Anda di halaman 1dari 3

Nama : Puput Santika Dewi

NIM : 175060600111033
Kelompok Agropolitan Kabupaten Pasuruan

Judul Jurnal : Strategi Pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Kopi di
Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan
Penulis : Rosyidi, K. & Nuriyanto
Penerbit : Department of Industrial Engineering Universitas Yudharta Pasuruan
Tahun Terbit : 2017

Resume Strategi Pengembangan Klaster Industri Kecil


dan Menengah Pengolahan Kopi di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan
Penelitian yang dilakukan dimaksudkan untuk mengetahui model strategi pengembangan
klaster IKM pengolahan kopi yang sedang dijalankan dan merancang strategi pengembangan
klaster IKM pengolahan kopi di Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan metode diamond cluster. Kecamatan Tutur dipilih sebagai wilayah studi
penelitian karena memiliki areal terluas dan penghasil kopi terbanyak. Pada tahun 2015 Kecamatan
Tutur memiliki luas lahan 1.833,7 ha dengan produksi 674,28 ton biji ose. Sementara itu
kecamatan yang lainnya memiliki areal dan produksi lebih sedikit diantaranya yaitu kecamatan
Purwodadi memiliki luas 768,9 ha dengan produksi 239,9 ton biji ose, Tosari 157 ha dengan
produksi 26,7 ton, dan Lumbang 1991,1 ha dengan produksi 45,86 ton biji ose.
Klaster industri di Indonesia dibagi menjadi emoat yaitu dormant cluster, active cluster,
dynamic cluster, dan modern or advanced cluster. Dormant cluster didominasi oleh sektor
informal. Actve cluster merupakan kelompok yang telah memperbaiki teknologi dan kualitasnya
tetapi produk dipasarkan hanya di dalam negeri. Dynamic cluster telah mampu memasarkan
produknya ke luar negeri melalui jaringan yang mereka buat. Modern or advanced cluster
merupakan kelompok yang telah mampu menerapkan teknologi tinggi untuk memproduksi produk
berkualitas yang dipasarkan baik di pasar nasional maupun internasional (Supratikno, 2004).
Dalam perkembangannya industri kecil mengalami beberapa hambatan. Secara umum
hambatan yang dihadapi diantaranya adalah tingkat kemampuan, keterampilan, keahlian.
Manajemn sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan (Kuncoro, 2000). Oleh
karena itu perlu adanya kebijakan penting yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan industri
kecil dan menegah. Kebijakan penting yang perlu diperhatikan meliputi terciptanya iklim
kebijakan positif dan keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan (Boebingar dalam
Sadoko, I., 1995). Selain itu pola kebijakan yang dapat diterapkan menurut Hafsah (1999) meliptui
kebijakan makro ekonomi yang memberi ruang gerak optimal kepada usaha kecil dan menengah,
kebijakan investasi dan permodalan, kebijakan pengembangan kelembagaan usaha kecil, dan
kebijakan penerapan peraturan perundangan.
Dua konsep utama yang sering digunakan berkaitan dengan pengelompokan industri adalah
aglomerasi ekonomi dan lokalisasi ekonomi. Menurut Porter (1990) faktor terpenting dalam
klaster industri adalah adanya keterkaitan (linkages) antara perusahaan dengan sektor yang saling
mendukung. Klaster industri ditekankan pada sekelompok industri di dalam wilayah tertentu.
Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah location quotient (LQ) dan
SWOT. Analisis LQ menunjukkan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah
yang ingin diketahui dengan kemampuan yang sama pada daerah yang lebih luas. Pada penelitian
ini analisis LQ dihitung menggunakan nilai produksi. Dari perhitungan yang dilakukan diperoleh
kesimpulan bahwa komoditas kopi menjadi sektor basis pada 3 kecamatan yaitu Kecamatan
Sumberpitu, Kalipucang, dan Tutur. Hal ini ditunjukkan dengan nilai indeks LQ yang melebihi 1.
Adapun analisis SWOT mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluan, dan ancaman pada
klaster jome industri pengolahan. Dari identifikasi yang dimasukkan kedalam matriks SWOT
diperoleh strategi pengembangan IKM. Adapun strategi pengembangan yang diperoleh meliputi:
1. Mempertahankan luas kebun kopi Kecamatan Tutur.
2. Sinergitas kelembagaan IKM/Poktan/KUB dalam mengembangkan potensi kecamatan
yang meliputi kopi, sapi perah, dan apel.
3. Kerjasama kelembagaan untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat.
4. Mendorong masyarakat meningkatkan SDMnya melalui study lanjut.
5. Mengakomodir dan mengembangan pengusaha IKM kopi melalui koperasi atau
BUMD/BUMDES.
6. Memasarkan produk kopi di warung-warung.
7. Mengadakan outlet atau sentra pemasaran kopi lokal melalui kerjasama dinas kehutanan
dan perkebunan Kabupaten Pasuruan.
8. Memberikan dukungan modal IKM.
9. Kerjasama dengan Dinas Kehutanan dann Perkebunan dalam kegiatan promosi dan
branding produk.
10. Meningkatkan akses pemasaran produk kopi.
11. Membangun wisata edukasi yang terintegrasi dengan potensi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai