Anda di halaman 1dari 41

Sediaan Aromaterapi

Mita Tasmayanti 201851179

Rhayvan Chonda Ardianto

Mata Kuliah : Teknologi Sediaan Herbal


Dosen Pengampu : Apt.Nurfitriyana,M.Farm
2

PENDAHULUAN

Aromaterapi merupakan suatu bentuk pengobatan alternatif menggunakan bahan tanaman volatil, banyak dikenal dalam
bentuk minyak esensial dan berbagai macam bentuk lain yang bertujuan untuk mengatur fungsi kognitif, mood, dan
kesehatan. Aromaterapi adalah salah satu teknik pengobatan atau perawatan menggunakan bau-bauan yang menggunakan
minyak essential aromaterapi.
Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak atsiri memiliki komponen volatil pada
beberapa tumbuhan dengan karakteristik tertentu.

Lilin Aromaterapi Sabun Aromaterapi Gel Aromaterapi


3

TINJAUAN PUSTAKA
Pertimbangan Dalam Formulasi Sediaan Aromaterapi

Identifikasi Minyak Atsiri. Pemeriksaan karakteristik


Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus
minyak atsiri bertujuan untuk mengetahui kualitas
diperhatikan dalam formulasi suatu sediaan farmasi.
dari minyak atsiri yang dihasilkan. Pemeriksaan
Uji stabilitas ini dilakukan untuk mengetahui kualitas
karakteristik yang dilakukan meliputi: warna, bobot
sediaan. Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan
jenis, indeks bias, kelarutan dalam etanol, dan
suatu produk atau kosmetik untuk bertahan dalam
bilangan asam. Berat jenis merupakan salah satu
batas spesifikasi yang telah ditetapkan sepanjang
kriteria penting dalam menentukan kualitas mutu
periode penyimpanan dan penggunaan untuk
minyak atsiri. Berat jenis sering dihubungkan dengan
menjamin identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian
fraksi berat dari komponen yang terkandung pada
produk tersebut.
minyak atsiri tersebut .
4

Evaluasi Sediaan Aromaterapi


Lilin Aromaterapi

Uji Organoleptik

Pengujian sensorik atau evaluasi sensorik atau uji Uji organoleptik adalah pengujian yang
organoleptik merupakan metode pengukuran didasarkan pada pengindraan manusia.
ilmiah yang digunakan untuk mengukur dan
menganalisis hasil reaksi yang dilakukan oleh Uji organoleptik dilakukan untuk
manusia melalui penglihatan, rasa, penciuman, mengamati tekstur, warna, dan aroma
sentuhan dan interpretasi. sediaan lilin aromaterapi.

Keadaan fisik lilin adalah warna sama dan merata, tidak retak, tidak
cacat dan tidak patah menurut SNI 0386-1989-A/II 0348-1980.
5

Evaluasi Sediaan Aromaterapi


Lilin Aromaterapi

Uji Titik Leleh


Lelehan lilin dimasukkan Pipa kapiler diikat pada Gelas piala dipanaskan, saat lilin dalam
kedalam pipa kapiler, termometer dan dimasukkan pipa kapiler bergerak pertama kali,
kemudian disimpan dalam ke dalam gelas piala 600 ml angka terlihat bergerak pertama kali,
lemari es pada suhu 4-10oC yang berisi air setengah angka yang terlihat pada termometer
selama 16 jam. bagian dicatat sebagai titik leleh lilin.

Titik leleh dipengaruhi oleh titik leleh basis lilin yang digunakan dan konsentrasi zat aktif yang tinggi juga
akan membuat titik leleh lilin menjadi rendah, dan sebaliknya jika konsentrasi minyak atsiri lebih rendah
maka titik leleh lilin menjadi tinggi.

