Anda di halaman 1dari 9

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

TAHUN AJARAN 2019/2020


MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA
UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA
Sabtu, 18 Januari 2020
jam 09.50 – 11.20
Nama : BAGUS SRI WIBOWO
NPM : 193402416004
DOSEN : Dr. Prabawa Eka Soesanta, S.Sos,.M.Si
Pertanyaan :
1. Jelaskan siklus sistem penggalian dan pembumian Pancasila (disertai bagan sistemnya) !
(2 halaman)

Jawab : Menggali dan Membumikan Pancasila


Pancasila adalah Sebuah ideologi atau dasar negara yang memiliki pengertian sebagai
visi atau arah dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah terwujudnya
kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, persatuan , kerakyatan serta
nilai keadilan. Dalam menggali dan membumikan Pancasila tentunya ada yang kita harapkan
agar bisa memajukan atau setidaknya mengkokohkan pondasi kebudayaan kita dalam
berbangsa dan bernegara namun sebelumnya kita harus tau beberapa faktor nya. Adapun
beberapa faktor tersebut adalah sebagagai berikut :
*) Nilai
Di dalam nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila terdapat beberapa tatanan :
- Ideologi
Ideologi Pancasila adalah nilai-nilai luhur budaya dan religius bangsa Indonesia.
Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi negara. Jadi, Ideologi pancasila
adalah kumpulan nilai-nilai atau norma yang berdasarkan sila-sila Pancasila. Salah satu nya di
dalam sila pertama yang berisi Ketuhanan Yang Maha ESA artinya didalam bernegara dan
mempunyai ideologi kita harus meyakini adanya tuhan dan percaya akan keberadaannya serta
menanamkan nilai-nilai agama dalam bernegara
- Dasar Negara
Pengertian Dasar Negara adalah sikap hidup, pandangan hidup, atau sesuatu yang tidak
dapat dibuktikan kebenaran dan kesalahannya. Pada hakikatnya, dasar negara merupakan
filsafat negara (political philosophy) yang berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber
hukum atau sumber tata tertip hukum dalam negara.
-Cita-Cita Hukum
Pembangunan bangsa Indonesia yang sedang berlangsung saat ini bertujuan untuk
mencapai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945,
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut serta
menciptakan perdamaian dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Olehnya, pembangunanan dilaksanakan dalam segala sendi-sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara secara berkelanjutan. Salah satu aspek yang menjadi sasaran pembangunan adalah
aspek hukum itu sendiri. Pembangunan hukum tersebut sangatlah dibutuhkan untuk
meneruskan perjuangan bangsa merdeka setelah terlepas dari belenggu penjajahan
kolonialisme barat, serta merupakan eksistensi sebagai negara yang berdaulat tentunya
memerlukan kehadiran hukum nasional yang mencerminkan nilai-nilai kultur dan budaya
bangsa. Pembangunan hukum pada dasarnya meliputi usaha mengadakan pembaruan pada
sifat dan isi dari ketentuan hukum yang berlaku dan usaha-usaha yang diarahkan bagi
pembentukan hukum baru yang diperlukan dalam pembangunan masyarakat.
-Pandangan
Pertama, pancasila dijadikan petunjuk untuk menyelesaikan berbagai permasalahan
yang terjadi di masyarakat. Baik itu permasalahan yang terjadi di Indonesia atau bahkan di
masyarakat dunia.
Kedua, pancasila bisa menjadi cara untuk menyelesaikan persoalan budaya, sosial, ekonomi,
dan politik agar negara kita semakin maju.
Ketiga, warga negara Indonesia jadi memiliki acuan untuk membangun dirinya berdasarkan apa
yang menjadi cita-cita bangsa.
Keempat, pancasila sebagai pandangan hidup bisa mempersatukan masyarakat yang memiliki
latar belakang yang berbeda-beda.
*) Etika
Didalam membangun Pancasila kita harus memiliki Etika,Etika sendiri terdiri dari beberapa
faktor salah satunya adalah system Politik
-Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai kegiatan dalam
Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk proses penentuan
tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan penyusunan
skala prioritasnya.
politik adalah emua lembaga-lembaga negara yang tersbut di dalam konstitusi negara (
termasuk fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif ). Dalam Penyusunan keputusan-keputusan
kebijaksanaan diperlukan adanya kekuatan yang seimbang dan terjalinnya kerjasama yang baik
antara suprastruktur dan infrastruktur politik sehingga memudahkan terwujudnya cita-cita dan
tujuan-tujuan masyarakat/Negara. Dalam hal ini yang dimaksud suprastruktur politik adalah
Lembaga-Lembaga Negara. Lembaga-lembaga tersebut di Indonesia diatur dalam UUD 1945
yakni MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi,
Komisi Yudisial. Lembaga-lembaga ini yang akan membuat keputusan-keputusan yang berkaitan
dengan kepentingan umum.

