Anda di halaman 1dari 23

NAMA MAHASISWA: Isnaini Via Zuraiyahya

NIM: 131913143076
RUANG: Bedah Herbra

LEMBAR JAWAB UJIAN (LJU)


PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN MAHASISWA PROGRAM A 2015

SOAL

Anda adalah Kepala Ruang Rawat Inap B di RS W. Direktur meminta anda diminta untuk
menerapkan MAKP di ruangan yang belum pernah menerapkan MAKP. Perawat Ruang B
terdiri dari 30 perawat dengan latar belakang Ners 14 orang dan DIII Keperawatan 16
orang. Kapasitas tempat tidur adalah 42TT dengan BOR 83%.

Pertanyaan:
1. Buat perencanaan MAKP dengan memperhatikan aspek 5M (mulai dari pengumpulan
data, analisis-SWOT, identifikasi masalah)
2. Susun rencana strategi pengelolaan MAKP yang tepat!

** anda boleh menambahkan/mengembangkan data yang diperlukan

JAWABAN:

Pengumpulan data

Visi RS W
Menjadi rumah sakit tersier yang terpercaya, aman, bermutu tinggi dan mandiri
Misi RS W
1. Menyelenggarakan pelayanan dan jejaring pelayanan sebagai rumah sakit
rujukan tersier yang aman, bermutu tinggi dan terjangkau.
2. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan yang
berintegritas tinggi, profesional, inovatif dan melakukan jejaring pendidikan
penelitian yang terintegrasi (Academic Health Care), pusat pengembangan bidang
kesehatan yang bermutu tinggi serta mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang handal.
3. Mewujudkan kehandalan sarana dan prasarana penunjang pelayanan yang
terstandar serta lingkungan kerja yang aman dan nyaman.
4. Menyelenggarakan tata kelola organisasi yang terintegrasi, efektif efisien dan
akuntabel.

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 1


M1 (Man)

Tenaga Medis :

Perawat Ruang inap B terdiri dari 30 perawat terdiri dari :

NO Kualifikasi Jumlah
1 S1 Keperawatan 14
2 D3 Keperawatan 16

Tenaga Non Medis :

No. Kualifikasi Jumlah


1. Rekam medik 1
2. Prakarya 2
Kesehatan
3. Pramubhakti 2

Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat


Metode Douglas

Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga Keperawatan


Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketergantungan pasien
Minimal 22 22 x 0.17 = 3,74 22 x 0.14 = 3,08 22 x 0.07 = 1,54
Partial 7 7 x 0.27 = 1,89 7 x 0.15 = 1,05 7x 0.10 = 0,7
Total 5 5 x 0.36 = 1,8 5x 0.30 = 1,5 5 x 0.20 = 1
Jumlah 34 7,43 5,63 3,24
Total Tenaga Perawat
Pagi : 7 orang
Sore : 6 orang
Malam : 3 orang
16 orang

Jumlah tenaga lepas dinas per hari

86 x 16 = 4,64 = 5 orang
297
Keterangan: Angka 86 merupakan jumlah hari libur atau lepas dinas dalam 1 tahun,
sedangkan 297 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun.
Jumlah perawat yang dibutuhkan perhari sesuai dengan metode Douglas adalah: 16
orang + 2 orang struktural (PJ dan Wakil PJ) + 5 orang lepas dinas dengan total 23
orang perawat. Berdasarkan data tersebut maka terdapat kelebihan tenaga
keperawatan sejumlah 7 orang.

1) Metode Gillies

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 2


Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan Metode
Gillies dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:
A : Rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B : Rata-rata jumlah pasien/hari
C : Jumlah hari/tahun
D : Jumlah hari libur masing-masing perawat
E : Jumlah jam kerja masing-masing perawat
F : Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat/tahun
G : Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat/tahun
H : Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan Metode
Gillies di Ruang Bedah Herbra RSUD Dr. Soetomo Surabaya hari Senin, 02 Maret
2020
a) Jumlah pasien : 34 orang
Minimal care : 22 orang
Partial care : 7 orang
Total care : 5 orang
b) Jumlah perawatan/pasien/hari
Perawatan langsung:
Mandiri : 22 x 2 jam = 44 jam
Sebagian : 7 x 3 jam = 21 jam
Total : 5 x 6 jam = 30 jam
Jumlah = 95 jam
Perawatan tidak langsung: 34 x 1 jam = 34 jam
Pendidikan kesehatan : 34 x 0,25 jam = 8,5 jam
Total jam keseluruhan : 95 jam + 34 jam + 8,5 jam = 137,5 jam
Jadi jumlah perawatan/pasien/hari = 137,5 jam/34 pasien = 4,04 jam/pasien/hari
c) Kebutuhan tenaga keperawatan dengan Metode Gillies
4,04 jam/pasien/hari x 34 pasien/hari x 365 hari = 50136,4 = 24,44
(365 hari - 72 hari) x 7 jam 2051
20% x 24,44 = 4,88 = 5 orang
Jadi kebutuhan tenaga keperawatan yaitu sebanyak 24,44 orang dibulatkan menjadi
24 orang + 5 orang = 29 orang
d) Jumlah kebutuhan tenaga perawat per hari
34 x 4,04 jam = 19,62 = dibulatkan menjadi 20 orang
7 jam

BOR ( Bed Occupacy Rate)


- Kapasitas Tempat Tidur 42 orang.
- BOR 83% dengan rata-rata pasien 35 orang/hari.

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 3


N SHIFT KELAS 1 KELAS 2 KELAS 3 BOR
O
1 Pagi 3 bed 7 bed 24 bed 34/42x100% = 80,9%
(2 kosong) (0 kosong) (6 kosong)
2 Sore 3 bed 7 bed 25 bed 35/42x100% = 83,3%
(2 kosong) (0 kosong) (5 kosong)
3 Malam 3 bed 7 bed 25 bed 35/42x100% = 83,3%
(2 kosong) (0 kosong) (5 kosong)

Beban Kerja Perawat di Ruang Bedah Herbra RSUD Dr.Soetomo Surabaya


15 Mei 2020
Kegiatan
Pagi Sore Malam
Tindakan Produktif :
DIRECT
(1) Memberi obat kepada pasien 25 menit 25 menit 25 menit
(injeksi;oral)
(2) Pengambilan spesimen lab 15 menit 10 menit 10 menit
(3) Rawat luka 15 menit 15 menit -
(4) Observasi TTV 30 menit 30 menit 50 menit
(5) Merapikan tempat tidur 30 menit 10 menit -
(6) Memenuhi kebutuhan nutrisi 20 menit 15 menit 10 menit
dan elektrolit
(7) Memenuhi kebutuhan rasa 10 menit 10 menit 10 menit
aman dan nyaman
(8) Menerima pasien baru 20 menit 20 menit -
(9) Pendidikan kesehatan 15 menit 15 menit -
(10) Persiapan operasi 15 menit 15 menit 15 menit