Titik leleh lilin berdasarkan SNI 06-0386- 1989 tentang lilin berkisar
antara 50– 58oC.
6

Evaluasi Sediaan Aromaterapi


Lilin Aromaterapi

Uji Waktu Bakar

Waktu bakar lilin adalah selang waktu yang Waktu bakar juga berkaitan dengan sifat minyak atsiri yang
menunjukkan daya tahan lilin dibakar sampai mudah menguap, semakin tinggi kadar minyak atsiri semakin
habis. Pengujian ini dilakukan dengan cara cepat lilin terbakar. Selain sifat minyak atsiri yeng
membakar sumbu lilin sehingga terbentuk nyala mempengaruhi waktu bakar lilin. Ukuran dan letak sumbu
api pada lilin. Waktu bakar diperoleh dari selisih juga mempengaruhi waktu bakar lilin. Makin besar ukuran
antara waktu awal pembakaran dan waktu saat sumbu atau makin ke pinggir letak sumbu lilin makin cepat
habis.
sumbu lilin habis terbakar (api padam).
7

Evaluasi Sediaan Aromaterapi


Lilin Aromaterapi
larva tersebut akan dipindahkan pada
Uji Efektifitas Lilin Terhadap Nyamuk wadah baru yang berisi air bersih, lalu
pindahkan wadah kedalam kurungan
nyamuk yang telah dibuat dan
membuat kandang/kurungan dibiarkan hingga berkembang menjadi
Tahapan awal yaitu membuat nyamuk dari kayu ditutupi kepompong. Juga masukkan larutan air
ovitrap (perangkap/kurungan kelambu.Setelah terlihat adanya gula ke dalam kurungan, larutan
berupa wadah berisi air yang telur pada ovitrap, maka telur tersebut akan menjadi makanan
dapat menjadi tempat nyamuk akan dibiarkan hingga menetas nyamuk setelah keluar dari
betina melepaskan telur). menjadi larva/ jentik. kepompong.

Pengamatan terhadap waktu dan Lilin aromaterapi yang telah Saat semua kepompong telah
jumlah tingkat kematian nyamuk diformulasi kemudian dimasukkan menjadi nyamuk dewasa, maka
yang berada didalam kurungan. kedalam kurungan dan dinyalakan akan dilakukan uji anti nyamuk.
8

Evaluasi Sediaan Aromaterapi


Lilin Aromaterapi Uji Hedonik atau Kesukaan
Aroma Lilin Aroma Lilin Saat Dibakar
Warna Secara Visual Sebelum Dibakar
Aroma yang dihasilkan
Uji kesukaan aroma lilin saat dibakar
memberikan rangsangan yang
akan memberikan hasil penilaian yang
berbeda-beda bagi setiap
lebih akurat terhadap aroma yang
Komposisi bahan lilin memberikan panelis, masing-masing panelis
dihasilkan. Pengujian dilakukan dengan
pengaruh yang nyata pada tingkat menilai secara subjektif.
cara membakar lilin aromaterapi yang
kesukaan terhadap warna lilin. Pengujian ini dilakukan dengan
telah dibuat di dalam ruangan tertutup
Pengujian ini dilakukan dengan cara cara panelis diberikan mencium
berukuran 3X6 meter dengan jarak
mengamati secara visual warna lilin aroma lilin sebelum dibakar.
antara panelis ke lilin ±60 cm, masing-
aromaterapi yang dihasilkan secara Hasil yang diperoleh
masing panelis menilai secara subjektif
subjektif oleh masing-masing menunjukkan tigkat kesukaan
apa yang mereka rasakan. Hasil yang
panelis. Penilaian tingkat kesukaan terhadap aroma lilin sebelum
diperoleh menunjukkan tingkat
dimuat dalam skala 1-5. dibakar. Penilaian tingkat
kesukaan panelis terhadap aroma lilin
kesukaan aroma lilin sebelum
pada saat dibakar yang dimuat dalm 5
dibakar ini dimuat dalam skala 1-
skala.
5.
9

Evaluasi Sediaan Aromaterapi


Gel Aromaterapi

Uji Organoleptik

Pengamatan organoleptis yang dilakukan terhadap sediaan gel, meliputi pengamatan terhadap
bau, warna, bentuk, dan homogenitas sedian gel, yang diamati selama 28 hari penyimpanan.
Pengamatan dilakukan dengan cara pengamatan visual pada hari ke-1, 3, 5, 7, 14, 21, dan 28.
10

Evaluasi Sediaan Aromaterapi


Gel Aromaterapi

Uji pH Gel

Pengamatan pH sediaan gel dilakukan menggunakan alat pH meter digital. Pengujian dilakukan
dengan mencelupkan elektroda ke dalam sediaan gel, sehingga nilai pH dapat dibaca pada alat.
Pengamatan dilakukan pada hari ke-1, 3, 5, 7, 14, 21, dan 28.

