MODUL 6
PENGENDALIAN MUTU
PELAKSANAAN PERKERASAN KAKU
Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final
KATA PENGANTAR
Kurikulum merupakan program pendidikan yang perlu disusun secara sistematis dan
sistemik yang berorientasi pada pembentukan kompetensi peserta didik. Untuk
mendukung keberhasilan program pendidikan tersebut perlu adanya komponen-
komponen lain yang standar seperti widyaiswara, sarana/alat, sumber belajar dan
modul. Modul merupakan salah satu bahan ajar yang harus dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan pembentukan kompetensi peserta didik.
Diklat Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) merupakan salah satu upaya yang dianggap
strategis dalam peningkatan profesionalisme Aparatur Sipil Negara (ASN) di
Lingkungam Kementerian PUPR. Untuk mengefektifkan Diklat Perkerasan Kaku (Rigid
Pavement) selain ada tatap muka juga ada pembelajaran melalui penggunaan modul
sebagai bahan ajar yang akan membantu pembelajaran peserta didik. Dalam modul ini
diuraikan mengenai teori pengendalian mutu pelaksanaan setiap tahap kegiatan
dalam konstruksi perkerasan kaku.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perlunya pengawasan terhadap setiap langkah pada konstruksi perkerasan kaku agar
didapatkan mutu perkerasan yang memenuhi persyaratan yang ditentukan, seperti
pengendalian mutu beton bukan hanya untuk mendapatkan beton yang memenuhi
spesifikasi, tetapi juga untuk alasan ekonomis. Jika tingkat pengawasan yang
dilaksanakan adalah rendah, maka akan menghasilkan deviasi standar yang lebih tinggi
sehingga harus dicapai kekuatan rata-rata yang lebih tinggi yang tentunya memerlukan
pemakaian semen yang lebih banyak. Pengawasan pekerjaan perkerasan kaku harus
dilakukan pada seluruh tahapan pekerjaan sejak pekerjaan awal sampai pekerjaan
akhir dengan pengujian-pengujian dan pengamatan dilapangan.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Diklat ini membekali peserta diklat tentang pemahaman mengenai Pengendalian
Mutu Pelaksanaan Perkerasan Kaku yang meliputi pengendalian mutu selama
pelaksanaan, pengujian beton semen, hingga pembukaan lalu lintas. Pembelajarannya
melalui kegiatan pengamatan (studi lapangan) dan seminar hasil studi lapangan.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran terdiri dari hasil belajar dan indikator hasil belajar sebagai
berikut:
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta diharapkan akan mengevaluasi
mutu konstruksi perkerasan kaku.
Dalam modul Konsep dasar konsruksi perkerasan kaku ini terdapat satu materi yang
akan dibahas, yaitu:
1. BAB 1 – Pengendalian mutu konstruksi perkerasan kaku, meliputi:
a. Pengendalian Mutu Selama Pelaksanaan
b. Pengendalian Mutu Pada Penentuan Proporsi Campuran Beton
c. Pengendalian Mutu Pada Unit Penakaran (Batching Plant)
d. Pengendalian Mutu Pad Unit Pencampuran Beton
e. Pengendalian Mutu Sebelum Pengecoran Beton
f. Pengendalian Mutu Pada Pelaksanaan Pengecoran
g. Pengendalian Mutu Setelah Pembetonan
h. Pengujian Beton Semen
i. Toleransi Penyimpangan
j. Pembukaan Untuk Lalu Lintas
E. ESTIMASI WAKTU
Untuk melaksanakan Diklat Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) mata diklat yang
terakhir yang harus diikuti adalah Mata Diklat Pendalian Mutu Pelakasanaan
Perkerasan Kaku. Mata Diklat ini akan dilaksanakan selama 3 jam pelatihan, @ 45
menit.
BAB 2
PENGENDALIAN MUTU PELAKSANAAN KONSTRUKSI
PERKERASAN KAKU
Indikator keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta diharapkan akan mengevaluasi
mutu konstruksi perkerasan kaku.
A. UMUM
Tujuan pengendalian mutu pekerjaan beton adalah untuk mengukur dan mengawasi
variasi bahan-bahan campuran dan mengukur serta mengawasi operasional pekerjaan
yang akan berpengaruh terhadap kekuatan dan keseragaman beton. Operasional
pekerjaan yang dimaksud adalah pengendalian mutu bahan, penakaran (batching),
pencampuran (mixing), pengecoran (placing), perawatan (curing), dan pengujian
(testing).
