Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan utama di sebagian besar negara-

negara berkembang,yang berarti negara negara yang memiliki tingkat gizi menengah

kebawah memiliki resiko tinggi terhadap penyakit Tuberkuosis, seperti negara negara

berkembang di benua Asia, termasuk Indonesia.1

Menurut data WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa di banyak

negara berkembang penduduk yang memiliki kebiasaan merokok atau perokok adalah

berjumlah sekitar 800 juta orang, yang mana hampir tiga kali lipat jumlahnya

dibandingkan dengan negara maju. Indonesia menduduki peringkat ke 5 dalam

konsumsi rokok dunia. Menurut data suevei nasional tahun 2004 membuktikan bahwa

lebih dari 30% penduduk Indonesia adalah perokok. Dari total jumlah perokok di

indonesia 63,2% adalah laki laki dan dan sisanya adalah perempuan.13

Tuberkulosis memiliki afinitas definitif pada paru – paru untuk menyebabkan

penyakit primer. Namun, bagian tubuh manapun dapat terpengaruh, termasuk mulut

dan lesi ini biasanta adalah lesi sekunder dari lesi penyakit paru – paru.10

Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru tetapi juga dapat mempengaruhi

bagian lain dari tubuh. Selain paru – paru, TB juga dapat menyerang nodus limfa,

meninges, ginjal, tulang, kulit dan didalam rongga mulut. Di klinik gigi, pekerja

kesehatan mulut berada pada resiko tinggi terinfeksi M. Tuberculosis karena kontak

yang amat dekat dengan pasien dan penyebaran aerosol saat proses perawatan dental.9

1
1.2 Masalah

Untuk menegakan diagnosa Tuberkulosis, diperlukan untuk dilakukan pemeriksaan

dahak untuk mencari tahu ada atau tidaknya kuman TB (Mycobacterium TB) dalam

bentuk Basil Tahan Asam (BTA). Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakan

diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan,

pemeriksaan untuk menegakan diagnosis.2,13

Pengobatan untuk penyakit Tuberkulosis yang saat ini dilakukan adalah

pengobatan yang menganut prinsip prinsip sebagai berikut ; obat yang diberikan dalam

bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis yang sesuai

dengan kategori pengobatan, pengobatan dilakukan dengan pengawasan demi menjaga

kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, pengobatan dilakukan dalam dua tahap

yaitu tahap awal dengan memberikan tiga atau empat jenis obat yang dikonsumsi setiap

hari selama 2 bulan. Pada tahap selanjutnya, pasien hanya diberikan dua jenis obat yang

juga dikonsumsi setiap hari selama 4 bulan. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa pengobatan penyakit tuberkulosis sulit untuk dilakukan karena diperlukannya

konsistensi dalam konsumsi obat yang dilakukan dalam waktu yang lama yaitu kurang

lebih 6 bulan.13

Dikarenakan lamanya pengobatan dari penyakit Tuberkulosis, apabila kita sebagai

dokter gigi menemukan manifestasi dari penyakit tuberkulosis dalam rongga mulut

harus segera diatasi agar penyembuhan pasien dapat terjadi lebih mudah.

2
1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan

Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menguraikan

penyakit tuberkulosis dari definisi, prevalensi, etiologi dan faktor predisposisi,

gejala ekstra oral, manifestasi tuberkulosis pada rongga mulut, serta diagnosa

pembandingnya sehingga diagnosa penyakit tuberkulosis dapat dilakukan dengan

lebih cepat dan pengobatan penyakit tuberkulosis dan manifestasinya dalam rongga

mulut dapat segera diatasi sehingga aktivitas pengunyahan pasien tidak terganggu.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