*) Norma
Norma-norma itu mempunyai dua macam isi, dan menurut isinya berwujud perintah
dan larangan. Perintah merupakan kewajiban bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh
karena akibat-akibatnya dipandang baik. Sedangkan larangan merupakan kewajiban bagi
seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang tidak baik.
Ada bermacam-macam norma yang telah dikenal luas ada empat, yaitu:
a. Norma Agama ialah peraturan hidup yang harus diterima manusia sebagai perintah-
perintah, larangan-larangan dan ajaran-ajaran yang bersumber dari Tuhan Yang Maha
Esa. Pelanggaran terhadap norma ini akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha
Esa berupa “siksa” kelak di akhirat.
b. Norma Kesusilaan ialah peraturan hidup yang berasal dari suara hati sanubari manusia.
Pelanggaran norma kesusilaan ialah pelanggaran perasaan yang berakibat penyesalan.
Norma kesusilaan bersifat umum dan universal, dapat diterima oleh seluruh umat
manusia.
c. Norma Kesopanan ialah peraturan hidup yang timbul dalam pergaulan antar manusia
dalam masyarakat. Akibat dari pelanggaran terhadap norma ini ialah dicela sesamanya,
karena sumber norma ini adalah keyakinan masyarakat yang bersangkutan itu sendiri.
d. Norma Hukum ialah peraturan-peraturan yang timbul dan dibuat oleh lembaga
kekuasaan negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaanya dapat
dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara, sumbernya bisa berupa
peraturan perundangundangan, yurisprudensi, kebiasaan, doktrin, dan agama.
Keistimewaan norma hukum terletak pada sifatnya yang memaksa, sanksinya berupa
ancaman hukuman. Penataan dan sanksi terhadap pelanggaran peraturan-peraturan
hukum bersifat heteronom, artinya dapat dipaksakan oleh kekuasaan dari luar, yaitu
kekuasaan negara.
*) Weltanschauung (Nilai-Nilai Luhur)
Pancasila adalah ideologi atau pandangan hidup (weltanschauung) bangsa Indonesia. Ia
lahir dari hasil galian para Founding Father terhadap kekayaan budaya bumi Indonesia.
Pancasila menjadi miniatur karakter kepribadian bangsa.
Soekarno juga mendesakkan pentingnya “philosophische grondslag” (filosofi dasar)
untuk Indonesia merdeka. Filosofi dasar inilah yang akan menjadi “Weltanschauung”
(pandangan hidup) bangsa Indonesia mencapai cita-citanya. Soekarno pun mengajukan
lima dasar filosofis: Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme, – atau perikemanusiaan,
Mufakat, – atau demokrasi, Kesejahteraan sosial, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Itulah Pancasila!
*) Filosofi Grondslag
"Philosophische Grondslag" berasal dari bahasa Belanda yang berarti norma (lag), dasar
(grands), dan yang bersifat filsafat (philosophische). Selain itu, berasal juga dari bahasa
Jerman, yaitu "Weltanschauung" yang memiliki arti sebagai pandangan mendasar
(anshcauung), dengan dunia (welt). dalam perjalanannya, Pancasila dipaksa menjadi
ideologi dan bahkan agama. Sampai-sampai dimunculkan adanya "Salam Pancasila" dan
"Saya Pancasila" seakan-akan menandingi "Salam Islam" dan "Saya Muslim". Padahal
Pancasila bukan ideologi apalagi agama. Pancasila hanyalah "Philosophische Grondslag"
sebagaimana kemunculannya pertama kali dalam sidang BPUPKI.
Berusaha dan memaksakan Pancasila menjadi ideologi dan agama bukan saja merusak
Pancasila itu sendiri tapi juga membuat kekacauan dalam penyelenggaraan negara.
Bermunculan penafsir-penafsir tunggal terhadap Pancasila yang mengharuskan setiap
warga negara yang berbeda-beda ideologi dan agama mengikuti ideologi dan agama
dari penafsir tunggal terhadap Pancasila. Berakibat di dalam negara berdasarkan
Pancasila timbul segolongan pihak yang kuat menindas segolongan pihak yang lemah.
Kembali ke masa penjajahan. Bahkan lebih jauh lagi ke masa perbudakan.
*) Staat Fondamentale Norm (Pembukaan UUD 45-Pancasila)
Hans Nawiansky menyempurnakan teori yang dikembangkan oleh gurunya, Hans Kelsen. Hans
Kelsen mengembangkan teori Hirearki Norma Hukum (stufentheorie Kelsen) bahwa norma-
norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hirearki tata susunan,
dimana suatu norma yang lebih rendah berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang
lebih tinggi, demikian seterusnya sampai pada suatu norma yang tidak dapat ditelusuri lebih
lanjut dan bersifat hipothesis dan fiktif, yaitu Norma Dasar (Grundnorm).
Hans Nawinsky mengembangkan teori tersebut dan membuat Tata Susunan Norma Hukum
Negara (die Stufenordnung der Rechtsnormen) dalam empat tingkatan:
Staatsfundamentalnorm (Norma Fundamental Negara) atau Grundnorm (menurut teori Kelsen)
Staatsgrundgezets (Aturan Dasar/Pokok Negara)
Formell Gezets (UU Formal)
Verordnung & Autonome Satzung (Aturan Pelaksana dan Aturan Otonomi).
Menurut teori Kelsen-Nawiansky grundnorm atau staatsfundamentalnorm adalah sesuatu yang
abstrak, diasumsikan (presupposed), tidak tertulis; ia tidak ditetapkan (gesetz), tetapi
diasumsikan, tidak termasuk tatanan hukum positif, berada di luar namun menjadi dasar
keberlakuan tertinggi bagi tatanan hukum positif, sifatnya meta-juristic.
Pendapat Notonagoro
Seorang ahli hukum Indonesia, Notonagoro berpendapat lain. Teori Notonagoro agak berbeda
dengan teori Kelsen-Nawiasky. Notonagoro menyatakan bahwa Grundnorm bisa juga tertulis.
Pancasila mengandung norma yang digali dari bumi Nusantara, semula tidak tertulis tetapi
kemudian ditulis.
Bagan Penggalian Pancasila

