Kel 3 GCG Dunia Asia Indonesia
Kel 3 GCG Dunia Asia Indonesia
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Alya Syahrida 1710313120005
Aulia Agustina 1710313320007
Lintang Cahyaning Utomo 1710313220031
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Good Corporate Governance di Dunia, Asia dan Indonesia” yang
merupakan tugas dari mata kuliah Corporate Governance.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai penilaian kinerja. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
untuk perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
selaku penyusun maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Terimakasih.
Kelompok 3
(Penyusun)
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1. Good Corporate Governance di Dunia......................................................3
2.1.1. Pemicu Timbulnya Good Corporate Governance di Dunia...............3
2.1.2. Reaksi Dunia Internasional................................................................4
2.1.3. Good Corporate Governance di Dunia...............................................6
2.2. Good Corporate Governance di Asia......................................................10
2.2.1. Pedoman Good Corporate Governance di Singapura......................10
2.2.2. Pedoman Good Corporate Governance di Malaysia........................11
2.2.3. Pedoman Good Corporate Governance di Thailand........................13
2.2.4. Pedoman Good Corporate Governance Di Philipina.......................14
2.3. Good Corporate Governance di Indonesia..............................................15
2.3.1. Pedoman Good Corporate Governance............................................16
2.3.2. Implementasi Good Corporate Governance.....................................17
2.3.3. Good Corporate Governance di Lingkungan Perbankan.................18
BAB III PENUTUP...............................................................................................20
3.1. Kesimpulan..............................................................................................20
3.2. Saran........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
b. Bagaimana pedoman Good Corporate Governance di beberapa negara di Asia?
c. Bagaimana pedoman Good Corporate Governance di Indonesia?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kelangsungan hidup perusahaan.
d. Tidak transparan, akurat, dan tepat waktunya penyampaian
laporan perkembangan bisnis dan laporan keuangan oleh
manajemen perusahaan kepada para pemegang saham dan
kreditur.
e. Dalam banyak kasus auditor yang mengaudit laporan keuangan
perusahaan tidak bekerja di bawah pengawasan langsung dari
komite audit.
4
perusahaan – perusahaan publik di dunia itu adalah Inggris dan
Amerika Serikat. Hal itu disebabkan karena pasar modal di kedua
negara itu merupakan motor perkembangan ekonomi mereka.
5
pengungkapan laporan keuangan secara transparan serta
diwajibkan untuk menggunakan auditor independen dan
menerapkan standar auditing yang ditetapkan US Public
Accounting Oversight Board (PCAOB).
6
pemerintahannya. Hingga saat ini GCG berkembang pesat dan
memiliki beragam cara dalam pelaksanaannya. Berikut adalah
beberapa contoh penerapan GCG di berbagai negara di dunia.
GCG di Amerika
Tipikal perusahaan di Amerika Serikat kebanyakan bisnis
dikelola atas arahan direksi. Dalam praktiknya, sebagian besar
direksi, yaitu direksi yang berasal dari luar perusahaan, tidak dapat
secara langsung mengelola bisnis perusahaan. Sebagai akibatnya,
maka manajerlah yang mengelola bisnis perusahaan dan peran direksi
terbatas hanya untuk memberikan pengawasan dalam urusan
perusahaan. Sistem pengelolaan perusahaan di Amerika Serikat
menggunakan outsider atau arm’s length yang berarti investor
ataupun pemegang saham menyerahkan pengelolaan perusahaan
sepenuhnya kepada pengurus perusahaan dan mereka sangat jarang
mencampuri dan ikut serta dalam pelaksanaan bisnis.
7
permasalahan yang ada dalam suatu perusahaan pada saat itu, yang
mengakibatkan kinerja dan akuntabilitas perusahaan terhadapt
pemegang saham atau stakeholders menjadi buruk.
Reformasi kedua corporate governance kedua terjadi pada tahun
2002 yaitu disahkannya undang-undang yang mengatur keberadaan
komite audit dalam perusahaan di Amerika Serikat.
GCG di Inggris
Mulai Mei 1991, upaya perbaikan corporate governance di
Inggris dilakukan dengan membentuk Cadbury Committee yang
bertugas untuk membuat rekomendasi untuk memperbaiki
mekanisme corporate governance bukan hanya untuk bank saja
melainkan juga untuk semua perusahaan-perusahaan di Inggris.
Rekomendasi ini tertuang dalam Cadbury Report.
Selain Cadbury Committee, Hampell Committee juga
merupakan komite yang berperan dalam penegakan corporate
governance di Inggris, yang diharapkan memfokuskan rekomendasi
pada tiga bidang yaitu pembentukan prinsip keterbukaan pada
pembayaran bagi eksekutif, klarifikasi lebih lanjut dalam peranan
eksekutif direksi dan non eksekutif direksi, dan metode untuk
meningkatkan kepentingan institusional investor di Inggris. Dalam
perkembangan berikutnya, Hampel Committee mengharuskan agar
komite-komite yang akan dibentuk pada masa mendatang dalam
mereview corporate governance haruslah memperhatikan prinsip-
prinsip corporate governance yang dibuat oleh American
Law Institute (ALI).
