NIM: 131913143076
RUANG: Bedah Herbra
SOAL
Anda adalah Kepala Ruang Rawat Inap B di RS W. Direktur meminta anda diminta untuk
menerapkan MAKP di ruangan yang belum pernah menerapkan MAKP. Perawat Ruang B
terdiri dari 30 perawat dengan latar belakang Ners 14 orang dan DIII Keperawatan 16
orang. Kapasitas tempat tidur adalah 42TT dengan BOR 83%.
Pertanyaan:
1. Buat perencanaan MAKP dengan memperhatikan aspek 5M (mulai dari pengumpulan
data, analisis-SWOT, identifikasi masalah)
2. Susun rencana strategi pengelolaan MAKP yang tepat!
JAWABAN:
Pengumpulan data
Visi RS W
Menjadi rumah sakit tersier yang terpercaya, aman, bermutu tinggi dan mandiri
Misi RS W
1. Menyelenggarakan pelayanan dan jejaring pelayanan sebagai rumah sakit
rujukan tersier yang aman, bermutu tinggi dan terjangkau.
2. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan yang
berintegritas tinggi, profesional, inovatif dan melakukan jejaring pendidikan
penelitian yang terintegrasi (Academic Health Care), pusat pengembangan bidang
kesehatan yang bermutu tinggi serta mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang handal.
3. Mewujudkan kehandalan sarana dan prasarana penunjang pelayanan yang
terstandar serta lingkungan kerja yang aman dan nyaman.
4. Menyelenggarakan tata kelola organisasi yang terintegrasi, efektif efisien dan
akuntabel.
Tenaga Medis :
NO Kualifikasi Jumlah
1 S1 Keperawatan 14
2 D3 Keperawatan 16
86 x 16 = 4,64 = 5 orang
297
Keterangan: Angka 86 merupakan jumlah hari libur atau lepas dinas dalam 1 tahun,
sedangkan 297 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun.
Jumlah perawat yang dibutuhkan perhari sesuai dengan metode Douglas adalah: 16
orang + 2 orang struktural (PJ dan Wakil PJ) + 5 orang lepas dinas dengan total 23
orang perawat. Berdasarkan data tersebut maka terdapat kelebihan tenaga
keperawatan sejumlah 7 orang.
1) Metode Gillies
Keterangan:
A : Rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B : Rata-rata jumlah pasien/hari
C : Jumlah hari/tahun
D : Jumlah hari libur masing-masing perawat
E : Jumlah jam kerja masing-masing perawat
F : Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat/tahun
G : Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat/tahun
H : Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga keperawatan dengan Metode
Gillies di Ruang Bedah Herbra RSUD Dr. Soetomo Surabaya hari Senin, 02 Maret
2020
a) Jumlah pasien : 34 orang
Minimal care : 22 orang
Partial care : 7 orang
Total care : 5 orang
b) Jumlah perawatan/pasien/hari
Perawatan langsung:
Mandiri : 22 x 2 jam = 44 jam
Sebagian : 7 x 3 jam = 21 jam
Total : 5 x 6 jam = 30 jam
Jumlah = 95 jam
Perawatan tidak langsung: 34 x 1 jam = 34 jam
Pendidikan kesehatan : 34 x 0,25 jam = 8,5 jam
Total jam keseluruhan : 95 jam + 34 jam + 8,5 jam = 137,5 jam
Jadi jumlah perawatan/pasien/hari = 137,5 jam/34 pasien = 4,04 jam/pasien/hari
c) Kebutuhan tenaga keperawatan dengan Metode Gillies
4,04 jam/pasien/hari x 34 pasien/hari x 365 hari = 50136,4 = 24,44
(365 hari - 72 hari) x 7 jam 2051
20% x 24,44 = 4,88 = 5 orang
Jadi kebutuhan tenaga keperawatan yaitu sebanyak 24,44 orang dibulatkan menjadi
24 orang + 5 orang = 29 orang
d) Jumlah kebutuhan tenaga perawat per hari
34 x 4,04 jam = 19,62 = dibulatkan menjadi 20 orang
7 jam
Shift pagi
Shift sore
Waktu produktifitas : 350 menit
Tidak produktif : 70 menit
Jumlah jam kerja : 420 menit
Prosentase produktivitas kerja : 83,33%
Shift malam
Waktu produktifitas : 320 menit
Tidak produktif : 280 menit
Jumlah jam kerja : 600 menit
Prosentase produktivitas kerja : 53,33 %
Keterangan:
- Tinggi > 80 %
- Sedang 60 – 80 %
- Rendah < 60 %
Berdasarkan tabel di atas hasil beban kerja perawat ruangan pada shift pagi sebanyak
90,47%. Beban kerja pada shift pagi meningkat karena hampir semua kegiatan dilakukan
pada pagi hari dalam waktu yang bersamaan, seperti injeksi obat, rawat luka, penerimaan
pasien baru, pemberian edukasi (PKRS) dan mengantar pasien operasi. Pada shift sore beban
kerja perawat memiliki presentase 83,33%. Hasil ini lebih ringan dibandingkan dengan shift
pagi dikarenakan sebagian besar kegiatan sudah dilakukan pada shift pagi, sehingga shift sore
tinggal melanjutkan tindakan yang belum bisa terlaksana pada shift sebelumnya. Sedangkan
pada shift malam didapatkan prosentase yang lebih rendah yaitu 53,33%. Hal ini jelas terlihat
karena pada shift malam perawat tinggal melanjutkan terapi yang sudah dijadwalkan pada
shift sebelumnya. Sehingga beban kerja lebih rendah dibandingkan 2 shift sebelumnya.
Jumlah yang
No Jenis alat Jumlah ideal Kondisi Usulan
tersedia
1 Bel kamar mandi 0 1:1 - Ditambah 1:1
2 Jam dinding 3 2/ruangan Baik -
3 Trolly cucian 1 1-2 ruangan Baik -
bersih
3 Trolly cucian kotor 1 1-2 ruangan Baik -
4 Kereta makan 1 1/ruangan Baik -
pasien
5 Kursi pasien 37 37 Baik -
6 Meja pasien 37 37 Baik -
7 Sarung bantal 111 Secukupnya Baik -
8 Baju pasien 37 Secukupnya Baik -
9 Perlak 111 Secukupnya Baik -
10 Bantal dewasa 37 Secukupnya Baik -
11 Tempat tidur 37 1:1 Baik -
pasien
12 Alat pemadam 5 1/ruangan Baik -
kebakaran
13 Stik laken 111 Secukupnya Baik -
14 Brankart 2 2/ruangan Baik
15 Dapur 2 1/ruangan - -
16 Wastafel cuci 7 2/ruangan Baik -
tangan
17 Komputer 3 2/ruangan Baik -
18 Telepon 1 1/ruangan Baik -
19 Air Condition 12 4/ruangan 3 kurang baik -
(AC)
20 Kipas Angin 12 Secukupnya 1 kurang baik -
21 Kursi roda 3 2/ruangan Baik -
22 Apar 6 Secukupnya baik
Sumber: Ruang Rawat Inap B RS W
M3 (MAKP)
Timbang Terima
Hasil pengumpulan data melalui kuesioner dan observasi yang dilakukan tanggal 4-8
Mei 2020 kepada perawat Ruang rawat inap B didapatkan data bahwa timbang terima
dilakukan di ruang timbang terima setiap pergantian shift dan dihadiri oleh perawat yang
bertugas. Kepala ruangan hadir di timbang terima saat shift pagi. Hal ini sesuai dengan hasil
angket terhadap perawat yang menunjukkan bahwa setiap timbang terima dihadiri perawat
yang berkepentingan (100%) kecuali untuk shift sore dan malam tanpa kepala ruangan.
Supervisi
Berdasarkan hasil kuesioner dari 7 perawat yang dinas pagi di ruang rawat inap B pada
tanggal 4 – 8 Mei 2020 didapatkan hasil, sebanyak 100% perawat menegaskan bahwa
supervisi telah dilakukan di ruang rawat inap B. Sebanyak 20% perawat menyatakan bahwa
pelaksanaan supervisi tidak sesuai jadwal yang ada. 80% perawat menyatakan supervisi
dilakukan setiap bulan dan 20% perawat menyatakan supervisi dilakukan setiap 1 tahun
sekali. Sebanyak 90% menyatakan bahwa supervisi dilakukan oleh kepala ruangan dengan
100% perawat menyatakan pelaksanaan supervisi sudah sesuai dengan alur yang ada dan
sudah ada format baku penilaian supervisi untuk setiap tindakan yang dilakukan. 100%
perawat menyatakan bahwa hasil supervisi selalu disampaikan diakhir supervisi, serta
mendapatkan feed back terkait supervisi dari supervisor. Sebanyak 100% mengatakan ada
follow up untuk setiap hasil dari supervisi, dan 50% perawat menyatakan pernah
mendapatkan pelatihan atau sosialisasi tentang supervisi.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh tim sebelumnya pada tanggal 2 – 4 Maret 2020
belum ada pelaksanaan supervisi di ruang rawat inap B
Discharge Planning
Berdasarkan hasil kuesioner dari 10 perawat yang dinas pagi di ruang rawat inap B pada
tanggal 4 – 8 Maret 2020 bahwa seluruh perawat (100%) mengerti dan sudah melaksanakan
Discharge planning, serta memberikan KIE saat pelaksanaan Discharge planning. 100%
perawat menyatakan bahwa Discharge planning dilaksanakan mulai pasien MRS hingga
pasien akan KRS. Beberapa perawat (70%) menyatakan belum terdapat pembagian tugas
terhadap Discharge planning oleh kepala ruangan. 80% perawat menyatakan bahwa yang
biasa melakukan Discharge planning adalah semua perawat, 50% perawat menyatakan belum
ada pemberian brosur/leaflet saat pelaksanaan Discharge planning, namun seluruh perawat
sudah memberikan edukasi secara lisan. Seluruh perawat (100%) selalu mendokumentasikan
Discharge planning yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan hasil kuesioner dari 7 perawat Ruang rawat inap B didapatkan hasil 100%
perawat menyatakan mengetahui tentang sentralisasi obat, perawat sering menerapkannya
saat penerimaan pasien baru. Sebanyak 50% perawat menyatakan ada format persetujuan
khusus untuk sentralisasi obat dari pasien. Berdasarkan hasil FGD 6 Maret 2020 bersama
kepala dan perawat ruangan bahwa tidak ada format persetujuan sentralisasi obat dari pasien
tetapi dokter langsung menuliskan di RPO dan dokter memberikan penjelasan terkait
pengobatan. Sebanyak 100% menyatakan di ruang rawat inap B terdapat ruangan khusus
untuk sentralisasi obat dengan menggunakan sarana dan prasarana pendukung sentralisasi
obat lengkap, sebanyak 100% perawat memisahkan kepemilikan obat-obatan pasien.
Sebanyak 10% perawat sebelum memberikan obat kepada pasien tidak selalu
menginformasikan jumlah kepemilikan obat yang telah digunakan dan 90% perawat
menginformasikan kepimilikan obat kepada pasien. Sebelumnya perawat bersama dengan
apoteker sudah mengedukasi terkait pengelolaan obat kepada pasien saat pasien pertama
masuk rumah sakit dan sebanyak 100% memeriksa RPO terlebih dahulu sebelum Bapak/Ibu
memberikan obat ke pasien.
Dokumentasi
Berdasarkan data hasil kuesioner dari 7 perawat yang dinas pagi di ruang rawat inap B
bahwa perawat (90%) sudah menggunakan model dokumentasi keperawatan SOAPI dan
sudah memahami cara pengisian format dokumentasi yang ada di rekam medis. Seluruh
perawat (100%) menyatakan bahwa di ruang rawat inap B sudah tersedia petunjuk pengisian
format dokumentasi di rekam medis, dan format tersebut bisa memudahkan perawat dalam
melakukan pengkajian kepada pasien. Sebanyak 100% perawat menyatakan bahwa proses
pemeriksaan kelengkapan dokumentasi di rekam medis sudah dilaksanakan, dimana 80%
perawat menyatakan pemeriksaan dilakukan setiap timbang terima, 10% perawat
melakukannya setiap hari, dan 10% perawat melakukannya setiap minggu. Selain itu, perawat
(100%) menyatakan bahwa pendokumentasian di ruangan ini telah sesua dengan aspek
LLARB (Legalitas, Lengkap, Akurat, Relevan, dan Baru).
