16911. Hasil uji identifikasi sampel yang dilakukan menunjukan bahwa daun cengkeh
memiliki nama Syzigium aromaticum, adapun surat pernyataan hasil identifikasi dapat
Bagian yang diambil dalam penelitian ini adalah daun cengkeh yang diambil
sebanyak 13 kg dari perkebunan di daerah Treggalek Jawa timur, daun yang diambil
merupakan daun yang telah gugur, pengambilan daun yang telah gugur ini
dikarenakan daun cengkeh tidak dapat dipetik, karena apabila dipetik tanaman
cengkeh akan mengalami kerusakan, daun yang telah gugur terebut dibersihkan dan
dikeringanginkan untuk meminimalisir kadar air didalam daun. Daun yang dihasilkan
dilakukan di Balai Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) JL.Tentara Pelajar No.3
atsiri dilakukan dengan metode destilasi uap air dengan metode pengujian berdasarkan
Pengujian kadar air ini bertujuan untuk mengetahui kadar air didalam daun,
Bogor Jawa barat 16111. Pengujian dilakukan dengan metode pengujian SNI-
01-3709-1995 butir 6.2 hasil pengujian menunjukan bahwa % kadar air dalam
syarat mutu simplisia. Hasil uji dan identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 2.
Bogor Jawa barat 16111. Pengujian kadar abu dillakukan dengan metode
Kesehatan Daerah (LABKESDA) Jl. Rawasari Selatan Cempaka putih Timur, DKI
Jakarta.
IV.5. Formulasi
dan alat-alat yang digunakan. Sediaan lilin aromaterapi ekstrak daun cegkeh ini dibuat
menggunakan parafin dan asam stearat sebagai basis. Asam stearat banyak digunakan
untuk produksi lilin. Asam ini berfungsi untuk mengeraskan dan memperkuat lilin.
Asam stearat juga memiliki pengaruh pada titik leleh lilin sehingga meningkatkan
daya tahan atau konsistensi nyala lilin. Kegunaan lain dari asam stearat adalah
mencegah oksidasi. Senyawa ini biasanya digunakan untuk melapisi serbuk logam
seperti besi dan aluminium yang digunakan dalam kembang api, sehingga
lilin, asam stearat perlu dipanaskan. Tujuan pemanasan asam stearat pada pembuatan
lilin aromaterapi adalah untuk mencairkan asam stearat yang semula berwujud padat
pada titik lelehnya yaitu sekitar 59-60 0C. Fungsi dari asam stearat ini adalah untuk
memberi bentuk pada lilin yang dibuat, karena stearin akan menjadi padat setelah
dingin. Sedangan parafin merupakan suatu hidrokarbon dengan rumus empiris C nH2n=2
yang bentuknya berupa padat dengan titik cair rendah da bahan ini berbentuk serbuk
yang lembut. (Husein, 2016). Fungsi dari parafin dalam sediaan lilin yakni sebagai
bahan bakar agar lilin mudah dibakar, selain itu pencampuran parafin dan asma
stearat adalah agar parafin dapat mengeras karena sifat dari parafin yang cenderung
lembek dan lentur dibawah titik leburnya. Penggabungan dengan stearat parafin dapat
menjadi bahan dasar liin batangan. Pembuatan sediaan lilin aromaterapi dibuat
tiak dilakukan pemanasan karena minyak atsiri mudah menguap dan menghindari
1. Uji organoleptis
Pengujian
No Sediaan Warna Aroma
1 Formula 1 Putih Tidak berbau
2 Formula 2 Putih kekuningan Bau khas cengkeh
3 Formula 3 Putih kekuningan Bau khas minyak cengkeh
4 Formula 4 Putih kekuningn Bau khas minyak cengkeh
Keterangan :
Hasil pengamatan secara fisik lilin aomaterapi berwarna putih baik setelah
Sedangkan haisl pengamatan aroma dari lilin aromaterapi menunjukan bahwa pada
formula 4 enunjukan bahwa e bau khas cengkeh sangat terasa, hal ini dikarenakan
halmaaaaa
Pengujian
No Sediaan Pengujian 1 Pengujian 2 Pengujian 3
1 Formula 1 3 jam 30 menit 2 jam 30 menit 3 jam 55 menit
2 Formula 2 2 jam 28 menit 1 jam 37 menit 2 jam 47 menit
3 Formula 3 2 jam 20 menit 55 menit 1 jam 56 menit
4 Formula 4 41 menit 50 detik 45 menit 30 detik 1 jam 8 menit
Keterangan :
Pengujian waktu bakar yakni selang waktu yang menunjukan daya tahan lilin saat
dibakar sampai lilin tersebut habis. Waktu bakar diperoleh dari selisih antara waktu
Hasil pengujian waktu bakar yang tertera pada tabel diatas waktu bakar
terlama pada kisaran 3 jam 30 menit sampai 3 jam 55 menit, dari masing-masing
pengujian waktu terlama adalah formula 1 sedangkan waktu tercepat yakni pada
formula 4, pada formula 3 memiliki waktu lebih lama dari formula 4 dan formula 2
memiliki wktu lebih lama dari formula 3. Hal ini karena waktu bakar juga berkaitan
dengan sifat miynak atsiri yang mudah menguap, semkin tinggi kadar minyak atsiri
didalam lilin maka semakin cepat lilin terbakar, seain sifat minyak atsiri yang
mempengaruhi waktu bakar pada lilin, menurut Murhananto dan Aryantasari (2000)
uIuran dan letak sumbu juga dapat mempengaruhi waktu bakar liin. Makin besar
ukuran sumbu dan makin kepinggir ukuran sumbu maka lilin akan mudah terbakar,
dari hasil pengamatan beberapa lilin diketahui bahwa da beberapa sumbu yang tidak
berada ditengah, hal ini memungkinkan adanya prbedaan saat pengujian waktu bakar.
Pengujian
No Sediaan Pengujian 1 Pengujian 2 Pengujian 3
0 0
1 Formula 1 52 C 50 C 49 0C
2 Formula 2 50 0C 49 0C 47 0C
3 Formula 3 49 0C 47 0C 46 0C
4 Formula 4 45 0C 47 0C 46 0C
Keterangan :
Hasil pengujian titik leleh yang dilakukan pada formula diatas menunjukan
titik leleh pada kisaran 450C-520C, kisaran titik leleh ini msih memenuhi syarat
evaluasi fisik menurut SNI yakni 420-600C. Titik leleh tertinggi yakni pada formula 1
dan titik leleh terendah yakni pada formula 4, sedangkan formula 3 memiliki titik
leleh lebih tinggi dari formula 4 dan formula 2 memiliki titik leleh lebih tinggi dari
formula 2. Hal ini karena ttik leleh dapat dipengaruhi oleh basis lilin yang digunakan,
dimana titik leleh asam stearat menurut Farmakope III yaitu 540C sedangkan titik