Anda di halaman 1dari 97

'[iT

;t'1.$['l ,**!l

F**** mr

8,.
USTAKAAN
WATIMUR

,2 M. Sayut
I Fadliffah

.. S, *
Pengukuran
Teknik

M. Sayuthi
Fadlisyah
Syarituddin
MTLIK
Urdeo PcrPwukrsc
Pengukuran Tekni -Propiott
lava Tirnur
Oleh : M. SaYuthi
FadlisYah
SYarifuddin
ttb ,u$2

Edisi Pertama
Cetakan Pertama, 2008

Hak Cipta O 2008 Pada Penulis'


KATA PENGANTAR
atau
ff"f. iii" dilindungi undang-undang' Dilarang memperbanyak
atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa
memindahkan sebagian
pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi'
'*"t turn, atau dengan teknik perekaman lainnya' tanpa izin tertulis
dari penerbit.

engan mengucapkan pujidan syukur kehadirat Al-


GRAHA TLMU
lah SWT, dimana atas rahmat dan karunia-Nya Pen-
Candi Gebang Permai Blok R/6
Yogyakarta 5551 I ulis telah dapat menyelesaikan buku yang berjudul
reip. :0274-882262;0274-4462135 "PENGUKURAN TEKNIK."
Fax. :0274-M62136
Rasa terima kasih penulis ucapkan Bapak Jozep Edy-
E-mail : info@grahailmu'co'id
anto (Direktur Graha llmu) yang telah membuat penerbitan
ini menjadi mungkin. Rasa terima kasih penulis ucapkan
juga untuk Bapak Drs. A. Hadi Arifin, M.Si, selaku Rektor
M. SaYuthi, FadlisYah; SYarifuddin Universitas Negeri Malikussaleh, Bapak Rasyidin, MA, se-
Pengukuran Teknik,/M' Sayuthi' Fadlisyah;
Syarifuddin laku Pembantu Rektor I Universitas Malikussaleh, Bapak lr.
- Edlsi Pertama - Yogyakarta'' Graha flmu' T. Hafli, MT, Bapak lr. Jalaluddin, MI Bapak lr. Muhammad,
2008
x + 180 hlm, 1 JiI' : 21 cm' ML Bapak Ferri Safriwardi, M| Bapak Dr. Nasir Usman, lbu
Dr. Murniati, Bapak lr. lshaq, MT, Bapak Arnawan, ML Mas
lSBN: 978-9't 9-7 56-362-2 Edi Mulyanto, S.Si, Bapak Arhami, M.Kom, Taufiq, MI, Andik

r. Judul Bintoro, SL lbu Fatimah, SI ML Bapak Salwin, Ml Bapak lr.


l. Teknik
Ponidi5anjaya, Lisa Pebrina (Teknik Sipil USU), lskandarsyah
(Universitas Padjadjaran), Muchsin (S1 Teknik lndustri Uni-
Mesin Politeknik
versitas Pasundan), M. lqbal (Dlll Teknik
yang telah
Bandung), Mirza Zamzami dan pihak-pihak
penulis dapat
memberi bantuan dan bimbingan sehingga
menyelesaikan naskah Pengukuran Teknik
ini' yang tidak
dapat disebutkan satu Per satu'
mem-
Pengukuran dalam arti yang umum adalah
acuan/pem-
bandingkan suatu besaran dengan besaran DAFTAR ISI
bandi ng/referensi. Pengukuran Teknik
merupakan mata ku-
liah wajib pada jurusanTeknik Mesin, dan
untuk membantu
pemahaman bagi mahasiswa teknik' maka kami
rancang
tentang
sebuah buku yang sistematis yang membahas
pegang
pengukuran' Buku Pengukuran Teknik yang Anda
Pengukuran'
ini membahas secara terperinci : Konsep Dasar KATA PENGANTAR V
Alat Ukur &
Jenis Alat Ukur & Cara Pengukuran, Konstruksi DAFTAR ISI vii
Deviasi
Prinsip Kerja, Sifat-sifat Alat Ukur, dan Berbagai
Dalam Pengukuran. . TOLERANSI BENTUKDAN POSISI..................
BAB 1
Penulis menyadari walaupun penulisan buku
ini
1.1 Beberapa DefinisidanSimbolyang
telah selesai, namun masih banyak terdapat kekurangan- Digunakan
yang ter-
kekurangan baik dalam tulisan ataupun materi 1.2 Aturan Penulisan Simbol Toleransi
perbaikan dan
cakup. Untuk itu kritikan dan saran untuk Pada Gambar Teknik....
kesempurnaan buku ini sangat penulis harapkan' 1.3 Contoh Penggunaan dan ArtiSimbol
Toleransi Bentuk & Posisi....... 11

1.4 Cara Penulisan Spesifikasi Permukaan Pada


Penulis
Gambar Teknik ................ 16

BAB 2 _ KONSEP DAS4R........ 23


2.1 Besaran Standar Panjang 27
2.2 Kalibrasi dan Standar Panjang Praktis............ 38

vi e.*ou*r*nTrrHtr
I
BAB 3 - JENIS ALAT UKUR DAN CARA 6.4 Penyimpangan yang Berasaldari
PENGUKURAN 61 Lingkungan 172
6.5 Penyimpangan yang Berasaldari
BAB 4 _ KONSTRUKSI ALAT UKUR DAN Operator 177
PRINSIP KERJA 79
4.1 Sensor 81 DAFTAR PUSTAKA.... 179
4.2 Pengubah 82 TENTANG PENULIS 18',|
4.3 Penunjukdan Pencatat ................'.. 117
4.4 Pencatat 136

BAB 5- SIFAT UMUM ALAT UKUR 141


5.1 RantaiKalibrasidanKeterlacakan.................... 142
5.2 Kecermatan 144
5.3 Kepekaan 145
5.4 Keterbacaan 148
5.5 Histerisis 149
5.6 Kepasifan.... 151

5.7 Pergeseran. 152


5.8 Kestabilan nol .............. '153

5.9 Pengambangan............... 153

BAB 6 - KESALAHAN/PENYIMPANGAN
PROSES PENGUKURAN................ 1ss
6.1 Penyimpangan yang Berasaldari
Alat Ukur 161

6.2 Penyimpangan yang Berasal dari


Benda Ukur............. 163
6.3 Penyimpangan yang Berasaldari
Posisi Pengukuran........... 167

vlll PerucurunRru TErutr Dnrren lsr lx


I
TOLERANSI BENTUK
dan
POSTST

uatu bentuk atau posisi yang dibuat dengan suatu


proses produksi tidaklah mungkin dicapai dengan
sempurna. Oleh karena itu, seperti halnya pada uku-
ran, bentukdan posisi tersebut haruslah diperbolehkan me-
nyimpang dalam batas-batas yang tertentu. Hal ini dapat
dipahami sesuai dengan sifat ketidaktelitian dan ketidakte-
patan proses pembuatan.
Toleransi ukuran sesungguhnya juga membatasi be-
berapa kesalahan bentukdan posisi. Permukaan komponen
yang dikerjakan dengan demikian boleh menyimpang dari
kondisi geometrik tertentu dengan catatan bahwa penyim-
pangan ini masih dalam daerah toleransi ukuran. Semen-
tara itu, untuk mencapai ketelitian dan ketepatan bentuk &
posisi tidaklah mengharuskan pemberian toleransi ukuran
yang sempit seandainya toleransi bentuk dan posisi juga
diberikan. Dalam hal ini, toleransi bentuk & posisi memberi-
kan kesempatan untuk memperlebar persyaratan bagi tol- ran dapat dilakukan dengan sempurna, data pengukuran
eransiukuran. bisa dianggap sebagai,,wakil permukaan,,sehingga boleh
Suatu bentuk dan posisi yang kurang teliti dapat dianalisis untuk menetapkan kualitas permukaan yang
menyebabkan pekerjaan tambahan dalam perakitan. Ke- dimaksud. Bidang rata yang bersangkutan dianggap me_
sulitan ini dapat diatasi dengan memberikan pula, selain menuhi persyaratan apabila jarak antara titik-titik pada per-
toleransi ukuran, suatu toleransi bentuk atau posisi yang mukaan tersebut dengan permukaan acuan, yang mempu_
menyatakan sampai batas-batas mana bentuk atau po- nyai bentuk geometrik yang ideal, adalah sama atau lebih
sisi bagi elemen geometrik boleh menyimpang dari yang kecil daripada harga toleransi yang ditentukan.
direncanakan. Jadi, tujuan pemberian toleransi bentuk & Setiap analisis data pengukuran, termasuk pengu_
posisi adalah untuk memastikan fungsi komponen mesin kuran kerataan bidang ini, memerlukan acuan yang harus
serta sifat ketertu ka ra nnya. dapat disesuaikan dengan masalah yang ditelaah. Karena
Simbol serta cara pencantuman pada gambar teknik bidang ideal yang dipakai sebagai acuan sebenarnya hanya
bagi toleransi bentuk & posisi telah disarankan oleh ISO merupakan benda may a /imajiner maka teta k/orie nta si nya
dalam standarnya R 1 101, "Technical Drawings, Tolerances dapat diubah-ubah. Sedapat mungkin orientasi bidang ide_
of Form and of Position'i Seperti halnya pada pemakaian al ini dipilih supaya jaraknya terhadap titik_titik pada per_
toleransi ukuran, pemakaian toleransi bentuk & posisi han- mukaan yang sebenarnya (diwakili oleh data pengukuran)
ya dianjurkan bagi elemen geometrik yang utama. Hal ini adalah yang sekecil mungkin.
bisa dipahami sebab toleransi merupakan fokus perhatian Untuk mencari orientasi bidang ideal yang sebaik
bagi semua orang. Jadi, apabila memang diperlukan untuk mungkin diperlukan analisis data yang memadai. Dalam
meyakinkan kemampuan komponen dalam menjalankan kasus ini perlu digunakan metoda statistika untuk mencari
fungsinya barulah toleransi bentuk & posisi ini dicantum- orientasi bidang sehingga jumrah jarak dari bidang terse-
kan. but ke setiap titik data pengukuran adalah yang paling ke_
cil. Mengapa jumlah jarak terkecir ini harus dicari? Har ini
1.1 BEBERAPA DEFINISI DAN SIMBOL YANG dapat diterangkan dengan menyederhanakan masalah tiga
DIGUNAKAN dimensi (bidang) menjadidua dimensi (garis).
Suatu bidang bila dipotong oleh bidang lain akan
Bentuksuatu eleman geometrik, misalnya permukaan
membentuk garis perpotongan. Bidang pemotong ini
"rata'f dapat dinilai/diketahui "kerataannya" dengan memil-
bisa dipilih lokasi/orientasinya supaya muncul gambaran
ih beberapa titik pada permukaan untuk ditetapkan koordi-
atas ketidakrataannya yang paling menonjol. pada bidang
natnya dengan melalui pengukuran. Seandainya penguku-

PrNcuxunaru Tprrurr ToLrRRnsr Brx-rux oRru posrsr


pemotong ini semua titik data pengukuran dapat diproyek- kin. Berbagaikendara akan muncuryang membikin suritnya
sikan. Jika semua titik proyeksi dihubungkan secara beruru- pencapaian tujuan. Untuk itu, biasanya dilakukan
berb_
tan, terjadilah suatu garis yang tidak lurus, disebut garis agai penyesuaian, pengandaian, dan penyederhanaan
se_
data permukaan. Sementara itu, perpotongan bidang yang bagaimana contoh masalah penilaian kualitas permukaan
rata ideal dengan bidang pemotong (yang juga diimajina- yang diulas diatas.
sikan sebagai bidang ideal) akan berupa garis lurus, dina- Dari uraian tersebut tersirat akan pentingnya acuan
makan garis ideal. pada mana analisis data akan dilaksanakan. Toleransi
Apabila gambar '1.1 diperhatikan, ada tiga garis lurus geometrik pun memerlukan acuan untuk memungkin_
yang dapat dipilih menjadi salah satu garis ideal. Bagi se- kan pelaksanaan pengukuran. Karena toleransi geometrik
tiap kandidat garis ideal mempunyai garis sejajarnya yang hanyalah merupakan imajinasi maka acuan ini pun hanya
dibuat melingkupi setiap titik pada garis data pengukuran. berupa imajinasi. Acuan tersebut harus dipahami oleh se_
Jarak ke dua garis sejajarnya ini dapat ditentukan yaitu h. rnua orang yang terlibat (perancang, pembuat, pengukmr,
Karena jarak h, merupakan jarak yang terkecil maka garis dan bisa juga termasuk pemakai). Supaya mereka mengi-
(Ar-Bl) adalah merupakan garis ideal dan h, haruslah sama majinasikan/ membayangkan hal yang sama atas suatu
atau lebih kecil daripada toleransi yang dispesifikasikan. permasalahan geometri, perlu dibuat aturan
baku dalarn
mengimajinasikan toleransi.
Menetapkan toleransi bentuk atau posisi bagi sua-
tu elemen geometrik adalah menentukan daerah/bidang
atau ruang dildalam mana elemen ini harus terletak. sesuai
dengan karakteristik eremen yang diberi toreransi serta
cara
pernyataan dimensinya, daerah toleransi dapat
merupakan
salah satu dari bentuk-bentuk seperti yang diperlihatkan
pada tabel 1.1.

Gambar 1.1 Menentukan orientasi bidang ideol untuk suotu per-


mukaan dengon melolui analisis orientosi garis ideol

Untuk mendapatkan kesimpulan yang terbaik, orang


berusaha untuk melakukan pengukuran yang seideal
mungkin dengan metoda analisis data yang sebaik mung-

er*or*r^ouTrxrurx TouRang Brxrux oeu posrsr


I I
Tabel 1.1 Berbogai ienis doerah toleransi yang dapat pada gambar kerja yang dipakai sebagai patokan dalam
diimoiinasikan sesuai dengan masalah proses pengerjaan, dan tidak terlihat pada gambar teknik
geometrik yang dianalisi s produk jadi.

O Q aorth a, aub.
"** tinsk-*
-. Tabel 1.2 Penggunaan elemen dasar/ acuan
fd
\t
-_
E} dsorah d antara dua lingksran yang s€pusd

q daenh dl antars dua grils (lengkung atau lwus) yang solaia' Tidak memerlukan elemen Memerlukan elemen
// :
dasar/acuan dasar/acuan
@) Cl ruang di dalam suatu bola
kelurusan - kesejajaran
,PO Ei ot*Y t- tt*tt **
ruang dl dalam silindor atau
3-
{JO E} ruang dl antBra d,, p"-'lY b'd-n v"ng t"l4t kebulatan - kemiringan
"t'
r? q) rua,lg dl dalam balok berponamParE sogl dnpat
kebenaran profil garis - konsentrisitas
kerataan - ketegaklurusan

Dalam memberikan toleransi untuk suatu elemen kesilindrikan - kebenaran posisi


geometrik mungkin diperlukan elemen geometrik lain
pada komponen mesin yang sama sebagai suatu elemen kebenaran profilbidang - kesimetrikan
- oenvimoanoan-outar
dasar/acuan (datum feature). Berdasarkan hubungannya
dengan elemen dasar ini dapat ditentukan toleransinya
Jenis karakteristik geometrik yang dapat dikontrol
mengenai orientasi, posisi ataupun penyimpangan putar
dengan suatu toleransiserta simbolyang digunakan diper-
(run-out), bagi elemen geometrik yang bersangkutan' Bagi
lihatkan pada tabel 1.3. Pada tabel tersebut dikelompokkan
suatu elemen dasar dengan sendirinya diharuskan mem-
jenis:
punyai bentuk yang cukup teliti yang berarti kesalahannya
sekecil mungkin. Karena digunakan sebagai acuan maka
bagi elemen dasar ini pun diberikan juga suatu toleransi
Untuk mempermudah proses pembuatan dan/atau
pengukuran adakalanya diperlukan suatu elemen dasar se-
mentara (temporary datum feature), sehingga posisi suatu
titik pada komponen mesin dapat ditentukan dengan lebih
mudah (mempermudah pemosisian & pencekaman pada
ruang kerja mesin). Elemen dasar sementara dicantumkan

e.*or*r*NTexNtr TouRRr.rsr Bexrux oen Posrsr


I I
Tabel 1.3 JenisToleransi Bentuk& Posisi dengan simbolnya c. Apabila diperlukan, pada kotak terakhir dituliskan
menurut ISO huruf yang menyatakan elemen dasar acuan harga
toleransiini.
Karakter yang dikontrol oleh toleransa Simbol
Kotak toleransi tersebut dihubungkan dengan ele-
Kelu.usan (Straightnessl
-Kerataan lFlatnessl
men yang diberi toleransi dengan memakai suatu garis
5
u
-Kebulatan (Circularhy/Roundness) () penghubung dengan ujung panah yang menempel pada:
tt r)
c
-K6silind.isan (CylindricitY)
-K6t€litian (kebenaranl bentuk ga,is (ProIilc ol 8ny linel
a. Garis tepi elemen atau perpanjangannya
-xet€litian (kebona.anl bentuk bidang lProfilE ot 6ny surfacel o b. Garis proyeksi dan persis pada garis tanda ukuran,
-Ksseiaiaran (Ps.allelism) // jika toleransi dimaksudkan untuk sumbu atau bi-
-Ketegaklurusan lPerpendiculatity) I
E
o -Kesudulan/Kemiringan (AngularitYl I dang tengah komponen.
-Posisi (Positionl S)
zo -Konssntrisilas & kesamaan-sumbu {Concantricity & Coaxiality) Or)
L l(esimetrisan (SYmmelrY)
Penyimpangan/kesalahan Putar (Bun-out)

1.2 ATURAN PENULISAN SIMBOL


TOLERANSI PADA GAMBAR TEKNIK
Untuk membedakan dengan tanda-tanda yang lain
pada gambar teknik, simbol toleransi bentuk dan posisi di-
tuliskan dalam suatu gambar kotak segi empat yang dibagi Jt-i
menjadidua atau tiga bagian. Pada setiap bagian dituliskan 'rurou rrlu /-*
I
).
secara berturut-turut dari kiri ke kanan sebagai berikut: ffi

0,1 / 0,1 A

Gambar 1.2. Gambar kotak toleransi Gambar 1.3 Aturan penulisan garis dan tanda ujung panah yong
menghubungkan kotak toleransi dengan elemen geometrik
a. Simbol karakter yang akan diberitoleransi yang diberitoleransi
b. Harga total toleransi (dengan satuan sesuai dengan
satuan ukuran; mm). Apabila daerah toleransi ber- Garis sumbu Jika toleransi tersebut diberikan untuk
upa silinder ataupun lingkaran perlu diberi tanda sumbu atau bidang tengah semua elemen-elemen yang
O di muka harga toleransi ini. mempunyaisumbu atau bidang tengah yang sama.

8 Pencuxuneu Trxrutx Tor.rnnrusr Berurux oeu Posrsr


I
Apabila daerah toleransi tidak berupa lingkaran, si- Gambar 1.4 ini secara tak langsung menunjukkan ke-
lindrik atau bola, maka lebar daerahnya adalah dalam arah pada perancang proses atau operator mesin perkakas untuk
yang ditunjukkan oleh tanda panah. Oleh karena itu posisi mengurutkan pekerjaannya. Elemen dasar perlu dikerjakan
tanda panah perlu diperhatikan cara pemakaiannya. terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan elemen geometrik
Penulisan toleransi dapat pula dilaksanakan secara yang diberi toleransi. Hal ini dilakukan secara berurutan
kelompok dengan membuat tabel tersendiri. sampai seluruh elemen geometrik terselesaikan. Misalnya,
bidang pinggir G kemudian bidang H, lubang A lalu dua
lubang B, lubang memanjang E diikuti empat lubang F, dan
lubang C dilanjutkan dengan lima lubang D. Demikian pula
halnya dalam proses pengukuran. Operator akan memasti-
kan dahulu kualitas elemen acuan sebelum mengukur
elemen yang diberi toleransi bentuk dan posisi.

1.3 CONTOH PENGGUNAAN DAN ARTI


SIMBOL TOLERANSI BENTUK & POSISI
' 0-- i i-io ' Beberapa contoh penggunaan toleransi bentuk dan
posisi dengan penjelasannya (menurut standar ISO R 1 101).

Tabel 1.4 Contoh pemakaion toleransi


}ld
unp Toh.!nd bentuk dan posisi
Gar?
hl IrnIr
.aLrmd'a
I
A ato t
3 ra'3' -rac.Nl a0.t @ A. Toloi.nrl Koluru..n lstruightness Tole.ancet.

2
c
o
E
rrz'P
rr '3' 6
-dJmdq
. bh..rl I
-aldEDdg
0,6 o l. Sumbu silinder h6.us torlstsk di dat€m
da€rah toleransi yang b.rupa silinder
d6ngan daamotaa srb!!aa O.OB mm.
l@ \,..7

t 2 Sotiap bEgian goris dongsn psnjang 1OO


F
aE o a . toL.Gl O O,1
mm y6no membual su€tu p6rmuk6an
silinder, sepcrti yang dituniukkan olsh
a
G

H
'aLmds
- blddd 0 0.05
I tanda panah, haiuslah terl6t!k di 6ntara
dua garis lurus seiaiar yang beriarsk O,1

Gambar 1.4 Penulison tolero nsi secara kelompok


3. Sumbu bstang h6rus torlotak pads da6-
rah toleransi yang b6rupa p6ral6lopi-
podum (balok segi lmpat) d€ngan lebar
O.1 mm pada arah v6.tikal dan O.2 mm
pad6 arah hori3ontal.
#€
10 PeHcuruRen Trrutx TouRerus Beurur oan Posrsr 11
B. Toleransi l(ar!llsn {F/oaress Toletoncel 3. Sumbu lubang di atas harus l€rl€tak di
dalam paralel€pipedum (balok segi 6m-
pat) yang msmpunyai loba, sebesar O.2
Permuk€an hsrue torletak di antara dua mm pada srah horisonlal d6n O.1 mm
bidang seiajar yang beriarok O.O8 mm' pads arah venikEl, y.ng seiaiar d6ngan
sumbu lubang di bawah (elemen dasarl.
C. Toloran3i Kcbulatln lRoundness Toleoocel

l. Keliling pirins (di dekat ujung berdia-


meter bes6r) harus terletak di antara dua 4. Sumbu lubang ha.us torletak di anta6
lingkaran yang sebidang dan sepusol dua bidang deng.n iar6k O.Ol mm, yang
dengan iarak {beda jari-iari) sebes€r seiajar dongan bidang dasa..
O.03 mm.

2. Keliling tiop ponampang ko^is harus


terletak di anta.a dua lingkaaan yang H. Toloransi Kqtegrllurusan lPeryendicolerity Tole.ancel
sebidang dsn sepusat dongan igfok O.O5
mo. 1. Sumbu lubang yang miring harus terla- oIe,
tak di anla.a dua bidang geiaiar d6n96n
D, Tolcran.i Ke3ilindrikon lcylindricity Tolerancel - iarak O.O5 mm, yang t6gak lurus pada
sumbu lubang horisontal A.
T
*
4LW
Permukaan yang dimaksudkan harus t-€El o.r ^
terletak di anlarE dua silind.r yang
scrumbu dengan beda radius ssbcsar 2. Sumbu silinde. yang ditunjukkan oleh
O.1 mm. kotak toleransi (silinder bagian atas)
harus terletak pada silinder dongan
E. Totorrn.i l(obenlru Bentul G!rl3 lPtofile Tolerance of anY Linel diametor O.06 mm yang l€gak lu,us
terhadap bidsng dasa. A.
Pada setiap potongan yang seiaia, do'
ngan bidang proyoksi. bentuk p.olile
yang dihaksud harus terletak di antara 3. Sumbu silinder yang dituniukkan oloh
dua garis yang menyinggung lingkaran-

b
kotak tqleransi harus te,lstak di antara
lingkaran d€ngan dismeter O.O4 mm dua garis lurus saiaiar yang borisrsk 0,1
dengan titit pusal yang terletak pada mm, yang t6gak lurus dengan bidang
garis dengan bentuk geometrik yang dasar lbidang bawahl.
benar.
F- Tole.insi Kobon..an Bontut Pcmuklan lP.ofile Tolercnce ol any Sutfacel'
4. Sumbu silinder harus tsrletak di dalam
paralelopipedum 0,1 x 0,2 mm, yang
Permukaan yang dimaksud harus terle- tegak lurus dengan bidang dasar.
tak di anta.a dua permukaan yang me-
nyinggung bola-bola dengan diameter
O.O2 mm dengan titik pusat yang te.le'
tak pada permukaan Yang mempunyai 5. Sisi/bidang sebelah kanan kompon€n
bentuk geometrik Yang benar. harus terletak di ant.ra dua bidang
sejaisr bsrjarak O,O8 mm. yang tegak
lurus d€ngan sumbu silindor.
G. Toldrnri Kcroiaiaran lPa.rlletism Toleroncer.

6, Sisi/bidang t.gak lomponGn h.ru3 torle-


l. Sumbu lubang di alas harus terletak di tak di antara dua bidang seiajar beriarsk
dalam silinder dengan diameter O.03

Wr;
O,O8 mm. y6ng t6gak lu,ua d.ngan
mm yang seiaia. dengan sumbu lubaog bidang dasar.
di bawah {sumbu dssat A}.

o.1,zaA/.-,/
2. Sumbu lubang di at6s harus terletsk di
antara dua garis lurus ysng terletak
pada bidang mendatar dengan iarak O-1
ui)
mm yang seiajar dengan sumbu lubang
di bawah (elemen dasar).
-l

Touneng BrHrux DAN Pos6t 13


12 I P.*or*u*oNTEKNTK
I
l. Toloisnsi K.miainganrl(egudulan lAngulaity foleftnce'l K. Toloransi Kesimetrikan don Kesam&n Sumbu (Coacerrlcity and Coaxiality Tolerancel
1. Sumbu lubang harus te.letak di antara 1. Pusat yang dirunjukkan oloh kotak tole-

ffirffi
dua garis lurus seiaiar beriar8k 0.08 mm ransi (lingkaran luar) harus terlslak pada
dan yang membuat 6udut sebesar 60o lingkaran berdiameter O,O1 mm dan
dengan sumbu ho.izontal A'
Cat!tan:
Apabila garis yang dimaksud dongan
titik pusatnya berimpit dengan titik
pusat lingkaran acuan A llingkaran
c
da lam)
garis acuan iidak terlstak dalam satu
bidang ltidak saling berpotongan), dae-
rah toleransinya dianggap pada bidang
\:-7H /*, 2. Sumbu silinder yang ditun,ukkan oleh a 0,a
yang melalui garis acuan dan proyeksi a4Vt-/ / f," kotak toloransi (silinder lengah) harus \zq
garis yang dimaksud. lerletak dalam silinder berdiameter 0,08 a<.
mm yang mempunyai sumbu berimpit
-THa4r ot+rl- dengan sumbu acuan AB.

2. Sumbu lubang lurus terletak di anta.a L. Toleransi Kosimoliikon lsvmmetry Toletancel


dua garis seiaiar betjarak O.o8 mm dan
membuat sudul sebesar 80o dengan
bidang dasar A"
ffnW '1. Sumbu lubang harus terletak di antara
dua bidang sejajar beriarak O,OB mm
dan simetrik terhadap bidang tengahnya
alur A dan B {elemen dasar}.
'*-+4
v1
3. Bidang mi.ing ha.us terletak di antara
dua bidaog sorajar beriarak O,1 mm dan 2. Sumbu lubang harus terletak di dalam
yaog membuat sudut sebesar 75o de- paralelepipedum dengan lebar 0,1 mm
ngan sumbu acusn A. dalam arah horisontal dan o,O5 mm
dalam arah vertikal dengaR sumbu yang
merupakan garis potong antara bidang
tengah A dan B dan bidang tengah C
dan D.
,1. Bidang miring harus tetletak di antara
dua bidang seiaja. berisrak O,oB mm
dan membuat sudut sebesaa 40o de_ 3. Bidang lengah alur harus terletak di
ngao bidang dasar A, antara dua bidang seiaiar beriarak O,OB
mm dan simet.ik terhadap bidang te
ngah elemen dasar A.
J. Tole.rnsi Poaisl lPositional Tolerdncel
M. Toler6nsi Kesalahan Pttat lRun-Out Tolerancel

l. Sumbu lubang h8ru$ terlatak dalam


Toleransi kesalahan puta, adalah harga maksimum yaog diizinkan bagi variasi/peru-
silinde. dengan diamete. O,OB mm yang bahan letak el€men yang dimaksud terhadap suatu titik letap selama satu kali putaran
mempunyai sumbu dengon posisi yang bagi elemen tersebut pada sumbu acuan, Sewaktu pongukuran berlangsung perubahan
benar- aksial sensor alat ukur relatit terhadap benda ukur tidak diperbolehkan.

Toleransi kesalahan putar memungkinkan terjadinya kombinasi kesalahan, asalkan


iumlah kesalahan-kesalahan te.sebut tidak melampaui batas toleransi kesalahan putar.
Akibatnya, toleransi kesalahan putar ini tidak menyatakan secara ielas kelurusan,
2. Sumbu lubang harus tetletak dalam \.i kemiringan sualu garis terhadap sumbu putar {acuan), ataupun keralaan suatu permuka-
paralelepipedum dengan lebar O.O5 mm an. Meskipun d€mikian, toloransi kesalahan putar ini sering digunakan, misalnya untuk
dalam arah horisontal dan O,2 mm mengec6k k€bagusan suatu pasangan/rokitan {assembly). Pelaksanaan pengukurannya
dalam arah vertikal yang mempunyai
sumbu dengan posisi yang benar. W' pun mudah dilakukan. Contoh pemskaian tol€ransi ini adalah sebagai borikui:

1 - Kesalahan putar dalsm arah radial lidak

3. Bidanq hiring h6,us teilelak di antara


dua brdsng sejaja. beriarak O,O5 mm
yang terlotak simet.ik tethadap bidang
boleh lebih bssar dari O,'l mm, iika diu-
kur padr setiap bidang ukur vEng beru-
pa bidang rata. s€l6ma satu k6li putaran
pada sumbu elemen A dsn B.
.e
yang mempunyai posisi yang benar
terhadap bidang acuan A dan sumbu
silinder acuan B.

14 I Pr*or*r*u Terrurx Tounnusr Beurur oeru Posrsr 15


I
2. Kesalahan put6r pada arah tanda panah
Hsgr mktiron K.hrrnn Rda-ratr Artmth q- 32 Fm
tidak boleh l6bih besar dari 0,1 mm, 2' Prcc yeg (,oiulta dml untJ* nErEh6[ks r€krur (rupa)
I.",,
oror",
jika diukur pada setiap bidang ukur yang r: )- y.no lpcim(
borbentuk konis selama satu kali putar- r----J oE <
\r/f _--.- - P8rllrig Ehpd $bo$ 0,8 m unlrrk molakukan po(lukuro Ra
an pada sumbu elemen C. -.--..-. Simb.tu*totcturpenxIql p.damtoh jo,ak/bel(8
'., ///'/// id
prcrot hci. horc @dk - 1116 gads topi ( poimpsng )
3. Kesalahao puta, pada arah aksial tidak

ffi:rmAI
boleh lebih besar dari O,1 mm, iika diu-
kur pada setiap bidang ukur yang ber-
bentuk silinder selama satu putaran 17 (R'-10,
pada suhbu elomon D. td-.--/
//////////
Hdgtr R8 dinrydd.m (hnge Jil6 blJtan paEmrllr Ra mrh
Angk! l(olffi (lSO lmhd) hru ditli*rn noiarldyE dm
diletrkk& dbMn imde gnis

1.4 CARA PENULISAN SPESIFIKASI


PERMUKAAN PADA GAMBAR TEKNIK ,#-
K€longoue pcmdiM
sobos 2
kan
mm (dinytu-
pad! gMb., kd4!)
x-#- 3.2

HlllRr (lSO nnt6..) mlGirum


OipLf*ai Odq trar!! hrtr.i|tlm
Hr!6
Chrooe platrog

diprkri utuk mwd.

