MODUL 4
RODUKSI DAN PENGANGKUTAN
CAMPURAN BETON
Modul 4 – Produksi dan pengangkutan campuran beton
KATA PENGANTAR
Kurikulum merupakan program pendidikan yang perlu disusun secara sistematis dan
sistemik yang berorientasi pada pembentukan kompetensi peserta didik. Untuk
mendukung keberhasilan program pendidikan tersebut perlu adanya komponen-
komponen lain yang standar seperti widyaiswara, sarana/alat, sumber belajar dan
modul. Modul merupakan salah satu bahan ajar yang harus dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan pembentukan kompetensi peserta didik.
Diklat Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) merupakan salah satu upaya yang dianggap
strategis dalam peningkatan profesionalisme Aparatur Sipil Negara (ASN) di
Lingkungam Kementerian PUPR. Untuk mengefektifkan Diklat Perkerasan Kaku (Rigid
Pavement) selain ada tatap muka juga ada pembelajaran melalui penggunaan modul
sebagai bahan ajar yang akan membantu pembelajaran peserta didik. Dalam modul ini
diuraikan mengenai teori produksi campuran di batching plant dan pengangkutan
beton ke lapangan. untuk perkerasan kaku.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Batching plant merupakan alat yang berfungsi untuk mencampur atau memproduksi
beton siap pakai dalam skala besar. Batching Plant digunakan dalam produksi beton
skala besar agar kualitas, kinerja dan kontinyuitas produksi dapat dijaga dengan baik
sesuai standar yang ditetapkan.
Penakaran bahan baku pada pekerjaan beton dapat dilakukan secara konvensional
maupun masinal. Penakaran yang baik akan menghasilkan kualitas beton yang seragam
di keseluruhan volume pekerjaan. Penakaran bahan-bahan campuran beton yang
dihasilkan dari hasil rancangan campuran dapat dilakukan berdasarkan penakaran
berat atau berdasarkan penakaran volume.
Alat penakar harus dibuat dengan mengetahui secara pasti volumenya dan harus
disesuaikan dengan kapasitas alat pencampur. Batching plant merupakan alat yang
berfungsi untuk mencampur atau memproduksi beton siap pakai dalam skala besar.
Batching Plant digunakan dalam produksi beton skala besar agar kualitas, kinerja dan
kontinyuitas produksi dapat dijaga dengan baik sesuai standar yang ditetapkan.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Diklat ini membekali peserta diklat tentang pengetahuan mengenai Produksi dan
Pengangkutan campuran beton yang meliputi peralatan pencampur, penakaran,
pengadukan campuran beton, serta pengangkutan campuran beton ke lokasi
hamparan.
Mata diklat ini disajikan melalui metode ceramah dan diskusi interaktif serta kunjungan
lapangan tempat produksi campuran beton. Keberhasilan peserta dinilai dari
kemampuannya dalam menganalisis proses produksi dan pengangkutan campuran
beton.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran terdiri dari hasil belajar dan indikator hasil belajar sebagai
berikut:
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta diharapkan dapat menganalisis
proses produksi dan pengangkutan campuran beton
Dalam modul Konsep dasar konsruksi perkerasan kaku ini terdapat satu materi yang
akan dibahas, yaitu:
E. ESTIMASI WAKTU
Untuk melaksanakan Diklat Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) mata diklat yang
keempat yang harus diikuti adalah Mata DiklatProduksi dan Pengangkutan Campuran
Beton. Mata Diklat ini akan dilaksanakan selama 4 jam pelatihan, @ 45 menit.
BAB 2
PRODUKSI DAN PENGANGKUTAN CAMPURAN BETON
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta diharapkan dapat menganalisis
proses produksi dan pengangkutan campuran beton
A. PENDAHULUAN
Campuran beton direncanakan berdasarkan suatu asumsi bahwa sifat-sifat beton
setelah mengeras sangat bergantung pada sifat-sifat komposisi campurannya. Agar
beton dapat mencapai sifat-sifat keras yang dikehendaki, maka beton harus dipadatkan
dengan keseragaman yang baik. Apakah suatu campuran beton dapat dipadatkan
dengan baik atau tidak, sangat bergantung pada sifat-sifat beton segar itu sendiri
Campuran beton segar dapat dikatakan mempunyai sifat yang baik bila memenuhi
persyaratan utama campuran yaitu mampu memberikan kemudahan pengerjaan
(workability), yaitu bila campuran tersebut tetap bertahan seragam ketika berlangsung
proses pengangkutan, pengecoran dan pemadatan.
