Paper Tumor Conjungtiva PDF
Paper Tumor Conjungtiva PDF
Tumor Konjungtiva
Disusun oleh :
AHMAD HELMI B ABU BAKAR
140100258
Supervisor :
Dr.dr.Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph)Sp.M(K)
i
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih,
berkat, dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Tumor Konjungtiva”. Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat
untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi
Dokter di Departemen Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Dr.dr.Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph) Sp.M(K) selaku Pembimbing yang
telah memberikan arahan dalam penyelesaian makalah ini. Dengan demikian
diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem
pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.
i
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 4
2.1 Anatomi Konjungtiva ...................................................... 4
2.2 Histologi Konjungtiva ..................................................... 6
2.3 Fisiologi Konjungtiva ...................................................... 8
2.4 Tumor Konjungtiva ......................................................... 8
2.4.1 Definisi .................................................................. 8
2.4.2 Epidemiologi .......................................................... 10
2.4.3 Klasifikasi Tumor konjungtiva .............................. 10
2.5 Faktor Resiko Tumor Konjungtiva ................................. 18
2.6 Patofisiologi .................................................................... 19
2.7 Gejala Tumor Konjungtiva ............................................. 20
2.8 Diagnosa Tumor Konjungtiva ......................................... 21
2.8.1 Anamnesis .............................................................. 21
2.8.2 Pemeriksaan Fisik .................................................. 21
2.8.3 Pemeriksaan Dengan Diagnosis Penunjang ........... 23
2.9 Terapi ............................................................................. 23
BAB III PENUTUP ............................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 25
ii
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Anatomi Konjungtiva......................................................................... 5
2.2 Skematik (A) Anatomi limbus kornea dan konjungtiva. (B) Daerah
limbus kornea merupakan asal terbanyak tumor primer dikarenakan
adanya limbal stem cell...................................................................... 6
2.3 A, Bulbar konjungtiva dengan epitel skuamosa stratified stratied
teratur. B, konjungtiva palpebral dengan punggung epitel. Stroma
(panah) berisi inflamatory cell. C, Konjungtiva pada forniks dapat
mengandung pseudoglands (lipatan epitel konjungtiva dengan sel
goblet yang menumpuk. [panah]). D, Periodic Acid Schi stain (PAS)
menyoroti musin dalam sel goblet (panah). E, Caruncular
conjunctiva, mengandung kelenjar sebasea (S) dan folikel rambut
(H)....................................................................................................... 8
2.4 A) Lesi berpigmen (nevi). B) Choristoma (dermoid epibulbar). C)
Lesi vaskular (granuloma piogenik)................................................... 9
2.5 Nevus melanositik konjungtiva. A, Penampilan klinis, dengan area
kistik khas (panah). B, Secara histologis, melanosit adalah sel bulat,
oval, atau berbentuk buah pir, sebagian besar tersusun dalam
sarang (panah). Melanosit hadir di persimpangan epitel-stroma
(panah); karenanya, ini adalah nevus majemuk. Perhatikan kista
inklusi epitel (tanda bintang) dalam lesi, berkorelasi dengan
penampilan klinis................................................................................ 11
2.6 Nevus pada Konjungtiva.................................................................... 12
2.7 Ocular surface choristomas. A,a lumbal dermoid dermoid lumbal,
penampilan klinis. B, perbesaran yang lebih tinggi menunjukkan
rambut yang keluar dari dermoid........................................................ 14
2.8 Konjungtiva Lymphoma..................................................................... 14
2.9 Lesi limfoid konjungtiva. Penampilan klinis ("salmon patch") di
forniks inferior (A) dan di konjungtiva bulbar (B)............................. 15
2.10 Karsinoma sel pipih konjungtiva........................................................ 16
2.11 Melanoma yang timbul dari primary acquired melanosis (PAM)
dengan atypia. A, Penampilan klinis. Perhatikan nodul melanoma
yang tinggi, berdekatandengan limbus, timbul dari latar belakang
PAM (diuse, at, brown pigmentasi). Perhatikan juga vaskularisasi
yang menonjol. B, pemeriksaan histologis menunjukkan melanoma
(tanda bintang) yang timbul dari PAM (panah). ................................ 17
2.12. Pemeriksaan pergerakan mata 9 arah kardinal (a-i; panah: arah
pergerakan mata)................................................................................ 22
iii
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
1
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Keterangan: (1) Limbus, (2) Konjungtiva bulbi, (3) Konjungtiva Forniks, (4)
Konjungtiva Palpebra, (5) Pungtum Lakrimalis, (6) Konjungtiva
Marginalis
5
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.2. Gambar skematik (A) Anatomi limbus kornea dan konjungtiva.