GCG di Jerman
Saat ini praktik governance di Jerman masih dianggap menjadi
hambatan yang signifikan bagi masuknya investor institusional
internasional. Hal ini dikarenakan masih kurangnya disclosure dalam
praktik governance di negara tersebut. Di sisi lain, perusahaan-
8
perusahaan besar di Jerman semakin memerlukan kucuran dana
investasi dari para investor global. Oleh karena itu pada 29 Mei 2000,
German Chancellor membentuk sebuah Government Commission on
Corporate Governance Management-Corporate Supervision-
Modernization of the stock Corporation Law (First Commision).
First commision ini membuat suatu final report yang berisi
tentang rekomendasi perubahan legislasi, selain itu komisi ini juga
menyarankan agar dibentuk suatu komisi baru untuk menyusun code
of corporate governance bagi perusahaan terbuka. Kemudian pada
september 2001 dibentuklah second commision yang kemudian
komisi ini mengeluarkan German Corporate Governance code.
Rekomendasi German Corporate Governance code yang sudah
secara luas dipraktikkan adalah pemberdayaan komisaris yang
bekerja secara profesional dan bertanggung jawab kepada para
pemegang saham.Corporate Governance Code di Jerman juga
mengatur bahwa dalam setiap rapat tahunan, Vorstand wajib
memberikan laporan mengenai ketaatan dan keterbukaannya kepada
the Handelseregister atau commercial register. Jika perusahaan gagal
menaati peraturan tertentu dalam German Corporate Governance
Code, maka perusahaan tersebut harus secara khusus menjelaskan
beberapa ketentuan yang gagal mereka penuhi.
GCG di Perancis
Manajemen pada perusahaan di Perancis berkuasa secara
ekstrim. President directeur- general (PDG) bebas melakukan
pengendalian atas perusahaan. Satu orang menentukan strategi
perusahaan, menjalankannya dan mengendalikannya, tanpa adanya
counter power dari dewan direksi. Dalam pembentukan board
system, terdapat aturan hukum yang kompleks yang mempengaruhi
struktur dan komposisi board. Perusahaan perancis bisa memilih
diantara 2 metode board governance yaitu bisa mengambil
suatu unitary boardroom structure (seperti model anglo saxon-one
9
tier board system) atau two tier board system seperti pada perusahaan
di Jerman. Dalam praktiknya, kebanyakan perusahaan di Perancis
memilih one-tier board sytem dalam sistem pengelolaannya.
Perancis melakukan reformasi corporate governance melalui
Code of Best Practices, yang dikeluarkan pada 1995 (Vienot I) dan
1999 (Vienot II), yang diketuai oleh Marc Vienot. Di bawah
undang-undang Perancis, perusahaan dapat memilih one-tier board
system dengan mengkombinasikan chair & Chief Executive Officier,
atau two-tier structure yang memiliki managemen dan supervisory
board terpisah dan juga memisahkan antara chairman dan CEO.
.
2.2. Good Corporate Governance di Asia
Good Corporate Governance menjadi penting untuk Asia dalam beberapa
tahun terakhir dengan sebagian besar pasar telah memperkenalkan
peraturan yang komprehensif. Regulator perusahaan dan investor memiliki peran
penting dalam Good Corporate Governance. Meskipun ada perusahaan yang
sadar melebihi standar tata kelola juga ada bukti yang jelas bahwa pendekatan
terhadap masalah pemerintahan oleh banyak perusahaan di Asia berjumlah lebih
sedikit. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat antara praktik Good Corporate
Governance yang baik dan keuntungan finansial.
10
b. Sanksi atas ketidakpatuhan
Penerapan pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan
hanya bersifat voluntary. Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi
perusahaan yang tidak menerapkannya. Akan tetapi, perusahaan harus
menjelaskan dengan rinci alasan untuk tidak menerapkannya.
11
Penerapan pedoman Good Corporate Governance bersifat
comply and explains sehingga tidak terdapat sanksi dalam hal
perusahaan tidak menerapkan seluruh aspek dalam pedoman Good
Corporate Governance. Namun terdapat kewajiban untuk
mengungkapkan pelaksanaan dari pedoman tersebut dalam laporan
tahunan. Dengan demikian bagi perusahaan yang tercatat atau akan
mencatatkan sahamnya di bursa tidak mengungkapkan dalam laporan
tahunannya terkait dengan penerapan tata kelola, Bursa Malaysia dapat
mengambil tindakan terhadap perusahaan atau direksi sebagaimana
tercantum dalam Persyaratan Listing di Bursa Malaysia.
12
Adapun ruang lingkup dari pedoman Good Corporate Governance
tersebut adalah:
The Board Structure, Duties and Effectiveness
The Audit Committee and its Challenges
Assessing the Risk and Control Environment
Effective Oversight of Financial Reporting
Internal and External Audit: “Eyes And Ears” of Audit
Committee
Conflict of Interest and Related Party Transactions
Nominating Committee
Remuneration Committee
Shareholder Relation
13
Prinsip-prinsip dan praktek-praktek terbaik Good Corporate
Governance perusahaan tercatat yang direkomendasikan oleh SET (Stock
Exchange of Thailand) mencakup 5 kategori yaitu:
1. Hak Pemegang Saham (Rights of Shareholders)
2. Perlakuan Adil kepada Pemegang Saham (Equitable
Treatment of Shareholders)
3. Peran Pemangku Kepentingan (Role of Stakeholders)
4. Keterbukaan dan Transparansi (Disclosure and Transparency)
5. Tanggung Jawab Dewan Direksi (Responsibilities of the Board)
14
jatuh tempo dikenakan denda sebera 100.000.000 dalam mata uang
Philipina.
15
Tantangan terkini yang dihadapi masih belum dipahaminya secara luas
prinsip-prinsip dan praktek good corporate governance oleh komunitas bisnis dan
publik pada umumnya (Daniri, 2005). Akhirnya komunitas internasional masih
menempatkan Indonesia pada urutan bawah rating implementasi GCG
sebagaimana dilakukan oleh Standard & Poor, CLSA, Pricewaterhouse Coopers,
Moody`s Morgan, and Calper`s.
Oleh karena itu diterapkannya GCG oleh perusahaan-perusahaan di
Indonesia sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi
yang berkesinambungan. Penerapan GCG juga diharapkan dapat menunjang
upaya pemerintah dalam menegakkan good governance pada umumnya di
Indonesia. Saat ini Pemerintah sedang berupaya untuk menerapkan good
governance dalam birokrasinya dalam rangka menciptakan Pemerintah yang
bersih dan berwibawa.
.
16
menjadi krisis multidimensi yang berkepanjangan. Krisis tersebut antara lain
terjadi karena banyak perusahaan yang belum menerapkan GCG secara
konsisten, khususnya belum diterapkannya etika bisnis. Oleh karena itu,
etika bisnis dan pedoman perilaku menjadi hal penting yang dituangkan
dalam bab tersendiri.
Sehubungan dengan pelaksanaan GCG, Pemerintah juga makin
menyadari perlunya penerapan good governance di sektor publik,
mengingat pelaksanaan GCG oleh dunia usaha tidak mungkin dapat
diwujudkan tanpa adanya good public governance dan partisipasi
masyarakat. Dengan latar belakang perkembangan tersebut, maka pada
bulan November 2004, Pemerintah dengan Keputusan Menko Bidang
Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004 telah menyetujui
pembentukan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang terdiri
dari Sub-Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi. Dengan telah
dibentuknya KNKG, maka Keputusan Menko Ekuin Nomor:
KEP.31/M.EKUIN/06/2000 yang juga mencabut keputusan No. KEP.10/
M.EKUIN/08/1999 tentang pembentukan KNKCG dinyatakan tidak berlaku
lagi.
17
framework, untuk mengkaji peraturan perundang-undangan yang terkait
engan korporasi dan program reformasi hukum, pada umumnya terdapat
beberapa capaian yang terkait dengan implementasi GCG seperti
diberlakukannya undang-undang tentang Bank Indonesia di tahun 1998,
undang-undang anti korupsi tahun 1999, dan undang-undang BUMN, serta
privatisasi BUMN tahun 2003.
Dalam penerapan GCG di Indonesia, seluruh pemangku kepentingan
turut berpartisipasi. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance
yang diawal tahun 2005 di ubah menjadi Komite Nasional Kebijkan
Governance telah menerbitkan pedoman GCG pada bulan Maret 2001.
Pedoman tersebut kemudian disusul dengan penerbitan Pedoman GCG
Perbankan Indonesia, Pedoman untuk komite audit, dan pedoman untuk
komisaris independen di tahun 2004. Semua publikasi ini dipandang perlu
untuk memberikan acuan dalam mengimplementasikan GCG.
Di samping itu, implementasi GCG akan mendorong tumbuhnya
mekanisme check and balance di lingkungan manajemen khususnya dalam
member perhatian kepada kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya. Hal ini terkait dengan peran pemegang saham
pengendali yang berwenang mengangkat komisaris dan direksi, dan dapat
mempengaruhi kebijakan perusahaan. Di samping pelindungan investor,
regulasi mewajibkan system yang menjamin transparansi dan akuntabilitas
dalam transaksi bisnis antar perusahaan dalam satu grup yang berpotensi
menimbulkan benturan kepentingan.
18
dewan komisaris, direksi, dan pejabat eksekutif bank dalam aktivitas
pengelolaan bank. Kedua, independensi manajemen bank, di mana para
anggota dewan komisaris dan direksi tidak boleh memiliki hubungan
kekerabatan atau memiliki hubungan financial dengan dewan komisaris dan
direksi atau menjadi pemegang saham pengendali di perusahaan lain.
Ketiga, ketentuan bagi direktur kepatutan dan peningkatan fungsi audit bank
publik. Dalam standar penerapan fungsi internal audit bank publik, bank
diwajibkan untuk menunjuk direktur kepatuhan yang bertanggung jawab
atas kepatuhan bank terhadap regulasi yang ada.
Strategi dan rencana Bank Indonesia mewajibkan bank untuk
memikili rencana dan anggaran jangka panjang dan menengah dalam bentuk
keputusan dewan direksi bank Indonesia tahun 1995, yang dimaksudkan
bagi bank untuk memiliki strategi korporasi dan yang tertuang dengan jelas,
termasuk nilai-nilai yang harus dikomunikasikan kepada seluruh tingkatan
di dalam organisasi dan resiko-resiko pengendalian.
Mengenai governance outcome, Bank Indonesia juga telah
mengeluarkan beberapa peraturan, antara lain transparansi mengenai kondisi
keuangan bank dan peningkatan peran auditor eksternal. Bank diwajibkan
untuk mengungkapkan non performingloan (NPL), pemegang saham
pengendali dan afiliasinya, praktik manajemen resiko dalam pelaporan
keuangan.
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pada awal dekade 2000an dunia dikejutkan oleh tumbangnya
perusahaan-perusahaan raksasa terkemuka di berbagai negara industri maju
termasuk Amerika Serikat, Inggris, Itali, Australia, Singapura, dan
Hongkong. Regulator pemerintah tiap negara dan pakar manajemen
memberikan kesimpulan bahwa penyebab utama tumbangnya perusahaan
perusahaan besar tersebut adalah karena lemahnya penerapan prinsip-prinsip
Good Corporate Governance mereka.
Kejadian tersebut menyadarkan masyarakat bisnis dan pemerintah
bahwa Corporate Governance di negara mereka perlu di reformasi. Dua
negara yang paling serius menangani imbas skandal perusahaan-perusahaan
publik di dunia itu adalah Inggris dan Amerika Serikat. Hal itu disebabkan
karena pasar modal di kedua negara itu merupakan motor perkembangan
ekonomi mereka.
Corporate governance sudah bukan merupakan pilihan lagi bagi
pelaku bisnis, tetapi sudah merupakan suatu keharusan dan kebutuhan vital
serta sudah merupakan tuntutan masyarakat. Setiap tindakan memerlukan
pertanggungjawaban yang baik. Penerapan GCG didukung oleh
Organisation for Economic Cooperation and Development dengan
penerbitan prinsip prinsip GCG yang bertujuan untuk membantu negara-
negara baik negara anggota OECD maupun bukan anggota OECD untuk
menerapkan GCG di negaranya terutama untuk dapat menyediakan
pedoman dan saran-saran bagi bursa saham, investor, perusahaan, dan
pihak-pihak lain yang memiliki peranan dalam proses
pengembangan GCG.
Usaha-usaha untuk meperbaiki corporate governance di Indonesia
juga telah dimulai. Komite Nasional mengenai Kebijakan Corporate
Governance (KNKCG) memprakarsai dan memantau perbaikan di bidang
corporate governance di Indonesia. Komite tersebut telah mengindikasikan
20
sepuluh bidang kunci yang memerlukan pembaruan-pembaruan, dan telah
menyusun suatu Pedoman Good Corporate Governance yang dapat
digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan corporate governance..
3.2. Saran
Pemerintah dan BAPEPAM selalu memperbarui regulasi dan membuat
regulasi tersebut semakin tegas dimata masyarakat agar terlaksananya
Good Corporate Governance.
Perusahaan lebih menekankan penerapan Good Corporate Governance
dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi serta
penilaian yang baik bagi dunia internasional.
21
DAFTAR PUSTAKA
Widiantini dkk (2016, Oktober 02). Docplayer.info. Dikutip Juni 29, 2020, dari
GCG di Dunia, Asia dan Indonesia : https://docplayer.info/72057565-Good-
corporate-governance-good-corporate-governance-di-dunia-asia-dan-
indonesia.html
Dekrian (2018, Maret 07). id.scribd.com. Dikutip Juni 29, 2020, dari Good
Corporate Governance Di dunia:
https://id.scribd.com/document/373211832/Good-Corporate-Governance0Di-Dunia
22