WELTANSCHAUUNG PHILOSOPHISCHE STAATSFUNDAMENTAL


GRONSLAG NORM

FILOSOFI FILSAFAH FILSAFAT

2. Jelaskan (review) apa, mengapa dan bagaimana Pendidikan Pancasila ? (5 halaman)


Jawab :
Apa itu tujan Pendidikan Pancasila? dapat dipahami dengan menelaah dasar-dasar
pendidikan pancasila sebagai bagian yang tidak terpisah dalam konsep pendukung
capaian dalam penyelenggaraan pendidikan pancasila di perguruan tinggi. Dasar-dasar
yang dimaksud yakni dasar filosofis, sosiologis, dan dasar yuridis yang akan diuraikan
dalam artikel ini. Sebagaimana dikemukakan oleh sejumlah pengamat bahwa gerakan
untuk merevitalisasi Pancasila saat ini semakin menunjukkan gejala yang
menggembirakan. Forum-forum ilmiah di berbagai tempat telah diselenggarakan baik
oleh masyarakat umum maupun kalangan akademisi.

Tidak terkecuali lembaga negara yaitu MPR mencanangkan empat pilar berbangsa yang
salah satunya adalah Pancasila. Memang ada perdebatan tentang istilah pilar tersebut,
karena selama ini dipahami bahwa Pancasila adalah dasar negara, namun semangat
untuk menumbuhkembangkan lagi Pancasila perlu disambut dengan baik.