(B) Daerah limbus kornea merupakan asal terbanyak tumor primer
dikarenakan adanya limbal stem cell.5
6
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengandung pembuluh darah dan serabut saraf dan melekat pada lempeng
tarsus.
Substansia propria mengandung sel mast (6000/mm3), sel plasma, limfosit,
dan netrofil yang memegang peranan dalam respon imun seluler. Jenis limfosit
yang paling banyak ditemukan adalah sel T, yaitu kira-kira 20 kali lebih banyak
dibanding sel B. Selain itu, ditemukan pula IgG, IgA, dan IgM yang terletak
ekstraseluler.
Permukaan epitel konjungtiva ditutupi oleh mikrovili. Mikrovili dibentuk
oleh penonjolan sitoplasma yang menonjol ke permukaan sel epitel. Ukuran
diameter dan tinggi mikrovilli kira-kira 0,5 um dan 1 um. Fungsi mikrovilli selain
untuk memperluas daerah absorbsi juga untuk menjaga stabilitas dan integritas
tear film.
Konjungtiva adalah selaput lendir yang melapisi permukaan posterior
kelopak mata dan permukaan anterior bola mata. Dapat dibagi menjadi 3 wilayah:
palpebral, fornikal, dan bulbi. Konjungtiva terdiri dari nonkeratinized stratified
squamous epithelium dengan sel goblet dan membran yang halus, yang bertumpu
pada stroma yang mendasarinya (substantia propria) (Gambar 2.3 A–D). Unsur-
unsur stroma termasuk collagen fiber yang diatur secara longgar, pembuluh darah
dan saluran limfatik, saraf, kelenjar lakrimal, limfosit, sel plasma, makrofag, dan
sel mast. Di beberapa tempat, limfosit diorganisasikan ke dalam folikel limfoid,
yang disebut sebagai conjungtiva-associated lymphoid tissue (CALT), yang
merupakan subtipe mucosa associated lymphoid tissue (MALT) (lihat bagian Lesi
Limfoid dalam bab ini). Stroma caruncle adalah satu-satunya bagian dari
konjungtiva yang, seperti kulit, juga mengandung kelenjar sebaceous dan folikel
rambut (Gambar 2.3 E). Fundamentals and Principles of Ophthalmology, dan
Bagian 8, External Disease and Cornea, untuk diskusi lebih lanjut tentang
konjungtiva.13
7
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.4. A) Lesi berpigmen (nevi). B) Choristoma (dermoid epibulbar). C) Lesi vaskular
(granuloma piogenik).16
9
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.4.2 Epidemiologi
Secara epidemiologi ocular surface squamosa neoplasm termasuk jarang
walaupun merupakan salah satu tumor terbanyak di bagian mata. Ratarata
insidensi OSSN pada konjungtiva dan kornea diperkirakan 3,5/100.000 di Uganda
Afrika dan merupakan yang tertinggi, 1,9/100.000 penduduk per tahun di wilayah
metropolitan Brisbane Australia, dan 0,3 juta per tahun di Amerika Serikat. Rata-
rata usia terjadinya OSSN adalah 56 tahun, dengan rentang usia 4-96 tahun. Usia
pasien muda ditemukan pada pasien dengan infeksi HIV dan pada penderita
Xeroderma pigmentosum. Di Indonesia sendiri data insidensi OSSN memang
belum pernah diteliti.5
10
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c. Dermolipoma
Dermolipoma adalah tumor yang terjadi pada saat lahir, lesinya bisa
meluas atau tidak tergantung perkembangannya. Gejalanya asimptomatik,
bila menimbulkan gejala dapat berupa kantus yang bewarna merah jambu,
lembut, dan dapat digerakkan, dan ada masa di subkonjungtiva. Terjadi
pada satu sisi mata. Pengobatannya adalah observasi dan tindakan operasi
untuk tujuan kosmetik.
Dermolipoma adalah tumor kongenital yang sering dijumpai dan
umumnya tampak sebagai pertumbuhan bulat licin di kuadran temporal-
atas konjungtiva bulbi di dekat kantus lateralis. terapi umumnya tidak
diindikasikan, tetapi pembuangan sebagian lesi bisa dilakukan jika
pertumbuhannya semakin besar atau buruk secara kosmetik. Diseksi
posterior hendaknya dilakukan dengan sangat hatihati (jika dilakukan)
karena lesi ini sering menyatu dengan lemak orbita dan otot-otot
ekstraokular, kekacauan orbita dapat menimbulkan parut dan sejumlah
komplikasi yang jauh lebih serius dari lesi awalnya.2
d. Granuloma
Granuloma adalah tumor jinak pada konjungtiva yang terjadi pada
hemangioma yang tidak aktif. Tidak ada pus, tidak ada giant sel. Bisa
terjadi karena trauma minor, kalazion yang parah, post operasi jaringan
granulasi. Adanya pedunkel yang bewarna merah, dan lesi yang halus.
Pengobatannya adalah kortikosteroid topikal dan eksisi.
Selain itu granuloma terjadi karena trauma, luka konjungtiva post operasi,
chalazion, pterygium, dan benda asing. Paling sering disebabkan oleh
benda asing. Kelainan ini tumbuh dengan cepat. Bentuknya menonjol
dengan vasa-vasa tampak nyata. Etiologinya mycobacterium tuberculosis.
Terapi dilakukan dengan eksisi.
e. Dermoid
Dermoid adalah rm, berbentuk kubah, nodul putih-kuning yang biasanya
ditemukan di limbus, paling sering di kuadran inferotemporal (Gambar 2.7.
A, B). Dermoid dapat terjadi secara terpisah atau, khususnya ketika
13
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.7. Ocular surface choristomas. A,a lumbal dermoid dermoid lumbal,
penampilan klinis. B, perbesaran yang lebih tinggi menunjukkan rambut yang
keluar dari dermoid.13
f. Limfoma
Biasanya mengenai orang dewasa, tidak ada hubungan dengan penyakit
sistemik, lipoma akan memberikan gambaran kuning pada konjungtiva
atas. Tindakan yang dilakukan adalah biopsi dan radioterapi.
14
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karsinoma berasal dari sel skuamosa dan kebanyakan berasal dari epitel
limbus dan fisura palpebra. Permukaannya sering mengalami keratinisasi
abnormal sehingga memberikan lesi keputihan, yang disebut dengan
leukoplakia. Leukoplakia ini merupakan lesi prakanker. Bila diferensiasi
hilang, dapat menjadi ganas (anaplastik).18
b. Displasia konjungtiva
Adalah suatu keadaan jinak yang timbul sebagai lesi tersendiri atau
kadang-kadang di atas pterygium dan pinguekula dan dapat menyerupai
karsinoma insitusecara klinis bahkan secara histologis. Biopsi eksisi akan
menegakkan diagnosis sekaligus menyembuhkan kebanyakan lesi ini.
c. Melanoma Maligna
Melanoma maligna konjungtiva jarang ditemukan. Sebagian besar
kelainan ini muncul dari lokasi melanosis di dapat primer. Beberapa
diantaranya bersifat melanotic, sisanya sangat terpigmentasi. Penggunaan
krioterapi dapat membantu mencegah kekambuhan.
Melanoma konjungtiva adalah keganasan okular yang jarang
namun berpotensi mematikan. Melanoma konjungtiva timbul dari selaput
lendir yang melapisi permukaan mata.20
Sekitar 50%-70% kasus melanoma konjungtiva timbul dari
primary acquired melanosis (PAM) dengan atypia (Gambar 2.11); sisanya
berkembang dari nevus. Melanoma biasanya tumbuh dengan nodular
16
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.11 Melanoma yang timbul dari primary acquired melanosis (PAM) dengan
atypia. A, Penampilan klinis. Perhatikan nodul melanoma yang tinggi, berdekatan
dengan limbus, timbul dari latar belakang PAM (diuse, at, brown pigmentasi).
Perhatikan juga vaskularisasi yang menonjol. B, pemeriksaan histologis
menunjukkan melanoma (tanda bintang) yang timbul dari PAM (panah).13
17
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.6 Patofisiologi
Menurut penyebabnya atau secara malformasi kongenital, kelainan
metabolisme, penyakit vaskuler, infeksi virus, atau apapun, dipercaya bahwa awal
munculnya sel asal tumor atau kanker tersebut melalui proses mutasi gen akibat
hit, baik itu mengacu pada teori two hit.1
Tumor eksternal atau biasa disebut dengan ocular surface tumor rata-rata
muncul karena paparan sinar matahari (ultraviolet) dan virus. Tumor yang
biasanya terdapat pada kelopak mata, konjungtiva, bahkan ke kornea mata akan
menyebabkan terganggunya ketajaman visual dan lapang pandang, diplopia, dan
gangguan motilitas luar mata.1
Tumor kelopak mata merupakan tumor yang polimorfik. Pada umumnya,
tumor tersebut dibedakan berdasarkan jenis kulit dan asalnya. Tumor kelopak
mata mayoritas berasal dari lapisan epidermal, di antaranya adalah basal cell
carcinoma (BCC), squamous cell carcinoma (SCC), melanoma maligna, dan
sebaceous gland carcinoma (SGC). SCC merupakan tumor ganas yang paling
sering muncul dan jenis tersebut termasuk dalam papiloma pada tumor jinak. Pada
anak-anak, tumor yang paling sering muncul adalah hemangioma kapiler. Lesi
tumor sebesar 15% muncul pada wajah dan 5-10% muncul di kulit/kutaneus.
Lokasinya rata-rata pada kelopak bawah dan canthus internal.1
Tumor di daerah konjungtiva dan sekitar kornea umumnya berasal dari
lapisan epitel dan sel melanositik. Tumor jinak nonmelanositik di antaranya
adalah SCC, granuloma konjungtival, dan nevus. Lesi sel melanositik di daerah
ini, termasuk nevus melanosit, rata-rata tidak menunjukkan perubahan yang ganas.
Namun, perlu diperhatikan bahwa pada tumor-tumor eksternal, baik itu di kelopak
mata maupun konjungtiva, ada beberapa hal yang dipertimbangkan secara
anatomi, yaitu:1
1) Meskipun karakteristik tumor tersebut jinak, bukan berarti hal tersebut aman
dan tumor jinak bisa cenderung agresif
2) Tumor di daerah eksternal akan berbahaya jika mampu menyebar ke daerah
perineural
19
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.8.1 Anamnesis
Gejala klinis kanker mata bergantung pada jenis kanker mata dan stadium
dari kanker. Anamnesis terhadap gejala klinis yang perlu ditanyakan kepada
penderita adalah adanya inflamasi yang aktif di mana penderita mengalami gejala-
gejala yang tidak tampak, seperti mengeluh mata merah, pusing, dan disertai rasa
nyeri. Gejala pasien kanker mata yang sering dikeluhkan dan tidak tampak di
antaranya adalah:1
1. adanya nyeri (ocular pain)
2. sakit kepala atau pusing
3. gatal pada lesi
4. rasa tidak nyaman pada kelopak mata konjungtiva (Retrobulbar discomfort)
5. penglihatan kabur
6. visualisasi ganda (diplopia).
21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.12. Pemeriksaan pergerakan mata 9 arah kardinal (a-i; panah: arah
pergerakan mata)
22
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.9 Terapi
Terapi dan penatalaksanaan kanker mata terdiri dari empat jenis, yaitu
pembedahan (surgical therapy), medikamentosa (obat-obatan), penyinaran
(radioterapi/radiasi) dan target sel terapi.17
Terapi pembedahan pada kanker atau tumor memiliki peranan yang sangat
penting, di antaranya adalah sebagai berikut: sebagai terapi pencegahan tumor.
Sebelum menjadi tumor dan masih berupa lesi, maka terapi pembedahan
diperlukan agar lesi tidak tumbuh dan berkembang menjadi ganas, sebagai sarana
diagnosis tumor. Hal terakhir ini merupakan metode yang efektif melalui
pembedahan. Operasi atau pembedahan tumor mampu meningkatkan keberhasilan
kesembuhan mencapai 90% untuk kanker stadium dini.1
23
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III
PENUTUP
24
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
25
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20. Carol L. Shields, MD. 2008. Conjunctival Melanoma: Rare but Deadly.
https://www.aao.org/current-insight/conjunctival-melanoma-rare-deadly.
diakses 2 Maret 2020, pukul 14.43 Wib.
21. Misha Faustina MD. 2017. Differentiating Benign And Malignant
Conjunctival Tumors. American Academi of Ophthalmology.
https://www.aao.org/editors-choice/differentiating-benign-malignant-
conjunctival-tumor. diakses 2 Maret 2020 pukul 09.25 Wib.
27