Sampai saat ini tidak ada satupun parameter-param-


eter yang telah diusulkan dapat digunakan untuk men- Gambar 1.5 Simbol untuk menyatakan spesifikasi
erangkan ketidakteraturan konfigurasi suatu permukaan suatu permukoan

dengan sempurna sehingga ISO memandang perlu untuk


menstandarkan cara penulisan persyaratan permukaan Kekasaran rata-rata aritmetik (CLA; Ra):
pada gambar teknik dengan melalui anjurannya R 1302, Harga kekasaran rata-rata aritmetik R" maksimum
"Method of indicating surface texture on drawings". yang diizinkan, misalnya 3,2 Nm, dituliskan di atas simbol
Simbol persyaratan permukaan u m um nya ditul iskan segitiga. Satuan harus sesuai dengan sistem satuan pan-
seperti pada gambar 1.5, yang berupa segitiga sama-sisi jang yang digunakan pada gambar teknik (metrik atau inci).
dengan salah satu ujungnya menempel pada permukaan Apabila harga kekasaran minimumnya juga disyaratkan,
yang bersangkutan. Beberapa angka dan tanda spesifik ser-
angka kekasaran minimum ini dapat dituliskan di bawah
ta keterangan singkat dituliskan di sekitar segitiga ini. Arti angka kekasaran maksimum.
angka-angka serta tanda ini adalah sebagai berikut:

MILTK
D.rden Pcrpuerrkrel
Ptopieri frwa Timur

L6 I P.*ou*r*ru Trrurr Tor-rRrnsr Bertrur oeru Posrsr ,,


I I
Tabel 1.5 Angka kekasaran (lSO roughness number) dan sesuai dengan tingkat harga kekasaran Ru sebagaimana
panjang sampelstandar yang ditunjukkan tabel 2.'15. Proses pemesinan, kecuali
proses-proses gerinda, honing dan super finishing biasan-
ya akan menghasilkan permukaan dengan kelas kekasaran
dari N 5 sampai dengan N 10. Oleh sebab itu, apabila harga
panjang sampel tidak dicantumkan pada simbol kekasaran
permukaan, berarti digunakan panjang sampel sebesar 0,8
N8 mm (bila diperkirakan proses pemesinannya adalah halus
N7 sampai sedang) atau sebesar 2,5 mm (jika merupakan
N6
N5 pemesinan kasa).
N4
N3 Harga parameter permukaan yang lain (diletakkan
N2 dalam tandakurung). Apabila diinginkan, harga parameter
permukaan yang lain (selain R.) dapat dituliskan di dalam
tanda kurung (setelah harga panjang sampel; lihat contoh
Mengenai harga R" ini lSOtelah mengklasifi kasikannya pada gambar 1.5).
menjadi 12 angka kelas kekasaran sebagaimana tabel 1.5.
Angka kekasaran llSO number) ini dimaksudkan Simbol arah bekas pengerjaan:
untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan Arah bekas pengerjaan pada permukaan dapat di-
interpretasi atas satuan harga kekasaran *. Jadi, spesifikasi
tuliskan dengan menggunakan simbol sepertiyang ditun-
mengenai kekasaran dapat dituliskan langsung dengan jukkan pada tabel 1.6. Maksud pencantuman arah bekas
menyatakan harga Ru nya ataupun dengan menggunakan pengerjaan pada permukaan adalah untuk memastikan
angka kelas kekasaran lSO.
segi fungsional permukaan yang bersangkutan (mengu-
rangi gesekan, rupa yang menarik dan sebagainya).
Panjang sampel (F):
Panjang sampel yang harus digunakan sewaktu Keteran gan mengenai jenis proses
mengukur kekasaran ditentukan misalnya 0,8 mm. Harga pengerJaan:
suatu parameter permukaan dapat berubah jika digunakan
Jika diinginkan, simbol permukaan ini dapat digu-
panjang sampelyang berlainan. Oleh karena itu, dianjurkan
nakan hanya untuk memberikan keterangan atas proses
untuk menggunakan suatu panjang sampel yang tertentu

18 PeHcuxuRRu Tgrrutr TouRRlrs Benrur onru Possr ,,


I
akhir yang diperlukan bagi pengerjaan permukaan ybs. Tabel 1.6 Simbol arah bekas pengerjaan
Keterangan seperti ini kadang-kadang dicantumkan pada
persyaratan permukaan dengan maksud untuk membe- Tanda Arti oh aan
rikan tekstur (rupa) permukaan sebagaimana yang dike- Selajar dengan bidang pro- -a:-)
hendaki oleh perencana (karena alasan fungsional). Selain
keterangan jenis proses pemesinan, dapat pula dituliskan
yeksi potongan di mana
tanda dipakai tr=ffi
17= / //

keterangan lain yang merupakan syarat untuk memroses 1


Tegak lurus pada bidang pro-
yeksi potonganl penampang di
#€
#ffi
mana tanda dipakai
permukaan yang bersangkutan misalnya, proses pelapisan Bersilangan pada dua arah
(chrome plating, metalsproying), proses pancar pasir, proses x terhadap bidang yang dipro-
yeksikan di mana landa
dioakai
pengerasan (hardening) untuk mencapai kekerasan yang
tertentu, dan sebagainya. Banyak arah, tak teratut
M J"
[-
Kelonggaran pemesin an (machining Kurang lebih berupa ling-
allowance)'. c karan terhadap pusat bidang
di mana tanda dipakai
sBS
Jika permukaan tersebut harus diberi kelonggaran Kurang lebih radial terhadap
R pusat bidang di mana tanda
(kelebihan material) sebelum dilakukan proses pemesinan, dipakai sB$
misalnya setebal 2 mm, harganya dicantumkan di sebelah
kiri tanda segitiga. Tanda kelonggaran pemesinan biasanya
digunakan dalam suatu gambar kerja, misalnya gambar
kerja untuk benda tuangan.

20 I Pr*or*r*oruTgrurr TounRrus Beurur oeru Posrsr ,,


t I
KONSEP DASAR

engukuran dalam artiyang umum adalah memband-


ingkan suatu besaran dengan besaran acuan/pem-
banding/referensi. Proses pengukuran akan meng-
hasilkan angka yang diikuti dengan nama besaran acuan
ini. Bila tidak diikuti nama besaran acuan, hasil pengukuran
menjaditidak berarti. Perhatikan dua kalimat berikut.

- "Tinggi gedung Fakultas Teknik Unimal itu tiga'i


- "Tinggi gedung Fakultas Teknik Unimal itu tiga
pohon kelapa".

Pada kalimat yang kedua digunakan nama besaran


acuan sehingga kalimat tersebut menjadi bermakna. Akan
tetapi, besaran acuannya (pohon kelapa) tidak menggam-
barkan suatu halyang pasti sehingga masih menimbulkan
keraguan. Oleh sebab itu diperlukan suatu besaran acuan
yang bersifat tetap, diketahui, dan diterima oleh semua
Catatan:
orang. Besaran tersebut harus dibakukan (distandarkan)' *
proses Satu radial berarti sudut yang din-
Besaran standar yang dipakai sebagai acuan dalam
yatakan pada.suatu bidang (dina-
pengukuran harus memenuhi syarat-syarat berikut:
makan "sudltt bidang\ di antara
o Dapat didefinisikan secara fisik,
dua garis radius (jari-iari suatu
o Jelas dan " tidak berubah dalam kurun waktu ter-
lingkaran) yang memotong ling-
tentu': dan
karan sehingga panjang busur
o Dapat digunakan sebagai pembanding, di mana
lingkaran yang terpotong sama
saja di dunia ini.
dengan panjang radius lingkaran
Besaran standar yang digunakan dalam setiap proses
yang dimaksud. Karena keliling
pengukuran dapat merupakan salah satu atau gabungan
lingkaran sama dengan 2n x radi-
besaran-besaran dasar. Dalam sistem satuan yang telah di-
us maka 1 " sama dengan 2n /360
sepakati secara internasional (sl units, lnternotional system
rad.
of units,le Systeme lnternasional d'unites) dikenal tujuh be- It'c Satu steradial adalah "sLtdut ruang"yang bermula dari
saran dasar.
titik pusat bola yang memotong permukaan bola se-
hingga luasnya sama dengan luas segi empat dengan
Tabel 2.1 Sotuon standar bagituiuh besoran dasar menurut
sisisama dengan radius bola yang dimaksud.
sistem sotuan internasional (Sl units)

Besaran dasar Nama satuan standat Simbol Semua besaran standar bagi setiap pengukuran yang
Panjang meter (meter) m bukan merupakan besaran dasar tersebut di atas adalah
Massa kiloqram (kilogram) k9 merupakan turunan (gabungan) beberapa besaran dasar.
Waktu Detik(second) s Contoh besaran turunan adalah seperti yang tercantum
Arus listrik amper (ampere) A pada tabel 2.2.
Temperatur termo-
kelvin (kelvin) K
dinamika Tabel 2.2 Besaran turunon dengan satuan standarnya
Jumlah zat mol(mole) mol
Besaran turunan Nama satuan turunan Simbol
lntensitas cahaYa lilin (candelo) cd
Luas bidanq meterperseqi m2
Satuan tambahan Volume meterkubik m3
*
Sudut bidang radial (radian) Rad Kecepatan meteroerdetik m/s
**
Sudut ruang steradial (sterodian) sr

24 I P.*ou*u*u
Koxsep Dmnn ,5
I
Trrrutx
|
meter-per-detik mls2
Percepatan I0-t Desi (deci) d 1 nm =10-em
kuadrat
Gaya newton N; ks.m/s2 10-2 Senti (centi) c

Tekanan pascal Pa; N/m2; kq/(m.S'?) 10-3 Mili(milli) m


Enerqi(keria) ioule J; N.m; kg.m2ls2 10{ Mikro (micro) u
Daya watt W:)/s: kq.m21t'
10-e Nano (nono) n
V;WA; kg.m2l(s3.
Potensial listrik volt 10-r2 Piko (pico) p
A)
A;YlA; kg.m2l(s3. 10-ts Femto ( femto) t
Tahanan listrik ohm
A2) 1 0r8 Ato (atto) a

Untuk menyingkat penulisan angka hasil penguku-


ran biasanya digunakan nama depan yang khusus dibuat
2.1 BESARAN STANDAR PANJANG
untuk mengawali nama satuan standar. Dalam sistem sat- Untuk pengukuran geometrik besaran dasar yang di-
uan internasional ini dikenal beberapa nama depan yang gunakan adalah besaran panjang dengan satuan standar
berfungsi sebagai pernyataan hasil kali dengan bilangan panjang yang diberi nama meter (m) serta satuan tambah-
pokok sepuluh bagi nama-nama satuan standar, lihat tabel an yaitu sudut bidang dengan nama derajat (') atau radial
2.3. (rad). Besaran panjang setara pentingnya dengan besaran
dasar yang lain dan mungkin yang pertama dibutuhkan
Tabet 2.3 Pemakaian namo depan sebagoi cara untuk me-
nyingkat angka hasil pengukuran orang (bersama dengan besaran waktu).
Di muka telah disinggung bahwa besaran standar ha-
rus merupakan besaran yang tetap (tidak berubah dengan
1 kg =1grg
berubahnya waktu). Dalam kenyataannya besaran standar
1 MW= 106W panjang ini berubah sesuai dengan kemajuan teknologi.
Proses pengukuran yang melibatkan benda ukur dan alat
1 cm =10-2 m ukur mengalami kemajuan dalam hal kecermatan, ketepat-
an, dan ketelitian yang bisa dicapainya. Dengan demikian,
1mm=10-3m
besaran panjang yang kita kenal dengan nama meter ini
1 pm =10-6m pun sebenarnya telah mengalami perubahan dari sejak ia
tercipta sampai saat ini baik dalam harganya maupun defi-
nisinya.

26 I Pr*or*u*ouTexnrr
Koxsep Desan 27
I
500 SM Protagoros (Yunoni) mengatakan bahwa: "Ma-
Untuk memahami hal ini berikut disajikan ulasan
nusia merupakan ukuran semua benda'i Perkataan filsuf ini
singkat mengenai aspek sejarah yang berkaitan dengan be-
membawa pengaruh sampai beratus tahun kemudian bagi
saran panjang dan kondisi ilmu serta teknologi yang men-
masyarakat "dunia" saat itu.
dukung penentuan standar panjang.
825 Al-Khaworizmi (Baghdad) menulis sistem desimal
4000 5M Mesir kuno Standar Pan- (pengenalan angka 0 dan aturan logaritma) yang ia sempur-
jang yang mereka anut diberi nama "len- nakan dari sistem hitungan bangsa lndia (dengan angka 1
goni" yaitu sesuai dengan panjang dari s/d 9). Saat itu telah berkembang ilmu matematika dengan
siku sampai ujung jari tengah raja yang menggunakan notasiangka sepertiyang kita gunakan sam-
berkuasa saat itu; 463,3 mm menurut pai kini. Berangsur-an gsu r notasi ang ka arab menggantikan
ukuran sekarang. Berdasarkan panjang notasi angka romawi yang dahulu banyakdigunakan dalam
batang yang mereka tiru dari ukuran len- perhitungan. Perkembangan ilmu & teknologi dimulai oleh
gan raja mereka dibuat beberapa fraksi umat Muslim. Pada saat itu mulai dirintis ilmu fisika, kimia,
atau bagian satuan standar yaitu: dan matematika termasuk ilmu astronomidan kedokteran.
Dasar-dasar optik yang nantinya digunakan sebagai alat
-1 lengan = 1 1/2 (tapak) kaki untuk menetapkan satuan panjang mulai dikenal. Demiki-
= 2 jengkal an pula dengan satuan waktu dimana Al-Battanimembuat
= 6 (lebar tapak) tangan fraksi satuan waktu (jam) menjadi menit dan detik dengan
=24 jari (lebar telunjuk) bilangan 60, jam hidrolik dan mekanik diciptakan.
I l0l lnggris dikenalsatuan panjang yang diberi nama
Semua alat ukur panjang dibuat dengan meniru 1 Yard (Henry l) yaitu jarak dari ujung hidung ke ujung jem-
"tiruan asli" dari satuan di atas. Dari catatan sejarah ini pol saat tangan raja Henry dibentangkan. Sistem desimal
diketahui bahwa kecermatan alat ukur panjang mereka belum mereka kenal dalam perhitungan.
adalah 1 jari (harga terkecil fraksi satuan panjangnya, jadi Abad l5 Al-Koshi (Samarkond) memperkenalkan pan-
kecermatannya setara dengan 19.3 mm). Dengan modal gkat negatif bagi sistem bilangan 10 dan juga sistem bilan-
standar panjang ini mereka mampu membangun piramid gan 60.
(2750 5M) dengan alas kubus berjarak nominal 230 m (500 l52B Jean Fernel (Perancis) mengajukan ide untuk
lengan) dengan ketepatan t 14 mm (sedikit lebih kecil dari menjadikan bumi sebagai acuan (jarak pada garis bujur
kecermatan alat ukur yang mereka pakai) dan ketepatan bumi dari Paris sampai Amiens).
kesikuan t 1 2s.

28 I Pr*or*r*N Trrrurx
KoHsepoesnn
|
29
I
l66l Christopher Wren (lnggris) mengajukan ide un-
tuk menggunakan bandul waktu (setengah panjang tali lB40 Meter sebagai satu-satunya satuan panjang
bandul: pendulum dengan periode 0,5 detik) sebagaisatu- yang resmi dipakai secara internasional dideklarasikan
an panjang. Jadi, standar panjang mulai dikaitkan dengan pada tanggal 1 Januari 1840 (meskipun masih ada bebera-
besaran waktu. pa negara yang menggunakan satuan lain; lnggris dengan
1664 Christiaan Huygens (Belanda) mendukung ide negara-negara jajahannya). Selama kurun waktu 30 tahun
panjang tali bandul sebagai standar panjang (sepertiga pemerintah Perancis membuat 25 tiruan standar meter
panjang talibandul bergoyang dengan periode 1 detik). yang diberikan kepada negara-negara lain.
1670 Gabriel Mouton (Perancis) mendukung ide Fer- Agustus 1870 Pertemuan lnternational Meter Com-
nel. mission membentuk komisi peneliti standar meter.
April 1872 Komisi peneliti memutuskan untuk mem-
End-Stondard buat standar meter dari paduan 90olo platinum 107o iridium.
Untuk membuat materialyang tahan aus seperti ini secara
1 7 90 Aca d e my of S ci enti st (Parsl mend u ku n g ide bu m i
teliti komposisinya amatlah sulit. Beberapa usaha telah dila-
sebagai acuan karena satuan panjang berdasarkan pendu-
kukan namun hasilnya tidak memuaskan.
lum tidak tepat atau tak mampu menunjukkan pengulan-
gan yang baik. Mulai saat itu lahirlah nama standar meter
Line-Standard
(Yunani: "metron" berarti dimensi) yaitu:
"Satu meterodaloh seperempatpuluh juto keliling bumi 1875 Berdasarkan kontrak tgl. 20 Mei 1875 suatu pe-
yang diukur podo garis bujuryang melalui Paris dariDunkirk rusahaan di London (Johnsons & Matthey) berhasil mem-
(pantai utaro Peroncis) sampai Barcelona (Spanyol)'! buat 30 batang platinum-irridium yang teliti komposisinya.
Berdasarkan defi nisi meter ini dilakukan pengu kuran Sebagian (17 batang) dipilih untuk dibuatkan garis tanda
yang sebenarnya dari th'1792 s.d. th 1798 yang kemudian pada bidang netral pada daerah di dekat ke dua ujungnya.
diwujudkan dengan batang platinum berpenampang segi Batang berpenampang X (ukuran 20x20 mm, berat sekitar
empat 25 x 4,05 mm. Karena 1 meter adalah jarak antara 3,3 kg, lihat gambar 2.1) ditumpu secara simetrik (0.559
ke dua permukaan ujung batang maka dinamakan sebagai L) tersebut jika di ukur pada temperatur 0"C, jarak antara
End-Stondard. Tahun 1799 standar meter ("metre des archi- dua garis tanda di ke dua ujungnya adalah 1 meter. Karena
ves"; definitive reference standard; standar resmi acuan menggambarkan jarak antara dua garis maka acuan pan-
panjang) diresmikan (oleh Perancis) bersama-sama jang inijuga dinamakan sebagai Line-Standard.Yang dis-
dengan standar massa (kilogram). impan di Paris dinamakan sebagai standar primer dan 16

30 PrrucuxunRN Trxrurx Korsrp Dnsen 31


batang lainnya (disimpan di berbagai negara)disebut stan- o Garis tanda jelas mempunyai tebal (tebal-garis) mu-
dar sekunder. lai dari sisi yang mana dengan garis tanda ini 1 me-
jarak di antara dua tanda yang dibuat pada bidang netral ter ditetapkan? (kiri, kanan, atau tengah dan di mana
merupakan standar meter pertengahan garis tanda ini sebenarnya lokasinya?)
o Sulit untuk mereproduksi 1 meter tersebut dengan teli-
ti (tak salah) dan tepat (keterulangan yang baik; pada
saat itu teknologi pengukuran baru mencapai ketepa-
tan + 1 gm untuk ukuran sepanjang I m ) karena ben-
--7 auu tumpuan diatur simetrik tuk standar ini secara fisik telah dibuat seperti itu.
fatif terhadap standar panjang . Apakah batang standar ini tidak akan berubah dimen-
0,559 m sinya sampai berpuluh tahun kemudian, sementara
struktur metalografinya mungkin berubah sehingga
menimbulkan perubahan dimensinya?
sv"m
. Apa yang harus dilakukan jika standar meter ini ru-
bidang netral( Imaginer ) yeng dirancang persis pada
permukaan tengah sebelah atas balok berpenampang X sak atau hilang? Membuat yang baru sehingga persis
seperti aslinya boleh dikatakan tidak akan sempurna!
Gambar 2.1 Standar ponjang yang diberlokukan pada tahun Akibatnya, semua alat ukur dimensi harus ditera ulang
1889 oleh Badan lnternasional atas Timbangon dan Ukuran dengan standar yang baru jika standar lama diganti.
(CIPM; Comite lnternationol des Poids etMesures).
1892 Albert Michelson (Jermon) berhasil mengukur
panjang gelombang cahaya (spektrum merah yang dipan-
carkan lampu Cadmium) dengan menggunakan lnterfer-
Oktober 1BB9 lnternational Committee on Weights &
ometer ciptaannya.
Measures, suatu badan internasional (CIPM; Comite /nter-
naiionoldes Poids ei Mesures), menetapkan standar meter di
atas sebagai satu-satunya standar panjang yang sah.
Meskipun telah ditetapkan dengan hukum seperti di
atas masih muncul berbagai keberatan untuk menerimanya
dengan alasan antara lain:
o Jika dilihat dengan mikroskop, terlihat ketidaksempur-
naan kelurusan garis tanda.

32 Prrucurunmr TExrurx Kousrp Desen


133
untuk sudut 6 yang sen- Meil935 Di lndonesia diberlakukan sistem satuan
gat kecil maka perbedaan metrik (karena Belanda menerapkan sistem metrik di neg-
sebesar V2 akan menye- erinya dan negara-negara jajahannya)
babkan terulangnya in- l4 Oktober 1960Pada sidang ke 1l General Confer-
teferensi yang sama yaitu: ence on Weights & Measures (CGPM) memutuskan
manguatkan (terang) atau untuk memberlakukan standar meter yang baru yaitu:
melemahkan ( gelap )
"Sotu meter adolah panjang (dimensi) yong sama dengan
1 650 763.7i kali panjang gelombang pado ruang hampa
Gambar 2.2 interferensi antaro dua berkas cahaya yang
Proses
suatu radiosi yang setara dengan perubahan tingkot 2p,o
menjodi dosor penentuan satuan panjang dengan mengaitkannya
don 5d, dari otom Krypton-86 (spektrum oranye)'!
pada panjang gelombong sinar akromotik dengan memilih
salah satu spektrumnya.
Penentuan atom Kripton-86 sebagai medium acuan
1906 Benoit, Fabry & Perrot (Perancis) berhasil meny- dalam penetapan standar panjang inididasarkan atas hasil
empurnakan prosedur pengukuran panjang gelombang berbagai penelitian. Garis spektrum pada panjang gelom-
cahaya. bang sinar kuningkemerahan dianggap sebagai yang pal-
1927 Dalam sidang ke 7 General Conference on ing tipis dibandingkan dengan garis spektrum pada pan-
Weights & Measures (CGPM; Conference Generale des jang gelombang yang lain (dari sumber cahaya gas inert
Poids et Measures) menetapkan definisi meter yaitu: Krypton-86 atau gas inert yang lain). Berdasarkan definisi
meter di atas, dengan menggunakan interferometer, me-
"Satu meter adalah dimensi (ukuran) yang sama dengan I mungkinkan penentuan standar panjang meter dengan
552 164,1i kali panjang gelombang spektrum meroh dari ketepatan sampai + 4 nm (setara dengan penentuan jarak
sumber cahaya lampu (berisi gas inert Cadmium) yang diu-
1000 km dengan ketepatan + 4 mm; jika pengukuran di-
kur di atmosfir!
ulang hasilnya dapat/mungkin berbeda dengan beda
maksimum kurang dariS mm).
Karena metode pengukuran dengan cara interferom-
Dari saat itu ketergantungan atas standar panjang
eter pada saat itu masih sulit untuk diterapkan oleh berb-
yang diwujudkan secara fisik (standar yang disimpan di
agai pihak maka batang standar meter yang disimpan di
Paris) tidak dibutuhkan lagi. Di mana saja, kapan saja, den-
Paris (primer) dan beberapa standar (sekunder) yang disim-
pan di beberapa negara tetap diberlakukan sebagai acuan gan peralatan yang memadai (interferometer) seseorang
yang sah. dapat "memunculkan" standar meterjika diperlukan dalam

34 PeNcuxunnN Trxnrr KoNseponsan 35


|
rangka peneraan (kalibrasi) suatu alat ukur dimensi. Dalam ser Merah yang berasol dari gas Argon yang diionkon yang
hal ini perlu dicatat bahwa prosedur peneraan harus di- distabil-kan panjang gelombangnya) pada ruang hampa se-
lama 1 / 299 792 458 detik'!
lakukan dengan sesaksama mungkin guna menjamin kete-
litian hasil kalibrasi (kesamaan dengan harga yang diang-
Pada definisi 1 meter di atas tercatat bahwa standar
gap paling benar). Semakin baik peralatan yang digunakan,
panjang dikaitkan dengan standar waktu. Hal ini sebetul-
berkat kemajuan teknologi, penentuan ketepatan standar
nya bukan suatu hal yang baru karena pada tahun 1661
panjang akan semakin baik (jika prosedur diulang akan
Christopher Wren (lnggris) mengajukan ide untuk meng-
menunjukkan harga yang hampir sama).
gunakan tali bandul waktu (setengah panjang tali bandul;
Februari l962lndonesio masuk menjadi anggota Kon-
pendulum dengan periode 0,5 sekon) sebagai standar pan-
vensi Meter lnternasional. Memperoleh standard panjang
jang. Baru pada akhir abad ke 20 ini ide pengaitan standar
(batang berpenampang X dari Platinum-lrridium) berno-
panjang dengan standar waktu tersebut dapat diterima
mor 27 dan standar massa (silinder Platinum-lrridium) ber-
berkat kemajuan teknologi pengukuran besaran panjang
nomor 46. Ke dua standar Nasional ini disimpan di Kantor
dan besaran waktu. Besaran waktu ditetapkan (pada sidang
Direktorat Metrologi Depa rtemen Perda ga nga n (seka ra n g:
ke 1 3 CGPM ,1967) sebagai berikut:
Dep. Perindustrian & Perdagangan) diBandung.
Sejak ditemukonnya |'/'SER (Light Amplification by "Satu detik adaloh selang woktu yang dibutuhkan oleh 9 t 92
Sti m u I ated E m i ssio n of Ra d i ation) oleh T.H Mai ma n (Ameri ka) 631 770 periode dari radiasi yang setara dengan perubohan
pada tahun 1960, riset dibidang ini terus meningkat. Sum- dua tingkat hiperfine pada kondisi ground bagi atom Coe-
ber cahaya jenis ini (hanya terdiri atas satu pnjang gelom- sium-|33'!
bang; monocromatik) semakin tepat panjang gelombang-
nya berkat teknik pengontrolan frekwensi yang baik. Pada Uraian di atas menggambarkan bagaimana usaha
tahun 1982 tercatat suatu usaha, dengan menggunakan manusia untuk menyempurnakan proses pengukuran.
laser, pengukuran satu meter sampai ketepatan + 1,3nm. Mengapa hal ini perlu dilakukan? Penguasaan ilmu &
teknologi sebenarnya terletak pada kemampuan orang
dalam menyatakan besarnya sesuatu dalam bentuk angka
Light-Standard
yang diyakini kebenarannya.
20 Oktober 1983 Pada sidang ke 17 General Confer-
ence on Weights & Measures (CGPM) menetapkan:

"Satu meter odalah jarak (dimensi) yong ditempuh sinor (Lo-

36 I
I
Pr*or*u*ru Trrrurx Kousep Desen
t,,
2.2 KALIBRASI & STANDAR PANJANG 1. kekeliruan pelaksanaan proses pengukuran.

PRAKTIS 2. kekurangsaksamaan pengontrolan jalannya proses


pengukuran (adanya pengaruh perubahan besaran
Dengan hanya memandang definisi pengukuran lain).
(perbandingan dengan besaran acuan) dan definisi meter 3. kesalahan pada alat ukurnya (ketidakbenaran ska-
(jarak yang ditempuh cahaya selama suatu saat) kelihatan- lanya).
nya mustahil untuk melakukan pengukuran atas dimensi
suatu produk. Memang, dalam prakteknya pengukuran ti-
dak dilakukan dengan secara langsung membandingkan Kalibrasi
dengan standar meter melainkan digunakan alat pem-
banding yaitu alat ukur.
Faktor pertama dan kedua diatas perlu dihindariden-
gan jalan mempelajari teknologi pengukuran (yang meru-
pakan ulasan utama buku ini) Faktor ketiga dapat dihindari
Skala dan Kecermatan
dengan melakukan kalibrasi (calibration).
Kalibrasi ' harus dilakukan dengan prosedur tertentu
Pada bermacam-macam jenis alat ukur akan dite- karena pada hakekatnya mengalibrasiserupa dengan men-
mukan skala ukuran. Skala tersebut menunjukkan satuan gukur yaitu membandingkan alat ukur (skalanya atau harga
panjang yang berupa bagian dari meter, dapat merupakan
nominalnya) dengan acuan yang dianggap lebih benar.
milimeter ataupun mikrometer yang menunjukkan kecer- Acuan yang dianggap benar absolut boleh dikatakan tak
matan alat ukur yang bersangkutan. Berdasarkan skala ini ada (lihat ulasan pada sub bab 1.1 yang mana standar meter
dapat dibaca berapa panjang atau dimensi suatu objek "beruboh" sesuai dengan kemajuan teknologiyang dicapai
ukur. manusia). Sementara itu, yang dimaksud dengan istilah /e-
Tentu saja alat ukur, yang direncanakan dengan prin- bih benor disinimengandung makna praktis.
sip kerja tertentu dan dibuat sebaik mungkin, harus dipakai
dengan betul supaya harga yang ditunjukkan pada skala
ukuran adalah sesuai dengan harga besaran yang diukur.
Kalibrasi dan Kecermatan
Bila hal ini tak dipenuhi akan terjadi kesalahan (error). Ke-
salahan dapat diakibatkan oleh salah satu atau gabungan
Tidaklah praktis jika penggaris dengan kecermatan
berbagai faktor antara lain:
I mm harus dikalibrasidengan memakai Laser lnterferom-

38 I Pr*or*r*ruTerHrr Korusrp Dnsan 39


I
eter yang mampu membaca kesalahan sampai orde 1 nm
(buat apa Anda ingin mengetahui kesalahannya sampai Kalibrasi memerlukan Standar pada mana
sekecil itu jika penggaris yang Anda pakai hanya mampu toleransi dinyatakan
menunjukkan harga terkecil sampai 't mm ?). Jadi, kalibrasi
umumnya dilakukan sesuai dengan kecermatan alat ukur Pada suatu tingkat rantai-kalibrasi, selain kalibrasi
ybs. Yaitu, dengan membandingkan dengan alat ukur lain
harus dilakukan dengan prosedur yang benar, data hasil
yang satu atau beberapa tingkat lebih tinggi kecermatan kalibrasi harus dianalisis dengan metoda yang diyakini ke-
dan kebenaran skalanya. baikannya (metoda statistik). Dengan cara ini dapat ditarik
kesimpulan yang sebaik-baiknya mengenai ketelitian alat
ukur ybs. Kesalahan yang ada/tercatat perlu dibanding-
Rantai-Kalibrasi dan Keterlacakan kan dengan toleransi yang diizinkan sesuai dengan tingkat
ketelitian kalibrasi. Hal ini diatur sesuai dengan standar na-
Untuk mempermudah kalibrasi diperlukan alat ukur sional misalnya 5Nl (Standar Nasional lndonesia), J15 (Japan
acuan yang cocok, disesuaikan dengan konstruksi alat ukur lndustrial Standard), DIN (Deutsches lnstitut fur Normung),
ybs. Selanjutnya alat ukur acuan ini pun harus pula telah di- dsb.
kalibrasi dengan menggunakan alat ukur acuan lain yang
lebih tinggitingkat kebenarannya (lebih teliti). Hal ini diter- Konsekuensi pemakaian alat-ukur yang
apkan secara bertahap sehingga sampai pada pemakaian tak-teliti
standar meter seperti yang didefinisikan secara internasi-
onal. Dengan demikian, terbentuk rantai-kalibrasi (calibra-
Bagialat ukur panjang yang digunakan dalam perda-
tion chain) mulai dari alotukurkerja, alat ukur standar kerja, gangan peneraannya (proses kalibrasidan pemberian tan-
alat ukur standor, alat ukur standar utoma, alot ukur standar
da/tera) diatur secara khusus oleh Departemen Perdagan-
nasionol, dan standar meter internasionol'. Jika suatu alat gan dan Koperasi (sebelum disatukan dengan Departemen
ukur kerja misalnya pernah dikalibrasi dengan alat ukur Perindustrian; Dirjen Perdagangan Dalam Negri, Direktorat
standar kerja yang juga pernah dikalibrasi dengan alat ukur Metrologi yang dituangkan dalam UUML; Undang-Undang
lain yang lebih tinggi (dan seterusnya -...), dikatakan alat Metrologi Legal). Datam hal yang terakhir ini mencakup
ukur ybs. mempunyai aspek keterlacakan (keter-usutan, segi hukum guna melindungi konsumen dariakibat peny-
ketel usuran ; traceobility) sa mpai ke suatu ti n g kat tertentu. alahgunaan alat ukur.

40 I Pguou*r*ruTexrurr Kolsep Desen 41


I |
Meskipun tidak sampai mencakup aspek legal, peng- mula dengan tanda nol; ujung kiri) berimpit pada salah satu
g u naa n aiat ukur yang tidak teliti ( tak ben ar) bagi keperl ua n tepi objek ukur. Panjang objek ukur "dibaca"dengan meli-
industri jelas harus dihindari. Sebab, pengguna alat ukur hat tepi lain (kanan) objek ukur berimpit dengan garis skala
(dalam hal ini produsen) akan menanggung akibatnya se- yang keberapa (biasanya "jatuh" pada garis skala yang di-
cara langsung yaitu dengan merosotnya mutu geometrik beriangka ditambah dengan beberapa garis lagidisebelah
produk. Komponen mesin/ peralatan mungkin tak bisa kanannya). Jika tepi objek ukur tidak pas ("benar-benar")
dirakit dengan baik ataupun fungsi mesin/peralatan akan berimpit dengan garis skala, orang akan membulatkan ke
terganggu, bukankah mutu geometrik menentukan mutu atas (misalnya 39 mm) atau memenggalnya ke bawah (mis-
fungsional mesin/peralatan? alnya 38 mm) bila ia tidak ingin menyatakan harga kelebi-
hannya dengan cara mengira-ngira (melakukan "interpo-
lasi"; misalnya dengan menyatakan 38.(8) mm ).
Kecermatan penggaris Suatu jenis alat ukur panjang bisa dibuat dengan
skala serupa pada penggaris dari bahan gelas/kaca den-
gan kecermatan skala garis (garis hitam) sampai misalnya
Skala adalah susunan garis-garis sejajar yang jarak
0.008 mm (sebagaimana yang dipakai pada alat ukur op-
antara garis-garis tersebut dibuat sama. Jarak ini memiliki
tik dengan prinsip kerja digital-elektronik jenis inoementa!
arti tertentu jika dikaitkan dengan alat ukur pada mana
encoder,lihat gambar 2.3). Dengan kecermatan skala se-
skala tersebut digunakan. Pada penggaris yang biasa Anda
kecil ini "mata telanjang" tidak mampu lagi melihat garis-
tan (re sol uti on) sebesa r
pa ka i s ka la nya mem pu nyai kecerma
garis skalanya melainkan hanya sebagai gelas transparan
1 mm, karena jarak antara garis-garisnya dibuat sebesar 1
dengan sebagian permukaannya (pada bagian skalanya)
mm.
terlihat berwarna kelabu. Untuk meng kalibrasi skala seperti
ini dapat digunakan atat ukur standar jenis Michelson lnter-
ferometer.
"Pembacaan" skala & Melakukan lnter-
polasi

Penggaris digunakan dengan cara menempelkan


pada objek ukur yang akan diukur panjangnya. Pengguna
akan mengusahakan salah satu garis skala (biasanya garis

42 I Pr"or*r*xTexnrx Korusep Dnsan


I 143
porlrl
searruL
,?
A

rr4 Oarb
I
I
3
+lf2 oads
p.lrilb.(!mk
#-ffilffiffia{4*'r'
Gambar 2.3 Skala pada pelattronsparan yang dimonfastkan seb-
ogai alot ukur posisi, misalnya bagi mesin perkakos. Foto-selyang
terletak di belokang mampu mendeteksi gerakan pelat skala akibat Gambar 2.4 Sotu blok ukur otau susunan beberapo btok ukur do-
perubahan intensitas cohaya yong diterimanya. pat dijadikan acuan dalam pengukuran tinggi objek ukur
secaro tak langsung.

Untuk mengkalibrasi alat ukur biasanya digunakan


Dengan kemajuan teknologi pengukuran besaran
blok ukur (gauge block/slip gauge) yaitu balok (berpe-
panjang saat ini secara meluas telah digunakan Laser ln-
nampang) segi empat, umumnya dibuat dari baja karbon
terferometer yang memiliki kecermatan yang tinggi. Je-
(atau karbida), di mana jarak antara dua sisinya telah dik-
nis yang dipasarkan misalnya HP Laser lnterferometer (Hp
etahui. Dengan menyusun bermacam-macam blok ukur
55286/8A) yang digunakan di ruang yang tak terlalu ter-
dari bermacam-macam ukuran, praktis dapat dibuat uku-
kondisikan akan memiliki kecermatan sampai 1 prm. Jika
ran panjang sebagaimana yang dikehendaki. Salah satu
Laser lnterferometer ini dipakai di ruang yang sangat ter-
pemakaian blok ukur adalah sebagai acuan dalam pengu-
kondisikan (temperatur, tekanan, dan kelembabannya),
kuran tak langsung seperti yang diperlihatkan gambar 2.4.
indeks bias udara bisa dianggap tak berubah dan kecer-
Selanjutnya, blok ukur-blok ukur tersebut dapat dikalibrasi
matan pengukuran bisa naik (lebih kecil daripada 0.1 pm;
dengan memakai prinsip interferometer (Koster lnterfer-
karena ketelitian/ketidaksalahannya dapat diketahui lebih
ometer) yang menggunakan sinar secara langsung sebagai
kecil daripada 0.01 pm). Selain digunakan sebagai alat ukur
standar panjang. Panjang gelombang dari beberapa sinar
pengkalibrasijuga dapat digunakan sebagai alat ukur jarak
yang dipakai dapat ditentukan secara fisik (dengan meng-
dengan kapasitas ukur yang cukup besar (sekitar 30 m).
gunakan spektrometer) sehingga diketahui hubungannya
Gambar 2.5 adalah contoh pemakaian Laser lnterferometer
dengan standar meter seperti yang didefinisikan di atas.

I
44 I Prror*r*ouTrxrurx MILIN
MILiK i Korvsep Dnsnn 45
Brdeo ?trPustaka*t
I
I
Propiusl tawr
{imuJ I
untuk mengkalibrasi ketelitian dan ketepatan pemosisian laian dan pengakhiran pembacaan skala yang dikalibrasi,
mesin perkakas NC. lihat gambar 2.6.
Berkas sinar monokromatis (dipilih dari salah satu
p* panjang gelombang, misalnya spektrum merah, dari ber-
s-<]H-.={fo.
h'
kas sinar lampu tabung gas mulia misalnya Cadmium)
d ulov-r
leffi dipisahkan oleh pelat gelas (dengan orientasi 45') yang
setengah memantulkan dan setengah meneruskan cahaya
yang mengenainya. Sebagian berkas diteruskan (ke bawah)
)
dipantulkan kembalioleh cermin (di bawah) menuju pelat
bbzL
gelas. Sebagian berkas yang lain dipantulkan oleh pelat
gelas ini (ke kanan) menuju cermin yang dapat digeserkan
dengan sangat cermat. Oleh cermin (di kanan) berkas ca-
haya tersebut dipantulkan kembali ke pelat gelas.
Oleh pelat gelas, sebagian berkas yang berasal dari
cermin di bawah akan dipantulkan ke kiri dan sebagian
Gambar 2.5 Ketelitian don ketepatan gerokan sumbu mesin NC berkas yang berasal dari cermin di kanan akan diteruskan
(sumbu tronstosi X,YZ) atas aspek pemosisian,keseioioran, dan ke kiri. Penyatuan ke dua berkas ini menimbulkan interfe-
ketegaklurusan nya dapat diperikso dengo n rensi. Tergantung pada posisi cermin di kanan, perbedaan
mem akai Lase r I nterfe ro m eter.
fase panjang gelombang ke dua berkas yang bersatu akan
Berbagaijenis interferometer yang disebut di atas se- menyebabkan interferensi yang menghasilkan berkas ca-
cara garis besar diuraikan pada tiga sub-bab berikut. Pem- haya yang intensitasnya lemah (gelap)atau kuat (terang).
bahasan ditekankan pada aspek prinsip kerja dengan hara- Setiap gerakan cermin di sebelah kanan (mendekat
pan pembaca dapat menghayati arti kecermotan, ketelition atau menjauh) sepanjang setengah panjang gelombang
dan ketepatan. sinar (spektrum merah lampu cadmium) akan mengulangi
proses interferensi (lemah atau kuat). Fotoselyang menang-
Michelson lnterferometer kap berkas sinar yang terinterferensikan akan memberikan
sinyal yang dihitung (secara elektronik) berapa jumlah pen-
Bagian utama Michelson interferometer terdiri atas
gulangan gejala interferensinya (misalkan pengulangan
sumber cahaya, pelat gelas dan cermin interferator, peng-
intensitas cahaya yang kuat) akibat gerakan cermin peman-
hitung pengulangan interferensi, dan penentu saat pemu-
tul di sebelah kanan.

46 I Pr*or*u*onTrxxtx Konsep Dnsm 47


I
Kiister lnterferometer
Blok ukur yang akan dikalibrasi terlebih dahulu diu-
kur tebal/tinggi nominalnya dengan memakai komparator
dengan kecermatan misalnya 1 pm. Dengan demikian, bila
ada perbedaan ukuran nominal (yang tercantum pada blok
ukur) terhadap ukuran sebenarnya paling tidak akan diket-
ahui harganya yaitu sama dengan kecermatan komparator.
Untuk memastikan perbedaan tersebut blok ukur inidapat
diukur dengan Koster lnterferometer.
Serupa dengan model Michelson, Koster lnterferom-
eter menEgunakan pelat gelas dengan orientasi45" sebagai
komponen pemisah dan pemersatu berkas sinar monokro-
matik. Gambar 2.7 memperlihatkan skema bagian-bagian
Koster nterfero meter denga n penjelasan sebagai beri kut.
I

Gambar 2.6 lnterferometer model Michelson yang dapat di- . sumber cahaya; beberapa lampu tabung dengan isi
gunakan untuk mengkalibrasi pelaVbatang berskala.
gas mulia Ne, He, Ar, atau Kr dapat dipasang secara ber-
gantian. Biasanya digunakan kombinasi 2s.d.4 macam
"Mikroskop Elektrik" diperlukan untuk mam pu "meli- lampu tabung dengan isi gas yang berbeda-beda un-
hat" saat pemulaian dan pengakhiran penghitungan jum- tuk mengkalibrasi blok ukur dengan ukuran nominal
lah interferensi akibat gerakan cermin pada mana skala 0.5 s.d. 120 mm. Suatu lampu dengan berkas cahaya
yang dikalibrasi diletakkan. Dengan cara ini akan dijamin putih (Halogen) dapat digunakan untuk mengkalibrasi
ketepatan pengulangan kalibrasiyang dilakukan untuk se- blok ukur dengan panjang nominal > 120 mm (lihat
tiap gerakan sepanjang satu skala. Misalnya, pada kondisi penjelasan berikut mengenai pemakaiannya).
lingkungan standar (1 atm, 20" C,65olo RH) satu skala den- . susunan prisma Fabry-Perrot; berkas cahaya yang telah
gan jarak 0.008 mm (0.000 008 m) akan memberikan disejajarkan oleh susunan lensa kalimator diarahkan
jumlah interferensi bagi sinar merah lampu cadmium ke susunan prisma yang akan memecah berkas cahaya
sebesar: ini menjadi fraksi berkas-berkas cahaya monokromatik
dengan sudut bias yang beragam. Salah satu berkas
1 skala = 0.000 008 x 1 552 I tr.l 3 I 2 = 6208 = 6 interferensi cahaya monokromatik dengan panjang gelombang

48 I Pr*or*r*HTernrr
KorusrpDnsnn n
I
1
tikan posisi baris-baris gelap di atas blok ukur relatif
(warna) tertentu dibiaskan dengan sudut 90" ke bawah.
terhadap baris-baris gelap diatas meja.
Jenis berkas yang diteruskan ke bawah ini dapat dipilih
(merah, kuning, hijau, atau biru) dengan memutar su-
sunan prisma Fabry-Perrot.
pelat gelas dan cermin interferator; berkas cahaya
monokromatik dipisahkan dan digabungkan kembali
(tidak tergabung kembali 100o/o, sebab ada yang ter-
pantul dan terbias ke arah lain) oleh pelat gelas berori-
entasi 45'. Bila pada Michelson lnterferometer peng-
gabungan ini akan menyebabkan proses interferensi
yang sama untuk selebar penampang berkas, pada
Koster lnterferometer proses interferensi akan terjadi
dengan bentuk baris-baris berkas gelap terang aki-
bat posisi 'termin-bawah" dibuat sedikit miring (tidak
tegak-lurus sempurna) terhadap "sumbu" berkas sinar.
meja & blok ukur; blok ukur dengan ukuran nominal
Gambar 2.7 Koster lnterferometeryang dimonfaatkan untuk
tertentu diletakkan di atas meja. Karena permukaan mengkalibrasi blok-ukur (g a u gel g o g e b I o c k ). Meiadi
blok ukur dan permukaan meja dibuat rata dan halus atas mona blok ukur diletakkan diatur sedikit miring. Akibotnya,
(mirror finishing) berkas cahaya akan terpantulkan (ber- terjadi interferensi yang terl ihat sebagai garis-garis di permukaan
meja dan di permukaan blok ukur. Berdasarkan posisi garis-garis
fungsi serupa dengan 'termin-bawah" pada Michelson
ini, yang bisa menyatu otau sedikit menggeser, dilokukon inter
lnterferometer). Karena posisi meja sedikit dimiringkan polosi posisi garis di otas permukaan blok ukur terhodop garis di
maka berkas cahaya yang dipantulkan akan tergabung permukaan meja. Melalui perbandingan hosilyang diperoleh dori
dengan berkas cahaya pantulan "cermin-kanan" yang misalnya 3 berkas dengan spektrum yang berbeda dapot diketohui
pe rbed a a n tebal (ketin ggi an) blok- u ku r terh ad a p
menghasilkan proses interferensi baris-baris gelap-
harga nominalnya.
terang serupa dengan yang terjadi pada pelat gelas
yang sedikit dimiringkan terhadap cermin di bawahnya.
teleskop; fokus teleskop ditetapkan sehingga permu-
kaan meja dan permukaan atas blok ukur terlihat den-
gan jelas. Melalui okuler pengamat dapat memperha-

Korusrp Dmm 51
50 I Pr*or^r*HTexrrx
I
ris gelap ke garis gelap berikutnya) dan dinyatakan dengan
suatu angka desimal (f = fraksi).
Jika pengukuran diulang dengan memakaitiga atau
empat spektrum (warna cahaya; 1 = illeroh, 2 = kuning, 3
= hUau,4 = biru; dengan memutar prisma Fabry-Perrot) di-
peroleh persamaan:

t=(a+b,+f,)72 )\,
t-(a+bo+fo)Vzho

Berdasarkan pengamatan I dengan mengetahui tr;,


setelah dikoreksi akibat perbedaan dengan kondisi udara
Analisis pengamatan; bila ketinggian permukaan standar (temperatur, tekanan, dan kelembaban) dapat dik-
blok ukur relatif terhadap permukaan meja (t) benar-benar etahui harga b,. Sementara itu, harga a tak perlu dihitung
merupakan kelipatan setengah panjang gelombang berkas sebab dalam hal iniyang kita inginkan adalah menentukan
sinar; perbedaannya secara cermat (bisa sampai kecermatan 0.01
t= (a+b,) 1/2\ pm) setelah kita mengetahui ketinggian blok ukur sebagai
hasil pengukuran dengan memakai komparator dengan
di mana (a + b,) = bilangan genap atau ganjil; a bilangan kecermatan 1 pm. Dari 3 atau 4 harga b,dan f, inilah ditetap-
mulaidari puluhan ke atas, b, bilangan satuan, maka, inter- kan harga koreksi yang terbaik bagi ketinggian nominal
ferensidi permukaan blok ukurakan segaris dengan interfe- blok ukur.
rensi di permukaan meja. Bila perlu, untuk menaikkan kepercayaan kita atas
kebenaran kalibrasi blok ukur, proses pengukuran diulang
Bila kondisi di atas tak dipenuhi, garis interferensi dengan memakai lampu tabung gas yang lainnya (He, Ne,
(baris gelap) di permukaan blok ukur tidak akan segaris
Ar, Kr, atau Cd). Hasil pengukuran mungkin dapat berbeda-
dengan garis di permukaan meja. Jarak geseran garis (di- beda (pada angka desimaltingkat tertentu). Hal seperti ini
tentukan berdasarkan kemiringan meja; dimulai dari posisi merupakan suatu kewajaran dalam proses pengukuran.
yang tinggi ke arah posisi yang rendah) dapat diperkirakan Ketepatan proses pengukuran, yaitu sampai sejauh mana
(diinterpolasikan; misalnya dengan kecermatan 0.2 jarak ga-
hasilnya bisa berbeda bila dilakukan pengulangan, dapat

52 I Pr*or*r*nTexnrx Kousrp DmRR ss


I
I
didefinisikan serupa dengan usaha orang untuk mendefi- Sementara itu, blok ukur kualitas '1,2,3, atau 4 bi-
nisikan harga rata-rata. asanya dikalibrasi dengan teknik perbandingan dengan
Bagi blok ukur dengan ukuran nominal > 120 mm blok ukur kualitas 0 (atau 00) dengan memakai kompara-
pengaturan fokus teleskop akan menjadi sulit. Jika fokus tor dengan kecermatan 1 Um.Tentu saja, dalam hal yang
diatur sehingga permukaan blok ukur terlihat jelas, pada terakhir ini blok ukur acuan tersebut harus telah lolos dari
saat itu permukaan meja akan terlihat kabur, dan demikian kalibrasi pada tingkat yang lebih tinggi (misalnya dengan
pula hal sebaliknya. Pada kondisi ini penentuan jarak ge- Koster lnterferometer) demi untuk menjaga sifat keter-
l,
seran garis-garis interferensi, akan menjadi sulit. Oleh se- lacakan (t raceab i I ity).
bab itu, kalibrasi dilakukan dengan membandingkan blok
ukur dengan satu blok ukur (atau susunan blok ukur yang Laser Interferometer
telah dikalibrasi) sebagaiacuan yang memiliki kualitas yang
Skema prinsip kerja Laser lnterferomefer adalah
sama (atau yang lebih tinggi). Ke dua blok ukur ini diletak-
sepertiyang ditunjukkan pada gambar 2.8. Dari tabung ge-
kan berdampingan di atas meja. pada cara perbandingan
las, yang berisi gas Helium dan Neon yang dieksitasikan di
ini digunakan berkas cahaya putih (prisma fabry-perrot di-
antara dua reflektor yang dijaga tetap jaraknya dan dilalu-
gantidengan cermin).
kan pada medan magnet, dipancarkanlah sinar Laser (Light
Kualitas pembuatan blok ukur ditentukan oleh stan-
Amplified by Stimulated Energy Radiation) dengan polari-
dar. Dalam hal ini kualitas tersebut dikaitkan dengan kete-
sasi sirkuler (karena efek Zeeman).
litian ukuran nominalnya. Berdasarkan hasil kalibrasi dapat
Oleh Converter (2 pelat optik dengan indeks bias ber-
diketahui harga kesalahan ketinggian nominal blok ukur.
beda) polarisasi sinar Laser diubah menjadiorthogonal (sal-
Toleransi kesalahan ini dibuat sesuai dengan ketinggian/
ing tegak-lurus; misalnya dengan frekuensif, pada bidang
ketebalan nominalnya, L, yaitu:
polarisasi datar dan frekuensi f, pada bidang polarisasi
tegak). Berkas Laser ini kemudian disejajarkan oleh Colli-
6=+oL;Lrm
mator di mana sebelum dikeluarkan dari bagian Laser Head
berkas tersebut dipecah oleh nonpolarizing beam splitter.
Harga o ditetapkan sesuai dengan angka kualitas
menurut standar kalibrasi yang dianut ( DlN, JlS, lSe atau
SNI ). Jadi, sebagai hasil kalibrasi dengan Koster lnterfer-
ometer ini blok ukur tersebut dapat dianggap mempunyai
angka kualitas tertentu misalnya 00, atau 0.

54 Pexcurunnn TexNrx Korusrp Dnsen


ls5
oI
tt
T

Sinyal listrik ke dua photocell digabung untuk kemu-


dian dipakaisebagai masukan bagi LoserTuning Regulotar
yang akan menjaga jarak ke dua excitation reflector pada
Gambar 2.8 Peralatan dasar Laser lnterferomoter adalah Laser tabung He-Ne. Laser Tuning Requlator juga diberi masu-
Head, Display & Counter, interferator, dan Reflector (Target).
kan mengenai kondisi udara sekitar (temperatur, tekanan,
Laser Head dipasang di luar sistem pengkalibrasian yaitu pada
dudukan yang tahan goyang. interferator dan Reflector dipa-
dan atau kelembaban). Dengan teknik inijarak ke dua excr-
sang pada bagian yang diam (relatif) dan yang bisa bergerak tation reflector akan berubah secara dinamik (berkat batang
(relatif) dalam sistem kalibrasi. Jarak pergeseran dapat dimonitor piezoelectric yang dieksitasikan oleh Tuning Regulator),
oleh Laser Interferometer dan digunakan sebagai acuan keteli- mengikuti perubahan kondisi udara sekitar pada sistem
tian(jarak) gerakan.
yang dikalibrasi, sehingga berkas laser akan terjaga pan-
jang gelombangnya (misalnya 632.8 nm).
Jadi, berkas laser ini benar-benar merupakan berkas
Sebagian berkas (20o/o) dibelokkan untuk digunakan
cahaya monokromatik" Suatu sistem optik (misalnya peny-
sebagai acuan penghitungan ataupun untuk mengontrol
ejajar berka s; collimator) yang dirancang untuk berkas sinar
(menjaga) frekuensi atau panjang gelombang Laser dan
pada panjang gelombang ini akan memiliki kesejajaran
sebagian yang lain (80o/o) dikeluarkan dari Laser Head. Di
yang jauh lebih tinggi daripada yang ada pada sistem optik
dalam Loser Heod bagian berkas 20olo dipisahkan oleh pris-
dengan berkas cahaya akromatik. Akibatnya, Laser lnterfe-
ma (polarizing beam splitier) menjadi berkas dengan polari-
rometer ini memiliki kapasitas ukur yang sangat besar (20
sasi datar f, dan polarisasi tegak f, yang selanjutnya ditang-
s.d.30 m).
kap oleh photocell.
Di depan Laser Heodterletak lnterferator yang dipas-
angkan pada salah satu bagian/komponen mesin NC (pada
spindel atau meja, lihat gambar 2.5) atau bagian sistem

56 I Pr*or*r*u Terrurr
Korusep Dnsnn 57
I
kalibrasi yang tak bergerak. Oleh interferator, yang terdiri lnterferator dengan Target. Sinyal ini kemudian diperkuat
atas susunan prisma optik, sebagian berkas (f, dengan po- dan dikirimkan ke Counter untuk dihitung jumlah pulsanya
larisasi tegak) dibelokkan kembali menuju Laser Head (den- yang menggambarkan jarak pergeseran antara lnterferotor
gan perubahan bidang polarisasi) dan sebagian (f,dengan dengan Reflector (Target).
polarisasi datar) diteruskan ke Reflector. Jika lnterferatortak Setelah dikoreksi terhadap pengaruh perbedaan
bergerak (diam) Reflector harus merupakan bagian yang temperatur dan tekanan udara standar (20'C, 1 atm,650/0
bergerak yang bisa dipasang pada bagian mesin perkakas RH) jarak yang ditunjukkan pada Laser Display ini dipakai I
NC yang akan dikalibrasi (pada meja atau spindel) atau di- sebagai acuan pada waktu dibandingkan dengan jarak
pasang pada penggeser seperti halnya pada Michelson ln- yang ditunjukkan oleh komputer penEontrolgerakan sum- ir

terferometer, lihat gambar 2.6. bu mesin NC yang diperiksa (atau gerakan sejauh satu skala
Refl ecto r membelokka n berkas Laser kembal i men uju yang dikalibrasi seperti pada Michelson lnterferomerer). 5e-
lnterferator sehingga berkas tersebut bersatu dengan bagi- tiap perbedaan penunjukan jarak merupakan kesalahan
an berkas yang berasal dari satu sumber. Pada saat bersatu pemosisian bagi sumbu mesin yang bersangkutan (Positio- i

akan terjadi gejala interferensisebab polarisasi ke dua ber- ning Error).


kas l-aser mempunyai orientasiyang sama.
Jika target digerakkan mendekat (menjauh) dengan
kecepatan v frekuensi berkas laser yang dibelokkan kem-
bali menuju interferatar akan naik (turun) sebesar Af (ka-
rena efek Doppler). Berdasarkan hal ini interferensi akan
terjadi setiap perbedaan jarak yang ditempuh oleh ke dua
berkas yang bersatu tersebut memiliki beda fasa. Setiap
perubahan jarak antara lnterferotor dan Reflector sebesar 7u i

panjang gelombang (tr)akan menyebabkan penaikan atau


penurunan intensitas berkas Laser yang kembali menuju I

Laser Head.
Melalui Depolarisator di muka Laser Head berkas
l-aser yang kembali ini kemudian diterima Photodetector
(Photocelt) sehingga diubah menjadi sinyal listrik dengan
frekuensi tertentu sesuai dengan pergerakan relatif antara

58 Prncuxunan Trrnrx Kousrp Desen 59 lli


;l

.IENIS ALAT UKUR DAN


CARA PENGUKURAN

Iat ukur geometrik bisa diklasifikasikan menurut


prinsip kerja, kegunaan, atau sifatnya. Dari cara kla-
sifikasi ini yang lebih sederhana adalah klasifikasi
menurut sifatnya, di mana alat ukur geometrik dibagi men-
jadi 5 jenis dasar dan 2 jenis turunan yaitu:
1. Jenis Dasar: Alat ukur langsung; yang mempunyai skala
ukur yang telah dikalibrasi. Kecermatannya rendah s/d
menengah (1 s/d 0,002 mm). Hasil pengukuran dapat
langsung dibaca pada skala tersebut.
2. Alat ukur pembanding/komparator; yang mempunyai
skala ukur yang telah dikalibrasi. LJmumnya merniliki
kecermatan menengah ( > 0,01 mm; cenderung clise-
but pembanding) s/d tinggi ( > 0.001 mm; lebih sering
dinamakan komparator) tetapi kapasitas atau daerah
skala ukurnya terbatas. Alat ukur ini hanya digunakan
sebagai pembacaan besarnya selisih suatu dimensiter-
hadap ukuran standar.
3. Alat ukur acuan/standar; yang mampu memberikan yang khas, alat ukur jenis ini dapat memiliki skala dan
atau menunjukkan suatu harga ukuran tertentu. Di- dapat dilengkapi alat pencatat atau penganalisis data.
gunakan sebagai acuan bersama-sama dengan alat 2. Alat ukur koordinat; yang memiliki sensor yang dapat
ukur pembanding untuk menentukan dimensi suatu digerakkan dalam ruang. Koordinat sensor dibaca me-
objek ukur. Dapat mempunyai skala sepertiyang dimi- laluitiga skala yang disusun seperti koordinat kartesius
liki alat ukur standar yang dapat diatur harganya atau (X,Y,Z). Dapat dilengkapi dengan sumbu putar (koor-
tak memilikiskala karena hanya mempunyai satu harga dinat polar). Memerlukan penganalisis data titik-titik
nominal. koordinat untuk diproses menjadi informasi yang lebih
4. Alat ukur batas (kaliber); yang mampu menunjukkan jelas (diameter lubang, jarak sumbu).
apakah suatu dimensi, bentuk, dan/atau posisi terletak
di dalam atau di luar daerah toleransinya. Dapat memi- Untuk menetapkan metoda atau cara pengukuran
liki skala, tetapi lebih sering tak mempunyai skala ka- yang terbaik dan jenis alat ukur. Selain seperti cara dia-
rena memang dirancang untuk pemeriksaan toleransi tas, proses pengukuran pun bisa diklasifikasikan sebagai
suatu objek ukur yang tertentu (khas, spesifik) berikut:
5. AIat ukur bantu; yang tidak termasuk sebagai alat ukur 1. Proses pengukuran langsung.
dalam arti yang sesungguhnya akan tetapi memiliki 2. Proses pengukuran tak langsung.
peranan penting dalam pelaksanaan suatu proses pen- 3. Proses pemeriksaan toleransi (dengan kaliber
gukuran geometrik. batas).
4. Proses perbandingan dengan bentuk acuan
Jenis Turunan: (standar).

Dua jenis turunan berikut dapat merupakan salah


5. Proses pengukuran geometri khusus, dan

satu dari tiga jenis pertama di atas atau gabungannya,


6. Proses pengukuran dengan mesin ukur koordinat.

yakni:
Ke enam jenis proses pengukuran ini diilustrasikan
1. Alat ukur khas (khusus, spesifik); yang dibuat khusus
dengan contoh pada gambar 3.1. Sementara itu, gambar
untuk mengukur geometri yang khas misalnya kekasa-
3.2 adalah contoh pengukuran geometri khusus misalnya
ran permukaan, kebulatan, profil gigi suatu roda-gigi.
kebulatan dan profil suatu gigi roda-gigi, dan gambar 3.3
Termasuk dalam kategori ini adalah yang dirancang un-
memperlihatkan mesin ukur koordinat.
tuk kegunaan tertentu, misalnya Koster lnterferom\r
untuk mengkalibrasi blok ukur. Selain mekanismeny\
I
l

62 I Pr*or*r*oxTrxrurx Jrrurs Aur UruR oeN CRnR Prncuruneru 63


I

/
./
Pengukuran langsung
Adalah proses pengukuran dengan memakai alat
ukur langsung. Hasil pengukuran dapat langsung terbaca.
Merupakan cara yang lebih dipilih jika seandainya hal ini di-
mungkinkan. Proses pengukuran dapat cepat diselesaikan.
I F..!l&m frarut
Alat-ukur-langsung umumnya memiliki kecermatan (-tr nft!.*,

yang rendah dan pemakaiannya dibatasi yaitu:


)s. Karena daerah toleransi < kecernratan alat ukur, XtD. m/N ffilC

)s. Karena kondisi fisik objek ukur yang tak memun-


gkinkan digunakannya alat ukur langsung, AFmEtE
f.t ttgn arte.i
b. Karena sesuai dengan jenis toleransi yang diberi- t aaerE(s)
(dnss Fqfr' rEal)
kan pada objek ukur misalnya toleransi bentukdan
posisi sehingga memerlukan proses pengukuran
khusus.
L P.rElaur lrf ]r!rt.