Persyaratan pH sediaan untuk penggunaan topikal pada kulit


yaitu 4,5-8 sesuai dengan pH kulit
11

Evaluasi Sediaan Aromaterapi


Gel Aromaterapi

Uji Perubahan Viskositas Sediaan Gel

Evaluasi viskositas Spindle 1 Nilai pengukuran Pengukuran


dilakukan dengan dicelupkan ke diambil ketika viskositas
menggunakan dalam sediaan gel angka yang dilakukan pada
suatu alat yang akan di ditunjukkan telah hari ke-1, 3, 5, 7,
viscometer evaluasi stabil 14, 21, dan 28.

Viskositas pada sediaan gel tidak memiliki batasan, akan tetapi viskositas
menjadi hal yang sangat penting untuk dievaluasi pada sediaan gel, karena
nilai viskositas menggambarkan konsistesi dari sediaan gel tersebut.
12

Evaluasi Sediaan Aromaterapi


Gel Aromaterapi
Uji Penguapan Zat Cair (Untuk Gel Pengharum Ruangan)

Penurunan bobot gel pengharum ruangan diperoleh


Uji penguapan zat cair dilakukan dengan
dengan menghitung selisih bobot gel pada minggu
menimbang bobot gel setiap minggu selama
sebelumnya (M3) dengan bobot gel pada saat
tiga minggu . Dari pengujian ini , diperoleh
penimbangan (Mn) , sedangkan bobot total penurunan
besar penurunan bobot gel setiap
bobot adalah selisih bobot minggu ketiga (M3) dengan
minggunya dan total penurunan bobot
bobot awal (Mo). Besar selisih bobot merupakan
setelah tiga minggu penyimpanan.
jumlah zat cair yang menguap. Persen total penguapan
zat cair dihitung dengan rumus .

% Total penguapan zat cair sebesar kurang dari 2%


13

Evaluasi Sediaan Aromaterapi


Sabun Aromaterapi

Uji Organoleptik

Uji organoleptik dilakukan secara visual dengan mengamati bentuk,


warna dan bau dari sabun padat yang dihasilkan
14

Evaluasi Sediaan Aromaterapi


Sabun Aromaterapi

Uji pH
Indikator pH universal
tersebut kemudian
diamati dan
Sabun ditimbang sebanyak Campuran Kemudian indikator pH
dibandingkan dengan
1 gram dan dilarutkan dipanaskan untuk universal dicelupkan
skala yang tertera
dalam 10 mL aquadest. membantu kelarutan kedalam larutan.
untuk menentukan
derajat keasaman (pH)
sabun.

Semua hasil dicatat dan Pengukuran dilakukan


ditentukan rata-rata pada tiap formula,
Sabun pada umumnya mempunyai derajat keasamannya masing-masing 3 kali
pH sekitar 9–11. (pH). replikasi.
15

Evaluasi Sediaan Aromaterapi


Sabun Aromaterapi

Uji Stabilitas Busa

Sebanyak 1 gram sabun Kemudian dikocok Mengukur tinggi busa Kemudian mengamati
dimasukkan kedalam dengan membolak- yang dihasilkan dan dan mengukur tinggi
tabung reaksi yang berisi balikkan tabung diamkan selama 5 busa yang dihasilkan
10 ml aquadest reaksi. menit. setelah 5 menit

Stabilitas busa dihitung Stabilitas Busa (setelah 5 menit)


dengan rumus: = 100% - % Busa yang hilang

Kriteria stabilitas busa yang baik yaitu, apabila dalam waktu 5 menit
diperoleh kisaran stabilitas busa anatara 60-70%.
16

Evaluasi Sediaan Aromaterapi


Sabun Aromaterapi

Penetapan kadar air sabun (cara silena)


Selanjutnya
Dilakukan dengan cara Kemudian erlenmeyer
dipanaskan selama
tapan distilasi, sebanyak dihubungkan dengan
kurang lebih 3 jam
2,5 gram sampel Ditambahkan silena alat aufhauser yang
sampai air yang
dimasukan ke dalam sebanyak 150 ml kemudian dihubungkan
terpisah tidak
erlenmeyer asah dengan kondensor libig
bertambah lagi
yang panjang

Air yang telah terpisah


dalam pipa berskala
ditentukan volumenya.