Total 195 165 120


Tindakan Produktif tidak langsung
INDIRECT
(1) Operan dinas 25 menit 25 menit 20 menit
(2) Timbang terima pasien 10 menit 10 menit 10 menit
(3) Menulis dokumentasi 105 menit 105 menit 110 menit
tindakan di RM
(4) Menulis laporan 30 menit 30 menit 45 menit
(5) Membantu tranSOPrt pasien 15 menit 15 menit 15 menit
dari dan ke ruang operasi

Total 185 185 200


Waktu non produktif
(1) Duduk di nurse station 10 menit 25 menit 180 menit
(2) Sholat 10 menit 25 menit 30 menit
(3) Makan dan minum 10 menit 10 menit 40 menit
(4) Toilet 10 menit 10 menit 30 menit
Total 40 70 280

Shift pagi

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 4


Waktu produktifitas : 380 menit
Tidak produktif : 40 menit
Jumlah jam kerja : 420 menit
Prosentase produktifitas kerja : 90,47 %

Shift sore
Waktu produktifitas : 350 menit
Tidak produktif : 70 menit
Jumlah jam kerja : 420 menit
Prosentase produktivitas kerja : 83,33%
Shift malam
Waktu produktifitas : 320 menit
Tidak produktif : 280 menit
Jumlah jam kerja : 600 menit
Prosentase produktivitas kerja : 53,33 %
Keterangan:
- Tinggi > 80 %
- Sedang 60 – 80 %
- Rendah < 60 %
Berdasarkan tabel di atas hasil beban kerja perawat ruangan pada shift pagi sebanyak
90,47%. Beban kerja pada shift pagi meningkat karena hampir semua kegiatan dilakukan
pada pagi hari dalam waktu yang bersamaan, seperti injeksi obat, rawat luka, penerimaan
pasien baru, pemberian edukasi (PKRS) dan mengantar pasien operasi. Pada shift sore beban
kerja perawat memiliki presentase 83,33%. Hasil ini lebih ringan dibandingkan dengan shift
pagi dikarenakan sebagian besar kegiatan sudah dilakukan pada shift pagi, sehingga shift sore
tinggal melanjutkan tindakan yang belum bisa terlaksana pada shift sebelumnya. Sedangkan
pada shift malam didapatkan prosentase yang lebih rendah yaitu 53,33%. Hal ini jelas terlihat
karena pada shift malam perawat tinggal melanjutkan terapi yang sudah dijadwalkan pada
shift sebelumnya. Sehingga beban kerja lebih rendah dibandingkan 2 shift sebelumnya.

M2-Sarana dan Prasarana (Material)

Lokasi dan Denah/setting Ruangan


Batas Ruang Inap B RS W
(1) Barat : Berbatasan dengan Gedung IRD
(2) Utara : Berbatasan dengan Ruang M
(3) Timur : Berbatasan dengan Dapur Besar
(4) Selatan : Berbatasan dengan Ruang HCU Bedah A

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 5


Ruang Bedah inap B terletak di gedung tengah RS W merupakan ruang rawat inap untuk
pasien dengan penyakit dalam dewasa wanita yang terdiri dari 3 kelas, yaitu kelas 1, kelas 2,
dan kelas 3.
1. Data bed pasien
Jumlah kapasitas bed pasien di Ruang Bedah Herbra RSUD Dr. Soetomo berdasarkan
hasil pengkajian tanggal 2 Maret 2020, didapatkan hasil jumlah kapasitas bed pasien
sebanyak 42 bed pasien, dengan rincian sebagai berikut:
a. Kelas 1
Terdiri dari 2 ruangan yaitu ruangan 1 yang berisi 2 bed pasien dan ruangan 2 yang berisi
3 bed pasien. Kelas 1 memiliki 1 kamar mandi.
b. Kelas 2
Terdiri dari 2 ruangan yaitu ruangan 6 yang berisi 4 bed Pasien dan ruangan 7 berisi 3 bed
pasien. Kelas 2 memiliki 1 kamar mandi.
c. Kelas 3
Terdiri dari 3 ruangan yaitu ruangan 3, 4 dan 5 dengan masing - masing bed terdiri dari 10
bed pasien. Kelas 3 memiliki 3 kamar mandi.
Masing-masing bed dilengkapi 1 meja dan 1 kursi untuk penunggu.

Sarana dan prasarana Ruang Rawat Inap B RS W

Jumlah yang Jumlah


No Nama barang Kondisi Usulan
tersedia Ideal
1 Stestoskop 2 2/ruangan Baik -
2 Tensimeter 4 2/ruangan Baik -
3 Kotak obat hight alert 1 1/ruangan Baik -
4 Termometer digital 1 2/ruangan Baik Ditambah 1
5 Ambubag 2 1/ruangan Baik -
6 Syringe pump 2 6/ruangan Baik Ditambah 4
7 Infuse pump 1 7/ruangan - Ditambah 6
8 Nebulizer 2 2/ruangan Baik -
9 Examination lamp 1 1/ruangan - -
10 Bak injeksi 2 2/ruangan Baik -
11 Bengkok 6 6/ruangan Baik -
12 Handrub 41 1:1 Baik -
13 Hand wash 6 1:1 Baik -
14 Flow meter 8 2/ruangan Baik -
15 Tabung O2 8 2/ruangan Baik -
16 Kulkas Obat 1 1/ruangan - -
17 Timbangan badan 2 1/ruangan Baik -
18 Oximeter 1 1/ruangan Baik -
19 Sampah Umum 6 1:1 Baik -
20 Sampah Medis 5 6/ruangan Baik Ditambah 1
21 Lemari obat 1 1/ruangan Baik -
22 Troly injeksi 1 1/ruangan Baik -
23 Standar infus 37 1:1 Baik -
30 Torniket 0 3/ruangan - Ditambah 3

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 6


Jumlah yang Jumlah
No Nama barang Kondisi Usulan
tersedia Ideal
31 Emergency kit 1 1/ruangan Baik -
32 Suction 3 1/ruangan Baik -
33 Lemari B3 1 1/ruangan Baik -

Jumlah yang
No Jenis alat Jumlah ideal Kondisi Usulan
tersedia
1 Bel kamar mandi 0 1:1 - Ditambah 1:1
2 Jam dinding 3 2/ruangan Baik -
3 Trolly cucian 1 1-2 ruangan Baik -
bersih
3 Trolly cucian kotor 1 1-2 ruangan Baik -
4 Kereta makan 1 1/ruangan Baik -
pasien
5 Kursi pasien 37 37 Baik -
6 Meja pasien 37 37 Baik -
7 Sarung bantal 111 Secukupnya Baik -
8 Baju pasien 37 Secukupnya Baik -
9 Perlak 111 Secukupnya Baik -
10 Bantal dewasa 37 Secukupnya Baik -
11 Tempat tidur 37 1:1 Baik -
pasien
12 Alat pemadam 5 1/ruangan Baik -
kebakaran
13 Stik laken 111 Secukupnya Baik -
14 Brankart 2 2/ruangan Baik
15 Dapur 2 1/ruangan - -
16 Wastafel cuci 7 2/ruangan Baik -
tangan
17 Komputer 3 2/ruangan Baik -
18 Telepon 1 1/ruangan Baik -
19 Air Condition 12 4/ruangan 3 kurang baik -
(AC)
20 Kipas Angin 12 Secukupnya 1 kurang baik -
21 Kursi roda 3 2/ruangan Baik -
22 Apar 6 Secukupnya baik
Sumber: Ruang Rawat Inap B RS W

Consumable (obat dan bahan habis pakai)

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 7


Pemenuhan stok obat dan Consumable di Ruang Rawat Inap B dilakukan oleh pihak farmasi.
Penyetokan obat dilakukan setiap harinya. Terdapat stok obat emergency yang disediakan di
Ruang Rawat Inap B RS W
.
Administrasi penunjang
a. Buku rekam medik
b. SOP
c. SAK
d. Buku dalin
e. Leaflet

Alur Pengadaan dan Peminjaman Barang di Ruang Bedah Herbra


Pengadaan alat kesehatan dan fasilitas dilakukan oleh wakil kepala ruangan
bekerjasama dengan bagian inventaris barang. Alur pengadaan alat habis pakai (kasa,
handscone, masker, dll) diajukan ke farmasi 1x seminggu. Untuk pengadaan alat non medis
dengan cara mengajukan surat permohonan dari IRNA ke wakil direktur umum dengan
tembusan ke logistik, Adanya keterbatasan alat medis di Ruang Rawat Inap B menyebabkan
ruangan harus melakukan peminjaman alat dari ruangan lain (khususnya troly emergency).

M3 (MAKP)

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan kuesioner didapatkan 90% perawat


menyatakan belum pernah menerapkan di ruang Ruang Rawat Inap B, 80% perawat tidak
memahami model MAKP dan 100% menyatakan saat ini masih memakai model MAKP
fungsional. Setelah dilakukan diskusi dengan PJ dan observasi tanggal 14 Mei 2020
didapatkan data bahwa memang benar di Ruang Rawat Inap B belum pernah menerapkan
Model Asuhan Keperawatan Profesional atau MAKP dan masih menggunakan model
fungsional.
Dari kuesioner tentang tanggung jawab dan pembagian tugas didapatkan data 90%
perawat menyatakan pembagian uraian tugas selama ini belum jelas dan hanya mengikuti
sesuai alur yang ada. Setelah dilakukan klarifikasi dengan PJ dan dilakukan observasi,
perawat kewalahan melakukan tugas sesuai peran. Hal ini disebabkan perawat melaksanakan
tugas tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada dan belum terdapat pembagian tugas
yang jelas.

Timbang Terima
Hasil pengumpulan data melalui kuesioner dan observasi yang dilakukan tanggal 4-8
Mei 2020 kepada perawat Ruang rawat inap B didapatkan data bahwa timbang terima
dilakukan di ruang timbang terima setiap pergantian shift dan dihadiri oleh perawat yang
bertugas. Kepala ruangan hadir di timbang terima saat shift pagi. Hal ini sesuai dengan hasil
angket terhadap perawat yang menunjukkan bahwa setiap timbang terima dihadiri perawat
yang berkepentingan (100%) kecuali untuk shift sore dan malam tanpa kepala ruangan.

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 8


Seluruh perawat yang mengisi angket (90 %) menyatakan timbang terima dilakukan
tepat waktu di ruang perawat. Hasil observasi dimulai timbang terima sekitar 5-10 menit
setelah jam dinas selesai. Berdasarkan hasil FGD ketidaktepatan waktu timbang terima
disebabkan menunggu kelengkapan perawat yang dinas shift berikutnya. Tidak ada perawat
yang menyatakan ada kesulitan dalam pendokumentasian laporan saat timbang terima dan
80% menyatakan waktu untuk validasi tidak lebih dari 5 – 10 menit. Semua perawat
menyatakan terdapat interaksi dengan pasien saat timbang terima di depan pasien dan
menyatakan telah mengetahui hal – hal yang harus disampaikan saat timbang terima.
Keseluruhan perawat juga mengetahui cara penyampaian dan persiapan untuk timbang
terima dimulai dengan pembukaan dan doa, kemudian dilanjutkan dengan melaporkan
kondisi pasien pada perawat yang bertugas di shift berikutnya. Laporan yang dibacakan pada
timbang terima menggunakan metode komunikasi SBAR (situation, background, assesment,
recommendation).

Supervisi
Berdasarkan hasil kuesioner dari 7 perawat yang dinas pagi di ruang rawat inap B pada
tanggal 4 – 8 Mei 2020 didapatkan hasil, sebanyak 100% perawat menegaskan bahwa
supervisi telah dilakukan di ruang rawat inap B. Sebanyak 20% perawat menyatakan bahwa
pelaksanaan supervisi tidak sesuai jadwal yang ada. 80% perawat menyatakan supervisi
dilakukan setiap bulan dan 20% perawat menyatakan supervisi dilakukan setiap 1 tahun
sekali. Sebanyak 90% menyatakan bahwa supervisi dilakukan oleh kepala ruangan dengan
100% perawat menyatakan pelaksanaan supervisi sudah sesuai dengan alur yang ada dan
sudah ada format baku penilaian supervisi untuk setiap tindakan yang dilakukan. 100%
perawat menyatakan bahwa hasil supervisi selalu disampaikan diakhir supervisi, serta
mendapatkan feed back terkait supervisi dari supervisor. Sebanyak 100% mengatakan ada
follow up untuk setiap hasil dari supervisi, dan 50% perawat menyatakan pernah
mendapatkan pelatihan atau sosialisasi tentang supervisi.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh tim sebelumnya pada tanggal 2 – 4 Maret 2020
belum ada pelaksanaan supervisi di ruang rawat inap B