Hasil angket pada 7 responden, didapatkan hasil 100 % perawat Ruang rawat inap B
mengerti bagaimana penerimaan pasien baru. Sebanyak 80% menyatakan bahwa perawat
mengerti pembagian tugas tentang penerimaan pasien baru dan sebanyak 80% menyatakan
belum ada pembagian yang jelas tugas tentang penerimaan pasien baru. Hasil Forum Group
Discussion (FGD) menunjukkan pembagian tugas penerimaan pasien baru berdasarkan
kondisi ruangan dan apa adanya perawat. Sebanyak 100% perawat menyatakan melakukan
teknik penerimaan pasien baru secara lisan dan tulisan. Sebanyak 100% perawat melakukan
pendokumentasian selesai melakukan penerimaan pasien baru. Berdasarkan hasil tersebut
alur penerimaan pasien baru dan pemahaman perawat di Ruang rawat inap B perlu dirubah
dengan melakukan pembagian tugas
Berdasarkan hasil pengumpulan data kuesioner sejumlah 7 perawat ruangan rawat inap
B, sebanyak 100% perawat menyatakan bahwa ruangan tidak pernah melakukan ronde
keperawatan, karena tidak adanya pembagian tugas yang jelas dan jarang terdapat kasus
pasien yang langka atau berat.
Penggajian Pegawai
Sumber gaji pegawai di Ruang Bedah Herbra dijabarkan sebagai berikut:
Pegawai honorer mendapatkan gaji dari RS W. Hal tersebut sesuai dengan Surat Keputusan
Direktur Rumah Sakit W Nomor 188.4/737/301/SK/2014 tanggal 20 Januari 2014 tentang
pedoman pemberian gaji pegawai harian kontrak di lingkungan RS W yang terdiri dari gaji
pokok, remunerasi, serta tunjangan daerah.
M5 (Mutu)
Berdasarkan data yang didapatkan dari komite mutu ruang Rawat Inap B terkait mutu
pelayanan kesehatan didapatkan penilaian keselamatan pasien di ruang Rawat Inap B yaitu:
Tabel 2.31 Penilaian Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap B RS W 12 - 13 Mei 2020
No Penilaian 28/02/2020 29/02/2020
1. Pasien jatuh 0 0
2. Cedera restraint 0 0
3. Dekubitus 0 0
4. Salah obat 0 0
5. Infeksi luka operasi 0 0
6. Phlebitis 0 0
7. Infeksi pemasangan kateter 0 0
8. Nyeri 9 9
9. Perawatan diri 0 0
Berdasarkan grafik diatas, menjelaskan bahwa hasil pengkajian pada 12 – 13 Mei 2020 tidak
terdapat pasien jatuh, tidak ada yang dilakukan restraint, tidak ada dekubitus, salah obat,
infeksi luka operasi, phlebitis, infeksi pemasangan kateter, dan perawatan diri, namun
sebanyak 9 pasien yang mengeluh nyeri.
Penilaian nyeri dilakukan dengan menggunakan instrument Visual Aid Scale (VAS)
instrument penilaian nyeri umumnya ada pada setiap status pasien tetapi belum diisi secara
rutin setiap hari.
Tabel 2.37 Kategori Nyeri Pasien di Ruang Rawat Inap B RS W tanggal 12-13 Mei 2020
No Kategori 12/05/2020 13/05/2020
1. Tidak nyeri 26 (%) 26 (%)
2. Ringan 6 (%) 6 (%)
3. Sedang 3 (%) 3 (%)
NO ANALISA SWOT
1 M1 (Man) BOBOT RATING BOBOT X RATING
Faktor Strategi Internal (IFAS)
STRENGTH
1. RS memiliki visi, misi dan 0,3 3 0,9
moto sebagai acuan
melaksanakan kegiatan
pelayanan 0,5 4 2,0
2. Jumlah tenaga kesehatan sangat
mencukupi dihitung dengan
metode Douglas sebanyak 23
orang dan Gillies sebanyak 29
orang. Sedangkan jumlah
perawat di Rawat Inap B
sebanyak 30 orang dengan S–W
masing-masing : 3,5 – 3 =
- S1 Ners : 14 orang 0,5
- D3 : 16 orang 0,2 3 0,6
3. Adanya sistem pengembangan
staf berupa sekolah ke tingkat
lebih lanjut serta pelatihan dan
semua perawat telah mengikuti
WEAKNESS
1. Kamar mandi pasien sudah 0,3 2 0,6
bersih, pencahayaan cukup, tidak
licin, namun belum ada bel pada
kamar mandi/kamar pasien
2. Penanda pasien risiko jatuh sudah 0,2 2 0,4
ada, namun belum ada penanda
untuk pasien resiko tinggi
penularan seperti HbsAg, MRSA,
dan ESBL
3. Lemari B3 sudah tersedia namun 0,2 4 0,8
belum efektif digunakan.