Contoh pengukuran langsung adalah pengukuran


tebal objek ukur dengan memakai mikrometer:

c. Pemeriksaan dmgan Kaliber GO & NOTGO

Gambar 3.1 Proses pengukuran geometrik dapat dilaksanakan:


(a) secara langsung, (b) tak langsung, (c) pemeriksaan dengan
kaliber batas, atau (d) perbandingan dengan bentuk acuan.
Berdasarkan ilustrasi ini dapat disimpulkan bahwa teknologi
pengukuran geometrik harus dirancang/dipilih sesuai dengan
masalah yang dihadapi, supaya efektif dan efisien. Efektif ber-
makna menghasilkan data pengukuran/pemeriksaan yang dapat
diyakini kebenaran dan keterulangannya. Efisien berarti dapat
dilakukan dengan usaha yang benar dan dapat dipertanggungja-
wabkan cara pelaksanaannya.

64 I Pr*or*r*N TexNrr Jerurs Aur Urun oRn CRnR PrrucuxunRru 65


I

,t-
Pengukuran tak Iangsung liki harga yang terletak di dalam atau di luar daerah toler-
ansi ukuran, bentuk, atau posisi. Objek ukur akan dianggap
Merupakan proses pengukuran yang dilaksanakan baik bila terletak di dalam daerah toleransi dan dikatakan
dengan memakai beberapa jenis alat ukur berjenis pem- jelek bila batas materialnya berada di luar daerah toleransi
banding/komparator, standar dan bantu. Perbedaan harga yang dimaksud. Proses pemeriksaan berlangsung cepat dan
yang ditunjukkan oleh skala alat ukur pembanding sewak- cocok untuk menangani pemeriksaan kualitas geometrik
tu objek ukur dibandingkan dengan ukuran standar (pada produk hasil proses produksi massal. Gambar 3.1.c meru-
alat ukur standar) dapat digunakan untuk menentukan di- pakan contoh proses pemeriksaan toleransi lubang dengan
mensiobjek ukur. Karena alat ukur pembanding umumnya memakai kaliber poros (go & not go gauges).
rnemiliki kecermatan yang tinggi, sementara itu alat ukur
standar memiliki kualitas (ketelitian) yang bisa diandalkan,
Perbandingan dengan bentuk acuan
maka proses pengukuran tak langsung dapat dilaksanakan
sebaik mungkin untuk menghasilkan harga yang cer- Bentuk suatu produk (misalnya profil ulir atau roda
mat serta teliti dan tepat. Proses pengukuran tak lang- gigi) dapat dibandingkan dengan suatu bentukacuan yang
sung umumnya berlangsung dalam waktu yang relatif ditetapkan atau dibakukan (standar) pada layar alat ukur
lama. Contoh pengukuran semacam ini ditunjukkan proyeksi. Kebenaran bentuk konis dapat diperiksa dengan
pada gambar 3.1.b, dengan alat ukur pembanding je- menggunakan kaliber Konis. Pada prinsipnya pemeriksaan
nis pupitas (dioltest indicotor) yang dipasangkan pada seperti ini tidaklah menentukan dimensi ataupun toleransi
dudukan-pemindah (transfer stand; sebagai alat ukur suatu benda ukur secara langsung, akan tetapi lebih kepa-
bantu), alat ukur standar berjenis kaliber-induk-tinggi da menentukan tingkat kebenarannya bila dibandingkan
(height moster; yang memi I iki ska la pen gatu r keti n gg ia n dengan bentuk standar, lihat contoh pada garnbar 3.1.d.
muka-ukur) dan meja-rata (surfaceplate) sebagai alat
ukur bantu. Pengukuran geometri khusus
Berbeda dengan pemeriksaan secara perbandin-
Pemeriksaan dengan kaliber batas gan, pengukuran geometri khusus benar-benar mengukur
Dinamakan sebagai proses pemeriksaan karena tidak geometri produk. Dengan memperhatikan daerah toleran-
menghasilkan data angka (numerik) seperti halnya yang di- sinya, alat ukur dan prosedur pengukuran dirancang dan
hasi I kan proses peng u ku ran. Pemeri ksaan d i la ku kan i-r*u\ dilaksanakan secara khusus. Berbagai masalah penguku-
memastikan apakah objek ukur (objek pemeriksaan) memi- \ ran geometri umumnya ditangani dengan cara ini, misal-

66 I Pr*or*r*H Texux Jerurs Amr Uxun oRN CRRn PrucuruRRru 67


I
dalam ,iarcirr*, lingkaran daerah minimum (MRZ) dan
nya kekasaran permukaan, kebulatan poros atau lubang' g bisa .men g hasi -
i n g ka ra n kuad rat terf<ecittmasi n g-ma s i n
I

geometri ulir, dan geometri roda gigi' Gambar 3'2 mem-


I

kan harga parameter kebulatan AR yang berbeda).


perlihatkan contoh pengukuran kebulatan dan roda-gigi'
Menurut ISO cara analisis MRZ(Minimum RadialZone) 1i

Gambar dengan keterangan yang diberikan dimaksudkan


adalah sesuai dengan makna toleransi kebulatan; perhati-
untuk menunjukkan contoh kerumitan dan kedalaman
kan pernyataan toleransi kebulatan seperti yang diperlihat-
permasalahan pengukuran geometri' Dengan mengerti
kan pada gambar 3.2.b.
pengukuran, perancangan dan pembuatan berbagai
komponen mesin dan peralatan pabrik akan lebih mu-
dah untuk dikuasai.
i

rl

$hdrl Ills F*r, ---r'

taioan
rE+
,!r

tdn i.,ntadq,
(.trr{dil)ytE
CfqtEl.rtrra

F-{U utA tnq-,


I uUrr firrr r*r c fr-rffiLaC ,d b..rn alr(t naih
rhtEI

Gambar 3.2. a. Pengukuran Geometri Khusus; Gambar 3.2. b Pengukuran Geometri Khusus;

Contoh profil kebulatan sebagai hasil pengukuran Kebulatan hanya bisa diukur dengan benar dengan
denganalatukurkebulatandapatdianalisisberdasarkan alat ukur kebulatan jenis sensor putar atau meja putar. Ber-
empat cara yaitu cara lingkaran luar minimum' lingkaran

Jeurs Aunr Urua olrq CeRe PENcuruRen 69


68 I Pr*or*r*nTrxHlx
I
dasarkan profil kebulatan yang terekam pada grafik polar Contoh alat ukur kebulatan jenis rneja putar.
bisa ditentukan harga parameter kebulatannya (lihat gam-
bar 3.2.a). Jenis sensor putar bisa digunakan untuk mengu-
kur benda yang panjang dan berat. Titik berat benda tidak
perlu harus berimpit dengan sumbu putar sensor. pema-
kaian jenis meja putar dibatasi oleh berat benda serta titik
beratnya tidak bisa terlalu jauh terhadap sumbu putar. Me-
skipun demikian, jenis meja putar (lihat gambar 3.2.c) lebih
mudah dalam pemakaiannya (penyetelan kemiringan dan
kesenteran benda ukur). Penggabungan gerakan translasi
sensor dapat dilakukan sehingga bisa digunakan untuk
pengukuran kelurusan serta kesalahan bentuk yang lain,
lihat gambar 3.2. d.

S.ir bdir{.I Oed.


UM Frloqklm bbu
hb du ldllrl- pD
& rah ffi.

urJt XorlFr *

Gambar 3.2.d Pe ng u ku ro n Geom etri Kh usu s;


il.lr?tt!, ddtos
EEOr Flg bac Dengan alat ukur kebulatan ienis meia putar dimungkinkan pe-
&frr(ffid
& td.lir8}, _\ ngukuran berbagoi kesalahan bentuk. Misalnya, kebulaton, keseia-
jaran, ketegakluruson, kesamaan sumbu dan keluruson.

Gambar 3.2.c Pengukuran Geometri Khusus;

70l PrrucuxunRn Trxrurr JeNrs Aur UruR oeu Cnnn Prrucurunnm 71.
Alat UkurVariasiPits (pada lingkaran dasar) Roda gigi disatukan dengan sektor lingkaran yang
merupakan lingkaran dasar pembentuk involut bagi roda
eJ gigi ybs. Jika sektor lingkaran tsb diputar sebesar 0 rnaka
komponen yang menempel diatasnya akan bergerak trans-
lasi seJauh ro(D. Sementara itu sensor yang ditempatkan
persis pada tepinya juga akan ikut bergerak translasi sam-
bil menggeser pada sisi roda-gigi. Karena gerakan sensor
relatif terhadap sisi roda-gigi tsb merupakan gerakan invo-
db lut murni maka kesalahan profil roda-gigiybs akan terbaca
oleh sensor.
A. Dengan tumpuan Silinder/bola. B. Dengan tumpuan rahang. Contoh metrologi Roda-Gigi. Kesalahan Pits (jarak
antar gigi) dapat diperiksa dengan lebih praktis dengan
Prinsip kerja alat ukur profil involut dan contoh grafik hasil mengukurnya pada lingkaran dasar. Kesalahan pits, ini
pengukuran perlu dibatasi terutama bagi roda-gigi penerus daya dan
penerus putaran yang teliti. Sementara itu, profil gigiyang
berupa involut dapat diukur dengan alat ukur profil. Kesala-
han bentuk profil involut ini akan mengurangi keandalan
roda gigi dan kebisingan akan timbuljika roda gigi tersebut
dioperasikan.

W Pengukuran dengan Mesin Ukur Koordlnat

W
du- db tror"d,
Alat ukur dinamakan mesin ukur karena dimensinya
yang relatif besar dan dioperasikan dengan prosedur ter-
tentu, memiliki tiga sumbu gerak yang membentuk sumbu

W
du" db t*r"rk
koordinat kartesius (X,Y,Z). Sensor alat ukur dapat diger-
akkan pada sumbu ini secara manual dan mungkin juga
secara otomatik mengikuti program gerakan pengukuran
yang tersimpan dalam komputer pengontrolnya. Setiap
Gambar 3.2.e. Pengukuran Geometri Khusus; sumbu memiliki alat ukur jarak berjenisinductosyn, pho-

72 FencuxunRru Trxrurr
Jenrs Aur Urun onn Cme Perucuxuneru ?3
|
to co sy n, atau o pt i co l - g rati n g (seperti yang diperl ihatkan han, demikian pula dengan jenis sensor yang bisa meru-
pada gambar 3.3). pakan sensor kontak atau sensor scanning. Proses pengu-
kuran yang rumit bisa dilaksanakan dengan relatif mudah
dan cepat. Meskipun demikian, tetap dibutuhkan opera-
tor yang mempunyai keahlian dan keterampilan di bidang
metrologi geometrik.

FII [I
,s.8
\f,
cffir
Eor
&
v #.&
Gambar 3.3. b Pengukuran dengan Coordinote Measuring
Samho Srs 2D
Mochine (CMM)

Gambar 3.3.a. Pengu kuran dengan Co o rd i n ate M ea su rin g Berbagai jenis CMM dapat dipilih/disesuaikan den-
Machine (CMM) gan jenis pekerjaan yang banyak ditangani di mana ukuran
dan ketelitian memegang peranan. Sementara itu, jenis
CMM; Coordinate Measuring Machine merupakan sensor dapat dibeli terpisah. Selain itu, perlu juga diper-
alat ukur geometrik modern dengan memanfaatkan kom- timbangkan kemampuan software yang dimiliki CMM un-
puter untuk mengontrol gerakan sensor relatif terhadap
tuk mempermudah analisis pengukuran serta berbagai
benda ukur serta untuk menganalisis data pengukuran. program statistik yang dimanfaatkan dalam pengontrolan
Berbagai rancangan mesin dibuat sesuai dengan kebutu- kualitas geometrik.

74 lPrrou*u*nTexrurx Jrrurs Aur Urun onu ClRn Pencuxunaru 75


I
3. Optik
4. Hidrolik
5. Fluida
6. Pneumatik atau Aerodinarnik

Beberapa jenis alat ukur menggunakan prinsip kerja gabun-


gan, seperti:

1. Elektromekanik (elektrik + mekanik)


2. Optomekanik (optik + mekanik)
3. Optoelektrik (optik + elektrik)
4. Pneumatikmekanik.

Prinsip kerja gabungan, yang diterapkan untuk alat


Ga m ba r 3.3.c.P ku ra n d e n g a n Coord i nate Measu
eng u ri n g
ukur geometrik dan besaran teknik lainnya, sebaEai sistem
Machine(CMM) pengukuran mandiri maLtpun yang tergabung menjadi
suatu sistem kontrol, ditambah denEan pengolahan data
Terga ntu ng pada kecang gi ha n softwa re ya ng d i m i I iki dengan pemanfaatan komputer, saat ini telah berkem-
CMM, proses pengukuran geometri benda ukur akan lebih bang semakin jauh menjadi bidang teknologi mandiri yang
dipermudah. Pada contoh di atas suatu sistem koordinat sering dinamakan dengan Mekatronika.
benda ukur dapat diaktifkan melalui proses penggeseran
dan pemutaran sumbu koordinat ( A s/d D ).
Selain berdasarkan sifatnya yang menghasilkan kla-
sifikasi dasar dan klasifikasi turunan dengan 7 jenis alat
ukur sepertiyang telah diulas di muka, cara klasifikasi lain
mengenai alat ukur geometrik adalah menurut prinsip ker-
ja-utarna yaitu:
1. Mekanik
2. Elektrik

76 I Pr*or*u*NTrxrurr Jexrs Aur UruR oeru CnnR PrrucurunRru 77


I
KONSTRUKS! ALAT UKUR
DAN PR![{SIP KERJA

lat ukur geometrik yang paling sederhana adalah


mistar/penggaris yang mempunyai garis-garis skala
ukuran. Penggaris ditempelkan pada benda ukur
dan diatur posisinya sehingga skalanya berimpit dengan
objek ukur. Penggaris digeserkan ke kiri-kanan sampaiang-
ka nol skala menjadi segaris dengan salah satu tepi/ujung
benda ukur dan tepi/ujung yang Iain dimanfaatkan sebagai
penunjuk pada skala sehingga panjang benda ukur akan
terbaca. Proses pengukuran panjang yang sederhana sep-
erti ini hampir pasti akan dilakukan setiap orang dengan
saksama, tidak tergesa-gesa.
Jika memang hanya dibutuhkan kecermatan pen-
gukuran sampai dengan 1 mm, alat ukur penggaris ini me-
mang memadai. Tukang kayu umumnya cukup memakai
penggaris dengan kecermatan 1 mm untuk mengerjakan
pintu-rumah. Bila dalam membuat ketebalan papan pintu
tersebut ia diharuskan memakaialat ukur, misalnya mistar-
ingsutdengan kecermatan 0.05 mm, pengerjaan papan pin-
-0,010
tu akan menjadi lebih lama. Tukang kayu akan lebih sibuk @=65 96 atau O= 65ao2e mm
mengukur dan mengasah papan kayu sampai komponen
pintu yang dibuat irri memiliki ketebalan yang sama atau sebaiknya diukur dengan kornparator dengan kecermatan
mendekati ukuran yang diinginkan dengan kecermatan < 0.002 mm.
ukuran 0.05 nnm.
Bentuk objek ukur dan daerah toleransi yang diber-
Berclasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam lakukan pada objek ukur serta tingginya kecermatan yang
proses pengukuran diperlukan: diinginkan memerlukan suatu alat ukur geometrik yang
1. alat ukur yang berfungsi dengan baik dengan mungkin harus dirancang secara khusus. Hal ini membuat
kecermatan yang memadai disesuaikan dengan ragam alat ukur menjadi banyak, masing-masing dengan
permintaan. Dalam pembuatan komponen me- cara kerja yang dapat berlainan. Alat ukur akan lebih rnu-
sin/peralatan permintaan ini tertera pada gambar dah digunakan bila sipengukur (operator) rnemahami cara
tekniklmesin yaitu spesifikasi geometrik dengan kerja alat ukur. Oleh karena itu, dalam sub bab ini beberapa
beragam jenis toleransi geometrik, prinsip kerja alat ukur geometrik akan diuraikan baik secara
2. pelaksanaan pengukuran yang saksama dengan agak terperinci maupun garis besar cara kerjanya.
pnosedur tertentu untuk menghindarkan terjadi- Kontruksi alat ukur dapat lebih mudah diterangkan
nya kesalahan pengukuran, melalui komponen utamanya yaitu sensor, pengubah, dan
3. pengukuran yang.tak hanya dilakukan setelah penunjuk/pencatat serta pengolah data.
produk selesai dibuat tetapi juga dilaksanakan
sewaktu produk sedang dibuat. Bila perlu mesim 4.1 SENSOR
perka kas d iatur/di-stel untuk memastika n apakah
Sensor adalah "peraba" alat ukur, yaitu yang meng-
elernen geometrik telah mencapai ukuran dalam
hubungkan alat ukur dengan objek/benda ukur. Ujung-
batas-batas toleransinya.
ujung kontak mikrometer, kedua lengan mistar ingsut (uer-
nier caliper),jarum alat ukur kekasaran permukaan adalah
Sebagai petuniuk urnurn, kecerrnatan alat ukur se-
'lli0 claerah toleransi objek ukur. Sebagai merupakan contoh sensor mekanik. Sistem )ensa (objektif)
halknrya sekitar
dapat dimanfaatkan sebagai sensor optik. Suatu poros
cor1toh, suatu poros dengan ukuran:
dengan lubang-lubang kecil, melalui mana udara tekan
mengalir keluar, adalah contoh sensor pneumatik. Sensor

80 Perueuxunnru Trxrurx KoNsrnuxsr Aur Uxun onn Prurusrp Xrrun 81


|
mekanik umumnya merupakan jenis sensor kontak, semen- akan diulas pada sub bab ini den an menonjolk"an ulasan
tara sensor optik dan pneumatik adalah contoh jenis sensor mengenai ketelitian atau kebenaran penerusan isyarat qer-
non-kontak. Sensor kontak akan memberikan gayaltekan- akan sensor.
an pengukuran sementara sensor non kontak hampir atau Contoh pengubah mekanik yang paiilrg sederhana
sama sekali tak memberikan gaya pengukuran. adalah pasangan ulir luar (baut) dan ulir dalam (n'lur] sep-
ertiyang diterapkan pada alat ukur mikrometer, !ihat gam-
4.2 PENGUBAH bar 4.1.

Pengubah ( transducer ) adalah bagian terpenting


hdp Bd
alat ukur, rnelalui mana isyarat sensor diteruskan, diubah i oi0i - lpsrEit l

?k\
.----1-.
(bisa menjadi besaran lain) atau diolah terlebih dahulu p.!e

sebelum diteruskan ke bagian lain alat ukur. Pada bagian \Gh:}. I *"li':ats
\";"**f #" )"D'
inilah diterapkan bermacam-macam prinsip kerja yaitu
dp@yq
\'
mekanik (kinematik), optik, elektrik, pneumatik atau prin- prddllM
(eturu*r,
sip kerja gabungan. Fungsi utama pengubah adalah untuk s3:I*g
Srl&p
memperbesar dan memperjelas isyarat sensor yaitu suatu g{Lddruleru
wn6yd(ep)
perubahan kecil bagi geometri objek ukur menJadi suatu enern mgft

perubahan yang cukup jelas terbaca pada bagian penun-


juk/pencatat alat ukur. Berbagai macam teknik bagi peny- d4m ub

empurnaan penerusan atau pengolahan isyarat dirancang


dan diwujudkan pada bagian pengubah ini. Gambar 4.l Mikrometer

4.2.1 PENGU BAH MEKANIK (KINEMAT!K) Merupakan alat ukur dengan pengubah berprinsip
mekanik/kinematik. Satu putaran poros ukur secara teo-
Prinsip kerja pengubah mekanik berdasarkan prinsip
retik akan menggeserkan poros ini sebesar satu pits ulir
kinematik yang meneruskan serta mengubah isyarat sen-
utama (0.5 mm)" Skala yang dibuat pada silinder putar dapat
sor berupa gerakkan translasi menjadi gerakan rotasi yang
dibagi menjadi 50 bagian yang berarti 1 bagian skala setara
relatif lebih mudah untuk diproses/diubah. Secara teoretik
dengan gerakan translasi sebesar 0.01 mm. Kebenaran ke-
prinsip kinematik rnudah dirancang akan tetapi secara
cermatan pengukuran ini dapat dicapai berkat ulir utama
praktis sulit diterapkan akibat kendala dalam proses pem-
yang dibuat dengan geornetri yang teliti serta pemakaian
buatan dan perakitan. Berbagai jenis pengubah mekanik

82 lPr*"u*r*NTerrurr KoNsrnursr Aur Urun oRru Pruusrp Kgnln 83


I
racet untuk menjaga keterulangan pengukuran. Meskipun Kecermatan sebesar 0.01 mm ini harus dijannin tak
namanya mikrometer, karena alasan kendala pembuatan akan salah sampai dengan orde misalnya + 0.001
dan kepraktisan pemakaian, alat ukur ini umumnya dibuat mm untuk setiap satuan skala putar dan kesalahan
dengan kecermatan tidak mencapai 1 mikrometer. kumulatif misalnya +.0.004 rnm untuk 50 kali pu-
taran yaitu sepanjang geseran maksimunn poros
Beberapa halyang perlu diperhatikan pada mikrometer ini ukur (untuk kapasitas ukur rnikronretel misalnya
adalah: 25 mm).
1. Meskipun ulir utama baut dan mur dibuat dengan Berdasarkan kenyataan ini, sangatlah sulit membu-
ketelitian geometrik yang tinggi, tetap saja akan at mikrometer dengan kecermatan 0.001 mm dan
terjadi kesalahan kisar. Hampir tidak mungkin menjamin ketelitian pembacaan proses penguku-
membuat ulir dengan kesamaan harga pits sepan- ran dengan hasil suatu dimensi objek ukur dengan
jang baut dan mur sampai dengan orde misalnya kecermatan setinggi itu, misalnya 4,167 mm.
0.1 pm.
Akibat ketidaksamaan harga pits sepanjang baut Suatu kekuatan pemutaran (momen puntir) yang
dan mur, satu kali putaran baut tidak mungkin relatif ringan (kecil) akan memberikan Eerakan
menggeserkannya benar-benar sebesar 1 pits teo- translasi dengan gaya dorong yang cukup tinggi.
retik (misalnya 0.5 mm), melainkan akan meng- Bagi benda ukur yang tipis tekanan pengukuran
geserkan sebesar 1 kisar yang harganya bisa lebih yang besar akan melenturkan benda ukur yang
atau kurang dan 0.5 mm. Akibatnya, n kali putaran menga kibatkan terjadinya kesalaha n peng uku ran.
baut akan menyebabkan kesalahan kisar kumula- Tangan manusia tidak sensitif terhadap pemu-
tif (kesalahan terjumlahkan) yang bisa cukup besar taran (kadang kuat, kadang ringan) hal ini akan
yang mungkin melebihi harga kecermatan pem- membuat kita tidak mampu mengulang pemu-
bacaan skala putar. taran dengan cara sama benar. Akibatnya, bila
pengukuran diulang dan hal ini dilakukan dengan
Satu kali putaran poros ukur (silinder putar) dapat cara memutar secara langsung silinder putar, hasil
dibagi 50 dengan cara menuliskan skala putar pada pengukuran bisa jadi tidak sama.
silinder putar. Karena ulir utama dirancang dengan Oleh sebab itu, pengukuran harus dilakukan
harga pits sebesar 0.5 mm berarti satu satuan skala dengan memutar silinder putar lewat racet (gigi-
putar berharga teoretik sebesar 0.01 mm. gelincir). Racet ini akan menjamin ketepatan

84 Prncuruneru TExrurr KoxsrnuxsrAur Uxun oRru PRrrrrsrp KErua 35


I
hasil pengukuran yang diulang-ulang se- putaran (zo= jumlah gigi pinion, misalnya 10). Pu-
bab kekuatan putaran silinder putar dijaga taran pinion diteruskan menjajdi putaran jarum
seringan mungkin dan tetap sama sesuai penunjuk melalui pasangan roda-gigi. Bila perban-
dengan kekuatan pegas racet. dingan putaran pasangan roda gigi inisebesarzr/
z, (misalnya 50/10), dan satu putaran penuh jarum
4. Jika mulut-ukur ditutup yaitu dengan memu- penunjuk dinyatakan dengan n skala (misalnya
tar (melalui racet) poros ukur sehingga berimpit 100), maka kecermatan jarum ukur ini dapat diran-
dengan landasan, pada saat itu garis indeks (garis cang dengan rumus:
memanjang pada silindetetap) harus persis menun- Kecermatan: I skala:
juk skala putar pada harga nol. Untuk memungkin-
kan hal ini, silinder-tetap, diatas mana garis indeks PxZp o'25xlo :o.ooimm
dituliskan, harus bisa diatur posisinya.
-
22/Zlxn 50/10x100
Hal ini dilaksanakan dengan merancang silinder-
tetap yang terpisahkan dari rangka dengan mem- 6.d(-lah Colrpan et
buat suaian pas ( transition fits) terhadap silinder
mur utama. Dengan cara ini penyetelan.nol (zero
setting) dimungkinkan dan keterakitan alat ukur
terwujudkan. c*@ -z
*
l0J
/*
Contoh lain bagi pengubah dengan prinsip mekanil</kine- {0
C6-
{l
matik adalah pasangan roda gigi dengan batang gigi. dan
sistem roda gigi yang diterapkan pada jam ukur (dialindi-
cator) lihat gambar 4.2.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada rancangan ki-


nematik ini adalah:
1. Suatu gerakan translasi sensor sepanjang satu pits Gambar 4.2 Prinsip pengubah kinematik yang diterapkon pado
batang-gigi (rack; misalnya 0.25 mm) akan memu- jam ukur (dial indicator). Perhatikon roncongan pencegah ket-
tar roda-gigi pasangannya (pinion) sebesar 1 /2, erlombatan gerak bolik (back-lash compensotor) bagi gerakan
sensor yang diteruskan sebagai putaran jarum penunjuk

86 PrucurunRN Terrurr Konsrnurg Aur Urun oau Pnrusrp KErua 87


Gigisuatu roda gigi (atau batang gigi)tak mungkin gerak turun dengan daya dorong pegas spiral (en-
dibuat dengan profil involute ideal. Oleh sebab itu, ergidisimpan oleh pegas spiral saat sensor berge-
tebal gigi umumnya dirancang dengan toleransi rak naik).
minus yang berarti tebal gigi dibuat sedikit lebih
kecil danpada ketebalan gigi nominal. 3. Tekanan ringan yang diberikan sensor pada per-
Bila pasangan roda gigi ini dirakit dengan jarak mukaan benda ukur (tekanan pengukuran) berasal
senter nominal, pasangan gigi akan meneruskan dari pegas penekan pada batanggigi.
putaran dengan hanya salah satu sisigiginya yang
saling berimpit (sisi gigi lainnya tak saling bersing- Beberapa alat ukur pembanding/ komparator (diat
gungan, jadi ada celah di antaranya untuk menja- comparator) menggunakan prinsip pengubah gerakan
ga jangan sampai pasangan roda gigi macet gara- secara mekanik yang istimewa. Cara kerjanya sederhana
gara ada kesalahan profilyang berharga positif). tetapi menghasilkan perubahan gerakan yang cukup besar.
Bila putaran diubah arahnya, sementara roda gigi Kecermatan komparator jenis ini umumnya sebesar 0"001
pemutar dan yang diputar tetap fungsinya, roda mm tetapi memiliki kapasitas ukur yang terbatas (jarak ge-
gigi pemutar akan berbalik lebih dahulu untuk t
rak sensor sebesar 0.1 mm). Contoh cara kerja mekanik
sepanjang celah gigi sebelum berfungsi penuh. yang istimewa ini adalah pengubah gerakan pada Eden-
memutar roda gigiyang diputar. Kejadian inidina- Rolt "Millionth" Comparotor, Johansson Mikrokotor dan Sig-
makan sebagai keterlambatan gerak balik (back- maComparator.
lash). Back-lash yang terjadi pada pasangan roda Pengubah mekanik Eden Rolt Comparator menggu-
gigi pemutar jarum penunjuk akan mengganggu nakan dua buah blok yang diikat dengan pelat tipis (baja;
pembacaan skala karena posisi jarum penunjuk bersifat pegas) ditunjukkan pada gambar 4.3. Sensor diatur
yang berubah-ubah jika sensor sedikit berubah ketinggiannya relatif terhadap blok ukur acuan. Perbedaan
(bergetar).
ketebalan/ ketinggian blok ukur yang dikalibrasi terhadap
Untuk mengurangi efek back-lash digunakan blok ukur acuan akan menyebabkan sensor menggeser-
back-lash compensotor yaitu roda gigi pemutar kan blok M relatif terhadap blok diam F misalnya sebesar
untuk arah putaran. kebalikan dengan arah puta- d. Penggeseran ini akan menyebabkan pelat tipis di ujung
ran roda gigi pemutar utama. Roda gigi pemutar ke dua blok melengkung. Karena disatukan dengan batang
utama berfungsi saat sensor bergerak naik dengan penunjuk, maka penunjuk akan terputar sebesar 6. Sistem
daya dorong yang berasal dari sensor. Roda gigi mekanik seperti ini dapat dikategorikan sebagai sistem be-
pemutar arah kebalikan berfungsi saat sensor ber- bas gesekan, bebas dari sifat negatif yang sering menyer-

88 PrncuruRRru Trxnrx
KonsrRuxsr Aur Urun onru PnrNsp Krrue 89
I
tai sistem mekanik yaitu histerisis (akan diulas lebih lanjut dirancang memiliki panjang sebesar 200 mm bila kecer-
pada babl 5 Sifat Umum Alat Ukur). matan dirancang sebesar 1 gm.
Perubahan posisi penunjuk ini dapat diamati secara
tak langsung dengan memakai sistem optik (sehingga men- o'oolr2oo:l:mm
,s=
jadi sistem gabungan optomekanik) atau langsung melalui 0,2
garis tipis relatif terhadap bidang skala. Jarak antar garis
skala dan kecermatan alat ukur ini dapat dirancang seperti Bagian pengubah alat ukur pembanding Johansson
yang diperlihatkan pada gam.bar 4.3. Mikrokator mempunyai pelat tipis dengan jarum penunjuk
(yang sangat ringan) ditempelkan di tengah-tengahnya.
Mulai dari bagian tengah ini pelat tipis tersebut secara per-
,rrlrrA*_ 1 ,nm manen dipuntir/dipilin dalam arah yang berlawanan se-
hingga membentuk spiral kiri dan spiral kanan, lihat gam-
s -o.r- $n bar 4.4. Salah satu ujung pelat yang terpilin dipasang tetap
pada batang pengatur, sedang ujung yang lain dipasang-
^OG
6.9.o-rq" kan pada salah satu lengan penyiku. Lengan yang lain bagi
penyiku ini, yang terbuat dari pegas baja, dihubungkan
xd
b dengan poros pengukur.
CD

8 Apabila poros pengukur bergerak naik ataupun tu-


f
75 run, sesuai dengan perubahan dimensi objek ukur, penyiku
I akan berubah bentuknya dan menyebabkan pelat yang
t
fib metal terpilin (spiral) mengalami perubahan panjang, menjadi
perqlkat
lebih terpilin atau kurang terpilin. Dengan demikian, jarum
yang terpasang di tengah-tengahnya akan bergerak sesuai
dengan isyarat sensor. Aspek lain yang menarik dari alat ini
Gambar 4.3. Penguboh mekanik pada Eden Rolt adalah cara pemasangan poros pada badan alat ukur. Da-
"Mi I I i o nth" Co m p a rato r
lam hal ini digunakan pelat pegas berupa cincin dengan
maksud untuk menghindari gesekan. Pembesaran alat ini
Bila perubahan posisi jarum diamati melalui garis
dapat dirancang mencapai 5000x.
indeks relatif pada bidang skala, dapat dibuat jarak antar
garis skala sebesar 1 mm. Oleh sebab itu, jarum penunjuk

90 PencuxuRRu Trrux KorusrRuxsr Aur Urun oeN PRrr.tsp Krue 91


Karena kepegasan pita pengikat, engsel akan cenderung
iE um (darl gelaryane aanoaftpb) kembali ke posisi mula jika beban dihilangkan.
Lengan yang berbentukY yang terpasang pada blok
rptal
kid ['-'* sd.al
kman
gerak akan memperbesar gerakan serta memutar silinder
\ \ (tempat batang penunjuk terpasang) melalui pita baja.
leno8n lu
Fk-< Penekan yang berujung runcing dapat diatur jaraknya ter-
pengstr+ f + pegar
slls^t
hadap sumbu engsel dengan cara mengencangkan salah
ban
p€ngdur satu baut dan mengendorkan baut yang lain yang kedua-
nol 9.1. r
Pombesrtsn - nya terpasang pada poros pengukur. Jarak gerakan poros
w2- n
pengukur ini relatif kecil dan dipasang pada badan alat
t -penjary rplral ( pada g6ds noud :
ukur dengan memakai diafragma. Dengan demikian, gese-
w - bbrr.trral (O.OO mm)
n - iumlarr punt.an
kan yang merugikan dapat dihindari.