Perlunya pengawasan terhadap mutu beton bukan hanya untuk mendapatkan beton
yang memenuhi spesifikasi, tetapi juga untuk alasan ekonomis. Jika tingkat
pengawasan yang dilaksanakan adalah rendah, maka akan menghasilkan deviasi
standar yang lebih tinggi sehingga harus dicapai kekuatan rata-rata yang lebih tinggi
yang tentunya memerlukan pemakaian semen yang lebih banyak. Pengawasan
pekerjaan beton harus dilakukan pada seluruh tahapan pekerjaan sejak pekerjaan
awal sampai pekerjaan akhir berupa pengujian campuran.
1. Pekerjaan Awal
Pekerjaan yang dilakukan, antara lain :
Mempelajari gambar rencana dan spesifikasi
Pemahaman lebih dalam terhadap lokasi proyek, lajur dan kemiringan
Bahan yang digunakan harus berasal dari sumber yang telah diketahui dan dibuktikan
telah memenuhi persyaratan dan ketentuan, baik mutu maupun jumlahnya.
Semua bahan harus diidentifikasi mengenai sumber, jumlah dan kesesuaian dengan
persyaratan, penanganan, penimbangan dan pembuangan bahan yang ditolak.
a. Agregat
a) Kualitas bahan yang akan digunakan harus sudah memenuhi spesifikasi yang
disyaratkan
b) Memeriksa apakah ukuran maksimum agregat sudah memenuhi ketentuan harus
1/3 tebal pelat atau ¾ jarak bersih minimum antar tulangan.
c) Agregat untuk campuran beton harus ditangani secara baik, karena agregat yang
memiliki mutu bagus bisa menghasilkan beton yang tidak baik disebabkan oleh
kesalahan penanganan agregat. Untuk mendapatkan agregat yang memenuhi
persyaratan, perlu diperhatikan bagaimana cara pengelolaan agregat :
Agregat harus dikelola untuk mencegah pemisahan butir, penurunan mutu,
pengotoran atau pencampuran antar fraksi dari jenis yang berbeda. Bila
bahan mengalami pemisahan butir, penurunan mutu atau pengotoran, maka
sebelum digunakan harus diperbaiki dengan cara pencampuran dan
penyaringan ulang, pencucian atau cara-cara lainnya
Agregat harus dibentuk lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 1,0 m.
Masing-masing lapis agar ditumpuk dan dibentuk sedemikian rupa dan
penumpukan lapisan berikutnya dilakukan setelah lapisan sebelumnya selesai
dan dijaga agar tidak membentuk kerucut
Segregasi dalam agregat kasar dapat dikurangi jika agregat dipisahkan dalam
ukuran-ukuran tersendiri dapat dikurangi jika agregat dipisahkan dalam
ukuran-ukuran tersendiri.
Harus dilakukan pemeriksaan secara efektif pada tumpukan agregat di batch
plant terhadap kemungkinan adanya segregasi
Agregat yang berbeda sumber dan ukuran serta gradasinya tidak boleh di
satukan
Pencampuran dua atau lebih agregat halus dengan ukuran yang berbeda
harus dengan cara yang menghasilkan campuran agregat yang baik
Semua agregat yang dicuci harus didiamkan terlebih dahulu minimum 12 jam
sebelum digunakan
Waktu penumpukan lebih dari 12 jam harus dilakukan untuk agregat yang
berkadar air tinggi atau kadar air yang tidak seragam
Pada waktu agregat dimasukkan ke dalam mesin pengaduk, agregat tersebut
harus mempunyai kadar air yang seragam
Agregat halus/pasir harus diperiksa kadar airnya.
Volume agregat yang mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 5%, harus
dikoreksi. Pada penakaran dengan berat, banyaknya agregat setiap fraksi
harus ditimbang terpisah.
Agregat harus diperiksa kadar airnya, berat agregat yang mempunyai
kadar air bervariasi lebih dari 3% harus dikoreksi
Agregat halus/pasir harus diperiksa kadar airnya .
Volume agregat yang mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 5%, harus
dikoreksi. Pada penakaran dengan berat, banyaknya agregat setiap fraksi
harus ditimbang terpisah.
Agregat harus diperiksa kadar airnya, berat agregat yang mempunyai
kadar air bervariasi lebih dari 3% harus dikoreksi
Cara penanganan dan penyimpanan agregat yang baik dan tidak baik ditunjukkan
pada gambar 1 sampai gambar 3.
Benar Salah
Gunakan ban berjalan yang dapat Bahan yang dijatuhkan bebas dari ujung
dipindah-pindah serta dilengkapi kerucut penimbun, memberi kesempatan pada
berdinding curam untuk jatuhnya bahan, angin untuk memisahkan butiran halus
yang dijaga pada lokasi yang serendah dari bahan-bahan kasar
mungkin dan gunakan saringan halus
untuk menjaga angin yang
menerbangkan butir-butir halus dari ban
berjalan
benar salah
Menempatkan bahan dalam tumpukan sendiri-sendiri tidak lebih dari satu
muatan truk dan tidak terjadi kemungkinan turunnya agregat ke bawah
sampai ke tepi tumpukan
b. Semen
Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton semen harus sesuai dengan
Spesifikasi semen untuk perkerasan kaku.
benar
salah
6) Apabila mutu semen diragukan atau telah disimpan lebih dari 2 bulan maka
sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu bahwa semen tersebut
memenuhi syarat
7) Pada penggunaan semen curah, suhu semen harus kurang dari 70 0C
8) Semen produksi pabrik dalam kantong yang telah diketahui beratnya tidak perlu
ditimbang ulang. Semua semen curah harus diukur dalam berat.
c. Air
Air yang digunakan untuk campuran atau perawatan harus bersih dan bebas dari
minyak, garam, asam, bahan nabati, lanau, lumpur atau bahan-bahan lain yang dalam
jumlah tertentu dapat membahayakan.
Air harus berasal dari sumber yang telah terbukti baik dan memenuhi persyaratan
yang ditentukan.
Air harus diukur dalam volume atau berat dengan alat ukur yang mempunyai akurasi
2%. Akurasi alat ukur harus diperiksa setiap hari.
Perhatikan proporsi bahan tambah dalam campuran harus didasarkan atas hasil
percobaan. Pastikan setiap bahan tambah yang digunakan harus memenuhi spesifikasi
yang ditentukan.
Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan
ukuran yang dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan
Bahan tambah apabila diperlukan yang berupa cairan harus dicampur ke dalam air
sebelum dituangkan ke dalam mesin pengaduk. Seluruh air campuran harus sudah
dimasukkan ke dalam mesin pengaduk sebelum seperempat masa pengadukan
selesai.
Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur yang akurat
untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap
penakaran
Lama waktu pencampuran (mixing time) yang diperlukan ditetapkan dari hasil
percobaan campuran. Waktu pencampuran tidak boleh kurang dari 75 detik, kecuali
ada data untuk mencampur minimum 60 detik.
Apabila digunakan beton siap campur (Ready-mixed Concrete), pelaksanaan
pencampuran beton harus sesuai dengan persyaratan Spesifikasi beton siap pakai
(Ready-mixed Concrete)).
Jika pelaksanaan pengecoran dilakukan pada cuaca panas dan bila temperatur
beton basah (fresh concrete) di atas 240 C, maka pencegahan penguapan harus
dilakukan, sebagai berikut :
i. Air harus dilindungi dari panas sinar matahari, dengan cara melakukan
pengecatan tanki air dengan warna putih dan mengubur pipa penyaluran atau
dengan cara lain yang sesuai.
ii. Temperatur agregat kasar diturunkan dengan menyemprotkan air.
iii. Pengecoran beton harus dihentikan bila temperatur beton pada saat
dituangkan lebih dari 320 C.
iv. Kehilangan kadar air yang cepat dari permukaan perkerasan akan
menghasilkan kekakuan yang lebih awal dan mengurangi waktu yang tersedia
untuk menyelesaikan pekerjaan akhir, maka dalam keadaan seperti ini tidak
diperbolehkan menambahkan air ke permukaan pelat
b. Pencampuran : jenis peralatan, konsistensi, kadar udara, pemisahan butir
(segregasi) dan keterlambatan
Sesuai dengan pertimbangan ekonomis dan jumlahnya beton yang diangkut,
pengangkutan harus dapat menjaga campuran beton tetap homogen, tidak
segregasi, dan tidak menyebabkan perubahan konsistensi beton
Penempatan beton
Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi
segregasi.
