Nim : 111810003
Mata Kuliah : Manajemen Perubahan
Soal 1
Kotler memperkenalkan 8 Langkah Perubahan ini untuk meningkatkan kemampuan
organisasi untuk berubah dan untuk meningkatkan peluang keberhasilannya. Dengan
mengikuti 8 Langkah Perubahan ini, suatu organisasi dapat menghindari kegagalan dan
meningkatkan keberhasilan dalam menerapkan perubahan.
Dalam mengimplementasikan langkah perubahan kotler, harus dilakukan secara berurutan
karena setiap langkahnya memiliki tujuan tersendiri. Jika langkah-langkah tersebut dilakukan
secara acak maka tujuan dari organisasi tersebut sulit untuk terwujud. Misalnya, tiga langkah
pertama dari 8 Langkah Perubahan menurut Kotler adalah menciptakan iklim yang tepat
untuk perubahan, langkah ke-4 hingga ke-6 menghubungkan perubahan ke organisasi,
sedangkan dua langkah terakhir yaitu langkah ke-7 dan ke-8 adalah langkah penerapan dan
konsolidasi perubahan.
Tidak semua anggota organisasi nyaman dengan perubahan, bahkan ada yang menganggap
perubahan sebagai sesuatu yang memberatkan dan berpikiran negatif terhadap perubahan
yang akan diterapkan oleh manajemen. Namun Perubahan merupakan sebuah tahapan yang
penting agar organisasi atau perusahaan dapat eksis dan memenangi persaingan bisnisnya.
Berikut ini contoh implementasi 8 Langkah Perubahan yang dilakukan pemprov Jabar
Untuk dapat mengelola perubahan dalam organisasi dapat dilakukan dengan beberapa hal
berikut:
1. Memotivasi Perubahan
Perubahan merupakan proses untuk menuju sesuatu yang baru, oleh karena itu
diperlukan komitmen yang tinggi dari angota organisasi.
2. Komunikasi, penolakan terhadap perubahan dapat dikurangi dengan melakukan
komunikasi yang lebih baik kepada karyawan, dengan komunikasi yang lebih baik,
karyawan akan melihat rencana perubahan sebagai suatu realita yang harus
dilakukan.
3. Partisipasi, jika ada perubahan sebaiknya melibatkan karyawan dimulai dari
persiapan hingga proses pengimplementasian sehingga nantinya karyawan akan
merasa berkepentingan untuk melakukan perubahan, hal ini juga dapat mengurangi
penolakan terhadap perubahan.
4. Mengelola Transmisi
Proses perubahan melewati masa transisi dari situasi saat ini menuju situasi yang
diharapkan di masa yang akan datang. Masa transisi tersebut membutuhkan struktur
manajemen dan aktivitas khusus untuk menjamin keberhasilan. Masa transisi
membutuhkan arahan yang jelas sehingga perubahan yang dihasilkan dapat sesuai
dengan apa yang diinginkan perusahaan.
5. Melanjutkan Momentum Perubahan
Setelah perubahan dilakukan oleh organisasi, perusahaan harus senantiasa
meningkatkan semangat untuk berubah sehingga tidak kehilangan momentum untuk
terus melakukan perubahan. Hal – hal yang dapat dilakukan untuk dapat terus
berubah adalah dengan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk
melakukan perubahan dan membangun sistem pendukung untuk agen perubahan.
Hubungan teori kebutuhan hirarki maslow dengan pengelolaan perubahan adalah Menurut
Maslow Manusia harus matang pada tahap dasar kemudian baru bisa naik ke tahapan
berikutnya. Jika tidak, maka manusia akan kehabisan waktu dan kematangannya karena
beberapa hal. Dalam pencapaian tiap tingkat aka nada hambatan seperti
• Lemahnya naluri untuk tumbuh, akibatnya benih untuk tumbuh menjadi lemah tak berdaya
yang disebabkan oleh kebiasaan buruk, lingkungan budaya atau pendidikan yang tidak
memedai
• Ketakutan pada naluri-naluri, karena mamandang semua naluri bersifat kebinatangan.
• Pengaruh negatif kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan yang sangat rendah
• Adanya keragu-raguan pada kemampuan yang dimiliki
Soal 4
empat dimensi penting dalam manajemen perubahan. Pertama, navigasi. Dimensi ini terkait
dengan perencanaan dan pengelolaan perubahan atau transisi dari keadaan organisasi
sekarang menuju kondisi organisasi yang diinginkan. Kedua, kepemimpinan. Dimensi ini
berupaya untuk membangun dan mengkomunikasikan visi perubahan di dalam kondisi yang
diinginkan dan juga mengarahkan organisasi ke arah yang dituju; Ketiga, kepemilikan.
Dimensi ini berupaya menciptakan kebutuhan untuk berubah melalui reformasi
birokrasi; Keempat, penggerak. Dimensi ini terkait dengan penyediaan kompetensi atau
keahlian, struktur dan lingkungan pendukung serta sumber daya lain untuk mendukung
perubahan dan memastikan manfaat (benefit) yang diharapkan dapat terealisasi.