I F rur.-$t pondok
"r
sensoi

Gambar 4.4 Konstruksi pengubah alat ukur pembanding o**31


Johansson Mikrokator
penakan

Alat ini merupakan jenis pengubah mekanik bebas


gesekan. Penyetelan nol (zero setting) dilakukan dengan pita
Ua]a-z.".---.
mengencang/ mengendorkan baut pengbtur sehingga pita
kurang/lebih terpilin dan jarum bergerak menuju angka nol
(atau angka lain sebagaiacuan pengukuran).
Pengubah pada Sigma Comparator menggunakan
"engsel" yang bebas gesekan. Dua blok yang disatukan LR
dengan tiga pelat tipis yang saling menyilang, lihat gambar x'7 owrqna r
+ tonto
4.5, berfungsi sebagai engsel. Apabila blok yang bebas ber-
gerak ditekan, blok ini akan terputar relatif terhadap blok
Gambar 4.5 Skema prinsip kerja pengubah mekonik
yang diam, persis seperti gerakan yang terjadi pada engsel.
SigmaComparator

gZ I Pr*or*r*NTrxurr KorusrRurs Ar-nr Uxun oRru PsNsrp KeruR I gg


I I
4.2.2.PENGU BAH OPTOMEKANIK antar garis 2 mm, hal ini setara dengan merancang kecer-
matan sebesar 0.00'l mm.
Beberapa alat ukur pembanding menggunakan prin-
Faktor pembesaran sebesar 2 pada sistem optikterse-
sip kerja gabungan yaitu pengubah mekanik dan optik sep-
but merupakan pengaruh perubahan kemiringan cermin
erti contoh yang diperlihatkan pada gambar 4.6.
pemantul, seperti yang dijelaskan pada gambar 4.6.
Pengubah mekanik berupa sistem kinematik yang
berfungsi untuk memperbesar perubahan silinder pengu-
kur (sensor) menurut perbandingan jarak antara ke dua
ujung batang terhadap engselnya. Sistem mekanik diga-
bung dengan sistem optik melalui cermin yang kemirin-
gannya dapat diubah. Sementara itu, cermin berfungsi
Sebagai pemantul berkas cahaya pada sistem pengubah
optik. Pengubah optik dapat merupakan sistem pemben-
tuk bayangan yang berupa garis yang diproyeksikan pada
iayar kaca buram tempat skala tercantum (atau dibalik; bay-
angan skala diproyeksikan pada kaca buram yang memiliki
garis indeks). poi$ltu rnh
Dql66luya
Jika perbandingan jarak antara ke dua ujung batang -2 (0+0)-2 0
-2 E
kinematik terhadap engselnya adalah 20 ; 'l , sedang per-
bandingan radius skala dengan jarak antara engsel dengan
ujung cermin pemantul adalah 50 : 1 , maka pembesaran
total alat ukur adalah: Gambar 4.6 Prinsip kerja alat ukur optomekanik

pembesaran mekanik : 1 x20x 1 =20satuan.


pembesaranoptik :50x2 =100satuan. 4.2.3 PENGUBAH ELEKTRIK
pembesaran total : 20 x 100 = 2000 satuan. Pengubah dengan prinsip kerja elektrik berfungsi
untuk mengubah isyarat non elektrik baik yang berasal
Halini berarti: langsung darisensorataupun yang telah melalui pengubah
Bila jarak perubahan sensor sebesar 1 prm dirancang men- primer (pengubah mekanik, optik, pneumatik, atau kombi-
imbulkan pergeseran garis indeks pada skala dengan jarak nasinya), menjadi isyarat dengan besaran elektrik.

94 I P.*ou*u*u Trxurx KoNsrRuxsr Aur Urun oex PRrNsrp KrR.lR 95


I
Perubahan besaran elektrik (arus atau tegangan lis-
trik) dapat diolah dan diperbesar dengan memakai prinsip
elektronik. lsyarat akhir, yang berupa besaran listrik, diukur
dengan alat ukur besaran listrik. Hubungan atau korelasi
antara isyarat mula dengan isyarat akhir dapat diketa-
hui melalui penyetelan dan kalibrasi sehingga diperoleh
p.ldloFslio. 'v.'C*
harga kepekaan atau kecermatan seperti yang diran- Vo----x--l-Kre
cang. Dua contoh pengubah elektrik yang dibahas berikut
adalah jenis kapasitif dan jenis transformator.
Ga m ba r 4'7'i!,ii,i;2[:r,::,'{ a n s ke m a
!;'s
4.2.3.1 Pengu bah Ka pasitif
Kapasitor dapat terbentuk apabila dua buah pelat 4.2.3.2 Pen gubah Jen is Tra nsformator
metal didekatkan sampai sejarak [,. Besarnya kapasitas un- ( LVDT)
tuk mengumpulkan muatan listrik bagi kapasitor ini dipen- Pengubah jenis Transformator Beda Linier (Linear
garuhi oleh jarak pelat, luas permukaan pelat, dan dielektri-
Variable Differentiol Transformer, LVDT) bekerja dengan
kum yang mengisi celah antara pelat. Jika jarak pelat di u bah, prinsip transformator yaitu timbulnya tegangan imbas pada
sementara beberapa faktor lainnya tak diubah harganya, kumparan sekunder akibat adanya tegangan listrik pada
besarnya kapasitas ini berbanding terbalik dengan jarak 0. kumparan primer. Tegangan imbas pada ke dua kumparan
Artinya, semakin jauh jarak pergeseran, kapasitasnya akan sekunder akan sama besarnya apabila kedudukan inti (kern
menurun atau sebaliknya. Jadi, dapat dikatakan bahwa core; terbuat dari besi) berada ditengah-tengah, lihat gam-
pelat kapasitor ini sensitif terhadap perubahan jarak.
bar 4.8. Apabila letak inti bergeser dari posisi semula (posisi
Suatu sirkuit elektronik dapat direncanakan untuk nol), tegangan imbas pada salah satu kumparan sekunder
mengetahui besarnya perubahan kapasitas kapasitor aki- akan naik dan yang lain akan turun dengan harga yang
bat perubahan jarak yang diteruskan oleh sensor. Salah sama sebanding dengan perubahan jarak pergeseran inti,
satu cara yang umum diterapkan adalah dengan penguat sepertirumus berikut (hanya berlaku pada daerah linear):
operasional (Op-Amp) dengan skema seperti gambar 4.7.
Tegangan keluarVo (out puq mV) dalam halinisetara den- 9lrmuh.Lt
VL: Ymula +
gan jarak (t) dikalikan dengan faktor penguat (K,). 2

96 I Pr*or*r*ru TexNrr
I KoNsrnurs Aur Urun oeru Pnrxsrp Kmtn 97
3. Suatu sistem optik (atau gabungan optomekanik),
yang dirancang untuk mendeteksi (peka terhadap)
Y2 =Vmula -9Vmuta.L{,
2 perubahan gerakan, diusahakan untuk mengubah
Apabila ke dua kumparan sekunder ini dihubungkan
intensitas cahaya yang mengenai fotosel yaitu
secara seri dengan orientasi terbalik, tegangan keluar akan
pada saat terjadi perubahan gerakan.
sama dengan:
4. Pengolahan sinyal foto sel (besaran listrik) sede-
mikian rupa sehingga korelasi (hubungan) antara
Vo=V,-Vr= CV.,,".A8
perubahan intensitas cahaya dengan peruba-
han gerakan dapat dibaca dengan kecermatan
di mana C adalah konstanta yang dipengaruhi oleh kon-
tertentu.
struksi alat ini.
Berbagai macam teknik penerapan prinsip dasar di
atas dapat diterapkan. Salah satu teknik penerapan yang
sederhana adalah sepertiyang diperlihatkan pada gambar
4.9 yang merupakan bagian sensor dan bagian pengubah
alat ukur kekasaran permukaan.

Ga m ba r 4.8 Li n ea r Va ri a b I e D i ffe re nt i o I Tra n sfo r m e r, LV DT

4.2.4 PENGU BAH OPTOELEKTRIK


Prinsip kerja pengubah jenis optoelektrik umumnya
dirancang dengan penggabungan beberapa prinsip dasar
berikut:
1. Fotosel (photocell/photodiode) merupakan kom-
ponen elektronik yang peka terhadap sinar yang
jatuh pada permukaan aktifnya.
2. Berkas cahaya dari suatu sumber cahaya (lampu
atau LED; Light Emitting Diode) diarahkan oleh sis- Gambar 4.9 Serlsor alat ukur kekasaran permukaan yang meng-
tem optik supaya mengenai fotosel. gunakan pengubah (mekono) optoelektrik

s8 Pencurunnru TrxNrr
KorusrRurs Aur Urun oau PmNsrp Krrur I gg
I
I
Sensor yang berupa ujung jarum diatur sehingga 4.2.5 PENGUBAH PNEUMATIK
menempel permukaan yang akan diukur kekasarannya Alat ukur geometrik dengan pengubah pneumatik
(sampai penunjuk skala berhenti pada posisi nol). Disini bekerja atas dasar suatu gejala bahwa kondisi suatu aliran
bekerja sistem mekanik, optik dan elektrik. udara yang tertentu (tetap) akan berubah apabila ada pe-
rubahan pada celah antara permukaan benda ukur dengan
Sistem mekanik: permukaan sensor alat ukur (di mana udara ini mengalir
Akibat tekanan pegas pada batang ayun sensor akan melaluinya). Perubahan kondisi aliran udara ini dapat dik-
selalu menempel pada permukaan. Poros alat ukur digeser- etahui dengan cara mengukur perubahan tekanan atau ke-
kan (digerakkan oleh motor yang dikontrol kecepatannya) cepatan aliran.
sepanjang sampel kekasaron dan sensor menggeser sambil Alat ukur pneumatik ini secara keseluruhannya di-
bergerak turun naik mengikuti profil kekasaran. Gerakan anggap sebagai suatu sistem aliran udara yang terdiri atas
sensor menggoyangkan batang ayun pada engselnya dan bagian-bagian sebagai berikut:
pelat bercelah mengikutinya sesuai dengan perbandingan 1. Sumber udara tekan,
jarak sensor engsel dan pelat engsel. 2. Sensoryang berfungsi juga sebagai pengubah,
3. Alat ukur perubahan kondisialiran udara.

Sistem optik:
Berdasarkan ca ra peng ukuran perubaha n kondisi ali-
Berkas cahaya diarahkan pada sepasang fotosel me- ran udara dapat diklasifikasikan dua jenis alat ukur pneu-
lalui celah. Akibat goyangan celah, ke dua fotosel akan me- matik yaitu,
nerima cahaya dengan bergantian intensitasnya. Saat celah 1. SistemTekanan Balik(Back Pressure System)
bergerak ke atas fotosel yang di atas akan menerima cahaya 2. Sistem Kecepatan Aliran (Flow-Velocity System)
dengan intensitas yang lebih besar daripada yang diterima
foto sel yang di bawah. Hal sebaliknya akan berlaku saat 4.2.5.1 Sistem Tekanan Balik
celah bergerak ke bawah.
Prinsip kerja alat ukur pneumatik dengan sistem
tekanan balik dapat diterangkan dengan menggunakan
Sistem elektrik:
skema seperti gambar 4.10
Perubahan sinya! listrik karena perubahan intensitas Udara dengan tekanan tertentu p, mengalir melalui
cahaya pada sepasang fotosel secara sistematik mengikuti lubang pengontrol (yang dapat diatur diameter efektifnya)
irama goyangan celah (naikturunnya sensor mengikuti pro- menuju ke ruang antara. Sementara diameter lubang pen-
fil permukaan) dapat diproses secara elektronik.

100 PpttcuxunnN TrxNrr


KoNsrnursrAur Uxun oRru Pmrusrp Krrun I fOf
I
gontrol dibuat tetap, d,, "diameter efektif"d, (melalui mana
udara tekan ini mengalir keluar) dapat berubah sesuai den-
Ean perbedaan antara diameter benda ukur dan diameter
sensor.
Tekanan udara pada ruang antara, po, akan berubah
rnengikuti parubahan dr. Dengan mengatur diameter efek-
tif d, dan d, (mengatur luas lubang efektif A, dan Ar) serta
tekanan p, (biasanya 1 s.d. 29.6 N/cm2) dapat diperoleh
suatu daerah linear yang cukup panjang dari kurva yang
menggambarkan hubungan antara koefisien p, /po den-
gan A1// o2. Untuk harga p,/po antara 0.6 dan 0.8, yaitu pada
A2l A1 la.tda &r
daerah linier, berlaku rumus berikut:
Gambar 4.1O Alot ukur pneumatik dengan sistem tekanan bolik.
Po A'
p, - A1 at€ru Po'Pt a
a - bA' - bfi o'
4.2.5,2 Sistem Kecepatan Aliran
Kepekaan atau sensitivitas alat ukur pneumatik ini Berbeda dengan sistem tekanan balik yang mengu-
dengan demikian dapat dicari dengan mendiferensiasi po kur perubahan tekanan, alat ukur pneumatikdengan sistem
(besaran yang ditunjukkan alat ukur)terhadap A, (besaran kecepatan aliran bekerja atas dasar perubahan kecepatan
yang diukur perubahannya). aliran udara. Dalam sistem ini lubang pengontrol dengan
diameter efektif d, tidak diperlukan. Jadi, kecepatan aliran
udara hanya dipengaruhi oleh perubahan penampang
#" -f, o,;N/cmz/cm2
efektif Ar, yaitu celah antara permukaan sensor dan permu-
kaan benda ukur.
Rumus di atas menyatakan bahwa kepekaan alat Biasanya kecepatan aliran udara diukur dengan
ukur pneumatik sistem tekanan balik adalah berbanding menggunakan tabung konis (dari gelas) dan suatu penga-
lurus dengan tekanan p, dan berbanding terbalik dengan pung, Iihat gambar 4.11. Karena adanya aliran udara maka
luas penampang lubang pengontrol A, (atau kuadrat dia- pengapung akan terdesak ke atas sampai suatu kedudukan
meter efektit dr). tertentu dia akan mengapung, yang berarti pada saat itu
gaya beratnya seimbang dengan gaya tekan ke atas aliran

1OZ I Pr,,,or*r*ruTexxrr Korusrnuxsr Aur Urun onru pnrrusrp Keu I f Og


I
I
udara yang mengalir melalui celah antara pengapung dan
dinding tabung konis. F Kecopalrnrlrrll
belpuur&n
m€ngtPurc
Apabila celah antara permukaan sensor dengan per-
mukaan benda ukur menyempit (bila objek ukur, misalnya
diameter lubang mengecil), kecepatan aliran udara akan
turun. Akibatnya, pengapung akan turun sampai suatu
kedudukan tertentu setelah terjadi lagi suatu keseimban-
gan (karena celah antara pengapung dengan dinding
tabung konis semakin ke bawah akan semakin sempit). Hal
yang sebaliknya akan berlaku yaitu bila celah antara per-
mukaan sensor dan permukaan benda ukur membesar.
Dengan demikian, ketinggian pengapung relatif ter-
hadap tabung konis yang diberi suatu skala tegak (verti-
kal) menggambarkan ukuran celah antara sensor dengan Gambar 4.1 1 Alat ukur pneumatik dengan
benda ukur. Bila ukuran nominal telah ditetapkan dengan si stem kecepata n ol iran

memakai kaliber penyetel (harga nol ditetapkan), skala


yang ditunjuk pengapung merupakan selisihnya terhadap F =_a+bA2 dankepekaarurya
harga nominal. Pada daerah linier bagi kurva yang meng- ffi=t
gambarkan hubungan antara kecepatan aliran udara F
(atau kedudukan pengapung) dengan penampang efektif di mana b adalah faktor kepekaan yang dipengaruhi oleh
A, yaitu celah antara sensor dan benda ukur, berlaku rumus konstruksialiran udara yang tekanan dan kecepatan aliran
sebagaiberikut: udara ditentukan dan diatur/di stel.
Bagi ke dua sistem pengukuran diatas (tekanan balik
maupun kecepatan aliran) penyetelan kepekaannya (be-
rartijuga kecermatan atau arti jarak antar garis-garis skala;
misalnya untuk pits 2 mm setara dengan 0.005 mm peruba-
han dimensi benda ukur) serta kedudukan nol (letak angka
acuan) dilakukan dengan bantuan kaliber penyetel (alat
ukur acuan dengan harga nominal tertentu).

lM I P."or*u*uTerntx KomsrRuxsl Aler Urun oRru Pnrrusrp Krrun 105


I
ffi @
Di industri komponen mesin & peralatan pabrik, alat
ukur pneumatik jenis kecepatan aliran lebih banyak dipakai Jenis kontak

4RNi
dengan Sislsm
daripada jenis tekanan balik. Meskipun harga satuan alat A.
B,
fotakurtmgen
Bola
C.
ukur inicukup mahal, ongkos pengukuran umumnya akan Polat

relatif murah. Hal ini dimungkinkan karena sensor dapat


direncanakan sesuai dengan kondisi benda ukur serta je-
nis pengukuran sehingga pemakaiannya sangat cepat dan
mudah, lihat gambar 4.'12.
ffi@@ Jonas
Dua lubrm

M ffiffi
A&B:toloransi
diamtd
Kontak antara permukaan sensor dengan permukaan C : kesilindrisan

objek ukur dapat dihindari karena adanya suatu "bantalan


udara". Jadi, keausan sensor dapat dikurangi atau bahkan (c)

tak terjadi sama sekali. Sensor dengan lubang kecil yang


menyemprotkan udara langsung ke permukaan objek ukur n
hanya sesuai untuk permukaan objek ukur yang halus. lb -,,iffi Ji?f,."'"*

J
I ln Zk***J A
cao
;[::,:J:1
Semakin kasar permukaan objek ukur aliran udara akan se-
(A) -M (B) --,ED%
(c)
W--'--- (o)
'r"i"l"-"'"'
makin tidak beraturan.
d? fu
,
E.Fdanc
Untuk permukaan yang relatif kasar (Ra > 1,25 pm
perlu digunakan sensor kontak yang mempunyai bagian
ffi- "-5k- @TJ
(E) (F) (g) (H)
,.,:"#,:lily-

mekanik antara lubang aliran udara dengan benda ukur.


Sensor mekanik ini dapat berupa bola, batang, silinder atau Gambar 4.12. Berbogoi macom sensor alot ukur pneumotik
pelat yang bersinggungan langsung dengan permukaan
objek ukur. Suatu gerakan pada sensor mekanik (sensor 4.2.6 PENGUBAH OPTIK
kontak) akan menyebabkan perubahan diameter efektif lu-
Pada dasarnya sistem optik yang digunakan sebagai
bang aliran udara pada bagian alat ukur (bukan antara per-
pengubah alat ukur berfungsi sebagai pembelok, pembias,
mukaan benda ukur dan sensor).
atau pemantul berkas cahaya yang berasal dari suatu
ob_
jek sehingga terbentuk suatu bayangan (maya
atau nyata)
dengan ukuran/penyimpangan yang lebih besar daripada
ukuran/penyimpangan objeknya. Objek dalam hal inidapat
berupa benda ukur atau komponen alat ukur misalnya
skala

106 PrHcuxuReru TexNrx KonsrRuxsrAur Uxun onru pnrrusrp Krrun I nZ


I
atau garis indeks. Sistem optik biasanya terdiriatas gabun-
gan komponen yang berupa cermin, lensa, dan prisma.
Beberapa jenis sistem optik yang digunakan dalam bidang
pengukuran antara lain pembesar, mikroskop, proyektor,
teleskop, autokolimator dan teleskop posisi.

4.2.6.1Lensa Pembesar
Sistem optik yang paling sederhana yang memun-
gkinkan seseorang untuk melihat suatu objek dengan Gambar 4.14 . Prinsip lensa pembesar
lebih jelas adalah lensa pembesar. Suatu objek yang dile-
takkan pada jarak fokus (titik api) lensa pembesar akan 4.2.6.2 Mikroskop
terlihat oleh mata sebagai suatu bayangan objek dengan Apabila dua lensa pembesar (susunan lensa) diatur
ukuran yang lebih besar, lihat gambar 4.13. Lensa pembe- menjadi satu sistem optik dapat dibuat menjadi mikroskop.
sar umumnya dipakai pada sistem pembacaan skala atau Lensa pembesar (susunan lensa)yang berada didekat mata
sebagai alat ukur pembanding yaitu dengan menyisipkan disebut okuler, sedang yang berada di dekat objek berna-
gambar transparan bentuk geometri acuan/standar yang ma objektif. Skema mikroskop ini diperlihatkan pada gam-
akan terlihat sebagai latar depan objek ukur. Pembesaran- bar 4.15. Suatu objek MN yang diletakkan di depan objektif
nya (magnification) lensa pembesar ditentukan dengan ru- akan membentuk bayangan nyata dan terbalik pe. Melalui
mus sederhana berikut: okuler bayangan PQ ini akan terlihat oleh mata sebagai
bayangan RS, yang jika dibandingkan dengan ukuran objek
aslinya, pembesaran totaladalah :
OPD
MN=7 R^S R,S PO
MN PQ MN
di mana,
D = jarak terdekat benda ukur yang masih dapat terlihat
di mana,
oleh mata dengan jelas (tanpa lensa). Untuk mata
normaladalah 250 mm. RS
f = jarak fokus lensa pembesar, mm. = pembesaran total
MN

108 I P.*or*u*NTernrx
KousrnuxsrAr-er Uxun oRN PRrusrp KrR:a I f Og
I
l
RS 4.2.6.3 Proyektor
= pembesaran okuler
MN Dua sistem lensa, yaitu kondensor dan proyektor
merupakan komponen proyektor, lihat gambar 4.16. Ber-
.RS = pembesaran objektif
kas cahaya dari suatu sumber cahaya diarahkan oleh kon-
MN
densor menuju objek yang diletakkan di antara kondensor
dan proyektor. Karena benda ukur biasanya tidak tembus
cahaya jadi hanya sebagian berkas cahaya yang diteruskan
dan diproyeksikan ke suatu layar, sehingga terlihat bayan-
gan benda ukur yang gelap dengan latar belakang yang
terang.
Pemeriksaan bayangan benda ukur (pengukuran
atau pembandingan dengan contoh bentuk standar) di-
_.1\=-. lakukan dari balik layar yang terbuat dari kaca buram. Sep-
. -\\\ erti halnya pada mikroskop, benda ukur dicekam pada meja
Js geser (koordinat X-Y) sehingga bayangan benda ukur dapat
digerakkan relatif terhadap garis silang yang terdapat pada
Gambar 4.15 . Prinsip mikroskop
layar. Jarak yang ditempuh oleh gerakan bayangan dapat

Seperti halnya dengan kegunaan mikroskop pada dibaca pada skala kepala mikrometer dengan mana meja
posisi digerakkan; arah X dan/atau Y.
umumnya alat ukur ini memang digunakan untuk mem-
perbesar objek ukur yang relatif kecil. Dengan sistem optik Alat ukur proyektor profiljenis CNC dilengkapi den-
gan sistem kontrol gerakan meja. Bayangan digerakkan
objek ukur tak teraba oleh sensor (non kontak)dan pen-
secara otomatik sesuai dengan program pengukuran yang
gukuran dimensi dilaksanakan dengan meletakkan
dibuat khusus untuk suatu benda ukur. Serupa dengan me-
benda ukur pada meja translasi yang digerakkan den-
gan kepala-mikrometer (micrometerhead). Pengamat sin ukur CNC (CMM; Coordinate Measuring Machine) atau
mesin perkakas CNC, sistem kontrolgerakan meja meman-
melakukan penyetelan nol, kemudian menggerakkan
faatkan motor servo dan alat ukur jarak (inductosyn atau
meja sehingga garis silang (bayangan gambar yang
encoder). Dalam hal ini sensor jenis fotosel ditempelkan
disisipkan di sistem lensa okuler) terlihat menempel
pada kaca buram untuk mendeteksi saat pemulaian dan/
pada ujung objek ukur. Panjang objek ukur dilihat den-
gan membaca skala mikrometer penggerak meja. atau pengakhiran penghitungan jarak gerakan bayangan.

110 PrxcuxuReru Trrrurr KorusrRuxsr Amr Urun oeu Pntrusrp KrruR 11L
menggunakan prisma, cermin ataupun sistem lensa pem-
balik. Pembesaran yang dapat dicapaiteleskop merupakan
perbandingan antara jarak fokus dari objektif dengan okul-
er. Dua macam alat ukur geometrik yang menggunakan
prinsip teleskop adalah autokolimator dan teleskop posisi.

otlr*ttr

Gambar 4.16. Prinsip proyektor profrl. Jenis CNC dileng-


kapidengon sistem kontrol gerakan meja yang menggerokkan
Gambar 4.17. Prinsip teleskop astronomi
bayangan relatif terhadap fotoselyong ditempelkon di layar

4.2.6.4Teleskop
Teleskop adalah nama suatu sistem optik yang digu-
nakan untuk melihat objek yang jauh supaya terlihat dekat
o ll o-oo
dengan bayangan yang jelas. Dua sistem lensa yaitu ob-
t,
jektif dan okuler diatur jaraknya sedemikian rupa sehingga -4i
---n--
berkas cahaya yang sejajar (yang berasal dari objek yang
jauh) akan difokuskan oleh objektif pada titik yang sama dc#b
dengan jarak fokus okuler. -

Oleh okuler berkas cahaya inidibiaskan menjadiber- Gambar 4.1 8. menunjukkan prinsip autokolimator (autocollima-
kas cahaya yang sejajar lagi sehingga bayangan objekdapat tor), dengan suotu kondensor yang mengarahkan berkas cahoya
terlihat oleh mata dengan lebih jelas tanpa atau dengan se- dari sumber cohaya di otas sumbu optik menuju torget yang
berupo garis. Suatu cermin semi reflektor (sebagion berkas cahoya
dikit penyesuaian (akomodasi), lihat gambar 4.17. Bayangan
dipontulkon, sebagian lain diteruskan) dengan posisimiring 45"
yang terlihat oleh mata posisinya terbalik. Bila dikehendaki,
terhodap sumbu optikteleskop akan membuat seoloh-olah target
bayangan tersebut dapat dibuat menjadi tegak dengan terletak pada sumbu optik persis poda jarok fokus objektif

112 PencuruRnl TrrNtx Korusrnuxsr Aur Uxun oln PRrr.rsrp KrruR ff3
I
Dengan rancangan seperti ini berkas cahaya yang
keluar dari objektif akan merupakan berkas cahaya yang
sejajar, dan melalui okuler pengamat tidak akan langsung
=T= df, lslr -F{r
dg--'larmruX,
ort lrr9.l
melihat sumber cahaya. Berkas cahaya, yang mengandung : b.lui drilnl(
bayangan garis target ini, dipantulkan kembali oleh suatu rfnt|(
cermin, disebut reflektor, yang diletakkan pada jarak ter-
tentu di depan autokolimator.
Melalui okuler, pengamat akan melihat bayangan
garis target yang telah dipantulkan oleh reflektor yakni Teleskop Posisi
garis horisontal dengan latar belakang terang. Pada fokus
Berbeda dengan autokolimator yang mendeteksi
okuler dipasang pelat gelas tipis yang ditengahnya dibuat
kemiringan suatu target yang berupa cermin, teleskop po-
dua garis sejajar horisontal. Pelat gelas tersebut dapat di-
sisi digunakan untuk mengamati perpindahan posisitarget
gerakkan naik-turun dengan bantuan mikrometer. Melalui
relatif terhadap sumbu optiknya dalam arah horisontaldan
mikrometer ini pengamat berusaha untuk melingkupi garis
vertikal (linear). Dalam hal ini target berupa gambar skala
bayangan target dengan dua garis sejajar ini sesimetrik ya ng terdi ri ataskaran-lingkaran konsentri k. Umumnya
li n g
mungkin. Kemudian, posisi dua garis sejajar (berarti: posisi
skala konsentrik tersebut dibuat pada gelas transparan, se-
garis target) dibaca pada skala mikrometer.
hingga bila diinginkan dapat diterangi dengan lampu yang
Tergantung pada rancangannya, skala mikrometer
dipasang di belakangnya secara langsung atau dengan me-
autokolimator bisa memiliki kecermatan 0.1 sekon dengan
makai sistem lensa pembuat sejajar berkas sinar.
kapasitas ukur hanya 10 menit. Autokolimator sebenarnya
Seperti halnya pada teleskop, pengamat dapat me-
memang merupakan alat ukur sudut, yaitu sudut kemirin-
lihat target yang berada di depannya. Supaya target yang
gan cermin reflektor relatif terhadap sumbu optiknya. Jika
diletakkan di dekatnya (> fokus objektif ) atau jauh di depan
posisi reflektor diubah karena dipindahkan posisinya (atau (beberapa puluh meter) dapat terlihat dengan jelas dan tak
karena terubah akibat perbedaan yang terjadi pada sistem
terbalik, teleskop posisi dilengkapi dengan sistem lensa
pengukuran), posisi garis target yang dipantulkan kembali
pemfokus dan sistem lensa pembalik, lihat gambar 4.19.
menuju objektif akan terletak pada bidang fokus okuler Pada fokus okuler dipasang pelat gelas tipis dengan
yang tak selalu pada sumbu optik melainkan dapat di mana
gambar garis silang dengan titik perpotongan persis pada
saja di atas atau di bawahnya.
sumbu optik. Gambar garis silang ini tak dapat digerakkan
dan dimanfaatkan pengamat untuk melakukan pembacaan

1L4 PeNcuxuRRu TrrNtx Konsrnursr Aur Urun oen PRrr.rsrp Krrue 115
posisi target yaitu dengan melihatnya relatif terhadap skala
konsentrik pada target (arah horisontal dan/atau arah verti-
kalrelatif terhadap sumbu optik).

