Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL PENELITIAN

Pembuatan Effervescent dari Ekstrak Jahe dan Bunga


Rosella untuk Meningkatkan Imun Tubuh dari Covid-19

Dosen Pembimbing:
Dr. Ing. Suherman, ST. MT.

Oleh :

Esti Rahayu 21030117190079


Naufal Rafif Lupiko 21030117190165

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020

i
PROPOSAL PENELITIAN

Pembuatan Effervescent dari Ekstrak Jahe dan Bunga


Rosella untuk Meningkatkan Imun Tubuh dari Covid-19

Dosen Pembimbing:
Dr. Ing. Suherman, ST. MT.

Oleh :

Esti Rahayu 21030117190079


Naufal Rafif Lupiko 21030117190165

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020

ii
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN

Nama/NIM : Esti Rahayu NIM. 21030117190079


Nama/NIM : Naufal Rafif Lupiko NIM. 21030117190165
Judul : Pembuatan Effervescent dari Ekstrak Jahe dan Bunga Rosella untuk
Meningkatkan Imun Tubuh dari Covid-19

Semarang, 2020
Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ing. Suherman, ST., MT.


NIP. 197608042000121002

1
RINGKASAN

Jahe atau Zingiber offcinale Rosc. Berasal dari Asia Tropi, yang tersebar dari
India sampai Cina. Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya, jahe dapat
dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: jahe gajah,jahe merah, jahe emprit. Jahe memiliki
kandungan oleoserin yang mengandung gingerol memiliki daya antioksidan melebihi
tokoferol dan jahe memiliki daya antioksidan yang sama dengan vitmin C. Dalam
bidang obat-obatan, jahe berkhasiat untuk mengobati berbagai berbagai macam
penyakit seperti urus-urus, masuk angin, cacingan, mengobati encok, mengobati luka,
anemia, bronchitis, asma, penyakit jantung, memperbaiki pencernaan, dan
perangsangan syahwat (Tropical Plant Curriculum Project Team,2012). Rosella
(Hibiscus sadbariffa L.) merupakan anggota family Malvaceae. Rosella dapat tumbuh
baik di daerah beriklim tropis dan subtropics. Tanaman ini mempunyai habitat asli di
daerah yang terbentang dari India hinga Malaysia. Rosella merupakan tumbuhan
perdu atau semak yang merupakan tanaman musiman. Tanaman rosella memiliki
banyak manfaat mulai dari batang yang dapat dijadikan karung goni, daunnya dapat
dijadikan kosmetik dan bungannya yang memiliki beragam khasiat. Kelopak bunga
rosella dikatakan banyak mengandung vitamin C dalam kadar tinggi yang berfungsi
untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia. Tiap 100 gram kelopak rosella kering
mengandung 260-280 mg vitamin C.
Penelitian ini memiliki 3 tujuan, yang pertama adalah Membuat produk
effervescent dari ekstrak jahe (Zingiber offcinale rose) dan rosella (Hibiscus
sadbariffa L.). Tujuan yang kedua adalah Menganalisis pengaruh lama maserasi pada
ekstraksi jahe (Zingiber offcinale Rosc) dan rosella (Hibiscus sadbariffa L.) metode
maserasi terhadap yield ekstrak jahe dan serai dapur. Tujuan yang ketiga yaitu
Menganalisis pengaruh konsentrasi pelarut etanol pada ekstraksi jahe (Zingiber
offcinale Rosc) dan rosella (Hibiscus sadbariffa L.) metode maserasi terhadap yield
ekstrak jahe dan rosella
Preparasi jahe dan rosella diawali dengan memotong kecil jahe dan kelopak
bunga rosella yang telah dibersihkan. Jahe dan Rosella yang telah di preparasi
kemudian maserasi sampel jahe dan bunga rosella dengan variabel kosentrasi pelarut
etanol 70% ; 80% ; 90% dengan perbandingan 1:5 dengan variabel waktu selama 24
jam, 48 jam, 72 jam lalu memisahkan hasil ekstrasi metode maserasi dengan pelarut
ethanol menggunakan rotary vacuum kemudian menghitung yield. Kemudia tahap
proses pembentukan produk. Pembuatan granul menggunakan tiga tahap yaitu : tahap
pembuatan granul asam dan basa, penambahan lubrikan, dan pencetakan tablet.
Tahap analisa yang pertama Menghitung Yield Minyak Jahe kemudian Penentuan
kadar besi ekstrak jahe dan rosella dan uji waktu larut

iii
SUMMARY

Ginger or Zingiber offcinale Rosc. Originating from the Asian Trophy, which
spread from India to China. Based on the size and color of the rhizome, ginger can be
divided into 3 types: ginger elephant, red ginger, ginger emprit. Ginger contains
oleoserin which contains gingerol has higher antioxidant power than tocopherol and
ginger has the same antioxidant power as vitmin C. treat wounds, anemia, bronchitis,
asthma, heart disease, improve digestion, and orgasm stimulation (Tropical Plants
Curriculum Project Team, 2012). Rosella (Hibiscus sadbariffa L.) is a member of the
Malvaceae family. Rosella can grow well in tropical and subtropical climates. This
plant has native habitat in an area that extends from India and Malaysia. Rosella is a
shrub or bush that is a meeting plant. Rosella plants have many benefits ranging from
stems that can be made jute sacks, leaves can be made cosmetics and flowers that have
a variety of properties. Roselle flower petals are given a lot of vitamin C in high levels
that are needed to increase human endurance. Every 100 grams of rosella petals
contain 260-280 mg of vitamin C.
This research has 3 objectives, the first is making effervescent products from
extracts of ginger (Zingiber offcinale rose) and rosella (Hibiscus sadbariffa L.). The
second objective is to analyze the effect of maceration duration on the extraction of
ginger (Zingiber offcinale Rosc) and rosella (Hibiscus sadbariffa L.) maceration
method on the results of ginger extract and lemongrass. The purpose is a variation of
the ethanol solvent in the extraction of ginger (Zingiber offcinale Rosc) and rosella
(Hibiscus sadbariffa L.) maceration method on the results of extracts of ginger and
roselle
The preparation of ginger and rosella begins with small cuts of ginger and
roselle petals that have been completed. Ginger and Rosella which have been prepared
and then maceration of ginger and rosella flowers with variable ethanol 70% solvent
concentration; 80%; 90% by turning 1: 5 with a variable time of 24 hours, 48 hours,
72 hours ago was the result of extraction of the maceration method with ethanol
solvent using a rotary vacuum and then calculating the results. Then do the product
formation process. Making granules using three glasses, namely: making granules of
acid and base granules, added lubricants, and installation tablets. The first stage of
the analysis is to calculate the yield of Ginger Oil and then to determine the iron
content of ginger and roselle extract and to test the dissolution time

iv
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya maka
proposal penelitian dengan judul “Pembuatan Effervescent dari Ekstrak Jahe dan
Bunga Rosella untuk Meningkatkan Imun Tubuh dari Covid-19” ini dapat
diselesaikan.
Dalam penulisan proposal penelitian ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan resmi ini,
khususnya kepada:
1. Dr. Ing. Suherman, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak membantu dan membimbing dalam penulisan proposal ini
2. Kedua orang tua kami yang selalu mendoakan dan menjadi
penyemangat kami
3. Teman-teman Teknik Kimia yang dapat bekerjasama dengan baik
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Dalam penulisan proposal penelitian ini penulis merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penulis. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan proposal penelitian ini. Akhir kata penulis
berharap semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dengan
menambah ilmu pengetahuan yang baru bagi pembaca.

Semarang, 9 June 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... ii


RINGKASAN ............................................................................................................ iii
SUMMARY ............................................................................................................... iv
PRAKATA .................................................................................................................. v
DAFTAR ISI .............................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
I.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 4
I.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 5
2.1 Jahe ..................................................................................................................... 5
2.2 Rosella ............................................................................................................. 11
2.3 COVID-19 ....................................................................................................... 16
2.4 Ekstraksi ........................................................................................................... 17
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 20
3.1 Bahan yang Digunakan ................................................................................... 20
3.2 Peralatan yang Digunakan ............................................................................... 20
3.3 Prosedur Penelitian ........................................................................................... 21
3.4 Tahap Analisa .................................................................................................. 23
BAB IV JADWAL PELAKSANAAN .................................................................... 28
4.1 Jadwal Kegiatan .............................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 29

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik tiga jenis utama jahe……………………………………….10

Tabel 2.2 Komponen Volatil dan Nonvolatil Jahe………………………………....11

Tabel 2.3 Komponen Jahe Segar per 100 gr………………………………………..11

Tabel 2.4 Kandungan Gizi 100 gram kelopak rosella segar………………………..16

Tabel 2.5 Kandungan Senyawa Kimia dalam Kelopak Bunga Rosella…………….16

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jahe Emprit……………………………………………………………..9

Gambar 2.2 Jahe Gajah……………………………………………….……………...9

Gambar 2.3 Jahe Merah……………………………………………………………10

Gambar 2.4 Kelopak Bunga Rosella……………………………………………….15

viii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati memiliki
hasil alam yang cukup melimpah terutama dalam bidang pertanian. Peningkatan
nilai tambah terhadap hasil pertanian terutama pada tanaman-tanaman obat sangat
potensial untuk dikembangkan. Menurut World Health Organization (WHO),
sebanyak 20.000 jenis tumbuhan di bumi dapat dimanfaatkan sebagai obat dan 11
persennya tumbuh di Indonesia. Tanaman obat yang bisa dimanfaatkan yaitu
rimpang jahe emprit (Zingiber officinale Rosc.) dan serai dapur (Cymbopogon
citratus) (Tropical Plant Curriculum Project Team, 2012).

Jahe atau Zingiber officinale Rosc. Berasal dari Asia Tropi, yag tersebar dari
India sampai Cina. Tanaman jahe hidup merumpun, beranak pinak menghasilkan
rimpang dan berbunga. Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya, jahe dapat
dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: jahe besar (jahe gajah) yang ditandai dengan
ukuran rimpang yang besar, berwarna muda atau kuning, berserat halus, dan sedikit
bearoma maupun berasa kurang tajam, jahe putih kecil (jahe emprit) yang ditandai
dengan ukuran rimpang yang termasuk kategori sedang, dengan bentuk agak pipih,
berwarna putih, berserat lembut dan beraroma serta berasa tajam, jahe merah yang
ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil,berwarna merah jingga, berserat kasar,
beraroma serta berasa sangat tajam (Rukmana,2000). Manfaat lain dari jahe sesuai
phasil penelitian Kikuzaki dan Nakatani (1993) menyatakan bahwa oleoresin jahae
yang mengandung gingerol memiliki daya antioksidan meleibihi
tokoferol,sedangkan hasil penelitian Ahmed et al., (2000) menyatakan bahwa jahe
memiliki daya antioksidan yang sama dengan vitamin C. Dalam bidang obat-
obatan, jahe berkhasiat untuk mengobati berbagai berbagai macam penyakit seperti
urus-urus, masuk angin, cacingan, mengobati encok, mengobati luka, anemia,
bronchitis, asma, penyakit jantung, memperbaiki pencernaan, dan perangsangan
syahwat (Tropical Plant Curriculum Project Team, 2012).

Sedangkan rosella (Hibiscus sadbariffa L.) merupakan anggota family


Malvaceae. Rosella dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dan subtropics.

1
Tanaman ini mempunyai habibat asli di daerah yang terbentang dari India hingga
Malaysia. Rosella merupakan tmbuhan perdu atau semak yang merupakan tanaman
musiman. Tanaman risella memiliki banyak manfaat mulai dari batang yang dapat
dijadikan karung goni, daunnya dapat dijadikan kosmetik dan bunganya yang
memiliki beragam khasiat. Rosella merupakan tanaman yang memiliki kelopak
bunga yang berwarna mera, ungu, dan hijau dapat digunakan sebagai bahan
pewarna alami pada produk pangan. Kelopak bunga rosella dikatakan banyak
mengandung vitamin C dalam kadar tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan
daya tahan tubuh manusia terhadap serangan penyakit. Kandungan vitamin C
rosella lebih tinggi dibandingkan dengan jeruk dan mangga. Tiap 100 gram kelopak
rosella kering mengandung 260-280 mg vitamin C, mengandung vitamin D dan B2.
Selain itu rosella kering mengandung kalsium tinggi (486mg/100g), magnesium
serta omega-3, vitamin A, iron, potassium, 𝛽-karoten dan asam lemak esensial.

Kedua tanaman tersebut menagandung antioksidan dan vitamin C cukup


tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai alternative lain untuk di konsumsi
untuk menjaga imun pada tubuh. Virus Corona atau severe acute respiratory
syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang system
pernapasan. Penyakit yang disebabkan virus ini disebut COVID-19. Virus corona
bias menyebabkan gangguan ringan pada system pernapasan, infeksi paru-paru
yang berat, hingga kematian. Pencagahan yang dapat dilakukan adalah menerapkan
physical distancing, menggunakan masker, rutin mencuci tangan, menjaga
kebersihan benda yang sering disentuh dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Meningkatkan daya tahan tubuh dapat dilakukan dengan melakukan pola hidup
sehat , seperti mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara rutin, beristirahat
yang cukup , mencegah stress dan mengkonsumsi vitamin. Mengkonsumsi vitamin
C adalah bentuk menajaga daya tahan tubuh, dikarenakan vitamin C sangat
dibutuhkan oleh tubuh. Vitamin C merupakan nutrisi penting yang berfungsi
sebagai anti-oksidan untuk membantu melawan radikal bebas. Radikal bebas
merupakan molekul tidak stabil yang bias merusak system kekebalan tubuh.

Penggunaan jahe dan rosella untuk pengobatan masih dilakukan oleh


masyarakat secara traditional, karena penggunaanya masih sangat terbatas dalam
bentuj-bentuk yang sederhana seperti rebusan dan seduhan sehingga pemaikainnya
kurang praktis, oleh karena itu harus ada paradigma baru bahwa mengkonsumsi

2
hasil olahan tanaman obat tradisional tidak selalu identic dengan rasa pahit, bau dan
tidak praktis. Akan tetap dapat dibuat sediaan yang praktis dalam bentuk tablet yang
dapat langsung larut dalam air yaitu table effervescent. . Effervescent didefinisikan
sebagai timbulnya gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang
dihasilkan saat pelarutan effervescent adalah karbon dioksida sehingga dapat
memberikan efek sparkling (rasa seperti air soda). Tablet effervescent merupakan
salah satu bentuk sediaan tablet dengan cara pengempaan bahan-bahan aktif
campuran asam-asam organik, seperti asam sitrat atau asam tartrat dan natrium
bikarbonat. Pada penelitian ini akan dibuat tablet effervescent dengan kombinasi
ekstrak jahe dan rosella dengan metode ekstrasi secara maserasi yang dapat
mensintesis vitamin C pada tubuh untuk mencegah penurunan daya tahan tubuh
yang dapat memacu terkenanya virus corona tersebut.

Menurut Departemen Kesehatan RI (1995), ektraksi adalah suatu proses


pemisahan kandungan senyawa kimia jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan
menggunakan penyari tertentu. Proses ekstraksi bertujuan untuk mendapat bagian-
bagian tertentu dari bahan yang mengandung komponen-komponen aktif. Teknik
ekstraksi yang tepat pastinya berbeda untuk masing-masing bahan. Hal ini
dipengaruhi oleh tekstur kandungan bahan dan jenis senyawa yang didapat. Ada
beberapa metode ekstraksi yang dapat dilakukan, pertama dengan menggunakan
cara dingin yang terdiri dari maserasi dan perkolasi. Cara kedua dengan cara panas
yang terdiri dari refluks, digesti, infusa, dekok, dan sokletasi.

Maserasi merupakan proses ekstraksi dengan penghancuran sampel


menggunakan pelarut, perendaman beberapa hari dan dilakukan pengadukan
kemudian dilakukan proses penyaringan atau pengepresan sehingga diperoleh
cairan. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai pelarut adalah pelarut polar akan
melarutkan senyawa polar, pelarut organik akan cenderung melarutkan senyawa
organik, dan pelarut air cenderung melarutkan senyawa anorganik dan garam dari
asam ataupun basa. Prinsip ekstraksi menggunakan pelarut organik adalah bahan
yang diekstrak akan kontak langsung dengan pelarut selama selang waktu tertentu,
sehingga komponen yang akan diekstrak terlarut dalam pelarut diikuti dengan
pemisahan pelarut dari bahan yang telah diekstrak (Fakhrudin,2008).

3
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan dibahas dalam
inovasi produk ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara membuat produk effervescent dari ekstrak jahe (Zingiber


officinale Rosc) dan rosella (Hibiscus sadbariffa L.)?
2. Bagaimana pengaruh lama maserasi pada ekstraksi jahe (Zingiber officinale
Rosc) dan rosella (Hibiscus sadbariffa L.) metode maserasi terhadap yield
ekstrak jahe dan rosella ?
3. Bagaimana pengaruh konsentrasi pelarut etanol pada ekstraksi jahe (Zingiber
officinale Rosc) dan rosella (Hibiscus sadbariffa L.) metode maserasi terhadap
yield ekstrak jahe dan rosella ?

I.3 Tujuan Penelitian


1. Membuat produk effervescent dari ekstrak jahe (Zingiber officinale Rosc) dan
rosella (Hibiscus sadbariffa L.)
2. Menganalisis pengaruh lama maserasi pada ekstraksi ekstrak jahe (Zingiber
officinale Rosc) dan rosella (Hibiscus sadbariffa L.) metode maserasi
terhadap yield ekstrak jahe dan serai dapur
3. Menganalisis pengaruh konsentrasi pelarut etanol pada ekstraksi jahe (Zingiber
officinale Rosc) dan rosella (Hibiscus sadbariffa L.) metode maserasi
terhadap terhadap yield ekstrak jahe dan rosella

I.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini ialah:

1. Sebagai alternative produk tablet effervescent ekstrak jahe (Zingiber officinale


Rosc) dan rosella (Hibiscus sadbariffa L.) yang aman, memliki waktu larut
yang baik.
2. Mendapatkan ekstrak jahe (Zingiber officinale Rosc) dan rosella (Hibiscus
sadbariffa L.) sebagai bahan dasar dalam pembuatan effervescent.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jahe

Menurut Fakhrudin (2008) di Indonesia ada berbagai macam jenis jahe,


berdasarkan warna, bentuk, besarnya rimpang, aroma jahe dikategorikan
menjadi tiga jenis yaitu jahe gajah, jahe emprit, dan jahe merah.

a) Jahe Emprit
Jahe emprit mempunyai rimpang relatif kecil,bentuknya agak pipih,
berwarna putih sampai kuning, seratnya agak kasar, aromanya agak tajam,
rasanya pedas, panjang akar 20,55-21,10 cm, diameter akar 4,78-5,90 mm,
panjang rimpang 16,13-31,70 cm, tinggi rimpang 7,86-11,10 cm, dan berat
rimpang 1,11-1,58 kg. Jahe emprit mempunyai batang agak keras dan
berbentuk bulat, berwarna hijau muda, diselubungi oleh pelepah daun, dan
tinggi tanaman 49,16 ± 7,29 cm. Jahe emprit mempunyai daun berselang
seling teratur, warna permukaan daun atas hijau muda jika dibanding
dengan bagian bawah. Luas daun 14,36-20,50 mm, panjang daun 17,45-
19,79 cm, lebar daun 2,24-3,26 cm, jumlah daun 24,70 ± 4,33 dan lebar
tajuk 39,90 ± 4,97 cm. Di samping perbedaan ketiga klon jahe tersebut
secara deskriptif, sebenarnya masih terdapat perbedaan lainnya terutama
kandungan dan sifat kimianya, dan perbedaan tersebut akan memberikan
fungsi penggunaan jahe yang berbeda pula. Misalnya, jahe emprit dan jahe
merah masing-masing mempunyai kandungan minyak atsiri sekitar 1,5%-
3,5% dan 2,58%-3,90%. Jahe ini banyak digunakan sebagai rempah-
rempah, penyedap makanan, minuman dan bahan baku obat-obatan,
sedangkan jahe gajah yang mempunyai kandungan minyak atsiri sekitar
0,82%-1,66% itu, banyak digunakan untuk masakan, minuman, permen
dan asinan jahe (Fakhrudin M. I., 2008)

Jahe emprit merupakan rimpang jahe yang putih kecil, lebih besar
daripada jahe merah, akan tetapi lebih kecil daripada jahe gajah.
Bentuknya agak pipih, berwarna putih, seratnya lembut dan aromanya
tidak tajam. Jahe ini mengandung minyak atsiri 1,5-3,3% dari berat

5
keringnya. Jahe emprit digunakan sebagai bahan baku minuman, rempah-
rempah dan penyedap makanan (Fakhrudin M. I., 2008).

Gambar 2.1 Jahe Emprit


b) Jahe gajah
Jahe gajah, rimpangnya berukuran besar, bagian luar coklat kekuningan,
bagian dalam putih kekuningan. Jahe gajah banyak dibutuhkan terutama
industri makanan, seperti permen, sirup dan minuman instan. Tanaman
jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan dan berlangsung selama 15
hari atau lebih. Jika panen dilakukan belum cukup tua, maka tingkat
kepedasannya masih rendah (Tropical Plant Curriculum Project Team,
2012).

Gambar 2.2 Jahe Gajah

c) Jahe merah
Jahe merah (Zingiber officinale varietas rubrum),dikenal dengan
nama lain di daerah, seperti halia udang di Aceh, dan jahe sunti di Jawa.
Jahe merah rimpangnya berukuran lebih kecil dari jahe emprit, bagian
luar merah, bagian dalam jingga muda hingga merah. Jahe merah
memiliki tingkat kepedasan tertinggi daripada jahe lainnya. Sehingga

6
paling banyak digunakan untuk pengobatan (Tropical Plant Curriculum
Project Team, 2012).

Gambar 2.3 Jahe Merah


Menurut Fakhrudin (2008), jahe memiliki berbagai kandungan zat
yang diperlukan oleh tubuh diantara kandungan zat pada jahe adalah
minyak atsiri (0,5-5,6%), zingiberon, zingiberin, zingibetol, barneol,
kamfer, folandren, sineol, gingerin, vitamin (A, B1, dan C), karbohidrat
(20-60%) damar (resin) dan asam – asam organik (malat, oksalat). Jahe
seperti halnya jenis rempah-rempah yang lain juga memiliki kemampuan
mempertahankan kualitas pangan yaitu sebagai antimikrobia dan
antioksidan. Gingerone dan gingerol berperan dalam menghambat
pertumbuhan bakteri E. Coli dan B. Subtilis, sedangkan kemampuan
antioksidannya berasal dari kandungan gingerol dan shogaol.

Tabel 2.1 Karakteristik tiga jenis utama jahe


Bagian Jahe gajah Jahe emprit Jahe merah
tanaman
Struktur Besar berbuku Kecil berlapis Kecil berlapis
rimpang
Warna Putih Putih Jingga muda
irisan kekuningan kekuningan sampai merah

7
Berat per 0.18-2.08 0.10-1.58 0.20-1.40
rimpang
(kg)
Diameter 8.47-8.50 3.27-4.05 4.20-4.26
rimpang
(cm)
Kadar pati 55.10 54.70 44.99
(%)
Kadar 6.89 6.59 -
serat (%)
Kadar abu 6.60- 7.39- 7.46
(%) 7.57 8.90

Sumber: Dimodifikasi dari Rostiana dkk. (1991); Sri Yuliani dan Risfaheri
(1990) diacu dalam Bermawie, dkk (1997)

Tabel 2.2 Komponen Volatil dan Nonvolatil Jahe


Fraksi Komponen
Non-Volatil Gingerol, shogaol, gingediol,
gingediasetat, Gingerdion,

Gingerenon
Volatil (-)-zingiberene, (+)-ar-
curucumene, (-)-β-
sequiphelandrene, β -bisabolene,
α-pinene, bornyl acetate, borneol,

camphene, ρ -cymene, cineol,


citral.

Sumber : WHO Monographs on selected medicinal plants Vol 1,1999

Tabel 2.3 Komponen Jahe Segar per 100 gr

Komponen Komposisi (%) Massa (gr)


Protein 1.5 15

8
Lemak 1 10
Hidrat Arang 10.1 101
Kalsium 0.021 0.21
Fosfor 0.039 0.39
Besi 0.004 0.035
Air 87.3324 873.324
Vitamin B1 0.0000002 0.0002
Vitamin C 0.004 0.04
Sumber : (Fakhrudin M. I., 2008)
Menurut Fakhrudin (2008) dalam jahe terdapat dua macam minyak
yaitu minyak atsiri dan oleoresin. Jahe kering mengandung minyak atsiri
sebanyak 1-3 persen. Komponen utamanya adalah zingiberene dan
zingiberol, senyawa ini yang menyebabkan jahe berbau harum, sifatnya
mudah menguap dan didapatkan dari cara destilasi. Selain itu, jahe juga
mengandung oleoresin sebanyak 3-4 persen. Komponen penyusunnya
adalah gingerol, shogaol, dan resin. Senyawa-senyawa tersebut yang
menyebabkan rasa pedas pada jahe. Sifatnya tidak mudah menguap, cara
memperolehnya dengan proses ekstraksi. Adanya minyak atsiri dan
oleoresin pada jahe inilah yang menyebabkan sifat khas jahe. Aroma jahe
disebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresin menyebabkan rasa
pedas. Komposisi kimiawi rimpang jahe menentukan tinggi rendahnya
nilai aroma dan pedasnya rimpang jahe. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi komposisi kimiawi rimpang jahe ialah jenisnya, keadaan
tanah pada waktu jahe ditanam, cara budidaya, umur rimpang jahe pada
saat dipanen, serta perlakuan terhadap hasil rimpang pasca panen.

2.1.1 Kandungan Antioksidan pada Jahe

Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman yang memiliki rasa dan


aroma yang khas dan dipercaya mampu mengatasi berbagai macam gangguan
kesehatan. Jahe mengandung senyawa volatile yang terdiri dari terpenoid,
sedangkan senyawa non volatile terdiri dari gingerol, shogaol, paradol,
zingerone, senyawa flavonoid dan polifenol (Sari dan Rahayuningsih, 2014).
Salah satu sifat fungsional dari jahe yaitu sebagai antioksidan (Harahap, 2013).
Senyawa yang berperan sebagai antioksidan adalah komponen fenolik yang
terdiri dari gingerol dan shagaol (Uhl, 2000).Salah satu komponen jahe yang

9
memiliki potensi untuk dikembangkan karena menyerupai sifat asli khas jahe
dan memiliki sifat fungsional sebagai antioksidan adalah oleoresin.

Oleoresin merupakan bentuk ekstraktif rempah yang mengandung


komponen-komponen utama pembentuk flavour yang terdiri dari zat-zat volatil
(minyak atsiri) dan non-volatil (resin) dimana dari komponen tersebut dapat
berperan dalam menentukan aroma dan rasa (Uhl, 2000). Oleoresin memiliki
gugus kimia yang cukup komplek.Oleoresin berupa minyak berwarna cokelat
tua sampai hitam yang mengandung minyak atsiri sebanyak 15-35% yang di
ekstraksi dari bubuk jahe (Ramadhan dan Phaza, 2010).

Senyawa oleoresin jahe dapat diperoleh dengan cara ekstraksi. Metode


ekstraksi yang dapat digunakan untuk mendapatkan senyawa oleoresin antara
lain destilasi uap, maserasi, ekstraksi padat cair, ekstraksi superkritis dan
pengepresan mekanisjahe (Ramadhan dan Phaza, 2010).Pada penelitian ini
menggunakan metode maserasi dimana prinsip dari metode ini adalah
merendam sampel dengan menggunakan pelarut etanol hingga terendam
sempurna.Menurut Chew et al (2011), faktor yang mempengaruhi rendemen
dan sifat antioksidatif ekstrak oleoresin salah satunya adalah suhu maserasi.

2.1.2 Kandungan Vitamin C pada Jahe

Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman rempah yang berasal


dari Asia Selatan, dan sekarang telah tersebar ke seluruh dunia. Masyarakat
China telah memanfaatkan jahe sebagai penyedap makanan sejak abad ke 6 S.M.
Di kawasan Asia, jahe telah dimanfaatkan sebagai bahan bumbu masakan dan
bahan obat tradisional sejak ribuan tahun yang lalu (Ware,2017). Di Indonesia
tiga jenis jahe (jahe sunti, jahe gajah dan jahe emprit) banyak dibudidayakan
secara intensif di daerah Rejang Lebong(Bengkulu),Bogor,Magelang,
Yogyakarta, dan Malang. Dan dimaanfatkan untuk bumbu masakan,bahan obat
herbal dan untuk minuman (Santoso,2008).

Vitamin C atau asam askorbat dikenal sebagai asam heksuronat dengan


rumus C6H8O6. Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan
tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Vitamin dapat secara langsung
atau tidak langsung memberikan elektron ke enzim yang membutuhkan ion-on

10
logam tereduksi, dan bekerja sebagai kofaktor untuk hidroksilasi prolin dan lisin
dalam biosintesa kolagen. Zat ini berbentuk kristal dan bubuk putih kekuningan.
Stabil pada keadaan kering. Dalam bentuk larutan di wadah terbuka zat ini cepat
rusak. (Rosmiati,1995)

Dari beberapa penelitian telah diketahui bahwa pemberian vitamin C


dengan dosis besar dapat menanggulangi beberapa proses penyakit. Beberapa
infeksi virus dapat diatasi dengan pemberian vitamin C 500mg bahkan 1000mg.
Sedangkan vitamin C dengan dosis 200 mg sampai 500 mg telah terbukti dapat
mengatasi kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh berbagai logan berat.
(Klenner,1997). Dalam kebutuhan sehari-hari, jahe dan rempah- rempah lainnya
merupakan bahan penyedap rasa alami dengan kandungan zat gizi yang dapat
melengkapi nilai gizi menu utama.

2.2 Rosella
Rosella atau biasa disebut dengan (hibiscus sabdariffa L.) memiliki lebih dari
300 spesies yang tersebar pada daerah tropis dan non tropis. Rosella banyak
digunakan sebagai tanaman hias dan beberapa diantaranya dipercaya memiliki
kasiat medis, salah satu diantaranya adala rosela merah. Dapat hidup di daerah
yang memiliki iklim lembab dan hangat pada daerah tropis dan sub tropis. Rosella
memeliki kelebihan dibandingkan dengan tanaan tropis dan subtropic lainnya
yaitu dapat bertahan dalam cuaca yang sangat dingin serta dapat hidup dalam
ruangan yang memiliki sedikit pencahayaan akan tetapi pertumbuhan terbaik
diperoleh pada ruang terbuka dengan cahaya matahari.

Tumbuhan semak memiliki umur satu tahun, tinggi tumbuhan mencapai 2,4 m.
Batang berwarna merah, berbuntak bulat dan berbulu; daun berseling 3-5
berwarna hijau hingga merah. Buah rosella berbentuk kapsul kadang bulat telur,
berwarna coklat kemerahan. Bentuk biji menyerupai ginjal dan berbulu. Saat
masih muda, biji berwarna putih dan setelah tua berubah menjadi abu-abu
(Maryani dan Kristiana, 2005).

Dalam taksonomi tumbuhan, rosella diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

11
Kelas : Mangnoliopsida

Bangsa : Malvales

Suku. : Malvaceae

Marga : Hibiscus

Jenis : Hibiscus sabdariffa

Gambar 2.4 Kelopak Bunga Rosella

Beberapa bagian rosella termasuk biji, daun, buah dan akar dapat digunakan
dalam berbagai makanan. Diantaranya, kelopak bunga seger yang berwarna merah
yang paling popular. Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan wine, jus,
selai, jelly, sirup, gelatin, puddng kue, es krim, dan zat perasa. Kelopak bunganya
mempunyai pektin yang membuat jelly menjadi kokoh. Kelopak bunga rosella
juga dapat dikeringkan dan disedu menjadi teh. Daunnya yang maish uda dan
batangnya yang lunak dapat dimakan mentah sebagai salad atau dimasak sendiri
sebagai sayur atau dicampur dengan sayuran yang lain atau dengan daging (Qi et
al.,2005). Sementara itu, bijinya dapat dimanfaatkan sebagai pengganti kopi. Cara
pembuatan kopi dari biji rosella adalah menyangrai bijinya, kemudian dibuat
tepung. Kopi biji rosella ini sudah lama terkenal di Afrika (Maryani dan Kristina
,2005).

12
Berikut adalah kandungan gizi dalam 100 g kelopak rosella segar dapat dilihat
dalam table berikut:

Tabel 2.4 Kandungan Gizi 100 gram kelopak rosella segar

No Nama Senyawa Jumlah

1. Kalori 44 kal

2. Air 86,2%

3. Protein 1,6 g

4. Lemak 0,1 g

5. Karbohidrat 11,1 g

6. Serat 2,5 g

7. Abu 1g

8. Kalsium 160 mg

9. Fosfor 60 mg

10. Besi 3,8 mg

11. Betakarotin 285 mg

12. Vitamin C 14 mg

13. Tiamin 0,04 mg

14. Riboflavin 0,6 mg

15. Niasin 0,5 mg

16. Sulfida -

17. Nitrogen -

Sumber : Maryani dan Kristiana, 2005

Tabel 2.5 Kandungan Senyawa Kimia dalam Kelopak Bunga Rosella

Nama Senyawa Jumlah


Campuran asam sitrat dan asam malat 13 %

13
Anthocyanin yaitu gossipetin (hydroxyflavone) dan hibiscin 2%
Vitamin C 0.004-0,005%
Protein (Berat Segar) 6.7 %
Protein (Berat Kering) 7,9 %
Sumber : Maryani dan Kristiana, 2005

Rosella juga mengandung vitamin B1, B2, niasin dan vitamin D. Tubuh
manusia membutuhkan 22 asam amino. Dari 22 ini, 18 diantaranya terpenuhi dari
bunga rosella. Bunga rosella banyak digunakan untuk mengurangi nafsu makan,
gangguan pernafasan, dan rasa tidak enak di perut. Rosella digunakan untuk mengatasi
bisul dan radang pada kulit, luka bakar, sariawan, dan infeksi herpes zoster.

2.2.1 Kandungan antioksidan pada rosella

Tanaman rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) merupakan tanaman yang sangat


dikenal saat ini karena kelopak bunga rosella dapat digunakan sebagai minuman
kesehatan yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti hipertensi, diabetes,
dan diuretik (Patel, 2013). Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan dalam
pengobatan tradisional adalah spesies tumbuhan darifamili malvaceae (Juniarka et al.,
2011). Zat aktif yang paling berperan dalam kelopak bunga rosella meliputi
gossypetin, antosianin, dan glukosida hibisci (Moeksin dan Ronald, 2009). Warna
merah pada bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) disebabkan oleh kandungan
antosianin. Antosianin berfungsi sebagai antioksidan yang diyakini dapat
menyembuhkan penyakit degeneratif. Antosianin memiliki sistem ikatan rangkap
terkonjugasi yang mampu menjadikan antosianin sebagai antioksidan dengan
mekanisme penangkapan radikal (Mardiah et al.,2009).
Antioksidan yang dikenal sebagai peredam atau pemerangkap merupakan
molekul yang dapat bereaksi dengan radikal bebas dan berfungsi menetralkan radikal
bebas. Reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh dapat menyebabkan
terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif, yang dapat merusak struktur serta fungsi
sel (Marx, 1985). Antioksidan bisa mempertahankan dan memberi perlindungan dari
pengaruh radikal bebas (Wehantouw dan Suryanto, 2009).Tubuh manusia memiliki
sistem antioksidan untuk mengenal reaktivitas radikal bebas yang secara berkelanjutan
dibentuk sendiri oleh tubuh. Tetapi dalam keadaan tertentu tubuh tidak dapat
mengatasinya sendiri sehingga tubuh memerlukan zat-zat antioksidan dari luar tubuh

14
untuk mencegah terjadinya reaksi reaktif radikal bebas tersebut (Titta et al.,2013).
Antioksidan adalah suatu senyawa yang dapat menetralkan dan meredam radikal bebas
dan menghambat terjadinya oksidasi pada sel (Hernani, 2005).Sehingga mengurangi
terjadinya kerusakan sel.

2.2.2 Kandungan Vitamin C pada Rosella


Rosella(Hibiscus sabdariffa Linn.) adalah tanaman dari keluarga sejenis
kembang sepatu. Konon tanaman ini berasal dari Afrika dan Timur Tengah.
Tanaman perdu ini termasuk tanaman semusim,tingginya bisa mencapai 3.5
meter. Mudah dibudidayakan dari biji atau dari stek batang. Cahaya matahari
yang banyak dan tanah yang gembur diperlukan untuk pertumbuhannya. Jika
sudah dewasa,tanaman ini akan mengeluarkan bunga berwarna merah. Keopak
bunga rosella sudah bisa dipetik setelah 3 minggu dihitung dari hari pertama
bunga mekar. Bagian bunga dan biji inilah yang bermanfaat baik untuk
kesehatan.
Bunga rosella banyak terdapat berbagai kandungan yang berkhasiat. Di
antaranya dalam 100gr kelopak bunga rosella segar mengandung vitamin C
sebanyak 260-280 mg, 44 kalori, H2O 86,2% , protein 1,6 gr, lemak 0,1 gr,
karbohidrat 11,1gr, serat 2,5 gr, abu 1,0 gr, kalsium 160 mg, phospor 60 mg, besi
3,8 mg, β-karotene 285 mg dan asam askorbat 14 mg, thiamine 0,04 mg,
riboflavin 0,6 mg dan niacin 0,5 mg (Wahid, 2011). Kelopak bunga rosella juga
mengandung flavonoid, gossypetine, hibiscetine, dan sabdaretine, kalsium,
magnesium, beta-karoten, fosfor, zat besi, asam organic, asam amino essensial
(lisin dan arginine), polisakarida, dan Omega-3.

Berbagai kandungan yang terdapat dalam tanaman rosella membuatnya


populer sebagai tanaman obat tradisional. Kandungan vitamin dalam bunga
rosella cukup lengkap, yaitu vitamin A,C,D,B1,dan B2. Bahkan, kandungan
vitamin C-nya (asam askorbat) diketahui 3 kali lebih banyak dari anggur hitam,
9 kali dari jeruk sitrus, 10 kali dari buah belimbing, dan 2,5 kali dari jambu biji.
Vitamin C merupakan salah satu antioksidan penting. Kandungan antioksidan
pada teh rosella sebanyak 1,7 mmol/prolox.

15
2.3 COVID-19
COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom
pernapasan akut coronavirus 2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus
2atau SARS-CoV-2). Virus ini merupakan keluarga besar Coronavirus yang
dapat menyerang hewan. Ketika menyerang manusia, Coronavirus biasanya
menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan, seperti flu, MERS
(Middle East Respiratory Syndrome), dan SARS (Severe Acute Respiratory
Syndrome). COVID-19 sendiri merupakan coronavirus jenis baru yang
ditemukan di Wuhan, Hubei, China pada tahun 2019 (Ilmiyah, 2020; Hui, et
al., 2020). Karena itu, Coronavirus jenis baru ini diberi nama
Coronavirus disease-2019 yang disingkat menjadi COVID-19. COVID-19 sejak
ditemukan menyebar secara luas hingga mengakibatkan pandemi global yang
berlangsung sampai saat ini. Gejala COVID-19 umumnya berupa demam 38°C,
batuk kering, dan sesak nafas serta dampak paling buruk untuk manusia ialah
kematian. Sampai 3 Juni 2020 dilaporkan terdapat 6.469.594 kasus
terkonfirmasi dari 185 negara yang 383.253 orang diantaranya meninggal dunia
serta 2.980.435 orang bisa disembuhkan (Johns Hopkins CSSE, 2020).

World Health Organization memberi nama virus baru tersebut Severe acute
respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya
sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19) (WHO,2020). Pada mulanya
transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat melalui antara manusia-
manusia.Jumlah kasus terus bertambah seiring dengan waktu.Selain itu,terdapat
kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah satu pasien.Akhirnya dikonfrimasi
bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke
manusia(Relman,2020).Sampai saat ini virus ini dengan cepat menyebar masih
misterius dan penelitian masih terus berlanjut

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif,berkapsul dan tidak


bersegmen.Coronavirus tergolong ordo Nidovirales,keluarga
Coronaviridae.Struktur coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan
protein S berlokasi di permukaan virus.Protein S atau spike protein merupakan
salah satu protein antigen utama virus dan merupakan struktur utama untuk
penulisan gen.Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknnya virus
kedalam sel host(interaksi protein S dengan reseptronya di sel innang)

16
(Wang,2020).Coronavirus ini bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif
dapat diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin,pelarut lipid dengan suhu
56oC selama 30 menit,eter,alkohol,asam perioksiasetat,detergen non-
ionik,formalin,oxidizing agent dan kloroform.Klorheksidim tidak efektif dalam
menonaktifkan virus (Wang,2020;Korsman,2012).

2.4 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia jaringan
tumbuhan ataupun hewan denga menggunakan penyari tertentu. Proses ekstraksi
bertujuan untu mendapat bagian-bagian tertentu dari baha yang mengandung
komponen-komponen aktif. Teknik ekstraksi yang tepat pastinya berbeda untuk
masing-masing bahan. Hal ini dipengaruhi oleh tekstut kandungan bahan dan jenis
senyawa yang didapat. Ada beberapa metode ekstraksi yang dapat dilakukan,
pertama dengan menggunakan cara dingin yang terdiri dari maserasi dan
perkolasi. Cara kedua dengan cara panas yang terdiri dari refluks, digesti, infusa,
dekok,dan sokletasi (Munir,2012).

Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan adalah ekstraksi dengan


menggunakan suatu pelarut, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara panas atau cara
dingin. Pelarut atau cairan penyari yang digunakan dalam ekstraksi dapat berupa
air, etanol, campuran etanol-air, dan eter (Haborne,1987).

Cara ekstraksi yang dilakukan tergantung dari sifat zat aktif yang terkanding
dalam simplisia tersebut (Departemen Kesehatan RI,1995).

1. Cara dingin
a. Maserasi
Maserasi merupakan suatu proses pengekstrakan simplisia
dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada suhu kamar. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara
10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan
dalam bejana, dituangkan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan
dibiarksn selama 5 hari terhindar dari cahaya sambal berulan-ulang
diaduk,lalu dipekatkan dengan penguapan dan tekanan pada suhu
rendah 500Chingga konsentrasi yang dikehendaki. Cara ekstraksi ini

17
sederhana dan mudah dilakukan, tetapi membutuhkan waktu yang
lama.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah suatu proses ekstraksi dengan menggunakan
pelarut yang selalu baru hingga ekstraksi sempurna, umumnya
dilakukan pada suhu kamar. Pelarut yang digunakan dalam jumlah
banyak dan memerlukan waktu yang lama, dimana bahan yang sudah
halus,diekstraksi dengan pelarut yang cocok dengan cara dilewatkan
perlahanpada suatu kolom. Bahan dimampatkan dalam alat ekstraksi
khusus yang disebut dengan perkoloator. Ekstraksi sebaiknya
dilakukan dengan kombinasi metode maserasi dan perkolasi dengna
cara direndam terlebih dahulu selama 24 jam.
2. Cara Panas
a. Refluks
Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperature
titik didihnya, selama waktu tertentu dengan jumlah pelarut terbatas
yang relative konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya
dilakukan pengulangan proses pada residu pertama hingga 3-5 kali
seingga termasuk ekstraksi yang sempurna.
b. Sokhlet
Merupukan salah satu metode ektraksi yang digunakan untuk
menarik senyawa organic dari jaringan tanaman kering (kayu, biji, akar
dan daun). Sokhletasi merupakan ekstraksi cara panas dengan
menggunakan pelarut yang selalu baru mulai dari pelarut non polar (etil
asetat, alcohol). Ekstrasi ini umumnya dilakukan dengan alat khusus
sehingga ekstraksi berjalan secara kontinyu dengan jumla pelarut
relative konstan dengan adanya pendingin balik.

c. Digesti
Digesti merupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan
kontinyu) pada temperatur yang lebih tinggi dari suhu kamar,
dilakukan pada suhu 40 oC -50 oC.

18
d. Infus
Infus merupakan ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur
penangas air (bejana infus tercelup dengan penangas air mendidih,
temperatur berkisar antara 96 oC -98 oC) selama waktu tertentu (15-20
menit).
e. Dekok
Dekok merupakan infus pada waktu yang lebih lama (>30
menit) dengan temperatur sampai titik didih air.

19
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bahan yang Digunakan


Bahan :
1. Jahe
2. Bunga Rosella
3. Asam sitrat
4. Natrium Bikarbonat
5. Etanol
6. PEG 6000 (polietilen gliokol)
7. PVP (polivinil pirolidin)

3.2 Peralatan yang Digunakan


Alat :
1. Neraca analitik
2. Oven
3. Stopwatch
4. Rotary vacuum evaporator
5. Spektrofotometer YV-Vis
6. Alat pencetak tablet
7. Beaker glass

3.2.1 Variabel Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan variabel konsentrasi pelarut etanol 70%,


80% dan 90% dengan lama waktu perendaman pada ekstraksi maserasi jahe
yaitu 24 jam, 48 jam dan 72 jam.

20
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Tahap Persiapan

a. Preparasi sampel

Mulai

Potong kecil jahe dan kelopak bunga


rosella yang telah dibersihkan

Hasil jahe dan kelopak bunga rosella


yang telah dipotong kemudian
dikeringkan

Selesai

b. Ekstraksi

Mulai

Timbang sampel jahe dan bunga rosella


yang telah dipotong dan dikeringkan

Selanjutnya maserasi sampel jahe dan bunga


rosella dengan variable pelarut etanol 70% ;
80% ; 90 % dengan perbandingan 1:5
dengan lama waktu sesuai variabel

Memisahkan hasil ekstraksi metode


maserasi dengan pelarut ethanol
menggunakan rotary vacuum

21
Menghitung yield

Selesai

3.3.2 Tahap Proses Pembentukan Produk

Pembuatan granul dibuat dengan menggunakan metode granulasi basah.


