Anda di halaman 1dari 31

PAPER

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR


FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tumor Konjungtiva

Disusun oleh :
AHMAD HELMI B ABU BAKAR
140100258

Supervisor :
Dr.dr.Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph)Sp.M(K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020

i
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih,
berkat, dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Tumor Konjungtiva”. Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat
untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi
Dokter di Departemen Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Dr.dr.Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph) Sp.M(K) selaku Pembimbing yang
telah memberikan arahan dalam penyelesaian makalah ini. Dengan demikian
diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem
pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.

Medan, 11 Maret 2020

i
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 4
2.1 Anatomi Konjungtiva ...................................................... 4
2.2 Histologi Konjungtiva ..................................................... 6
2.3 Fisiologi Konjungtiva ...................................................... 8
2.4 Tumor Konjungtiva ......................................................... 8
2.4.1 Definisi .................................................................. 8
2.4.2 Epidemiologi .......................................................... 10
2.4.3 Klasifikasi Tumor konjungtiva .............................. 10
2.5 Faktor Resiko Tumor Konjungtiva ................................. 18
2.6 Patofisiologi .................................................................... 19
2.7 Gejala Tumor Konjungtiva ............................................. 20
2.8 Diagnosa Tumor Konjungtiva ......................................... 21
2.8.1 Anamnesis .............................................................. 21
2.8.2 Pemeriksaan Fisik .................................................. 21
2.8.3 Pemeriksaan Dengan Diagnosis Penunjang ........... 23
2.9 Terapi ............................................................................. 23
BAB III PENUTUP ............................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 25

ii
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1 Anatomi Konjungtiva......................................................................... 5
2.2 Skematik (A) Anatomi limbus kornea dan konjungtiva. (B) Daerah
limbus kornea merupakan asal terbanyak tumor primer dikarenakan
adanya limbal stem cell...................................................................... 6
2.3 A, Bulbar konjungtiva dengan epitel skuamosa stratified stratied
teratur. B, konjungtiva palpebral dengan punggung epitel. Stroma
(panah) berisi inflamatory cell. C, Konjungtiva pada forniks dapat
mengandung pseudoglands (lipatan epitel konjungtiva dengan sel
goblet yang menumpuk. [panah]). D, Periodic Acid Schi stain (PAS)
menyoroti musin dalam sel goblet (panah). E, Caruncular
conjunctiva, mengandung kelenjar sebasea (S) dan folikel rambut
(H)....................................................................................................... 8
2.4 A) Lesi berpigmen (nevi). B) Choristoma (dermoid epibulbar). C)
Lesi vaskular (granuloma piogenik)................................................... 9
2.5 Nevus melanositik konjungtiva. A, Penampilan klinis, dengan area
kistik khas (panah). B, Secara histologis, melanosit adalah sel bulat,
oval, atau berbentuk buah pir, sebagian besar tersusun dalam
sarang (panah). Melanosit hadir di persimpangan epitel-stroma
(panah); karenanya, ini adalah nevus majemuk. Perhatikan kista
inklusi epitel (tanda bintang) dalam lesi, berkorelasi dengan
penampilan klinis................................................................................ 11
2.6 Nevus pada Konjungtiva.................................................................... 12
2.7 Ocular surface choristomas. A,a lumbal dermoid dermoid lumbal,
penampilan klinis. B, perbesaran yang lebih tinggi menunjukkan
rambut yang keluar dari dermoid........................................................ 14
2.8 Konjungtiva Lymphoma..................................................................... 14
2.9 Lesi limfoid konjungtiva. Penampilan klinis ("salmon patch") di
forniks inferior (A) dan di konjungtiva bulbar (B)............................. 15
2.10 Karsinoma sel pipih konjungtiva........................................................ 16
2.11 Melanoma yang timbul dari primary acquired melanosis (PAM)
dengan atypia. A, Penampilan klinis. Perhatikan nodul melanoma
yang tinggi, berdekatandengan limbus, timbul dari latar belakang
PAM (diuse, at, brown pigmentasi). Perhatikan juga vaskularisasi
yang menonjol. B, pemeriksaan histologis menunjukkan melanoma
(tanda bintang) yang timbul dari PAM (panah). ................................ 17
2.12. Pemeriksaan pergerakan mata 9 arah kardinal (a-i; panah: arah
pergerakan mata)................................................................................ 22

iii
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumor merupakan jaringan baru (neoplasm) yang timbul di dalam tubuh
akibat pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat
pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Pertumbuhan
tersebut terbentuk dengan tidak memiliki tujuan dan bukan atas perintah yang
normal dari dalam tubuh. Sel-sel tersebut membelah lebih cepat dari pada sel
normal dan tidak pada jalur yang semestinya. Sel-sel yang membelah tersebut
menumpuk dan membentuk massa yang tidak terstruktur atau biasa disebut
dengan tumor.1
Tumor konjungtiva yaitu tumor yang tumbuh pada lapisan konjungtiva
yang melapisi mata bagian depan. Tumor konjungtiva terbagi menjadi tumor
ganas dan jinak. Tumor konjungtiva jinak yaitu nevus, papiloma konjungtiva,
granuloma, dermolimpoma, fibroma dan angioma. Sementara tumor konjungtiva
ganas terdiri dari karsinoma dan melanoma.2,3
Lima tumor yang paling umum adalah nevus (23%), occular surface
squamous neoplasm (OSSN, 14%), melanosis primer yang didapat (PAM, 12%),
melanoma (12%) dan tumor limfoid (9%). Tumor ganas paling sering terjadi pada
orang dewasa dan termasuk melanoma (12%), karsinoma sel skuamosa (SCC,
9%), limfoma (7%), sarkoma kaposi (<1%), metastasis (<1%) dan lain-lain.Tumor
konjungtiva pada anak-anak menunjukkan keganasan hanya 3% dari waktu.4
Ocular surface squamos neoplasm atau disebut dengan OSSN merupakan
salah satu spektrum tumor terbanyak di bagian mata. OSSN merupakan ocular
neoplasm dengan angka kejadian tertinggi, dan merupakan 3 tumor terbanyak dari
seluruh tumor okuloorbital selain melanoma dan limfoma. Saat ini tumor ini
masih menjadi permasalahan yang cukup besar dibagian mata karena angka
morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi, serta kecacatannya yang bisa
menginvasi intraokular. Angka rekurensi tumor ini berkisar ±43–51% (pada 10
tahun) dengan angka mortalitas yang tinggi (±15–30% pada 10 tahun.). OSSN

1
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

meliputi semua semua lesi conjunctiva intraepithelial neoplasia (CIN) dan


squamous cell carcinoma (SCC) dari permukaan bola mata. Selain usia lanjut dan
jenis kelamin laki-laki, faktor risiko utama lainnya yang terkait dengan
patogenesis adalah paparan ultraviolet, merokok, dan virus papiloma manusia.
Beberapa sumber menambahkan bahwa kondisi imunodefisiensi dan infeksi HIV
juga ikut berperan terhadap kejadian dan perburukan OSSN.5
Secara anatomis, perkembangan konjungtiva dimulai pada stadium
pertumbuhan palpebra. Stadium differensisasi palpebra berlangsung pada minggu
ke 4-5 hingga bulan kedua masa gestasi. Stadium pertumbuhan palpebra dimulai
dengan proliferasi dari lapisan ektoderm membentuk lembaran palpebra sampai
menjadi satu. Pada akhirnya palpebra superior dan inferior terlihat jelas pada
minggu ke 6. Pada minggu ke-6, invaginasi optic cup menjadi lengkap dan lens
vesikel sudah terpisah dari ektoderm permukaan. Pada minggu ke 7-8 masa
gestasi, ektoderm permukaan membentuk konjungtiva.6
Secara epidemiologi, kasus kanker mata sangat jarang terjadi. Terdapat
dua jenis kanker mata primer yang umum terjadi, yaitu okular melanoma yang
terjadi pada umur dewasa dan retinoblastoma pada anak-anak. Kasus kanker mata
yang sangat jarang terjadi inilah yang menyebabkan sangat minimnya informasi
mengenai jumlah prevalensi epidemiologinya di dunia.1
Di Amerika Serikat (menurut American Cancer Society diestimasi pada
tahun 2018), terjadi 3.540 kasus kanker baru dengan mayoritas merupakan kasus
melanoma pada mata dan bola mata. Menurut laporan Paraskhevova et al., (2007),
selama tahun 2001-2005 data dari Eye Clinic, UMBAL – Pleven, di Bulgaria
terdapat 28 penderita kanker mata. Dari data tersebut didapatkan kasus terbanyak
pada mata adalah jenis kanker maligna yang terjadi pada 14 penderita (56%) dan
berdasarkan asalnya, kasus terbesar adalah tumor epitel dengan 10 penderita (42%)
dimana empat kasusnya merupakan karsinoma sel basal. Di Taiwan berdasarkan
laporan Cheng and Hsu (2004) menurut data Taiwan National Cancer Registry
kanker mata yang paling sering muncul pada penderita usia >15 tahun adalah
orbital melanoma (28,6%), karsinoma sel skuamosa (21%), dan lymphoma
(20,8%).1

2
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tumor melanoma konjungtiva yang berlokasi di konjungtiva palpebra,


forniks, karunkel, plika semilunaris atau margo palpebra memiliki prognosis
buruk untuk kelangsungan hidup. Melanoma konjungtiva tidak memiliki
predileksi jenis kelamin dan ditemukan pada dewasa dan usia
pertengahan.7Kejadian kanker atau tumor mata di Indonesia jarang terlaporkan
secara spesifik dan terbatas pada regional-regional daerah di Indonesia.1
(Hendrian, 2019) Untuk kanker mata, otak, dan SSP insidennya di Indonesia
adalah sekitar 4,6%.8 Menurut laporan Mansur (2017), di RSUP. Dr. Wahidin
Sudirohusodo, Makassar dari tahun 2014-2016 didapatkan 70 kasus tumor mata.
Jenis tumor mata yang didapatkan adalah tumor intraokular (58,6%), tumor
ekstraokular (40%), dan retrobulbar (1,4%).9

3
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Konjungtiva


Secara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan
dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva
palpebra) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbi). Konjungtiva
palpebra melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus.
Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks
superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva
bulbi. Konjungtiva bulbi melekat longgar ke septum orbital di forniks dan melipat
berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan
memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik.10
Konjungtiva dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:3,11
1. Konjungtiva palpebra
Pada sambungan mukokutaneus, lapisan epidermis dari kulit palpebra berubah
menjadi konjungtiva palpebra atau konjungtiva tarsal dan melanjutkan diri ke
belakang melapisi permukaan posterior palpebra. Lapisan ini melekat secara
erat dengan lempeng tarsus. Pada batas superior dan inferior dari tarsus,
konjungtiva melanjutkan diri ke posterior dan melapisi jaringan episklera
sebagai konjungtiva bulbi.
Palpebra (kelopak mata) superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit
yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior.12
2. Konjungtiva Forniks
Dari permukaan dalam palpebra, konjungtiva palpebra melanjutkan diri ke
arah bola mata membentuk dua bagian, yaitu forniks superior dan inferior.
Forniks superior terletak kira-kira 8-10 mm dari limbus, dan forniks inferior
terletak kira-kira 8 mm dari limbus. Pada bagian medial, struktur ini menjadi
karunkula dan plika semilunaris. Di sisi lateral, forniks terletak kira-kira 14
mm dari limbus. Saluran keluar dari glandula lakrimal bermuara pada bagian
lateral forniks superior.

4
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Konjungtiva forniks superior dan inferior melekat longgar dengan


pembungkus otot rekti dan levator yang terletak di bawahnya. Kontraksi otot-
otot ini akan menarik konjungtiva sehingga ia akan ikut bergerak saat palpebra
maupun bola mata bergerak. Perlekatan yang longgar tersebut juga akan
memudahkan terjadinya akumulasi cairan.
3. Konjungtiva bulbi
Konjungtiva bulbi meluas dari daerah limbus ke daerah forniks. Lapisan ini
sangat tipis dan transparan sehingga sklera yang terletak di bawahnya dapat
terlihat. Konjungtiva bulbi melekat secara longgar dengan sklera sehingga
memungkinkan bola mata bergerak bebas ke segala arah. Selain itu,
konjungtiva bulbi juga melekat secara longgar dengan sklera sehingga
memungkinkan bola mata bergerak bebas ke segala arah. Selain itu,
konjungtiva bulbi juga melekat secara longgar dengan septum orbita pada
forniks dan melipat hingga beberapa kali. Selain memberikan kebebasan bola
mata untuk bergerak, hal ini juga akan memperluas permukaan sekresi
konjungtiva.

Keterangan: (1) Limbus, (2) Konjungtiva bulbi, (3) Konjungtiva Forniks, (4)
Konjungtiva Palpebra, (5) Pungtum Lakrimalis, (6) Konjungtiva
Marginalis

Gambar 2.1 Anatomi Konjungtiva11

5
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 2.2. Gambar skematik (A) Anatomi limbus kornea dan konjungtiva.
(B) Daerah limbus kornea merupakan asal terbanyak tumor primer
dikarenakan adanya limbal stem cell.5

Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan


jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.12

2.2 Histologi Konjungtiva


Konjungtiva seperti halnya membran mukosa lainnya, terdiri atas dua
lapisan, yaitu:11
1. Lapisan epitel bertingkat
Ketebalan lapisan epitel konjungtiva bervariasi mulai dari 2-4 lapisan pada
daerah tarsal, 6-8 lapisan pada daerah pertemuan korneoskleral, hingga 8- 10
lapisan pada daerah tepi konjungtiva. Di daerah forniks, epitel konjungtiva
berbentuk kolumnar dan berubah menjadi epitel kuboid di daerah bulbar dan
tarsal. Di limbus, epitel berubah menjadi epitel skuamous bertingkat tak
bertanduk yang akan melanjutkan diri menjadi epitel kornea.
2. Lapisan Stroma (Substansia Propria)
Stroma konjungtiva dipisahkan dengan lapisan epitel konjungtiva oleh
membrana basalis. Lapisan ini dibagi atas lapisan adenoid yang terletak di
permukaan dan lapisan fibrosa yang terletak lebih dalam. Lapisan adenoid
mengandung jaringan limfoid dan pada beberapa area juga mengandung
struktur mirip folikel. Lapisan ini tidak berkembang hingga mencapai usia 2–3
bulan setelah kelahiran. Lapisan fibrosa tersusun atas jaringan ikat yang

6
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

mengandung pembuluh darah dan serabut saraf dan melekat pada lempeng
tarsus.
Substansia propria mengandung sel mast (6000/mm3), sel plasma, limfosit,
dan netrofil yang memegang peranan dalam respon imun seluler. Jenis limfosit
yang paling banyak ditemukan adalah sel T, yaitu kira-kira 20 kali lebih banyak
dibanding sel B. Selain itu, ditemukan pula IgG, IgA, dan IgM yang terletak
ekstraseluler.
Permukaan epitel konjungtiva ditutupi oleh mikrovili. Mikrovili dibentuk
oleh penonjolan sitoplasma yang menonjol ke permukaan sel epitel. Ukuran
diameter dan tinggi mikrovilli kira-kira 0,5 um dan 1 um. Fungsi mikrovilli selain
untuk memperluas daerah absorbsi juga untuk menjaga stabilitas dan integritas
tear film.
Konjungtiva adalah selaput lendir yang melapisi permukaan posterior
kelopak mata dan permukaan anterior bola mata. Dapat dibagi menjadi 3 wilayah:
palpebral, fornikal, dan bulbi. Konjungtiva terdiri dari nonkeratinized stratified
squamous epithelium dengan sel goblet dan membran yang halus, yang bertumpu
pada stroma yang mendasarinya (substantia propria) (Gambar 2.3 A–D). Unsur-
unsur stroma termasuk collagen fiber yang diatur secara longgar, pembuluh darah
dan saluran limfatik, saraf, kelenjar lakrimal, limfosit, sel plasma, makrofag, dan
sel mast. Di beberapa tempat, limfosit diorganisasikan ke dalam folikel limfoid,
yang disebut sebagai conjungtiva-associated lymphoid tissue (CALT), yang
merupakan subtipe mucosa associated lymphoid tissue (MALT) (lihat bagian Lesi
Limfoid dalam bab ini). Stroma caruncle adalah satu-satunya bagian dari
konjungtiva yang, seperti kulit, juga mengandung kelenjar sebaceous dan folikel
rambut (Gambar 2.3 E). Fundamentals and Principles of Ophthalmology, dan
Bagian 8, External Disease and Cornea, untuk diskusi lebih lanjut tentang
konjungtiva.13

7
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 2.3 A, Bulbar konjungtiva dengan stratified squamous epithelium. B, konjungtiva


palpebral dengan epitel. Stroma (panah) inflamatory sel. C, Konjungtiva pada forniks dapat
mengandung pseudoglands (lipatan epitel konjungtiva dengan Goblet sel yang menumpuk
[panah]). D, periodic acid-Schiff stain (PAS) menyoroti musin dalam sel goblet (panah). E,
Caruncular conjunctiva, mengandung kelenjar sebasea (S) dan folikel rambut (H).13

2.3 Fisiologi Konjungtiva


Konjungtiva mengandung sel goblet yang berfungsi dalam produksi
mukus yang merupakan salah satu lapisan tear film. Selain itu, konjungtiva juga
memiliki fungsi dalam melindungi mata dari patogen melalui mekanisme
pertahanan fisik, biokimia, dan imunologis.2,3

2.4 Tumor Konjungtiva


2.4.1 Definisi
Tumor adalah pertumbuhan atau tonjolan abnormal di tubuh kita.3 Tumor
sendiri dibagi menjadi jinak dan ganas.2,3 Tumor ganas kulit yang mengenai
kelopak mata antara lain basal cell carcinoma (BCC) yang merupakan kasus
terbanyak, diikuti squamous cell carcinoma (SCC), sebaceuous gland carcinoma

8
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(SGC) dan melanoma maligna.14 Tumor mata merupakan penyakit dengan


multifactor yang terbentuk dalam jangka waktu lama dan mengalami kemajuan
melalui stadium berbeda-beda. Faktor nutrisi merupakan satu aspek yang sangat
penting, komplek, dan sangat dikaitkan dengan proses patologis tumor. Infeksi
virus seperti pada papilloma dan neoplasia intrepitel pada konjungtiva juga
merupakan penyebab utama. Selain itu radiasi sinar UV juga menyebabkan
terjadinya tumor pada bagian tertentu di mata.2,3
Konjungtiva adalah membrane mukus yang tipis yang melapisi kelopak
mata bagian dalam yaitu pada bagian tarsal atau palpebra dan pada permukaan
bola mata okular (bulbi). Konjungtiva berfungsi sebagai proteksi dan juga
membuat pergerakan mata lebih mudah atau fleksibel. Konjungtiva palpebral
dimulai dari mukokutaneus pada batas kelopak mata hingga mencapai bagian
tarsal. Konjungtiva ini pada bagian tepi superior dan inferiornya akan melipat ke
arah posterior membungkus jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbi.15
Konjungtiva adalah selaput lendir transparan dan tipis yang menutupi
permukaan posterior kelopak (konjungtiva palpebral) dan permukaan anterior
sklera (konjungtiva bulbar). Ini kontinu dengan kulit ditutupnya margin
(persimpangan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus.10
Konjungtiva berasal dari permukaan ektoderm permukaan optik vesikel
yang terdiri dari epitel stratified squamous and columnarand stroma (jaringan ikat
fibrovaskular). Tumor konjungtiva (Gambar 2.4) dapat timbul dari salah satu sel
komponen, oleh karena itu presentasi mereka bervariasi baik jinak atau ganas.16

Gambar 2.4. A) Lesi berpigmen (nevi). B) Choristoma (dermoid epibulbar). C) Lesi vaskular
(granuloma piogenik).16

9
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tumor konjungtiva yaitu tumor yang tumbuh pada lapisan konjungtiva


yang melapisi mata bagian depan. Tumor konjungtiva terbagi menjadi tumor
ganas dan jinak. Tumor konjungtiva jinak yaitu nevus, papiloma konjungtiva,
granuloma, dermolimpoma, fibroma dan angioma. Sementara tumor konjungtiva
ganasterdiri dari karsinoma dan melanoma.2,3Kanker ganas dapat tumbuh di
permukaan mata. Biasanya mulai dari membran yang menutupi sebagian besar
mata yang disebut konjungtiva.17

2.4.2 Epidemiologi
Secara epidemiologi ocular surface squamosa neoplasm termasuk jarang
walaupun merupakan salah satu tumor terbanyak di bagian mata. Ratarata
insidensi OSSN pada konjungtiva dan kornea diperkirakan 3,5/100.000 di Uganda
Afrika dan merupakan yang tertinggi, 1,9/100.000 penduduk per tahun di wilayah
metropolitan Brisbane Australia, dan 0,3 juta per tahun di Amerika Serikat. Rata-
rata usia terjadinya OSSN adalah 56 tahun, dengan rentang usia 4-96 tahun. Usia
pasien muda ditemukan pada pasien dengan infeksi HIV dan pada penderita
Xeroderma pigmentosum. Di Indonesia sendiri data insidensi OSSN memang
belum pernah diteliti.5

2.4.3 Klasifikasi Tumor konjungtiva dibagi menjadi 2:2,3


1. Tumor Jinak Konjungtiva
Tumor konjungtiva yaitu tumor yang tumbuh pada lapisan konjungtiva
yang melapisi mata bagian depan. Tumor konjungtiva terbagi menjadi tumor
ganas dan jinak. Tumor konjungtiva jinak yaitu nevus, papiloma konjungtiva,
granuloma, dermolipoma, dermoid dan limfoma dan lymphoid hiperplasi.2,3
a. Nevus
Nevus adalah tumor jinak pada konjungtiva yang disebabkan oleh
pewarnaan yang berlebihan dari melanosit. Biasanya terjadi pada saat lahir
dan berkembang selama 2 dekade setelah kelahiran. Pada ras kaukasia,
kasusnya meningkat. Nevus hampir tidak mempunyai gejala. Gejalanya
adalah gangguan pada pertumbuhan pembuluh darah, silau, gangguan

10
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

penglihatan, dan bisa menyebabkan ablasio retina. Nevus bisa menjadi


bentuk ganas, sehingga pemeriksaan rutin sangat diperlukan untuk
mencegahnya. Pada nevus tidak perlu dilakukan operasi, tetapi jika ada
alasan kosmetik maka boleh dilakukan tindakan eksisi.
Sekitar 20-25% pasien melanoma konjungtiva memiliki riwayat
atau dengan mikroskopik terbukti berasal dari nevus jinak. Melanoma
maligna yang timbul dari nevus biasanya memperlihatkan berbagai
perubahan, seperti nodularitas meningkat, pigmentasi beraneka ragam,
perdarahan, atau peradangan.7

Gambar 2.5. Nevus melanositik konjungtiva. A, Penampilan klinis, dengan area


kistik khas (panah). B, Secara histologis, melanosit adalah sel bulat, oval, atau
berbentuk buah pir, sebagian besar tersusun dalam sarang (panah). Melanosit hadir
di persimpangan epitel-stroma (panah); karenanya, ini adalah nevus majemuk.
Perhatikan kista inklusi epitel (tanda bintang) dalam lesi, berkorelasi dengan
penampilan klinis.13

Sepertiga nevus melanositik di konjungtiva tidak berpigmen. Lebih


dari setengahnya mempunyai inklusi epithelial kistik yang bisa terlihat
secara klinis. Secara histologis, nevus konjungtiva terdiri atas sekumpulan
atau lembaran sel-sel nevus. nevus konjungtiva, seperti nevus lain, jarang
menjadi ganas. banyak nevus dibuang dengan alasan estetika atau bila
kemungkinan melanoma tidak bisa disingkirkan secara klinis. Nevus
konjungtiva berpigmen harus dibedakan dari melanosis konjungtiva
didapat primer. yang terakhir ini timbul pada usia yang lebih tua (setelah

11
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dekade ketiga), biasanya unilateral, cenderung bertambah atau berkurang


pigmentasinya, mempunyai risiko menjadi ganas sekitar 0-90%.2

Gambar 2.6. Nevus pada Konjungtiva18

Nevus biasanya berpigmen, berwarna hitam sampai coklat gelap. Nevus


jarang menjadi ganas. Tapi kalau ada perubahan pigmen (lebih gelap atau
lebih terang) dan lebih luas lesinya, kemungkinan telah menjadi ganas.
Secara histologi, tampak adanya selubung sel nevus (sarang-sarang sel
nevus). Terapi dilakukan dengan eksisi dengan alasan kosmetik.18
b. Papiloma
Papilloma di konjungtiva terjadi karena infeksi Human Papilloma Virus
(HPV). Bisa terjadi pada semua umur, biasanya terjadi pada orang yang
berumur dibawah 20 tahun. Papilloma bisa bersifat jinak dan bersifat
ganas. Gejalanya bisa terjadi pada satu atau dua mata, pada bentuk
pedunkel biasanya bilateral, bisa dengan atau tanpa gangguan visus.
Penatalaksanaan tergantung besar lesi, jika lesi kecil bisa sembuh spontan,
jika lesinya besar bisa dieksisi. Apabila penyakitnya kambuh lagi, maka
diberikan alpha-interferon atau simetidin oral.
Papilloma banyak menyerang orang dengan gizi buruk dan higienitas
rendah. Letak tersering dekat limbus. Bentuknya menonjol dan tidak rata.
Terapinya dengan eksisi dan kauterisasi. Namun demikian angka rekurensi
tinggi.18

12
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

c. Dermolipoma
Dermolipoma adalah tumor yang terjadi pada saat lahir, lesinya bisa
meluas atau tidak tergantung perkembangannya. Gejalanya asimptomatik,
bila menimbulkan gejala dapat berupa kantus yang bewarna merah jambu,
lembut, dan dapat digerakkan, dan ada masa di subkonjungtiva. Terjadi
pada satu sisi mata. Pengobatannya adalah observasi dan tindakan operasi
untuk tujuan kosmetik.
Dermolipoma adalah tumor kongenital yang sering dijumpai dan
umumnya tampak sebagai pertumbuhan bulat licin di kuadran temporal-
atas konjungtiva bulbi di dekat kantus lateralis. terapi umumnya tidak
diindikasikan, tetapi pembuangan sebagian lesi bisa dilakukan jika
pertumbuhannya semakin besar atau buruk secara kosmetik. Diseksi
posterior hendaknya dilakukan dengan sangat hatihati (jika dilakukan)
karena lesi ini sering menyatu dengan lemak orbita dan otot-otot
ekstraokular, kekacauan orbita dapat menimbulkan parut dan sejumlah
komplikasi yang jauh lebih serius dari lesi awalnya.2
d. Granuloma
Granuloma adalah tumor jinak pada konjungtiva yang terjadi pada
hemangioma yang tidak aktif. Tidak ada pus, tidak ada giant sel. Bisa
terjadi karena trauma minor, kalazion yang parah, post operasi jaringan
granulasi. Adanya pedunkel yang bewarna merah, dan lesi yang halus.
Pengobatannya adalah kortikosteroid topikal dan eksisi.
Selain itu granuloma terjadi karena trauma, luka konjungtiva post operasi,
chalazion, pterygium, dan benda asing. Paling sering disebabkan oleh
benda asing. Kelainan ini tumbuh dengan cepat. Bentuknya menonjol
dengan vasa-vasa tampak nyata. Etiologinya mycobacterium tuberculosis.
Terapi dilakukan dengan eksisi.
e. Dermoid
Dermoid adalah rm, berbentuk kubah, nodul putih-kuning yang biasanya
ditemukan di limbus, paling sering di kuadran inferotemporal (Gambar 2.7.
A, B). Dermoid dapat terjadi secara terpisah atau, khususnya ketika

13
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

bilateral, sebagai manifestasi kompleks kongenital seperti sindrom


goldenhar (disgenesis okuliurikulovertebral, ditandai oleh dermoid
epibulbar, coloboma kelopak mata atas, tag kulit preauricular, dan anomali
vertebralis) atau sindrom nevus sebaceous linier (gangguan
okuloneurokutan). Dermoid sering mengandung struktur adneksa dermal.
Epitel permukaan dapat atau mungkin tidak mengalami keratin.

Gambar 2.7. Ocular surface choristomas. A,a lumbal dermoid dermoid lumbal,
penampilan klinis. B, perbesaran yang lebih tinggi menunjukkan rambut yang
keluar dari dermoid.13

f. Limfoma
Biasanya mengenai orang dewasa, tidak ada hubungan dengan penyakit
sistemik, lipoma akan memberikan gambaran kuning pada konjungtiva
atas. Tindakan yang dilakukan adalah biopsi dan radioterapi.

Gambar 2.8 Konjungtiva Lymphoma19

14
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Konjungtiva normal mengandung mucosa mucosal-associated lymphoid


tissues (MALT), dan beberapa folikel kecil sering terlihat secara klinis
pada forniks inferior norma. Jaringan limfoid dapat berkembang biak di
konjungtiva secara tidak normal, seringkali dengan tidak adanya inflamasi
dan hiperplasia limfoid ini bisa jinak (reaktif) atau ganas. Secara klinis,
jinak dan lesi konjungtiva limfoproliferatif maligna muncul sebagai massa
lunak, mobile, salmon-pink masses dengan permukaan yang halus, secara
khas terlokalisasi pada fornikal dan konjungtiva bulbi (Gambar 2.9. A, B).
Kondisinya mungkin unilateral atau bilateral, dan komponen orbital
mungkin ada. Biopsi insisi umumnya diperlukan untuk membuat diagnosis
yang tepat.13

Gambar 2.9. Lesi limfoid konjungtiva. Penampilan klinis ("salmon patch") di


forniks inferior (A) dan di konjungtiva bulbar (B).13

2. Tumor Ganas Primer Konjungtiva bulbi2


a. Karsinoma
Karsinoma konjungtiva paling sering muncul di limbus, di daerah fissura
palpebra dan lebih jarang pada daerah konjungtiva yang tertutup. Beberapa
tumor ini bisa menyerupai pterygium. Kebanyakan memiliki permukaan
gelatinosa. Pertumbuhannya perlahan dan sangat jarang terjadi
invasidalam serta metastasis sehingga eksisi total dapat menyembuhkan.

15
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 2.10.Karsinoma sel pipih konjungtiva18

Karsinoma berasal dari sel skuamosa dan kebanyakan berasal dari epitel
limbus dan fisura palpebra. Permukaannya sering mengalami keratinisasi
abnormal sehingga memberikan lesi keputihan, yang disebut dengan
leukoplakia. Leukoplakia ini merupakan lesi prakanker. Bila diferensiasi
hilang, dapat menjadi ganas (anaplastik).18
b. Displasia konjungtiva
Adalah suatu keadaan jinak yang timbul sebagai lesi tersendiri atau
kadang-kadang di atas pterygium dan pinguekula dan dapat menyerupai
karsinoma insitusecara klinis bahkan secara histologis. Biopsi eksisi akan
menegakkan diagnosis sekaligus menyembuhkan kebanyakan lesi ini.
c. Melanoma Maligna
Melanoma maligna konjungtiva jarang ditemukan. Sebagian besar
kelainan ini muncul dari lokasi melanosis di dapat primer. Beberapa
diantaranya bersifat melanotic, sisanya sangat terpigmentasi. Penggunaan
krioterapi dapat membantu mencegah kekambuhan.
Melanoma konjungtiva adalah keganasan okular yang jarang
namun berpotensi mematikan. Melanoma konjungtiva timbul dari selaput
lendir yang melapisi permukaan mata.20
Sekitar 50%-70% kasus melanoma konjungtiva timbul dari
primary acquired melanosis (PAM) dengan atypia (Gambar 2.11); sisanya
berkembang dari nevus. Melanoma biasanya tumbuh dengan nodular

16
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

vaskularisasi yang mungkin melibatkan bagian konjungtiva. Nodul bisa


berpigmen atau amelanotik. Secara histologis, morfologi seluler dalam
melanoma berkisar dari spindel ke epiteloid (lihat Gambar 2.11B).
Gambaran sitologis ini tidak memiliki signifikansi prognostik yang sama
dengan yang mereka miliki pada melanoma uveal. Pada lesi yang lebih
agresif, angka mitosis dapat muncul. Idealnya dikomplekskan dengan
kromogen merah, dapat membantu dalam kasus-kasus yang menantang
secara diagnostik. Melanoma konjungtiva bermetastasis ke limfa regional
node pada 25% pasien, serta ke paru-paru, hati, otak, tulang, dan kulit.
Tingkat kematian keseluruhan dalam kasus-kasus ini berkisar antara 15%
hingga 30%. Gambaran histologis terkait dengan prognosis yang lebih
buruk termasuk lokasi konjungtiva nonbulbar (yaitu, plica semilunaris)
fornikal atau konjungtiva palpebral, konjungtiva palpebral) dan ketebalan
tumor yang lebih besar.13

Gambar 2.11 Melanoma yang timbul dari primary acquired melanosis (PAM) dengan
atypia. A, Penampilan klinis. Perhatikan nodul melanoma yang tinggi, berdekatan
dengan limbus, timbul dari latar belakang PAM (diuse, at, brown pigmentasi).
Perhatikan juga vaskularisasi yang menonjol. B, pemeriksaan histologis
menunjukkan melanoma (tanda bintang) yang timbul dari PAM (panah).13

17
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.5 Faktor Resiko Tumor Konjungtiva


Tumor adalah jaringan baru (neoplasm) yang timbul di dalam tubuh akibat
pengaruh multi faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada tingkat
gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya yang terbentuk dalam jangka
waktu lama dan mengalami kemajuan melalui stadium berbeda-beda. Faktor
nutrisi merupakan satu aspek yang sangat penting, komplek, dan sangat dikaitkan
dengan proses patologis tumor.1
Secara garis besar, tumor mata disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :1
a. mutasi gen pengendali pertumbuhan (contoh: kehilangan kedua kromosom
dari satu pasang alel dominan)
b. malformasi kongenital
c. kelainan metabolisme (hormon)
d. penyakit vaskuler
e. inflamasi intraokuler
f. Neoplasm. Dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasm jinak tumbuh dengan
batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi menekan jaringan di
sekitarnya dan biasanya tidak mengalami metastasis
g. trauma
h. gaya hidup, seperti merokok, diet, dan minum-minuman keras (alkohol). Hal
ini merupakan faktor risiko independen.
i. paparan sinar matahari dan ultraviolet (UV) dan
infeksi virus (papilloma dan neoplasm intraepitel konjungtiva).
Faktor-faktor yang membawa risiko terbesar untuk melanoma
dibandingkan dengan PAM adalah kurangnya pigmentasi, adanya pengumpan,
dan pembuluh darah intrinsik, kista, perdarahan, usia lebih tua, dan lokasi tarsal.
Seorang pasien >60 tahun dengan lesi melanositik >1mm dengan pengumpan dan
pembuluh darah intrinsik 24 kali lebih mungkin memiliki melanoma dari pada
PAM.21

18
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.6 Patofisiologi
Menurut penyebabnya atau secara malformasi kongenital, kelainan
metabolisme, penyakit vaskuler, infeksi virus, atau apapun, dipercaya bahwa awal
munculnya sel asal tumor atau kanker tersebut melalui proses mutasi gen akibat
hit, baik itu mengacu pada teori two hit.1
Tumor eksternal atau biasa disebut dengan ocular surface tumor rata-rata
muncul karena paparan sinar matahari (ultraviolet) dan virus. Tumor yang
biasanya terdapat pada kelopak mata, konjungtiva, bahkan ke kornea mata akan
menyebabkan terganggunya ketajaman visual dan lapang pandang, diplopia, dan
gangguan motilitas luar mata.1
Tumor kelopak mata merupakan tumor yang polimorfik. Pada umumnya,
tumor tersebut dibedakan berdasarkan jenis kulit dan asalnya. Tumor kelopak
mata mayoritas berasal dari lapisan epidermal, di antaranya adalah basal cell
carcinoma (BCC), squamous cell carcinoma (SCC), melanoma maligna, dan
sebaceous gland carcinoma (SGC). SCC merupakan tumor ganas yang paling
sering muncul dan jenis tersebut termasuk dalam papiloma pada tumor jinak. Pada
anak-anak, tumor yang paling sering muncul adalah hemangioma kapiler. Lesi
tumor sebesar 15% muncul pada wajah dan 5-10% muncul di kulit/kutaneus.
Lokasinya rata-rata pada kelopak bawah dan canthus internal.1
Tumor di daerah konjungtiva dan sekitar kornea umumnya berasal dari
lapisan epitel dan sel melanositik. Tumor jinak nonmelanositik di antaranya
adalah SCC, granuloma konjungtival, dan nevus. Lesi sel melanositik di daerah
ini, termasuk nevus melanosit, rata-rata tidak menunjukkan perubahan yang ganas.
Namun, perlu diperhatikan bahwa pada tumor-tumor eksternal, baik itu di kelopak
mata maupun konjungtiva, ada beberapa hal yang dipertimbangkan secara
anatomi, yaitu:1
1) Meskipun karakteristik tumor tersebut jinak, bukan berarti hal tersebut aman
dan tumor jinak bisa cenderung agresif
2) Tumor di daerah eksternal akan berbahaya jika mampu menyebar ke daerah
perineural

19
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3) Waspada jika tumor tersebut berada di lokasi yang tidak menguntungkan,


misalnya di daerah canthus karena selain susah dilakukan eksisi, hal tersebut
juga akan memengaruhi fungsi aliran air mata
4) Kadang-kadang ada keterlibatan otot skeletal pada jaringan sel tumor tersebut
Secara seluler, hal yang cukup berperan pada perkembangan tumor
ekstraokuler adalah proses proliferasi dan angiogenesis sel yang memicu
pertumbuhan dan vaskularisasi jaringan tumor orbita eksternal, terutama di daerah
superfisial. Contohnya: di mukosa dan kulit, seperti jenis tumor hemangioma.
Pada proses angiogenesis diperlukan peran sitokin pertumbuhan, yaituvascular
endothelial growth factor (VEGF) dan basic fibroblast growth factor (bFGF)
guna pertumbuhan endotel yang cepat dan proliferasi kapiler tumor.
Saat fase proliferasi, sel mikrofag dan sel mast menginfiltrasi jaringan
tumor, sedangkan pada fase involusi, sel monositlah yang menginfiltrasi. Infiltrasi
makrofag dipengaruhi oleh adanya sinyal dari monocyte chemoattractant protein-
1 (MCP), yaitu suatu glikoprotein mediator kemotaksis. Sitokin tersebut
dihasilkan oleh sel otot-otot polos pembuluh darah pada fase proliferasi.
Kemudian, sel makrofag tersebut melepaskan heparin yang menstimulus migrasi
sel endotel dan pertumbuhan kapiler pada proses angiogenesis.1
Angiogenesis ini akan memicu pembentukan pembuluh darah baru yang
diperlukan oleh pertumbuhan tumor. Makrofag dan sel bone marrow derived cells
(BMDC) memulai pertumbuhan tumor dengan cepat dan mengakibatkan hipoksia
intrasel. Akibatnya, sitokin hypoxia inducible factor (HIF) terangsang atas
respons perubahan konsentrasi oksigen intrasel. HIF terakumulasi dan bergerak
menuju nukleus dan memicu produksi target gen. Nukleus merespons sinyal HIF
tersebut dengan stimulus faktorVEGFdan transforming growth factor TGF
melalui signaling pathway yang menyebabkan proliferasi sel endotel melalui.

2.7 Gejala Tumor Konjungtiva


Sebagian besar tumor konjungtiva tidak menimbulkan gejala. Pasien
biasanya mencari perhatian medis karena melihat perubahan warna pada mata
atau ekstensi tumor ke kornea. Tumor konjungtiva juga dapat ditemukan oleh
spesialis perawatan mata selama pemeriksaan mata rutin.17

20
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.8 Diagnosa Tumor Konjungtiva


Sebagian besar tumor konjungtiva kecil yang tampak jinak dapat difoto
dan diikuti untuk bukti pertumbuhan sebelum biopsi atau pengobatan. Jika
terdapat penyebaran, hypervascular atau meluas ke kornea biopsi lebih
mendukung diagnosa. Di TheNew York Eye Cancer Center kami biasanya
mendapatkan spesimen sitologi berbasis kantor untuk karsinoma skuamosa. Ini
memberi tahu kami bahwa tumor itu skuamosa dan tidak perlu pergi ke ruang
operasi. Sebaliknya, baik melanoma dan limfoma memerlukan lebih banyak
histopatologi dan analisis patologi khusus. Oleh karena itu, tumor tersebut
memerlukan biopsi bedah atau jika eksisi kecil.17

2.8.1 Anamnesis
Gejala klinis kanker mata bergantung pada jenis kanker mata dan stadium
dari kanker. Anamnesis terhadap gejala klinis yang perlu ditanyakan kepada
penderita adalah adanya inflamasi yang aktif di mana penderita mengalami gejala-
gejala yang tidak tampak, seperti mengeluh mata merah, pusing, dan disertai rasa
nyeri. Gejala pasien kanker mata yang sering dikeluhkan dan tidak tampak di
antaranya adalah:1
1. adanya nyeri (ocular pain)
2. sakit kepala atau pusing
3. gatal pada lesi
4. rasa tidak nyaman pada kelopak mata konjungtiva (Retrobulbar discomfort)
5. penglihatan kabur
6. visualisasi ganda (diplopia).

2.8.2 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan mata secara umum dan secara
eksternal serta pemeriksaan orbita secara lebih detail ke bagian orbita.
Pemeriksaan mata secara umum di antaranya adalah:1
1. pemeriksaan visual (visus)
2. pemeriksaan daerah kelopak mata dan konjungtiva
3. pemeriksaan daerah kornea, pupil, iris, dan fundus
4. pemeriksaan otot ekstraokuler.

21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 2.12. Pemeriksaan pergerakan mata 9 arah kardinal (a-i; panah: arah
pergerakan mata)

Pemeriksaan daerah segmen posterior dilakukan dengan menggunakan


direct oftalmoskopi (funduskopi) atau foto fundus. Dengan menggunakan metode
tersebut, dapat dilihat kelainan-kelainan pada segmen posterior dan gambaran
retina secara detail, termasuk pembuluh darah (arteri dan vena sentralis), makula,
dan saraf retina (n. optik). Pemeriksaan otot ekstraokuler digunakan untuk melihat
adanya penurunan pergerakan bola mata (ocular motility test). Pemeriksaan ini
menggunakan pemeriksaan 6 atau 9 arah kardinal (six/nine cardinal of gaze).
Pemeriksaan orbita di antaranya adalah:
1. Pemeriksaan pengukuran penonjolan bola mata (proptosis)
2. Palpasi
3. Inspeksi
4. Auskultasi
Selain itu, hal yang penting dalam pemeriksaan dasar orbita adalah palpasi,
inspeksi, dan auskultasi tumor. Palpasi atau perabaan pada tumor memiliki hal
penting yang dapat dinilai, di antaranya:
1. Tumor atau benjolan yang teraba dapat dinilai konsistensinya
2. Benjolan tersebut mudah digerakkan atau lekat pada dasar
3. Apakah terdapat nyeri saat ditekan atau tidak
4. Permukaan benjolan tersebut rata atau tidak.

22
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.8.3 Pemeriksaan Dengan Diagnosis Penunjang


Setelah dilakukan pemeriksaan fisik yang terdiri dari pemeriksaan mata
secara umum dan secara eksternal serta pemeriksaan orbita, untuk menegakkan
diagnosis, maka dilakukan beberapa pemeriksaan lagi dengan diagnosis
penunjang. Pemeriksaan penunjang tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:1
Patologi
- Pemeriksaan Laboratorium (Tes Darah Lengkap).
- Histopatologi: Sampel jaringan/biopsi
- Sitologi: Pewarnaan HE
Pemeriksaan radiologi atau pemeriksaan pencitraan (imaging) pada tumor
yang sering dilakukan adalah foto X-ray, USG, CT-Scan, MRI, dan angiografi.
Pemeriksaan menggunakan foto X-ray atau foto sinar-X radiografi biasanya
disebut dengan foto polos (plain film) atau foto rontgen. Pemeriksaan ini paling
banyak dipakai karena foto X-ray memiliki kekontrasan dan kejernihan yang
cukup baik dan mampu memonitor adanya lesi, sehingga objektif untuk
membandingkan tumor sebelum dan sesudah terapi.1

2.9 Terapi
Terapi dan penatalaksanaan kanker mata terdiri dari empat jenis, yaitu
pembedahan (surgical therapy), medikamentosa (obat-obatan), penyinaran
(radioterapi/radiasi) dan target sel terapi.17
Terapi pembedahan pada kanker atau tumor memiliki peranan yang sangat
penting, di antaranya adalah sebagai berikut: sebagai terapi pencegahan tumor.
Sebelum menjadi tumor dan masih berupa lesi, maka terapi pembedahan
diperlukan agar lesi tidak tumbuh dan berkembang menjadi ganas, sebagai sarana
diagnosis tumor. Hal terakhir ini merupakan metode yang efektif melalui
pembedahan. Operasi atau pembedahan tumor mampu meningkatkan keberhasilan
kesembuhan mencapai 90% untuk kanker stadium dini.1

23
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB III
PENUTUP

Tumor konjungtiva adalah tumor yang tumbuh pada lapisan konjungtiva


yang melapisi mata bagian depan. Tumor konjungtiva terbagi menjadi tumor
ganas dan jinak. Keluhan yang timbul bisa mengganggu penglihatan sehingga
menyebabkan ketidaknyamanan serta keluhan kosmetik bahkan bisa
menyebabkan kematian.
Secara klinis tumor konjungtiva dibagi menjadi dua yakni tumor jinak dan
ganas. Tumor konjungtiva jinak yaitu nevus, papiloma konjungtiva, granuloma,
dermolipoma, dermoid dan limfoma dan lymphoid hiperplasi. Sementara tumor
konjungtiva ganas terdiri dari karsinoma dan melanoma
Terapi pembedahan pada kanker atau tumor memiliki peranan yang sangat
penting, di antaranya adalah sebagai berikut, sebagai terapi pencegahan tumor.
Sebelum menjadi tumor dan masih berupa lesi, maka terapi pembedahan
diperlukan agar lesi tidak tumbuh dan berkembang menjadi ganas.
Sebagai sarana diagnosis tumor, diagnosis yang akurat dan tepat pada
tumor tergantung pada spesimen patologis yang didapatkan dengan jalan
pembedahan. Sebagai sarana penentuan stadium tumor. Penentuan stadium
keganasan tumor guna merencanakan terapi yang tepat bergantung pada sampel
spesimen tumor yang diambil melalui pembedahan dan biopsi jaringan.

24
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR PUSTAKA

1. Hendrian D. Soebagjo. 2019. Onkologi Mata. Penerbit Airlangga University


Press: Surabaya.
2. Edea Syllisya. 2017. Referat
Tumorkonjungtiva.https://www.scribd.com/document/358075631/Referat-
Tumor- konjungtiva. Diakses 28 Februari 2020. Pukul 21.31 Wib
3. Nurhafizah. 2014. Tumor Jinak Konjungtiva Bagian Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Riau RSUD Arifin Achmad Pekanbaru 2014.
4. Carol L. Shields, MD, Sara E. Lally, MD and Jerry A. Shields, MD. A Guide
to Conjunctival Tumors These are benign half the time—but when they are
malignant, you need to be ready to refer. Published May 15, 2019.
https://www.reviewofoptometry.com/article/a-guide-to-conjunctival-tumors.
diakses 2 Maret 2020, pukul 08.59 wib.
5. Esti Mahanani, Artati Sri Rejeki. 2015. Tumor Ocular Surface Squamosa:
Tinjauan Pustaka Mengenai Etiopatogenesis, Diagnosis Klinis, dan
Histopatologis. JKKI, Vol.6, No.4, Januari-April 2015.
6. Melifitriyani. 2013. Anatomi Dan Fisiologi Konjungtiva.
https://id.scribd.com/doc/156862588/Anatomi-Dan-Fisiologi-Konjungtiva.
Diakses 29 Februari 2020. Pukul 12.10 Wib.
7. Josefien M. Saerang dan Laya M. Rares. 2011. Melanoma Konjungtiva.
Jurnal Biomedik, Volume 3, Nomor 1, Maret 2011, hlm. 60-64.
8. Ratih Oemiati, Ekowati Rahajeng, Antonius Yudi Kristanto. 2011. Prevalensi
Tumor dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya di Indonesia. Submit:
26-9-2011 Review: 10-10-2011 Review: 21-10-2011 revisi : 21-11-2011.
9. Arwidya Putri Mansur. 2017. Karakteristik Penderita Tumor Mata di RSUP
dr. Wahidin Sudirohusodo Periode 2014-2016. Skripsi. Fakultas Kedokteran,
Universitas Hasanuddin November 2017.
10. Vaughan & Asbury’s. 2016. A Lange Medical Book: General Ophthalmology.
19th Edition. Mc.Graw Hill Education. New YorkISBN: 978-0-07-184354-6.

25
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

11. Ariyanie Nurtania. 2012. Anatomi Fisiologi Konjungtiva. . Diakses 29


Februari 2020. Pukul 13.59 Wib.
12. Muhammad Akbar, Neneng Helijanti, Muhammad Ardi Munir, Asrawati
Sofyan. 2019. Conjunctival Laceration Of The Tarsalis Palpebra Inferior Et
Causing By A Fishing Hook. Vol.1 | No.2 | Juni 2019 | Jurnal Medical
Profession MedPro.
13. American Academy of Ophthalmology. 2018. Ophthalmic Pathology and
Intraocular Tumors. Published after collaborative review with the European
Board of Opthalmology Subcommittee.
14. Ni Made Laksmi Utari. 2016. Rekonstruksi Palpebra Inferior Pasca Ekstirpasi
Tumor. Bagian Ilmu Kesehatan Mata. Fakultas Kedokteran. Universitas
Padjajaran Pusat Mata Nasional. Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
15. Furdova Alena, Alsalman Ali Jameel, Krcova Ivana, Horkovicova Kristina
and Furdova Adriana. 2014. Pigmented Epibulbar Lesions: Overview. Journal
of Pigmentary Disorders. Review Article. Volume 1 Issue 3, 1000121.
Pigmentary Disorders ISSN: JPD, JPD, hybrid open access journal..
16. Martin A. Zimmermann-Paiz1, Juan Carlos García de la Riva. 2015.
Conjunctival tumors in children: histopathologic diagnosis in 165 cases.
Original Article. Arq Bras Oftalmol. 2015;78 6):337-9.
17. Paul T. Finger, MD. Conjunctival tumors: general information. New york eye
cancer center https://eyecancer.com/eye-cancer/conditions/conjunctival-
tumors/conjunctival-tumors-general-information/. Diakses 2 Maret 2020,
pukul 09.11 Wib.
18. Agus Supartoto. 2007. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu Penyakit Mata.
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
19. Sukartini Djelantik, AAA., Elbetty Agustina Br. Simanjuntak, Putu Yuliawati,
Ni Made Laksmi Utari, I Made Agus Kusumadjaja, I Made Susila Utama.
2017. Sarcoma Kaposi Konjungtiva pada Pasien AIDS. Bagian Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rsup Sanglah
Denpasar.

26
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA :AHMAD HELMI B ABU BAKAR
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ NIM : 140100258
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

20. Carol L. Shields, MD. 2008. Conjunctival Melanoma: Rare but Deadly.
https://www.aao.org/current-insight/conjunctival-melanoma-rare-deadly.
diakses 2 Maret 2020, pukul 14.43 Wib.
21. Misha Faustina MD. 2017. Differentiating Benign And Malignant
Conjunctival Tumors. American Academi of Ophthalmology.
https://www.aao.org/editors-choice/differentiating-benign-malignant-
conjunctival-tumor. diakses 2 Maret 2020 pukul 09.25 Wib.

27

Anda mungkin juga menyukai