Discharge Planning

Berdasarkan hasil kuesioner dari 10 perawat yang dinas pagi di ruang rawat inap B pada
tanggal 4 – 8 Maret 2020 bahwa seluruh perawat (100%) mengerti dan sudah melaksanakan
Discharge planning, serta memberikan KIE saat pelaksanaan Discharge planning. 100%
perawat menyatakan bahwa Discharge planning dilaksanakan mulai pasien MRS hingga
pasien akan KRS. Beberapa perawat (70%) menyatakan belum terdapat pembagian tugas
terhadap Discharge planning oleh kepala ruangan. 80% perawat menyatakan bahwa yang
biasa melakukan Discharge planning adalah semua perawat, 50% perawat menyatakan belum
ada pemberian brosur/leaflet saat pelaksanaan Discharge planning, namun seluruh perawat
sudah memberikan edukasi secara lisan. Seluruh perawat (100%) selalu mendokumentasikan
Discharge planning yang telah dilaksanakan.

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 9


Sentralisasi Obat

Berdasarkan hasil kuesioner dari 7 perawat Ruang rawat inap B didapatkan hasil 100%
perawat menyatakan mengetahui tentang sentralisasi obat, perawat sering menerapkannya
saat penerimaan pasien baru. Sebanyak 50% perawat menyatakan ada format persetujuan
khusus untuk sentralisasi obat dari pasien. Berdasarkan hasil FGD 6 Maret 2020 bersama
kepala dan perawat ruangan bahwa tidak ada format persetujuan sentralisasi obat dari pasien
tetapi dokter langsung menuliskan di RPO dan dokter memberikan penjelasan terkait
pengobatan. Sebanyak 100% menyatakan di ruang rawat inap B terdapat ruangan khusus
untuk sentralisasi obat dengan menggunakan sarana dan prasarana pendukung sentralisasi
obat lengkap, sebanyak 100% perawat memisahkan kepemilikan obat-obatan pasien.
Sebanyak 10% perawat sebelum memberikan obat kepada pasien tidak selalu
menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang telah digunakan dan 90% perawat
menginformasikan kepimilikan obat kepada pasien. Sebelumnya perawat bersama dengan
apoteker sudah mengedukasi terkait pengelolaan obat kepada pasien saat pasien pertama
masuk rumah sakit dan sebanyak 100% memeriksa RPO terlebih dahulu sebelum Bapak/Ibu
memberikan obat ke pasien.

Dokumentasi

Berdasarkan data hasil kuesioner dari 7 perawat yang dinas pagi di ruang rawat inap B
bahwa perawat (90%) sudah menggunakan model dokumentasi keperawatan SOAPI dan
sudah memahami cara pengisian format dokumentasi yang ada di rekam medis. Seluruh
perawat (100%) menyatakan bahwa di ruang rawat inap B sudah tersedia petunjuk pengisian
format dokumentasi di rekam medis, dan format tersebut bisa memudahkan perawat dalam
melakukan pengkajian kepada pasien. Sebanyak 100% perawat menyatakan bahwa proses
pemeriksaan kelengkapan dokumentasi di rekam medis sudah dilaksanakan, dimana 80%
perawat menyatakan pemeriksaan dilakukan setiap timbang terima, 10% perawat
melakukannya setiap hari, dan 10% perawat melakukannya setiap minggu. Selain itu, perawat
(100%) menyatakan bahwa pendokumentasian di ruangan ini telah sesua dengan aspek
LLARB (Legalitas, Lengkap, Akurat, Relevan, dan Baru).

Penerimaan Pasien Baru

Hasil angket pada 7 responden, didapatkan hasil 100 % perawat Ruang rawat inap B
mengerti bagaimana penerimaan pasien baru. Sebanyak 80% menyatakan bahwa perawat
mengerti pembagian tugas tentang penerimaan pasien baru dan sebanyak 80% menyatakan
belum ada pembagian yang jelas tugas tentang penerimaan pasien baru. Hasil Forum Group
Discussion (FGD) menunjukkan pembagian tugas penerimaan pasien baru berdasarkan
kondisi ruangan dan apa adanya perawat. Sebanyak 100% perawat menyatakan melakukan
teknik penerimaan pasien baru secara lisan dan tulisan. Sebanyak 100% perawat melakukan
pendokumentasian selesai melakukan penerimaan pasien baru. Berdasarkan hasil tersebut
alur penerimaan pasien baru dan pemahaman perawat di Ruang rawat inap B perlu dirubah
dengan melakukan pembagian tugas

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 10


Ronde Keperawatan

Berdasarkan hasil pengumpulan data kuesioner sejumlah 7 perawat ruangan rawat inap
B, sebanyak 100% perawat menyatakan bahwa ruangan tidak pernah melakukan ronde
keperawatan, karena tidak adanya pembagian tugas yang jelas dan jarang terdapat kasus
pasien yang langka atau berat.

M4-Pembiayaan dan Billing (Money)


Hasil wawancara tentang sistem keuangan di Ruang Rawat Inap B, sumber pendanaan
di Ruang Rawat Inap B didapatkan data sebagai berikut:
1. Sumber Dana
Sebagian besar pembiayaan ruangan dan pelatihan petugas ruangan berasal dari Rumah
Sakit yang diperoleh dari APBD (Anggaran Pembangunan Biaya Daerah) Propinsi Jawa
Timur dan dari pembayaran IRINA. Sedangkan pembiayaan pasien sebagian besar dari
BPJS dan biaya sendiri (umum).
2. Jenis Pembiayaan Pasien
Jenis pembiayaan pasien di ruang Bedah Herbra dijabarkan sebagai berikut:
1) Peserta BPJS: PBI dan Non PBI
a) PBI (Penerima Bantuan Iuran)
Peserta PBI merupakan peserta yang iuran BPJS nya ditanggung oleh pemerintah
antara lain program jamkesmas, jamkesda, SKTM dan Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Peserta PBI mendapatkan kelas perawatan kelas III dan tidak diperbolehkan
mengajukan kelas perawatan yang lebih tinggi.
b) Non PBI
Peserta Non PBI antara lain adalah pegawai swasta, PNS (guru, dosen, TNI, POLRI
dan PNS dengan profesi yang lain). Peserta BPJS Non PBI ini mendapatkan kelas
perawatan kelas II dan bisa mengajukan kelas perawatan yang lebih tinggi. BPJS
Non PBI menanggung anak ke 1, 2 dan 3. Anak yang lahir dari ibu yang berstatus
BPJS Non PBI maka anak secara otomatis memiliki status BPJS sama dengan
ibunya dengan syarat harus melengkapi syarat administrasi dalam jangka waktu
3x24 jam.
Selain itu, peserta Non PBI yang lainnya adalah Peserta BPJS mandiri, yang
merupakan peserta yang pembayaran iuran BPJS dilakukan secara mandiri atau
pribadi bukan dari perusahaan. Peserta BPJS mandiri ini mendapat pelayanan sesuai
dengan kelas BPJS yang didaftarkan dan dapat mengajukan kelas perawatan yang
lebih tinggi. Anak yang lahir dari ibu dengan status BPJS tidak secara otomatis
berstatus BPJS. Pada saat ibu mengandung sudah dapat mendaftarkan janinnya
menjadi peserta BPJS dengan syarat anak yang didaftarkan sudah memiliki denyut
jantung. Bukti bahwa janin telah memiliki denyut jantung adalah dengan
memberikan hasil USG. Pada saat pendaftaran memakai nama ibu. Berkas yang
harus disiapkan untuk mendaftarkan janin menjadi peserta BPJS adalah membawa
USG kandungan, kartu keluarga dan KTP orang tua.
2) Biaya Umum
Umum merupakan pasien yang pembiayaan kesehatan ditanggung oleh diri sendiri.

