Anda di halaman 1dari 14

BIOGRAFI INTELEKTUAL SYEKH NAWAWI AL-BANTANI

Suwarjin
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Bengkulu
Jalan Raden Fatah Pagar Dewa Bengkulu
suwarjin@gmail.com

Abstract: Intellectual Biography Syekh Nawawi al-Bantani. The intellectual history of Indonesia has
incised the world's major names, the most famous of which is Syekh Nawawi Banten. He has a very
long education both in Indonesia and in some Arab countries. He successfully became a respected
Indonesian scholar in the international world and led a colony in Makkah. The greatness of his name
inspired many Indonesian students to study at Haramain. His greatest contribution in the field of
education can be seen in the development of pesantren. He provides many teaching materials on the
curriculum of pesantren through his works that still exist today. His students became scholars of
pesantren who academically still preserve his thoughts. Among his students are also many who
become leaders of resistance against invaders. The leaders of the Banten peasant rebellion of 1888
were his disciples, and so he was feared by the colonists.

Keywords: Biografi Intelektual, Syekh Nawawi Banten

Abstrak: Biografi Intelektual Syekh Nawawi al-Bantani. Sejarah intelektual Indonesia telah
menorehkan nama-nama besar bertaraf dunia, yang paling terkenal di antaranya adalah Syekh
Nawawi Banten. Ia menempuh pendidikan sangat panjang baik di Indonesia maupun di beberapa
negara Arab. Ia sukses menjadi ulama Indonesia yang disegani di dunia internasional dan memimpin
sebuah koloni di Makkah. Kebesaran namanya menginspirasi banyak pelajar Indonesia untuk
menuntut ilmu di Haramain. Sumbangan terbesarnya dalam bidang pendidikan dapat dilihat pada
pengembangan pesantren. Ia banyak menyediakan bahan ajar pada kurikulum pesantren melalui
karya-karyanya yang hingga kini masih eksis. Murid-muridnya menjadi ulama-ulama pesantren
yang secara akademik masih melestarikan pemikirannya. Di antara murid-muridnya juga banyak
yang menjadi tokoh perlawanan terhadap penjajah. Para pemimpin pemberontakan petani Banten
1888 adalah murid-muridnya, karena itu ia sangat ditakuti oleh penjajah.

Kata kunci: Biografi Intelektual, Syekh Nawawi Banten

Pendahuluan desa Tanara dan juga pemimpin sebuah


A. Pengembaraan Intelektual Syekh masjid di desa yang menjadi cikal-bakal
Nawawi Banten berdirinya pesantren milik keluarganya.
Syekh Nawawi Banten dilahirkan di Dari pesantren inilah ia mengawali
desa Tanara, Serang, Banten pada tahun pendidikannya.3 Ibunya bernama Nyai
1230 H/1815 M.1 Ia meninggal dunia pada Zubaidah, seorang wanita salehah dan
tanggal 25 Syawal 1314 H/1897 M. dalam taat beragama. Selama mengandung, Nyai
usia 84 tahun. Nama lengkapnya adalah Zubaidah tidak pernah berhenti berdo’a
Abu Abd al-Mu’ti Muhammad Nawawi untuk anak pertamanya itu.4
ibn Umar at-Tanari al-Jawi al-Bantani.2 Ia Terlahir dari keluarga yang agamis
dilahirkan dalam keluarga yang saleh dan dan dalam lingkungan yang menjadi
memiliki tradisi relijius sebagai keturunan pusat kesultanan sekaligus pusat
dari keluarga raja-raja dan bangsawan penyebaran agama Islam di Banten,
kesultanan Banten. Ayahnya, KH. Umar memberikan pengaruh positif bagi
bin Arabi adalah ulama dan penghulu pertumbuhan intelektualnya.
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2017

Kecerdasannya diwarisi dari orang tua terutama dari daerah Jawa bagian Barat.9
dan para nenek moyangnya, yang Setelah menamatkan pelajaran kepada
merupakan orang-orang berpengaruh, Raden Haji Yusuf, mereka mengirimkan
baik dalam bidang agama, maupun surat kepada sang ibu untuk menanyakan
pemerintahan5. Bakatnya menjadi orang apakah kelapa yang ditanamnya sudah
alim sudah nampak sejak usia kanak- berbuah. Karena tidak mendapat jawaban,
kanak. Ia pertama kali belajar agama di mereka akhirnya memutuskan untuk
bawah bimbingan ayah kandungnya, KH. tidak pulang terlebih dahulu. Mereka
Umar, ketika berusia 5 tahun. Pelajaran sepakat untuk melanjutkan pelajarannya
yang mula-mula dia dapat adalah ilmu- di sebuah pesantren di Cikampek guna
ilmu dasar agama Islam dan bahasa Arab. mendalami ilmu bahasa Arab. Di tempat
Pengajaran dari sang ayah berlangsung yang baru itu mereka diuji terlebih dahulu
selama 3 tahun, yaitu hingga berusia 8 oleh sang kiai. Mereka ternyata lulus
tahun.6 Menurut Abdurrahman Mas’ud, dengan predikat sangat baik dan bahkan
peran ayahnya sebagai guru pertama bagi mereka diberitahu bahwa mereka tidak
dia dan saudara-saudaranya merupakan perlu lagi belajar di pesantren tersebut.
tradisi masyarakat Muslim Jawa , di mana Oleh sang kiai mereka bertiga disuruh
ayah menjadi orang pertama yang pulang sebab, menurut sang kiai, pohon
bertanggung jawab terhadap pendidikan kelapa yang ditanam ibunya telah
anak-anaknya.7 berbuah dan sang ibu telah menanti
Setelah merasa cukup pembelajaran kepulangan mereka. Setelah sampai di
bersama ayahnya, ia bersama dua orang rumah ternyata apa yang dikatakan oleh
saudaranya, Tamim dan Ahmad kiai tersebut benar, kelapa yang ditanam
Syihabuddin, meminta do’a dan restu sang ibu telah berbuah dan dia sudah
kepada ibunya untuk menuntut ilmu di menanti kepulangan mereka. Menurut
pesantren lain. Nyai Zubaidah, ibunya, perkiraan, lamanya mereka menuntut
kemudian melepas kepergian mereka ilmu adalah enam tahun. Hal ini
dengan berucap: “Kudo’akan dan kurestui didasarkan pada perkiraan bahwa pohon
kepergianmu mengaji dengan satu syarat; kelapa itu akan berbuah pada enam tahun
‘jangan pulang sebelum kelapa yang sejak masa penanaman.10 Sampai sini ia
sengaja kutanam ini berbuah”. telah mengenyam pendidikan selama
Ia dan kedua saudaranya belajar lebih dari delapan tahun.
kepada Haji Sahal, seorang guru di Banten Dengan berbekal ilmu yang
yang sangat terkenal kala itu. Dari Haji diperoleh dari ayahnya selama 3 tahun
Sahal, mereka meneruskan studinya dan beberapa pesantren di sekitar Jawa
kepada Raden Haji Yusuf,8 seorang ulama Barat selama 6 tahun, kini saatnya ia
terkenal di daerah Purwakarta dekat mengajarkan ilmu itu kepada masyarakat
Karawang. Snouck Hurgronje, seperti di sekitar desanya. Kehadirannya
dikutip Amin, menyebut bahwa Raden membangkitkan gairah dan kepercayaan
Haji Yusuf adalah seorang ulama yang masyarakat sekitar. Sejak saat itu
menarik perhatian dan antusiasme para pesantren ayahnya menjadi ramai.
pelajar yang berkelana dari seluruh Jawa, Berbagai diskusi diselenggarakan secara