4. Fasilitas AC dan kipas angin 0,1 3 0,3
sudah memadai di ruangan namun
terdapat 3 AC di kamar pasien
kelas 3 dan 1 kipas angin di ruang
pertemuan tidak berfungsi
5. Terdapat beberapa pasien TAO 0,2 2 0,4
namun belum ada penanda pasien
menjalani puasa pre-op
TOTAL 1 2,5
NO ANALISA SWOT
BOBOT RATING BOBOT X RATING
3 M3 (Method)
MAKP
Faktor Strategi Internal (IFAS)
STRENGTH
1. RS memiliki visi, misi dan motto 0,2 3 0,6
sebagai acuan melaksanakan
kegiatan pelayanan
2. Ada kualifikasi S1 keperawatan 0,2 2 0,4
sebanyak 14 orang dan jumlah 0,2 3 0,6
tenagan D3 keperawatan
sebanyak 9 orang S –W
3. Terlaksananya komunikasi yang 0,2 4 0,8 3,2 – 5=
adekuat : Perawat dan tenaga -1,8
kesehatan lain di ruangan
TOTAL
1 3,2
WEAKNESS
1. Belum ada pembagian tugas dan 0,5 5 2,5
tanggung jawab yang jelas.
2. Belum diterapkannya penetapan
model MAKP, masih 0,5 5 2,5
menggunakan model fungsional
TOTAL 1 5
Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya mahasiswa keperawatan 0,3 2 0,6
2. Ada kerjasama yang baik antara
mahasiswa dengan perawat 0,4 4 0,8
ruangan
3. Adanya kebijakan pemerintah 0,3 4 1,2
tentang profesional perawat
TOTAL 1 2,6
O–T
THREATENED
2,6 – 3,35 =
1. Adanya tuntutan masyarakat 0,35 4 1,4
-0,75
yang semakin tinggi terhadap
peningkatan pelayanan
keperawatan yang lebih
professional
2. Makin tinggi kesadaran 0,3 3 0,9
masyarakat akan hukum
3. Makin tinggi kesadaran 0,35 3 1,05
masyarakat mengenai kesehatan
TOTAL 1 3,35
NO ANALISA SWOT
BOBOT RATING BOBOT X RATING
4 M4 (MONEY)
Faktor Strategi Internal (IFAS)
STRENGTH
1. Pembiayaan ruangan dan 0,4 4 0,8
pelatihan pegawai ruangan
berasal dari IRINA
2. Ada pendapatan dari jasa
pelayanan pasien berupa 0,3 4 1,2
remunerasi yang didapat setiap S-W=
bulan 3,2-3=
3. Gaji pegawai RS W terdiri dari 0,3 4 1,2 0,2
gaji pokok dan remunerasi
TOTAL 1 3,2
NO ANALISA SWOT
BOBOT RATING BOBOT X RATING
5 Mutu (M5)
Faktor Strategi Internal (IFAS)
STRENGTH
1. Sebagian besar pasien 0,15 4 0,6
mengatakan puas terhadap
kinerja perawat
THREATENED
1. Tuntutan pasien dalam 0,5 4 2
peningkatan standar pelayanan
yang harus dipenuhi
2. Pola pikir masyarakat yang 0,3 2 0,6
lebih kritis
3. Adanya persaingan antar RS 0,2 2 0,4
TOTAL 1 3
Identifikasi masalah
1. Beban kerja perawat yang terlalu tinggi pada shift pagi dan sore
2. Belum ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas.
3. Belum diterapkannya model asuhan keperawatan profesional (MAKP) yang sesuai
4. Pasien risiko tinggi jatuh sudah dan ada yang belum terpasang sticker risiko jatuh pada
gelang identitas dan ada beberapa yang belum terpasang tanda risiko jatuh di bed pasien
Berikut ini rencana strategi pengelolaan MAKP yang dapat diterapkan pada Ruang Rawat
Inap B RS W :
a) Mendiskusikan bentuk dan penerapan model MAKP yang dilaksanakan, yaitu modifikasi:
model MAKP Tim dan Primer
b) Mengajukan proposal MAKP dan melaksanakan diseminasi awal.
c) Sosialisasi hasil diseminasi.
d) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.
e) Melakukan pembagian peran perawat.
f) Menentukan diskripsi tugas dan tanggung jawab perawat.
g) Melakukan pembagian jadwal serta pembagian tenaga perawat.
h) Menerapkan model MAKP yang sudah ditentukan.