Pada zaman ini berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi informasi mengharuskan
organisasi untuk terus menerus melakukan perubahan, organisasi idealnya harus selalu
berubah untuk dapat terus bertahan, bukan menjadi pilihan namun menjadi keharusan.
Keberhasilan organisasi melakukan perubahan tergantung pada sejauh mana organisasi dapat
mengatasi permasalahan yang timbul dari perubahan tersebut.
Soal 5
Perjalanan panjang reformasi birokrasi di Indonesia kini telah memasuki fase ketiga atau
fase terakhir. Fase terakhir ini akan sangat menentukan keberhasilan peta jalan perubahan
untuk mengantarkan bangsa Indonesia menuju negara adil dan makmur dan sejahtera, dengan
pra kondisi terbangunnya birokrasi yang berkelas dunia, yaitu birokrasi yang baik dan bersih
(good and clean bureaucracy).
Reformasi Birokrasi merupakan suatu keniscayaan dalam membangun birokrasi kelas dunia,
utamanya dalam mempersiapkan langkah strategis yang terukur guna memastikan terciptanya
perbaikan tata kelola pemerintahan menopang jalannya pembangunan nasional dan
meningkatkan daya saing bangsa.
Birokrasi di Indonesia telah ditandai dengan semakin mendekatnya praktik tata kelola
pemerintahan yang mengarah pada praktik paradigma New Public Management, yang
ditunjukkan dengan upaya menciptakan efektivitas, efisiensi, dan pemerintahan yang
berorientasi pada hasil.
Kita dapat menyaksikan semakin masifnya upaya peningkatan kualitas pelayanan publik yang
terus diupayakan oleh pemerintah pusat dan daerah dengan mengembangkan/membangun
sistem pelayanan terintegrasi (Mal Pelayanan Publik), Sistem Informasi Pelayanan Publik
dan Pelayanan Publik Berbasis Elektronik (eServices), Sistem Pengelolaan Pengaduan
Pelayanan Publik Nasional (SP4NLAPOR!) yang responsif, dan juga inovasi pelayanan
publik lainnya. Birokrasi kita lebih cepat bergerak dan cepat mengambil keputusan, sehingga
tugas birokrasi menjadi lebih ringan, dan pelayanan kepada masyarakat, pelayanan publik,
pelayanan pada dunia usaha bisa menjadi lebih cepat lagi.
Menata ulang eselonisasi dan mengedepankan fungsi dari pada struktur telah menjadi pilihan
dalam menyukseskan percepatan reformasi birokrasi, yakni sebagai upaya untuk mengurangi
fragmentasi birokrasi, penyederhanaan eselonisasi menjadi 2 level saja dan mengganti
menjadi jabatan fungsional yang lebih menghargai keahlian, menghargai kompetensi
diharapkan akan menjadikan birokrasi kita menjadi semakin lincah dan adaptif terhadap
perubahan. Capain beragam program dan kebijakan reformasi birokrasi di Indonesia juga
telah mendapatkan pengakuan lembaga internasional melalui beberapa indeks pencapaian
dari pelaksanaan Reformasi Birokrasi, diantaranya Indeks Ease of Doing Business,
Government Effectiveness Index dan Trust Index yang terus menunjukan tren peningkatan
peringkat dan skor ke arah yang lebih baik.
Kritik
Birokrasi Indonesia juga harus mampu mengantisipasi era keterbukaan antarnegara yang
semakin luas, yang berujung pada kemampuan untuk bersaing dalam rangka menarik calon
investor yang kredibel. Untuk itu, dibutuhkan birokrasi yang berkualitas tinggi, yang
ditunjang profesionalisme, ketangguhan, produktivitas, dan integritas yang prima.
Penerapan e-governance yang semakin masif sebagai dampak WFH perlu terus ditingkatkan
pemanfaatannya pada masa The New Normal, hal ini sebagai perwujudan implementasi dari
digitalisasi data dan informasi seperti e-budgeting, e-project planning, system delivery,
penatausahaan, e-controlling, e-reporting hingga e-monev serta aplikasi custom lainnya.
Masifnya implementasi e-gorvernance sejatinya merupakan perwujudan reformasi birokrasi
yang konstektual sebagai antithesis reformasi birokrasi prosedural (dokumen-dokumen
administratif, absensi dan tunjangan kinerja).
Saran
Pemerintah sudah tidak dapat bekerja dan menyelesaikan masalah-masalah publik sendirian.
Karena reformasi birokrasi merupakan salah satu kunci dalam mewujudkan kemajuan
Indonesia di tengah gempuran persaingan global.
Kita secara bersama-sama perlu terus melakukan pembenahan terhadap orientasi dan
akuntabilitas kinerja birokrasi. Orientasi dan akuntabilitas kinerja seluruh instansi pemerintah
baik di pusat maupun daerah, yang tidak boleh lagi hanya puas dengan indikator proses
seperti berapa besar serapan anggaran, bagaimana opini terhadap laporan keuangan, serta hal
lain yang bersifat prosedural.