. Kadar air maksimal yang diijinkan menurut SNI 06-3532 (1994) tentang syarat
mutu sabun mandi padat adalah 15%
17

Evaluasi Sediaan Aromaterapi


Sabun Aromaterapi
Penetapan kadar jumlah asam lemak
Labu cassia dipanaskan
Setelah sabun larut,
Dilakukan dengan cara kembali di dalam labu cassia dipanaskan
larutan tersebut
cassia, sebanyak 2,5 g penangas air, setelah kembali sampai semua
dimasukan ke dalam
sampel sabun dilarutkan asam lemak terpisah di asam lemak terkumpul di
labu cassia dan
dengan 50 ml air dan permukaan larutan, permukaan.
ditambahkan
dipanaskan dengan ditambahkan air panas
indikator jingga metil
menggunakan radas refluks sampai asam lemak
kemudian H2SO4 20%
terbaca pada skala yang
sebanyak 7 ml. terdapat pada labu,

Menurut SNI 06-3532 (1994), kadar minimal jumlah asam lemak adalah 70%.
18

Evaluasi Sediaan Aromaterapi


Sabun Aromaterapi Penetapan kadar asam lemak bebas
Kemudian Setelah itu, 2,5 g sampel Kemudian dinginkan
ditambahkan sabun dimasukan ke sampai suhu 70°C dan
Sebanyak 50 ml etanol indikator fenolftalein dalam alkohol netral dititar dengan KOH 0,1 N
dididihkan dalam labu sebanyak 3 tetes dan yang telah dibuat dan dalam alkohol sampai
erlenmeyer 250 ml. didinginkan sampai dipanaskan di atas warna merah timbul dan
suhu 70°C kemudian penangas air dengan tahan selama 15 detik
dititar dengan KOH bantuan radas refluks,
0,1 N dalam alkohol dan dididihkan selama
sampai titik akhir 30 menit

Menurut SNI 06-3532 (1994), kadar maksimum asam lemak bebas adalah sebesar 2,5%.
19

Evaluasi Sediaan Aromaterapi


Sabun Aromaterapi Penetapan kadar lemak tak tersabunkan

Setelah itu didinginkan


Penentuan kadar lemak tak
Kemudian dipanaskan di sampai suhu 70 °C dan
tersabunkan dilakukan Larutan tersebut atas penangas air dan dititar dengan HCl 0,5 N
dengan menggunakan ditambah 5 ml KOH menggunakan kondensor sampai warna merah
larutan bekas penentuan 0,5 N alin selama 1 jam. dari indikator fenolftalein
asam lemak bebas
tepat hilang

Menurut SNI 063532 (1994) lemak tak tersabunkan


merupakan lemak netral atau trigliserida netral yang
tidak bereaksi selama proses penyabunan atau yang
sengaja ditambahkan untuk mendapatkan hasil
sabun superfat. Kadar maksimum yang
diperbolehkan adalah sebesar 2,5% dan 7,5% untuk
tipe sabun superfat
20

Formulasi Sediaan Lilin Aromaterapi Sebagai Anti Nyamuk Dari Minyak Atsiri Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth) Kombinasi Minyak Atsiri Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle).

Lilin aromaterapi adalah alternatif aplikasi


aromaterapi secara inhalasi (penghirupan), yaitu
penghirupan uap aroma yang dihasilkan dari
beberapa tetes minyak atsiri dalam wadah berisi air
panas. Lilin aromaterapi akan menghasilkan aroma
yang memberikan efek terapi bila dibakar.

Salah satu tanaman yang diketahui mempunyai daya penolak


nyamuk adalah buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia, Swingle).
Jeruk nipis mengandung sitrat, geranil asetat, felandren dan
limonen yang berfungsi sebagai anti nyamuk. Senyawa limonen
merupakan zat yang berbau khas dan berasa pahit sehingga ampuh
untuk menolak nyamuk.
21

Formulasi Sediaan Lilin Aromaterapi Sebagai Anti Nyamuk Dari Minyak Atsiri Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth) Kombinasi Minyak Atsiri Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle).

