Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Determinasi Tanaman

Tanaman daun cengkeh dilakukan determinasi terlebih dahulu utuk

memastikan kebenaran simplisia yang dipakai dalam penelitian. Determinasi

tumbuhan dilakukan di Herbarium bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian dan

Pengembangan Biologi LIPI Cibinong. JL. Raya Jakarta – Bogor Km 46 Cibinong

16911. Hasil uji identifikasi sampel yang dilakukan menunjukan bahwa daun cengkeh

memiliki nama Syzigium aromaticum, adapun surat pernyataan hasil identifikasi dapat

dilihat pada Lampiran 1.

IV.2. Pembuatan minyak atsiri

Bagian yang diambil dalam penelitian ini adalah daun cengkeh yang diambil

sebanyak 13 kg dari perkebunan di daerah Treggalek Jawa timur, daun yang diambil

merupakan daun yang telah gugur, pengambilan daun yang telah gugur ini

dikarenakan daun cengkeh tidak dapat dipetik, karena apabila dipetik tanaman

cengkeh akan mengalami kerusakan, daun yang telah gugur terebut dibersihkan dan

dikeringanginkan untuk meminimalisir kadar air didalam daun. Daun yang dihasilkan

dari pengeringan tersebut dihasilkan sebanyak 10 kg. Penyulingan minyak atsiri

dilakukan di Balai Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) JL.Tentara Pelajar No.3

RT.04/ Rw 15 Menteng Kecamatan Bogor Jawa barat 16111. Penyulingan minyak

atsiri dilakukan dengan metode destilasi uap air dengan metode pengujian berdasarkan

SNI-01-0005-1995 butir7.6. daun cengkeh yang digunakan sebanyak 10kg

menghasilkan sebanyak 355 ml minyak atsiri murni.


IV.3. Hasil pemeriksaan mutu simplisia

1. Uji kadar air

Pengujian kadar air ini bertujuan untuk mengetahui kadar air didalam daun,

pengjuian kadar air dilakukan di Balai Tanaman Obat dan Rempah

(BALITTRO) JL.Tentara Pelajar No.3 RT.04/ Rw 15 Menteng Kecamatan

Bogor Jawa barat 16111. Pengujian dilakukan dengan metode pengujian SNI-

01-3709-1995 butir 6.2 hasil pengujian menunjukan bahwa % kadar air dalam

daun cengkeh adalah 7 %, dengan demikian daun cengkeh masih memenuhi

syarat mutu simplisia. Hasil uji dan identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 2.

2. Uji kadar abu

Pengujian kadar abu dilakukan di Balai Tanaman Obat dan Rempah

(BALITTRO) JL.Tentara Pelajar No.3 RT.04/ Rw 15 Menteng Kecamatan

Bogor Jawa barat 16111. Pengujian kadar abu dillakukan dengan metode

pengujian Gravimetri dengna hasil pengujian menunjukan % kadar abu yakni

4,24 %. Dengan demikian daun cengkeh masih memenuhi syarat mutu

simplisia. Hasil uji dan identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 3.

3. Uji susut pengeringan

Pengujian susut pengeringan dilakukan di Laboratrium Kesehatan Daerah

(LABKESDA) Jl. Rawasari Selatan Cempaka putih Timur, DKI Jakarta.

IV.4. Analisis minyak atsiri dengan metode GC-MS

Analisis minyak atsiri daun cengkeh yang dilakukan di Laboratorium

Kesehatan Daerah (LABKESDA) Jl. Rawasari Selatan Cempaka putih Timur, DKI

Jakarta.
IV.5. Formulasi

Tabel 1. Formula sediaan lilin aromaterapi

Komposisi lilin F1 F2 F3 F4 Fungsi

Minyak atsiri ( %) 0 10 15 20 Zat aktif

Parafin 10 9,89 9,79 9,69 Basis

Stearin ad 100 ad 100 ad 100 ad 100 Basis

Pada pembuatan sediaan lilin aromaterapi di mulai dari persiapan bahan-bahan

dan alat-alat yang digunakan. Sediaan lilin aromaterapi ekstrak daun cegkeh ini dibuat

menggunakan parafin dan asam stearat sebagai basis. Asam stearat banyak digunakan

untuk produksi lilin. Asam ini berfungsi untuk mengeraskan dan memperkuat lilin.

Asam stearat juga memiliki pengaruh pada titik leleh lilin sehingga meningkatkan

daya tahan atau konsistensi nyala lilin. Kegunaan lain dari asam stearat adalah

mencegah oksidasi. Senyawa ini biasanya digunakan untuk melapisi serbuk logam

seperti besi dan aluminium yang digunakan dalam kembang api, sehingga

memungkinkannya disimpan dalam waktu lama. (Sumardjo,2006). Pada pembuatan

lilin, asam stearat perlu dipanaskan. Tujuan pemanasan asam stearat pada pembuatan

lilin aromaterapi adalah untuk mencairkan asam stearat yang semula berwujud padat

pada titik lelehnya yaitu sekitar 59-60 0C. Fungsi dari asam stearat ini adalah untuk

memberi bentuk pada lilin yang dibuat, karena stearin akan menjadi padat setelah

dingin. Sedangan parafin merupakan suatu hidrokarbon dengan rumus empiris C nH2n=2
yang bentuknya berupa padat dengan titik cair rendah da bahan ini berbentuk serbuk

yang lembut. (Husein, 2016). Fungsi dari parafin dalam sediaan lilin yakni sebagai

bahan bakar agar lilin mudah dibakar, selain itu pencampuran parafin dan asma

stearat adalah agar parafin dapat mengeras karena sifat dari parafin yang cenderung

lembek dan lentur dibawah titik leburnya. Penggabungan dengan stearat parafin dapat

menjadi bahan dasar liin batangan. Pembuatan sediaan lilin aromaterapi dibuat

bervariasi yakni 10 %, 15 %, dan 20 %. Dan dilakukan peleburan, tetapi minyak atsiri

tiak dilakukan pemanasan karena minyak atsiri mudah menguap dan menghindari

kerusakan zat aktif.