190
Suwarjin
Biografi Intelektual Syekh Nawawi al-Bantani

rutin untuk membahas masalah-masalah kepergiannya ke Haramain untuk pertama


agama. Para santri banyak mengajukan kalinya. Pertama, ingin melaksanakan
pertanyaan. Karena kepandaian menjawab ibadah haji.16 Bagi umat Islam saat itu, haji
pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan tidak sekedar berdimensi ibadah semata,
para santri ayahnya, nama Syekh Nawawi tetapi merupakan konggres akbar umat
Banten semakin terkenal dan mempesona Islam seluruh dunia. Dari konggres akbar
banyak orang untuk datang dan belajar di ini, spirit pembaruan pemahaman
pesantren ayahnya itu.11 terhadap Islam dan kesadaran akan
Ketika ayahnya meninggal dunia, ia pentingnya persatuan umat Islam seluruh
menggantikan posisinya sebagai dunia menggema dan menyeruak ke
pemimpin pesantren, meskipun saat itu seluruh negeri Muslim yang kala itu
usianya baru 13 tahun.12 Pesantren hampir seluruhnya terjajah. Dan dari sini
ayahnya semakin berkembang semenjak ia menggelora semangat perlawanan untuk
mengajar dan memimpin pesantren mencapai kemerdekaan. Bagi orang-orang
tersebut. Tentang hal ini Chaidar Eropa, ibadah haji sendiri merupakan
menjelaskan: sumber sosial bagi revitalisasi kehidupan
“Maka berdatanganlah para santri agama Islam dan Makkah merupakan
baru sehingga pesantren ayahnya di tempat persemaian fanatisme keagamaan
Tanara tidak lagi dapat menampung dan penanaman rasa permusuhan
mereka. Oleh karena itu, Syekh terhadap penguasa-penguasa kristen di
Nawawi terpaksa mencari tempat tanah air.17 Oleh karena itu, mereka yang
yang memadai buat tuntutan pergi haji dianggap membahayakan buat
kebutuhan. Dia memilih Tanara keberadaan dan stabilitas pemerintah
pesisir yang pada waktu itu masih kolonial.18
sunyi sepi. Hijrahlah ia kesana, ke Jumlah umat Islam yang pergi haji
Tanara pesisir. Disebut Tanara terus mengalami peningkatan dari tahun
pesisir karena letaknya di pantai.”13 ke tahun, meskipun biaya yang
dibutuhkan cukup besar.19 Statistik
Namun demikian, keadaan ini pemerintah Belanda melaporkan, antara
hanya berlangsung dua tahun saja, sebab tahun 1911-1914 persentase jamaah haji
ia memutuskan untuk meninggalkan Indonesia mencapai 50 persen dari
tanah airnya berhijrah ke Tanah suci seluruh jamaah haji luar negeri.20
dalam rangka memperdalam ilmu Meskipun pemerintah Belanda
agama. Sambil melaksanakan ibadah haji
14 mempersulit perjalanan suci ini dengan
ia menuntut ilmu di sana selama tiga menaikkan biaya perjalanan sampai
tahun dan belajar kepada para guru berlipat-lipat, namun pada kenyataannya
kenamaan di Haramain, seperti Sayyid kebijakan ini tidak mampu menghambat
Ahmad an-Nahrawi, Sayyid Ahmad ad- keinginan mereka untuk pergi ke tanah
Dimyati dan Sayyid Ahmad Zaini Dahlan suci, termasuk Syekh Nawawi Banten.
di Makkah, serta Syekh Muhammad Mereka yang berminat pergi haji oleh
Khatib al-Hanbali di Madinah.15 Sejumlah pemerintah kolonial Belanda dikenakan
peneliti menjelaskan maksud dan alasan banyak aturan yang sangat menyulitkan,

191
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2017

di antaranya bahwa setiap calon haji harus untuk menimba ilmu keislaman. Sudah
membayar 110 gulden hanya untuk pas ribuan orang mendahuluinya. Pada waktu
jalan. Dan bagi yang melanggar ketentuan Snouck Hurgronje melakukan penelitian
pas jalan ini akan dikenakan denda selama 6 bulan di Makkah, ia mencatat
sebesar 1000 gulden.21 jumlah mahasiswa Indonesia di sana
Kedua, menuntut ilmu agama Islam. mencapai lebih dari 5.000 orang, mewakili
Perjalanan haji saat itu membutuhkan 50 persen dari seluruh mahasiswa asing di
waktu berbulan-bulan, sampai enam Arab Saudi.24
bulan lamanya.22 Syekh Nawawi Banten Dengan melaksanakan ibadah haji
memanfaatkan perjalanan ini untuk dan menuntut ilmu di Mekah pada saat
menuntut ilmu. Ia menetap selama tiga usia belia, Syekh Nawawi Banten telah
tahun di sana guna mendalami ilmu memiliki dua modal sosial yang sangat
agama. Baginya, menuntut ilmu adalah penting, di samping faktor keturunannya.
kewajiban setiap mukmin. Ia memandang Kedua modal sosial inilah yang
usaha menuntut ilmu sebagai jihad fī membantu perkembangan karir dan
sabīlillāh. Jika seseorang gugur sewaktu karismanya di kalangan umat Islam
mencari ilmu, ia dianggap mati syahid. Indonesia. Bagi umat Islam Indonesia, haji
Doktrin inilah yang membentuk tradisi juga merupakan gelar yang sangat
para santri untuk pergi mengembara dari terhormat, hampir menyamai gelar kiai.25
pesantren ke pesantren lain dalam rangka Setelah tiga tahun belajar ilmu
memperluas cakrawala pengetahuan agama di Mekah Syekh Nawawi Banten
tentang Islam. kembali ke kampung halamannya dan
Secara khusus, semangat Syekh mengajar di pesantren milik ayahnya.
Nawawi Banten yang luar biasa untuk Namun, kepulangannya ini tidak untuk
merantau demi menuntut ilmu menetap di Banten, sebab tidak terlalu
pengetahuan, baik sewaktu di Jawa lama setelah itu, ia meninggalkan Banten
maupun di tanah Arab, terilhami oleh dan pergi ke Makkah untuk menetap
salah satu ungkapan Imam Syafi’i, yaitu: selamanya di sana.26 Menurut para
“Tidak layak bagi orang yang peneliti, kepergiannya untuk menetap
berakal dan berilmu, beristirahat selamanya di Mekah ini disebabkan oleh
(dalam mencari ilmu). Tinggalkan dua faktor, yaitu: karena ingin lebih
negerimu dan berkelanalah, kelak mendalami ilmu agama Islam dan karena
engkau akan menemukan pengganti sangat tertekan oleh penjajah Belanda.27
orang-orang yang engkau Pendapat ini juga didukung oleh Harun
tinggalkan. Bersusah payahlah, Nasution dan C. Brockelmann yang
karena sesungguhnya ketinggian mengatakan bahwa Syekh Nawawi
derajat kehidupan hanya bisa Banten memutuskan untuk kembali ke
dicapai lewat susah payah.”23 Mekah dan menetap di sana lantaran
merasa tidak betah tinggal di
Dalam hal ini, Syekh Nawawi lingkungannya sendiri. Tentang hal ini,
28