Daun Nilam mengandung saponin, flavonoid, dan minyak atsiri.


Komponen penyusun minyak atsirinya, yaitu sesquiterpen dan patchouli
alkohol.
Minyak nilam dilaporkan paling efektif menolak terhadap beberapa jenis
serangga seperti ngengat kain (Thysanura:lepismatidae), sitophilus
zeamais (kumbang jagung), carpophilu (kumbang buah kering), minyak
nilam juga bersifat menolak aphid (kutu daun), nyamuk dan Pseudaletia
unipunct.
Daun Nilam mengandung saponin, flavonoid, dan minyak atsiri.
Komponen penyusun minyak atsirinya, yaitu sesquiterpen dan patchouli
alkohol.
22

Formulasi Sediaan Lilin Aromaterapi Sebagai Anti Nyamuk Dari Minyak Atsiri Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth) Kombinasi Minyak Atsiri Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle).
Formula (%)
Komposisi Kegunaan
FA FB FC
Formulasi Minyak Atsiri Daun Nilam 4 4 4 Zat Aktif/Pengikat
Minyak Atsiri Buah Jeruk Nipis 3 4 5 Zat Aktif
Parafin Padat 10 10 10 Basis Lilin
Asam Stearat ad 100 ad 100 ad 100 Basis Lilin

Alat
23

Formulasi Sediaan Lilin Aromaterapi Sebagai Anti Nyamuk Dari Minyak Atsiri Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth) Kombinasi Minyak Atsiri Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle).

Formula (g)
Bobot Sediaan yang
Bahan Komposisi
akan dibuat (g)
Kegunaan
FA FB FC

Minyak Atsiri Daun Nilam 2 2 2 Zat Aktif/Pengikat


Minyak Atsiri Buah Jeruk 50
Nipis 1.5 2 2.5 Zat Aktif
Parafin Padat 5 5 5 Basis Lilin

Asam Stearat ad 50 ad 50 ad 50 Basis Lilin

Bobot( g )  % formula x Bobot sediaan yang akan dibuat


24

Formulasi Sediaan Lilin Aromaterapi Sebagai Anti Nyamuk Dari Minyak Atsiri Daun Nilam
(Pogostemon cablin Benth) Kombinasi Minyak Atsiri Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle).

 Cara Pembuatan Lilin Aromaterapi

Pada suhu 40 °C
Kemudian dilakukan
Dipanaskan Dipanaskan dimasukkan pencampuran Dituang ke dalam
asam stearat parafin padat parafin ke dalam minyak atsiri wadah yang telah
dalam beaker dalam cawan beaker gelas, daun nilam serta dilumasi minyak Didiamkan
gelas pada suhu porselin pada dan dipanaskan minyak atsiri
parafin dan telah selama 2 jam
diletakkan sumbu
55 °C suhu 50 °C kembali sampai buah jeruk nipis, di bagian tengah.
suhu 65-70 °C. diaduk hingga
merata
25

Evaluasi Lilin Aromaterapi

Uji Organoleptik

Pengamatan warna sediaan Pengamatan aroma


Hasil pengamatan warna fisik lilin, menunjukkan Hasil pengamatan aroma sediaan menunjukkan lilin
bahwa tidak adanya perubahan warna selama aromaterapi formula A yang dibuat beraroma khas minyak
penyimpanan yaitu warna kuning pucat dan warna atsiri, kombinasi buah jeruk nipis dengan kombinasi
dari formula lilin ini dipengaruhi oleh minyak atsiri minyak atsiri daun nilam. Sedangkan formula B dan C
daun nilam. Sediaan lilin aromaterapi ini sudah sesuai memiliki aroma khas minyak atsiri buah jeruk nipis.
dengan evaluasi sifat fisik lilin menurut SNI yaitu lilin Berkurang aroma setelah berkalikali lilin digunakan terjadi
berwarna putih sampai kuning. pada sediaan yang dibuat ini karena dipengaruhi oleh sifat
minyak atsiri yang mudah menguap.
26

Evaluasi Lilin Aromaterapi


Uji Titik Leleh

Titik leleh dipengaruhi oleh titik leleh basis lilin yang digunakan dimana titik leleh asam stearat menurut
Farmakope edisi III yaitu 54 ̊C sedangkan titik leleh parafin menurut Bennet (1963) yaitu berkisar 42- 60 ̊C.
Selain itu konsentrasi zat aktif yang tinggi juga akan membuat titik leleh lilin menjadi rendah, dan sebaliknya
jika konsentrasi minyak atsiri lebih rendah maka titik leleh lilin menjadi tinggi.
27

Evaluasi Lilin Aromaterapi


Uji Waktu Bakar

Waktu bakar juga berkaitan dengan sifat minyak atsiri yang mudah menguap, semakin tinggi
kadar minyak atsiri semakin cepat lilin terbakar.
Selain sifat minyak atsiri yang mempengaruhi waktu bakar lilin, ukuran dan letak sumbu juga
mempengaruhi waktu bakar lilin.
Makin besar ukuran sumbu atau makin ke pinggir letak sumbu lilin makin cepat habis.
28

Evaluasi Lilin Aromaterapi


Uji Efektifitas Lilin Terhadap Nyamuk

Hasil pengujian efektivitas lilin didapatkan bahwa semua formula dapat membunuh
nyamuk dalam tempat/ruang uji. Namun pada pengujian ini tidak diketahui jelas
apakah lilin ini dapat membunuh nyamuk atau hanya dapat mengusir nyamuk. Hal
ini disebabkan oleh tempat/ruang pengujian yang besar dan terbuka.
29

Evaluasi Lilin Aromaterapi


Uji Hedonik atau Kesukaan

Uji kesukaan pada penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar kesukaan panelis terhadap
aroma sediaan lilin yang dibuat

Hasil pengujian menunjukkan formula yang banyak disukai panelis yaitu formula C.
Berdasarkan hasil uji kesukaan dapat dikatakan bahwa semakn tinggi konsentrasi minyak atsiri jeruk nipis
maka sediaan semakin disukai oleh panelis. Dari 30 panelis tidak terdapat 1 panelis pun yang tidak menyukai
sediaan ini.
Formulasi Gel Pengharum Ruangan Dari Minyak Biji Kopi Robusta 30

(Coffea Canephora Pierre Ex A. Froehner) Sebagai Pewangi.

Sediaan gel pengharum ruangan mengandung zat


fiksatif yang merupakan suatu senyawa yang
mempunyai titik uap lebih tinggi dari titik uap zat
pewangi dan dapat mengurangi kecepatan
penguapan dari zat pewangi (Rahmaisni, 2011).

Kappa karagenan merupakan salah satu bahan yang paling umum


digunakan untuk pembuatan gel, berasal dari rumput laut
Eucheuma cottonii atau yang sekarang dikenal dengan nama
Kappahycus alvarezii. Kappa karagenan memiliki sifat yang rapuh jika
dibuat menjadi gel. Untuk meningkatkan elastisitas dan
kekuatannya, dapat dicampur dengan jenis pati atau gum lainnya.
31

Formulasi Gel Pengharum Ruangan Dari Minyak Biji Kopi Robusta


(Coffea Canephora Pierre Ex A. Froehner) Sebagai Pewangi.

Salah satu tumbuhan yang dapat menghasilkan minyak atsiri dengan


aroma yang khas adalah kopi. Kopi merupakan jenis tanaman tropis yang
dapat tumbuh di mana-mana, kecuali tempat yang terlalu tinggi dengan
temperatur sangat dingin atau daerah tandus yang tidak cocok bagi
kehidupan tanaman.
Formulasi Gel Pengharum Ruangan Dari Minyak Biji Kopi Robusta 32
(Coffea Canephora Pierre Ex A. Froehner) Sebagai Pewangi.
Formula (%)
Komposisi Kegunaan
F1 F2 F3 F4 F5
Formulasi Karagenan : Pektin (60:
40)
1,8 : 1,2 1,8 : 1,2 1,8 : 1,2 1,8 : 1,2 1,8 : 1,2
Pembentuk Gel
Minyak Biji Kopi
Robusta 5 6 7 8 9 Zat Aktif
Minyak Nilam 1 1 1 1 1 Fiksatif
Natrium Benzoat 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 Pengawet
Propilen Glikol 10 10 10 10 10 Kosolven
Aquadest Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100 -

Alat
33
Formulasi Gel Pengharum Ruangan Dari Minyak Biji Kopi Robusta
(Coffea Canephora Pierre Ex A. Froehner) Sebagai Pewangi.