IV.6. Evaluasi sediaan lilin aromaterapi

1. Uji organoleptis

Tabel 2. Pengujian organoleptis

Pengujian
No Sediaan Warna Aroma
1 Formula 1 Putih Tidak berbau
2 Formula 2 Putih kekuningan Bau khas cengkeh
3 Formula 3 Putih kekuningan Bau khas minyak cengkeh
4 Formula 4 Putih kekuningn Bau khas minyak cengkeh

Keterangan :

Formula 1 : Sediaan lilin aromaterapi tanpa minyak atsiri daun cengkeh

Formula 2 : Sediaan lilin aromaterapi dengan minyak atsiri 10 %

Formula 3 ; Sediaan lilin aromaterapi dengan minyak atsiri 15 %

Formula 4 : Sediaan lilin aromaterapi dengan minyak atsiri 20 %

Hasil pengamatan secara fisik lilin aomaterapi berwarna putih baik setelah

penyimpanan mapun sebelum penyimpanan. Hal ini menunjukan bahwa lilin


aromaterapi memenuhi syarat SNI yakni lilin berwarna putih sampai kuning.

Sedangkan haisl pengamatan aroma dari lilin aromaterapi menunjukan bahwa pada

formula 4 enunjukan bahwa e bau khas cengkeh sangat terasa, hal ini dikarenakan

makin tinggi formula maka semakin

halmaaaaa

2. Uji waktu bakar

Tabel 3. Uji waktu bakar

Pengujian
No Sediaan Pengujian 1 Pengujian 2 Pengujian 3
1 Formula 1 3 jam 30 menit 2 jam 30 menit 3 jam 55 menit
2 Formula 2 2 jam 28 menit 1 jam 37 menit 2 jam 47 menit
3 Formula 3 2 jam 20 menit 55 menit 1 jam 56 menit
4 Formula 4 41 menit 50 detik 45 menit 30 detik 1 jam 8 menit

Keterangan :

Formula 1 : Sediaan lilin aromaterapi tanpa minyak atsiri daun cengkeh

Formula 2 : Sediaan lilin aromaterapi dengan minyak atsiri 10 %

Formula 3 ; Sediaan lilin aromaterapi dengan minyak atsiri 15 %

Formula 4 : Sediaan lilin aromaterapi dengan minyak atsiri 20 %

Pengujian waktu bakar yakni selang waktu yang menunjukan daya tahan lilin saat

dibakar sampai lilin tersebut habis. Waktu bakar diperoleh dari selisih antara waktu

awal pembakarn sammpai sumbu lilin habis terbakar (padam).

Hasil pengujian waktu bakar yang tertera pada tabel diatas waktu bakar

terlama pada kisaran 3 jam 30 menit sampai 3 jam 55 menit, dari masing-masing

pengujian waktu terlama adalah formula 1 sedangkan waktu tercepat yakni pada

formula 4, pada formula 3 memiliki waktu lebih lama dari formula 4 dan formula 2

memiliki wktu lebih lama dari formula 3. Hal ini karena waktu bakar juga berkaitan

dengan sifat miynak atsiri yang mudah menguap, semkin tinggi kadar minyak atsiri
didalam lilin maka semakin cepat lilin terbakar, seain sifat minyak atsiri yang

mempengaruhi waktu bakar pada lilin, menurut Murhananto dan Aryantasari (2000)

uIuran dan letak sumbu juga dapat mempengaruhi waktu bakar liin. Makin besar

ukuran sumbu dan makin kepinggir ukuran sumbu maka lilin akan mudah terbakar,

dari hasil pengamatan beberapa lilin diketahui bahwa da beberapa sumbu yang tidak

berada ditengah, hal ini memungkinkan adanya prbedaan saat pengujian waktu bakar.

3. Uji titik leleh

Tabel 4. Uji titik leleh

Pengujian
No Sediaan Pengujian 1 Pengujian 2 Pengujian 3
0 0
1 Formula 1 52 C 50 C 49 0C
2 Formula 2 50 0C 49 0C 47 0C
3 Formula 3 49 0C 47 0C 46 0C
4 Formula 4 45 0C 47 0C 46 0C

Keterangan :

Formula 1 : Sediaan lilin aromaterapi tanpa minyak atsiri daun cengkeh

Formula 2 : Sediaan lilin aromaterapi dengan minyak atsiri 10 %

Formula 3 ; Sediaan lilin aromaterapi dengan minyak atsiri 15 %

Formula 4 : Sediaan lilin aromaterapi dengan minyak atsiri 20 %

Hasil pengujian titik leleh yang dilakukan pada formula diatas menunjukan

titik leleh pada kisaran 450C-520C, kisaran titik leleh ini msih memenuhi syarat

evaluasi fisik menurut SNI yakni 420-600C. Titik leleh tertinggi yakni pada formula 1

dan titik leleh terendah yakni pada formula 4, sedangkan formula 3 memiliki titik

leleh lebih tinggi dari formula 4 dan formula 2 memiliki titik leleh lebih tinggi dari

formula 2. Hal ini karena ttik leleh dapat dipengaruhi oleh basis lilin yang digunakan,
dimana titik leleh asam stearat menurut Farmakope III yaitu 540C sedangkan titik

leleh parafin menurut Bennet (1963) yaitu berkisar 420C- 600C.

IV.7. Uji efektivitas

IV.8. Uji hedonik

Anda mungkin juga menyukai