S" S* "c- ry
F
(E!. h )

Gambar 4.19 Prinsip teleskop posisi dengan mikrometer optik

Untuk mempermudah dan menaikkan kecermatan


pembacaan posisitarget, teleskop posisi umumnya dileng- 4.2 PENUNJUK & PENCATAT
kapi dengan mikrometer optik. Komponen utama mikrom- (PEREKAM DATA PENGUKURAN)
eter optik berupa keping gelas dengan dua sisi rata yang lsyarat yang telah diperbesar oleh bagian pengubah
sejajar (keping parallel). Suatu berkas cahaya dengan sudut diteruskan ke bagian penunjuk yang akan menunjukkan
datang nol (berimpit dengan garis normal) akan diteruskan hasil pengukuran lewat garis indeks atau jarum penunjuk
melalui keping parallel secara lurus. Apabila sudut datang yang bergerak relatif terhadap bidang skala atau dengan
tidak sama dengan nol, berkas cahaya akan dibiaskan men- penunjuk berangka (digital). Skala, yang berupa jajaran ga-
dekati normal untuk kemudian pada sisi yang lain akan ris, dengan orientasi lurus atau lengkung, dibuat dengan
dibiaskan kembali menjauhi normal, sehingga arah berkos jarak tertentu untuk mempermudah pembacaan. Jarak
cahaya ietap seperti semula tetapi telah menggeser sejauh antar garis skala mempunyai artitertentu yang menunjuk-
d, lihat gambar 4.19. Untuk suatu sudut datang yang kecil, kan kecermatan alat ukur atas besaran yang diukur. pada
perubahan kemiringan keping parallel akan setara dengan penunjuk digital, kecermatan alat ukur diwakili oleh angka
perubahan jarak d. Pengaturan kemiringan keping parallel (desimal) terakhir.
dilaksanakan dengan suatu mekanisme yang berhubungan Sebagai tambahan, atau sebagai ganti penunjuk,
langsung dengan dua kepala mikrometer (micrometerhead) suatu pencatat dapat merupakan bagian alat ukur. pencatat
untuk pembacaan pergeseran target dalam arah horisontal diperlukan jika data pengukuran harus direkam secara ber-
dan vertikal; biasanya dengan kecermatan 0.02 mm. kesinambungan. Pada beberapa pengukuran geometrik,

L16 PrrucuxuRRH Trrrrx KoNsrnursrAler Urun oRru Pnrrusrp KrruR nZ


I
misal nya kekasaran atau kebulatan, hasil akhir peng u ku ran atau jarum penunjuk pada skala menyatakan harga sebagai
didapat dari analisis rekaman data (secara manual atau oto- hasil suatu pengukuran.
matik) yaitu analisis grafik yang dihasilkan pencatat.
Hampir semua alat ukur, kecuali beberapa jenis alat
Hdarlg baca
ukur standar dan alat ukur batas, mempunyai bagian penun-
juk yang dapat dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu :

4.3.1 PENUNJUK BERSKALA


Skala adalah jajaran garis yang beraturan dengan eri.hdCts
Udile &!-dor
jarak antara garis (pits) yang tertentu dan mempunyai arti bldangsl(ala.da

tertentu. Kerapatan atau jarak antar garis dibuat supaya d(drhr!l,


mata dapat melihat garis-garis tersebut secara mudah dan kqmlEt
jelas terpisah, baik yang dirancang dengan atau tanpa ban- *{t"t.''['"')
tuan sistem optik (lensa pembesar). Jajaran garis ini terle-
tak pada suatu bidang yaitu bidang skala. Biasanya bidang
skala berupa bidang rata namun ada pula yang merupakan
bidang lengkung sebagai permukaan silinder. Garis-garis
ini bisa berjajar lurus (skala lurus) atau melengkung (skala Gambar42OSkola
busur) lihat gambar 4.20.
Jarak antara dua garis skala alat ukur geometrik dapat Skala merupakan jajaran garis yang tersusun pada
berarti bagian dari meter atau bagian dari derajat dan bidang skala rata atau bidang skala silinder. pembacaan
merupakan kecermatan alat ukur. Secara visual pembacaan dilakukan pada bidang baca yang tegak lurus atau normal
dilakukan dengan mengusahakan mata (sumbu optiknya) terhadap bidang skala. Pada bidang skala jajaran garis terse-
terletak pada bidang baca. Bidang baca ini mengandung but bisa lurus ataupun membentuk busur lingkaran. Jarak
garis indeks atau jarum penunjuk dan merupakan bidang fisik (mm) antar garis skala (pits) dirancang dengan mem-
yang diusahakan tegak lurus atau normal terhadap bi- perhatikan aspek keterbacaan, kepekaan, dan kecermatan
dang skala. Bidang baca, pada mana garis indeks atau alat ukur. Selanjutnya, aspek ketepatan dan ketelitian juga
jarum penunjuk terletak, bergerak relatif terhadap bidang perlu diperhatikan dalam proses pengukuran.
skala. Pada saat dimulainya pembacaan, posisi garis indeks

118 I Pr*or*r*N Trrxrr KonsrnusrAur Uxun oan Pmnsp Kru I f fq


I I
ka terakhir yang ditaruh dalam tanda kurung misalnya
4.3.1.1 . Skala Nonius (Nonius/ Vernler
1e.(B).
Scale)
Menginterpolasi posisi garis indeks secara kira-kira,
Pada saat pembacaan skala dilakukan, tidak selalu sebagaimana cara 3, dapat diperbaiki dengan cara interpo-
garis indeks persis segaris dengan garis skala melainkan lasi yang pasti. Untuk itu, garis indeks dibantu dengan jaja-
terletak di antaranya. Dalam situasi seperti ini dapat ditem- ran beberapa garis yang dibuat menyerupai skala dan di-
puh salah satu cara berikut, dengan memisalkan skala me- sebut dengan skala nonius. Garis indeks menjadi salah
miliki nilaiyang membesar ke kanan: satu garis pada skala nonius dan diberi tanda dengan
'1. Memenggal (truncating); menuliskan harga skala angka nol (pada gambar 4.2'l garis indeks menjadi garis
disebelah kirigaris indeks, bila garis indeks belum nonius permulaan; garis nol nonius).
sampai pada garis skala di sebelah kanan. Prinsip pemakaian skala nonius dapat dijelaskan den-
2. Membulatkan (rounding),' menuliskan harga skala gan memakai gambar 4.21. Skala alat ukur (skala utama)
di sebelah kiri garis indeks (membulatkan ke ba- misalnya memiliki pits (jarak antar garis) sebesar u dan ska-
wah; rounding-down) bila garis indeks diperkira- la nonius yang digambarkan di bawahnya dibuat dengan
kan belum sampai pertengahan jarak antara dua pits sebesar n (n < u). Selisih antara u dengan n sebesar k (k
garis skala atau menuliskan harga skala di sebelah
= u - n) menentukan rancangan pembacaan (penginterpo-
kanan garis indeks (membulatkan ke atas; roun- lasian) posisi garis indeks.
ding-up) jika garis indeks terletak di pertengahan
atau melewatinya. A
.uuu
3. Menginterpolasikan (interpolating),' menuliskan r-.----*r..-----_r--------_l
harga skala di sebelah kiri garis indeks dan me-
nambahkan fraksi (bagian) yang merupakan perki-
raan posisigaris indeks diantara ke dua garis skala.
Biasanya jarak garis indeks tersebut diperkirakan
dahulu relatif terhadap garis skala di kiri, garis ska-
la di kanan, atau di pertengahan. A A+z

Cara 1 atau 2, digunakan bila keterulangan (ketepa-


tan) proses pengukuran relatif rendah. Cara 3 dapat dipakai,
ot
secara konsisten, bila ketepatan proses pengukuran relatif
tinggi, dengan menuliskan harga interpolasi sebagai ang- Gambar 4.21 Prinsip Skalo Nonius (satu dimensi)

120 PeucurunRru Texntx KoNsrRuxsr Ar-er Uxun oex Pntnsrp KrruR 121
Jarak k menggambarkan kecermatan pem bacaa n
Garis nol nonius (garis indeks) segaris dengan garis A skala
posisi garis indeks dengan memakai skala nonius. Jadi
utama.
dengan kata lain, pengaruh pemakaian skala nonius adalah
menaikkan kecermatan alat ukur. Semakin kecil k kecerma-
u- jarak satu bagian skala utama
tannya semakin tinggi, artinya penentuan posisi garis nol
n- jarak satu bagian skala nonius
nonius relatif terhadap suatu garis skala utama menjadi se-
k= u-n
makin pasti. Akan tetapi, semakin kecil k memerlukan lebih
banyak garis pada skala nonius. Sebab jumlah garis nonius
Garis nol nonius tergeser sejauh k dari garis A; garis
(kecuali garis nol nonius) atau jumlah bagian skala nonius
pertama nonius segaris dengan salah satu garis skala uta-
adalah sama dengan l/k buah. Dengan demikian k tidak
ma. Garis nol nonius tergeser sejauh 2k dari garis A; garis
boleh terlalu kecil, untuk:
kedua nonius segaris dengan salah satu garis skala utama'
Jika garis indeks (garis nol nonius) berada pada po-
sisiyang segaris dengan salah satu garis pada skala utama' ffd .kt rl:ltr
Prn rng
l_-___{
pada saat itu hasil pengukuran dibaca sama dengan nilai 0

garis skala utama, misalnya A. Bila garis nol nonius terge-


ser ke kanan sebesar k, garis pertama nonius akan menjadi
segaris dengan garis skala utama berikutnya (A+ 1)'
L--__!
Prntsp#rno*r
Seandainya garis nol nonius tergeser lebih ke kan-
an sejauh 2k (dari posisi garis A), garis kedua nonius yang 1. mempermudah pembacaan, yaitu dalam menen-
(A+2)'
menjadi segaris dengan salah satu garis skala utama tukan garis nonius mana yang menjadi segaris
Proses pergeseran ini dapat dilakukan terus sampai akh- dengan skala utama,
garis
irnya garis nol nonius menjadisegaris kembali dengan 2. membatasi panjang skala nonius, supaya kapasitas
skala utama (A+1). pengukuran tak menjadi jauh berkurang gara-gara
Dengan demikian, pembacaan hasil pengukuran keefektifan panjang skala utama terkurangi oleh
adalah dengan mencari garis nonius yang keberapa yang panjangnya skala nonius.
benar-benar berimpit dengan salah satu garis skala utama.
Dan ini dapat dilakukan dengan cepat bila terlebih dahulu Beberapa contoh cara pembacaan dengan memakai
posisi
cara ke 3 di atas diterapkan yaitu dengan interpolasi skala nonius ditunjukkan pada gambar 4.22. Untuk garis
garis indeks (garis nol nonius) secara kira-kira' nol nonius yang tidak segaris dengan garis skala utama,

122 I P.*ou*u*oxTrxltx
KoxsrRuxsrAur Uxun oar Pnrusrp KErun 1 pl
I
I
penunjukan berharga sama dengan harga skala utama ses- Posisi garis indeks (garis nol nonius) pada berbagai
jenis skala nonius (satu dimensi). Untuk mempercepat pen-
udah garis nol nonius ditambah dengan harga garis skala
nonius yang segaris dengan salah satu garis skala utama. carian garis nonius yang berimpit dengan garis skala utama

Perhatikan teknik penandaan/penomoran garis-garis skala serta untuk menghindarkan kekeliruan pembacaan, ter-
nonius. lebih dahulu perlu dilakukan interpolasigaris indeks secara
kira-kira. Kemudian, barulah pandangan diarahkan pada
Sk f.mp'{.ri,: .*
;;, daerah di mana garis nonius yang menjadi segaris dengan
O r(6) 2 3 O l(6) 2 3 garis skala utama bakalditemukan.

Tabel 4.1 berikut memperlihatkan beberopa contoh kecer-


maton skala noniusyong digunakan pada beberapa alot
ukur seperti mistor ingsut don busur bilah
o123,t5

Skala nonius
Besar u
pada skala Besar n
Kecermatan utama pada skala Jumlah Paniang/besar
nonrus bagian keseluruhan

..r.!n to.rol .- lmm 0,9 mm 10 9mm


lmm O,95 mm 20 19 mm
.jo to.ost -- 2mmtt 1,95 mm 20 39 mm
Cdtblr pcmbam lmm
:

h..poh.f<r.r tr0r srai !m Hn'|C..


podJ nol :
ddrkfu
o
fi to.ozt -- 1mm
O,98 mm
O.98 mm
50
25
49 mm
24,5 mm '
Kdrudle 6rlh gufa y0C a.osb
(bdlmph).bogmdoa.llm.. lo
lo t 12 !1o +

{ *'r
Psh.tke p6ld grt rcl rcilrt ( 0[l.
lndclc ) .p.bh riLad( prda d(& ulrE
yu|g tBnbaqs k kio.far k HrL uruL
ltuot an+d.drd.ahmdalffil 2o 230
-Tr l2 230
d& kH y.nO ara! dh.ld.

#,t 1o b90
-Etr 30 29.50 '+

*) Skala nonius yang menunjukkan setengah harga jarak skala utama.


\'\$1r{1u{fltlff//i
io ol o\'
+) Digunakan pada alat ukur sudut dengan skala yang dibuat pada

t\
l.t Ll(l|l,.a7.2OlJ
busurdengan radius yang besar, misalnya pada proyektorprofil.
*+) u sama dengan dua bagian
skala utama.

Gambar 4.22 Contoh pembacaan

124 I Pr^or*u*N TEKNTK


Korusrnuxsr Aur Uxun oeru Prunsp KeruR I pS
I I
Angka yang dicantumkan pada skala nonius me- t
nyatakan sepersepuluh harga skala utama (dalam menit A.T A A.t A AA..IA,
fii F_+/r -
kalau skala utama dalam derajat). Bagi skala nonius dengan
setengah panjang aslinya, jika garis nol nonius telah mele-
wati setengah bagian skala utama, dilakukan penambahan
I
\t
ri---l
l;
I vt;*
/ t,
#)"
f ,*1-l
IH-:H
angka lima pada setiap angka skala nonius latau menam- v--tl"
poald bqirplt po.hl taroEr pocblb.imDit pocute.g6.r
bah tiga puluh menit untuk skala utama dalam derajat.
nor{ur ltqfsEl

4.3.1.2. Skala Nonius Dua Dimensi Gambar 4.23 Prinsip skala nonius dua dimensi

Suatu kotak segi empat dengan satu diagonal (mir-


Untuk skala nonius kanan, apabila garis indeks (sisi
ing ke kiri atau kanan) dengan sisi horisontal sepanjang 1
tegak sebelah kanan) tergeser ke kanan, posisinya relatif
u (atau "l/"lO u; u = pits; kecermatan skala utama) dan sisi
terhadap garis A dapat diketahui dengan melihat perp$-
tegak dibagi dalam n bagian yang sama, dapat berfungsi
tongan antara garis A dengan diagonal serta membaca
sebagai skala nonius dua dimensi (untuk membedakan
angka pada garis nonius horisontal pada titik perpotonEan
dengan nonius / vernier scale yang dinamakan sebagai
tersebut. Demikian pula halnya dengan skala nonius kiridi
skala nonius satu dimensi), lihat gambar 4.23 skala nonius
mana skala utama harganya membesar ke kiri (terbalik).
adalah garisgaris horisontal yang berjajar vertikal.
Beberapa alat ukuryang peka dilengkapidengan pen-
Garis indeks diwakili oleh salah satu sisi tegak. Sisi
gubah optik yang berfungsi sebagai pembesar bayangan
tegak sebelah kanan menjadi garis indeks bila skala utama
skala utama. Melaluiokuler pengamat dapat melihat jarak
harganya membesar ke kanan dan garis diagonal miring ke
antara dua garis skala utama menjadi lebih jauh terpisah,
kanan, dan hal sebaliknya berlaku bila skala utama membe-
dengan demikian beberapa skala nonius (biasanya l0 buah)
sar ke kiri. Pada saat sisi tegak kanan berimpit (segaris) den-
dapat disusun untuk pembacaan jarak setiap sepersepuluh
gan garis skala utama, sisitegak kiri akan berimpit dengan
bagian dari skala utama. Gambar4.24 memperlihatkan dua
skala utama bila u dibuat sama dengan jarak satu bagian
contoh pembacaan dengan susunan l0 skala nonius dua
skala utama.
dimensiyang mana n sama dengan 10 dan 100.
Untuk n = 100 garis-garis nonius horisontal akan
menjadi terlalu rapat bila harus digambarkan pada ko-
tak dengan ketinggian yang sama bagi susunan nonius

126 I Pr"ou*r*nTrxnrx KousrRuxsrAur Urun oRn Pnrnsrp Krrul I nz


I I
dengan n = 10. Supaya jarak antara garis-garis nonius hori-
sontal tetap terlihat jelas, jajaran kotak nonius dua dimensi
(yang menjadi terlalu tinggi gara-gara harus dibagi dalam
100 bagian) diubah bentuknya menjadi bentuk melingkar
sedemikian rupa sehingga menjadi lingkaran-lingkaran
konsentrik dan garis-garis diagonalnya saling bersambung-
SQm
an menjadi bentuk spiral.
A hb*md
Garis-garis diagonal yang telah diubah bentuknya *r,r@
(ffi0rlm)

menjadi bentuk tersambung spiral ini digantikan dengan


sepasang spiral yang berdekatan. Dengan demikian, saat Gambar 4.24 Skola Nonius Dua Dimensi Kiri
pengamat harus mencari titik perpotongan antara garis
diagonal dengan garis (bayangan) skala utama digantikan 4.3.1 .3 Skala Mikrometer
dengan mencari posisidua garis spiralyang mana yang mel- Skala pada semua jenis mikrometer dibuat pada dua
ingkupigaris (bayangan) skala utama yang paling simetrik. bagian mikrometer, pertama pada silinder tetap (disebut
Skala nonius dua dimensi spiral seperti ini dibuat skala tetap) dan kedua pada silinder putar (dinamakan skala
dengan teknik fotografi pada keping gelas yang tipis yang putar). Tepi silinder putar berfu ngsi sebaga i garis indeks un-
dipasang pada sumbu optik okuler sehingga terlihat jelas tuk pembacaan skala tetap (pembacaan kasar). Garis aksial
dengan latar belakang bayangan garis-garis skala utama. sepanjang skala tetap berfungsi sebagai garis indeks untuk
Pengamat hanya akan melihat sebagian dari garis-garis pembacaan skala putar (pembacaan halus).
spiral tersebut, lihat gambar 4.24 b, dan dengan memutar
grbhdofs
keping gelas ini pengamat akan mampu mencari posisi pel- p{teil
'hib' skala putar
ingkupan yang paling simetrik seperti yang diulas di atas.

ffiffi
.** \

E."ffil ls.seffi] lerffil


Gambar 4.25. Pembacaan skala mikrometer
dengan kecermoton 0.01 mm

128 I Pr*or*r*ru Terrurx KonsrRursr Aur Urun oRru Pmxsrp Krrul 129
!
Biasanya untuk satu kali putaran, tepi silinder putar
akan menggeser sejauh setengah skala tetap (0.5). Oleh Jdrrqthr3
karena itu, angka pada skala putar bermula dan berakhir
pada angka 0 yang juga berarti angka 50 apabila pemba-
gian skala putar adalah 50 buah. Dengan demikian, satu ba-
gian skala putar setara dengan jarak 0.01 mm. Apabila tepi
l'r'r'r'r'l'l
silinder putar telah melewati setengah bagian skala tetap,
angka pada skala putar yang ditunjuk garis indeks (misal-
G.{87ilnl
nya 48) harus ditambah dengan 50 (menjadi9S).
Beberapa mikrometer mempunyai silinder putar Gambar 4.26. Pembocaan skalo mikrometer
dengan diameteryang relatif besar, dengan demikian pem- dengan skala nonius
bagian skala putar dapat diperhalus. Kecermatan sampai
0.002 mm dapat dicapaidengan membuat pembagian ska- 4.3.1.4. Skala Dengan Jarum Penunjuk
la putar menjadi250 buah.
Alat ukur pembanding (komparator) umumnya
Jika silinder putar berdiameter kecil, misalnya untuk
mem punyai jaru m pen u njuk yang bergerak relatif terhada p
jenis mikrometer tiga sensor pengukur lubang berdiameter
skala yang diam. Gerakan jarum penunjuk dapat berdasar-
kecil, pembagian skala putar tidak bisa terlalu cermat (mis-
kan prinsip kerja mekanik ataupun elektrik. prinsip kerja
alnya hanya 10 bagian). Dalam hal ini dapat digunakan ban-
mekanik dipakai pada alat ukur dengan pengubah mekan-
tuan skala nonius (satu dimensi). Garis indeks pembacaan
ik, sedang prinsip kerja elektrik digunakan pada alat ukur
halus (garis aksial pada skala tetap) menjadi garis nol nonius
dengan pengubah elektrik.
dan garis-garis lainnya berjajar aksial mengelilingi silinder
Suatu kesalahan pembacaan yang dikenal dengan
tetap di dekat tepi silinder putar. Gambar 3.46 memperli-
nama parallaks dapat terjadi pada waktu membaca posisi
hatkan skala nonius untuk menaikkan kecermatan pem-
jarum penunjuk relatif terhadap skala. Parallaks akan terjadi
bacaan skala putar. Dengan contoh seperti ini kecermatan
bila pengamat tidak mengusahakan (salah satu) matanya
mikrometer dinaikkan dari 0.0'l mm menjadi 0.001 mm.
kira-kira terletak pada bidang baca. Bidang baca adalah bi-
dang yang mengandung garis jarum penunjuk dan tegak
lurus bidang skala, lihat gambar 4.27.
Cermin yang dilekatkan pada bidang skala dapat di-
gunakan untuk membantu pengamat supaya dapat memo-

130 I Pr*or*r*u Trxutx KoHsrnus Aur Uxun oeru PRrNsrp Krrue faf
I I
sisikan matanya (sebelah kanan atau sebelah kiri) sehingga 4.3.2 PENUNJUK BERANGKA (D|G!TAL)
berada pada bidang baca. Bila mata pengamattidak berada
Pada alat ukur dengan penunjuk berangka hasil pen-
pada bidang baca, ia akan melihat bayangan jarum penun-
gukuran dapat langsung diketahui melalui deretan angka
juk pada cermin. Mata digerakkan sedikit ke kanan/kiridan
yang ada padanya. Penunjuk berangka ini dapat digolong-
pembacaan posisijarum penunjuk pada skala boleh dilaku-
kan menjadi 2 macam yaitu jenis mekanik dan jenis elek-
kan setelah jarum penunjuk menutupi bayangannya.
tronik. Penunjuk digital mekanik terdiri atas beberapa sil-
Kesalahan akibat parallaks dapat dikurangi dengan
inder yang disusun pada satu sumbu putar. Setiap silinder
membuat letak jarum penunjuk sangat dekat dengan bi-
diberi angka pada permukaannya mulai dari 0 sampai
dang skala. Dan kesalahan ini bisa ditiadakan jika jarum
dengan 9, lihat gambar 4.28. Mulai dari yang paling kanan
penunjuk menempel pada bidang skala.Tentu saja hal yang
diteruskan ke kiri silinder-silinder tersebut disebut silinder
terakhir ini tak bisa dilakukan kecuali bila jarum penunjuk
pertama, kedua dan seterusnya.
bukan merupakan jarum yang nyata melainkan hanya seb-
agai bayangan jarum yang diproyeksikan oleh sistem optik
ke bidang skala.

-J -Y'te4dlpa'allsl' podrl mataylng b6nar


i/ffi+
i 1..'l 2

*(*E
.-
-
- isf'H - harlamolhallrrum
pdd maiay3noaolah
t. 1 a

-A'- b,tsdPr*xs
- rnClhdlarumdan
b!y!ngannya

Gambar 4.2 IPen unjuk d igital dengan


sistem penggerok mekonik
Gambar 4.27 Parollak dan cara menghindarinya

Sinyal gerakan dari bagian Pengubah diteruskan se-


bertingkat ke silinder 1,2,dst. Satu putaran suatu sil-

L32 I Pr*or*r*ouTrxnrr KorusrRuxsr Aur Uxun oeu PRrHsrp KrR:e I fga


I I
inder akan memutar 1/10 putaran silinder di sebelah kirin- deret menjadi satu barisan angka. lsyarat pengubah etek-
ya. Contoh ini merupakan penunjuk digital dengan sistem trik yang berupa pulsa (digital) dihitung secara biner den-
angka desimal yang disajikan dengan deretan angka yang gan menggunakan suatu sirkuit elektronik. Setelah diubah
terlihat melalui jendela. oleh pembuat kode desimal isyarat diteruskan ke bagian
Melalui sistem roda gigi, pengubah mekanik mem- pengatur pengaktifan LED/LCD untuk menunjukkan hasil
berikan isyarat gerakan berupa putaran yang secara ber- pengukuran dengan sistem angka desimal (atau sistem
tahap diteruskan memutar silinder pertama, kedua, ketiga, angka lain).
dst. Untuk satu kali putaran penuh silinder pertama akan
memutar silinder kedua sebanyak 1/10 putaran. Apabila sil- LED / LCD

inder kedua telah genap berputar satu kali, silinder ketiga


akan terputar sebanyak 'll10 putaran. Proses pemutaran sil-
inder dengan cara bertingkat ini dapat berlangsung terus
sampai ke silinder terakhir. Dengan demikian, deretan ang-
ka yang terlihat melaluijendela merupakan susunan angka
dengan sistem desimal.
(lodcri.lm blhneon)
Penunjuk digital elektronik dapat menggunakan LED
(Light Emitting Diode) atau LCD (Liquid Crystal Display). Suatu
kode angka dapat dibuat dari 7 buah LED atau LCD yang Gambar 4.29 Penu njuk d ig ital elektronik
disusun membentuk konfigurasi angka 8, lihat gambar 4.29.
Bila suatu saat 7 buah LED ini diaktifkan bersamaan, akan Penunjuk digital elektronik saat ini semakin banyak
terlihat kode angka 8 yang terang dengan latar belakang dimanfaatkan pada berbagai jenis alat ukur karena LED/
gelap ( LCD yang aktif akan menyerap cahaya sehingga bila LCD dengan rangkaian elektroniknya semakin murah dan

diterangi akan terlihat kode angka 8 yang gelap dengan mudah diperoleh oleh pabrik pembuat alat ukur. penunjuk
latar belakang terang). Jika hanya beberapa LED/LCD yang digital elektronik lebih menguntungkan karena berbagai
aktif pada tempat - tempat tertentu, akan terlihat sebagai halantara lain:
kode angka lain. 1. Keterbacaan yang tinggi,.tak sesulit membaca
Suatu sirkuit elektronik mengaktifkan susunan LED/ skala melalui jarum penunjuk atau garis indeks
LCD ini untuk menunjukkan suatu kode angka. Hal yang dengan skala nonius.
sama dilaksanakan untuk susunan LED/LCD lain yang ber- 2. Pengenolan / Reset; pada setiap saat zero reset
dapat dilakukan guna memulai penghitungan si-

134 I P.*or*u*ruTrxrurr Kousrnuxsr Aur Uxun oRN Pnlusrp Krn:e 13s


I
atau pencatatan harga-harga yang berpasangan, yaitu pasan-
nyal gerakan. Dengan teknik pengenalan seperti
gan harga berupa posisi sensor relatif terhadap objek ukur dan
ini (bisa juga dilakukan pada penunjuk digital me-
besar-kecilnya isyarat sensor pada posisi tersebut. Data terse-
kanik) dalam beberapa kasus pengukuran sangat
but umumnya merupakan sinyal listrik analog yang dapat
membantu/mempercepat prosedur pengukuran
direkam secara langsung pada kertas grafik,(kertas berskala)
maupun penulisan dan analisis data (hal ini tak di-
dengan memakai alat pencatat. Salah satu dari dua cara kerja
mungkinkan bagi penunjuk dengan skala)'
yang umum digunakan dapat diterapkan pada alat pencatat
3. Sistem angka/bilangan yang fleksibel; ter-
elektrik yaitu prinsip galvanometer atau prinsip servo-motor.
gantung pada kemampuan rangkaian elektronik'
Suatu rotor dengan kumparan, pada mana input arus
angka yang ditunjukkan tidak selalu harus sistem
listrik DC diberikan, akan berputar pada suatu medan magnit-
angka desimaltetapi bisa sistem biner, heksadesi-
tetap adalah merupakan prinsip galvanometer (lihat gambar
mal, derajat dengan format H'MS (Hour'-Minute-
4.30.a). Jika pada motor listrik rotor ini akan bebas berputar,
Second) atau format desimal (hal ini merupakan
pada galvanometer besar kecilnya arus listrik pada kumparan
keterbatasan penunjuk digital mekanik)'
rotor hanya akan mengubah posisisudut rotor karena adanya
pegas spiral pengikat rotor.
Perlu dicatat bahwa tak semua penunjuk dapat di-
Jika rotor yang diikat oleh salah satu ujung pegas spiral
gantikan dengan penunjuk digital elektronik tanpa harus
dipuntiri pegas spiral akan melawan puntiran inisesuai den-
mengubah teknik pengolahan sinyal yang berasal dari sen-
terutama gan posisi sudut rotor. Rotor akan berhenti pada posisi sudut
sor. Hal ini ditentukan oleh rancangan alat ukur
yang tertentu sesuai dengan besar kecilnya arus listrik pada kump-
bagian pengubahnya. Selain itu, tak semua alat ukur
yang aran rotor karena terjadi keseimbangan momen puntir yang
dilengkapi dengan penunjuk digital elektronik adalah
disebabkan oleh medan elektro-magnetik dengan momen
terbaik sebab selain keterbacaan, berbagai sifat / karakter-
puntir akibat pegas spiral. Ujung pegas spiral dikaitkan den-
istik alat ukur dan proses pengukuran seperti kecermatan'
gan rumah galvanometer pada pengait yang dapat diatur po-
kepekaan, ketelitian, dan ketepatan sangat dipengaruhi
pros- sisinya. Jika kedudukan pengait ini diubah (digeserkan), rotor
oleh rancangan pengubah alat ukur dan pelaksanaan
akan terubah posisinya. Berarti, posisi nol bagijarum pencatat
es pengukuran.
yang menyatu dengan rotor dapat diatur letaknya secara lang-
sung (pengaturan secara tak langsung dapat dilakukan lewat
4.4 PENCATAT pengaturan pada bagian pengubah darialat pencatat).
Beberapa masalah pengukuran geometrik seperti
ke-

bulaun dan kekasaran permukaan memerlukan perekaman

136 I P.nor*r*N TrxNtr


KoNsrRuxsrAur Urun orru PRrr.rslp KeR.la I rcf
I
I
Rotor dengan kumparan, pegas spiral serta jarum di mana terjadi pembakaran oleh bunga api listrik. Pada lo-
pencatat ini berukuran kecil guna menaikkan reaki alat kasi ini serat pelapis akan hilang sehingga warna dasar ker-
(kepasifan diminimumkan). Arus yang lemah sekalipun cu- tas akan terlihat sebagai titik hitam. Bunga api listrik mel-
kup untuk menggerakkan jarum. Dengan kondisi seperti oncat berkesinambungan dari ujung jarum galvanometer
ini, jika di ujung jarum diberi pena pencatat, gesekan pena menuju pelat logam di bawah kertas yang diberi muatan
pencatat pada kertas grafiktidakakan mampu dilawan oleh listrik bertegangan tinggi. Melalui lubang-lubang di ke dua
galvanometer (alat tak bereaksi). Oleh sebab itu perlu digu- pinggirnya kertas digerakkan roda penggerak sehingga di
nakan teknik pencatat yang bebas gesekan misalnya den- permukaannya akan tergambarkan grafik linear (atau polar
gan teknik menghanguskan lapisan kertas dengan bunga bila kertas diputar pada sumbu grafik polar) sebagai hasil
apilistrik. proses pengukuran.
Alat pencatat dengan prinsip servo-motor bekerja
i; atas dasar penyeimbangan beda voltase listrik. Suatu jem-
ffi. () ,,

