Anda di halaman 1dari 24

TUGAS

MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI AGRIBISNIS

Optimasi Usahatani Sayuran (Kombinasi Kacang


Panjang, Jagung, Dan Cabai)

OLEH:
NAMA : REVAN WAHYU DIMANTARA
NPM : 194221007

PRODI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2020
DAFTAR ISI
1

II. PENDAHULUAN

II.1. Latar Belakang


Pekarangan merupakan sebidang tanah disekitar rumah yang mudah
diusahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan pemenuhan
gizi keluarga. Pekarangan dapat dimanfaatkan bila dikelola melalui
pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ikan dan ternak, sehingga
kebutuhan gizi keluarga dapat dipenuhi secara berkesinambungan sekaligus
meningkatkan keterampilan keluarga tani dalam budidaya tanaman.
Penanaman berbagai jenis tanaman di lahan pekarangan sangat banyak
manfaatnya karena pekarangan dapat menghasilkan berbagai bahan pangan
yang bergizi tinggi. Pekarangan yang diusahakan dengan baik dapat menjadi
sumber pendapatan keluarga karena hasil pekarangan bukan hanya untuk
dikonsumsi tetapi juga dapat dijual sebagai sumber pendapatan keluarga.
Kecamatan Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau
merupakan salah satu daerah yang telah melaksanakan Program
Pemanfaatan Lahan Pekarangan yang disahkan oleh Menteri Pertanian
Indonesia sejak tahun 2013 hingga saat ini. Program yang dibuat oleh
Peraturan Menteri Pertanian dalam Undang-Undang No. 18 tahun 2012 ini
dilakukan sebagai optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilakukan melalui
upaya pemberdayaan wanita untuk mengoptimalkan pemanfaatan
pekarangan sebagai sumber pangan dan gizi keluarga. Upaya ini dilakukan
dengan membudidayakan berbagai jenis tanaman sesuai kebutuhan pangan
¬keluarga seperti aneka umbi, sayuran, buah, serta budidaya ternak dan
ikan sebagai tambahan untuk ketersediaan pangan sumber karbohidrat,
vitamin, mineral, dan protein bagi keluarga pada suatu lokasi kawasan
perumahan/warga yang saling berdekatan sehingga akan dapat terbentuk
sebuah kawasan yang kaya akan sumber pangan yang diproduksi sendiri
dari hasil optimalisasi pekarangan.
2

Pada pengelolaan usahatani dalam lahan pekarangan, untuk


berorientasi komersil dengan komoditas usaha yang beragam, seringkali
petani dihadapkan pada kendala dan tantangan dalam mengorganisasikan
komoditas serta mengombinasikan input untuk mengasilkan pendapatan
yang maksimum. Sehingga dengan begitu potensi yang ada dapat
dimanfaatkan dengan maksimal. Oleh karena itu diperlukan analisis optimasi
usahatani untuk mengetahui menetukan alokasi sumber daya yang paling
optimal.
II.2. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
adapun tujuan dalam makalah adalah untuk menganalisis:
1. Profil petani sayuran di lahan pekarangan di Kecamatan Kunto
Darussalam Kabupaten Rokan Hulu
2. Pendapatan usahatani sayuran di lahan pekarangan di Kecamatan
Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu
3. Optimalisasi usahatani sayuran di lahan pekarangan di Kecamatan
Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu
II.3. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Penulis, dengan dibuatnya penelitian ini, diharapkan mampu
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, serta sebagai Tugas
Akhir dalam Mata Kuliah Analisis Pengambilan Keputusan Agribisnis.
2. Bagi petani, dapat memberikan informasi, wawasan, dan
pengetahuan untuk sebagai bahan pengambilan keputusan dalam
kaitannya untuk meningkatkan keuntungan.
3. Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan.
3