Banten bukanlah orang pertama yang Ma’ruf Amin, seperti dikutip Amin,
merintis tradisi memanfaatkan ibadah haji menyatakan:

192
Suwarjin
Biografi Intelektual Syekh Nawawi al-Bantani

“Ketakutan penjajah terhadap sangat jelas hubungannya dengan kondisi


pemuda Nawawi semakin besar Indonesia pada umumnya dan Banten
ketika dijumpainya bahwa pengaruh pada khususnya saat berada di bawah
anak muda ini semakin melebar di kolonialisme. Praktik-praktik kemaksiatan
masyarakat. Pengawasan demi sebagaimana disebutkan Syekh Nawawi
pengawasan terus ditingkatkan oleh Banten di atas adalah nyata adanya dan
pihak penjajah begitu melihat sudah menjadi sesuatu yang lumrah.
kenyataan bahwa perilaku pemuda Seperti diketahui, Pada abad ke XIX,
Nawawi sanggup memobilisasi di mana Syekh Nawawi Banten lahir dan
massa. Ceramah-ceramahnya dinilai tumbuh menjadi dewasa, kondisi Banten
oleh pihak penjajah bisa sangat memprihatinkan, akibat tekanan
membangkitkan kesadaran dari pemerintah kolonial Belanda.
masyarakat untuk bangkit melawan Eksploitasi hasil bumi dan monopoli
para kolonial. Begitulah keadaannya perdagangan yang dilakukan Belanda
selama pemuda Nawawi berada di membuat rakyat Banten hidup dalam
kampung halamannya.”29 kepungan kemiskinan. Ditambah lagi
sistem kerja paksa dan pajak kepala yang
Kebenciannya kepada penjajah diberlakukan pemerintah kolonial Belanda
ditunjukkannya saat Snouck Hurgronje membuat penderitaan rakyat Banten
berkesempatan mewawancarainya di semakin tak terperikan.33 Semua itu
Mekah. Bahkan, ia merasa bergembira mendorongnya untuk meninggalkan
ketika diberi tahu kesulitan-kesulitan yang tanah air guna menuntut ilmu dan
dihadapi Belanda di Aceh.30 Sikapnya membangun spirit perlawanan terhadap
kepada Belanda sangat tegas, meskipun penjajah Belanda melalui ilmu dan
ayahnya, Umar Ibn ‘Arabi dan adiknya, pemikirannya. Spirit perlawanan terhadap
Ahmad menjabat sebagai penghulu desa, penjajah ini didasarkan pada pijakan
ia tidak hendak mengikuti jejak langkah normatif yang ia pegang teguh, yaitu
ayah dan adiknya, untuk menjadi pegawai Sabda Nabi: “Barang siapa mengetahui
pemerintahan yang kafir.31 adanya kemungkaran, hendaklah merubahnya
Kepergiannya untuk menetap dengan kekuatannya, jika tidak sanggup,
selamanya di Mekah merupakan cerminan dengan lisannya, jika tidak sanggup dengan
sikap politiknya yang anti terhadap hatinya, dan inilah iman paling lemah.” 34
penjajah. Sikap politiknya ini sangat Ia berpendapat bahwa orang yang
mempengaruhi fatwa-fatwanya. Salah mampu merubah kemungkaran dengan
satu fatwa politiknya adalah kekuasaannya, tidak boleh melakukan
diharuskannya setiap mukallaf untuk dengan lisannya, dan orang yang mampu
meninggalkan tempat kemaksiatan dengan lisan, tidak boleh dengan
(mufāraqah mauḍi’ al-ma’ṣiyyah) dan hatinya.35 Sementara orang yang hanya
tempat-tempat terjadinya keburukan mampu melawan dengan hatinya, tetapi
(majālis as-sū’), seperti tempat kecurangan, ia tak melakukannya, maka ia berarti
kebatilan dan tempat di mana praktik ridha terhadap kemaksiatan, dan ridha
suap-menyuap dikerjakan.32 Fatwa ini terhadap kemaksiatan adalah sikap kontra

193
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2017

terhadap iman.36 Ia sendiri melakukan Modern ala Barat dan mendidik para
perlawanan melalui ceramah dan lisan pelajar pribumi dengan pendidikan Barat.
‘penanya’ yang sangat tajam. Melalui pena Setelah itu mereka mulai masuk pada
dan pengajarannya ia mengobarkan aspek politik hukum, yaitu dengan
semangat perlawanan terhadap penjajah. memasukkan bidang agama ke dalam
Karena gencarnya propaganda anti sistem tata pemerintahan dan mengangkat
penjajah yang ditanamkan pada murid- para pegawai dari umat Islam. Tujuannya
muridnya, pemerintah kolonial Belanda adalah agar gerak-gerik umat Islam dapat
mengutus Snouck Hurgronje untuk diawasi melalui para pegawai tersebut.
mengawasi sepak terjang Syekh Nawawi
Banten di Mekah.37 B. Karier Akademik Syekh Nawawi
Saat itu, intervensi penjajah belanda Banten
sudah menusuk ke jantung kehidupan Syekh Nawawi Banten mengenyam
beragama umat Islam Nusantara. Burger, pendidikan di Timur Tengah dalam waktu
seperti dikutip Ibnu Qoyim Isma’il, sangat lama antara tahun 1830-1860.39 Di
mencatat empat tahap intervensi sana, ia belajar pada guru-guru ternama.
pemerintah kolonial untuk merubah Pertama kali beliau mengikuti bimbingan
masyarakat Jawa yang bersifat feodal dari Syeikh Ahmad Khatib Sambas
tradisional menuju masyarakat kolonial (Penyatu Thariqat Qodiriyah-
modern.38 Tahap pertama, merebut dan Naqsyabandiyah di Indonesia) dan Syekh
menguasai pasar perdagangan; tahap Abdul Gani Bima, ulama asal Indonesia
kedua, mulai tahun 1800-an membentuk yang bermukim di sana.40 Snouck
pusat pemerintahan kolonial dan Hurgronje menyebutkan bahwa Syekh
melakukan program tata bumi hingga Nawawi Banten pernah belajar kitab Iḥyā’
tahun 1830-an; tahap ketiga, menerapkan Ulūm ad-Dīn karya al-Ghazali kepada as-
program/sistem tanam paksa (culture Sambasi. Setelah itu belajar pada Sayid
stelsel) sampai dengan tahun 1870-an; dan Ahmad Dimyati, Ahmad Zaini Dahlan di
tahap keempat, mulai melaksanakan politik Mekah. Sedang di Madinah, ia belajar
kolonial modern, termasuk regulasi dalam pada Muhammad Khatib al-Hanbali.
bidang sosial budaya dan kehidupan Kemudian melanjutkan pelajarannya pada
keagamaan. ulama-ulama besar di Mesir dan Syam
Kebijakan pemerintah kolonial, baik (Syiria). Menurut penuturan Abdul
yang menyangkut politik, maupun hukum Jabbar, seperti dikutip Zamakhsyari
sangat dirasakan dampaknya oleh umat Dhofier, sebagian guru utamanya pun
Islam Indonesia. Mereka berusaha berasal dari Mesir, yaitu Syekh Yusuf
menghalangi tumbuh dan berkembangnya Sumbulawini dan Syekh Ahmad
Islam di Indonesia, serta menghambat Nahrawi. Sri Mulyati menyebut kedua
41

pelaksanaan ajaran agama. Campur orang guru berkebangsaan Mesir inilah


tangan Belanda dalam bidang agama, guru sebenarnya dari Syekh Nawawi
dimulai dengan upaya menjauhkan umat Banten,42 selain Abdul Hamid
Islam dari agama mereka. Pemerintah Daghastani.43
kolonial membangun sekolah-sekolah

194
Suwarjin
Biografi Intelektual Syekh Nawawi al-Bantani

Sebelum ke Timur Tengah ia muridnya di sebuah ruangan yang luas


berguru ke beberapa pesantren di Jawa sekali di lantai pertama rumahnya. Setiap
Barat sampai kurang lebih 9 tahun hari dia mengajar antara jam 7.30-12.00.
lamanya.44 Jadi, ia menghabiskan waktu pengajaran tersebut dibagi dalam tiga
sekitar 39 tahun untuk menuntut ilmu. perkuliahan yang disesuaikan dengan
Masa studi yang begitu panjang kebutuhan murid-muridnya.48
menjadikannya seorang ‘alim terkemuka. Seperti umumnya kiai di Jawa,
Ia menguasai sebagian besar cabang ilmu Syekh Nawawi Banten memberikan
keislaman.45 Sejak masih di Indonesia ia pelajaran dengan sistem bandongan.
telah menunjukkan bakat akademik yang Dalam sistem ini, sekelompok murid
sangat cemerlang, sehingga menarik (antara 5-500 orang) mendengarkan sang
perhatian orang banyak. guru membaca, menerjemahkan,
Berbekal ilmu yang sangat luas itu, menerangkan, dan mengulas buku-buku
Syekh Nawawi Banten kemudian menjadi Islam berbahasa Arab. Setiap murid
guru yang sangat disegani. Muridnya menyimak bukunya sendiri dan membuat
datang dari berbagai penjuru dunia. catatan seperlunya terkait dengan arti
Namun, kebanyakan dari mereka adalah maupun keterangan mengenai kata-kata
para pelajar asal Melayu. Puncak atau buah pikiran yang masih perlu
kariernya sebagai seorang guru ia raih penjelasan. Dalam sistem bandongan ada
tatkala ia dipercaya mengajar di Masjidil yang disebut ḥalaqah, yaitu lingkaran
Haram. Setiap ia mengajar, murid-murid murid atau sekelompok siswa yang belajar
yang mengikuti perkuliahannya tidak di bawah bimbingan seorang guru.49
kurang dari 200 orang. Masjidil Haram Ia menulis tidak kurang dalam
pada saat itu adalah satu-satunya sembilan disiplin ilmu, meliputi tafsir,
perguruan tinggi di Makkah. Di ma’had fikih, ushuluddin, ilmu tauhid (teologi),
Nasyr al-Ma’ārif ad-Dīniyah yang berada tasawuf (mistisisme), kehidupan Nabi
di komplek Masjidil Haram, ia terkenal (sirah nabawiyah), tata bahasa Arab,
sebagai guru yang baik hati, mampu hadis, dan akhlak (ajaran moral Islam).50
menjelaskan pelajaran secara baik dan Menurut penuturan Chaidar, pilihannya
mendalam, dan berkomunikasi secara baik menulis berbagai disiplin ilmu didasarkan
dengan para muridnya.46 atas keinginannya untuk memenuhi
Setelah mengajar di Masjidil Haram kebutuhan dan kepentingan hidup umat
selama sepuluh tahun (1860-1870), Islam, baik secara individu maupun
akhirnya pada tahun 1870 ia memilih masyarakat.51 Kitab-kitabnya sangat
istirahat. Ia lebih berkonsentrasi untuk berpengaruh di Indonesia. Bahkan secara
menulis kitab.47 Namun demikian, bukan agak berlebihan Chaidar menggambarkan
berarti ia berhenti mengajar, sebab bahwa kita dapat mengenal syarat dan
mengajar baginya merupakan kewajiban rukun nikah karena jasa Syekh Nawawi
agama yang tak mungkin ditinggalkan. Ia Banten.52 Ia menulis kitab dengan bahasa
melanjutkan pengajarannya di rumah. Arab pada saat ulama-ulama Arab sendiri
Menurut Snouck Hurgronje, ia tidak menghasilkan karya yang patut
memberikan kuliah kepada murid- dibanggakan.53 Nilai karyanya yang tinggi