@ v-,
iF-.l
/
-'
batan whetstone, yang berfu ngsi sebagai alat pembandin g,
diberi voltase acuan/referensi pada ke dua ujung yang ber-
td
F-id
^^^^^^^J
seberangan, lihat gambar 4.30.b. Ke dua ujung berseber-
angan yang lain, yang berupa kontak geser, dihubungkan
/ dengan bagian pengubah alat ukur yang mengeluarkan
I \_+"ld
isyarat voltase yang hendak diukur.
B PrL.bSffir
Selama ke dua voltase yang diperbandingkan ini be-
lum seimbang, akan ada arus listrik DC yang melalui kontak
geser menuju ke penguat arus. Penguat akan menaikkan
Gambar 4.3O Alat pencatat dengon prinsip Galvonometer beda voltase tersebut sehingga timbul arus yang cukup
don prinsip Servomotor
besar untuk menggerakkan motor servo. Karena putaran
motor, kontak geser akan tergeser ke salah satu arah (ter-
Kertas grafik perlu dibuat khusus untuk keperluan
gantung pada beda tegangan negatif atau positif) sampai
ini. Bahan dasar berupa kertas hitam yang permukaan ak-
terjadi suatu keseimbangan voltase. Dengan demikian, pena
tifnya dilapis dengan serat (biasanya diberi warna kelabu
yang dipasang pada ujung kontak geser ini akan membuat
pada mana garis-garis skala dicetak; grafik linear atau po-
suatu garis pada kertas berskala yang digerakkan oleh mo-
lar) yang tak mudah terbakar secara spontan merambat ke
tor khusus. Kontak geser pada sisi yang lain darijembatan
mana-mana melainkan secara lokalyaitu hanya pada lokasi

138 I P.*or*r*r Trrnrr KorusrnursrAur Urun oex PRrHsrp Krrue I fgq


I I
whetstone berfungsi sebagai penyetel posisi noldari pena
pencatat relatif pada kertas grafik.
Kertas grafik untuk pencatat jenis servo motor meru-
pakan kertas grafik biasa (bukan sepertiyang dipakai pada
pencatat jenis galvanometer) karena motor servo cukup
kuat untuk melawan gesekan akibat goresan pena pada
kertas.Jadi, harga kertas grafikakan lebih murah. Meskipun
demikian, pencatat jenis galvanometer kadang harus dipi- SIFAT UMUM ALAT UKUR
lih karena alasan kecepatan reaksinya yang tinggi.
Alat pencatat elektrik seperti yang diuraikan di atas
memiliki beberapa karakteristik yang menguntungkan an-
tara lain:
'1. Polaritas dapat dibalik dengan mudah; memun-
gkinkan pembalikan arah positif pada grafik yang lat ukur merupakan alat yang dibuat oleh manusia,
dibuat,
2. Pembesaran (magnification) dapat di atur dengan
attenuator; berarti kecermatannya pun dapat di
A oleh karena itu ketidaksempurnaan merupakan ciri
utamanya. Meskipun alat ukur direncanakan dan
dibuat dengan cara yang paling saksama, ketidak sem-
atur dengan mudah, purnaan sama sekali tidak bisa dihilangkan. Justru datam
Kecepatan kertas dapat diatur; bentuk grafik dapat kendala ketidaksempurnaan ini atat ukur sering dianggap
disesuaikan dengan memperhatikan kecepatan sebagai cukup baik untuk digunakan dalam suatu proses
gerakan sensor relatif terhadap benda ukur, pengukuran asalkan pengguna memahami keterbatasan_
4. Beberapa servo motor dapat dirancang meng- nya. Untuk menyatakan sifat-sifat atau karakteristik alat
gerakkan beberapa pena pencatat sesuai dengan ukur digunakan beberapa istilah teknik yang sewajarnya
jumlah input yang akan dibuat grafik pengukuran- diketahui supaya jangan menimbulkan keraguan dan kes_
nya pada saat bersamaan. ala htafsira n da la m meng komu nikasikan hasil penguku ran.
Dengan memahami istilah yang dikaitkan dengan
ketidaksempurnaan alat ukur geometrik ini diharapkan
akan menyadarkan kita untuk lebih memperhatikan isti_
lah-istilah lain yang digunakan untuk menyatakan keti-
daksempurnaan sistem optik, sistem mekanik, sistem elek-

140 PencuxuRRn Trxrurr


tronik sistem pengolahan data, proses pembuatan dan se- Mata rantai tingkat 1 dan mungkin juga tingkat 2
bagainya. dapat dilakukan sendiri oleh industri mesin yang bersang-
kutan, sedangkan tingkat 3 dan mungkin juga tingkat 4
5.1 Rantai kalibrasi & Keterlacakan dapat dilaksanakan oleh beberapa Laboratorium Metrologi
Industri yang diberi wewenang. Kewenangan ini diwujud-
Kalibrasi (Peneraan) pada dasarnya serupa dengan
kan pemerintah melalui sistem akreditasi kalibrasi yang
pengukuran yaitu membandingkan suatu besaran dengan
nnenjadl salah satu kegiatan jaringan kalibrasi nasional.
besaran standar. Dalam kalibrasi yang diukur adalah objek
Dengan menjalankan sistem kalibrasi berantai, setiap
ukur yang diketahui yang menjadi acuan kalibrasi. Harga
alat ukur akan memiliki keterlacakan (keterusutan, ketelu-
sebenarnya adalah harga yang dianggap benar dalam kai-
suran; traceability) yaitu sampai sejauh mana mata ran-
tannya dengan yang diperlukan oleh alat ukur yang dikali-
tai kalibrasi dirangkai. Jika secara meyakinkan seseorang
brasi.
(badan) dapat menyatakan bahwa keterlacakan suatu alat
Tingkat kebenaran mengandung makna praktis. Un-
ukur (misalnya alat ukur kerja)adalah sampai pada rantai ke
tuk menjamin hubungannya dengan satuan standar pan-
2 berarti alat ukur tersebut pernah dikalibrasi dengan me-
jang internasional, alat ukur besaran panjang yang diguna-
makai acuan standar kerja yang mana acuan standar kerja
kan oleh operator mesin perkakas (alat ukur kerja) dapat
ini pernah dikalibrasi dengan alat ukur standar. Selanjutnya,
diperiksa melalui suatu prosedur kalibrasi. Jika suatu prose-
akan menjadi tugas dan kewajiban badan yang melaksana-
dur kalibrasi ini dianggap sebagai suatu mata rantai, rantai
kan kalibrasi tingkat 2 untuk menjamin bahwa alat ukur
kalibrasiakan mencakup rangkaian mata rantai sbb:
standar yang dipakainya memiliki keterlacakan sampai

Tingkat 'l Kalibrasi alat ukur kerja dengan memakai acuan


tingkat nasional atau internasional.
Tingkatan atau mata rantai kalibrasi I s.d.4 ini meng-
alat ukur standar kerja.
ga mbarka n sistemati ka penyam bun gan ra ntai. Tergantu ng
Tingkat 2 Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan me-
pada kondisi fisik alat ukur yang akan dikalibrasiyang harus
makaiacuan alat ukur standar.
disesuaikan dengan kondisi fi sik alat ukur acuan, mata rantai
Tingkat 3 Kalibrasi alat ukur standar dengan acuan alat
ini dapat menjadi lebih banyak atau sebaliknya lebih sedi-
ukur standar dengan tingkatan yang lebih tinggi
kit. Mungkin pula menimbulkan untaian yang paralel, yang
(standar nasional atau yang telah ditera secara
mencabang mulai dari salah satu mata rantai, kesemuanya
nasional).
menggambarkan rangkaian kalibrasi mulai dari alat ukur
Tingkat 4. Kalibrasi standar nasional dengan acuan standar
kerja sampai dengan alat ukur standar internasional.
meter (internasional).

142 I P*ou**rTrxxrx Srrer Umum Aur Urun fae


I I
Secara teoretik rantai kalibrasi kelihatannya mudah cermatan alat ukur sama dengan kecermatan skala yaitu
dilaksanakan. Dalam kenyataannya hal initidak mudah un- artijarak antar garis skala. Bila dibaca dengan pertolongan
tuk dipraktekkan. Banyak industri nasional yang masih be- skala nonius (satu atau dua dimensi), kecermatan alat ukur
lum memahami bahwa mengukur adalah sama pentingnya sama dengan kecermatan interpolasinonius. Jika digu-
dengan membuat Produk. nakan penunjuk digital kecermatan alat ukur diwakili oleh
Setiap alat ukur yang dibeli di pasaran, yang tak me- angka paling kanan.
(ket-
miliki maupun yang memiliki sertifikat keterlacakan Kecermatan dirancang sesuai dengan rancangan
erlacakan nasional dari negara di mana pabrik pembuat bagian pengubah dan penunjuk alat ukur dengan mem-
berada), perlu dikalibrasi ulang setelah sekian lama dipakai. perhatikan kepekaan, keterbacaan, dan kapasitas ukur. Ke-
Jangka waktu pengkalibrasian ulang sangatlah beragam cermatan alat ukur biasanya bersifat tetap tetapi ada pula
tergantung pada jenis alat ukur dan intensitas pemakaian' alat ukur (terutama jenis komparator) yang kecermatannya
Meskipuntidakadasangsimenuruthukum(kecualialat dapat diatur. Alat ukur dengan pengubah elektrik (atau
ukur yang dipakai dalam perdagangan yang diatur dalam prinsip kerja gabungan dengan isyarat akhir berupa besa-
undang-undang kalibrasi metrologi legal) kalibrasi ulang ran listrik) dengan bagian penunjuk/pencatat elektrik sering
diperlukan karena kemungkinan adanya perubahan kondi- dilengkapi dengan attenuator pemilih harga pembesaran
sialat ukur (misalnya keausan atau kemerosotan fungsi (mognification). Pembesaran yang dipilih akan mengubah
komponen yang merupakan bagian sensor, pengubah' artijarak antar garis-garis skala (skala pada kertas grafik) se-
atau penunjuk). hingga dapat mengubah kecermatan.
Secara terperinci prosedur kalibrasi untuk setiap Alat ukur dipilih sesuai dengan kecermatannya yang
jenis alat ukur geometrik dibahas pada buku pedoman dikaitkan dengan besar-kecilnya daerah toleransi objek
kalibrasi yang dikeluarkan sebagai standar nasional' ukur. Prosedur pengukuran perlu diikuti dengan saksama
Dalam prosedur tersebut dicantumkan kesalahan
yang supaya kecermatan alat ukur bermanfaat dan mempunyai
masih diperbolehkan bila ada perbedaan antara harga makna pada hasilakhiryang dalam hal inisering dinyatakan
yang ditunjukkan alat ukur dengan harga acuan' dengan istila h ketepata n (keterula ng an, p re c i s i o n, re p eo t-
a b i I i ty) da n ketel itian (keakuratan; a cc u r o cy).

5.2 Kecermatan (Reso lutionl


5.3 Kepekaan (Sen sitivityl
Kecermatan alat ukur ditentukan oleh kecer-
matan skala dengan cara pembacaannya' Bagi skala Kepekaan alat ukur ditentukan terutama oleh
yang dibaca melalui garis indeks atau jarum penunjuk ke- bagian pengubah, sesuai dengan prinsip kerja yang

\M I Pr*ou*r*uTexrutr Srrnr Umuu Aur Uxun I US


I I
diterapkan padanya. Dalam hal ini, kepekaan alat ukur Dengan melakukan kalibrasi, berdasarkan grafik an-
adalah kemampuan alat ukur untuk menerima, mengubah tara keluaran (jarak pergeseran jarum penunjuk; y mm) se-
dan meneruskan isyarat sensor (dari sensor menuju ke ba- bagaifungsi linear masukan (besaran panjang acuan yang
gian penunjuk, pencatat, atau pengolah data pengukuran). diketahui besarnya; x, mm) dapat ditentukan kepekaan alat
Tidak semua alat ukur memiliki kepekaan, misalnya ukur. Garis linear dengan harga kemiringan (slope) yang
penggaris atau mistar, sebab alat tersebut tak memiliki ba- besar mencirikan kepekaan yang tinggi. Kapasitas alat ukur
gian pengubah. Kepekaan bisa berkaitan dengan kecerma- ditentukan oleh besar kecilnya daerah linear. Tergantung
tan dan keterbacaan skala alat ukur. Biasanya alat ukur den- pada pits skala (jarak fisik garis-garis skala) dan harga kepe-
gan kecermatan rendah juga mempunyai kepekaan yang kaan, kecermatan alat ukur terdefinisikan.
rendah, dan sebaliknya. Tetapi tak selalu demikian, karena Secara matematik kepekaan didefinisikan sebagai
skala dapat dibuat dengan pits yang berbeda-beda dapat kemiringan (slope) grafik antara keluaran (y output) seb-
saja dua alat ukur yang sejenis, A dan B, memiliki kecerma- agai fungsi linear masukan (x; inputl, yaitu:
tan yang sama tetapi kepekaannya berbeda. Untuk suatu
perubahan kecil bagi besaran yang diukur, jika alat ukur A Kepekaan : dY / dx ; I satuan y / satuan x ]
lebih jelas menunjukkan suatu perbedaan jarak gerakan
jarum penunjuk daripada yang ditunjukkan oleh alat ukur Kelinearan grafik merupakan syarat penting supaya
B, dikatakan alat ukur A lebih peka (sensitif) daripada alat pits skala dapat dibuat beraturan sehingEa kecermatan
ukur B, perhatikan gambar 5.1. di mana saja dalam daerah tertentu akan sama harganya.
Daerah ini merupakan daerah kerja alat ukur sehingga
dapat dinamakan sebagai daerah ukur yang menentukan
Dtult satoldr
k ,ibrasi ;E kapasitas ukur.
.]
-?-l:-i--., :
Eo,o Fr"*," - t/d I Sesuai dengan isyarat akhir dengan besaran tertentu,

il
rl!l-

:l
;-l il
E",'
E
K€Dokm alal
K€p€ra.n slsl
,1n,1 ; aya /Ax
r*u S : ayg /Ax
misalnya voltase listrik, bagian penunjuk alat ukur besaran
panjang bisa merupakan suatu alat ukur lain yakniVoltme-
)q) x ter. Melalui kalibrasi dapat dibuat grafik yang menggambar-
dilMii dm ( hdgE Yang diukur )
*"T"o,H,I?o kan besaran keluaran (misalnya mV) sebagaifungsi besaran
ksmtl8flrya
dgth kets
masukan (mm).Jadi, dalam hal ini kepekaannya akan me-
rlal rkrr A dssh lqra
ltrt uaqr B
miliki satuan [mV / mm]. Bila skala voltmeter ini tak diganti,
pengamat harus mengubah harga setiap penunjukan [mV]
Gambar 5.1 Contoh grafikkepekaan

146 PencurunRru TrrNtx Srrnr Unauu Aur Urun UZ


I I
dengan memakai harga kepekaan tersebut menjadi besar- 5.5 Histerisis (Histerysisl
an panjang Imm ].
Histerisis adalah perbedaan atau penyimpangan
yang timbul sewaktu dilakukan pengukuran secara ber-
5.4 Keterbacaan (Red dobilityl kesinambungan daridua arah yang berlawanan (mulaidari
Karena pengamat akan dapat lebih mudah dan cepat skala nol hingga skala maksimum kemudian diulangi dari
membaca hasil pengukuran maka, secara umum, keterbacaan skala maksimum sampai skala nol). Histerisis muncul kare-
penunjuk digital dikatakan lebih tinggi daripada keterbacaan na adanya gesekan pada bagian pengubah alat ukur.
skala dengan jarum penunjuk, garis indek, atau garis indek Suatu jam-ukur dapat digunakan untuk mengukur
dengan skala nonius.lstilah keterbacaan dalam metrologi se- ketinggian yang berubah secara berkesinambungan naik
cara khusus lebih dikaitkan pada bagian penunjuk dengan dan diulangi dengan secara berkesinambungan turun, se-
skala. bagaimana yang diperlihatkan pada gambar 5.2. Dudukan
Bagi alat ukur pada bagian penunjuk dengan skala, jam-ukur digeserkan di atas meja-rata sehingga sensor jam-
keterbacaannya dirancang dengan memperhatikan pits, ke- ukur menggeser di atas permukaan batang-miring (batang-
pekaan, dan kecermatan. Pits atau jarak fisik antara garis-garis sinus).
skala yang dibuat tak terlalu jauh dan tak terlalu dekat (1 s/d Apabila kesalahan pembacaan jam-ukur digambar-
2mm) akan memudahkan pengamatan. Dengan membuat kan sebagai fungsi ketinggian yaitu antara harga kesalahan
garis-garis skala yang tipis sefta jarum penunjuk yang tipis sebagai sumbu tegak sedang sumbu datar adalah harga se-
dapat menaikkan keterbacaan dalam arti menghindarkan ter- benarnya, dapat diperoleh bentuk kurva kesalahan seperti
jadinya keraguan pembacaan. gambar 5.2. Meskipun kesalahan adalah hal yang wajar ter-
Sebagaimana yang telah diulas pada skala nonius, in- jadi, kesalahan ini seharusnya sama dalam arti kurva pem-
terpolasi pembacaan posisi garis indek dengan memakai bacaan naik berimpit dengan kurva pembacaan turun.
skala nonius juga dibuat dengan memperhatikan aspek ket- Pada contoh jam ukur ini, histerisis disebabkan oleh
erbacaan. Semakin cermat penginterpolasian nonius, selain perbedaan gaya yang dialami poros ukur. Sewaktu po-
memerlukan jumlah garis noniusyang banya(akan menyulit- ros bergerak ke atas akan melawan gaya gesek serta gaya
kan pemilihan garis skala nonius yang mana yang betul-betul pegas penekan, sewaktu bergerak turun poros menerima
berimpitdengan skala utama, jadi keterbacaannya akan menu- gaya pegas penekan dan melawan gesekan.
run. Perlu dicatat, kesalahan pembacaan gara-gara pengamat Kurva kesalahan saat "pembacaan naik"tak berimpit
tak paham memakai skala nonius bukan berarti rendahnya dengan kurva "pembacaan turun". Dalam contoh ini ge-
keterbacaan skala nonius melainkan kebodohan pengamat. sekan poros-ukur pada dinding bantalan-luncur adalah

148 I Pr*or*r*u Texxrx Srrnr Umuu Aur Urun 149


I
penyebabnya. Karena gesekan mekanik ini berkaitan den-
5.6 Kepasifan/ Kelambatan Reaksi
gan kekasaran dua permukaan (poros dan bantalan) yang
dipertemukan dan berciri khas untuk setiap posisi poros Sepintas istilah kepasifan initerasa memiliki konotasi

ukur maka histerisis umumnya memiliki keterulangan yang kebalikan dari kepekaan, tapi tidaklah demikian. Jika kepe-
berkaitan dengan posisi poros-ukur. kaan dikaitkan dengan kemampuan menerima, mengolah,
dan meneruskan isyarat sensor, kepasifan dikaitkan den-
gan waktu yang digunakan perjalanan isyarat mulai dari
I to.rvrpembacarn:
sensor sampai pada penunjuk. Suatu alat ukur dapat me-
miliki kepekaan tinggi dengan kepasifan yang tinggi atau
sebaliknya, sebab antara kepekaan dan kepasifan tak ada
keterkaitan.
A-tffi Kepasifan yang rendah sangat menguntungkan se-
r -harye$benmF(trm) bab alat ukur cepat reaksinya. Alat ukur, terutama bagian
y -kedahm(pm)
mel.-rltr pengubahnya, dirancang dengan memperhatikan hal ini.
Suatu kondisi terburuk harus dihindari yaitu kepekaan yang
rendah dikombinasikan dengan kepasifan yang tinggi. Da-
Gambar 5.2 Histerisis yang dapat teriadi poda iam-ukur lam hal ini isyarat akibat suatu perubahan kecil yang dide-
teksi sensor tidak sampai ke bagian penunjuk. Beberapa
Supaya histerisis tidak terjadi, gesekan pada poros contoh kepasifan antara lain:
dengan bantalannya harus dihilangkan atau setidak-tida- 1. Kepasifan pada alat ukur jenis mekanik yang di-
knya diperkecil. Pengaruh histerisis dapat dikurangi apabila sebabkan oleh pengaruh kelembaman, misalnya
pengukuran dilakukan sedemikian rupa sehingga hanya besarnya masa komponen dan pegas yang tidak
sebagian kecil skala alat ukur tersebut saja yang digunakan elastik sempurna.
(perubahan posisijarum penunjuk diusahakan hanya me- 2. Kepasifan dapat terjadi pada alat ukur jenis pneu-
lewati beberapa garis skala). Oleh sebab itu, pengukuran matik deng an sistem tekanan balik yaitu bila pipa
dengan cara tak langsung sebaiknya dilakukan dengan me- elastik yang meng hubungkan sensor dengan
milih/mengatur tinggi alat ukur standar (susunan blok ukur) ruang perantara terlalu panjang. Karena volume
sehingga sama dengan tinggi objek ukur. Bila ada selisih udara (yang diukurtekanannya) terlalu besar, maka
ketinggian, harga yang ditunjukkan komparator akan rela- pengaruh kompresibilitas udara menjadi terasa,
tif kecil(hanya dalam beberapa mikrometer). akibatnya barometer akan terlambat bereaksi.

L50 PrncuruReH Terrurx Srrer Umuu Arer Uxua fSr


I
3. Kepasifan dapat dialami alat ukur jenis elektrik gan periode tertentu. Dengan mengulang proses pengu-
(resolver & inductosyn) atau optoelektrik jika ke- kuran bagi objek ukur acuan (standar atau yang dipilih).
cepatan komponen yang diukur jarak gerakannya
melebihi kecepatan maksimum sesuai dengan 5.8 Kestabilan Nol (Zero Stabilityl
kemampuan/kecepatan penghitung elektro- Jikalau pergeseran merupakan perubahan yang
niknya. Dalam hal ini isyarat yang dikeluarkan sen-
menyebabkan penyimpangan yang membesar dengan
sor tak sampai pada bagian penunjuk digital.
berjalannya waktu, kestabilan nol juga menjadi penye-
bab penyimpangan tetapi dengan harga yang tetap atau
5.7 Pergeseran (Shifting, Driftl berubah-ubah secara rambang tak stabil.
Pergeseran terjadi bila jarum penunjuk atau pena Serupa dengan pergeseran, kestabilan nol dapat di-
pencatat bergeser dari posisi yang semestinya. Proses periksa secara periodik dengan melakukan pengukuran
pergeseran biasanya berjalan lambat dan pengamat tak ulang dengan menggunakan objek ukur acuan sehingga
menyadari gara-gara jarum penunjuk atau pena pencatat alat ukur menunjukkan harga acuan. Jika harga ini berubah-
berfungsi secara dinamik mengikuti perubahan isyarat ubah secara acak pada setiap kali pengecekan berarti kes-
sensor. Pergeseran bisa diamati dengan jelas bila selama tabilan nol alat ukur tidak baik.
isyarat sensor tak diubah (sensor diusahakan pada posisi Bagi sistem pengukuran geometrik penyebab keti-
tetap; nol atau harga tertentu) secara perlahan dan pasti dakstabilan nol umumnya karena ketidakkakuan sistem
posisi jarum penunjuk atau pena pencatat bergeser ke pemegang alat ukur atau benda ukur, kelonggaran sistem
satu arah. Jadi, pergeseran merupakan suatu penyimpan- pengencang, atau keausan sistem pemosisi (alat bantu
gan yang membesar dengan berjalannya waktu. cekam posisi).
Keadaan ini sering dialami oleh alat ukur dengan
pengubah atau pencatat elektrik. Karena perubahan tem- 5.9 Pengambangan/ Ketakpastian (Floatingl
peratur (di dalam alat ukur tersebut) dapat mempenga-
Pengambangan terjadi apabila jarum penunjuk sela-
ruhi sifat-sifat komponen elektroniknya yang kualitasnya
lu berubah posisinya (bergetaO atau angka terakhir/paling
rendah atau yang mengalami proses degenerasi alias kanan penunjuk digital berubah-ubah. Hal ini disebabkan
penuaan.
oleh adanya gangguan yang menyebabkan perubahan-pe-
Untuk memastikan bahwa data pengukuran yang rubahan yang kecil yang'Uirasakan sensor"yang kemudian
diperoleh selama jangka waktu tertentu tidak terjadi diperbesar oleh bagian pengubah alat ukur. Semakin cer-
pergeseran, sebaiknya dilakukan pengecekan ulang den-

152 PrrucuxuRen Terxrx Srrer Uuuna Amr Uxun 153


mat dan peka alat ukur, kemungkinan terjadinya pengam-
bangan sewaktu proses pengukuran berlangsung adalah
besar. Oleh sebab itu, alat ukur yang cermat dan peka harus
dipakai dengan cara yang saksama, getaran pada sistem
pengukuran tidak boleh terjadi. KESALAHAN/
PENYIMPANGAN
PROSES PENGUKURAN

engukuran merupakan proses yang mencakup tiga


hal/bagian yaitu benda ukur, alat ukur, dan pengu-
kur/pengamat. Karena ketidaksempurnaan masing-
masing bagian iniditambah dengan pengaruh lingkungan
maka bisa dikatakan bahwa tidak ada satupun pengukuran
yang memberikan ketelitian yang absolut. Ketelitian bersi_
fat relatif yaitu kesamaan atau perbedaan antara harga ha_
sil pengukuran dengan harga yang dianggap benar, karena
yang absolut benar tak diketahui. Setiap pengukuran, den_
gan kecermatan yang memadai, mempunyai ketidaktelitian
yaitu adanya kesalahan yang bisa berbeda-beda, tergan_
tung pada kondisialat ukur, benda ukur, metoda penguku_
ran, dan kecakapan si pengukur.
Apabila suatu pengukuran, dengan kecermatan yang
memadai, diulang untuk ke dua, ke tiga dan seterusnya un_
tuk n kali pengukuran yang identik, hasilnya tidak selalu
sama, mereka kurang lebih akan tersebar/terpencar di seki_
tar harga rata-ratanya. Jika ada m kelompok pengukuran
yang masing-masing terdiriatas n kali pengukuran tunggal,

154 PerucuxunRru Trxntx


harga rata-rata setiap grup pengukuran juga akan tersebar 2. Penyimpangan sistematik (systematic deviation)
jika penyimpangan melebihi kecermatan sasaran.
di sekitar harga rata-rata totalnya. Sebaran harga rata-rata
ini lebih mengumpul bila dibandingkan dengan sebaran Tera teliti tak bisa diberikan bagi alat ukur yang

hasil pengukuran tunggal. Hal ini merupakan sifat umum bersangkutan.


proses pengukuran yang berhubungan dengan ketepatan
atau keterulangan yaitu kemampuan untuk mengulangi Jika alat ukur dengan tera teliti dipakai dengan
halyang sama. benar, hasil pengukuran dapat dikatakan sebagai harga-
Dari uraian singkat di atas, dapat didefinisikan dua sebenarnya objek-ukur sesuai dengan kecermatan alat
ukur. Selanjutnya, bila harga sebenarnya objek ukur terse-
istilah penting yang berkaitan dengan proses pengukuran,
yaitu ketelitian dan ketepatan. but berada dalam daerah toleransi kesalahan seperti yang
dinyatakan dalam gambar teknik (sasaran ditetapkan), be-
rarti objek ukur termasuk dalam kategori baik kualitasnya
Ketelitian (Accuracyl
(kualitas geometrik, kualitas material, kualitas proses, dsb.
Hasil pengusahaan proses pengukuran supaya men- sesuai dengan jenis besaran yang diukur dan tujuan pen-
capai sasaran pengukuran yaitu penunjukan"harga sebena- gukuran).
rnya" objek ukur.
Jika objek ukur merupakan harga acuan yang diang-
Ketepatan/ Keterulanga n (Precision,
gap benar, sepertiyang dipakaidalam proses kalibrasi, per-
Repeatability)
bedaan antara harga yang ditunjukkan alat ukur dengan
harga yang dianggap benar dinamakan sebagai penyim- Kewajaran proses pengukuran untuk menunjukkan
pangan. Untuk mendefinisikan penyimpangan diperlukan hasil yang sama jika pengukuran diulang secara identik.
toleransi penyimpangan (kesalahan) yaitu besar kecilnya Dengan kecermatan alat ukur yang memadai, hasil
penyimpangan yang masih diperbolehkan sesuai dengan pengukuran yang diulang secara identik akan menghasil-
spesifikasi yang dinyatakan dalam standar pengkalibrasian. kan harga-harga yang menyebar di sekitar harga rata-rat-
Dua kategori penyimPangan adalah: anya. Semakin dekat harga-harga tersebut dengan harga
1. Penyimpangan rambang (acak; random deviation) rata-ratanya, proses pengukuran memiliki ketepatan yang
jika penyimpangan tidak melebihi kecermatan sa- tinggi.
saran (besarnya toleransi kesalahan)' Predikat atau Secara matematik tinggi rendahnya ketepatan dapat
tanda (tera) teliti bisa diberikan bagi alat ukur yang didefinisikan dengan memanfaatkan parameter deviasi
bersangkutan. standar untuk menghitung selang kepercayaan dengan

156 PrNcuruRnru Texntr KrsamHnru/PTNyTMpANGAN Pnosrs PrruGuxunRr.r 157


dua batas. Karena harga rata-rata merupakan titik tengah 3. Proses pengukuran yang tepat tetapi tak teliti; jika
maka jarak antara harga rata-rata ke salah satu batas dapat keterulangannya tinggi tetapi harga rata-ratanya
dinamakan sebagai penyimpangan rambang. terletak jauh dari titik tengah daerah sasaran sede-
Bagi istilah ketelitian diperlukan target/sasaran pen- mikian rupa sehingga kebanyakan hasil penguku-
gukuran, sementara itu bagi istilah ketepatan tidak harus ran terletak di luar daerah sasaran.
dikaitkan dengan target. Dengan demikian, istilah benar 4. Proses pengukuran yang tepat dan teliti; jika ke-
atau salah dalam hal ketepatan sebetulnya tidak bisa didefi- terulangannya tinggi dan bersamaan dengan itu
nisikan. Ketepatan lebih menekankan pada kewajaran (da- harga rata-ratanya terletak pada atau di dekat titik
lam bertindak sesuai dengan wataknya; sulit diperbaiki) se- tengah daerah sasaran. Seluruh atau hampir se-
mentara ketelitian menekankan pada kesungguhan (dalam mua harga pengukuran terletak di dalam daerah
mengarahkan; cukup dengan memberitahu letak sasaran). sasaran.
Jika istilah ketepatan dikaitkan pada target, mau tak Tak TEPAT : keterulangan rendah
mau istilah ketelitian akan muncul mengikutinya. Bila da- TakTELlTl : kesalahan sistematik
erah toleransi dinyatakan sebagai daerah sasaran dan har-
ga nominal objek ukur adalah titik tengah daerah sasaran,

ffiffi
ada empat kemungkinan yang bisa terjadi mengenai hasil
pengukuran yaitu (lihat gambar 6.1):
1. Proses peng ukuran yang tak tepat dan tak teliti;
jika keterulangannya rendah (sebarannya lebih be-
Pl@ ksbgod 1 Pr@ kltegdlz Pres. kdegod 3 P@s kegdi ,{
sardaripada luas daerah sasaran) dan harga rata- t8k ropd & hk blitl Ek bpat, hpi telld tepar , bpi teliti
hk t6pat & btiti
( sullt dipdbalkl ) ( $lit dlpo.balki ! ( blsr dp(b6lH ) ( tak p6du diporbaikl )
ratanya ltitik tengah usaha pengulang anl terletak
jauh dan titik tengah daerah sasaran. Seluruh atau
kebanyakan hasil pengukuran terletak di luar dae- Gambar 6.1 Empat kategori proses pengukuran (ilustrasi)

rah sasaran.
Empat kategori proses pengukuran yang.dijelaskan
2. Proses pengukuran yang tak tepat tetapi teliti; jika
melalui imajinasi target dan hasil tembakan. Besar daerah
keterulangannya rendah dengan harga rata-rata-
nya terletak pada atau di dekat titik tengah daerah
toleransi objek ukur diimajinasikan sebagai lingkaran sa-
sasaran. Meskipun demikian, cukup banyak hasil
saran paling tengah dengan diameter tertentu. Hasil
pengukuran yang terletak di luar daerah sasaran. tembakan menyebar sesuai dengan kemampuan penem-
bak (proses). Semakin kecil diameter lingkaran sebaran ha-

158 PrncuruRnN Trrrurr Krsnmnnu/PTNylMpANGAN Pnosrs PrucuruRRr,r 159


titik
sil tembakan, ketepatan proses semakin tinggi. Jarak . Harga kesalahan rambang dapat dinyatakan
tengah lingkaran sebaran hasil tembakan terhadap titik dengan:
tengah sasaran menggambarkan ketelitian, semakin ke- r' selisih antara harga rata-rata dengan titik
cil berarti semakin teliti. Pada contoh ini proses kategori4 tengah sasaran sepertiyang terjadi pada pro-
adalah yang terbaik. Besar kecilnya sasaran (kecermatan ses kategori 4,atau
target) merupakan kunci permasalahan. lmajinasikan em- ,/ selisih antara harga rata-rata dengan batas se-
pat proses ini seandainya lingkaran sasaran diperbesar. lang kepercayaan yang dihitung dalam anali-
Tanpa usaha perbaikan, ada kemungkinan proses kategori sis statistika.
1,2, dan 3 berubah menjadi proses kategori 4. Gambar ini . Kesalahan rambang umumnya sulit diperbaiki ka-
dibuat dengan memperhatikan rasio yang wajar (propor- rena sumber penyebabnya sulit dicari.
tional) antara ukuran sasaran (kecermatan target = dae-
rah toleransi) dengan ukuran lubang bekas tembakan Untuk proses pengukuran berbagai sumber yang
(kecermatan alat ukur). bisa menjadifaktor penyebab proses pengukuran menjadi
Karena menyangkut istilah ketelitian, maka dapat tidak teliti dan tidak tepat adalah:
didefinisikan: 1. Alat ukur,
1. Kesalahan sisternatik (systematicerrorl, dialami oleh 2. Benda ukur,
proses pengukuran kategori 1 dan 3 (takteliti). 3. Posisipengukuran,
. Harga kesalahan sistematik dinyatakan dengan 4. Lingkungan, dan
selisih antara harga rata-rata dengan harga titik 5. Operator (pengukur; pengamat).
tengah sasaran.
, Kesalahan sistematik umumnya bisa diperbaiki 6.1 PENYIMPANGAN YANG BERASAL DARI
dengan mencaridan membetulkan sumber peny- ALAT UKUR
ebab kesalahan. Jadi, proses kategori 3 bisa diper-
Alat ukur yang digunakan harus mendapat tera teliti.
baiki menjadi kategori 4.
Dengan demikian, proses pengukuran akan bebas dari pe-
. Pembetulan kesalahan sistematik pada proses ka- nyimpangan yang merugikan yang biasanya berasal (ber-
tegori 1 umumnya tak bermanfaat, sebab paling sumber) dari alat ukur. Apabila alat ukur sering dipakai dan
tidak hanya akan mencapai proses kategori 2.
belum dikalibrasi ulang ada kemungkinan timbul sifat - si-
2. Kesalahan rambang (acak; random error), dialamioleh
fat yang merugikan seperti histerisis, kepasifan, pergeseran
semua proses pengukuran (kategori 1 s.d.4).
dan kestabilan nol yang jelek.

1.60 PrrucurunRN TrrNrr Krsnuunu/PTNylMpANGAN Pnosrs PrrucuxuRnu I rct


I
Kesalahan/ penyimpangan sistematik dalam proses 6.2 PENYIMPANGAN YANG BERASAL DARI
pengukuran dapat bersumber dari alat ukur. Keausan bi- BENDA UKUR
dang kontak sensor mekanik merupakan contoh sederhana
Setiap benda elastik akan mengalami deformasi (pe-
yang dapat diketahui dengan mudah dengan memeriksa
rubahan bentuk) apabila ada beban yang beraksi padanya.
posisi-nol. Misal nya, jika sensor-gerak mikrometer, berkapa-
Beban ini dapat disebabkan oleh tekanan sensor-kontak
sitas 0-25 mm, ditempelkan pada sensor-tetap (rahang-
alat ukur, berat benda ukur sendiri (yang diletakkan di an-
ukur dikatupkan), saat itu garis indeks untuk pembacaan
tara tumpuan), dan tekanan penjepit penahan benda ukur.
"kasar dan halus" pada skala mikrometer harus menunjuk-
Meskipun harga deformasi ini dianggap kecit dan sering
kan nol. Jika tidak menunjuk nol berarti ada penyimpangan
diabaikan dalam hal perhitungan kekuatan, dalam hal pen-
yang menjadi sumber kesalahan sistematik. Kesalahan je-
gukuran geometrik yang cermat membuat deformasi ini
nis ini dapat diperbaiki dengan cara menyetel garis indeks
"pembacaan halus'i Mikrometer berkapasitas 25-50 mm ke
menjadi bermakna untuk diperhitungkan dan dapat men-
jadi sumber kesalahan sistematik.
atas, dan berbagaijenis alat ukur lainnya umumnya diper-
Supaya perubahan dimensi dapat dirasakan, sensor
lengkapi dengan kaliber penyetel "posisi-nol"(harga acuan,
kontak perlu memberikan tekanan pada permukaan objek
tidak selalu angka nol).
ukur.Tekanan kontak in i d irancan g dan di usahakan seringan
Berbagaijenis komparator, yang merupakan alat ukur
mungkin dan tak berubah-ubah. Pengguna alat ukur perlu
dengan kepekaan dan kecermatan tinggi, memerlukan kes-
memperhatikan hal ini dan kesalahan dalam pemakaian
aksamaan dalam pemeriksaan nol-nya. Pada alat ukur jenis
harus dihindari untuk menjaga tekanan kontak tersebut.
ini sifat histerisis, kepasifan, pergeseran nol bisa menjadi
Jika silinder-putar diputar secara langsung, alat ukur
sumber penyebab kesalahan sistematik dan mungkin pula
jenis mikrometer akan memberikan tekanan yang sangat
kesalahan rambang. Sifat-sifat yang merugikan ini harus di-
besar pada permukaan objek ukur. Hal ini dapat menye-
perhatikan, dicegah, dan diperbaiki bilamana muncul.
babkan deformasi pada permukaan objek ukur yang rela-
Kesalahan ram bang meru paka n hal yang waja r dalam
proses pengukuran dengan memakai komparator. Kontri- tif lunak (aluminium) ataupun perubahan bentuk silinder
berdinding tipis. Mikrometer harus diputar melalui pemutar
busialat ukur sehingga muncul kesalahan rambang dalam
proses pengukuran umumnya relatif kecil, asalkan alat ukur
bergigi-gelincir (racet) atau pemutar jenis gesekan supaya
momen puntir terbatasi sehingga tekanan pengukuran se-
digunakan dan dipelihara dengan baik.
lalu sesuaidengan rancangan (ringan dan tetap harganya).
Bila pengukuran dilakukan dengan prosedur yang benar
penyimpangan yang diakibatkan oleh deformasi benda

162 PrNcurunRu Trrrurr KrsnmHnru/PTNyTMpANGAN Pnosrs PruouxunRru 163


ukur akan terhindarkan, akibatnya ketepatan atau keteru-
langan proses pengukuran akan terjaga.
Deformasi karena tekanan pengukuran dapat dihilan- permukaan ke dua
r{ung batang t€tap
gkan jika digunakan sensor non-kontak misalnya jenis optik selalar meskipun ada
lenturan
atau pneumatik. Jadi, perhatian dapat dicurahkan pada dua
faktor yang masih bisa menjadi sumber kesalahan yaitu be-
rat benda ukur dan tekanan penjepit benda ukur. lonturan dl uJung sama
dengan lonturan dlte -
Batang-ukur, sebagai alat ukur standar dengan ngah dan merupakan
penampang yang sama sepanjang sumbunya, bila dil- harga lentrran minlmum

etakkan pada dua tumpuan akan melentur akibat berat-


nya sendiri. Besarnya lenturan dipengaruhi oleh jarak ke
dua tumpuan di mana batang tersebut diletakkan secara
tllk Bessel
simetrik, lihat gambar 6.2. Tiga contoh cara menumpu pemendokan garls
batang ini diulas sebagai berikut: nofd aHbat lenturan
adalah yang ted(odl
l,s-0,5593J
c. Batang unilorm yang ditumpu simefik

Gambar 6.2 Pengoruh elastisitas benda ukur


pada saat pengukuran

1. Jika ke dua permukaan di ujung batang-ukur diingink-


a Pengaruh tekenan Penganrh tekanan kontak
pada benda ukur (slllndet) an sejajar, jarak ke dua tumpuan (sl harus sama deng
konlak pada benda
ukur yang lunak. yang berdindlng fpls.
an 0.577 kali panjang batang (s=0.577 0). Ke dua titik
tumpuan ini disebut dengan Titik Airy (Airy points) dan
batang-ukur biasanya diberi tanda yang menyatakan
letak titik tersebut. Akibat kesejajaran muka-uku-
rnya beberapa batang-ukur, masing-masing ditumpu
pada titik Airy-nya, dapat dipersambungkan tanpa
kekhawatiran akan timbulnya kesalahan akibat dari

L64 I Prror*r*oNTrrrurx Krsnmneru/PTNytMpANGAN Pnosrs Perucuxunrru 1.65


I
ketidaksempurnaan penempelan (untuk menjamin Berbekal pengetahuan dasar mengenai mekanika
ketelitian jarak antara ke dua ujung bebas). teknik, cukup dengan memahami hal-hal pokok mengenai
2. Seandainya dikehendaki lenturan d minimum bagi gaya dan lenturan tanpa harus melakukan penghitungan
batang penggaris yang diletakkan pada dua tumpuan, teoretik, seorang teknisi metrologi akan dapat meren-
usahakan jarak ke dua tumpuan tersebut s=0.554 0. canakan lokasi pencekaman yang aman.
Dengan cara menumpu sepertiini (TitikTumpuan Len-
turan Minimum) kelurusan batang penggaris dapat 6.3 PENYIMPANGAN YANG BERASAL DARI
dipakai sebagai acuan pengukuran kelurusan permu- POSISI PENGUKURAN
kaan di bawahnya (dengan memakai komparator, diu-
Prinsip ABBE: "Garis ukur harus berimpit dengan garis
kur ketinggian celah pada beberapa titik.
dimensi'i
3. Batang berpenampang X sebag ai standar meter (benda
Bagi pengukuran objek ukur geometrik prinsip ABBE
bersejarah disimpan di Paris) ditumpu secara simetrik
sedapat mungkin diikuti. Apabila garis ukur, yaitu garis
pada jarak s=0.559 {,. Dengan tumpuan seperti ini (Ti-
pada mana skala ukur dibuat atau garis gerakan sensor, ti-
tik Bessel), bidang netral (permukaan tengah batang X
dak berimpit dengan garis dimensi objek ukur melainkan
yang menghadap ke atas) akan mengalami deformasi
membuat sudut sebesar B, hasil pengukuran akan lebih
arah memanjang yang paling kecil. Jarak antara dua
besar daripada dimensi sebenarnya. Semakin besar sudut 6
garis tanda yang dibuat pada bidang netral pada saat
kesalahan ini akan membesar sesuai dengan membesarnya
itu dianggap sebagai 1 m (standar meter yang pernah
sisi miring pada segitiga siku-siku mengikuti rumus kosinus.
diberlakukan; 1889 - 1927).
OIeh karena itu, kesalahan ini sering dinamakan sebagai
kesalahan kosinus (cosine error), lihat gambar 6.3.
Saat pengukuran berlangsung, benda ukur tak bo-
leh bergerak pada arah yang sama dengan garis penguku-
ran (garis dimensi objek ukur). Untuk memastikan hal ini,
dalam beberapa kasus diperlukan alat pemegang benda
ukur (pencekam, penjepit). Karena penjepit juga memberi-
kan tekanan pada benda ukur, maka posisi penjepit harus
ditentukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
deformasi yang merugikan.

MrLrs -l
166 PencurunRn Terutx Badau Perpustf,knaa KesauHnr.r/PTNyIMpANGAN Pnosrs PrncuxunRx 1.67
Propinsl Jawa Timur I
i
kaan sensor,lihat gambar 6.4b). Keadaan seperti inidapat
gadsdimettg dicegah dengan teknik yang sesuai dengan jenis alat ukur
L-Mor0-d$n0 dan cara pemegangannya yaitu; lihat gambar 6.4 (A & B):
L . M - d.0
(untuk 0 kecil)

garls dlmensl

gade ukur
fT- Mj.ol
garis ukur smss bola lebh baik

I garis dimensi
i;;- fiflk kontal(

,:,
rfisor dEerald(8n kr ldd*rnan aailord'rgpfrrrg unld(
mncarl harla tf,lccl
Gambar 6.3 Kesalohan Kosinus

"Kesalahan Kosinus" muncul akibat dari tidak di-


penuhinya prinsip ABBE (garis ukur harus berimpit dengan
garis dimensi). Hasil pengukuran M akan lebih besar dari-
pada dimensi sebenarnya L. Meskipun secara teoretik mu-
dah sekali mengoreksi M sehingga menjadi L, tetapi dalam
prakteknya hal ini tak dimung kinkan, sebab harga B tak
diketahui secara pasti. Oleh sebab itu, yang dapat dilaku-
0ga tensor.trn€fil( putrr dongEn uJulo a€earuh ilnder
kan adalah mengusahakan prinsip ABBE inidipenuhi. merupskan r6nts yang btra me4arr rencirl poalsinta

Kesalahan kosinus kelihatannya akan diperparah jika


sensor menempel di permukaan benda ukur tidak pada titik Gambar 6.4 Jenis sensor kontak disesuaikan dengan permosola-
digaris-ukur melainkan di sampingnya (ditepi luar permu- hon pengukuran untuk menjamin kebenaran posisi pengukuran

1.68 I Pr*or*r*ou Trxr.lrr


KrsamuaN/PeNyrMpANGANPnosesPeNcuxuRRr.r I Mg
I I
A. Jika posisi alat ukur relatif terhadap benda ukur tak bisa inilah yang dianggap paling mewakili harga diameter
diubah (sesuai dengan pengaturan terakhir yang dii- lubang.
kuti pencekaman alat ukur danlatau benda ukur pada
dudukannya), sensor bermuka bola lebih baik daripada Pemraktekan cara C diikuti D tidaklah mudah. Pen-
sensor bermuka rata.
gukur harus berkali-kali melatih sampai ketepatan (keteru-
Bila posisi alat ukur relatif terhadap benda ukur bisa langan)-nya cukup baik. lnilah salah satu dari banyak sekali,

berubah, akibat gaya pengukuran yang tak segaris contoh keterampilan operator metrologi yang patut kita
akan menimbulkan momen putar yang saling bereaksi hargai.
pada benda ukur dan alat ukur. Jika benda ukur bebas Gambar 6.4(E) merupakan contoh alat ukurdiameter

bergerak, momen tersebut akan memutarnya dan sen- lubang (diameter dalam) dengan tiga sensor. Ujung sensor
sor bergerak menjepitnya sehingga garis ukur akan memiliki permukaan berbentuk silindrik. Dengan posisi
berimpit dengan garis dimensi. lnilah contoh kondisi sensor yang simetrik putar seperti ini gaya penekanan sen-
pengukuran yang mampu menyetel sendiri posisinya sor pada benda ukur akan membuat alat ukur mampu me-
(self aligning). nyesuaikan sendiri posisinya (self aligning) sehingga garis
ukur berimpit dengan garis dimensi.
Posisi pengukuran memegang peranan penting sebab Dalam contoh kasus pengukuran diameter lubang,
besaran yang diukur adalah dimensi. Sebagai contoh, alat ukur tiga sensor kontak tentunya harus lebih dipilih
gambar 6.4 (C & D) menunjukkan usaha pengukuran daripada alat ukur dua sensor kontak. Tiga sensor kontak
diameter lubang dengan memakai mi krometer batang dalam hal ini pun memenuhi segiteori geometri, "melalui
(telescopic micrometer). Untuk memastikan bahwa tiga titik yang tak segaris hanya dapat dibuat satu lingka-
yang diukur adalah diameter lubang (garis dimensinya ran'i Sementara itu, "melalui dua titik dapat dibuat banyak
tak bisa dilihat, diraba sebab merupakan garis imajiner sekali (tak terhingga) lingkaran dengan beragam diameter".

alias khayal) pengukur harus: Meskipun demikian dalam beberapa kasus, alat ukur dua
c. Menggerakkan sensor ke kiri-kanan untuk mencari kontak (misalnya telescopic/cylindrical micromefer) lebih
harga terbesar. Kemudian, dengan posisi akhir sep- praktis bila dipakai untuk pengukuran lubang berdiameter
erti yang .pengukur yakini sebagai posisi pengukuran besar (tak ada alat ukur jenis 3 sensor yang dibuat untuk
samping terbaik, dilanjutkan dengan: ukuran besar), atau untuk pengukuran tinggi celah.
D. Menggoyangkan (menganggukkan) sensor ke depan-
belakang untuk mencari harga terkecil. Harga terakhir

170 I Pr*ou*r*tt Ttxutr


I
6.4 PENYIMPANGAN YANG BERASAL DARI pengukuran yang berlangsung secara otomatik yang
LINGKUNGAN tergabung dalam sistem produksi otomatik seperti FMS
(Flexible Manufacturing System) dapat bekerja siang
'Li n g ku n ga n ha ru s mem berikon ke nyo m an o n
bagi pengukur!' malam tanpa pencahayaan yang mencukupi karena ti-
dak memerlukan operator (unmanned foctory). Penca-
Jika persyaratan ini dipenuhi, pada umumnya akan hayaan diperlukan saat operator mengambil produk,
memenuhi persyaratan yang diminta alat ukur dan benda menyiapkan dan menyetel benda-kerja, perkakas-po-
ukur. tong, alat ukur, dan tindakan pembetulan (pengkorek-
1. Kebersihan; kita menyenanginya dan demikian pula sian proses).
yang diminta oleh alat ukur dan benda ukur. Debu, Temperatur 25-27 "C, kelembaban 70-75 o/o; Bagi alat
geram, serpihan yang sering terlihat di daerah mesin ukur dan benda ukur temperatur berapapun sebena-
produksi perlu disingkirkan dan daerah pengukuran. rnya tak dipentingkan asalkan harganya tidak berubah-
Tergantung kebutuhan, hal ini memerlukan: mulai ubah (berfluktuasi). Jadi, kesamaan dan ketetapan
dan suatu daerah/ruang terpisah, kamar ukur, sampai temperatur bagi seluruh komponen dalam sistem
dengan suatu laboratorium metrologi dengan ling- pengukuran perlu diperhatikan. Kelembaban sebena-
kungan terkondisikan. Debu, serpihan logam halus di rnya juga tak berperan dalam pengukuran geometri.
permukaan benda ukur akan "dirasakan" oleh sensor Akan tetapi, kelembaban yang terlalu tinggi dalam
alat ukur cermat yang selain mengakibatkan kesalahan jangka waktu lama merupakan media yang baik bagi
juga dapat merusak permukaan sensor atau muka ukur perkembangan proses korosi. Kebanyakan komponen
(measuring surface) alat ukur standar seperti blok-ukur alat ukur maupun benda kerja yang terbuat dari baja
{gauge-block). (kecuali stainless-steel) yang permukaannya ternodai
2. Tingkat kebisingan yang rendah; semua menyenangi. oleh asam (termasuk yang berasal dari keringat manu-
Getaran lemah yang tak membisingkan pun tidak dis- sia) lewat tangan tangan kotor akan mengalami proses
enangi oleh alat ukur cermat dan peka sebab akan me- korosi. Kesaksamaan dalam penyimpanan alat ukur
nimbulkan pengambangan (ketakpastian, fl oating). amat perlu diperhatikan. Bila tidak, sewaktu blok-ukur
3. Pencahayaan yang mencukupi; supaya operator mam- disimpan "proses korosi mulai melukis sidik jari bekas
pu melaksanakan pengukuran dan membaca hasil tangan operator ceroboh"di muka-ukur yang tak diber-
pengukuran. Memang alat-ukur dan benda ukur dalam sihkan dan tak dilindungi dengan lapisan tipis minyak
hal ini tak mempedulikan pencahayaan. Untuk sistem (vaseline).

172 PrncuruRnn Trrutr Krseuxer.r/PENyrMpANGANPRosrsPrxcuxuReru I Ug


I
Pengaruh temperatur merupakan faktor yang perlu Apabila pengukuran dilakukan secara perbandingan
mendapat perhatian karena semua benda padat, terutama (pengukuran tak langsung) besar perbedaan panjang an-
logam, akan berubah geometrinya (ukuran, bentuk, posisi) tara objek ukur dengan blok ukur (ukuran standar) dapat
jika temperaturnya berubah. Untuk menjaga kesamaan ha- dihitung dari rumus berikut:
sil pengukuran, telah disetujui secara internasional bahwa
temperatur ruang untuk pengukuran geometrik dibakukan o = ( tz - 0, ) * ( !, d,2 - Qt d,r
)(r - r,1
o/o. di mana,
sebesar 20 "C dengan kelembaban 55-60 a = porbedaan paniang yang diukur oleh alat ukur pemban-
Apakah syarat ini harus selalu dipenuhi untuk se- ding; mm
t2 = panjang benda ukur; mm
tiap pengukuran geometri benda-ukur? Perhatikan analisis t1 = panjang blok ukur; mm
o2 = koefisien-muai-panjang benda ukur; oC'r
sederhana berikut. ot koefisien-muai-panlang blok ukur; oC't
=
Perubahan panjang yang terjadi pada pengukuran
langsung dapat dihitung melalui rumus teoretik:

A, = ( - t, = perbedaan temperatur pengukuran


a,=ec(,-',) dengan temperatur standar.
di mana :
At = perubahan paniang; mm
t = panlang objek ukur; mm Apabila koefisien-muai-panjang benda ukur sama
c, = koefisien-muai-panjang; "C-1
= 23.A 10'6 untuk aluminium atau tidak banyak berbeda dengan koefisien muai panjang
= 16.5 10'6 untuk tembaga blok ukur, rumus di atas dapat dituliskan sebagai berikut:
= 12.O 1O'5 untuk baja
= 1O.5 10-6 untuk besi tuang
= temperatur obiek ukur
= temperatur standar = 2O oC o=(0r-0,)*o(o,)o,

Misalkan, suatu poros baja yang baru saja digerinda


Karena Arbiasanya dibuat kecil (dalam beberapa mik-
untuk mencapai diameter nominal 100 mm dapat mem-
rometer), sedang A, biasanya tidak lebih dari 10'C (misalnya
punyai temperatur sekitar 40 "C. Andaikata pengukuran
temperatur ruang dalam pabrik 30"C) dan harga o sendiri
diameter dilakukan pada temperatur ini, diameter poros
adalah kecil bagian kedua rumus di atas dapat diabaikan.
tersebut akan lebih besar sekitar 0.023 mm dibandingkan
Dengan demikian pengukuran secara perbandingan
dengan diameternya pada temperatur standar.
akan memberikan harga yang mendekati harga sebena-

174 I P."or*r*oruTrrxtx KrsnmunN/PeNyTMpANGAN Pnosrs PexcuxuRnru I yS


I I

l
rnya meskipun pengukuran tidak dilakukan pada tem- 6.5 PENYIMPANGAN YANG BERASAL DARI
peratur standar. Meskipun demikian, bila ada perbedaan OPERATOR
temperatur antara benda ukur dengan blok ukur, mungkin
Dua orang yang melakukan pengukuran secara ber-
terjadi kesalahan yang cukup berarti. Dengan demikian,
gantian dengan menggunakan alat ukur dan benda ukur
suatu sistem pengukuran (benda ukur dan alat ukur) harus
serta kondisi lingkungan yang dianggap tak berubah
selalu diusahakan temperaturnya sama semuanya dan tak
mungkin menghasilkan data yang berbeda. Sumber per-
berubah-ubah.
bedaan ini dapat berasal dari cara mereka mengukur yang
Kamar ukur biasanya diwujudkan untuk memberikan
dipengaruhi oleh pengalaman, keahlian, kemampuan, dan
kenyamanan bekerja dengan udara terkondisikan terutama
keterampilan serta perangai masing-masing pengukur.
untuk menurunkan kelembaban sehingga mencegah atau
Pengukuran adalah suatu pekerjaan yang memerlukan ke-
mempersulit terjadinya proses korosi pada alat ukur dan
saksamaan.
benda ukur. Bila suhu kamar ukur ini dijaga konstan mis-
Dengan demikian, orang yang pekerjaannya melaku-
alnya sebesar 25 "C, alat ukur dan berbagai peralatan lain
kan pengukuran harus:
yang disimpan dalam kamar ukur akan juga bersuhu 25
oC. Bila benda ukur, terutama yang berdimensi besar yang 1. Mempunyai pengalaman praktek yang didasari
oC, perlu teori yang mendukung penguasaan pengetahuan
dibawa masuk dari ruang pabrik yang bersuhu 30
akan proses pengukuran. Hal ini bisa dicapai le-
waktu untuk menyesuaikan temperaturnya sehingga sama
wat pelatihan pengukuran dan dipelihara, diman-
dengan suhu kamar ukur.
tapkan, serta dikembangkan lewat pekerjaan yang
Berbicara mengenaisuhu, jangan lupa bahwa tangan
berkesesuaian,
Anda bersuhu 36 'C. Jadi, jangan terlalu lama memegang
alat ukur atau benda ukur (terutama yang berdimensi kecil)
2. Mempunyai dasar-dasar pengetahuan akan alat
ukur, cara kerja alat ukur, cara pengukuran, cara
jika melakukan pengukuran geometri di kamar ukur ber-
mengkalibrasi dan memelihara alat ukur,
suhu 25 "C. Adalah merupakan kebiasan yang baik untuk
bersikap saksama, sebab pada hakekatnya kesaksamaan
3. Waspada akan kemungkinan letak sumber peny-
impangan dan tahu bagaimana cara mengeliminir
adalah pencegah munculnya kesalahan sistematik maupun
(mengurangi sampai sekecil mungkin sehingga
kesalahan rambang.
praktis dapat diabaikan) pengaruhnya terhadap
hasil pengukuran,
4. Mampu menganalisis suatu persoalan pengukuran
yakni dalam membaca acuan kualitas (gambar tek-

176 I Pr*ou*r*oNTrrux KeseuHeu/PeNylMpANGAN Pnosrs PrNcuxunen ln


I
nik lengkap dengan spesifikasi geometriknya), me-
nentukan cara pengukuran sesuai dengan tingkat
kecermatan yang dikehendaki, memilih alat ukur
dan kemudian melaksanakan pengukuran dengan
kesaksamaan dan kedisiplina.n tinggi, dan
5. Sadar bahwa hasil pengukuran adalah sepenuh-
nya merupakan tanggung jawabnya dalam per-
wujudan cara kerja kelompok dengan penekanan DAFTAR PUSTAKA
tugas dan tanggungjawab.

1994. Pengukuron Teknik, Diktat Kuliah lnstitut Tek-


nologiiBandung.
-,
Kreyszic, Erwin. 1988. Advanced Engineering Mothemotics,
John Wiley & Son.
T. Rochim. 2001. Spesifikosi, Metrologi& Kontrol Kualitas Geo-
metrik, Penerbit lTB.

178 PErucurunlru Trxrlrx


TENTANG PENULIS

M. Sayuthi adalah dosen Teknik Mesin Unimal lahir


28 Juni 1979 ini memiliki pemikiran yang tajam ke depan.
Memiliki segudang Prestasi sebagai dosen teknik mesin
favorit tingkat Unimal, serta peneliti terbaik untuk bidang
kajian Mesin Konversi. Aktivitas sehari-hari beliau selain
menulis buku dan menelitiadalah sebagai pemateridi ber-
bagai forum ilmiah internasional. Penulis pernah menjadi
mahasiswa bimbingan BapakT. Rochim dosenTeknik Mesin
ITB.

Fadlisyah adalah dosen Teknik lnformatika yang


telah menulis 1 7 buku untuk tingkat nasional. Pernah men-
jabat Kepala Laboratorium pertama Teknik lnformatika
Unimal, wakil Kepala Pengabdian Masyarakat LPPM, Kabag
Akademik D lll Unimus. Pengagum berat Quraish Shihab ini
juga banyak terlibat dalam aktifitas sosial seperti anggota
tim pemberantasan kemiskinan dan keterlantaran akade-
mis masyarakat, panitia pensosilaisasi penulisan buku ajar
untuk guru-guru se Kabupaten Aceh Utara.
Syarifuddin lahir pada 26 Mei 1974, menyelesaikan
S1 teknik lndustri Unimal dan S 2 Teknik lndustri di Uni-
versitas sumatera Utara Medan. Penulis bertugas sebagai
dosen Teknik lndustri Unimal dan menjabat sebagai Kepala
Laboraorium Teknik lndustri unimal. Penulis adalah sosok
yang ramah, jujur dan luar biasa sabar, sehingga beliau
menjadi dosen panutan di lingkungan universitas Mali-
kussaleh. Penelitian penulis telah banyak diakui di tingkat
nasional dan disponsori oleh beberapa perusahaan multi-
nasional. Saat ini penulis diprediksikan sebagai pemimpin
fakultas masa depan karena sifat arifnya sesama teman se-
fakultas.

ir.ei.,r lu*"
rglll

182 PerucuxunRu Trxux

Anda mungkin juga menyukai