TUBERCULOSIS

2.1 Definisi

Tuberculosis ( TB ) adalah infeksi bakteri kronis yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, yang menyebabkan terjadinya pembentukan granuloma

pada jaringan yang terinfeksi. Infeksi mikobakteri, biasanya Mycobacterium TBC,

misalnya M. aviumintracellulare, M. scrofulaceum dan M. kansasii.7

Tuberculosis adalah penyakit menular.12 Paru-paru adalah organ yang paling

sering terkena, tetapi dapat juga menyerang jaringan lain seperti nodus limfe,

meninges, ginjal, tulang, kelenjar ludah, kulit dan rongga mulut . Lesi tuberkulosis

didalam mulut dapat primer maupun sekunder namun tuberkulosis pulmonal dengan

lesi sekunder pada rongga mulut lebih umum terjadi. Penegakan diagnosis tergantung

pada hasil temuan bakteri yang terkandung dalam liur pasien. 2

Penyakit tuberkulosis dapat menular dan menyebar melalui jalan respirasi dari

inhalasi serpihan udara yang mengandung bacillus tersebut. Penyakit ini menyebar

melalui udara, ketika orang-orang yang memiliki penyakit tersebut batuk, bersin, atau

meludah.1

2.2. Prevalensi

Laporan menunjukkan bahwa lesi oral terjadi 0.05 – 5% pada pasien dengan

tuberkulosis dan seringkali merupakan bentuk sekunder dan terjadi pada pasien usia

4
tua. Di sisi lain, bentuk primer jarang terjadi, dan lebih mempengaruhi pasien – pasien

usia muda (Mignona, 2000).10

2.3 Epidemiologi

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena angka

morbiditas dan mortalitasnya akibat TB didunia, terjadi pada negara berkembang.

Penyakit yang dapat disebabkan oleh M. tuberculosis, M. bovis atau M. africanum ini

telah dinyatakan sebagai kedaruratan global oleh WHO pada tahun 1993. Hal ini

didasarkan pada laporan epidemiologi global TB. Setiap tahun TB menyebabkan

hampir dua juta kematian dan diperkirakan saat ini 1/3 penduduk dunia terinfeksi

kuman TB (yang mungkin akan berkembang menjadi penyakit TB di masa

mendatang).4 Berdasarkan Global Tuberculosis Control: surveillance, planning,

financing: WHO report 2011, WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2006 terdapat

9,24 juta penderita TB diseluruh dunia, pada tahun 2007 jumlah penderita naik

menjadi 9,27 juta jiwa. Hingga tahun 2009 angka penderita TB menjadi 9,4 juta

jiwa..5

5
2.4 Etiologi dan Faktor Predisposisi

Tuberculosis ( TB ) adalah infeksi bakteri kronis yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, biasanya Mycobacterium TBC, misalnya M.

aviumintracellulare, M. scrofulaceum dan M. kansasii, terutama pada pasien yang

terinfeksi HIV.2,7 Faktor predisposisi dari penyakit TBC biasanya adalah alkohol,

penderita diabetes, pasien dengan kekebalan tubuh yang rendah (termasuk infeksi

HIV).7

Sumber penularan adalah pasien yang pada pemeriksaan dahak dibawah

mikroskop ditemukan adanya bakteri TB, disebut dengan Basil Tahan Asam (BTA).

Makin tinggi derajat hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut.

Untuk pasien dengan bakteri TB yang ada pada dahaknya sewaktu batuk atau bersin

pasien tersebut dapat menyebarkan bakteri ke udara dalam bentuk percikan dahak,

disebut droplet nuclei. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana terdapat

percikan dalam waktu yang lama. Percikan tersebut dapat bertahan selama beberapa

jam dalam kondisi yang lembab dan gelap. Sementara itu, faktor yang memungkinkan

sesorang terpapar bakteri TB ditentukan oleh konsentrasi percikan diudara, lamanya

menghirup udara tersebut, dan kerentanan seseorang terhadap penularan.13

Karena ditularkan melalui percikan dahak, maka bakteri TB akan masuk

kedalam saluran nafas lalu masuk ke paru-paru. Seseorang dengan HIV positif 30

kali lebih mudah terserang TB dibanding orang normal. Tentu saja penurunan daya

tahan tubuh bukan saja terjadi karena infeksi HIV, dapat juga karena kurang gizi,

stress, dan beban fisik yang berat.13

6
2.5 Gejala Ekstra Oral

Gejala yang dirasakan pasien TB dapat bervariasi, mulai dari batuk, batuk

darah, nyeri dada, badan lemah dan lain-lain. Batuk terjadi karena adanya iritasi di

saluran nafas. Batuk darah dapat terjadi apabila ada pembuluh darah yang terkena

kemudian pecah.13

Secara umum dapat disebutkan bahwa gejala penyakit TB ini:13

1. Batuk berdahak lebih dari 3 minggu.

2. Batuk darah/batuk bercampur darah

3. Sakit atau nyeri dada

4. Demam

5. Penurunan berat badan

6. Hilangnya nafsu makan

7. Keringat waktu malam hari

8. Sesak nafas, dll.

2.6 Pemeriksaan Intra Oral

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien penderita TB adalah dengan

melakukan pemeriksaan dahak untuk mencari tahu ada atau tidaknya kuman TB

dalam bentuk Basil Tahan Asam (BTA). Pemeriksaan dahak berfungsi untuk

menegakan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi

penularan, pemeriksaan untuk menegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan

3 dahak yang dikumpulkan dalam waktu 2 hari berurutan, yang dikenal dengan

7
konsep SPS (Sewaktu Pagi sewaktu). Dahak sewaktu adalah dahak yang diambil

ketika pasien datang, kemudian pasien dibawakan pot untuk mengumpulkan dahak

pada pagi hari kedua dan ketika pasien datang kembali untuk menyerahkan dahak

kedua kalinya pasien kembali diambil dahaknya.13

Diagnosis TB paru ditentukan dengan ditemukannya kuman TB dari hasil tes

BTA. Selain itu dilakukan pemeriksaan dengan foto thoraks, biakan menguji

kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sesuai indikasinya.13

Setelah berbagai data dikumpulkan, maka dokter akan membuat klasifikasi

penyakit dan tipe pasien tuberkulosis, tergantung dari: 13

1. lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau diluar paru;

2. bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): ditemukan BTA atau

tidak.

3. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat

4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati.

2.7 Manifestasi Penyakit Tuberkulosis Pada Rongga Mulut dan

Diagnosis Pembanding

Tuberkulosis merupakan infeksi granulomatosis yang disebabkan oleh

Mycobacterium. Meskipun paling sering menyerang paru paru, manifestasi dari

penyakit TB ini dapat pula terjadi pada rongga mulut, meskipun hal tersebut jarang

terjadi.6,8 Pada pasien dengan TB mungkin mengalami xerostomia dan atau

pembengkakan kelenjar ludah akibat terdapatnya granuloma atau kista dalam kelenjar

liur pasien tersebut.2

8
Lesi tuberkulosis pada rongga mulut merupakan infeksi sekunder dari infeksi

yang terjadi dari paru paru. Lesi primer tuberkulosis pada rongga mulut sangat jarang

ditemukan, apabila ditemukan biasanya ada pada anak anak atau pada usia paruh

baya. Infeksi ini lebih banyak menyerang pria dibandingkan wanita. Gejala yang

muncul adalah berupa lesi oral berupa ulser tunggal, masa pada mukosa oral seperti

dorsum lidah, gingiva, dasar mulut, palatal, mukosa bukal, pembengkakan pada

gingiva, adenopati, demam, penurunan berat badan dan limfodenopati.1,7,10

Bentuk primer lesi tuberkulosis oral lebih umum ditemukan pada anak – anak dan

dewasa muda daripada orang dewasa tua, biasanya mempengaruhi gingiva dan

mukobukal fold (Mignons, 2000). Sebagai tambahan, lesi primer juga sering dikaitkan

dengan pembesaran nodus limfa servikal (Eng 1996, Mignona 2000). Bentuk

sekunder lebih sering ditemukan pada orang paruh baya dan yang lebih tua dan

melibatkan lidah dan palatum keras (Rauch dan Friedman, 1978).10

Ulser yang timbul biasanya tunggal yang sakit atau tidak sakit. Pada laporan

kasus Bipin Kumar, Nepal 2011 mengenai Tuberkulosis pada rongga mulut pasien

laki laki berusia 63 tahun, ditemukan lesi oral pada mukosa alveolar atas kiri yang

tidak sakit berdiameter kurang lebih 1.8cm dengan batas yang tidak beraturan, rapuh

dan tepi yang kemerahan.6

9
Ulser pada rongga mulut yang terdapat pada alveolar rahang atas kiri.10

Menurut Mahesh Kumar, Amerika 2012, lesi oral yang ditemukan pada pasien

tuberkulosis adalah berupa ulserasi yang tidak kunjung sembuh, nyeri, fungsiolaesa

disertai perdarahan. Lesi berwarna merah, putih, atau campuran antara merah dan

putih. Lesi ini bisa rata atau menonjol, dapat terlapisi oleh lapisan nekrotik, pada

palpasi bisa terasa halus, granular, kasar atau krusta dengan indurasi dari dasar atau

margin. Terdapat limfodenopati servikal. Kelenjar limfe membesar dengan kencang

dan keras, pada palpasi biasanya tidak terasa halus.1 Tuberculosis juga dapat

menyerang tulang alveolar, dan dapat menyebabkan destruksi alveolar dan

meninggalkan lubang akibat destruksi tulang alveolar tersebut. Lubang ini pada

umumnya berhubungan melalui sinus. Pada lubang ini mengandung cairan serous dan

pus. Pada palpasi, tulang menjadi tebal dan tidak beraturan. Pada pemeriksaan

radiografi, terdapat daerah rarefaksi tulang yang dikelilingi oleh dense sklerosis dan

terkadang terdapat squestrum pada kavitas.1

Limfadenopati servikal pada pasien tuberkulosis.11

Manifestasi TB pada rongga mulut jarang terjadi dan hadir sebagai lesi

berspektrum luas, biasanya sekunder dari infeksi pulmonal. Pembesaran kelenjar

10
getah bening regional biasanya menyertai lesi oral. Diagnosis harus mencakup

limfoma, dan sialadenitis submandibular.8

Limfodenopati cervical dan submandibularis pada pasien Tuberkulosis.8

Fistula pada limfonodus pada pasien Tuberkulosis.8

Diagnosis klinis dapat sulit dilakukan karena tuberkulosis dapat meniru atau

persis dengan variasi kondisi lain, termasuk keganasan, ulser traumatik dan apthae,

sarcoidosis, dan infeksi mikotik mendalam seperti paracoccidiomycosis dan

histoplasmosis (Mignona 2000). Apabila diduga terdapat lesi tuberkular, maka foto

xray bagian dada diindikasikan, untuk melihat dan menginvestigasi kemungkinan

keterlibatan pulmonal, dan jika benar, harus diikuti dengan pemeriksaan sistemik

untuk mendeteksi lesi tuberkular di bagian tubuh lain, seperti saluran kemih dan

tulang (MacFarlane dan Samaranayake, 1989; Mignogna, 2000).

11
Jadi, meskipun tuberkulosis dalam rongga mulut relatif jarang terjadi, dengan

meningkatnya tingkat insidensi tuberkulosis, harus dipertimbangkan dalam diagnosis

banding yaitu lesi ulseratif atipikal lainnya didalam mulut.10

Secara garis besar, diagnosa banding dari oral tuberkulosis dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Penyakit Gejala Klinis Lokasi Lesi Gambar


Tuberkulosis.  Lesi oral berupa : Pada mukosa oral
2, 6, 10
 Ulser tunggal seperti :
 Tidak kunjung  dorsum lidah
sembuh  gingiva
 Bisa sakit atau tidak  dasar mulut
sakit  palatal
 Dapat tidak atau  mukosa bukal
disertai perdarahan  alveolar
 Lesi berwarna merah
atau putih atau
campuran antara
merah dan putih
 Lesi rata atau
menonjol
 Dapat dilapisi oleh
jaringan nekrotik
 Pada palpasi bisa
halus atau granular
 Dapat juga berupa
krusta yang disertai
indurasi dari dasar
atau tepi
 Limfodenopati
servical

Pemfigoid Lesi oral primer Lesi dapat terjadi


Sikatrisial / berbentuk : pada :
Mukus  Vesikulobulosa dan  aspek bukal
membran cenderung rusak  labial
pemphigoid. 19 dalam hitungan jam  gingival cekat
 Menyebabkan erosi  palatum
yang sangat sakit,  lidah
atau ulserasi dengan  faring
tepi yang halus.

12
Oral Lesi oral tampak : Ditemukan pada :
Hisatoplasmos  Berlobus,  Lidah
is.18 granulomatosa,  Gingiva
massa kemerahan  Palatum
gelap
 Ulkus linear dalam
dengan kelupasan
berwarna kuning,
yang melibatkan
baik aspek bukal
dan lingual.
 Lesi eritematosa
kecil, dengan nodul
yang berdekatan
pada mukosa
palatal.

Oral Lesi berupa : Terdapat pada :


Sarkaidosis  Pembengkakan  Jaringan lunak
atau terbentuk  Mukosa bukal
nodul yang  Bibir
terlokalisasi  Dasar mulut
 Ulser atau ulser  Kelenjar
multiple disertai sublingual.
pembengkakan.

Stomatitis Ulser : Terdapat pada :


Aftosa  Dangkal  Mukosa labial
Rekuren.20  Sakit
 Bersifat rekuren
 Multiple, atau
tunggal
(tergantung pada
jenis)
 Ulkus bulat atau
ovoid, dengan tepi

13
berbatas tegas,
dasar kuning atau
abu-abu dan
dikelilingi oleh
cincin eritematous.

Aktinomikosis Aktinomikosis Terdapat di :


Servicofacial . servikofasial dapat  Dalam mulut
22
berbentuk :  Wajah
 Pembengkakan  Leher
yang kecil dan  Rahang
keras
 Pembengkakan ini
akan menjadi lunak
dan mengeluarkan
pus yang
mengandung
granul sulfur. 
 Nyeri, pruritus dan
trismus.

Sialadenitis. 16  Pembesaran  Pada kelenjar


kelenjar liur, submandibulari
biasannya sub s
mabdibularis.
 Nyeri, terutama saat
makan
 Tidak disertai
dengan demam,
kesulitan makan da
bicara.

Limfoma.2  Pembengkakan sub  Terjadi pada


mukosa yang perbatasan
bilateral antara palatum
 Anastesia unilateral keras dan
bibir bawah.2 palatum dalam,
dapat pula
terjadi pada
mandibula

14
2.8 Penatalaksanaan

Sebagai dokter gigi, kita diwajibkan untuk mampu mengatasi setiap keluhan yang

dimiliki oleh pasien. Pada pasien yang memiliki manifestasi dari penyakit tuberkulosis di

dalam rongga mulutnya tentu saja memiliki berbagai keluhan. Sebegai dokter gigi tentunya

kita diharapkan mampu mengatasi keluhan - keluhan tersebut.

Penatalaksanaan yang dilakukan pada lesi oral tuberkulosis dilakukan berdasarkan pada

beberapa hal, yaitu pertama, dari keluhan utamannya. Dari anamnesa, dapat diketahui apakah

lesi yang terdapat pada rongga mulutnya sakit atau tidak. Apabila sakit, maka dokter gigi

dapat memberikan analgesik untuk mengurangi rasa sakit tersebut. Kemudian, apakah lesi

mengganggu penggunyahan dan/atau penelanan. Apabila ya, maka pasien perlu

diinstruksikan untuk konsumsi makanan lunak seperti bubur dan lain lain.

Kedua, penatalaksanaan dilakukan berdasarkan gambaran klinis dari lesi pada rongga

mulut, apakah pada lesi terdapat peradangan atau tidak. Apabila lesi disertai dengan

peradangan, maka pasien dapat diberikan obat anti inflamasi.

Selain itu, penatalaksanaan juga berdasarkan pada kebiasaan yang dimiliki oleh pasien.

Apabila pasien memiliki kebiasaan menyentuh lesi dengan lidah, maka pasien perlu di

edukasi untuk tidak melakukan hal demikian karena dapat meningkatkan resiko infeksi pada

lesi tersebut.

Pada pasien yang menderita penyakit tuberkulosis, di dalam liurnya terkandung bakteri

tuberkulosis yang mampu menginfeksi rongga mulut. Dengan demikian, pemberian obat

kumur yang mengandung antiseptik sangat disarankan untuk meminimalisir terjadinya infeksi

15
sekunder pada rongga mulut atau membantu mempertahankan kebersihan mulut dan

mencegah terjadinya penyebaran lain.

Sebagai dokter gigi, apabila menemukan pasien yang memilikigejala gejala

tuberkulosis yang disertai dengan adanya lesi dalam rongga mulutnya yang dicurigai

merupakan manifestasi dari penyakit tuberkulosis, maka sebaiknya merujukan pasien tersebut

ke dokter spesialis paru – paru.

16
BAB III

RINGKASAN

Tuberculosis ( TB ) adalah infeksi bakteri kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis, yang menyebabkan terjadinya pembentukan granuloma pada jaringan yang

terinfeksi. Tuberculosis adalah penyakit menular. Paru-paru adalah organ yang paling sering

terkena, tetapi dapat juga menyerang jaringan lain seperti nodus limfe, meninges, ginjal,

tulang, kelenjar ludah, kulit dan rongga mulut

Untuk menegakan diagnosa Tuberkulosis, diperlukan untuk dilakukan pemeriksaan

dahak untuk mencari tahu ada atau tidaknya kuman TB (Mycobacterium TB) dalam bentuk

Basil Tahan Asam (BTA).

Tuberculosis ( TB ) adalah infeksi bakteri kronis yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, biasanya Mycobacterium TBC, misalnya M.

aviumintracellulare, M. scrofulaceum dan M. kansasii, terutama pada pasien yang terinfeksi

HIV. Faktor predisposisi dari penyakit TBC biasanya adalah alkohol, penderita diabetes,

pasien dengan kekebalan tubuh yang rendah (termasuk infeksi HIV).

Lesi oral yang ditemukan pada pasien tuberkulosis adalah berupa ulserasi yang tidak

kunjung sembuh, nyeri, fungsiolaesa disertai perdarahan. Lesi berwarna merah, putih, atau

campuran antara merah dan putih. Lesi ini bisa rata atau menonjol, dapat terlapisi oleh

lapisan nekrotik, pada palpasi bisa terasa halus, granular, kasar atau krusta dengan indurasi

dari dasar atau margin. Terdapat limfodenopati servikal. Kelenjar limfe membesar dengan

kencang dan keras, pada palpasi biasanya tidak terasa halus.

17
Penatalaksanaan pada lesi oral tuberkulosis yang dapat dilakukan oleh dokter gigi

adalah memberikan informasi dan edukasi kepada pasien disertai dengan pemberian obat

yang disesuaikan dengan keluhan utama pasien.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Oral Manifestation in patient with pulmonary tuberculosis. Kumar P. M., Kumar S.

M., dkk. Int J Biol Med Res. 2012.

2. Burket’s Oral Medicine. Eleventh Edition. India 2008. Halaman : 213

3. CAWSON

4. Depkes. Pedoman Nasional PenanggulanganTuberkulosis. Edisi 2. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI; 2007.

5. World Health Organization. Global Tuberculosis Control. WHO Report 2011.

(Online) 2011. http://www.who.int/tb/publications/global_report/

2011/gtbr11_full.pdf [diakses tanggal 25 Juni 2015]

6. Tuberculosis Of Oral Cavity Affacting Alveolus : A Case Report. Bipin Kumar, May

2011.

7. Oral and Maxillofacial Medicine. The basis of diagnosis and treatment. Crispian

scully. 2013 Elsevier Ltd. Halaman : 409

8. Pocket Atlas of Oral Disease. Laskaris George. 2006 Thieme. Halaman 334

9. Primary tuberculosis of the oral cavity. R, Kamala; Sinha, Abhishek; Srivastava,

Amitabh; Srivastava, Sunita. Indian journal of dental research, 22(6): 835 – 838. 2011

10. Primary tuberculosis of the oral cavity. Ito, FA; De Andrade, CR; Vargas, PA; Jorge,

J; Lopes, MA. Oral Diseases 11: 50 – 53. 2005.

11. Tuberkulosis tonsil dan nasofaring disertai limfadenopati servikal dan tuberkulosis

milier Rina Hayati, Abdul Rachman Saragih Departemen Ilmu Penyakit Telinga

Hidung Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, ORLI Vol. 44 No.1. Tahun 2014

19
12. Competence of senior medical students in diagnosing tuberculosis based on chest X-

rays. Vania Maria Carneiro da Silva, Ronir Raggio Luiz. J Bras Pneumol.

2010;36(2):190-196

13. Tuberkulosis, Rokok dan Perempuan. Tjandra Yoga Aditama. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. 2006. Halaman 6 – 32

14. Hubungan Rokok dan Tuberkulosis. Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis

Indonesia. Tersedia di : http://www.ppti.info/2011/06/hubungan-rokok-dan-tbc.html.

Diakses pada : Tanggal 1 Agustus 2015

15. Acute and chronic non specific sialadenitis. Tersedia di :

http://intranet.tdmu.edu.ua/data/kafedra/internal/stomat_hir/classes_stud/en/stomat/

%D1%81%D1%82%D0%BE%D0%BC%D0%B0%D1%82%D0%BE%D0%BB

%D0%BE%D0%B3%D0%B8%D1%8F/ptn/

%D1%85%D0%B8%D1%80%D1%83%D1%80%D0%B3%D0%B8%D1%87%D0%

B5%D1%81%D0%BA%D0%B0%D1%8F%20%D1%81%D1%82%D0%BE

%D0%BC%D0%B0%D1%82%D0%BE%D0%BB%D0%BE

%D0%B3%D0%B8%D1%8F/5/10%20semestr/23.%20Acute%20and%20chronic

%20non-specific%20sialoadenitis.htm Diakses pada : 1 Agustus 2015

16. Acute Submandibular Sialadenitis A Case Report. Rakhi Chandak, 2012

17. Obat Kanker getah bening alami. Tersedia di :

http://obatkankergetahbeningalami.com/archives/29 Diakses pada : 1 Agustus 2015

18. Oral histoplasmosis. Karthikeya Patil, V. G. Mahima, and R. M. Prathibha Rani. J

Indian Soc Periodontol. 2009 Sep-Dec

19. Oral Pathology. Tersedia di : http://sydneyoralmedicine.com.au/oral-pathlogy.html

Diakses pada : Tanggal 2 Agustus 2015

20
20. The saudi journal of gasteroenterology. Aphthous stomatitis. Shallow, round ulcer

with a central fibrinous membrane and erythematous halo. Tersedia di :

http://www.saudijgastro.com/viewimage.asp?

img=SaudiJGastroenterol_2007_13_4_159_36744_3.jpg Diakses pada : Tanggal 2

Agustus 2015

21. Imunity. Sedeghi. Marquette University. Tersedia di :

https://www.studyblue.com/notes/note/n/immunity/deck/806292 Diakses pada :

Tanggal 2 Agustus 2015

22. Aktinomikosis. Tersedia di :

http://www.artikelkedokteran.com/795/aktinomikosis.html Diakses pada : Tanggal 2

Agustus 2015.

21

Anda mungkin juga menyukai