Proses granulasi menggunakan tiga tahap yaitu: tahap pembuatan granul asam
dan basa, penambahan lubrikan, dan pencetakan tablet

a. Granul asam

Mulai

Campurkan asam sitrat, PEG


6000, dan ekstrak jahe dan bunga
rosella hingga homogen

Tambahkan larutan pengikat PVP


yang telah dilarutkan

Massa kemudian dioven pada


suhu 500C

Selesai

22
b. Granula Basa

Mulai

Tambahkan larutan pengikat PVP ke


dalam natrium bikarbonat sedikit
demi sdikit hingga terbentuk massa
padat yang dapat dikepal

Selesai

c. Pencetakan Tablet

Mulai

Campurkan granul asam dan granul


basa hingga homogen

Selesai

3.4 Tahap Analisa


1. Menghitung Yield Minyak Jahe

Yield didefinisikan sebagai massa komponen hasil ekstraksi dibagi


dengan massa feed dari metode maserasi. Rumus perhitungan yield sebagai
berikut :

Yield = Massa komponen hasil ekstraksi x 100%


Massa feed

23
2. Penentuan kadar besi ekstrak jahe dan rosella
Kandungan zat besi dalam ekstrak diukur dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis.
a. Tahap Kalibrasi Alat Spektrofotometri

Mulai

Membuat larutan blangko (aquades)

Memasukkan larutan blangko ke


dalam kuvet yang bersih

Memasangkannya pada alat dan


mengaturnya hingga harga A = 0 (
transmitan = 100 ), pada Panjang
gelombang 510 nm

Selesai

b. Membuat Larutan (NH4)2 Fe(SO4)26H2O

Mulai

Mengambil padatan (NH4)2


Fe(SO4)26H2O

Melarutkan padatan dalam 500 ml


aquades

24
Mengencerkan larutan 1000 ppm untuk
memperoleh larutan dengan konsentrasi
100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm,
500 ppm, 600 ppm, 700 ppm, 800 ppm
dan 900 ppm

Selesai

c. Membuat Reagen Ammonium Asetat

Mulai

Mengambil 125 gram padatan


NH4C2H3O2

Melarutkan padatan tersebut dalam


150 ml aquades

Menambahkan 70 ml CH3COOH

Menambahkan aquades hingga


volume campuran menjadi 500 ml

Selesai

25
d. Membuat Reagen Phenantrolin

Mulai

Mengambil 1 gram padatan


phenantrolin

Melarutkan padatan dalam 500 ml


aquades

Memanaskan larutan Phenantrolin


dalam 800C

Selesai

e. Analisis Larutan

Mulai

Mengambil 50 ml larutan yang


akan dianalisis

Menambahkan 2 tetes HCl pekat

Menambahkan 10 ml buffer
ammonium asetat

Menambahkan 2 ml Phenantrolin

26
Memasukkan larutan ke dalam
kuvet, kemudian masukan dalam
alat spektrofotometer dengan
panjang gelombang 510 nm

Mencatat hasil analisis

Melakukan hal yang sama dengan


larutan yang berbeda
konsentrasinya dan juga blangko

Selesai

3. Uji Waktu Larut


Uji ini dilakukan untuk memeriksa apakah tablet larut dengan cepat
sesuai persyaratn resin dimana waktu larut tablet effervescent adalah
kurang dari 5 menit

27
BAB IV

JADWAL PELAKSANAAN

4.1 Jadwal Kegiatan


Penelitian ini dilakukan di UPT Laboratrium Terpadu Universitas
Diponegoro selama 4 bulan.
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No. Jenis Kegiatan Bulan ke -1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4
1234 1234 1234 1234
1. Studi Literatur    
2. Persiapan Alat 
dan Bahan
3. Pelaksanaan  
Penelitian
 
4. Analisa Hasil
Pembuatan
5. Laporan 
Penelitian

28
DAFTAR PUSTAKA

Adib Rifqi S (2020). ‘Lembar Kegiatan Literasi Saintifik Untuk Pembelajaran Jarak
Jauh Topik Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19)’. Jurnal Edukatif.
Universitas Pahlawan

Chew Y. L., E. W. L.Chan,P. L.Tan,Y.Y. Lim, J. Stanslas dan J.K. Goh. (2011).
‘Assessment Of Phytochemical Content, Polyphenolic Composition,
Antioxidant And Antibacterial Activities Of Leguminosae Medicinal Plants
In Peninsular’ Malaysia. BMC Complementary and Alternative
Medicine.11:1.

Danilrza Nanda R and Olga Lieke P (2015). ‘Analisis Kandungan Vitamin C, Mutu
Organoleptik, Mutu Fisik Dan Marmalade Bunga Rosella Merah (Hibiscus
Sabdariffa,Linn) Pada Kosentrasi Gula Bervariasi’. Jurnal Gizi Poltekkes
Kemenkes Manado

Dedy Syahrizal (2008) ‘Pengaruh Proteksi Vitamin C Terhadap Enzim Transaminase


dan Gambaran Histopalogis Hati Mencit Yang Dipapar Plumbum’. Thesis.
Universitas Sumatera Utara: Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu
Biomedik.

Fakhrudin MI. (2008). Kajian Karakteristik Oleoresin Jahe Berdasarkan Ukuran dan
Lama Perendeman Serbuk Jahe dalam Etanol. Skripsi. Universitas Negeri
Sebelas Maret Solo.

Harahap, H. (2013). ‘Pengaruh Penambahan Jahe (Zingiber officinale Rosc) Terhadap


Mutu Minuman Fungsional Sari Kacang Merah (Phaseolus Vulgaris L.)’.
Thesis. Universitas Andalas: Fakultas Teknologi Pertanian.

Hernani. & Winarti, C. (2011). Kandungan Bahan Aktif Jahe dan Pemanfaatanya
dalam Bidang Kesehatan. Status Teknologi Hasil Penelitian Jahe, 126-142.

Inge Hilma N and Patihul Husni (2018). ‘Potensi Antioksidan Dalam Kelopak Bunga
Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Sebagai Anti-Aging’. Fakultas Farmasi
Universitas Padjajaran

I Wayan Redi A. (2019) ‘Manfaat Jahe Untuk Kesehatan’ Program Studi


Ayuwerda,Fakultas Kesehatan Universitas Hindu Indonesia.

Maryani, H. dan Krisriani, L. (2005). Khasiat dan Manfaat Rosela. Jakarta: PT


AgroMedia Pustaka. Pp:2-33.

Qi, Y., Chin, K.L., Malekian, F., Berhane, M. and Gagger, J. (2005). Biological
Charachteristics, Nutritional and Medicinal Value of Reselle, Hibiscus
Sabdariffa.

29
http://www.suagcenter.com/documents/Extension%20Circular%20-
%20hibiscus.pdf. (26 Mei 2020).

Ramadhan, E., Ahmad dan A. Phaza.( 2010). ‘Pengaruh Konsentrasi Etanol, Suhu Dan
Jumlah Stage Pada Ekstraksi Oleoeresin Jahe (Zingiber officinale Rosc) yang
dilakukan secara Batch’. Skripsi. Semarang:Teknik Kimia, Undip.

Rukmana. R. (2000). Usaha Tani Jahe. Yogyakarta: Kanisius.

Sari and Rahayuningsih(2014). ‘Pengaruh Pemberian Jahe Merah (Zingiber officinale


Var Rubrum) Terhadap Kadar Kolesterol Total Wanita Dislipidemia’. Journal
of Nutricial College. 3: 798-806.

Uhl, S.R. (2000). ‘Handbook of Spices, Seasonings and Flavoring’. Amerika:


Technomic Publishing Co. Inc. Lancaster. USA.

Yuliana (2020). ‘Corona Virus Deseases (Covid-19)’. Tinjauan Literatur. Universitas


Lampung :Fakultas Kedokteran

30

Anda mungkin juga menyukai