Sifat kemudahan pengerjaan merupakan permasalahan yang kompleks, karena di
dalamnya bergabung pengaruh sifat alami dan faktor-faktor lain yang secara kebetulan
terjadi pada saat pengerjaan. Sebagai contoh, campuran beton yang memberi
kemudahan untuk pekerjaan lantai belum tentu akan mudah bila digunakan untuk
mengerjakan pengecoran balok dengan penampang yang sempit serta mempunyai
penulangan yang rapat.
B. PERALATAN PENCAMPUR
1. Batching Plant
Batching plant merupakan alat yang berfungsi untuk mencampur atau memproduksi
beton siap pakai dalam skala besar. Batching Plant digunakan dalam produksi beton
skala besar agar kualitas, kinerja dan kontinyuitas produksi dapat dijaga dengan baik
sesuai standar yang ditetapkan, seperti ditunjukkan pada gambar 1.
Terdapat dua tipe system pencampuran di batching plant yaitu tipe dry mix dan wet
mixed. Tipe dry mixed yaitu batching plant hanya berfungsi untuk menimbang material
dan bahan lainnya, sedangkan pencampuran dan pengadukan menjadi beton siap
pakai di truk mixerseperti ditunjukkan pada gambar 2. Semua material termasuk bahan
additive yang akan diaduk ditimbang terlebih dahulu sesuai job mix dengan
memperhitungkan kadar air dalam agregat kasar ataupun agregat halus. Kelemahan
plant dry mix adalah tidak bisa menggaduk slump max 5 (biasa digunakan untuk rigid),
dan jika sedang produksi suara truck mixer berisik dan cenderung berdebu dari
material semen saat masuk ke dalam truck mixer
Tipe wet mix (adukan basah/jadi) yaitu batching plant yang setelah semua material di
timbang (sesuai mutu yg di inginkan) material akan di aduk dlm PAN MIXER (tempat
Bagian-bagian penting dari batching plant adalah sebagai berikut: (Lihat Gambar 4)
a. Cement silo, berfungsi untuk penyimpanan semen atau fly ash dan menjaganya
agar tetap baik.
b. Belt conveyor, berfungsi untuk menarik material (agregat kasar dan halus) ke
atas dari bin ke storage bin.
c. Bin, berfungsi sebagai tempat pengumpulan bahan (agregat kasar dan halus)
yang berasal dari penumpukan bahan di base camp dengan bantuan loader
untuk ditarik ke atas (storage bin).
d. Storage bin digunakan untuk pemisah fraksi agregat. Storage bin dibagi menjadi
4 (empat) fraksi yaitu agregat butir kasar (split), butir menengah (screening),
butir halus (pasir).
e. Timbangan pada alat batching plant dibagi menjadi 4 (empat) macam yaitu
g. Tempat penampungan air yang berfungsi sebagai suplai kebutuhan air pada
ready mix.
a. Dump Truk
Dump truk berfungsi untuk mengangkut material agregat kasar dan halus dari
quarry menuju batching plant. Lihat gambar 5.
b. Wheel Loader
c. Cement Truck
Cement truck berfungsi sebagai pengangkutan semen curah atau fly ash ke base
camp. Lihat gambar 7 di bawah ini.
Concrete mixer truck atau truk mixer adalah suatu kendaraan truk khusus yang
dilengkapi dengan concrete mixer yang berfungsi mengaduk atau mencampur
campuran beton (berfungsi sama seperti alat molen). Truk mixer digunakan
untuk mengangkut adukan beton dari tempat pencampuran beton ke lokasi
proyek. Selama pengangkutan, mixer terus berputar dengan kecepatan 8-12
rpm agar beton tetap homogen dan beton tidak mengeras. Lihat Gambar 8.
Prinsip kerja truk mixer ini secara sederhana adalah sebagai berikut:
Dalam drum terdapat bilah-bilah baja, ketika dalam perjalanan menuju lokasi
proyek, drum ini berputar perlahan-lahan berlawanan dengan putaran jarum
jam sehingga adukan mengarah ke dalam. Perputaran di dalam ini bertujuan
agar tidak terjadi segregasi sehingga adukan tetap homogen. Dengan demikian
mutu beton akan tetap terjaga sesuai dengan perencanaan. Gambar 9.
Ketika sampai di lokasi proyek dan pengecoran berlangsung, arah putaran drum
dibalikkan searah putaran jarum jam dan percepatan putaran diperbesar
sehingga adukan beton keluar. Proses pengiriman beton ready mix diatur
dengan memperhatikan jarak, kondisi lalu lintas, cuaca, dan suhu, karena hal-
hal tersebut dapat mempengaruhi waktu dalam pelaksanaan pekerjaan
pengecoran. Pada umumnya, pengadaan concrete mixer truck menjadi
tanggung jawab penyedia ready mix.
C. PENAKARAN
Penakaran bahan baku pada pekerjaan beton dapat dilakukan secara konvensional
maupun masinal. Penakaran yang baik akan menghasilkan kualitas beton yang seragam
di keseluruhan volume pekerjaan. Penakaran bahan-bahan campuran beton yang
dihasilkan dari hasil rancangan campuran dapat dilakukan berdasarkan penakaran
berat atau berdasarkan penakaran volume. Menurut besarnya volume pekerjaan,
untuk pekerjaan kecil sekitar 500 m3 biasanya penakaran dilakukan berdasarkan
volume karena jika dilakukan secara masinal menjadi tidak ekonomis. Tetapi jika
pertimbangannya adalah mutu, untuk beton yang mempunyai kekuatan fc’ > 20 MPa
proporsi penakarannya harus didasarkan atas penakaran berat. Penakaran
berdasarkan volume boleh dilakukan untuk produksi beton dengan mutu fc’ < 20 MPa
dengan teknik mengkonversikan takaran berat ke takaran volume.
Alat penakar harus dibuat dengan mengetahui secara pasti volumenya dan harus
disesuaikan dengan kapasitas alat pencampur. Khusus untuk semen, penakaran tidak
dapat dilakukan berdasarkan volume, karena semen sangat peka terhadap getaran
atau benturan serta tinggi jatuh selama proses penakaran.
Metode pengadukan dapat dibedakan atas metode manual dan metode dengan
masinal. Pengadukan manual dilakukan dengan tangan, sedangkan pengadukan
masinal dengan memanfaatkan bantuan alat aduk seperti pengaduk beton (concrete
mixer) atau batching plant. Pengadukan dengan tangan tidak dapat menghasilkan
campuran yang benar-benar seragam sehingga kualitasnya lebih rendah dibandingkan
dengan beton yang dicampur dengan mesin. Pengadukan dengan tangan biasanya
dilakukan untuk pekerjaan beton dengan volume kecil (< 10 m3) dalam suatu periode
yang pendek.
Alat pencampur secara masinal dapat dibagi menjadi dua macam yaitu, mesin
konvensional dan mesin otomatis. Pencampuran dan pengadukan dengan mesin
konvensional dilakukan dengan cara mengaduk bahan agregat dan semen secara
kering hingga merata, kemudian dilanjutkan pemberian air secara bertahap sampai
menghasilkan beton segar yang plastis. Pencampuran dengan mesin otomatis
dilakukan dengan cara memasukkan semua bahan secara bersamaan sesuai dengan
proporsinya hingga dicapai hasil adukan yang merata.
Mutu beton hasil pengadukan juga dipengaruhi oleh waktu pencampuran (mixing
time). Waktu pencampuran yang terlalu sebentar akan menyebabkan pencampuran
bahan kurang merata sehingga pengikatan antar bahan menjadi berkurang. Sebaliknya,
pengadukan yang terlalu lama akan menyebabkan naiknya suhu beton, keausan pada
agregat, kehilangan sebagian air, perubahan nilai slump, yang pada akhirnya akan
berdampak negatif terhadap kekuatan.