Diklat Perkerasan kaku-2017 14
Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final
Pemadatan
Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari
luar, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat yang
cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar
tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke
titik laindi dalam cetakan
Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk
menentukan bahwa semua sudut dan di antara dan sekitar besi tulangan
benar-benar diisi tanpa pemindahan kerangka penulangan, dan setiap
rongga udara dan gelembung udara terisi.
Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan
pemadatan yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada
Diklat Perkerasan kaku-2017 16
Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final
agregat.
Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton
basah secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai
ke dasar beton yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh
kedalaman pada bagian tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarik
pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm
jaraknya. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 30 detik,
juga tidak boleh digunakan untuk memindah campuran beton ke lokasi lain
Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam sesuai tabel dibawah ini
untuk mendapatkan sejumlah hasil pengujian kuat tekan benda uji beton
dari pekerjaan beton yang dilaksanakan. Setiap hasil adalah nilai rata-rata
dari dua nilai kuat tekan benda uji dalam satu set benda uji (1 set = 3 buah
benda uji ), yang selisih nilai antara keduanya ± 5% untuk satu umur, untuk
setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen struktur yang
dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.
Bila dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa kapasitas
daya dukung struktur kurang dari yang disyaratkan, maka apabila pengecoran
belum selesai, pengecoran harus segera dihentikan dan dalam waktu
singkat harus diadakan pengujian beton inti (core drilling) pada daerah
yang diragukan berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam hal
dilakukan pengambilan beton inti, harus diambil minimum 3 (tiga) buah
benda uji pada satu lot
Jika kuat lentur dalam 28 hari untuk setiap lot kurang dari 90% dari kuat lentur
beton minimum yang disyaratkan maka lot yang diwakili pengujian balok ini
harus dibongkar dan diganti.
Contoh untuk uji kuat tarik lentur dan Contoh untuk uji kuat tarik tekan
slump
J. TOLERANSI PENYIMPANGAN
a. Kerataan Permukaan baik Melintang atau Memanjang
Penyimpangan kerataan permukaan, dari garis lurus bisa ditentukan dengan
menggunakan mistar perata (straight edge) dengan panjang 3 meter.
Toleransi permukaan pada jalan dengan volume lalu lintas ringan untuk jalan
perkotaan dengan kecepatan rendah ialah 6 mm, sedangkan untuk kecepatan
tinggi 3 mm dengan menggunakan mistar perata 3 meter.
b. Ketebalan
Perkerasan beton harus dilaksanakan sesuai tebal yang diinginkan. Jika
dipandang perlu untuk menentukan ketebalan perkerasan setelah
penghamparan, bisa dilakukan dengan mengukur contoh inti (core drill) dari
perkerasan.
Satu bor inti harus diambil dari setiap 140 m2 perkerasan yang dihamparkan
pada setiap lajur.
Masing masing hasil pengeboran harus diukur sesuai dengan ASTM C 174
(Test method for measuring length of drilled concrete cores).
Penerimaan pekerjaan harus didasarkan pada hasil pengujian contoh inti yang
diambil dari pekerjaan yang telah selesai.
Bilamana hasil pengukuran bor inti meragukan diperlukan dua contoh inti
tambahan yang diambil dengan jarak 10 meter (satu sebelumnya dan satu lagi
sesudahnya) dari lokasi pengambilan bor inti yang pertama, lubang bekas
pengeboran harus ditutup kembali dengan sempurna.
Pertimbangan yang diperlukan sebagai dasar penerimaan pekerjaan
sehubungan dengan toleransi tebal, sesuai dengan spesifikasi yang berlaku.
Diklat Perkerasan kaku-2017 22
Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final
Baik peralatan maupun lalu lintas, termasuk kendaraan proyek tidak diperkenankan
melewati permukaan Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus yang telah selesai sampai
beton tersebut mencapai paling tidak 70% dari kekutan yang disyaratkan.
L. RANGKUMAN
Pengendalian mutu konstruksi perkerasan kaku pada saat pelaksanaan, meliputi:
a. Pengendalian mutu pada penentuan proporsi campuran beton
b. Pengendalian mutu pada unit penakaran (batching plant)
c. Pengendalian mutu pada unit pencampuran beton
d. Pengendalian mutu sebelum pengecoran beton
e. Pengendalian mutu pada pelaksanaan pengecoran
f. Pengendalian mutu setelah pembetonan
g. Pengujian beton
h. Pembukaan untuk lalu lintas
M. LATIHAN
Jawab pertanyaan dibawah ini dengan jelas !
1. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan agregat untuk mendapatkan
agregat yang memenuhi persyaratan?
3. Apa saja pengendalian mutu yang harus dilakukan pada penentuan proporsi
campuran?
4. Apa yang perlu diperhatikan pada saat pengecoran beton untuk konstrukdi
perkerasan kaku?
BAB 3
PENUTUP
Dalam evaluasi kegiatan belajar, perlu dilakukan evaluasi kegiatan kediklatan, yaitu
evaluasi hasil pembelajaran modul ini dan isi materi pokok tersebut kepada para
peserta, pengajar maupun pengamat materi atau Narasumber, berupa soal/kuisioner
tertulis :
2. Untuk evaluasi bagi peserta, maka pengajar/widyaiswara melakukan evaluasi
berupa orientasi proses belajar dan tanya jawab maupun diskusi
perorangan/kelompok dan/atau membuat pertanyaan ujian yang terkait dengan
isi dari materi modul tersebut.
5. Evaluasi materi dan bahan tayang yang disampaikan pengajar kepada peserta,
dilakukan oleh peserta, pengajar/widyaiswara maupun pengamat
materi/Narasumber untuk pengkayaan materi.
B. KUNCI JAWABAN
1. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan agregat untuk
mendapatkan agregat yang memenuhi persyaratan?
Jawab:
Jawab:
3. Apa saja persyaratan air yang dapat digunakan untuk campuran beton ?
Jawab :
Air yang digunakan untuk campuran atau perawatan harus bersih dan bebas dari
minyak, garam, asam, bahan nabati, lanau, lumpur atau bahan-bahan lain yang
dalam jumlah tertentu dapat membahayakan.
Air harus berasal dari sumber yang telah terbukti baik dan memenuhi persyaratan
yang ditentukan.
Air harus diukur dalam volume atau berat dengan alat ukur yang mempunyai
akurasi 2%. Akurasi alat ukur harus diperiksa setiap hari.
4. Apa saja pengendalian mutu yang harus dilakukan pada penentuan proporsi
campuran?
Jawab:
Pengujian agregat yang meliputi, gradasi, berat jenis, penyerapan dan kadar
Diklat Perkerasan kaku-2017 26
Modul 6 – Pengendalian mutu pelaksanaan kaku final
air agregat
Penentuan proporsi campuran awal diperoleh berdasarkan perhitungan
rancangan dan percobaan campuran di laboratorium.
Proporsi rencana campuran akhir harus didasarkan pada percobaan penakaran
skala penuh pada awal pekerjaan
Data perencanaan campuran, meliputi : kadar semen, proporsi agregat, air,
kelecakan dan kekuatan
Volume takaran, meliputi : ukuran takaran, berat material dalam takaran dan
koreksi kadar air agregat
5. Apa yang perlu diperhatikan pada saat pengecoran beton untuk konstrukdi
perkerasan kaku?
Jawab:
Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi
segregasi.
Bila pelaksanaan dilakukan pada cuaca panas,dan bila temperature beton
basah (fresh concrete) diatas 24 C, pencegahan penguapan harus dilakukan.
Air harus dilindungidari panas sinar matahari, dengan cara melakukan
pengecatan tanki air dengan warna putih dan mengubur pipa penyaluran
atau dengan cara lain yang sesuai.Temperatur agregat kasar diturunkan
dengan cara menyemprotkan air. Pengecoran harus dihentikan bila
temperature beton pada saat dituangkan lebih dari 32o C.
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
lean concrete
lantai kerja untuk pekerjaan rigid pavement. Sehingga lapisan ini bukan termasuk
lapisan struktur. Namun wajib ada sebelum pekerjaan beton (rigid). Fungsinya hanya
sebagai lantai kerja agar air semen tidak meresap ke dalam lapisan bawahnya. Tebal
LC ini biasanya 10 cm. LC ini pada dasarnya terbuat dari beton dengan mutu K175
tulangan
batang baja ulir, yang memenuhi spesifikasi, yang dipasang secara longitudinal dan
melintang pada pelat beton dengan letak penempatan tulangan sesuai ketentuan
yang berfungsi untuk mengatur jarak dan lebar retakan serta mengikat bagian bagian
pelat pada retakan tersebut sehingga tetap menjadi satu kesatuan pada waktu
menerima beban lalu lintas