195
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2017

makin membubungkan namanya di dunia pemimpin pemberontakan Cilegon 1888.61


Melayu maupun Arab.54 Hampir satu Namun, pengaruh Syekh Nawawi Banten
setengah abad lamanya kitab-kitab tidak hanya di daerah asalnya,
karyanya bertahta di atas arasy pemikiran dikarenakan kitab-kitab yang dia tulis dan
tradisi keilmuan pesantren. Hingga kini, didedikasikan di Mekah kepada pelajar
karya-karyanya masih dipelajari di Indonesia yang datang dari berbagai
berbagai pesantren di Indonesia.55 tempat yang jauh. Karena kitab-kitabnya
Mengenai jumlah karyanya para menjadi teks utama di pesantren-
peneliti berbeda pendapat. Menurut pesantren, dan karenanya komunitas
Abdurrahman Wahid karyanya mencapai pesantren memandangnya sebagai
lebih dari 100 buah, ada yang pahlawan muslim Jawa di Arab pada abad
menghitungnya 40 buah, meskipun tidak XIX. Misi pesantren menjadi sangat efektif
ada satu peneliti pun yang dapat ketika menggunakan istilah-istilah
menunjukkan seluruh judul kitab-kitab simbolik, seperti: ‘perang suci mengusir
yang dikarangnya. Bruinessen, dalam orang-orang kafir. Ajaran-ajarannya
penelitiannya, hanya mampu dalam masalah ini telah membentuk
mengidentifikasi 22 kitab karya Syekh perspektif politik di kalangan komunitas
Nawawi Banten.56 Di samping meneladani pesantren untuk mempertahankan
para pendahulunya,57 inisiatif menulis negerinya dari pengaruh kekuasaan
banyak datang dari desakan para kolega, asing,62 yang kafir. Muridnya yang lain
sahabat atau murid yang memintanya juga menjadi pejuang kemerdekaan,
menulis kitab syarḥ.58 Kebanyakan seperti Hadhratus Syekh Hasyim Asy’ari,
permintaan itu datang dari sahabat beliau salah satu tokoh pejuang kemerdekaan. Ia
yang berasal dari Jawa,59 karena bukan sekedar hamba ilmu yang tak
dibutuhkan untuk dibacakan kembali di peduli dengan permasalahan sosial-
daerah asalnya. Desakan itu dapat terlihat politik, tetapi menggunakan ilmu untuk
dalam setiap karyanya yang sering memanusiakan manusia, yang salah satu
mencantumkan alasan penulisan kitabnya. bentuknya adalah untuk melawan
Meskipun bermukim di Makkah, penjajahan yang merendahkan martabat
kecintaannya pada tanah air, dan manusia yang sejatinya dimuliakan oleh
empatinya terhadap penderitaan yang Allah.
dialami oleh penduduk bangsanya tidak
pernah surut. Ia tak lupa menanamkan C. Murid Syekh Nawawi Banten
semangat perlawanan kepada penjajah Di antara murid-muridnya dari
guna membebaskan penduduk Indonesia Indonesia yang kemudian menjadi
dari cengkraman kaum penjajah. pimpinan pesantren adalah kiai Khalil
Ajarannya secara tidak langsung Bangkalan, Madura, Hadhratus Syeik
mempengaruhi gerakan-gerakan Islam di Hasyim Asy’ari, KH Ilyas Serang, Banten,
Jawa Barat melawan kolonial Belanda.60 KH. Tubagus Muhammad Asnawi
Hal ini terbukti, sebagian muridnya Caringin, Jawa Barat, KHR Asnawi
menjadi tokoh perlawanan, seperti Haji Kudus. mereka memiliki peran besar
Wasith dan Haji Tubagus Ismail, dalam menyebarluaskan pemikiran Syekh

196
Suwarjin
Biografi Intelektual Syekh Nawawi al-Bantani

Nawawi Banten melalui kitab-kitab karena lahir pada masa kelesuan tradisi
karyanya. Dalam hal ini, ia lebih kepengarangan yang melanda umat Islam.
diuntungkan dibanding ulama Indonesia Masa ini, tidak menghasilkan satu pun
lainnya, karena murid-muridnya karya monumental dalam bidang tafsir,
membantu penyebarluasan kitab- selain apa yang dihasilkan oleh Syekh
kitabnya. Hampir seluruh muridnya Nawawi Banten .
menjadi pendiri dan pemimpin pesantren Ia menyelesaikan penulisan
besar di Indonesia. Melalui pesantren tafsirnya ini pada tahun 1886. Sebelum
masing-masing, para murid ini diterbitkan karyanya ini dikirimkan
mengajarkan kitab-kitab karya sang Syekh kepada para ulama terkemuka di
kepada murid-murid mereka. Setelah bidangnya untuk dibaca dan dikoreksi.
tamat dari pesantren, para murid ini Hal ini memberi bobot tersendiri karena
menyebar ke berbagai daerah di Indonesia karyanya ini telah mendapat legitimasi
dan mendirikan pesantren di tempat dari para pakar tafsir pada zamannya.
mereka masing-masing. Di pesantren- Namun demikian, ia menyadari betul
pesantren yang mereka dirikan ini, para bahwa karyanya sama sekali tidak akan
murid juga mengajarkan kitab-kitab sang mampu menyamai karya ulama
Syekh dan demikian seterusnya. Dari sini, terdahulu, namun ia yakin bahwa pada
pemikiran fikih Syekh Nawawi dapat setiap periode harus ada pergantian dan
ditransmisikan ke seluruh pelosok pembaruan.64 Pernyataan ini menegaskan
nusantara melalui jaringan yang terbentuk kesadarannya akan kebenaran sabda Nabi
antara guru dan murid. bahwa dalam setiap kurun waktu 100
tahun Allah pasti mengutus hamba-
D. Deskripsi Singkat Karya-Karya hamba-Nya yang terpilih untuk
Syekh Nawawi Banten memperbarui pemahaman dan
Sebagian dari karya-karya Syekh pengamalan ajaran agama-Nya. Meskipun
Nawawi Banten belum diterbitkan dan tafsirnya belum dapat dikatakan sebagai
sebagian lagi tidak sampai kepada kita. tafsir modern, namun di dalamnya telah
Berikut akan diberikan deskripsi singkat mengandung unsur-unsur pembaruan.
tentang karya-karyanya yang telah terbit Karena itu, tafsir Nawawi dapat dikatakan
berdasarkan bidang keilmuan yang sebagai jembatan penghubung antara
menjadi konsennya: tafsir klasik dan tafsir modern.65
1. Bidang Tafsir 2. Bidang Tasawuf dan Ahlak
Dalam bidang tafsir Nawawi Dalam muqaddimah kitab Nihāyah
hanya menulis satu buah kitab, yaitu az-Zein fī Irsyād al-Mubtadi’īn, Syekh
Tafsîr al-Munîr li Ma'âlim al-Tanzîl atau Nawawi menjelaskan bahwa setiap orang
Marâh Labîd li Kasyf Ma’nâ al-Qur’ân al- yang tidak memiliki kemampuan
Majîd,63 yang terdiri dari dua jilid. Kitab berijtihad harus bertaqlid, baik secara
ini sangat dikagumi oleh ulama di teoritis, maupun praktis kepada salah satu
Makkah dan Mesir dan juga banyak imam tasawuf, seperti imam al-Junaid.66 Ia
digunakan di pesantren-pesanten di sendiri menyatakan diri sebagai murid
Indonesia. Tafsir ini menjadi terkenal, dari Syekh Ahmad Khatib Sambas,

197
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2017

penyatu antara tarekat Qadiriyah dan karya-karya baru yang muncul setelah
Naqsyabandiyah. Dalam pengamalan masa beliau. Karya fikih ini ditulis pada
tasawuf ia mengikuti tarekat Qadiriyah. masa peralihan dari masa klasik ke masa
Hal ini dinyatakannya di dalam modern. Karena itu, fikihnya
muqaddimah kitab Syarh Bahjah al- mencerminkan karakteristik dua masa
Wasā’il.67 Namun demikian, ia tidak tersebut sekaligus. Namun demikian,
memimpin suatu tarekat sebagaimana faktor yang paling menentukan
gurunya, al-Sambasi. Sikapnya terhadap survivalitas karya beliau adalah watak
tarekat tergolong moderat, ia tidak tradisionalnya yang sesuai dengan watak
menganjurkan dan tidak melarang murid- umat Islam Indonesia.
muridnya mengikuti tarekat tertentu. Dari karya-karyanya dapat
Namun demikian, sebagian besar diketahui dua kecenderungan pemikiran
muridnya dari Indonesia menjadi guru- fikih Nawawi. Pertama; pemikiran
guru tarekat yang sangat terkenal, seperti fikihnya sangat cenderung pada tasawuf.
kiai Khalil Bangkalan dan kiai Hasyim Kecenderungan ini sangat masuk akal,
Asy’ari. mengingat Islam yang dibawa masuk ke
Dalam bidang tasawuf, Syekh Indonesia adalah Islam yang bercorak
Nawawi menulis beberapa kitab yang tasawuf. Jadi, sejak pertama pekenalannya
seluruhnya dalam bentuk syarah dengan ilmu fikih, Syekh Nawawi telah
(penjelasan). Kitab-kitab tasawuf tersebut menerima pelajaran fikih yang bercorak
mencerminkan pandangannya dan tasawuf. Kedua; pemikiran fikih syekh
kedalaman ilmunya dalam bidang Nawawi cenderung kontekstual. Ini dapat
tasawuf. Setidaknya ada empat kitab dilihat pada fatwanya tentang keharaman
dalam bidang ini yang beliau tulis, yaitu tinggal serumah dengan orang yang
Miṣbāḥ aẓ-Ẓalām atau Nūr aẓ-Ẓalām, Qāmi' berbuat maksiat dan keharaman
aṭ-Ṭugyān, Bidāyah al-Hidāyah dan Salālim melakukan pemukulan berlebihan kepada
al-Fuḍalā'. Kitab-kitab tersebut dipelajari anak dalam proses pendidikan.
secara luas di pesantren-pesantren Jawa. Karya Syekh Nawawi dalam
3. Bidang Fikih atau Hukum Islam bidang fikih yang sampai saat ini masih
Karya Syekh Nawawi dalam dikaji oleh kalangan pesantren adalah
bidang fikih merupakan karya yang kitab (1) Nihāyah al-Zein fî Irsyād al-
paling menonjol dibanding karya- Mubtadi'īn, (2) Qūt al-Ḥabīb al-Gharīb
karyanya pada bidang yang lain. Ia Tausyīḥ 'alā Fatḥ al-Qarīb al-Mujīb, (3)
menulis tidak kurang dari 8 buah kitab Mirqāh Ṣu'ûd at-Taṣdīq, (4) Syarḥ Sullam al-
fikih yang sampai saat ini masih dikaji di Munājāt, (5) Kāsyifah as-Sajā fī Syarḥ Safīnah
sejumlah pesantren. Uraiannya yang an-Najā, (6) Syarḥ ar-Riyāḍ al-Badī’ah bi aṡ-
mendalam dengan gaya bahasa yang Ṡimār al-Yāni’ah, (7) Syarḥ Bahjah al-Wasā’il
mudah dipahami, serta kandungannya dan (8) Syarḥ Uqūd al-Lujain fī Bayān Ḥuqūq
yang sesuai dengan mazhab yang dianut az-Zaujain.
mayoritas umat Islam Indonesia 4. Bidang Tauhid
menjadikan karyanya di bidang ini tetap Dalam bidang tauhid, Syekh
survive di tengah-tengah banyaknya Nawawi Banten mengikuti paham yang
dikembangkan oleh Abu Hasan al-Asy'ari.
198
Suwarjin
Biografi Intelektual Syekh Nawawi al-Bantani

Dalam kitabnya, Fatḥ al-Majid beliau Referensi


berkali-kali merujuk kepada al-Asy'ari
1Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren
dengan menyebutnya sebagai syekh. Pada
Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya
dasarnya, ia mengidentifikasi dirinya mengenai Masa Depan Indonesia,(Jakarta: LP3ES,
sebagai pengikut asy'ari dalam term-term 2011), 132.
2M. Bibit Suprapto, Ensiklopedi Ulama
i'tiqad.68 Dalam kitabnya, Nihāyah, ia
Nusantara Riwayat Hidup, Karya dan Perjuangan
menegaskan pandangannya bahwa
157 Ulama Nusantara, (Jakarta: Gelegar Media
siapapun yang bukan ahli dalam bidang Indonesia, 2010), 653.
ini, maka wajib baginya untuk bertaqlid 3Syamsul Munir Amin, Sayyid Ulama

pada imam Abu Hasan al-Asy'ari atau Hijaz Biografi Syaikh Nawawi al-Bantani,
(Yogyakarta: LkiS, 2009), 19.
Abu Manshur al-Maturidi.69 4 Ibid., 19-20.
5 Ibid., 16.

E. Penutup 6 Ibid., 20.


7Abdurrahman Mas’ud, Dari Haramain
Sejarah intelektual memiliki
ke Nusantara Jejak Intelektual Arsitek Pesantren,
sumbangan yang amat penting bagi
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
perkembangan bangsa. Dari sejarah 2006), 110.
8 C. Snouck Hurgronje, Mekka in The
intelektual diketahui tahap-tahap
perkembangan intelektual suatu bangsa Latter Part of 19TH Century Daily Life, Customs
And Learning the Muslim of the East Indian
yang memiliki karakteristik khas, berbeda Archipelago, (Leiden: Late E. J. Brill LTD, 1931),
dengan perkembangan intelektual bangsa- 268.
9 Amin, Sayyid Ulama, 20.
bangsa lain di dunia. Pesantren sebagai
10 Ibid., 20-21
salah satu sub kultur, memiliki peran 11 Ibid., 22.
penting dalam perkembangan bangsa. 12 Ibid.

Pesantren telah berkiprah sepanjang 13 Chaidar, Sejarah Pujangga Islam Syaikh

sejarahnya dalam membangun bangsa, Nawawi al-Bantani Indonesia, (Jakarta: CV


Sarana Mulia, 1978), 30.
utamanya dalam menyiapkan generasi 14 Ibid., 5. Lihat juga Amin, Sayyid Ulama,
intelektual yang memiliki komitmen 23. Lihat juga Mas’ud, Dari Haramain, 111.
kebangsaan kuat. Saat ini pesantren tetap 15 Ibid.
16 Mas’ud, Intelektual, 97. Lihat Juga
eksis di tengah terpaan kemajuan dunia
Amin, Sayyid Ulama, 24.
pendidikan yang semakin deras. Bahkan 17 Ibnu Qoyim Isma’il, Kiai Penghulu Jawa

kini pendidikan pesantren telah dijadikan Peranannya di Masa Kolonial, (Jakarta: Gema
sebagai role model bagi pengembangan Insani Press, 1997), 42.
18 Amin, Sayyid Ulama, 25.
pendidikan di Indonesia. Pesantren akan 19 Biaya yang diperlukan untuk
terus eksis selama para tokoh pesantren menunaikan ibadah haji dalam sekali jalan
tetap merawat warisan para guru bervariatif, namun secara umum diketahui
intelektual pesantren. Dengan demikian, bahwa harga tiket standar pada masa
penjajahan Belanda adalah f. 110 ditambah
pesantren dengan komunitasnya, akan
dengan jasa perusahaan dan syekh sebesar f.
mampu memberikan sumbangan yang 17,5, maka jumlah ongkos yang harus
lebih besar terhadap kemajuan bangsa. dikeluarkan sebesar f. 127,5. Dalam ketentuan
umum yang diminta oleh pemerintah Hindia
Belanda bahwa setiap calon jamaah harus
menyetor uang sebesar f. 500 dan jika terdapat
uang lebih dari ongkos yang ditentukan akan

199
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2017

dikembalikan kepada jamaah. (M. Dien Majid, di daerah Jawa Barat yang berlangsung selama
Berhaji di Masa Kolonial, 55). 6 tahun.
20 Dhofier, Tradisi, 67. 45 Maragustam, Pemikiran Pendidikan
21 Steenbrink, Beberapa Aspek, 236. Syekh Nawawi al-Bantani, (Yogyakarta:
22 M. Dien Majid, Berhaji di Masa Datamedia, 2007), 106.
Kolonial, (Jakarta: CV Sejahtera, 2008), 51. 46 Sri Mulyati, Sufisme in Indonesia, 34.
23 Amin, Sayyid Ulama, 27. 47 Syekh Nawawi menyatakan motivasi
24Dhofier, Tradisi, 69. menulisnya seperti ini di dalam mukadimah
25Bagi umat Islam di Banten saat itu, kitab Syarḥ Kāsyifah as-Sajā (2) dengan
gelar haji memiliki status sosial yang sangat mengutip Hadis Nabi: ‫اذا ﻣﺎت اﺑﻦ أدم اﻧﻘﻄﻊ ﻋﻤﻠﮫ اﻻ‬
tinggi. Orang yang pulang haji umumnya ‫ﻣﻦ ﺛﻼث ﺻﺪﻗﺔ ﺟﺎرﯾﺔ أو ﻋﻠﻢ ﯾﻨﺘﻔﻊ ﺑﮫ أو وﻟﺪ ﺻﺎﻟﺢ ﯾﺪﻋﻮ ﻟﮫ‬.
dipandang memiliki kesalehan tinggi dan 48 Snouck Hurgronje, Mekka, 269. Lihat

memiliki kesaktian tersendiri yang juga Amin, Sayyid Ulama, 43. Baca juga,
membuatnya sangat disegani dan sangat Steenbrink, Beberapa Aspek, 118.
berpengaruh. 49 Ibid.
26 Amin, Sayyid Ulama, 26. 50 Mas’ud, Intelektual Pesantren, 111.
27 Chaidar, Pujangga, 40. Maragustam dalam bukunya: ‘Pemikiran
28 Amin, Sayyid Ulama, 24. Pendidikan Syekh Nawawi al-Bantani,
29 Ibid., 30-31. mengelompokkan kitab-kitab karya al-bantani
30 Steenbrink, Beberapa Aspek, 120. menjadi enam bidang dengan beberapa
31 Ibid. penggabungan (107-108).
32 Syekh Nawawi Banten, Mirqāh, 16. 51 Chaidar, Pujangga, 7.
33 Sartono, Pemberontakan, 88. 52 Ibid.
34 Syekh Nawawi Banten, Mirqāh, 16. 53 Menurut Martin van Bruinessen (Kitab
35 Ibid. Kuning, 161), seluruh karya Syekh Nawawi
36 Ibid. ditulis dalam bahasa Arab.
37Amin, Sayyid Ulama, 36-37. 54 Maragustam, Pemikiran, 106.

Menurutnya, Syekh Nawawi Banten memang 55 Sebagian besar karya Syekh Nawawi

tidak berperan langsung merebut masih eksis dan dikaji di pesantren, utamanya
kemerdekaan tanah air, namun usahanya pesantren salaf. Kitab-kitab tersebut yang
mendidik kader-kader anti penjajahan patut paling banyak dipelajari adalah kitab tafsir al-
mendapatkan penghargaan. Ia dan kawan- Munîr, Nihāyah az-Zein, Syarḥ Sullam at-Taufīq,
kawannya menanamkan semangat juang Syarḥ ‘Uqūd al-Lujain, Naṣā’iḥ al-‘Ibād, Kāsyifah
melawan penjajahan dalam diri para murid as-Sajā, Marāqī al-‘Ubūdiyah dan Fatḥ al-Majīd.
yang nantinya pulang ke seluruh pelosok 56 Martin van Bruinessen, Kitab Kuning,

tanah air. Usaha mereka memancing Pesantren dan Tarekat, (Yogyakarta: Gading
kedatangan Snouck Hurgronje selaku Publising), 2012.
penasihat pemerintah Hindia Belanda ke 57 Dalam mukaddimah tafsir Marāḥ Labīd