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 11


Billing System
Pelaksanaan billing pasien di Ruang Rawat Inap B RS W pertahun 2020 dilakukan oleh
petugas administrasi ruangan secara umum dan pertindakan keperawatan dilakukan oleh
perawat yang betugas pada setiap shiftnya dengan menggunakan username dan password ID
masing-masing perawat. Untuk pembayaran, pasien umum dan BPJS semua berkas
diserahkan dan dilakukan di kasir ARINA.

Penggajian Pegawai
Sumber gaji pegawai di Ruang Bedah Herbra dijabarkan sebagai berikut:

Pegawai honorer mendapatkan gaji dari RS W. Hal tersebut sesuai dengan Surat Keputusan
Direktur Rumah Sakit W Nomor 188.4/737/301/SK/2014 tanggal 20 Januari 2014 tentang
pedoman pemberian gaji pegawai harian kontrak di lingkungan RS W yang terdiri dari gaji
pokok, remunerasi, serta tunjangan daerah.

M5 (Mutu)

Berdasarkan data yang didapatkan dari komite mutu ruang Rawat Inap B terkait mutu
pelayanan kesehatan didapatkan penilaian keselamatan pasien di ruang Rawat Inap B yaitu:

Tabel 2.31 Penilaian Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap B RS W 12 - 13 Mei 2020
No Penilaian 28/02/2020 29/02/2020
1. Pasien jatuh 0 0
2. Cedera restraint 0 0
3. Dekubitus 0 0
4. Salah obat 0 0
5. Infeksi luka operasi 0 0
6. Phlebitis 0 0
7. Infeksi pemasangan kateter 0 0
8. Nyeri 9 9
9. Perawatan diri 0 0
Berdasarkan grafik diatas, menjelaskan bahwa hasil pengkajian pada 12 – 13 Mei 2020 tidak
terdapat pasien jatuh, tidak ada yang dilakukan restraint, tidak ada dekubitus, salah obat,
infeksi luka operasi, phlebitis, infeksi pemasangan kateter, dan perawatan diri, namun
sebanyak 9 pasien yang mengeluh nyeri.

Penilaian nyeri dilakukan dengan menggunakan instrument Visual Aid Scale (VAS)
instrument penilaian nyeri umumnya ada pada setiap status pasien tetapi belum diisi secara
rutin setiap hari.
Tabel 2.37 Kategori Nyeri Pasien di Ruang Rawat Inap B RS W tanggal 12-13 Mei 2020
No Kategori 12/05/2020 13/05/2020
1. Tidak nyeri 26 (%) 26 (%)
2. Ringan 6 (%) 6 (%)
3. Sedang 3 (%) 3 (%)

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 12


4. Berat 0 0
Total 35 (100%) 35 (100%)

Macam-macam mutu pelayanan keperawatan menurut Nursalam (2015) adalah sebagai


berikut
1. Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan
kesehatan. Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka
kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama di rawat di rumah
sakit.
1) Ketepatan identifikasi pasien
Berdasarkan data pengkajian pada tanggal 12-13 Mei 2020 tentang identifikasi pasien di
Ruang Rawat Inap B didapatkan data sebagai berikut:
a. Semua pasien menggunakan gelang identitas pasien.
b. Gelang identitas: semua pasien menggunakan gelang identitas berwarna merah muda
dikarenakan ruang Rawat Inap B merupakan ruang bedah khusus wanita.
c. Gelang identitas pasien terdapat: nama lengkap, nomer rekam medis, dan tanggal
lahir. Identitas pasien terdapat tambahan alamat, jenis kelamin, umur, NIK di Rekam
Medik.
d. Penjelasan mengenai fungsi identitas sebagian besar sudah disampaikan kepada
pasien dan keluarga.
e. Identifikasi pasien berisiko. Selain itu terdapat stiker gelang untuk mengidentifikasi
pasien-pasien khusus.
- Stiker Merah : Pasien alergi
- Stiker Kuning : Risiko jatuh
- Stiker Ungu : Pasien DNR (Do Not Resucitate)
2)Peningkatan komunikasi yang efektif
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 12-13 Mei 2020, komunikasi
efektif yang sudah diterapkan di ruang Rawat Inap B RS W yaitu menggunakan metode
SBAR. Metode SBAR dilakukan perawat saat timbang terima. Sedangkan pada
komunikasi tertulis atau melalui telepon terdapat stempel readback yang sudah
ditandatangani oleh perawat yang menerima dan oleh dokter sesuai ketentuan yang ada.
a. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal dengan SBAR (Situation, Background, Assesment,
Recommendation)
S :Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
B :Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi
pasien terkini)
A :Assesment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini)
R :Recommendation
b. Komunikasi verbal dengan Read Back
- Komunikasi tertulis

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 13


- Komunikasi elektronik (telepon)

3)Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai


Di ruangan Rawat Inap B RS W kewaspadaan terhadap obat high alert sudah dilakukan
dengan memisahkan tempat obat high alert (obat-obat Look alike, Sound alike) dengan
obat lainnya. Salah satu cara untuk mewaspadai pemberian obat, perawat menggunakan
double crosscheck mulai dari proses persiapan sampai pemberian ke pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 12 – 13 Maret 2020, didapatkan kewaspadaan
tentang obat yang perlu diwaspadai sudah dilakukan dan ada kotak obat khusus untuk
obat dengan high alert, selain itu Rawat Inap B RS W sudah memberikan label pembeda
antara high alert dan LASA. Double crosscheck dan pemberian labeling sudah ada,
selain itu dalam idenfikasi obat dilakukan dengan lengkap (memperhatikan tanggal
expaired setelah obat itu dibuka, menuliskan dosis obat yang akan diberikan, dan nama
perawat yang membuka). Penerapan prinsip 7 benar di ruang Bedah Herbra Dr.Soetomo
sudah dilakukan.
4)Kepastian tepat lokasi, tepat pasien dan tepat prosedur
Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal yaitu tepat lokasi, tepat
pasien, dan tepat prosedur. Proses untuk memastikan tepat lokasi yang yang dilakukan
yaitu menggunakan SOP pemberian marker atau penanda lokasi operasi yang diberikan
oleh dokter operator menggunakan spidol permanen. Prosedur pembedahan dilakukan
melalui tiga tahap yaitu:
a. Sign in, dilakukan sebelum pasien di anestesi konfirmasi ke pasien, keluarga dan tim
anestesi.
b. Time out, dilakukan sebelum melakukan insisi, dikonfirmasikan kepada tim bedah.
c. Sign out, dilakukan sebelum ruang operasi.
Berdasarkan data pada tanggal 29-30 Maret 2020 di Rawat Inap B RS W terdapat 5
pasien yang telah melakukan operasi. Kelengkapan formulir sign in, time out, dan
sign out telah terisi dengan baik dan lengkap. Komunikasi perawat Rawat Inap B
dengan unit ruang operasi sudah sesuai SOP.
5)Pengurangan Risiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan
Sebagai upaya pencegahan infeksi di ruang Rawat Inap B RS W telah terbentuk tim
Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI). Infeksi nosokomial meliputi phlebitis,
dekubitus, ISK, ILO. Pendataan infeksi setiap hari dilakukan di masing-masing ruangan
oleh IPCLN kemudian dijadikan satu setiap bulannya oleh IPCN (Depkes RI, 2012).
Berdasarkan data PPI di ruang Rawat Inap B kepatuhan cuci tangan petugas kesehatan
sudah baik. Tenaga kesehatan yang ada di ruang Rawat Inap B telah menerapkan lima
momen cuci tangan yang ditetapkan oleh WHO. Saat melakukan tindakan antara pasien
satu dengan pasien lainya perawat telah menerapkan satu handscoon satu pasien untuk
tindakan pengambilan sampel darah dan perawatan luka. Pengunaan masker di ruangan
hanya pada saat perawat berkontak dengan pasien yang berisiko menularkan penyakit
melalui droplet. Pemberian health education mengenai cara cuci tangan yang benar
dilakukan saat timbang terima pasien baru.
6)Pengurangan Risiko jatuh

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 14


Berdasarkan data yang diperoleh dari tim pengendalian mutu, di Rawat Inap B RS W
pada bulan Mei 2020, tidak ditemukan pasien Risiko tinggi jatuh. Pengkajian Risiko
jatuh pada pasien dilakukan pada saat awal pasien masuk ke ruangan rawat inap
menggunakan form sesuai untuk anak dan dewasa. Pemberian intervensi pada pasien
disesuaikan dengan kriteria rendah, sedang, atau tinggi berdasarkan SOP yang telah ada.
Selain itu sudah ada usaha pencegahan pasien jatuh yang dilakukan meliputi menutup
side rail, mengunci bed pasien, memasang tanda risiko jatuh pada bed dan masing-
masing pasien dianjurkan untuk ditemani oleh keluarga pasien sebanyak 1 orang. Setiap
pasien risiko tinggi jatuh sudah terpasang sticker risiko jatuh pada gelang identitas,
namun ada beberapa yang belum terpasang tanda risiko jatuh di bed pasien
Tabel 2.32 Penilaian Risiko Jatuh pada Pasien di Ruang Bedah Herbra RSUD
Dr.Soetomo Surabaya tanggal 12 - 13 Mei 2020
No Risiko Jatuh 12/05/2020 13/05/2020
1. Tidak Berisiko 0 (0%) 0 (0%)
2. Risiko Rendah 0 (0%) 0 (0%)
3. Risiko Tinggi 0 (0%) 0 (0%)
Total 0 (100%) 0 (0%)
Tabel diatas menjelaskan bahwa hasil pengkajian tanggal 12 - 13 Mei 2020 menunjukkan
bahwa tidak terdapat pasien yang mengalami kejadian jatuh (0%) dari total 35 pasien.
Sebagian besar pasien berisiko rendah yaitu sebesar X % pada tanggal 12 – 13 Mei 2020
dari X pasien.

Analisa SWOT MAKP

NO ANALISA SWOT
1 M1 (Man) BOBOT RATING BOBOT X RATING
Faktor Strategi Internal (IFAS)
STRENGTH
1. RS memiliki visi, misi dan 0,3 3 0,9
moto sebagai acuan
melaksanakan kegiatan
pelayanan 0,5 4 2,0
2. Jumlah tenaga kesehatan sangat
mencukupi dihitung dengan
metode Douglas sebanyak 23
orang dan Gillies sebanyak 29
orang. Sedangkan jumlah
perawat di Rawat Inap B
sebanyak 30 orang dengan S–W
masing-masing : 3,5 – 3 =
- S1 Ners : 14 orang 0,5
- D3 : 16 orang 0,2 3 0,6
3. Adanya sistem pengembangan
staf berupa sekolah ke tingkat
lebih lanjut serta pelatihan dan
semua perawat telah mengikuti

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 15


NO ANALISA SWOT
pelatihan (misalnya PPGD,
K3RS, PPI, IPSG, pasien safety,
dll). 1 3,5
TOTAL
WEAKNESS
1. Beban kerja perawat di ruangan 0,3 3 0,9
cukup tinggi. 90,47% pada pagi
hari, 83,33% pada siang hari
dan malam hari sebanyak BOBOT RATING BOBOT X RATING
53,33%.
2. Sebagian besar tenaga 0,3 3 0,9
keperawatan dari tingkat
pendidikan D3 sejumlah 16
orang
3. Kualitas tenaga belum 0,4 3 1,2
memenuhi
kualifikasi/spesifikasi syarat
profesional
TOTAL 1 3
Faktor Strategi Eksternal (IFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya kesempatan untuk 0,3 4 1,2
mengikuti pelatihan/seminar
khusus
2. Adanya kesempatan 0,2 3 0,6
melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi
3. Adanya kerja sama yang baik 0,2 3 0,6
antar mahasiswa profesi dengan
perawat klinik O–T
4. Adanya kebijakan pemerintah 0,3 3 0,9 3,3 – 3 =
tentang profesionalisasi perawat 0,3
TOTAL 1 3,3
THREATENED
1. Ada tuntutan tinggi dari 0,2 4 0,8
masyarakat untuk pelayanan
yang lebih professional
2. Makin tingginya kesadaran 0,2 3 0,6
masyarakat akan hukum
3. Makin tinggi kesadaran 0,2 3 0,6
masyarakat akan pentingnya
kesehatan
4. Persaingan antar RS yang 0,2 3 0,6
semakin kuat
5. Terbatasnya kuota tenaga 0,2 2 0,4
keperawatan yang melanjutkan
pendidikan tiap tahun
TOTAL 1 3