III. TINJAUAN PUSTAKA LINEAR PROGRAMMING

Program Linear (Linier Programming) adalah suatu pendekatan


matematis untuk menyelesaikan suatu permasalahan agar didapatkan hasil
yang optimal. Permasalahan yang sering diselesaikan dengan Linear
Programming adalah dalam pengalokasian faktor-faktor produksi yang
terbatas jumlahnya terhadap berbagai kemungkinan produksi sehingga
didapatkan manfaat yang optimal (maksimal dan minimal). Sasaran
maksimal, misalnya secara efisien sehingga manfaat yang ingin dicapai
(jumlah produksi/nilai penjualan/laba, dan lain-lain) menjadi maksimal.
Sasaran minimal misalnya, bagaimana mencari kombinasi produksi agar
penggunaan faktor-faktor produksi minimal tetapi manfaat yang dicapai
(dari kombinasi produksi) tidak lebih rendah dari angka yang diinginkan
(Tarigan, 2005).
Menurut Pangalajo (2009), Linear programming adalah suatu teknis
matematika yang dirancang untuk membantu manajer dalam merencanakan
dan membuat keputusan dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas
untuk mencapai tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan pada umumnya
adalah memaksimalisasi keuntungan, namun karena terbatasnya sumber
daya, maka dapat juga perusahaan meminimalkan biaya.
Menurut Soekartawi (1995), Linear Programming (LP) adalah metode
perhitungan untuk perencanaan terbaik di antara kemungkinan-
kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan. Linear Programming akan
menghasilkan berbagai alternatif pemecahan masalah dalam pengambilan
keputusan. Namun, hanya akan ada satu pemecahan masalah yang
optimum (maksimum atau minimum). Umumnya, penerapan model ini
menggunakan asumsi bahwa alokasi sumberdaya sebelum penerapan
perencanaan belum optimal atau belum efisien dan sesudah penerapan pola
alokasi sumberdaya menjadi optimal.
4

Linear programming memiliki empat ciri khusus yang melekat, yaitu:


(1) Penyelesaian masalah mengarah pada pencapaian tujuan maksimisasi
atau minimisasi; (2) Kendala yang ada membatasi tingkat pencapaian
tujuan; (3) Ada beberapa alternatif penyelesaian; (4) Hubungan matematis
bersifat linear. Karena adanya persyaratan linearitas tersebut, maka
persoalan ini disebut “linear programming”. Dengan kata lain disebut
program karena untuk mencari keputusan yang optimal didasarkan oleh
keterbatasan sumber daya dan disebut linear (Pangalajo, 2009) (Hartanto,
2005).
III.1. Prinsip-Prinsip Linear Programming
Linear programming (Program Linier) adalah suatu prosedur
matematis untuk menetukan alokasi sumber daya secara optimal. Tidak
semua masalah optimasi dapat diselesaikan dengan metode Program Linier.
Masalah optimasi harus berdasarkan prinsip metode Linear yang telah
ditetapkan. Ada beberapa prinsip mendasari penggunaan metode Linear
programming. Menurut Suyitno (2010), adapun prinsip-prinsip utama dalam
Program Linear ialah.
1. Adanya sasaran. Sasaran dalam model matematika masalah Linear
programming berupa fungsi tujuan (objective function). Fungsi ini
akan dicari nilai optimalnya (maksimum/minimum).
2. Ada tindakan alternatif, artinya nilai fungsi tujuan dapat diperoleh
dengan berbagai cara dan diantaranya alternatif itu memberi nilai
optimal.
3. Adanya keterbatasan sumber daya. Sumber daya atau input dapat
berupa waktu, tenaga, biaya, beban, dan sebagainya. Pembatasan
sumber daya disebut kendala (constraint).
4. Masalah harus dapat dituangkan dalam bahasa matematika yang
disebut model matematika. Model matematika dalam Linear
Programming memuat fungsi tujuan dan kendala. Fungsi tujuan harus
5

berupa fungsi linier dan kendala berupa pertidaksamaan atau


persamaan linier.
5. Antar variabel yang membentuk fungsi tujuan dan kendala ada
keterkaitan, artinya perubahan pada satu perubah akan
mempengaruhi nilai perubah yang lain.
III.2. Asumsi Dasar Linear Programming
Program linear memiliki asumsi-asumsi tertentu yang harus dipenuhi
agar definisinya sebagai suatu masalah Linear Programming menjadi sah.
Ada empat asumsi yang mendasari Linear Programming, yaitu (Mulyono,
1991) (Nasendi & Anwar, 1985):
1. Linearity
Syarat utama dari Linear Programming adalah bahwa fungsi tujuan
dan semua kendala harus linier. dengan kata lain, jika suatu kendala
melibatkan dua variabel keputusan, dalam diagram dimensi dua maka akan
berupa suatu garis lurus. Begitu juga dengan suatu kendala yang melibatkan
tiga variabel akan menghasilkan suatu bidang datar dan kendala yang
melibatkan n variabel akan menghasilkan bentuk geometris yang rata
dalam ruang berdimensi n.
2. Proportionality
Asumsi ini berarti bahwa naik turunya nilai tujuan (Z) dan
penggunaan sumber atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara
sebanding (proportional) dengan perubahan tingkat kegiatan
3. Additive
Asumsi ini berarti bahwa nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling
mempengaruhi, atau dalam LP dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan
(Z) yang diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa
mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain.
4. Diversibility atau Divisibility (dapat dibagi-bagi)
6