Formula (g)
Bobot Sediaan
Bahan Komposisi
(g) F1 F2 F3 F4 F5
Kegunaan

Karagenan 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 Pembentuk gel


Pektin 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 Pembentuk gel
Minyak Biji Kopi
Robusta 2.5 3 3.5 4 4.5 Zat aktif
50
Minyak Nilam 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 Fiksatif
Natrium benzoat 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 Pengawet
Propilen glikol 5 5 5 5 5 Kosolven
Aquadest ad 50 ad 50 ad 50 ad 50 ad 50 -

Bobot( g )  % formula x Bobot sediaan yang akan dibuat


34
Formulasi Gel Pengharum Ruangan Dari Minyak Biji Kopi Robusta
(Coffea Canephora Pierre Ex A. Froehner) Sebagai Pewangi.

 Cara Pembuatan
Gel Pengharum Ruangan

Setelah itu
ditambahkan
propilen glikol
Dimasukkan Setelah itu dan diaduk
karagenan, Diangkat gelas dengan cepat. Dituang ke
dimasukkan
Akuades diaduk dengan beker dari Setelah propilen dalam wadah
natrium benzoat
dipanaskan cepat hingga penangas lalu glikol tercampur lalu dibiarkan
dalam gelas larut lalu sedikit demi diaduk dengan homogen,
beker hingga dimasukkan
sedikit kemudian cepat hingga ditambahkan dalam suhu
75oC. pektin dan diaduk dengan suhunya turun minyak biji kopi ruang hingga
diaduk kembali cepat hingga mencapai 65oC. Robusta dan membentuk gel
homogen.
dengan cepat. minyak nilam,
diaduk dengan
cepat hingga
homogen.
35

Evaluasi Gel Pengharum Ruangan

Uji Organoleptik

Uji organoleptis dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan dengan cara melakukan
pengamatan terhadap bentuk, warna dan bau dari sediaan yang telah dibuat.
36

Evaluasi Gel Pengharum Ruangan


Uji Kestabilan Gel

Kestabilan gel diuji dengan menghitung dan membandingkan tingkat sineresis antar sampel. Gel yang telah terbentuk
pada wadah plastik ditimbang bobotnya (Mo) lalu dipindahkan ke dalam plastik resealable yang telah diberi kode sampel.
Gel disimpan pada oven bersuhu 30oC dalam keadaan plastik terbuka. Setelah 24 jam, gel dikeluarkan dari oven dan
dipindahkan ke dalam wadah plastik sesuai kode sampel untuk ditimbang bobot akhirnya (Mi). Sebelum disimpan pada
wadah plastik, permukaan gel dikeringkan terlebih dahulu dengan tissu kering agar tidak ada zat cair yang ikut
tertimbang .

Gel yang baik adalah gel dengan nilai sineresis di bawah 1%

Hasil nilai sineresis gel yaitu F1=0,85%; F2=0,94%; F3=1,08%; F4=0,95%; F5=2,04%.
37

Evaluasi Gel Pengharum Ruangan


Uji Penguapan Zat Cair (Untuk Gel Pengharum Ruangan)

Uji penguapan zat cair dilakukan dengan menimbang bobot gel perminggu selama 4 minggu. Gel pengharum ruangan
ini disimpan di beberapa tempat yaitu di ruangan suhu kamar , ruangan AC dan ruangan kipas angin agar bisa
dibandingkan gel yang disimpan di tempat yang berbeda. Dari uji ini, diperoleh besar penurunan bobot gel setiap
minggunya dan total penurunan bobot setelah 4 minggu penyimpanan. Besar selisih bobot merupakan jumlah zat cair
yang menguap.

% Total penguapan zat cair sebesar kurang dari 2%


38

Evaluasi Gel Pengharum Ruangan


Uji Hedonik atau Kesukaan

Pengujian kesukaan aroma wangi dilakukan dengan cara mencium dua sampai tiga kali. Saat pengujian, gel
diposisikan dengan jarak 20 cm dari hidung dan wangi dicium dengan mengibas-ngibaskan tangan ke arah
hidung.