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 16


NO ANALISA SWOT
2 M2 (Material) BOBOT RATING BOBOT X RATING
Faktor Strategi Internal (IFAS)
STRENGTH
1. Terdapat nurse station yang 0,2 3 0,6
posisinya strategis
2. Terdapat peralatan yang 0,2 4 0,8
mendukung dalam melakukan
tindakan asuhan keperawatan
3. Terdapat standart operasional 0,2 3 0,6
prosedur, standart asuhan S-W=
keperawatan, lembar observasi 3,3 - 2,5 =
4. Kalibrasi rutin alat-alat kesehatan 0,1 3 0,3 0,8
5. Terdapat administrasi penunjang: 0,2 4 0,8
buku rekam medik
6. Mempunyai peralatan oksigenasi 0,1 2 0,2
dan semua perawat ruangan
mampu menggunakannya
TOTAL 1 3,3

WEAKNESS
1. Kamar mandi pasien sudah 0,3 2 0,6
bersih, pencahayaan cukup, tidak
licin, namun belum ada bel pada
kamar mandi/kamar pasien
2. Penanda pasien risiko jatuh sudah 0,2 2 0,4
ada, namun belum ada penanda
untuk pasien resiko tinggi
penularan seperti HbsAg, MRSA,
dan ESBL
3. Lemari B3 sudah tersedia namun 0,2 4 0,8
belum efektif digunakan.
4. Fasilitas AC dan kipas angin 0,1 3 0,3
sudah memadai di ruangan namun
terdapat 3 AC di kamar pasien
kelas 3 dan 1 kipas angin di ruang
pertemuan tidak berfungsi
5. Terdapat beberapa pasien TAO 0,2 2 0,4
namun belum ada penanda pasien
menjalani puasa pre-op
TOTAL 1 2,5

Faktor Strategi Eksternal (EFAS)


OPPORTUNITY O-T =
1. Adanya kesempatan untuk 0,4 4 1,6 3,4 – 3,3=
bekerjasama dalam upaya 0,1
pengadaan alat-alat baru dalam
hal sarana prasarana serta alat

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 17


NO ANALISA SWOT
kesehatan dalam hal perawatan
dan perbaikan yang rusak dari
pihak internal dan eksternal
Rumah Sakit
2. Adanya kesempatan menambah 0,3 3 0,9
anggaran untuk pengadaan alat-
alat kesehatan, sarana prasarana
yang dibutuhkan.
3. Adanya kesempatan perawat 0,3
BOBOT 3RATING BOBOT
0,9 X RATING
untuk mengikuti pelatihan
mengenai pengunaan
perkembangan teknologi terbaru.
TOTAL 1 3,4
THREATENED
1. Adanya perkembangan teknologi 0,2 4 0,8
dalam bidang kesehatan yang
semakin pesat
2. Adanya peningkatan harga alat- 0,1 2 0,2
alat medis
3. Ada tuntutan tinggi dari 0,3 4 1,2
masyarakat untuk melengkapi
sarana dan prasarana
4. Adanya standart rumah sakit yang 0,3 3 0,9
meningkat (JCI)
5. Peningkatan jumlah kunjungan 0,1 2 0,2
pasien dan jumlah tenaga kerja
TOTAL 1 3,3

NO ANALISA SWOT
BOBOT RATING BOBOT X RATING
3 M3 (Method)
MAKP
Faktor Strategi Internal (IFAS)
STRENGTH
1. RS memiliki visi, misi dan motto 0,2 3 0,6
sebagai acuan melaksanakan
kegiatan pelayanan
2. Ada kualifikasi S1 keperawatan 0,2 2 0,4
sebanyak 14 orang dan jumlah 0,2 3 0,6
tenagan D3 keperawatan
sebanyak 9 orang S –W
3. Terlaksananya komunikasi yang 0,2 4 0,8 3,2 – 5=
adekuat : Perawat dan tenaga -1,8
kesehatan lain di ruangan
TOTAL

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 18


NO ANALISA SWOT
BOBOT RATING BOBOT X RATING
0,2 4 0,8

1 3,2
WEAKNESS
1. Belum ada pembagian tugas dan 0,5 5 2,5
tanggung jawab yang jelas.
2. Belum diterapkannya penetapan
model MAKP, masih 0,5 5 2,5
menggunakan model fungsional

TOTAL 1 5
Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa keperawatan 0,3 2 0,6
2. Ada kerjasama yang baik antara
mahasiswa dengan perawat 0,4 4 0,8
ruangan
3. Adanya kebijakan pemerintah 0,3 4 1,2
tentang profesional perawat
TOTAL 1 2,6
O–T
THREATENED
2,6 – 3,35 =
1. Adanya tuntutan masyarakat 0,35 4 1,4
-0,75
yang semakin tinggi terhadap
peningkatan pelayanan
keperawatan yang lebih
professional
2. Makin tinggi kesadaran 0,3 3 0,9
masyarakat akan hukum
3. Makin tinggi kesadaran 0,35 3 1,05
masyarakat mengenai kesehatan
TOTAL 1 3,35

NO ANALISA SWOT
BOBOT RATING BOBOT X RATING
4 M4 (MONEY)
Faktor Strategi Internal (IFAS)
STRENGTH
1. Pembiayaan ruangan dan 0,4 4 0,8
pelatihan pegawai ruangan
berasal dari IRINA
2. Ada pendapatan dari jasa
pelayanan pasien berupa 0,3 4 1,2
remunerasi yang didapat setiap S-W=
bulan 3,2-3=
3. Gaji pegawai RS W terdiri dari 0,3 4 1,2 0,2
gaji pokok dan remunerasi
TOTAL 1 3,2