Asumsi ini berarti bahwa output yang dihasilkan dari setiap kegiatan
dapat berupa bilangan bulat (integer) maupun pecahan, begitu pula dengan
nilai fungsi tujuan yang dihasilkan.
5. Deterministic
Deterministic (certainty), berarti bahwa semua parameter (aij, bj, cj)
yang terdapat pada program linier dapat diperkirakan dengan pasti,
meskipun dalam kenyataanya tidak sama persis.
III.3. Formulasi Linear programming
Model matematika permasalahan optimal terdiri dari dua bagian yaitu
tujuan dan batasan. Model matematik tujuan selalu menggunakan bentuk
persamaan (=). Bentuk persamaan digunakan karena kita ingin
mendapatkan solusi optimum pada satu titik. Fungsi batasan atau kendala
(constrain) merupakan model matematik yang merepresentasikan sumber
daya yang membatasi. Fungsi pembatas bisa berbentuk persamaan (=) atau
pertidaksamaan (≤ atau ≥). Konstanta (baik sebagai koefisien maupun nilai
kanan) dalam fungsi pembatas maupun pada tujuan dikatakan sebagai
parameter model. Model matematika mempunyai beberapa keuntungan
dibandingakan pendeskripsian permasalahan secara verbal. Salah satu
keuntungan yang paling jelas adalah model matematik menggambarkan
permasalahan secara lebih ringkas. Hal ini cenderung membuat struktur
keseluruhan permasalahan lebih mudah dipahami, dan membantu
mengungkapkan relasi sebab akibat penting. Model matematik juga
memfasilitasi yang berhubungan dengan permasalahan dan keseluruhannya
dan mempertimbangkan semua keterhubungannya secara simultan.
Secara umum model linear programming dapat dirumuskan sebagai
berikut (Hartanto, 2005):
Maks atau Min : Z = C1X1 + C2X2 + C3X3 +.........+ CnXn
Dengan batasan : (1) a11 X1 + a12 X2 + a13 X3 +.......+ a1n Xn ≤ b1
(2) a21 X1 + a22 X2 + a23 X3 +.......+ a2n Xn ≤ b2
7

(3) a21 X1 + a32 X2 + a33 X3 +.......+ a3n Xn ≤ b3


:
:
(m) (1) an1 X1 + an2 X2 + an3 X3 +..... + ann Xn ≤ bn
Non-negatif variabel : X1, X2, X3,........ Xn ≥ 0
Simbol X1, X2, X3 ....Xn (Xi) menunjukkan variabel keputusan. Jumlah
variabel keputusan (Xi) oleh karenanya tergantung dari jumlah kegiatan atau
aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Simbol C 1, C2, C3,..... Cn
merupakan kontribusi masing-masing variabel keputusan terhadap tujuan,
disebut juga koefisien fungsi tujuan pada model matematiknya. Simbol a 11,
a12, a13,....amn (aji) merupakan penggunaan per unit variabel keputusan akan
sumber daya yang membatasi, atau disebut juga sebagai koefisien fungsi
kendala pada model matematiknya. Simbol b 1, b2, b3,.... bm (bj)
menunjukkan jumlah masing-masing sumber daya yang ada. Jumlah fungsi
kendala akan tergantung dari banyaknya sumber daya yang terbatas.
Pertidaksamaan terakhir (X1, X2, X3,... Xn ≥ 0) menunjukkan batasan non
negatif.
Kasus pemrograman linier sangat beragam. Dalam setiap kasus, hal
yang penting adalah memahami setiap kasus dan memahami konsep
permodelannya. Meskipun fungsi tujuan misalnya hanya mempunyai
kemungkinan bentuk maksimisasi atau minimisasi, keputusan untuk memilih
salah satunya bukan pekerjaan mudah. Tujuan pada suatu kasus bisa
menjadi batasan pada kasus yang lain. Harus hati-hati dalam menentukan
tujuan, koefisien fungsi tujuan, batasan dan koefisien pada fungsi pembatas.
8

IV. METODE KAJIAN

IV.1. Metode, Tempat, dan Waktu


Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah metode survei,
yang mengambil tempat di Kecamatan Kunto Darussalam Kabupaten Rokan
Hulu. Daerah tersebut dipilih secara sengaja ( purposive), dengan alasan
karena merupakan salah satu daerah yang terdapat pemanfaatan lahan
pekarangan dengan beberapa komoditas sayuran yang diusahakan.
Pengambilan data dengan survey dilakukan pada Bulan Juli 2020.
IV.2. Sampel
Responden dalam makalah ini yaitu seluruh petani yang menjadi
anggota kelompok lahan pekarangan Kecamatan Kunto Darussalam.
Berdasarkan survei, terdapat 2 kelompok tani lahan pekarangan dengan
jumlah anggota sebanyak 45 orang. Sampel dipilih sebanyak 30 orang
petani dengan metode accidental sampling (sampling tidak sengaja).
IV.3. Jenis Data dan Teknik pengambilan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung
dari sampel yang diteliti. Sumber data primer ini berupa catatan hasil
wawancara dan pengisian kuesioner (daftar pertanyaan), yang terdiri dari
umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pekerjaan utama,
luas pekarangan, produksi,dan harga. Data sekunder adalah sumber data
yang sudah dipublikasikan dan disajikan dalam bentuk data-data yang
simpel dari instansi terkait yaitu, BPS, bahan-bahan literatur, dan Dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Rokan Hulu meliputi luas
lahan pekarangan, data kelompok tani, topografi dan geografi.
IV.4. Pengertian Istilah
Untuk menyamakan persepsi terhadap variabel yang diamati dalam
makalah ini, maka perlu batasan-batasan mengenai konsep, pengukuran
9

serta perhitungan yang akan digunakan. Beberapa konsep penting yang


perlu diketahui adalah:
1. Lahan pekarangan adalah tanah yang terdapat disekitar rumah yang
dapat di usahakan dan umumnya berpagar keliling.
2. Pemanfaatan lahan pekarangan adalah salah satu kegiatan yang bisa
menciptakan berbagai macam konsumsi pangan atau pemanfaatan
lahan kosong disekitar rumah.
3. Biaya adalah pengeluaran atau yang habis terpakai dalam
pemanfaatan lahan pekarangan (Rp).
4. Produksi adalah hasil usahatani sayuran (kacang panjang, jagung, dan
cabai) dari pemanfaatan lahan pekarangan (Kg/bulan).
5. Harga adalah harga jual komoditas hasil pemanfaatan lahan
pekarangan (Rp/kg)
6. Penerimaan adalah pendapatan kotor yang diperoleh dalam usahatani
sayuran pemanfaatan lahan pekarangan (Rp/Kg).
7. Optimalisasi adalah upaya untuk mengatur jumlah alokasi dan
kombinasi input yang optimal guna menghasilkan keuntungan yang
maksimum.
8. Linier programming (program linier) adalah metode yang digunakan
untuk mengetahui tingkat penggunaan input yang optimal untuk
menghasilkan keuntungan yang maksimum.
9. Fungsi tujuan adalah tujuan yang akan dicapai dalam upaya
optimalisasi penggunaan dan kombinasi input yaitu untuk
maksimalisasi keuntungan usahatani yang dituliskan secara matematis
ke dalam persamaan.
10. Fungsi kendala atau batasan adalah keterbatasan jumlah input yang
tersedia yang dituliskan secara matematis ke dalam persamaan atau
pertidaksamaan.
10

IV.5. Analisis Data


IV.5.1. Analisis Biaya Usahatani
Menurut Seokartawi (1986), Biaya usahatani disebut juga sebagai
pengeluaran. Biaya total usahatani adalah nilai semua masukan yang habis
terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi. Penggolongan biaya produksi
dilakukan berdasarkan sifatnya yaitu biaya tetap ( fixed cost) dan biaya tidak
tetap (variable cost). Penentuan biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak
tetap (variable cost) tergantung pada sifatnya dan waktu pengambilan
keputusan tersebut. Total biaya adalah jumlah dari biaya tetap dan tidak
tetap. Rumusnya adalah sebagai berikut:
TC = VC + FC.......................................................................(1)
TC = (X1.Px1 + X2.Px2 + X3.Px3 + X4.Px4) + D ............................(2)
Keterangan:
TC = Total Cost Atau Total Biaya (Rp/ bulan)
VC = Variabel Cost Atau Biaya Tidak Tetap (Rp/ bulan)
FC = Fixed Cost Atau Biaya Tetap (Rp/ bulan)
X1 = Penggunan bibit (gr/bulan)
X2 = Penggunaan pupuk (kg/bulan)
X3 = Penggunaan pestisida (gr/bulan)
X4 = Penggunaan tenaga kerja (HOK/bulan)
Px1.. Pxn = Harga input (Rp/satuan)
D = Depresiasi (penyusutan alat) (Rp/bulan)
Peralatan yang digunakan dalam usahatani tidak habis dipakai dalam
waktu satu tahun, sehingga dalam pembebanan biaya peralatan dilakukan
dengan menghitung penyusutan peralatannya. Menurut Weygandt (2007)
Penyusutan (depresiasi) adalah alokasi biaya dari asset tetap menjadi beban
selama masa manfaatnya berdasarkan cara yang sistematis dan rasional.
Perhitungan penyusutan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode garis
11

lurus (straight line method) yang dirumuskan sebagai berikut (Prawikusumo,


1990):
NB - NS
D=
MP ........................................................................... (3)
Keterangan:
D = Biaya penyusutan alat produksi (Rp/unit/tahun)
NB = Harga beli alat (Rp/unit)
NS = Nilai sisa 20% dari harga beli (Rp/unit/tahun)
UE = Umur Ekonomis alat (tahun)
IV.5.2. Analisis Pendapatan
Pendapatan terbagi atas 2 yaitu pendapatan kotor ( gross income) dan
pendapatan bersih (net income). Pendapaten kotor (gross income) atau
biasa disebut juga dengan penerimaan (total revenue) merupakan hasil
perkalian antara produksi dengan harga jual output pada suatu periode
tertentu. Pendapatan kotor yang dihitung menggunakan rumus menurut
Soekartawi (2001), yaitu:
TR =∑i = 1 Y i× Py i
.................................................................... (4)
Keterangan:
TR = Pendapatan kotor (Rp/bulan)
Yi = Produksi (Rp/Kg)
Pyi = Harga output (Rp/kg)
i = Komoditas (kacang panjang, jagung, dan cabai)
Sementara itu pendapatan bersih (net income) atau biasa disebut juga
dengan keuntungan (profit) merupakan selisih antara penerimaan dan
pengeluaran usaha, pendapatan bersih berguna untuk mengukur imbalan
yang diperoleh dari penggunaan faktor-faktor produksi (Suratiyah, 2015).
Pendapatan bersih dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 2006):
π = TR – TC .......................................................................... (5)
Keterangan:
12

𝜋 = Pendapatan bersih (Rp/bulan)


TR = Pendapatan kotor (Rp/bulan)
TC = Biaya total (Rp/bulan)
IV.5.3. Analisis Optimasi Usahatani
Optimalisasi dalam usahatani sayuran dianalisis menggunakan
metode linear pragramming (program linier), yang diolah menggunakan
program Lindo (Linear Interactive Discrete Optimizer). Fungsi tujuan dalam
penelitian ini adalah maksimasi keuntungan (Z max), dengan kendala lahan,
pupuk, pestisida, dan tenaga kerja yang jumlahnya terbatas. Adapun
Formulasi model linear programming pada usahatani sayuran (kacang
panjang, jagung, dan cabai) di Kecamatan Kuntodarussalam dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Fungsi tujuan (objective function) (maksimum keuntungan):

Max Zi = C1 X 1 +C 2 X 2 +C 3 X 3 ................................................ (6)


Fungsi Kendala (subject to constrains):

Lahan : X 1 + X 2 + X 3 ≤ b ........................................ (7)

Pupuk NPK : a11 X 1 + a 12 X 2 +a13 X 3 ≤ b1 ......................... (8)

Pupuk Kandang : a21 X 1 + a 22 X 2 +a 23 X 3 ≤ b2 ......................... (9)

Pestisida : a31 X 1 + a 32 X 2 +a33 X 3 ≤ b3 ......................... (10)

Tenaga Kerja : a 41 X 1 + a 42 X 2 + a43 X 3 ≤ b4 ......................... (11)


Kendala non-negatif: X ≥ 0
Keterangan:
Z : Fungsi tujuan (keuntungan maksimum) (Rp/bulan)
C : Keuntungan usahatani sayuran (Rp/0,1 Ha)
X : Luas lahan yang digunakan (x 0,1 Ha)
a1 : kebutuhan pupuk urea (kg/0,1 Ha)
b1 : Jumlah pupuk urea yang tersedia (Kg)
a2 : kebutuhan pupuk kandang (kg/0,1 Ha)
13

b2 : Jumlah pupuk kandang yang tersedia (Kg)


a3 : kebutuhan pestisida pada komoditas i (liter/0,1 Ha)
b3 : Jumlah pestisida yang tersedia (liter)
a4 : kebutuhan tenaga kerja pada komoditas i (HOK/0,1 Ha)
b4 : Jumlah tenaga kerja yang tersedia (HOK)
i : Komoditas i, kacang panjang (1), jagung (2), dan cabai (3)
Dalam penelitian ini, menggunakan 2 analisis utama dalam linier
programming yaitu analisis primal dan dual. (1) Analisis primal merupakan
analisis yang digunakan untuk mengetahui kombinasi optimal yang dapat
menghasilkan keuntungan maksimal dengan tetap mempertimbangkan
keterbatasan input yang tersedia. (2) dilakukan Analisis dual dilakukan untuk
mengetahui penilaian terhadap sumber daya, yaitu dengan melihat nilai
slack (kekurangan) atau surplus (kelebihan) dari nilai dual (dual price atau
shadow price) yang dihasilkannya.
14

V. HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

V.1. Pendapatan Usahatani


V.1.1. Biaya Produksi
Biaya produksi yang dihitung pada usahatani ini adalah nilai semua
masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan didalam produksi.
Penggolongan biaya produksi berdasarkan sifatnya yaitu biaya tetap ( fixed
cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Penentuan biaya tetap (fixed
cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) tergantung pada sifatnya dan
waktu pengambilan keputusan tersebut. Struktur biaya pada usahatani lahan
pekarangan di Kecamatan Kunto Darussalam sebagian besar dikeluarkan
dalam bentuk biaya variabel dengan nilai sebesar Rp. 741.430 atau sebesar
98,34% dari total biaya. Sedangkan sisanya yaitu sebesar Rp. 30.954
(1,65%) merupakan biaya tetap. Adapun untuk lebih rinci mengenai biaya
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Struktur Biaya Usahatani Lahan Pekarangan di Kecamatan Kunto
Darussalam.
No Uraian Satuan Jumlah Harga Nilai (Rp) %
A Biaya Total 753.947 100,00
1 Biaya Variabel 741.430 98,34
a) Benih 4.676 0,62
1). Kacang Panjang gr 43,63 48 2.073 0,27
2). Jagung gr 33,10 44 1.456 0,19
3). Cabai gr 11,47 100 1.147 0,15
b) Pupuk 334.500 44,37
1).Urea Kg 21,33 9.000 192.000 25,47
2). Pupuk Kandang Kg 95,00 1.500 142.500 18,90
c) Pestisida gr 15 152 2.255 0,30
d) Tenaga Kerja HOK 4,00 100.000 400.000 53,05
2 Biaya Tetap 12.516 1,66
B Pendapatan Kotor 1.125.350
1 Kacang Panjang Kg 52,36 5.000 261.800
2 Jagung Kg 69,51 5.000 347.550
3 Cabai Kg 20,64 25.000 516.000
C Pendapatan Bersih 371.403
15

a. Benih
Benih adalah faktor penting dalam budidaya tanaman, karna
merupakan sebuah organ yang dapat menjadi cikal bakal kehidupan
tanaman. Oleh karena itu, benih benih menjadi faktor yang paling utama
dalam menentukan kualitas, kuantitas, dan keberlanjutan usahatani. Benih
yang digunakan dalam usahatani lahan pekarangan di Kecamatan Kunto
Darussalam yaitu meliputi kacang panjang, jagung, da cabai merah.
Berdasarkan Tabel 1, diketahui total biaya penggunaan benih yaitu sebesar
Rp. 4.676 atau sebesar 0,62% dari total biaya. Biaya tersebut terdiri dari
kacang panjang Rp. 2.073 (dengan penggunaan 43,63 butir dan harga Rp.
48/butir), jagung Rp. 1.456 (dengan penggunaan 33,10 butir dan harga Rp.
44/butir), dan cabai Rp. 1.147 (dengan penggunaan 11,47 butir dan harga
Rp. 100/butir).
b. Biaya Pupuk
Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah baik yang organik
maupun anorganik dengan maksud mengganti kehilangan unsur hara dari
dalam tanah yang bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam
keadaan lingkungan yang baik (Mulyani, 1999). Pupuk yang digunakan
dalam usahatani lahan pekarangan Kecamatan Kunto Darussalam yaitu urea
dan pupuk kandang. Berdasarkan Tabel 1, total biaya pupuk yang
dikeluarkan pada usahatani lahan pekarangan yaitu sebesar Rp. 334.500
atau dengan persentase sebesar 44,37% dari total biaya. Biaya tersebut
terdiri dari biaya penggunaan pupuk urea sebesar Rp. 192.000 (dengan
penggunan 21,33 kg dan harga Rp. 9.000/kg) dan biaya penggunaan pupuk
kandang Rp. 142.500 (dengan penggunaan 95,00 kg dan harga Rp.
1.500/kg).
c. Biaya Pestisida
Pestisida merupakan bahan yang digunakan untuk mengendalikan,
menolak, atau membasmi organisme pengganggu tanaman (OPT) yang
16

berupa hama, gulma dan penyakit. Pemberian pestisida dengan jenis, dosis,
dan waktu yang tepat dapat mengendalikan serangan OPT hingga dititik
terendahnya. Jenis pestisida yang digunakan wanita tani dalam usahatani
lahan pekarangan di Kecamatan Kunto Darussalam yaitu insektisida dengan
merk dagang Dupont Lannate, yang berfungsi untuk membasmi berbagai
jenis hama ulat (ulat pemakan daun, perusak batang, dan pemakan buah),
lalat buah, dan berbagai jenis kutu (kutu putih, kutu daun, dan lain-lain).
Berdasarkan pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa biaya penggunaan pestisida
yang dikeluarkan pada usahatani lahan pekarangan yaitu sebesar Rp.
2.255/bulan atau dengan persentase sebesar 0,30% dari total biaya.
d. Biaya Tenaga Kerja
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi yang sangat
menentukan dalam peningkatan produksi dan pendapatan usahatani oleh
karena itu tenaga kerja merupakan pelaku utama dan langsung dalam
proses produksi. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani lahan
pekarangan di Kecamatan Kunto Darussalam adalah Tenaga Kerja Dalam
Keluarga (TKDK). Berdasarkan pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa biaya
tenaga kerja menjadi komponen biaya dengan nilai tertinggi yaitu sebesar
Rp. 400.000 atau dengan persentase sebesar 53,05% dari total biaya. Hal
ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Marhalim dkk (2015)
yang menyatakan bahwa upah tenaga kerja merupakan komponen biaya
dengan sumbangan tertinggi yaitu 71,97% dari total biaya.
e. Penyusutan
Menurut Weygandt (2007) Penyusutan (depresiasi) adalah alokasi
biaya dari asset tetap menjadi beban selama masa manfaatnya berdasarkan
cara yang sistematis dan rasional. Penyusutan termasuk ke dalam biaya non
tunai yang tidak secara langsung dibayarkan oleh produsen, namun patut
diperhitungkan dalam menganalisis suatu usaha, karena karakteristik input
tetap seperti bangunan, alat, dan mesin yang tidak habis dalam satu kali
17

periode produksi. Berdasarkan pada Error: Reference source not found


dapat penyusutan alat pada usahatani sayuran lahan pekarangan yaitu
sebesar Rp. 12.516/bulan atau sebesar 1,66% terhadap total biaya
produksi.
V.1.2. Pendapatan Kotor
Pendapatan kotor (gross income) adalah hasil dari perkalian nilai
output dengan harga jual persatuan output. Dalam usahatani lahan
pekarangan, petani sering kali tidak berorientasi komersil, dimana sebagian
atau bahkan seluruh hasil produksinya digunakan untuk konsumsi rumah
tangga, tidak untuk dijual. Berdasarkan pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa
total pendapatan kotor yang diperoleh dari usahatani lahan pekarangan di
Kecamatan Kunto Darussalam yaitu sebesar Rp. 1.125.350/bulan, dimana
komoditas cabai merah memiliki sumbangan terbesar dengan persentase
45,85%, dibandingkan dengan kacang panjang (23,26%) dan jagung
(30,88%).
V.1.3. Pendapatan Bersih
Pendapatan bersih (net income) adalah hasil pengurangan dari
pendapatan kotor dengan total biaya produksi. Keuntungan atau laba
menunjukkan nilai tambah (hasil) yang diperoleh dari modal yang
dijalankan. Setiap kegiatan yang dijalankan perusahaan tentu berdasar
modal yang dijalankan. Dengan modal itulah keuntungan atau laba
diperoleh, inilah yang menjadi tujuan utama dari setiap perusahaan
(Muhammad, 1995). Berdasarkan pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa
pendapatan bersih (keuntungan) yang diperoleh usahatani lahan
pekarangan di Kecamatan Kunto Darussalam yaitu sebesar Rp.
371.403/bulan.
18

V.2. Optimasi Usahatani Sayuran


V.2.1. Variabel Keputusan
Jenis komoditas sayuran yang diusahakan oleh petani yaitu adalah
kacang panjang, jagung, dan cabai. Jumlah produksi per bulan masing-
masing komoditas merupakan variabel keputusan dari model l inear
programming, yang dicerminkan melalui luasan penggunaan lahan tiap
komoditas. Sehingga dalam penyusunan model dapat terbentuk 3
variabel keputusan yang akan dicari kombinasi produksi optimalnya, yaitu:
X1 = Luas lahan penggunaan tanaman kacang panjang (m 2)
X2 = Luas lahan penggunaan tanaman jagung (m 2)
X3 = Luas lahan penggunaan tanaman cabai (m 2)
Dengan jumlah benih tiap m2 masing –masing yaitu:
Kacang panjang = 13,333 butir/m2 (jarak tanam 30 cm x 50 cm, 2
butir benih tiap lubang tanam)
Jagung = 6,269 butir/m2 (jarak tanam 40 cm x 60 cm, 2
butir benih tiap lubang tanam)
Cabai = 2,778 butir/m2 (jarak tanam 60 cm x 60 cm, 1
butir benih tiap lubang tanam)
V.2.2. Kendala Fungsional
Fungsi kendala/ batasan (constraint function) merupakan bentuk
penyajian secara matematis batasan-batasan kapasitas yang tersedia yang
akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan. Adapun beberapa
kendala yang ada dalam usahatani adalah sebagai berikut:
Lahan = X1 + X2 + X3 ≤ 12,681 m2
Pupuk Urea = 2,133X1 + 5,333X2 + 13,867X3 ≤ 21,333 kg
Pupuk Kandang = 14,250X1 + 19,000X2 + 61,750X3 ≤ 95,00 kg
Pestisida = 4,944X1 + 4,944X2 + 4,944X3 ≤ 14,833 gram
Tenaga Kerja = 0,800X1 + 0,800X2 + 2,400X3 ≤ 4,00 HOK
19

Dengan satuan koefisien masing-masing input yaitu lahan (m2), pupuk urea
(kg/m2), pupuk kandang (kg/m2), pestisida (gram/m2), dan tenaga kerja (HOK/m2).
V.2.3. Fungsi Tujuan
Fungsi tujuan (objective function) adalah fungsi yang
menggambarkan tujuan/sasaran di dalam permasalahan Linier Program
yang berkaitan dengan pengaturan secara optimum sumber daya-sumber
daya untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal. Tujuan
usahatani sayuran di Kecamatan Kuntodarussalam adalah untuk
mendapatkan keuntungan yang maksimum. Untuk mencapai tujuan
tersebut, para pelaku usaha harus memiliki perencanaan produksi yang baik.
Salah satu bagian yang penting dari perencanaan produksi adalah
perencanaan jumlah komoditas sayuran yang dihasilkan meliputi kacang
panjang, jagung, dan cabai. Perencanaan jumlah tersebut dapat ditentukan
dengan mengetahui kombinasi tingkat produksi yang optimal dari komoditas
yang dihasilkan. Untuk mengetahui kombinasi produksi yang optimal dari
kedua produk tersebut, terlebih dahulu dirumuskan model fungsi tujuan
sebagai berikut:
Z Maks = 23.171X1 + 29.369X2 + 34.037X3................................. (3)
Koefisien dari model di atas merupakan keuntungan per unit (Rp/m 2)
dari tiap-tiap jenis komoditas yang diperoleh dari hasil usahatani. Nilai
tersebut menunjukkan sebesarapa besar keuntungan yang diperoleh dari
masing-masing komoditas untuk tiap luasan 1 m2 yang ditanam.
V.2.4. Optimasi Usahatani
20

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. Kesimpulan

VI.2. Saran

VII.
21

DAFTAR PUSTAKA

Djarwanto. 2001.Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan. BPFE, Yogyakarta.

Fahmi, Irham. 2013. Pengantar Pasar Modal. Edisi 1. Alfabeta, Bandung.

Hanafi M, dan Halim A. 2014. Analisis Laporan Keuangan, Edisi ke 4. UPP


STIM YKPN, Yogyakarta.
22

LAMPIRAN
Lampiran 1.Laporan Neraca PT. Astra Agro Lestari, Tbk Tahun 2017-2018.

Anda mungkin juga menyukai