Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sediaan obat dari bahan bahan alam atau biasa kita sebut sebagai
obat herbal sudah sangat populer pemakaiannya dikalangan masyarakat
saat ini. Banyak sekali pertimbangan kenapa masyarakat memilih untuk
mengkonsumsi obat herbal. Selain efek samping yang ditimbulkan sangat
sedikit, obat herbal juga efektif dalam mengobati penyakit. Bahan baku
untuk pembuatan obat herbal juga murah dan mudah didapat. Para
ilmuwan pun semakin gencar melakukan penelitian dibidang herbal
medicine dan menemukan berbagai tanaman ataupun hewan yang
berpotensi untuk mengobati penyakit. Indonesia yang merupakan negara
khatulistiwa memiliki beragam kekayaan flora dan fauna, hal ini sangat
menunjang ilmuwan dalam penenelitian pengembangkan obat-obatan
herbal.
Bentuk sediaan obat herbal bermacam-macam, sama halnya seperti
obat-obatan sintetis.Adapun sediaan cair atau bisa juga disebut dengan
sediaan galenika merupakan salah satu sediaan diperoleh dengan cara
melakukan penyarian zat-zat yang bermanfaat bagi manusia, dari
tumbuhan atau hewan menggunakan cairan penyari yang sesuai. Sediaan
galenik memiliki cara yang berbeda-beda dalam pembuatannya tergantung
pada jenis sediaannya. Sediaan tingtur berbeda cara pembuatannya
dengan ekstrak , begitu pula sebaliknya. Untuk mengetahui lebih jelas
mengenai pembuatan sediaan tingtur, akan dibahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Apa definisi dari sediaan tingtur ?
b. Bagaimana cara pembuatan Tingtur ?

1
c. Bagaimana cara penyimpanan tingtur?
d. Apa saja macam macam dari sediaan tingtur?
e. Apa saja contoh-contoh dari sediaan Tingtur dan bagaimana cara
pembuatannya?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui apa itu sediaan tingtur
b. Untuk mengetahui bagaimana pembuatan sediaan tingtur
c. Untuk mengetahui cara penyimpanan tingtur
d. Untuk mengetahui macam-macam dari sediaan tingtur
e. Untuk mengetahui contoh dan cara pembuatan tingtur

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kelompok menggunakan metode dengan
studi kepustakaan yaitu menggunakan beberapa literatur yang digunakan
sebagai referensi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sediaan Tingtur


Tingtur menurut FI IV, tingtur adalah larutan mengandung etanol
atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
Jumlah obat dalam tingtur yang berbeda tidak selalu seragam,
tetapi bervariasi sesuai dengan masing-masing standar yang telah
diterapkan. Secara tradisional, tingtur dari tumbuhan berkhasiat obat
menunjukkan aktivitas 10 g obat dalam tiap 100ml tingtur. Potensi
ditetapkan setelah dilakukan penetapan kadar. Sebagaian besar tingtur
tumbuhan lain mengandung 20 g bahan tumbuhan dalam tiap 100 ml
tingtur.
Tingtur (Tinctura) adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara
maserasi atau perkolasi simplisia dalam pelarut yang tertera pada masing-
masing monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan
20% zat berkhasiat dan 10% zat berkhasiat keras. Dalam literatur yang
lain, tingtur disebutkan sebagai sari (ekstrak) simplisia nabati atau hewani
yang kering, dengan zat cair yang mengandung etanol. Protein yang
terdapat dalam simplisia tidak larut dalam cairan yang mengandung
etanol, sehingga sediaan menjadi stabil dan tidak akan busuk. Di dalam
sediaan ini juga tidak terjadi proses pemeraman (fermentasi), karena
enzim tidak bekerja di dalam cairan yang mengandung etanol dengan
jumlah yang tertera dalam tingtur.

B. Cara pembuatan tingtur


1. Cara perkolasi
Campur dengan hati-hati serbuk bahan obat atau campuran bahan
obat dengan pelarut atau campuran pelarut atau campuran pelarut
tertentu secukupnya hingga rata dan cukup basah, biarkan selama 15
menit. Pindahkan kedalam perkolator yang sesuai dan mampatkan.

3
Tuangkan pelarut atau campuran pelarut tertentu secukupnya sampai
terendam seluruhnya, tutup bagian atas perkolator, dan jika cairan
sudah hampir menetes dari perkolator , tutup lubang bawah. Perkolasi
dilakukan selama 24 jam atau sesuai dengan waktu yang tertera pada
monografi. Jika penetapan kadar tidak dinyatakan lain, lakukan
perkolasi secara perlahan, atau pada kecepatan yang telah ditentukan,
dan secara pertahap tambahkan pelarut atau campuran pelarut
secukupnya hingga diperoleh 1000 ml tingtur.
Untuk menerapkan kecepatan aliran, lakukan seperti yang tertera
pada ekstrak dan ekstrak cair. Jika penetapan kadarnya dinyatakan,
kumpulkan 950 ml perkolat dan campur, tetapkan kadar terhadap
sebagaian perkolat seperti yang dinyatakan. Untuk memperoleh
tingtur yang memenuhi syarat baku, perlu pengenceran sisa tingtur
dengan sejumlah pelarut atau campuran pelarut atau campuran pelarut
tertentu yang telah dihitung dari penetapan kadar.
Perkolasi, kecuali dinyatakan lain dilakukan sebagai berikut
a. Basahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan
derajat halus yang cocok menggunakan 2,5-5 bagian cairan
penyari, masukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya
3 jam. Pindahkan massa sedikit demi sedikit ke dalam percolator
sambil tiap kali ditekan hati-hati, tuangi dengan cairan penyari
secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia
masih terdapat selapis cairan pemyari, tutup percolator biarkan
selama 24 jam.
b. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit,
tambahhkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga
selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia hingga
diperoleh 80 bagian perkolat.
c. Peras massa, campurkan cairan perasan kedalam perkolat,
tambahkan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100

4
bagian. Pindahkan kedalam bejana, tutup, biarkan selama 2 hari di
tempat sejuk terlindung dari cahaya. Enap, tuang dan saring.
d. Jika dalam monografi tertera penetapan kadar, setelah diperoleh
80bagian perkolat, tetapkan kadarnya. Atur kadar hingga
memenuhi syarat, jika perlu encerkan dengan cairan penyari
secukpnya.
2. Cara maserasi
Maserasi bahan obat dengan 750 ml pelarut atau campuran pelarut
atau campuran pelarut tertentu dalam wadah yang dapat ditutup,
letakan di tempat hangat. Diamkan selama 3 hari sambil dikocok
sesekali atau hingga terlarut. Pindahkan campuran ke dalam
penyaring, dan jika sebagian cairan telah mengalir ke luar, cuci residu
pada penyaring dengan sejumlah pelarut atau campuran pelarut
tertentu secukupnya, kumpulkan filtrate hingga diperoleh 1000 ml
tingtur.
Tingtur harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus
cahaya jauhkan dari cahaya matahari langsung dan panas berlebihan.
Menurut literaturelain, tingtur adalah sediaan cair yang dibuat
dengan cara perkolasi atau maserasi simplisia nabati, atau hewani atau
dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera
pada masing-masing monografi.
Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan 20% zat
berkhasiat dan 10% untuk zat berkhasiat keras.
Maserasi, kecuali dinyatakan lain, lakukan sebagai berikut.
a. Masukkan 20 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok
kedalam sebuah brjana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari,
tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering
diaduk, serkai, peras. Cuci ampas dengan cairan penyari
secukupnya hingga diperoleh 100 bagian.
b. Pindahkan kedalam bejana tertutup biarkan di tempat sejuk
terlindung dari cahaya selama dua hari, enap, tuangkan dan saring.

5
C. Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat
sejuk. Sediaan tingtur harus jernih. Umtuk bahan dasar yang mengandung
harsa digunakan cairan penyari etanol 90%. Pada umumnya cairan
penyari adalah etanol 70%.
Tingtur mengandung harsa (damar) adalah miratingtur,asaefoetida
tinclura, tingtur menyan.

D. Pembagian tingtur
1. Menurut cara pembuatana
a. Tingtur asli
Adalah tingtur yang dibuat secara maserasi/perkolasi.
Table.15.1 contoh tingtur secara maserasi
nomor Nama tingtur Pustaka
1 Opii tincura FI III
2 Valerianae tincura FI III
3 Capsici tincura FI II
4 Myrrhae tincura FI II
5 Opii aromatic tincura FI III
6 Polygalae tincura Ext FI 1974

Tabel 5.2 contoh tingtur secara perkolasi


Nomo Nama tingtur Pustaka
r
1 Belladonae tincura FI III
2 Cinnamomi tincura FI III
3 Digitalis tincura FI II
4 Lobelliae tincura FI II
5 Strychnine tincura FI III
6 Ipecacuanhae tincura Ext FI 1974

6
b. Tingtur tidak asli (Palsu)
Adalah tingtur yang dibuat dengan jalan melarutkan bahan dasar
atau bahan kimia dalam cairan pelarut tertentu.
Tabel 15.3 tingtur tidak asli
Nomo Nama tingtur Pustaka
r
1 Iodio tincura FI III
2 Secalis tincura FI III

2. Menurut kekerasan (perbandingan bahan dasar dengan cairan penyari)


a. Tingtur keras
Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10% simplisia yang
berkhasiat keras.
Table 15.4 contoh tingtur keras
Nomo Nama tingtur Pustaka
r
1 Belladonae tincura FI III
2 Digitalis tincura FI III
3 Opii tincura FI II
4 Lobelia tincura FI II
5 Stramonii FI II
6 Strychnine tincture FI III
7 Ipecacuanhae tincura Ext FI 1974
b. Tingtur lemah
Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20% simplisia yang
tidak berkhasiat keras.
Table 15.5 contoh tingtur lemah
Nomor Nama tingtur Pustaka
1. Cinnamomi tincura FI III
2 Valerianae tincura FI III
3 Polygalae tincura Ext FI 1974
4 Myrrhae tincura FI II

7
3. Berdasarkan Cairan Penariknya
a. Tincura Aetherae, jika cairan penariknya adalah eter atau
campuran eter dengan etanol. Contoh : tinclura valerianae
aetherae.
b. Tincora vinosa, jika cairan di pakai dalam campuran anggur
dengan etanol. Contoh tinclura rhei vinosa.
c. Tincura acida, jika kedalam etanol yang di pakai sebagai cairan
penarik ditambahkan suatu asam sulfat. Contoh : pada pembuatan
tincura acida aromatic.
d. Tincura aquosa, jika cairan penarik yang dipakai adalah air.
Contoh : tincura rheii aquosa
e. Tincura composita, adalah tingtur yang di dapatkan jika penarikan
yang dilakukan dengan cairan penarik selain etanol, hal ini harus
di nyatakan pada nama tingtur tersebu, misalnya pada campuran
simplisia, contoh : tincura chinae composite.

E. Contoh sediaan tingtur


1. Tingtur kina (chinae tincura)
Cara pembuatan: perkolasi 20 bagian kulit kina yang diserbukkan
agak kasar (22/60) dengan etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian
tingtur. Tetapkan kadar alkaloid, jika perlu encerkan dengan etanol
70% hingga memenuhi syarat. Kulit kina adalah kulit kayu kering dari
chona pubescens Vahl.(C.succirubra) dari famili rubbiaccae atau dari
varietasnya atau hibridanya. Kadar alkoloidnya tidak kurang dari
6,5%, 30-60% adalah alkaloid golongan kuinin.
2. Tingtur ipeka (ipecacuanhae tincture)
Cara pembuatan: perkolasi 10 bagian serbuk(18/34) akar ipeka
dengan etanol encer, hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Akar ipeka
adalah batang dan akar kering Cephaelis acuminata kartsen atau
cephaelis ipechacuanha Brotero A.Richard dari famili Rubiaceae.
Mengandung tidak kurang dari 2,0% alkaloid total larut eter,dan berisi

8
tidak kurang dari 90% emetin dan safelin bervariasi dari cara dengan
jumlah ametin tidak lebih dari 2,5 kali jumlah emetin.
3. Tingtur gambir
Cara pembuatan: maserasi 200 g gambir yang telah di remukkan 50
g manis. Yang telah di mamerkakan dengan 1000 ml etanol
45%dibiarkan selama 7 hari, jernihkan dengan pemyaringan
4. Tingtur poliaga
Cara pembuatan: maserasi 20 bagian irisan halus herba polygala
dengan etanol 60% secukupnya hingga diperoleh 100 bagian tingtur
5. Tingtur Ratania (Ratanhiae tincture)
Cara pembuatan: Maserasi 20 bagian serbuk (6/8) akar rathania
dengan etanol 60% secukupnya hingga diperoleh 100 bagian tingtur
6. Tingtur stramonii ( stramonii tincture)
Cara pembuatan: Perkolasi 10 bagian serbuk (8/24)serta botol
etanol 70% hingga memenuhi persyaratan kadar, biarkan selama tidak
kurang dari 24 jam, saring.
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya,
di tempat sejuk. Tidak boleh disimpan lebih dari 1 tahun sejak tanggal
pembuatan. Pada etiket harus tertera tanggal pembuatan.
7. Tingtur Striknin(Strychni Tinctura)
Cara pembuatan: Perkolasi 10 bagian serbuk (24/34) biji striknin
yang telah dihilangkan lemaknya dengan eter minyak tanah, yang
menggunakan pelarut penyari etanol 70% hingga diperoleh 100
bagian tingtur. Tetapkan kadar striknin, jika perlu dengan etanol 70%
secukupnya hingga memenuhi persyaratan kadar.
8. Tingtur Kemenyan (Benzoes Tinctura)
Cara pembuatan: larutkan 20 bagian serbuk (6/8) dalam 100 bagian
etanol 90% saring.
9. Tingtur lobelia (lobelia tincture)
Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk (6/34) herba lobelia
dengan etanol 70% secukupnya, hingga diperoleh sebagian tingtur.

9
10. Tingtur myra (myrrhae tincture)
Cara pembuatan : maserasi 20 bagian serbuk (24/34) mira dengan
etanol 90% hingga diperoleh sebagian tingtur.
11. Tingtur jeruk manis (aurantii inctura)
Cara pembuatan : delapan bagian kulit buah jeruk manis yang telah
di potong potong halus dimaserasi dengan etanol encer hingga
diperoleh sebagian tingtur.
12. Tingtur cabe (capsici tintura)
Cara pembuatan : maserasi 100g serbuk (10/24) cabe dengan
campuran 9 bagian etano 95% dan satu bagian air selama 3 jam.
Perkolasi dengan cepat hingga diperoleh 1000 ml tingtur.
13. Tingtur beladon (belladonnae tincture)
a. Cara pembuatan perkolasi 10 bagian serbuk beladon dengan etanol
encer, hingga di peroleh sebagian tingtur. Tetapkan kadar alkaloid,
atur kadar dengan penambahan etanol encer hingga memenuhi
syarat, biarkan selama tidak kurang lebih dari 24 jam, saring.
b. Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk. Tidak boleh disimpan lebih dari setahun
sejak tanggal pembuatan. Herba beladon adalah daun dan pucuk
Bunga atau pucuk buah yang di keringkan dari tanaman atropa
beladonnae linne atau varietas acuminate royle ex lidley dari
family solanaceae, mengandung tidak kurang dari 0,35% alkalaoid
herba beladon.
14. Tingtur kayu manis (cinnamomi tictura)
Cara pembutan : perkolasi 20 bagian serbuk (44/60) kulit kayu
manis dengan etanol encer hingga diperoleh 100 bagian tingtur.
15. Tingtur digitalis (digitalis tincture)
Cara pembuatan : perkolasi 10 bagian serbuk digitalis dengan
etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan dan atur
potensi, jka perlu encerkan dengan etanol 70% hingga memenuhi
syarat.

10
Daun digitalis adalah daun kering dari digitalis purpurea linne dari
family scropulariaceae. Potensi 100mg daun digitalis setara dengan
tidak kurang dari 1 unit. Digitalis f1 jika dilakukan penetapan kadar
sesuai prosedur.
16. Tingtur iodium (iodii tincture)
Cara pembuatan : Larutan iodin 1,8-2,2 % natrium iodium 2,1%-
2,6% dalam etanol encer.
Menurut FI IV, tingtur iodin mengandung iodium, I, tidak kurang
1,8% dan tidak lebih dari 2,2 %, serta mengandung natrium iodida,
NaI, tidak kurang dari 2,1 % dan tidak lebih dari 2,6%. Tingtur iodin
dapat dibuat dengan melarutkan 20gr iodin P dan 24gr natrium iodide
P dalam 500 ml etanol P, kemudian tambahkan air hingga 1000ml.
17. Tingtur opium (tincture opii)
Cara pembuatan : maserasi 10 bagian serbuk opium dengan etanol
70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur. Tetapkan kadar dan atur
hingga memenuhi syarat, jika perlu encerkan dengan etanol 70%
secukupnya.
Opium adalah getah yang diperoleh dengan menorah buah
papaveraceae yang belum masak, yang dikeringkan atau dikeringkan
sebagianmelalui pemanasan dan penguapan langsung =, menjadi
massa berbentuk tidak beraturan. Mengandung tidak kurang dari 9,5%
morfin (C17H19NO3) dihiung sebagai morfin anhidrat.
Serbuk opium yang dikeringkan pada bsuhu sedang dan di
serbukka sampai halus atau halus sedang, kemudian di tambah serbuk
laktosa yangsudah diwarnai secukupnya, dengan gula bakar, atau
tambahkan serbuk kulit ari kakao hingga mengandung 9,5%-10,5%
morfin C17H19NO3, di hitung sebagai morfin anhidrat.
18. Tingtur opium wangi (opii tincture aromatic)
Cara pembuatan maserasi campuran satu bagian serbuk kulit kayu
manis (22/60), 1 bagian serbuk (22/60) cengkeh, dan 12 bagian serbuk

11
opium dengan campuran etanol 90% dan air bervolume sama banyak
hingga diperoleh 100bagian tingtur.
19. Tingtur scale kornutum (scalis cornuti tincture)
Cara pembuatan 1 bagian ekstrak scale kornutum dengan 9 bagian
etanol encer.
20. Tingtur valerian (valerianae tincture)
Cara pembuatan : Maserasi 20 bagian serbuk (10/20) akar valerian
dengan etanol 70% hingga diperoleh 100 bagian tingtur.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tingtur menurut FI IV, tingtur adalah larutan mengandung etanol
atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa
kimia.
Jumlah obat dalam tingtur yang berbeda tidak selalu seragam,
tetapi bervariasi sesuai dengan masing-masing standar yang telah
diterapkan. Secara tradisional, tingtur dari tumbuhan berkhasiat obat
menunjukkan aktivitas 10 g obat dalam tiap 100ml tingtur. Potensi
ditetapkan setelah dilakukan penetapan kadar. Sebagaian besar tingtur
tumbuhan lain mengandung 20 g bahan tumbuhan dalam tiap 100 ml
tingtur.
Tingtur (Tinctura) adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara
maserasi atau perkolasi simplisia dalam pelarut yang tertera pada
masing-masing monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat
menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10% zat berkhasiat keras. Dalam
literatur yang lain, tingtur disebutkan sebagai sari (ekstrak) simplisia
nabati atau hewani yang kering, dengan zat cair yang mengandung
etanol. Protein yang terdapat dalam simplisia tidak larut dalam cairan
yang mengandung etanol, sehingga sediaan menjadi stabil dan tidak
akan busuk. Di dalam sediaan ini juga tidak terjadi proses pemeraman
(fermentasi), karena enzim tidak bekerja di dalam cairan yang
mengandung etanol dengan jumlah yang tertera dalam tingtur.
Contoh sediaan tingtur:
1. Tingtur ipeka (ipecacuanhae tincture)
2. Tingtur kina (chinae tincura)
3. Tingtur gambir
4. Tingtur poliaga

13
5. Tingtur Ratania (Ratanhiae tincture)
6. Tingtur stramonii ( stramonii tincture)
7. Tingtur Kemenyan (Benzoes Tinctura)
8. Tingtur Striknin(Strychni Tinctura)
9. Tingtur lobelia (lobelia tincture)
10. Tingtur myra (myrrhae tincture)
11. Tingtur jeruk manis (aurantii inctura)
12. Tingtur cabe (capsici tintura)
13. Tingtur beladon (belladonnae tincture)
14. Tingtur kayu manis (cinnamomi tictura)
15. Tingtur digitalis (digitalis tincture)
16. Tingtur iodium (iodii tincture)
17. Tingtur opium (tincture opii)
18. Tingtur opium wangi (opii tincture aromatic)
19. Tingtur scale kornutum (scalis cornuti tincture)
20. Tingtur valerian (valerianae tincture)

B. Saran
Makalah ini masih memiliki kekurangan informasi. Diharapkan
kepada para penulis agar dalam pembuatan tugas selanjutnya dapat
lebih baik lagi karena kami akui masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Dan untuk para pembaca diharapkan ada
saran dan kritik yang membangun supaya makalah kedepannya bisa
tersusun secara sempurna. Semoga pembaca dapat mengambil manfaat
dari makalah ini.

14

Anda mungkin juga menyukai