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 19


NO ANALISA SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING
WEAKNESS
1. Mayoritas pasien menggunakan 0,6 3 1,8
ansuransi JKN
2. Pencairan remunerasi yang di 0,4 3 1,2
dapat pegawai setiap bulannya
belum sesuai dengan tanggal
yang ditetapkan
TOTAL 1 3

Faktor Strategi Eksternal


(EFAS)
OPPORTUNITY
1. RSUD Dr.Soetomo merupakan 0,5 4 2
rumah sakit rujukan di wilayah
Jawa Timur
2. Adanya pasien non BPJS 0,2 3 0,6
(umum atau jenis ansuransi
swasta) yang dapat
meningkatkan income RS
3. Sebagai Rumah Sakit 0,3 4 1,2
pendidikan untuk praktik
mahasiswa program studi
kesehatan
TOTAL 1 3,8
O-T=
THREATENED
3,8-3= 0,8
1. Adanya tuntutan yang lebih 0,5 3 1,5
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
kesehatan yang lebih
profesional sehingga
membutuhkan pendanaan yang
lebih besar untuk mendanai
sarana dan prasarana
2. Jumlah pasien yang 0,5 3 1,5
menggunakan BPJS lebih
banyak daripada pasien umum
TOTAL 1 3

NO ANALISA SWOT
BOBOT RATING BOBOT X RATING
5 Mutu (M5)
Faktor Strategi Internal (IFAS)

STRENGTH
1. Sebagian besar pasien 0,15 4 0,6
mengatakan puas terhadap
kinerja perawat

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 20


NO ANALISA SWOT
2. Tidak ada pasien jatuh selama 1 0,3
BOBOT 4RATING 1,2
BOBOT X RATING
bulan terakhir dan dalam 2 hari
pengkajian
3. Dekubitus tidak ditemukan 0,2 4 0,8
selama pengkajian maupun 1
bulan terkahir
4. Selama pengkajian 2 hari tidak 0,2 4 0,8 S–W
ditemukan pasien yang 4 – 2,4 = 1,6
mengalami nyeri berat
5. Tingkat pengetahuan tenaga 0,15 4 0,6
kesehatan mengenai 5 momen
cuci tangan, 6 langkah cuci
tangan menurut WHO sudah
baik
TOTAL 1 4
WEAKNESS
1. Sebagian kecil pasien 0,2 2 0,4
mengatakan kurang puas
terhadap kinerja perawat
2. Penulisan metode SBAR sudah 0,2 2 0,4
lengkap, sebagian besar perawat
sudah menuliskan konten
asuhan keperawatan sesuai
SDKI, SLKI, dan SIKI, namun
ada beberapa yang belum sesuai
3. TBAK jarang dilakukan karena 0,2 2 0,4
dokter langsung menuju ke
ruangan saat itu juga dan
menginstruksikan secara
langsung
4. Pasien risiko tinggi jatuh sudah
terpasang sticker risiko jatuh 0,4 3 1,2
pada gelang identitas, namun
ada beberapa yang belum
terpasang tanda risiko jatuh di
bed pasien.
TOTAL 1 2,4
Faktor Strategi Eksternal
(EFAS)
OPPORTUNITY O–T
1. Terdapat mahasiswa 0,2 4 0,8 3,6 – 3 = 0,6
keperawatan praktik manajemen
di ruangan
2. Kerjasama yang baik perawat 0,2 3 0,6
dengan mahasiswa
3. Adanya sistem PK, 0,2 3 0,6
meningkatkan profesionalisme
perawat

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 21


NO ANALISA SWOT
4. Sistem rujukan dan BPJS 0,4 BOBOT 4RATING 1,6
BOBOT X RATING
menambah income rumah sakit
dan pasien bertambah
TOTAL 1 3,6

THREATENED
1. Tuntutan pasien dalam 0,5 4 2
peningkatan standar pelayanan
yang harus dipenuhi
2. Pola pikir masyarakat yang 0,3 2 0,6
lebih kritis
3. Adanya persaingan antar RS 0,2 2 0,4
TOTAL 1 3

Identifikasi masalah
1. Beban kerja perawat yang terlalu tinggi pada shift pagi dan sore
2. Belum ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas.
3. Belum diterapkannya model asuhan keperawatan profesional (MAKP) yang sesuai
4. Pasien risiko tinggi jatuh sudah dan ada yang belum terpasang sticker risiko jatuh pada
gelang identitas dan ada beberapa yang belum terpasang tanda risiko jatuh di bed pasien

Rencana strategi pengelolaan MAKP


Berdasarkan masalah diatas saya menerapkan model MAKP yaitu modifikasi model
MAKP Tim dan Primer yaitu Moduler, dengan alasan MAKP primer tidak bisa digunakan
secara murni karena perawat harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 atau setara.
Begitu juga dengan MAKP Tim, tidak bisa digunakan secara murni karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terbagi pada berbagai tim. Melalui kombinasi kedua model
tersebut diharapkan Asuhan Keperawatan dapat berjalan dengan baik, dengan akuntabilitas
asuhan keperawatan terdapat pada perawat primer atau bimbingan tentang asuhan
keperawatan diberikan oleh perawat primer/ ketua tim kepada lulusan D3 (Sitorus, 2002)

Keunggulan MAKP Primer Tim :

1. Berdasarkan pada kelompok dan tindakan komperehensif dari filosofi keperawatan


2. 6-7 perawat professional dan perawat pelaksana bekerja sebagai satu tim, disupervisi
oleh ketua tim
3. Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan keperawatan
4. Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan
dan pelaksana
5. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim yang terdiri atas tenaga professional, teknikal
dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 22


Struktur Bagan Metode Tim Primer (Modifikasi)

Berikut ini rencana strategi pengelolaan MAKP yang dapat diterapkan pada Ruang Rawat
Inap B RS W :
a) Mendiskusikan bentuk dan penerapan model MAKP yang dilaksanakan, yaitu modifikasi:
model MAKP Tim dan Primer
b) Mengajukan proposal MAKP dan melaksanakan diseminasi awal.
c) Sosialisasi hasil diseminasi.
d) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.
e) Melakukan pembagian peran perawat.
f) Menentukan diskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.
g) Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat.
h) Menerapkan model MAKP yang sudah ditentukan.

Dasar Pertimbangan Pemilihan Model MAKP Tim Primer


1. Sesuai dengan visi misi rumah sakit yang diharapkan
2. Proses keperawatan bersifat kontinuitas dan komprehensif
3. Terpenuhinya kebutuhan secara individu
4. Asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.

Profesi Manajemen Program A2015/2020[Type text]Page 23

Anda mungkin juga menyukai