Undang undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
yang belum lama disahkan, secara eksplisit juga menyebutkan bahwa terkait dengan
kurikulum nasional setiap perguruan tinggi wajib menyelenggarakan mata kuliah
Pancasila, Kewarganegaraan, Agama dan Bahasa Indonesia. Menindaklanjuti undang
undang tersebut, Dikti juga menawarkan berbagai hibah pembelajaran untuk keempat
mata kuliah tersebut.

Pancasila adalah dasar filsafah negara indonesia, sebagaimana tercantum dalam


pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu setiap warga negara Indonesia harus
mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkan dalam segala bidang
kehidupan. Pancasila merupakan warisan luar biasa dari pendiri bangsa yang mengacu
kepada nilai-nilai luhur. Nilai nilai luhur yang menjadi panutan hidup tersebut telah
hilang otoritasnya, sehingga manusia menjadi bingung. Kebingungan tersebut dapat
menimbulkan krisis baik itu krisis moneter yang berdampak pada bidang politik,
sekaligus krisis moral pada sikap perilaku manusia.

Baca Pula: Pengertian dan Landasan Pendidikan Pancasila

Dalam upaya merespon kondisi tersebut, pemerintah perlu mengantisipasi agar tidak
menuju kearah keadaan yang lebih memprihatinkan. Salah satu solusi yang dilakukan
oleh pemerintah, dalam menjaga nilai-nilai panutan dalam berbangsa dan bernegara
secara lebih efektif yaitu melalui bidang pendidikan. Oleh karena itu, tujuan pendidikan
pancasila yang akan diuraikan dalam artikel ini sasarannya adalah bagi para mahasiswa-
mahasiswi di perguruan tinggi.

Adapun dasar-dasar pendidikan pancasila tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Dasar Filosofis
Pada saat Republik Indonesia diproklamasikan pasca Perang Dunia kedua, dunia
dicekam oleh pertentangan ideologi kapitalisme dengan ideologi komunisme.
Kapitalisme berakar pada faham individualisme yang menjunjung tinggi kebebasan dan
hak-hak individu; sementara komunisme berakar pada faham sosialisme atau
kolektivisme yang lebih mengedepankan kepentingan masyarakat di atas kepentingan
individual. Kedua aliran ideologi ini melahirkan sistem kenegaraan yang berbeda. Faham
individualisme melahirkan negara -negara kapitalis yang mendewakan kebebasan
(liberalisme) setiap warga, sehingga menimbulkan perilaku dengan superioritas individu,
kebebasan berkreasi dan berproduksi untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Sementara faham kolektivisme melahirkan negara-negara komunis yang otoriter dengan


tujuan untuk melindungi kepentingan rakyat banyak dari eksploitasi segelintir warga
pemilik kapital. Pertentangan ideologi ini telah menimbulkan ‘perang dingin’ yang
dampaknya terasa di seluruh dunia. Namun para pendiri negara Republik Indonesia
mampu melepaskan diri dari tarikan-tarikan dua kutub ideologi dunia tersebut, dengan
merumuskan pandangan dasar (philosophische grondslag) pada sebuah konsep filosofis
yang bernama Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila bahkan bisa
berperan sebagai penjaga keseimbangan (margin of appreciation) antara dua ideologi
dunia yang bertentangan, karena dalam ideologi Pancasila hak-hak individu dan
masyarakat diakui secara proporsional.

2. Dasar Sosiologis

Bangsa Indonesia yan g penuh kebhinekaan terdiri atas lebih dari 300 suku bangsa yang
tersebar di lebih dari 17.000 pulau, secara sosiologis telah mempraktikan Pancasila
karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan kenyataan-kenyataan
(materil, formal, dan fungsional) yang ada dalam mas yarakat Ind onesia. Kenyataan
objektif ini menjadikan Pancasila sebagai dasar yang mengikat setiap warga bangsa
untuk taat pada nilai-nilai instrumental yang berupa norma atau hukum tertulis
(peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, dan traktat) maupun yang tidak tertulis
seperti adat istiadat, kesepakatan atau kesepahaman, dan konvensi.