Dari hasil perhitungan didapatkan formula F5 memiliki interval nilai kesukaan tertinggi yaitu 3,81-4,35,
untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,81 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).
Formula F1 memiliki interval nilai kesukaan terendah yaitu 2,83-3,56, untuk penulisan nilai akhir kesukaan
diambil nilai terkecil yaitu 2,83 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka).
Hal ini menunjukkan semakin tinggi konsentrasi minyak biji kopi Robusta yang digunakan maka akan
semakin disukai. Karena konsentrasi minyak biji kopi Robusta yang tinggi memiliki aroma yang lebih kuat
sehingga aroma dari minyak nilam dapat tertutupi.
39

Evaluasi Gel Pengharum Ruangan


Uji Ketahanan Wangi

Pengujian ketahanan wangi gel pengharum ruangan dilakukan pada hari ke-7, ke-14, ke-21 dan ke-28 hari
penyimpanan.
Uji ketahanan wangi produk gel pengharum ruangan dilakukan untuk mengetahui umur pemakaian dan
ketahanan wangi gel pengharum ruangan selama penyimpanan yang dinilai oleh 25 panelis dengan cara
mencium wangi dua sampai tiga kali. Saat pengujian, gel diposisikan dengan jarak 20 cm dari hidung dan
wangi dicium dengan mengibas-ngibaskan tangan ke arah hidung dari sediaan gel yang telah disimpan atau
diletakkan pada ruangan suhu kamar, AC kamar, dan ruangan biasa yang diberi kipas angin. AC kamar dan
kipas dinyalakan selama 8 jam sehari. Masing-masing sampel diuji ketahanan wanginya dengan
menggunakan sampel pembanding. Sampel pembanding dibuat baru tanpa dilakukan penyimpanan.

Kekuatan wangi yang masih dalam keadaan baik adalah yang memiliki nilai di atas 2, yaitu sama wangi
sampai kurang wangi.
Daftar Pustaka

 Fitrah, A.N. 2013. Formulasi Gel Pengharum Ruangan Menggunakan Karagenan dan Glukomanan dengan Pewangi Minyak
Jeruk Purut dan Kenanga. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
 Badan Standarisasi Nasional. 2006. Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau Sensori. SNI-01-2346-200. Jakarta: Dewan
Standarisasi Indonesia.
 Pasaribu, Gunawan,dkk. (2015). Kualitas Lilin Aromate Rapi Dan Sabun Be Rbahan Minyak Dryobalanops aromatica.34(2).
 Supriyanta, Jaka, dkk. (2021). Jurnal Farmagazine. Formulasi Sediaan Sabun Padat Transparan Minyak Atsiri Daun Jeruk
Limau (Citrus Amblycarpa (Hassk) Ochse) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus. 8(1).
 Rusli, Nirwati, dkk. (2018). Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia. Formulasi Sediaan Lilin Aromaterapi Sebagai Anti Nyamuk
Dari Minyak Atsiri Daun Nilam (Pogostemon cablin Benth) Kombinasi Minyak Atsiri Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia
Swingle). 4(1), 68-73.
 Rachmaniar, Revika, dkk. (2015). Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology. Formulasi Dan Evaluasi Gel
Aromaterapi Minyak Atsiri Bunga Kenanga (Cananga Odorata) Sebagai Antidepresi. 4(2), 36-44..
 Zuddin, Riva Rainiza, dkk. (2019). Jurnal Dunia Farmasi. Pembuatan Dan Uji Hedonik Lilin Aromaterapi Dari Minyak Daun
Mint (Mentha Piperita L.) Dan Minyak Rosemary (Rosmarinus Officinalis). 3(2), 79-90.
 Rettob, Thesia Megi Kurniawati, dkk. (2021). Jurnal Biologi Tropisi. The Utilization Of Beehive Wax a Combination of Nutmeg
Extract (Myristica fragrans Houtt.) and Langsat (Lansium domesticum L.) as Aromatherapy and Mosquito Repellent. 21(3),
845-853.
 Sofiani, Valentine, dkk. (2018). Formulasi Gel Aromaterapi Dengan Basis Karagenan. 16(3).
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai