yang hilang melalui stomata akibat diuapkan oleh daun. Iklim

mempunyai peranan penting dalam penentuan karakteristik

tersebut..

Di dalam perhitungan dikenal ada dua istilah evapotranspirasi

yaitu (Triatmojo, 2009):


a. Evapotranspirasi potensial, terjadi apabila tersedia cukup air

untuk memenuhi pertumbuhan optimum.

b. Evapotranspirasi aktual, terjadi dengan kondisi pemberian air

seadanya untuk memenuhi pertumbuhan.

Namun yang digunakan untuk optimasi pemanfaatan air ini

adalah evapotranspirasi potensial.yang dapat dihitung dengan

metode Penman modifikasi sebagai berikut (Pruitt dan

Doorenbos, 1977):

Eto = c. (W. Rn + (1 – W). f(U). (ea-ed)

Keterangan :
ETo = Evapotranspirasi acuan (mm/hari)
c = Faktor penyesuaian kondisi cuaca akibat siang
dan malam
W = Faktor yang mempengaruhi penyinaran matahari
(tabel penman)
ea = Tekanan uap jenuh (mbar), (Table Saturation
Vapour Pressure (ea) in mbar as Function of
Mean Air Temperature (T) in °C)
T = Tempratur berdasarkan data dari
stasiun pengamatan
ed = Tekanan uap nyata (mbar)
ed = RH . ea
RH = Kelembaban udara relatif berdasarkan data dari
stasiun pengamatan
F(U) = Fungsi relative angin, dimana : F(U) = 0,27 x (1
+ U2/100)
U2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m selama 24
jam dalam km/hari
1-W = Faktor berat sebagai pengaruh angin dan
kelembaban
Rn = Radiasi penyinaran matahari (mm/hari), dimana :
Rn = Rns – Rnl
Rns = Harga netto radiasi gelombang pendek,
Rns = (1-α) x Rs
Rs = Radiasi gelombang pendek,
Rs = (0,25+0,5 (n/N)) x Ra
Ra = Radiasi extra terresial (berdasarkan lokasi
stasiun pengamatan)
n/N = Lama penyinaran matahari
α = Koefisien pemantulan / koefisien albedo = 0,25
Rn1 = Harga netto radiasi gelombang panjang
(mm/hari)
Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)
F(T) = Table Effect of Temperature f(T)

f(ed) = Fungsi tekanan uap nyata, dimana : 0,34 – 0,044

0,5
ed

f(n/N) = Fungsi perbandingan penyinaran matahari dalam

1 hari

f(n/N) = 0,1 + 0,9 (n/N)

1.2 Analisa Kebutuhan Air untuk Irigasi


Kebutuhan air irigasi yaitu jumlah volume air yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air

untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh

alam melalui hujan dan kontribusi air tanah. Suatu pertumbuhan

tanaman sangat dibatasi oleh ketersediaan air di dalam tanah.

Kekurangan air akan mengakibatkan terjadinya gangguan aktifitas

fisiologis tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman akan terhenti.

Salah satu upaya peningkatan ketersediaan air bagi tanaman yaitu

pemberian air irigasi. Kebutuhan air untuk tanaman pada suatu

jaringan irigasi merupakan air yang dibutuhkan tanaman untuk

pertumbuhan yang optimal tanpa kekurangan air yang dinyatakan

dalam Netto Kebutuhan Air Lapangan (Net Field Requirement, NFR).

Kebutuhan air untuk tanaman di sawah dihitung dengan

mempertimbangkan neraca air tanaman dari unsur klimatologi,

pengolahan tanah, kebutuhan air konsumtif, perkolasi dan curah hujan

efektif serta koefisien tanaman. Efisiensi irigasi perlu diperhatikan

karena akan mengurangi tingkat penyaluran air dari pengambilan

sampai ke pintu-pintu tersier terakhir. Dalam hal ini kehilangan air di

saluran tersier tidak boleh dari 20% (Irigasi Andalan Jawa Timur,

2003).

Kebutuhan air untuk padi di sawah ditentukan oleh faktor-faktor

berikut (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986):

a) Penyiapan Lahan
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan

besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan ialah:

 Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan.

 Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.

Untuk perhitungan kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan,

digunakan metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dan

Zijlstra (1968). Metode ini didasarkan pada laju air konstan dalam

liter/detik selama penyiapan lahan dan menghasilkan rumus

berikut:

ek
IR=M . k
e −1

Dimana :
IR = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, mm/ hari
M = Kebutuhan air untuk mengganti/ mengkompensari
kehilangan airakibat evaporasi
dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan
M = Eo + P, mm/ hari
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1, ETo selama
penyiapan lahan, mm/hari
P = Perkolasi
k = M x (T/S)
T = Jangka waktu penyiapan lahan, hari (dilihat dari Tabel)
S = Kebutuhan air, untuk penjenuhan di tambah dengan
lapisan air 50 mm.

Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk


penyiapan lahan ialah 1,5 bulan. Bila penyiapan lahan terutama
dilakukan dengan peralatan mesin, jangka waktu 1 bulan dapat
dipertimbangkan. Kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah
(puddling) bisa diambil 200 mm, ini meliputi penjenuhan dan
penggenangan sawah. Pada awal transplantasi akan ditambahkan
lapisan air 50 mm lagi. Angka 200 mm tersebut mengumpamakan
bahwa tanah itu bertekstur berat, cocok digenangi dan bahwa
lahan itu belum bero selama lebih 2,5 bulan. Jika tanah itu
dibiarkan bero lebih lama lagi, ambillah 250 mm sebagai
kebutuhan air untuk penyiapan lahan. Kebutuhan air untuk
penyiapan lahan termasuk kebutuhan air untuk persemaian.

b) Penggunaan Konsumtif

Penggunaan konsumtif air oleh tanaman diperkirakan

berdasarkan pendekatan empiris, dengan menggunakan data iklim,

koefisien tanaman tahap pertumbuhan sebagai berikut (Pruitt dan

Doorenbos, 1977):

Etc = Kc x ETo

Dimana:

Kc = Koefisien tanaman

Eto = Evapotranspirasi potensi (mm/hari) (Penmann Modifikasi)

Etc = Evapotranspirasi tanaman (mm/hari)

Besarnya koefisien tanaman berbeda–beda, tergantung dari jenis

tanaman dan phase pertumbuhan masing–masing tanaman.

Koefisien tanaman untuk masing–masing tanaman dapat dilihat

pada Tabel berikut ini:


Tabel Harga Koefisien Tanaman Padi :

Tabel Harga Koefisien Tanaman Palawija :

c) Perkolasi dan Rembesan

Laju perkolasi sangat bergantung pada sifat-sifat tanah. Dari hasil

penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan, besarnya

laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan

tanah dapat diterapkan dan dianjurkan pemakaiannya. Untuk

menentukan laju perkolasi, tinggi muka air tanah juga harus

diperhitungkan. Rembesan terjadi akibat meresapnya air melalui


tanggul sawah. Laju perkolasi normal pada tanah lempung sesudah

dilakukan genangan bekisar antara 1 sampai 3 mm/hari. Di daerah

dengan kemiringan di atas 5% paling tidak akan terjadi kehilangan

5 mm/hari akibat perkolasi dan rembesan.

d) Pergantian Lapisan Air (Water Layer Requirement)

a) Setelah pemupukan, dilakukan penjadwalan dan mengganti

lapisan air menurut kebutuhan.

b) Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, dilakukan

penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm (atau 3,3

mm/hari selama ½ bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah

transplantasi.

e) Kebutuhan air bersih di sawah (NFR)

NFR=ET C +P+WLR−Re

dimana :
NFR = Netto Field Water Requirement, kebutuhan bersih air
di sawah (mm/hari)
ET C = Evaporasi tanaman (mm/hari)
P = Perkolasi (mm/hari)
WLR = Penggantian lapisan air (mm/hari)
Re = Curah hujan efektif (mm/hari)

Kebutuhan Air Irigasi Untuk Padi Adalah:


NFR
IR=
e
dimana :
IR = Kebutuhan air irigasi (mm/hr)
e = Efisiensi irigasi secara keseluruhan
NFR = Netto Field Water Requirement, kebutuhan bersih air di
sawah (mm/hari)

Kebutuhan Air Irigasi Untuk Palawija adalah:



IR=ETc−
e

f) Kebutuhan Pengambilan

Kebutuhan pengambilan untuk tanaman adalah jumlah debit air yang

dibutuhkan oleh satu hektar sawah untuk menanam padi atau

palawija. Kebutuhan pengambilan ini dipengaruhi oleh efisiensi

irigasi. Efisiensi irigasi adalah perbandingan jumlah air yang benar-

benar sampai ke petak tersier dengan jumlah air yang di sadap

(Yulianur, 2005: 26). Besarnya kebutuhan pengambilan di hitung

dengan rumus berikut

NFR
DR=
ef ×8 ,64

dimana :

DR = Kebutuhan pengambilan air pada sumbernya (lt/dt/ha)

1/8,64 = Angka konversi satuan dari mm/hari ke lt/dt/ha

ef = Efisiensi irigasi, biasanya diambil 65%


g) Efisiensi Irigasi

Efesiensi merupakan presentase perbandingan antara jumlah air

yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman dengan jumlah air

yang dikeluarkan dari pintu pengambilan. Air yang diambil dari

sumber air yang dialirkan ke lahan irigasi tidak semuanya

dimanfaatkan oleh tanaman. Dalam praktik irigasi terjadi

kehilangan air. Agar air yang sampai pada tanaman tepat

jumlahnya seperti yang direncanakan, maka air yang dikeluarkan

dari pintu pengambilan harus lebih besar dari kebutuhan. Biasanya

efesiensi irigasi dipengaruhi oleh besarnya jumlah air yang hilang

di perjalanannya dari saluran primer, sekunder hingga tersier.

Efesiensi irigasi diasumsikan bahwa jumlah air yang diberikan

akan hilang pada saluran primer, saluran sekunder, dan saluran

tersier yang disebabkan oleh kesalahan operasi, evaporasi, dan

rembesan. Adapun acuan besaran nilai tiap jenis efisiensi yaitu:

Jaringan Primer = 80%

Jaringan Sekunder = 90%

Jaringan Tersier = 90%

Total El = 65%

h) Rencana dan Pola Tanam


Perencanaan pola tanam bagi daerah irigasi sangat bermanfaat

untuk menyusun suatu pola pemanfaatan air irigasi yang tersedia

untuk memperoleh keuntungan produksi semaksimal mungkin.

Pola tanam adalah susunan rencana penanaman berbagai jenis

tanaman dalam jangka waktu satu tahun. Umumnya pola tanam

mengikuti debit andalan yang tersedia untuk mendapatkan luas

lahan yang optimum. Dengan keterbatasan air, maka perlu

dilakukan pengaturan pola tanam dan jadwal tanam agar semua

daerah pelayanan dapat tercukupi kebutuhan airnya.

Untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman, penentuan pola

tanam merupakan hal yang perlu dipertimbangkan.

Ketersediaan air untuk jaringan irigasi dan Pola tanam dalam satu

tahun adalah sebagai berikut:

1. Tersedia air cukup banyak

 Padi – Padi – Palawija

2. Tersedia air dalam jumlah cukup

 Padi – Padi – Bera

 Padi – Palawija – Palawija

3. Daerah yang cenderung kekurangan air

 Padi – Palawija – Bera

 Palawija – Padi – Bera

i) Perencanaan Penggolongan
Meskipun debit cukup, untuk mendapatkan suatu areal tanam

seluas-luasnya dari debit yang tersedia dapat diatasi dengan cara

perencanaan golongan, yaitu pembagian luas areal tanam pada

suatu daerah irigasi dengan mulai awal tanam yang berbeda. Hal

ini dimaksudkan untuk menghemat ketersediaan air karena

diperhitungkan tidak terjadi hujan, beberapa hari pada waktu

pelaksanaan serta diperkirakan tidak cukupnya dilakukan

penanaman serentak. Termasuk juga dikarenakan keterbatasan dari

sumber daya manusia, petani maupun bangunan yang ada. Jika

awal pengolahan tanah dari seluruh areal jaringan irigasi dilakukan

pada waktu yang sama, maka kebutuhan air untuk irigasi akan

meningkat. Dalam menentukan penggolongan hendaknya

memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a. Pembagian golongan dibagi menjadi dua golongan secara

menyebar, untuk pemerataan atau menghindari pencurian pada

petak sub tersier atau bagian dari satu golongan dan untuk

mempermudah pembagian air.

b. Pelaksanaan tiap golongan selang waktu 10 hari.

c. Penyiapan lahan untuk pagi dilakukan selama satu bulan

2. Analisis Kebutuhan Air untuk Air Baku

Air digunakan manusia untuk kebutuhan rumah tangga, petanian,

industri, pembangkit energi (tenaga listrik), transportasi, dan untuk

keperluan lainnya. Penggunaan untuk rumah tangga/domestik terdiri atas


penggunaan untuk air minum, memasak, mencuci, mandi dan lain

sebagainya. Penggunaan untuk industri diantaranya sebagai bahan mentah,

pendingin, penggelontor kotoran serta penggunaan lainnya dalam proses

industri. Sedangkan infrastruktur menggunakan air untuk pembangkit tenaga

listrik, rekreasi, transportasi, dan lain sebagainya.

Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan air untuk rumah

tangga akan meningkat. Disisi lain dengan meningkatnya taraf hidup

manusia yang berarti memacu industrialisasi maka berarti juga perlu

sumberdaya air dalam proses produksinya, dengan demikian kebutuhan

sumberdaya air makin hari semakin meningkat sejalan dengan tingkat

pertumbuhan penduduk, tingkat kenaikan taraf hidup serta peningkatan

proses industrialisasi.

1.1 Kebutuhan Air Penduduk

Besarnya kebutuhan air bagi masing-masing orang tidak

sama dan sangat tergantung pada beberapa faktor

diantaranya tingkat sosial, tingkat pendidikan, kebiasaan

penduduk, letak geografis, dan lain-lain. Kebutuhan dasar

air bersih tiap individu digunakan untuk memenuhi

keperluan minum, masak, mencuci dan lain-lain.

Menurut Winrock (1992), Ditjen Cipta Karya menetapkan

kebutuhan air domestik/municipal untuk masyarakat

pedesaan adalah 45 lcd (liter/capita/day) dan untuk

masyarakat kota sebesar 60 lcd. Untuk Indonesia besar


kebutuhan dasar tersebut adalah (Puslitbang Fisika

Terapan-LIPI, 1990) :

Tabel . Kebutuhan air rumah tangga

Jenis Kegiatan Kebutuhan Air

liter/jiwa/
Minum 2.5 – 5.0
hari

liter/jiwa/
Masak 7.5 - 10.0
hari

Cuci (bahan makanan dan liter/jiwa/


10.0 - 15.0
lain-lain) hari

liter/jiwa
Jumlah 20.0 - 30.0
/hari

Sumber : Puslitbang Fisika Terapan-LIPI, (1990)

1.2 Kebutuhan Air Industri

Untuk menentukan kebutuhan air bersih industri dapat dikategorikan

menjadi tiga jenis berdasarkan banyaknya pemakaian, masing-masing

untuk industri besar berkisar 151 – 350 m3/hari, industri sedang

berkisar 51 – 150 m3/hari, dan industri kecil berkisar 5 – 50 m3/hari

(Purwanto, 1995).
1.3 Kebutuhan Air Untuk PLTA

Kebutuhan energi semakin meningkat sejalan meningkatnya

perkembangan kebutuhan manusia. Dengan makin menipisnya

sumber energi yang memanfaatkan bahan bakar minyak (BBM),

maka dilakukanlah berbagai macam pemanfaatan sumber energi.

Energi baru dan terbarukan merupakan salah satu solusinya.

Pemanfaatan potensi energi air di Indonesia berdasarkan data

Departemen ESDM Indonesia masih sekitar 6 persen dari potensi

yang ada. Oleh sebab itu sudah selayaknya dikembangkan potensi

sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di daerah

terpencil. Salah satu pemanfaatan potensi sumber daya air yaitu

melalui Pembangkit Listrik Tenaga Air. Pembangkit listrik ini

menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya seperti, sungai

atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi terjunan

(head) dan jumlah debit.

dengan dimanfaatkannya sungai sebagai potensi sumber daya air

untuk menghasilkan energi listrik. maka diperlukan studi untuk

mengetahui Debit Andalan sungai sehingga ketersediaan kapasitas

daya dan jenis pembangkit listrik dapat diketahui.

Metode yang digunakan untuk menghitung debit adalah metode

Mock. Data– data yang digunakan adalah data curah hujan,

data evapotranspirasi dan peta DAS.

Langkah-Langkah Perhitungan :

a) Grafik flow duration curve.


Lengkung durasi atau Duration Curve digunakan untuk

menentukan debit air Q90, Q80, Q75, dan Q50.

grafik flow duration curve diperoleh dari data hasil perhitungan

debit andalan (Q80%).

b) Tinggi Jatuh Efektif, Heff

Tinggi jatuh adalah selisih antara elevasi dari permukaan air di

upstream dan di downstream pada Bendungan.

Heff bruto = Elevasi upstream – downstream

Heff losses = 10% x Heff bruto

Heff = Heff bruto x Heff losses

c) Pemilihan Jenis Turbin

Jenis turbin ditentukan oleh tinggi jatuh efektif bendungan dan

debit air di waduk. Turbin-turbin hidraulik yang terhubung

dengan generator memiliki fungsi utama yaitu mengubah energi

air menjadi energi mekanis yang kemudian dirubah menjadi

energi listrik. (Dandekar Sharma,1991:391)

d) Analisa Pembangkitan Energi


1. Daya Listrik

Daya generator umumnya disebut output dari PLTA.

Daya tersebut diperoleh dari efisiensi turbin dan generator,

sehingga diperoleh rumus (Arismunandar dan Kuwahara,

1991):

P = 9,8 . ηT . ηG . Q . H

dimana :

ηT = Efisiensi Turbin

ηG = Efisiensi Generator

P = Tenaga yang dikeluarkan secara teoritis (Kw)

Q = Debit pembangkit (m3/det)

H = Tinggi air jatuh efektif (m)

2. Energi Listrik

E =Pxt

Dimana,

P = Tenaga yang dikeluarkan secara teoritis (Kw)

t = Waktu ( Jumlah hari dalam 1 periode x 24)

CONTOH PERHITUNGAN :

1. Lakukanlah Studi Optimasi Terhadap kebutuhan air irigasi yang pada

DAS Cidanau :

Diketahui :

Kebutuhan air untuk masing-masing keperluan yaitu Kebutuhan domestik

30 liter/hari atau sama dengan 0.0003 liter/detik, kebutuhan industri 50


m3/hari atau sekitar 0.58 liter/detik, Sedangkan kebutuhan air irigasi

diperoleh dari kebutuhan rata-rata dari pola tanam yang diterapkan sekitar

0.26 liter/detik/ha. Harga air untuk keperluan domestik seharga Rp 400/m3

atau sama dengan Rp 0.4/liter, harga air untuk keperluan industri seharga

Rp 2500/m3 untuk industri yang memakai air diatas 30 m3/hari, harga air

untuk irigasi ± Rp 100/m3.

Debit rata-rata bulanan DAS Cidanau adalah

Bulan Debit awal Debit setelah dikurangi


(liter/detik) PT. KTI (liter/detik)
Januari 12183.88 10683.88
Februari 13437.58 11937.58
Maret 8268.32 6768.32
April 6999.02 5499.02
Mei 6461.60 4961.60
Juni 5546.33 4046.33
Juli 3306.72 1806.72
Agustus 3155.69 1655.69
September 2760.15 1260.15
Oktober 4724.72 3224.72
November 8183.73 6683.73
Desember 13780.88 12280.88

Penyelesaian :

Berdasarkan Dari data diatas dapat dibuat suatu persamaan atau fungsi

tujuan sebagai berikut :


Maksimisasi : Z = ∑ Pi . Xi

Z = 0.4 X1 + 2.5 X2 + 0.1 X3 ; atau

0.4X1 + 2.5X2 + 0.1X3 ≤ 0

Dimana :

Pi = Harga air (Rp/liter)

X1 = Jumlah penduduk

X2 = Jumlah industri

X3 = Luas lahan (sawah)

Persamaan atau fungsi pembatas dalam program linier ini adalah masalah

ketersediaan debit DAS Cidanau untuk keperluan domestik, industri dan

pertanian. Dari permasalahan diatas dibuat persamaan atau fungsi kendala

sebagai berikut :

Kendala : ∑ Ci . Xi ≤ Qj

Dimana :

Ci = Kebutuhan air masing-masing (penduduk, industri dan pertanian

liter/detik/hari)

Xi = Jumlah penduduk optimum, jumlah industri optimum atau luas lahn

optimum yang dihasilkan.

Atau persamaan diatas dapat dijabarkan sebagai berikut :

A1X1 + B1X2 + C1X3 ≤Q1


A2X1 + B2X2 + C2X3 ≤Q2
A3X1 + B3X2 + C3X3 ≤Q3
A4X1 + B4X2 + C4X3 ≤Q4
A5X1 + B5X2 + C5X3 ≤Q5
A6X1 + B6X2 + C6X3 ≤Q6
A7X1 + B7X2 + C7X3 ≤Q7
A8X1 + B8X2 + C8X3 ≤Q8
A9X1 + B9X2 + C9X3 ≤Q9
A10 X1 + B10 X2 + C10 X3 ≤ Q10
A11 X1 + B11 X2 + C11 X3 ≤ Q11
A12 X1 + B12 X2 + C12 X3 ≤ Q12
X1 ≤ 47 519
X1≤ 46

Dimana :
A1-12 = Kebutuhan Air Penduduk (lt/ha)

B1-12 = Kebutuhan air industri (liter/detik)

C1-12 = Kebutuhan air irigasi (pertanian, liter/detik)

Q1-12 = Debit rata-rata bulanan (liter/detik)

Asumsi-asumsi yang dipergunakan dalam program linier tersebut diatas

adalah :

1. Besar kebutuhan air penduduk, industri dan irigasi dianggap sama.

2. Besar debit air tersedia (Qt) tetap.

3. Harga air dianggap sama.

4. Nilai input dan output berharga positif.


Optimasi Program linear diatas dihitung dengan menggunakan QM for

windows, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :

X1 = 47519

X2 = 46

X3 =4689,29

Z = 19591,53

Jumlah penduduk 47519 jiwa, 46 perusahaan, 4689.29 ha sawah.

Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 19591. Optimasi yang dilakukan

untuk menentukan kebutuhan air diperoleh kebutuhan domestik sebesar

16.50 liter/detik dengan jumlah penduduk 47519 jiwa, dengan kebutuhan

0.0003 liter/detik kebutuhan industri 27 liter/detik untuk 46 perusahaan

dengan kebutuhan akan air 0.58 liter/detik, sedangkan untuk pertanian

sebesar 1219 liter/detik dengan luas lahan 4689.29 ha dan kebutuhan rata-

rata tananaman 0.26 liter/detik/ha. Berdasarkan hasil optimasi yang

dilakukan ternyata luas lahan (sawah) yang dapat diairi hanya 4689.29 dari

5193.35 ha sawah irigasi, sehingga sisa lahan yang tidak dapat diairi hanya

bisa mengandalkan air hujan untuk pertumbuhannya.


2. Kapasitas tampungan air Waduk Batu Tegi dipengaruhi oleh inflow dari

Sungai Way Sekampung dengan volume efektif waduk adalah 665x10 6

m3. Waduk Batu Tegi menyediakan 2.250 lt/dt air baku untuk air minum

dan daya listrik sebesar 2 x 14 MW dari PLTA Batu Tegi. Karena

dipengaruhi oleh musim kemarau dan kurangnya curah hujan, maka

waduk mengalami kekurangan debit air. Diperlukan elevasi muka air

setinggi 274 mdpl untuk dapat memenuhi kebutuhan irigasi dengan

lahan seluas 46.108 Ha yang mengairi 7 kabupaten/kota di Provinsi

Lampung Sedangkan untuk keperluan PLTA diperlukan elevasi muka air

setinggi 253 mdpl. Kebutuhan akan hasil pertanian, energi listrik, dan air

baku semakin meningkat dengan bertambahnya penduduk, oleh karena

itu diperlukan peningkatan produksi pertanian, suplai energi listrik, dan

sumber air baku. Salah satu upaya untuk dapat memenuhi kebutuhan

tersebut, baik di musim hujan atau musim kemarau yang mempengaruhi

ketersediaan air waduk, adalah dengan melakukan studi optimasi.

Lakukanlah studi optimasi Pola tanam dengan menggunakan program

linear pada waduk batu tegi!

A. Analisis Ketersediaan Air Waduk

1. Perhitungan Evapotranspirasi Potensial

ETo = c. (W. Rn + (1 – W). f(U). (ea-ed)

Keterangan :
ETo = Evapotranspirasi acuan (mm/hari)
c = Faktor penyesuaian kondisi cuaca akibat siang
dan malam
W = Faktor yang mempengaruhi penyinaran matahari
(tabel penman)
ea = Tekanan uap jenuh (mbar), (Table Saturation
Vapour Pressure (ea) in mbar as Function of
Mean Air Temperature (T) in °C)
T = Tempratur berdasarkan data dari
stasiun pengamatan
ed = Tekanan uap nyata (mbar)
ed = RH . ea
RH = Kelembaban udara relatif berdasarkan data dari
stasiun pengamatan
F(U) = Fungsi relative angin, dimana : F(U) = 0,27 x (1
+ U2/100)
U2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m selama 24
jam dalam km/hari
1-W = Faktor berat sebagai pengaruh angin dan
kelembaban
Rn = Radiasi penyinaran matahari (mm/hari), dimana :
Rn = Rns – Rnl
Rns = Harga netto radiasi gelombang pendek,
Rns = (1-α) x Rs
Rs = Radiasi gelombang pendek,
Rs = (0,25+0,5 (n/N)) x Ra
Ra = Radiasi extra terresial (berdasarkan lokasi
stasiun pengamatan)
n/N = Lama penyinaran matahari
α = Koefisien pemantulan / koefisien albedo = 0,25
Rn1 = Harga netto radiasi gelombang panjang
(mm/hari)
Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)
F(T) = Table Effect of Temperature f(T)

f(ed) = Fungsi tekanan uap nyata, dimana : 0,34 – 0,044

0,5
ed
f(n/N) = Fungsi perbandingan penyinaran matahari dalam

1 hari

f(n/N) = 0,1 + 0,9 (n/N)

Perhitungan ETo Disajikan Dalam Tabel berikut :


2. Perhitungan Debit Andalan
Lanjutan Perhitungan Debit Andalan
B. Analisis Kebutuhan Air Untuk Irigasi

1. Perhitungan Curah Hujan Efektif

1
Untuk Palawija : Ref = 0,50 x ( ℜ80 )
15
2. Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dipengaruhi oleh perkolasi dan evapotranspirasi. Analisis kebutuhan air selama pengolahan lahan

dapat menggunakan metode Van de Goor dan Ziljstra (1968), Metode ini didasarkan pada laju air konstan dalam liter/detik selama penyiapan

lahan dan menghasilkan rumus berikut:

ek
IR=M .
e k −1
berikut adalah rekap tabel perhitungan:

3. Pola Tanam

Alternatif pola tanam yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Alternatif 1 : Awal tanam Bulan Nopember I.

2. Alternatif 2 : Awal tanam Bulan Nopember II.

3. Alternatif 3 : Awal tanam Bulan Desember I.


4. Alternatif 4 : Awal tanam Bulan Desember II.

5. Alternatif 5 : Awal tanam Bulan Januari I.

Berikut adalah perhitungan alternatif pola tanam 5 dengan masa awal tanam Bulan Januari I.
C.
Analisis Kebutuhan Air untuk Air Baku

1. Proyeksi Jumlah Penduduk

Perhitungan proyeksi jumlah penduduk yang mengonsumsi air baku

dari Waduk Batu Tegi diperlukan untuk mengetahui banyaknya

kebutuhan air baku. Berikut adalah perhitungan proyeksi jumlah

penduduk tahun 2010 – 2020.

2. Perhitungan Kebutuhan Air Baku

Dari hasil perhitungan kebutuhan air baku untuk domestik dan non-

domestik wilayah DAS Sekampung, maka didapatkan total kebutuhan

air baku untuk proyeksi sepuluh tahun sebagai berikut:


D. Analisis Kebutuhan Air untuk Potensi PLTA

1. Lengkung Durasi

Lengkung durasi atau Duration Curve digunakan untuk menentukan debit

air Q90, Q80, Q75, dan Q50. Berikut adalah lengkung durasi dari debit

air waduk:

grafik flow duration curve diperoleh dari data hasil perhitungan debit

andalan (Q80%).
Dari hasil kurva di atas, didapatkan:

Q90% = 37,32 m3/detik.

Q80% = 45,24 m3/detik.

Q75% = 49,20 m3/detik.

Q50% = 69,01 m3/detik.

2. Tinggi Jatuh Efektif, Heff

Tinggi jatuh adalah selisih antara elevasi dari permukaan air di upstream dan

di downstream pada Bendungan. Elevasi Upstream Bendungan Batu Tegi

berada pada ketinggian +274 mdpl, sedangkan downstream berada pada

ketinggian +122 mdpl.

Heff bruto = Elevasi upstream – downstream

Heff bruto = 253 – 122 = 131 m

Heff losses = 10% x Heff bruto = 0,10 x 131 = 13,1 m

Heff = Heff bruto x Heff losses = 131 – 13,1 = 117,9 m

3. Pemilihan Jenis Turbin

Jenis turbin ditentukan oleh tinggi jatuh efektif bendungan dan debit air di

waduk. Pemilihan kategori jenis turbin yang dapat digunakan di PLTA

Waduk Batu Tegi, Turbin yang dipilih Berdasarkan tinggi jatuh efektif 117,9

m dan debit air sebesar 37,32 m3/detik adalah Turbin Francis(efisiensi 85%).

4. Daya Listrik

P = 9,8 . ηT . ηG . Q . H
P90 = 0,85 x 1 x 9,8 x 117,9 x 37,32 = 36.652,2 kW.

P80 = 0,85 x 1 x 9,8 x 117,9 x 45,24 = 44.430,5 kW.

P75 = 0,85 x 1 x 9,8 x 117,9 x 49,20 = 48.319,7 kW.

P50 = 0,85 x 1 x 9,8 x 117,9 x 69,01 = 67.775,2 kW.

5. Energi Listrik

E =Pxt

= 36.652,2 kW x 365hari x 24jam

= 321.073.272 kWh.

Jadi, energi listrik yang dihasilkan oleh PLTA Batu Tegi adalah

321.073.272 kWh = 321.073,3 mWh.

E. Optimasi Kebutuhan Air Irigasi dengan Program Linear

Optimasi yang dilakukan berupa pemilihan keputusan dari berbagai alternatif

yang telah diperhitungkan berdasarkan kebutuhan air tanaman. Digunakan

program aplikasi POM-QM for Windows yang menggunakan tabel simpleks

untuk membantu dalam pengoptimasian air waduk untuk irigasi. Metode

simpleks mengiterasikan beberapa persamaan yang mewakili fungsi tujuan

dan fungsi- fungsi kendala pada program linear yang telah disesuaikan

menjadi bentuk standard.

 Fungsi Tujuan =

Z = X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 ; atau

X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + X6 ≤ 0
 Fungsi Kendala

Berdasarkan data perhitungan pola Tanam didapatkan nilai (DR)

Kebutuhan pengambilan air pada sumbernya (lt/dt/ha) sesuai dengan

pola masa tanam padi maupun palawija. Berdasarkan data tersebut dapat

di buat fungsi kendala dengan persamaan :

A1X1 + B1X2 + C1X3 + D1X4 + E1X5 + EX6 …….+ ……≤ b1

Dimana :

A, B, C, D, E, Merupakan parameter-parameter kendala (koefisien) yang

menunjukan Nilai DR

X1 = Masa tanam 1 Padi

X2 = Masa tanam II Padi

X3 = Masa tanam II Padi

X4 = Masa tanam I Palawija

X5 = Masa tanam II Palawija

X6 = Masa tanam II Palawija

November 1 = 0.51X1 + 0.64 X6 ≤ 7480

November 2 = 0,14X1 + 0,5X6 ≤ 12600

Desember 1 = 0,31X6 ≤ 23100

Desember 2 = 0,2X6 ≤ 37400

Januari 1 = 1,64X1 + 0,07X4 ≤ 48400

Januari 2 = 1,74X1 + 0,18X4 ≤ 55170

Februari 1 = 1,97X1 + 0,37X4 ≤ 55900

Februari 2 = 0,34X1 + 0,44X4 ≤ 76700


Maret 1 = 0,4X1 + 0,53X4 ≤ 58400

Maret 2 = 0,8X1 + 0,45X4 ≤ 46400

April 1 = 0,59X1 + 0,34X4 ≤ 46100

April 2 = 0,55X1 + 0,22X4 ≤ 29400

Mei 1 = 0,54X2 + 0,28X5 ≤ 34500

Mei 2 = 0,34X2 + 0,39X5 ≤ 29700

Juni 1 = 0,28X2 + 0,64X5 ≤ 31020

Juni 2 = 0,30X2 + 0,71X5 ≤ 26300

Juli 1 = 2,34X2 + 0,65X5 ≤ 23730

Juli 2 = 2,30X2 + 0,58X5 ≤ 27400

Agustus 1 = 2,48X2 + 0,53X5 ≤ 19100

Agustus 2 = 1,03X2 + 0,37X5 ≤ 14300

September 1 = 1,26X3 + 0,43X6 ≤ 15200

September 2 = 1,35X3 + 0,6X6 ≤ 12800

Oktober 1 = 0,92X3 + 0,65X6 ≤ 8230

Oktober 2 = 0,82X3 + 0,74X6 ≤ 4300

Luas 1 = X1 + X4 ≤ 46108

Luas 2 = X2 + X5 ≤ 46108

Luas 3 = X3 + X6 ≤ 46108

Persamaan-persamaan Linear diatas dihitung dengan menggunakan QM

for windows sehingga didapatkan hasil optimasi luas lahan optimum


Dari hasil optimasi menggunakan program bantu POM-QM, didapatkan luas lahan,

intensitas tanam, dan harga hasil panen alternatif 1 – 5 yang ditunjukkan pada Tabel

berikut :
Total Kebutuhan Air Irigasi Pola Tanam 5
Total kebutuhan air untuk irigasi dalam satu tahun masing-masing alternatif

terdapat pada Tabel berikut :

F. Analisis Water Balance Air Waduk

Perhitungan water balance berkaitan dengan kebutuhan air yang dikonsumsi dan

ketersediaan air di waduk. Jadi, jumlah air yang masuk ke suatu sistem badan air

dikurangi dengan jumlah air yang keluar atau hilang dari sistem badan air

tersebut, dan tampungan waduk yang tersimpan tidak boleh habis. Berikut adalah

perhitungan water balance Waduk Batu Tegi yang terdapat pada Tabel berikut :
G. Hasil Optimasi

Analisis yang dilakukan terhadap optimasi pola tanam, perhitungan kebutuhan air

baku, dan potensi PLTA menghasilkan nilai baru yang berpengaruh terhadap hasil

keuntungan (RP), berikut adalah hasil yang didapatkan setelah melakukan

perhitungan dalam studi ini:

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa keuntungan hasil panen dari optimasi

menggunakan alternatif pola tanam 5, yaitu Rp 1.890.843.058, 00 menghasilkan

nilai keuntungan sebesar 100% lebih besar jika dibandingkan dengan nilai

keuntungan eksisting Sedangkan hasil keuntungan dari air baku dan daya listrik

yang dihasilkan PLTA yang telah dihitung berdasarkan data harga dan satuan dari

‘Berita Resmi Statistik, BPS Lampung 2015’ menghasilkan keuntungan sebesar

Rp 30.087.500,00 dan Rp 2.683.080.904,80 dalam satu tahun.

Anda mungkin juga menyukai