Kebhinekaan atau pluralitas masyarakat bangsa Indonesia yang tinggi, dimana agama,
ras, etnik, bahasa, tradisi-budaya penuh perbedaan, menyebabkan ideologi Pancasila
bisa diterima sebagai ideologi pemersatu. Data sejarah menunjukan bahwa setiap kali
ada upaya perpecahan atau pemberontakan oleh beberapa kelompok masyarakat, maka
nilai-nilai Pancasilalah yang dikedepankan sebagai solusi untuk menyatukan kembali.
Begitu kuat dan ‘ajaibnya’ kedudukan Pancasila sebagai kekuatan pemersatu, maka
kegagalan upaya pemberontakan yang terakhir (G30S/PKI) pada 1 Oktober 1965 untuk
seterusnya hari tersebut dijadikan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Bangsa Indonesia yang plural secara sosiologis m embutuhkan ideologi pemersatu
Pancasila. Oleh karena itu nilai-nilai Pancasila perlu dilestarikan dari generasi ke generasi
untuk menjaga keutuhan masyarakat bangsa. Pelestarian nilai-nilai Pancasila dilakukan
khususnya lewat proses pendidikan formal, karena lewat pendidikan berbagai butir nilai
Pancasila tersebut dapat disemaikan dan dikembangkan secara terencana dan terpadu.

3. Dasar Yuridis

Pancasila telah menjadi norma dasar negara dan dasar negara Republik Indonesia yang
berlaku adalah Pancasila yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Pembukaan UUD NRI Tahun 1945) junctis
Keputusan Presiden RI Nomor 150 Tahun 1959 mengenai Dekrit Presiden RI/Panglima
Tertinggi Angkatan Perang Tentang Kembali Kepada Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Naskah Pembukaan UUD NRI 1945 yang berlaku adalah
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yang disahkan/di tetapkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945. Sila -sila Pancasila yang
tertuang dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 secara filosofis-sosiologis
berkedudukan sebagai Norma Dasar Indonesia dan dalam konteks politis-yuridis sebagai
Dasar Negara Indonesia. Konsekuensi dari Pancasila tercantum dalam Pembukaan UUD
NRI Tahun 1945, secara yuridis konstitusional mempunyai kekuatan hukum yang sah,
kekuatan hukum berlaku, dan kekuatan hukum mengikat.

Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, digunakan


sebagai dasar penyelenggaraan pendidikan tinggi. Pasal 39 ayat (2) menyebutkan,
bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat: (a)
Pendidikan Pancasila, (b) Pendidikan Agama, (c) Pendidikan Kewarganegaraan. Didalam
operasionalnya, ketiga mata kuliah wajib dari kurikulum tersebut, dijadikan bagian dari
kurikulum berlaku secara nasional.

Sebelum dikeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 tahun 1999, Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 30 tahun 1990 menetapkan status pendidikan
Pancasila dalam kurikulum pendidikan tinggi sebagai mata kuliah wajib untuk setiap
program studi dan bersifat nasional. Silabus pendidikan pancasila semenjak tahun 1983
sampai tahun 1999, telah banyak mengalami perubahan untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan yang berlaku dalam masyarakat, bangsa, dan negara yang
berlangsung cepat, serta kebutuhan untuk mengantisipasi tuntunan perkembangan ilmu
pengetahuan yang sangat pesat disertai dengan pola kehidupan mengglobal. Perubahan
dari silabus pancasila adalah dengan keluarnya keputusan Direktur Jendral Pendidikan
Tinggi, Nomor: 265/Dikti/Kep/2000 tentang penyempurnaan kurikulum inti mata kuliah
pengembangan kepribadian pendidikan pancasila pada perguruan tinggi Indonesia.
Dalam kepurusan ini dinyatakan, bahwa mata kuliah pendidikan pancasila yang
mencakup unsur filsafat pancasila, merupakan salah satu komponen yang tidak dapat
dipisahkan dari kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian (MKPK) pada
susunan kurikulum inti perguruan tinggi di Indonesia mata kuliah pendidikan pancasila
adalah mata kuliah wajib untuk diambil oleh setiap mahasiswa pada perguruan tinggi
untuk program diploma/politeknik dan program sarjana. Pendidikan pancasila dirancang
dengan maksud untuk memberikan pengertian kepada mahasiswa tentang pancasila
sebagai filsafat atau tata nilai bangsa, dasar negara, dan ideologi nasional dengan segala
implikasinya.