E. PENGANGKUTAN
Beton segar harus diangkut dari tempat pencampuran ke tempat penuangannya atau
ke lokasi dimana konstruksi akan dibuat, maka pengangkutan harus dilakukan
sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya pemisahan atau kehilangan material
serta keterlambatan yang akan menyebabkan hilangnya plastisitas sebelum beton
segar dituangkan. Alat angkut yang digunakan, apapun jenisnya apakah manual atau
dengan mesin harus mampu menyediakan beton segar di tempat pengecoran tetap
memiliki sifat kemudahan pengerjaan, tanpa segregasi dan belum terjadi pengikatan.
Untuk pengangkutan dengan jarak cukup jauh atau untuk pengangkutan dalam
kemacetan lalu lintas di perkotaan, biasanya memerlukan waktu tempuh cukup lama.
Untuk kondisi seperti itu sebaiknya menggunakan bahan tambahan (admixture) yang
dapat menunda waktu pengikatan. Mengingat besarnya resiko kegagalan akibat
kesalahan cara mengangkut beton segar, kiranya perlu diperhatikan cara mengangkut
adukan beton dengan benar.
Pada saat pengangkutan juga perlu diperhatikan segregasi agar terhindar dari beton
yang tak seragam. Adukan beton yang dibuat dengan tangan maupun dengan mesin
harus diangkut ke tempat penuangan sebelum semen mulai behidrasi (bereaksi
dengan air). Selama pengangkutan harus selalu dijaga agar tidak ada bahan-bahan
yang tumpah/keluar atau yang memisahkan diri dari campuran. Cara pengangkutan
adukan beton ini tergantung jumlah adukan yang dibuat dan keadaan tempat
penuangan. Pengangkutan adukan beton dapat dilakukan menempatkan di dalam
ember, gerobak dorong, truk aduk beton, ban berjalan atau pompa. Umumnya
pengadukan beton dilakukan di dekat lokasi penuangan, dan pengangkutan dengan
ember atau gerobak cukup memuaskan.
Bila tempat pengadukan beton cukup jauh dari tempat penuangannya, pengangkutan
dilakukan dengan truk beton. Pengangkutan dengan pompa dilakukan bila antara
tempat pengadukan beton dan tempat penuangan cukup ramai sehingga tidak dapat
dilakukan dengan ember atau gerobak. Pengangkutan dengan ban berjalan dipilih bika
pengangkutan berlangsung secara terus menerus dan ditujukan ke tempat yang lebih
tinggi. Menurut SNI – 03 – 2847 – 2002 pengangkutan adukan meliputi :
a. Beton harus diantarkan dari tempat pencampuran ke lokasi pengecoran dengan
cara yang dapat mencegah terjadinya pemisahan (segresi) atau hilangnya
bahan.
b. Peralatan pengantar harus mampu menghantarkan beton ke tempat
pengecoran tanpa pemisahan bahan dan tanpa sela yang dapat mengakibatkan
hilangnya plastisitas campuran.
Untuk menghindari panas yang tinggi dan penguapan pada siang hari maka
pengangkutan dapat dilaksanakan pada malam hari. Pengangkutan akan sangat
berpengaruh jika antara letak proyek dengan lokasi pembuatan campuran beton
berjauhan. Masalah yang akan timbul saat kondisi tersebut adalah :
Segregasi, pemisahan agregat diameter besar dari diameter yang lebih halus
Berkurangnya air karena penguapan atau kebocoran
Pemadatan karena pengangkutan terlalu lama
b. Ember
f. Truck Mixer
Truk mixer atau biasa juga disebut dengan truk molen memiliki beragam jenis
dengan fungsi sama, yaitu mengangkut beton dari batching plant ke lokasi
kontruksi sambil menjaga konsistensi beton agar tetap cair dan tidak mengeras
dalam perjalanan. Truk jenis ini adalah Alat transportasi khusus untuk beton cor
curah siap pakai (Ready mix concrete) yang digunakan dalam sebuah proyek
besar.
Didalam Truk Molen diisi dengan bahan material kering dan air yang proses
pengadukan (pencampuran) bahan material tersebut terjadi selama waktu
transportasi ke lokasi pengecoran. Untuk mempertahankan stabilitas kekentalan
Beton cor yang berada di dalam truk mixer ini melalui proses agitasi atau
memutar drum (Tangki yang berada diatas truk mixer) yang bagian dalam drum
tersebut dilengkapi dengan spiral pisau satu arah rotasi putaran, sebagai
pengaduk material beton cor selama waktu transportasi ke lokasi pengecoran. Jika
Truk Mixer Pengangkut Beton Cor atau Truk Molen tidak bisa menjangkau area
pengecoran, beton cor dapat disalurkan melalui pipa pompa beton (concrete
pump) yang dapat diperpanjang beberapa meter (biasanya sepuluh meter atau
lebih). Dengan mesin pompa ini proses pemindahan beton cor ke area
pengecoran menjadi cepat dan tepat.
Truk Mixer Pengangkut Beton Cor atau Truk Molen umumnya tidak melakukan
perjalanan lebih dari 2 jam. Banyak kontraktor mengharuskan Truk mixer berada
di lokasi pengecoran dalam waktu 90 menit setelah pemuatan material yang
- Truk mixer mini, mini memiliki volume muat cor beton per satu kali jalan 3 m³.
Tipe truk ini lebih fleksibel untuk semua medan jalan, sempit ataupun
menanjak
- Truk mixer Standar, digunakan untuk mengangkut beton cor dari Pabrik Beton
(Batching Plant) ke lokasi pengecoran dengan daya angkut per truknya untuk
satu kali jalan 7 m³. Memuat lebih banyak 4 m³ dari tipe Truk Mini. Kekurangan
dari truk ini tidak bisa mengakses jalan sempit dan menanjak.
F. RANGKUMAN
Campuran beton segar dapat dikatakan mempunyai sifat yang baik bila memenuhi
persyaratan utama campuran yaitu mampu memberikan kemudahan pengerjaan
(workability), yaitu bila campuran tersebut tetap bertahan seragam ketika
berlangsung proses pengangkutan, pengecoran dan pemadatan.
Beton yang mempunyai kekuatan fc’ > 20 MPa proporsi penakarannya harus
didasarkan atas penakaran berat. Penakaran berdasarkan volume boleh dilakukan
untuk produksi beton dengan mutu fc’ < 20 MPa dengan teknik mengkonversikan
takaran berat ke takaran volume.
G. LATIHAN
BAB 3
PENUTUP
Dalam evaluasi kegiatan belajar, perlu dilakukan evaluasi kegiatan kediklatan, yaitu
evaluasi hasil pembelajaran modul ini dan isi materi pokok tersebut kepada para
peserta, pengajar maupun pengamat materi atau Narasumber, berupa soal/kuisioner
tertulis :
1. Untuk evaluasi bagi peserta, maka pengajar/widyaiswara melakukan evaluasi
berupa orientasi proses belajar dan tanya jawab maupun diskusi
perorangan/kelompok dan/atau membuat pertanyaan ujian yang terkait dengan
isi dari materi modul tersebut.
2. Untuk evaluasi untuk pengajar/widyaiswara diakukan oleh para peserta dengan
melakukan penilaian yang terkait penyajian, penyampaian materi, kerapihan
pakaian, kedisiplinan, penguasaan materi, metoda pengajaran, ketepatan waktu
dan penjelasan dalam menjawab pertanyaan, dan lain-lain.
3. Demikian juga untuk evaluasi penyelenggaraan Diklat, yaitu peserta dan
pengajar/widyaiswara akan mengevaluasi Panitia/Penyelenggara Diklat terkait
dengan penyiapan perlengkapan diklat, sarana dan prasarana untuk belajar,
fasilitas penginapan, makanan dll.
4. Evaluasi materi dan bahan tayang yang disampaikan pengajar kepada peserta,
dilakukan oleh peserta, pengajar/widyaiswara maupun pengamat
materi/Narasumber untuk pengkayaan materi.
C. KUNCI JAWABAN
1. Sebutkan peralatan pencampur beton!
Batching Plant digunakan dalam produksi beton skala besar agar kualitas, kinerja
dan kontinyuitas produksi dapat dijaga dengan baik sesuai standar yang
ditetapkan. Terdapat dua tipe system pencampuran di batching plant yaitu tipe dry
mix dan wet mixed
Bagian-bagian penting dari batching plant adalah sebagai berikut: (Lihat Gambar 2)
Cement silo, berfungsi untuk penyimpanan semen atau fly ash dan menjaganya
agar tetap baik.
Belt conveyor, berfungsi untuk menarik material (agregat kasar dan halus) ke
atas dari bin ke storage bin.
Bin, berfungsi sebagai tempat pengumpulan bahan (agregat kasar dan halus)
yang berasal dari penumpukan bahan di base camp dengan bantuan loader
untuk ditarik ke atas (storage bin).
Storage bin digunakan untuk pemisah fraksi agregat. Storage bin dibagi menjadi
4 (empat) fraksi yaitu agregat butir kasar (split), butir menengah (screening),
butir halus (pasir).
Timbangan pada alat batching plant dibagi menjadi 4 (empat) macam yaitu
untuk agregat, semen, fly ash dan air.
Dosage pump digunakan untuk penambahan bahan admixture seperti retarder,
superplasticizer dan lain-lain.
Tempat penampungan air yang berfungsi sebagai suplai kebutuhan air pada
ready mix.
Concrete mixer truck atau truk mixer adalah suatu kendaraan truk khusus yang
dilengkapi dengan concrete mixer yang berfungsi mengaduk atau mencampur
campuran beton (berfungsi sama seperti alat molen).
Dalam drum terdapat bilah-bilah baja, ketika dalam perjalanan menuju lokasi
proyek, drum ini berputar perlahan-lahan berlawanan dengan putaran jarum jam
sehingga adukan mengarah ke dalam. Perputaran di dalam ini bertujuan agar tidak
terjadi segregasi sehingga adukan tetap homogen. Dengan demikian mutu beton
akan tetap terjaga sesuai dengan perencanaan
Penakaran bahan baku pada pekerjaan beton dapat dilakukan secara konvensional
maupun masinal. Penakaran yang baik akan menghasilkan kualitas beton yang
seragam di keseluruhan volume pekerjaan. Penakaran bahan-bahan campuran
beton yang dihasilkan dari hasil rancangan campuran dapat dilakukan berdasarkan
penakaran berat atau berdasarkan penakaran volume.
untuk beton yang mempunyai kekuatan fc’ 20 MPa proporsi penakarannya harus
didasarkan atas penakaran berat. Penakaran berdasarkan volume boleh dilakukan
untuk produksi beton dengan mutu fc’ < 20 MPa dengan teknik mengkonversikan
takaran berat ke takaran volume
Metode pengadukan dapat dibedakan atas metode manual dan metode dengan
masinal. Pengadukan manual dilakukan dengan tangan, sedangkan pengadukan
masinal dengan memanfaatkan bantuan alat aduk seperti pengaduk beton
(concrete mixer) atau batching plant
5. Apa pengaruh waktu pengadukan terhadap campuran beton, dan berapa wakti
pengadukan yang sarankan?
Mutu beton hasil pengadukan juga dipengaruhi oleh waktu pencampuran (mixing
time). Waktu pencampuran yang terlalu sebentar akan menyebabkan
pencampuran bahan kurang merata sehingga pengikatan antar bahan menjadi
berkurang. Sebaliknya, pengadukan yang terlalu lama akan menyebabkan naiknya
suhu beton, keausan pada agregat, kehilangan sebagian air, perubahan nilai slump,
yang pada akhirnya akan berdampak negatif terhadap kekuatan.
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
batching plant
alat yang berfungsi untuk mencampur atau memproduksi beton siap pakai dalam skala
besar agar kualitas, kinerja dan kontinyuitas produksi dapat dijaga dengan baik sesuai
standar yang ditetapkan
Dump Truk
kendaraan untuk mengangkut material agregat kasar dan halus dari quarry menuju
batching plant
Wheel Loader
alat yang digunakan untuk mengangkat material yang akan dimuat
kedalamdumptruck atau memindahkan material ke tempat lain
Cement truck
kendaraan pengangkutan semen curah atau fly ash ke base camp