Mekah untuk menyelidiki cara kerja mereka. ia menyatakan keberaniannya untuk menulis
38Ibnu Qoyim Isma’il, Kiai Penghulu, 37. kitab tafsirnya itu karena meneladani para
39Steenbrink, Beberapa Aspek, 118. Lihat pendahulunya dalam pen-tadwīn-an kitab dan
juga Mas’ud, Intelektual, 105. juga semangat untuk melestarikan ilmu
40Snock, Mekka, 268-269. pengetahuan.
41Dhofir, Tradisi, 132. 58 Dalam muqaddimah kitabnya,
42Sri Mulyati, Sufism in Indonesia: Nawawi selalu menyebutkan bahwa penulisan
Analysis of Nawawi al-Bantani’s Salalim al- kitab yang dilakukannya dilakukan atas
Fudala, (Canada: Institute of Islamic Studies permintaan orang-orang dekatnya. Dalam
McGill University, 1992), 21 pengantar kitab Bahjah al-Wasā’il misalnya,
43 Steenbrink, Beberapa Aspek, 118. beliau mengatakan: “Sa’alanī fīhi ba’dh al-
44Masa pembelajaran 9 tahun ini terbagi Aḥibbah, fa Ajabtuh” ( 2), dalam muqaddimah
kedalam dua fase, yaitu fase pembelajaran Syarḥ Sullam al-Taufiq (2), beliau menyatakan:
bersama ayahnya yang berlangsung selama 3 “Amarani Ba’dh al-A’izzah ‘alā an Asyraḥa
tahun, dan fase pembelajaran dengan para kiai Syarḥan Wajīzan....”, dan ungkapan sejenisnya.

200
Suwarjin
Biografi Intelektual Syekh Nawawi al-Bantani

Ungkapan ini menunjukkan kerendahan hati Syamsul Munir Amin, Sayyid Ulama
beliau sebagai seorang ‘alim. Hijaz Biografi Syaikh Nawawi al-Bantani,
59Hal ini diakuinya ketika menulis syarḥ
Yogyakarta: LkiS, 2009.
kitab Tanqīḥ al-Qaul, syarḥ atas kitab Lubāb al-
Ḥadīṡ, karya Imam as-Suyuṭī (Syekh Nawawi
Abdurrahman Mas’ud, Dari Haramain ke
Banten, Tanqih al-Qaul, 2).
60Mas’ud, Intelektual, 109. Nusantara Jejak Intelektual Arsitek Pesantren,
61Amin, Sayyid Ulama, 95-96. Baca juga Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.
Sartono Kartodirjo, Pemberontakan Petani
Banten 1888, 280. Ia menambahkan satu nama C. Snouck Hurgronje, Mekka in The Latter
yang juga merupakan pemimpin Part of 19TH Century Daily Life, Customs And
pemberontakan Banten, yaitu Haji Marjuki, Learning the Muslim of the East Indian
yang merupakan keponakan dari Syekh
Archipelago, Leiden: Late E. J. Brill LTD, 1931.
Nawawi Banten. Namun, saat pemberontakan
berlangsung, ia tidak berada di banten, karena
telah berangkat ke Mekah beberapa bulan Chaidar, Sejarah Pujangga Islam Syaikh
sebelum pecah pemberontakan, karena Nawawi al-Bantani Indonesia, Jakarta: CV Sarana
berbeda pandangan dengan Haji Wasith soal Mulia, 1978.
penentuan tanggal dimulainya
pemberontakan.
62 Mas’ud, Intelektual, 105.
M. Dien Majid, Berhaji di Masa Kolonial,
63 Maragustam, Pemikiran...., h. 108. Jakarta: CV Sejahtera, 2008.
64 Ibid., h. 131.
65Abdurrahman Mas’ud, Intelektual Sri Mulyati, Sufism in Indonesia: Analysis
Pesantren Perhelatan Agama dan Tradisi, of Nawawi al-Bantani’s Salalim al-Fudala,
(Yogyakarta: LkiS, 2004), h. 112. Canada: Institute of Islamic Studies McGill
66Abu Abd al-Mu’thi Muhammad ibn
University, 1992.
Umar ibn Ali Nawawi al-Jawi al-Bantani al-
Tanari (Selanjutnya disebut Nawawi), Nihayah
al-Zein fi Irsyad al-Mubtadi’in, (Bandung: Maragustam, Pemikiran Pendidikan Syekh
Syirkah al-Ma’arif, t.th.), h. 7. Nawawi al-Bantani, Yogyakarta: Datamedia,
67Syekh Muhammad Nawawi al- 2007.
Bantani, Syarh Bahjah al-Wasa’il, (Indonesia: Al-
Haramain, t.th), h. 2. Dalam halaman muka Martin van Bruinessen, Kitab Kuning,
kitab ini, penulisan nama Nawawi juga Pesantren dan Tarekat, Yogyakarta: Gading
disertai dengan penyebutan tarekat yang
Publising, 2012.
diikutinya.
68Mas’ud, Intelektual...., hlm. 129-130.
69Syekh Nawawi, Nihāyah...., t.th., hlm. Al-Bantani, Syekh Nawawi, Kāsyifah as-
3. Sajā Syarḥ Safīnah an-Najā, Surabaya: Maktabah
Syekh Muḥammad bin Aḥmad Nabhan wa
Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren Aulādih, t.th.
Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya
mengenai Masa Depan Indonesia, Jakarta: LP3ES, ………..., Tanqīh al-Qaul al-Ḥaṡīṡ bi Syarḥ
2011, 132. Lubāb al-Ḥadīṡ, Indonesia: al-Haramain, t.th.

M. Bibit Suprapto, Ensiklopedi Ulama ................, Syarḥ Sullam at-Taufīq,


Nusantara Riwayat Hidup, Karya dan Perjuangan Semarang: Pustaka al-Alawiyah, t.th.
157 Ulama Nusantara, Jakarta: Gelegar Media
Indonesia, 2010. ................, Bahjah al-Wasā’il bi Syarḥ al-
Masā’il, Indonesia: Al-Haramain, t.th.

201
Tsaqofah & Tarikh Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2017

Steenbrink, Kareel A., Beberapa aspek


Tentang Islam di Indonesia Abad Ke- 19, Jakarta:
Bulan Bintang, 1984.

Isma’il, Ibnu Qoyim, Kiai Penghulu Jawa


Peranannya di Masa Kolonial, Jakarta: Gema
Insani Press, 1997.

Kartodirdjo, Sartono, Pemberontakan


Petani Banten 1888, Jakarta: Pustaka Jaya, 1984.

202

Anda mungkin juga menyukai