Selanjutnya, berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 22/UU/2000


tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi, dan penilaian hasil belajar
mahasiswa, telah ditetapkan bahwa pendidikan agama, pendidikan pancasila, dan
kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi. Oleh karena
itu, untuk melaksanakan ketentuan di atas, maka Direktur Jendral Pendidikan Tinggi
Depdiknas mengeluarkan Surat Keputusan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
perguruan tinggi. Berdasarkan UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan, maka,
Direktur Jendral Pendidikan Tinggi mengeluarkan surat keputusan No.
43/Dikti/Kep./2006 tentang kampus-kampus pelaksanaan kelompok mata kuliah
pengembangan kepribadian di perguruan tinggi, SK ini adalah penyempurnaan dari SK
yang lalu.

Tujuan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi

Dengan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, diharapkan dapat


tercipta wahana pembelajaran bagi para mahasiswa untuk secara akademik mengkaji,
menganalisis, dan memecahkan masalah-masalah pembangunan bangsa dan negara
dalam perspektif nilai-nilai dasar Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Republik
Indonesia.

Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan Nasional bertujuan untuk


mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional. Sistem pendidikan nasional yang ada
merupakan rangkaian konsep, program, tata cara, dan usaha untuk mewujudkan tujuan
nasional yang diamanatkan Undang -Undang Dasar Tahun 1945, yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa. Jadi tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan
Tinggi pun merupakan bagian dari upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Penjabaran secara spesifik sehubungan dengan tujuan penyelenggaraan Pendidikan


Pancasila di Perguruan Tinggi adalah untuk:
Memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa melalui
revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila
kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, serta membimbing untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi terhadap
berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui sistem
pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa, serta penguatan
masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat berlandaskan
Pancasila, untuk mampu berinteraksi dengan dinamika internal dan eksternal
masyarakat bangsa Indonesia.
-Mengapa pendidikan Pancasila penting ? Menurut saya, mata kuliah Pendidikan pancasila
memiliki peran yang penting dan berguna untuk mahasiswa dan mahasiswi di Perguruan Tinggi.
Pendidikan Pancasila atau Kewarganegaraan haruslah kita pelajari dan gunakan dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga kita dapat mengetahui dan mengerti tentang hak dan
kewajiban sebagai warga Negara Indonesia. Bersama pendidkan agama dan Kewarganegaraan,
pendidikan Pancasila berperan penting dalam pembentukan moral, adab, prilaku dan
kepribadian yang sehat dan berjiwa Nasionalisme.
-Bagaimana Pentingnya peranan pendidikan Pancasila dalam kehidupan
pendidikan pancasila merupakan satu aspek penting untuk membangun karakter generasi
bangsa. Hampir semua bangsa menempatkan pembangunan pendidikan sebagai prioritas
utama dalam Program Pembangunan Nasional. Sumber daya manusia yang bermutu yang
merupakan Produk Pendidikan dan merupakan kunci keberhasilan suatu Negara.Oleh sebab itu
pendidikan sangat diharuskan sekali karena memberikan peranan yang sangat penting baik itu
untuk diri sendiri, orang lain ataupun Negara. Untuk diri sendiri keuntungan yang didapat
adalah ilmu, untuk orang lain kita bisa mengajarkan ilmu yang kita ketahui kepada orang yang
masih awam dan untuk Negara jika kita pintar maka kita akan mengangkat nama baik Negara
kita di dunia internasional.Pancasila sebagai pedoman pelaksanaan pembaharuan sistem
pendidikan memeiliki peranan yang sangat penting yaitu diharapkan mampu mendukung upaya
mewujudkan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mampu menghadapi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Wajib Belajar Sembilan Tahun merupakan implementasi dari
pancasila sebagai ideologi negara yang merupakan program bersama antara pemerintah,
swasta dan lembaga-lembaga sosial serta masyarakat. Penuntasan Wajib Belajar Sembilan
Tahun adalah program nasional. Oleh karena itu, untuk mensukseskan program itu perlu
kerjasama yang menyeluruh antara antara pemerintah, swasta dan lembaga-lembaga sosial
serta masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai