Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI DUNIA, ASIA


DAN INDONESIA
(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Corporate Governance yang
Dibimbing Oleh Ibu Lili Safrida, SE, M.Si, Ak, CA)

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Alya Syahrida 1710313120005
Aulia Agustina 1710313320007
Lintang Cahyaning Utomo 1710313220031

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Good Corporate Governance di Dunia, Asia dan Indonesia” yang
merupakan tugas dari mata kuliah Corporate Governance.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai penilaian kinerja. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
untuk perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
selaku penyusun maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Terimakasih.

Banjarmasin, 30 Juni 2020

Kelompok 3
(Penyusun)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1. Good Corporate Governance di Dunia......................................................3
2.1.1. Pemicu Timbulnya Good Corporate Governance di Dunia...............3
2.1.2. Reaksi Dunia Internasional................................................................4
2.1.3. Good Corporate Governance di Dunia...............................................6
2.2. Good Corporate Governance di Asia......................................................10
2.2.1. Pedoman Good Corporate Governance di Singapura......................10
2.2.2. Pedoman Good Corporate Governance di Malaysia........................11
2.2.3. Pedoman Good Corporate Governance di Thailand........................13
2.2.4. Pedoman Good Corporate Governance Di Philipina.......................14
2.3. Good Corporate Governance di Indonesia..............................................15
2.3.1. Pedoman Good Corporate Governance............................................16
2.3.2. Implementasi Good Corporate Governance.....................................17
2.3.3. Good Corporate Governance di Lingkungan Perbankan.................18
BAB III PENUTUP...............................................................................................20
3.1. Kesimpulan..............................................................................................20
3.2. Saran........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Munculnya corporate governance dilatarbelakangi oleh berbagai skandal
besar yang terjadi pada perusahaan-perusahaan baik di Inggris maupun Amerika
Serikat pada tahun 1980an dikarenakan tindakan yang cenderung serakah dan
mementingkan tujuan pihak-pihak tertentu saja. Hal ini tidak terlepas dari
pertentangan kepentingan antara kebebasan pribadi dan tanggung jawab kolektif
atau kepentingan bersama dari organisasi dimana hal ini menjadikannya sebagai
pemicu dari kebutuhan akan corporate governance. Secara lebih luas
pertentangan kepentingan di suatu organisasi itu terjadi antar pemilik saham dan
pimpinan perusahaan, antara pemilik saham mayoritas dan minoritas, antara
pekerja dan pimpinan perusahaan, ada potensi mengenai pelanggaran lindungan
lingkungan, potensi kerawanan dalam hubungan antara perusahaan dan
masyarakat setempat, antara perusahaan dan pelanggan ataupun pemasok, dan
sebagainya. Bahkan besarnya gaji para eksekutif dapat merupakan bahan kritikan.
Good Corporate Governance menjadi penting untuk Asia dalam beberapa
tahun terakhir dengan sebagian besar pasar telah memperkenalkan peraturan yang
komprehensif. Regulator perusahaan dan investor memiliki peran penting dalam
Good Corporate Governance. Meskipun masih ada beberapa kekurangan dalam
kerangka peraturan di banyak negara di kawasan Asia ini yang berfungsi untuk
melumpuhkan manfaat apa yang telah dicapai. Meskipun ada perusahaan yang
sadar melebihi standar tata kelola juga ada bukti yang jelas bahwa pendekatan
terhadap masalah pemerintahan oleh banyak perusahaan di Asia berjumlah lebih
sedikit. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat antara praktik Good Corporate
Governance yang baik dan keuntungan finansial.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:
a. Bagaimana pedoman Good Corporate Governance di beberapa negara di
dunia?

1
b. Bagaimana pedoman Good Corporate Governance di beberapa negara di Asia?
c. Bagaimana pedoman Good Corporate Governance di Indonesia?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dalam penulisan ini adalah:
a. Menjelaskan pedoman Good Corporate Governance di beberapa negara di
dunia.
b. Menjelaskan pedoman Good Corporate Governance di beberapa negara di
Asia.
c. Menjelaskan pedoman Good Corporate Governance di Indonesia .

1.4. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah:


- Bagi Mahasiswa, mengetahui sistematika pembuatan makalah sesuai dengan
objek penulisan yang dibahas. Selain itu juga menambah wawasan
pengetahuan terkait dengan penulisannya.
- Bagi Dosen, menjadi bahan penilaian untuk Mahasiswa dalam memahami
materi GCG di Dunia, Asia, dan Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Good Corporate Governance di Dunia


Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan
struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (Pemegang saham/Pemilik modal,
Komisaris/Dewan Pengawas dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha
dann akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam
jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya
[ CITATION Sut12 \l 1057 ]. Good Corporate Governance menurut Cadbury
[ CITATION Sut12 \l 1057 ] adalah mengarahkan dan pegendalian perusahaan
agar tercapai keseimbangan antara kekuatan dan kewenangan perusahaan.
Penerapan GCG di Dunia didukung oleh Organisation for Economic Cooperation
and Development (OECD).

2.1.1. Pemicu Timbulnya Good Corporate Governance di Dunia


Pada awal dekade 2000an dunia dikejutkan oleh
tumbangnya perusahaan-perusahaan raksasa terkemuka di berbagai
negara industri maju termasuk Amerika Serikat, Inggris, Italia,
Australia, Singapura, dan Hongkong. Regulator pemerintah tiap
negara dan pakar manajemen memberikan kesimpulan bahwa
penyebab utama tumbangnya perusahaan-perusahaan besar tersebut
adalah karena lemahnya penerapan prinsip – prinsip good corporate
governance mereka.
Kelemahan corporate governance tersebut antara lain ditandai
oleh berbagai macam hal, diantaranya yaitu : 
a. Renggangnya hubungan antara para pemegang saham dengan
manajemen perusahaan.
b. Lemahnya peranan dewan pengurus dalam mengarahkan dan
mengendalikan kebijaksanaan dan pengelolaan harta, utang, dan
operasi bisnis perusahaan.
c. Semakin bebasnya manajemen perusahaan mengelola dan
mengambil keputusan penting yang bersangkutan dengan

3
kelangsungan hidup perusahaan.
d. Tidak transparan, akurat, dan tepat waktunya penyampaian
laporan perkembangan bisnis dan laporan keuangan oleh
manajemen perusahaan kepada para pemegang saham dan
kreditur.
e. Dalam banyak kasus auditor yang mengaudit laporan keuangan
perusahaan tidak bekerja di bawah pengawasan langsung dari
komite audit.

Kelemahan-kelemahan corporate governance itulah yang


memberikan peluang dewan pengurus dan manajemen perusahaan
yang memiliki moral dan etika bisnis yang buruk mengelola
perusahaan demi kepentingan pribadi atau golongan mereka bukan
demi kepentingan perusahaan. Dalam melakukan penyalahgunaan
jabatan tersebut tidak sedikit manajemen perusahaan berkolusi
dengan institusi profesi papan atas seperti penasehat hukum,
perusahaan konsultan, dan perusahaan akuntan publik.

Skandal bisnis perusahaan-perusahaan raksasa dunia tersebut


telah melukai kehidupan ekonomi banyak negara. Dampak negatif
skandal tersebut antara lain adalah menurunnya kepercayaan
investor untuk menanamkan dananya dalam perdagangan surat
berharga. Selain itu bank dan lembaga keuangan non-bank lebih
selektif dalam menyalurkan kredit mereka. Sejak terjadinya skandal
bisnis tersebut diatas para investor surat berharga dan bank-bank
kreditur sadar bahwa hak dan kepentingan mereka di perusahaan
dimana mereka menanamkan dananya tidak sepenuhnya terlindungi.

2.1.2. Reaksi Dunia Internasional


Kejatuhan perusahaan raksasa multinasional pada awal tahun
2000an menyadarkan masyarakat bisnis dan pemerintah bahwa
corporate governance di negara mereka perlu di reformasi. Dua
negara yang paling serius menangani imbas skandal

4
perusahaan – perusahaan publik di dunia itu adalah Inggris dan
Amerika Serikat. Hal itu disebabkan karena pasar modal di kedua
negara itu merupakan motor perkembangan ekonomi mereka.

Reaksi pemerintahan kerajaan Inggris terhadap skandal yang


terjadi di perusahaan-perusahaan serta kejatuhan perusahaan publik
adalah :
- Pemerintah Inggris mengeluarkan pendapat tentang
reformasi persyaratan perusahaan publik. Pendapat tersebut
dituangkan dalam sebuah makalah yang berjudul  Modernizing
Company Law. Selain itu regulator keuangan Inggris The
Financial Service Authority (FSA) menerbitkan pedoman tentang
penyusunan laporan keuangan perusahaan public, dimana mereka
diharuskan untuk mengungkapkan secara transparan semua
transaksi bisnis yang dilakukan.
- Pemerintah Inggris membentuk komite-komite corporate
governance. Komite tersebut menyusun laporan-laporan yang
memuat pendapat dan saran bagaimana cara memperbaharui
peraturan tentang corporate governance dan nantinya perusahaan-
perusahaan harus mematuhi saran-saran yang diajukan komite
tersebut.

Reaksi Amerika Serikat terhadap skandal yang terjadi di


perusahaan – perusahaan serta kerjatuhan perusahaan publik adalah :
- Pemerintah Amerika Serikat mengundangkan undang – undang
tentang reformasi corporate governance yang disebut Sarbanes
Oxley Act yang memuat tentang ketentuan ketentuan baru yang
tegas tentang perlindungan hak dan kepentingan pemegang
saham dan karyawan perusahaan publik. Selain itu Sarbanes Oxley
Act menentukan bahwa anggota dewan pengurus wajib menguasai
dasar-dasar ilmu manajemen keuangan.
- Sarbanes Oxley Act mewajibkan perusahaan melakukan

5
pengungkapan laporan keuangan secara transparan serta
diwajibkan untuk menggunakan auditor independen dan
menerapkan standar auditing yang ditetapkan US Public
Accounting Oversight Board (PCAOB).

Reaksi Australia terhadap skandal yang terjadi di


perusahaan – perusahaan serta kerjatuhan perusahaan publik adalah :
- Pemerintah Australia menerbitkan pedoman good corporate
governance bagi perusahaan-perusahaan publik serta
memperbaharui undang-undang tentang perusahaan Australia.
- Pemerintah Australia menyusun program untuk meninjau
kembali regulasi audit dan pengungkapan informasi perusahaan
yang disebut Corporate Law Economic Reform Program
(CLERP). Program tersebut juga mengaktifkan
partisipasi pemegang saham dalam meningkatkan akuntabilitas
dan transparansi perusahaan-perusahaan public.

2.1.3. Good Corporate Governance di Dunia


Corporate governance sudah bukan merupakan pilihan lagi bagi
pelaku bisnis, tetapi sudah merupakan suatu keharusan dan
kebutuhan vital serta sudah merupakan tuntutan masyarakat. Setiap
tindakan memerlukan pertanggungjawaban yang baik. Penerapan
GCG didukung oleh Organisation for Economic Cooperation and
Development dengan penerbitan prinsip prinsip GCG yang bertujuan
untuk membantu negara-negara baik negara anggota OECD maupun
bukan anggota OECD untuk menerapkan GCG di negaranya
terutama untuk dapat menyediakan pedoman dan saran-saran bagi
bursa saham, investor, perusahaan, dan pihak-pihak lain yang
memiliki peranan dalam proses pengembangan GCG. 

Mengingat pentingnya penerapan GCG, negara – negara di


dunia berusaha unuk menerapkan GCG di dalam perusahaan dan

6
pemerintahannya. Hingga saat ini GCG berkembang pesat dan
memiliki beragam cara dalam pelaksanaannya. Berikut adalah
beberapa contoh penerapan GCG di berbagai negara di dunia.

GCG di Amerika
Tipikal perusahaan di Amerika Serikat kebanyakan bisnis
dikelola atas arahan direksi. Dalam praktiknya, sebagian besar
direksi, yaitu direksi yang berasal dari luar perusahaan, tidak dapat
secara langsung mengelola bisnis perusahaan. Sebagai akibatnya,
maka manajerlah yang mengelola bisnis perusahaan dan peran direksi
terbatas hanya untuk memberikan pengawasan dalam urusan
perusahaan. Sistem pengelolaan perusahaan di Amerika Serikat
menggunakan outsider atau arm’s length yang berarti investor
ataupun pemegang saham menyerahkan pengelolaan perusahaan
sepenuhnya kepada pengurus perusahaan dan mereka sangat jarang
mencampuri dan ikut serta dalam pelaksanaan bisnis.

Pergerakan reformasi corporate governance dimulai dengan


adanya SEC. SEC melakukan evaluasi tentang bagaimana
perusahaan yang dimiliki public dikelola. SEC mewajibkan
perusahaan untuk melakukan investigasi internal dan secara sukarela
menyerahkan laporan tersebut kepada SEC. Di samping itu, peranan
SEC dalam corporate governance yaitu memberikan saran dan
nasihat kepada CEO untuk memonitor kinerja perusahaan, SEC juga
menyarankan untuk membentuk suatu komite audit dalam
perusahaan public.

Selain SEC, The American Law Institute (ALI) juga


mengintroduksikan aturan yang berisi rekomendasi tentang prinsip-
prinsip corporate governance.
Reformasi corporate governance pertama kali berawal dari sebuah
pidato Arthur Levitt pada tahun 1998. Levitt memaparkan berbagai

7
permasalahan yang ada dalam suatu perusahaan pada saat itu, yang
mengakibatkan kinerja dan akuntabilitas perusahaan terhadapt
pemegang saham atau stakeholders menjadi buruk.
Reformasi kedua corporate governance kedua terjadi pada tahun
2002 yaitu disahkannya undang-undang yang mengatur keberadaan
komite audit dalam perusahaan di Amerika Serikat.

GCG di Inggris
Mulai Mei 1991, upaya perbaikan corporate governance di
Inggris dilakukan dengan membentuk Cadbury Committee yang
bertugas untuk membuat rekomendasi untuk memperbaiki
mekanisme corporate governance  bukan hanya untuk bank saja
melainkan juga untuk semua perusahaan-perusahaan di Inggris.
Rekomendasi ini tertuang dalam Cadbury Report. 
Selain Cadbury Committee, Hampell Committee  juga
merupakan komite yang berperan dalam penegakan corporate
governance di Inggris, yang diharapkan memfokuskan rekomendasi
pada tiga bidang yaitu pembentukan prinsip keterbukaan pada
pembayaran bagi eksekutif, klarifikasi lebih lanjut dalam peranan
eksekutif direksi dan non eksekutif direksi, dan metode untuk
meningkatkan kepentingan institusional investor di Inggris. Dalam
perkembangan berikutnya,  Hampel Committee mengharuskan agar
komite-komite yang akan dibentuk pada masa mendatang dalam
mereview corporate governance haruslah memperhatikan prinsip-
prinsip corporate governance yang dibuat oleh  American
Law Institute (ALI).

GCG di Jerman
Saat ini praktik  governance di Jerman masih dianggap menjadi
hambatan yang signifikan bagi masuknya investor institusional
internasional. Hal ini dikarenakan masih kurangnya disclosure dalam
praktik governance di negara tersebut. Di sisi lain, perusahaan-

8
perusahaan besar di Jerman semakin memerlukan kucuran dana
investasi dari para investor global. Oleh karena itu pada 29 Mei 2000,
German Chancellor membentuk sebuah Government Commission on
Corporate Governance Management-Corporate Supervision-
Modernization of the stock Corporation Law (First Commision).
First commision ini membuat suatu final report yang berisi
tentang rekomendasi perubahan legislasi, selain itu komisi ini juga
menyarankan agar dibentuk suatu komisi baru untuk menyusun code
of corporate governance bagi perusahaan terbuka. Kemudian pada
september 2001 dibentuklah second commision yang kemudian
komisi ini mengeluarkan German Corporate Governance code.
Rekomendasi German Corporate Governance code yang sudah
secara luas dipraktikkan adalah pemberdayaan komisaris yang
bekerja secara profesional dan bertanggung jawab kepada para
pemegang saham.Corporate Governance Code di Jerman juga
mengatur bahwa dalam setiap rapat tahunan, Vorstand wajib
memberikan laporan mengenai ketaatan dan keterbukaannya kepada
the Handelseregister atau commercial register. Jika perusahaan gagal
menaati  peraturan tertentu dalam German Corporate Governance
Code, maka perusahaan tersebut harus secara khusus menjelaskan
beberapa ketentuan yang gagal mereka penuhi.

GCG di Perancis
Manajemen pada perusahaan di Perancis berkuasa secara
ekstrim. President directeur- general (PDG) bebas melakukan
pengendalian atas perusahaan. Satu orang menentukan strategi
perusahaan, menjalankannya dan mengendalikannya, tanpa adanya
counter power dari dewan direksi. Dalam pembentukan board
system, terdapat aturan hukum yang kompleks yang mempengaruhi
struktur dan komposisi board. Perusahaan perancis bisa memilih
diantara 2 metode board governance yaitu bisa mengambil
suatu unitary boardroom structure (seperti model anglo saxon-one

9
tier board system) atau two tier board system seperti pada perusahaan
di Jerman. Dalam praktiknya, kebanyakan perusahaan di Perancis
memilih one-tier board sytem dalam sistem pengelolaannya.
Perancis melakukan reformasi corporate governance melalui
Code of Best Practices, yang dikeluarkan pada 1995 (Vienot I) dan
1999 (Vienot II), yang diketuai oleh Marc Vienot. Di bawah
undang-undang Perancis, perusahaan dapat memilih one-tier board
system dengan mengkombinasikan chair & Chief Executive Officier,
atau two-tier structure yang memiliki managemen dan supervisory
board terpisah dan juga memisahkan antara chairman dan CEO.
.
2.2. Good Corporate Governance di Asia
Good Corporate Governance menjadi penting untuk Asia dalam beberapa
tahun terakhir dengan sebagian besar pasar telah memperkenalkan
peraturan yang komprehensif. Regulator perusahaan dan investor memiliki peran
penting dalam Good Corporate Governance. Meskipun ada perusahaan yang
sadar melebihi standar tata kelola juga ada bukti yang jelas bahwa pendekatan
terhadap masalah pemerintahan oleh banyak perusahaan di Asia berjumlah lebih
sedikit. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat antara praktik Good Corporate
Governance yang baik dan keuntungan finansial.

2.2.1. Pedoman Good Corporate Governance di Singapura


a. Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance bersifat
comply and explain. Selanjutnya berdasarkan ketentuan pencatatan efek
di Bursa efek Singapura, mengharuskan perusahaan tercatat untuk
mengungkapkan praktik tata kelola mereka dalam laporan tahunan
dengan referensi khusus kepada prinsip-prinsip yang terdapat dalam
pedoman. Perusahaan juga didorong untuk melakukan konfirmasi positif
tentang pemenuhan prinsip-prinsip tata kelola dan mengungkapkan setiap
ketidakpatuhan terhadap prinsip-prinsip tersebut dalam laporan
tahunan perusahaan.

10
b. Sanksi atas ketidakpatuhan
Penerapan pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan
hanya bersifat voluntary. Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi
perusahaan yang tidak menerapkannya. Akan tetapi, perusahaan harus
menjelaskan dengan rinci alasan untuk tidak menerapkannya.

c. Ruang Lingkup Pedoman Good Corporate Governance


Ruang lingkup tata kelola perusahaan:
1. Board Matters
2. Remuneration Matters
3. Accountability and Audit
4. Communication with Shareholders
5. Disclosure of Corporate Governance Arrangements

2.2.2. Pedoman Good Corporate Governance di Malaysia


Pedoman Good Corporate Governance (The Malaysian Code on
Corporate Governance) ini diterbitkan oleh Bursa Efek Malaysia dan
kewajiban untuk melaksanakan pedoman ini diatur dalam peraturan tentang
pencatatan efek di bursa efek tersebut. Pedoman ini diterbitkan pada tahun
2007 dan merupakan revisi atas pedoman yang diterbitkan sebelumnya.
a. Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Bagi perusahaan yang tercatat di bursa efek Malaysia, prinsip
prinsip Good Corporate Governance dan praktik-praktik terbaik yang
telah diterapkan perusahaan wajib diungkapkan dalam laporan tahunan.
Perusahaan juga wajib mengidentifikasi prinsip dan praktik terbaik yang
tidak dilaksanakan disertai alasan atas ketidakpatuhan tersebut. Apabila
perusahaan mengadopsi praktek tata kelola negara lain, hal ini juga harus
diungkapkan.

b. Sanksi atas Ketidakpatuhan terhadap Pedoman Good


Corporate Governance

11
Penerapan pedoman Good Corporate Governance bersifat
comply and explains sehingga tidak terdapat sanksi dalam hal
perusahaan tidak menerapkan seluruh aspek dalam pedoman Good
Corporate Governance. Namun terdapat kewajiban untuk
mengungkapkan pelaksanaan dari pedoman tersebut dalam laporan
tahunan. Dengan demikian bagi perusahaan yang tercatat atau akan
mencatatkan sahamnya di bursa tidak mengungkapkan dalam laporan
tahunannya terkait dengan penerapan tata kelola, Bursa Malaysia dapat
mengambil tindakan terhadap perusahaan atau direksi sebagaimana
tercantum dalam Persyaratan Listing di Bursa Malaysia.

c. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance


Pedoman Good Corporate Governance terdiri dari tiga bagian
yaitu:
1. Bagian 1:
Memuat prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang
luas yang berlaku di Malaysia. Tujuan dari prinsip-prinsip ini
adalah untuk memungkinkan fleksibilitas perusahaan dalam
menerapkan prinsip-prinsip sesuai dengan keadaan masing-
masing perusahaan.
2. Bagian 2:
Menetapkan praktik-praktik terbaik dalam tata kelola
perusahaan. Mengidentifikasi seperangkat pedoman atau praktek
yang dimaksudkan untuk membantu perusahaan dalam
merancang pendekatan mereka terhadap tata kelola perusahaan
yang baik bagi perusahaannya.
3. Bagian 3:
Dorongan atau himbauan bagi pihak-pihak selain tersebut di
atas yang bersifat sukarela. Hal ini tidak ditujukan kepada
perusahaan yang terdaftar tetapi untuk investor dan auditor untuk
meningkatkan peran mereka dalam tata kelola perusahaan.

12
Adapun ruang lingkup dari pedoman Good Corporate Governance
tersebut adalah:
 The Board Structure, Duties and Effectiveness
 The Audit Committee and its Challenges
 Assessing the Risk and Control Environment
 Effective Oversight of Financial Reporting
 Internal and External Audit: “Eyes And Ears” of Audit
Committee
 Conflict of Interest and Related Party Transactions
 Nominating Committee
 Remuneration Committee
 Shareholder Relation

2.2.3. Pedoman Good Corporate Governance di Thailand


a. Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Metode penerapan pedoman Good Corporate Governance di
Thailand bersifat comply or explain. Oleh karena itu, Stock Exchange of
Thailand (SET) mengharapkan perusahaan untuk mengikuti pedoman
Good Corporate Governance tersebut. Selain itu, perusahaan dapat
mengadaptasi prinsip-prinsip Good Corporate Governance sesuai
kebutuhan fungsional tiap perusahaan. Bagi perusahaan yang memilih
untuk tidak mematuhi prinsip Good Corporate Governance, diharuskan
menjelaskan secara rinci alasan untuk tidak menerapkannya.

b. Sanksi atas ketidakpatuhan


Penerapan pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan
hanya bersifat voluntary. Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi
perusahaan yang tidak menerapkannya. Akan tetapi, perusahaan harus
menjelaskan dengan rinci alasan untuk tidak menerapkannya.

c. Ruang Lingkup Pedoman Good Corporate Governance

13
Prinsip-prinsip dan praktek-praktek terbaik Good Corporate
Governance perusahaan tercatat yang direkomendasikan oleh SET (Stock
Exchange of Thailand) mencakup 5 kategori yaitu:
1. Hak Pemegang Saham (Rights of Shareholders)
2. Perlakuan Adil kepada Pemegang Saham (Equitable
Treatment of Shareholders)
3. Peran Pemangku Kepentingan (Role of Stakeholders)
4. Keterbukaan dan Transparansi (Disclosure and Transparency)
5. Tanggung Jawab Dewan Direksi (Responsibilities of the Board)

2.2.4. Pedoman Good Corporate Governance Di Philipina


Sesuai dengan kebijakan Negara secara aktif mempromosikan
reformasi tata kelola yang bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan
investor, mengembangkan pasar modal dan membantu mencapai
pertumbuhan yang tinggi. Securities Commission melalui Resolusi No 133,
Seri 4 April 2002, menyetujui berlakunya dan pelaksanaan Pedoman Good
Corporate Governance ini berlaku untuk cabang atau anak perusahaan asing
yang beroperasi di Philipina yang terdaftar.
a. Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Penerapan pedoman Good Corporat Governance di Philipina
merupakan suatu kewajiban. Penegakan hukum atas pelaksanaan
Pedoman Good Corporate Governance tersebut dilakukan oleh Securities
dan Exchange Commission dan dapat dikenakan sanksi. Bursa Efek
Philipina mewajibkan perusahaan tercatat untuk melaporkan secara
periodic mengenai kepatuhan terhadap manual tata kelola termasuk hal-
hal yang belum dapat dipenuhi.

b. Sanksi atas ketidakpatuhan terhadap Pedoman Good Corporate


Governance
Kegagalan untuk mengadopsi tata kelola perusahaan seperti yang
ditentukan untuk perusahaan, setelah pemberitahuan waktu dan alasan

14
jatuh tempo dikenakan denda sebera 100.000.000 dalam mata uang
Philipina.

c. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance


 The Board Governance
 Supply Information
 Accountability and Audit
 Stockholders Rights and Protection of Minority Stockholders
Interests
 Evaluation Systems
 Disclosure and Transparency
 Commitment to Corporate Governance
 Administrative Sanction
.
2.3. Good Corporate Governance di Indonesia
Krisis ekonomi yang menghantam Asia yang terjadi beberapa tahun lalu
ternyata berdampak luas teutama dalam merontokkan rezim-rezim politik yang
berkuasa di Korea Selatan, Thailand, dan Indonesia. Ketiga Negara yang diawal
tahun 1990-an dipandang sebagai “The Asian Tiger”, harus mengakui bahwa
pondasi ekonomi mereka rapuh, yang pada akhirnya merambah pada krisis politik.
Sejak krisis tersebut melanda, kita sekarang dapat melihat pertumbuhan
kembali Negara-negara yang amat terpukul oleh krisis tersebut. Korea Selatan
yang pernah terjangkit kejahatan financial yang melibatkan para eksekutif puncak
perusahaan-perusahaan blue-chip, kini telah pulih. Perkembangan yang sama juga
terlihat dengan Thailand maupun Negara-negara ASEAN lainnya.
Kajian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menunjukkan
beberapa faktor yang memberi kontribusi pada krisis di Indonesia. Pertama,
konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi; kedua, tidak efektifnya fungsi
pengawasan dewan komisaris, ketiga; inefisiensi dan rendahnya transparansi
mengenai prosedur pengendalian merger dan akuisisi perusahaan; keempat, terlalu
tingginya ketergantungan pada pendanaan eksternal; dan kelima, ketidak
memadainya pengawasan oleh para kreditor.

15
Tantangan terkini yang dihadapi masih belum dipahaminya secara luas
prinsip-prinsip dan praktek good corporate governance oleh komunitas bisnis dan
publik pada umumnya (Daniri, 2005). Akhirnya komunitas internasional masih
menempatkan Indonesia pada urutan bawah rating implementasi GCG
sebagaimana dilakukan oleh Standard & Poor, CLSA, Pricewaterhouse Coopers,
Moody`s Morgan, and Calper`s.
Oleh karena itu diterapkannya GCG oleh perusahaan-perusahaan di
Indonesia sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi
yang berkesinambungan. Penerapan GCG juga diharapkan dapat menunjang
upaya pemerintah dalam menegakkan good governance pada umumnya di
Indonesia. Saat ini Pemerintah sedang berupaya untuk menerapkan good
governance dalam birokrasinya dalam rangka menciptakan Pemerintah yang
bersih dan berwibawa.
.

2.3.1. Pedoman Good Corporate Governance


Pada tahun 1999, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance
(KNKCG) yang dibentuk berdasarkan Keputusan Menko (Governance,
2006) Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 telah mengeluarkan
Pedoman Good Corporate Governance (GCG) yang pertama. Pedoman
tersebut telah beberapa kali disempurnakan, terakhir pada tahun 2001.
Berdasarkan pemikiran bahwa suatu sektor ekonomi tertentu cenderung
memiliki karakteristik yang sama, maka pada awal tahun 2004 dikeluarkan
Pedoman GCG Perbankan Indonesia dan pada awal tahun 2006 dikeluarkan
Pedoman GCG Perasuransian Indonesia.
Sejak Pedoman GCG dikeluarkan pada tahun 1999 dan selama proses
pembahasan pedoman GCG sektor perbankan dan sektor perasuransian,
telah terjadi perubahan-perubahan yang mendasar, baik di dalam negeri
maupun di luar negeri. Walaupun peringkat penerapan GCG di dalam negeri
masih sangat rendah, namun semangat menerapkan GCG di kalangan dunia
usaha dirasakan ada peningkatan. Perkembangan lain yang penting dalam
kaitan dengan perlunya penyempurnaan Pedoman GCG adalah adanya krisis
ekonomi dan moneter pada tahun 1997-1999 yang di Indonesia berkembang

16
menjadi krisis multidimensi yang berkepanjangan. Krisis tersebut antara lain
terjadi karena banyak perusahaan yang belum menerapkan GCG secara
konsisten, khususnya belum diterapkannya etika bisnis. Oleh karena itu,
etika bisnis dan pedoman perilaku menjadi hal penting yang dituangkan
dalam bab tersendiri.
Sehubungan dengan pelaksanaan GCG, Pemerintah juga makin
menyadari perlunya penerapan good governance di sektor publik,
mengingat pelaksanaan GCG oleh dunia usaha tidak mungkin dapat
diwujudkan tanpa adanya good public governance dan partisipasi
masyarakat. Dengan latar belakang perkembangan tersebut, maka pada
bulan November 2004, Pemerintah dengan Keputusan Menko Bidang
Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004 telah menyetujui
pembentukan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang terdiri
dari Sub-Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi. Dengan telah
dibentuknya KNKG, maka Keputusan Menko Ekuin Nomor:
KEP.31/M.EKUIN/06/2000 yang juga mencabut keputusan No. KEP.10/
M.EKUIN/08/1999 tentang pembentukan KNKCG dinyatakan tidak berlaku
lagi.

2.3.2. Implementasi Good Corporate Governance


Terdapat tiga arah agenda penerapan GCG di Indonesia (BP BUMN,
1999) yakni, menetapkan kebijakan nasional, menyempurnakan kerangka
nasional dan membangun inisiatif sektor swasta. Terkait dengan kerangka
regulasi, Bapepam bersama dengan self-regulated organization (SRO) yang
didukung oleh Bank Dunia dan ADB telah menghasilkan beberap proyek
GCG seperti JSX Pilot project. Seiring dengan proyek-proyek ini,
kementerian BUMN juga telah mengembangkan kerangka untuk
implementasi GCG.
Dalam kaitan dengan peran dan fungsi tersebut, BAPEPAM dapat
memastikan bahwa berbagai peraturan dan ketentuan yang ada, terus
menerus disempurnakan, serta berbagai pelanggaran yang terjadi akan
mendapatkan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.Dalam hal regulatory

17
framework, untuk mengkaji peraturan perundang-undangan yang terkait
engan korporasi dan program reformasi hukum, pada umumnya terdapat
beberapa capaian yang terkait dengan implementasi GCG seperti
diberlakukannya undang-undang tentang Bank Indonesia di tahun 1998,
undang-undang anti korupsi tahun 1999, dan undang-undang BUMN, serta
privatisasi BUMN tahun 2003.
Dalam penerapan GCG di Indonesia, seluruh pemangku kepentingan
turut berpartisipasi. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance
yang diawal tahun 2005 di ubah menjadi Komite Nasional Kebijkan
Governance telah menerbitkan pedoman GCG pada bulan Maret 2001.
Pedoman tersebut kemudian disusul dengan penerbitan Pedoman GCG
Perbankan Indonesia, Pedoman untuk komite audit, dan pedoman untuk
komisaris independen di tahun 2004. Semua publikasi ini dipandang perlu
untuk memberikan acuan dalam mengimplementasikan GCG.
Di samping itu, implementasi GCG akan mendorong tumbuhnya
mekanisme check and balance di lingkungan manajemen khususnya dalam
member perhatian kepada kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya. Hal ini terkait dengan peran pemegang saham
pengendali yang berwenang mengangkat komisaris dan direksi, dan dapat
mempengaruhi kebijakan perusahaan. Di samping pelindungan investor,
regulasi mewajibkan system yang menjamin transparansi dan akuntabilitas
dalam transaksi bisnis antar perusahaan dalam satu grup yang berpotensi
menimbulkan benturan kepentingan.

2.3.3. Good Corporate Governance di Lingkungan Perbankan


Dalam undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, secara
umum telah diatur ketentuan yang terkait dengan GCG baik yang termasuk
governance structure, governance process, maupun governance outcome.
Governance structure terdiri atas (LAN dan BPKP,2000): pertama, uji
kelayakan dan kepatutan, (fit and proper test), yang mengatur perlunya
peningkatan kompetensi dan integritas manajemen perbankan melalui uji
kelayakan dan kepatutan terhadap pemilik, pemegang saham pengendali,

18
dewan komisaris, direksi, dan pejabat eksekutif bank dalam aktivitas
pengelolaan bank. Kedua, independensi manajemen bank, di mana para
anggota dewan komisaris dan direksi tidak boleh memiliki hubungan
kekerabatan atau memiliki hubungan financial dengan dewan komisaris dan
direksi atau menjadi pemegang saham pengendali di perusahaan lain.
Ketiga, ketentuan bagi direktur kepatutan dan peningkatan fungsi audit bank
publik. Dalam standar penerapan fungsi internal audit bank publik, bank
diwajibkan untuk menunjuk direktur kepatuhan yang bertanggung jawab
atas kepatuhan bank terhadap regulasi yang ada.
Strategi dan rencana Bank Indonesia mewajibkan bank untuk
memikili rencana dan anggaran jangka panjang dan menengah dalam bentuk
keputusan dewan direksi bank Indonesia tahun 1995, yang dimaksudkan
bagi bank untuk memiliki strategi korporasi dan yang tertuang dengan jelas,
termasuk nilai-nilai yang harus dikomunikasikan kepada seluruh tingkatan
di dalam organisasi dan resiko-resiko pengendalian.
Mengenai governance outcome, Bank Indonesia juga telah
mengeluarkan beberapa peraturan, antara lain transparansi mengenai kondisi
keuangan bank dan peningkatan peran auditor eksternal. Bank diwajibkan
untuk mengungkapkan non performingloan (NPL), pemegang saham
pengendali dan afiliasinya, praktik manajemen resiko dalam pelaporan
keuangan.

19
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pada awal dekade 2000an dunia dikejutkan oleh tumbangnya
perusahaan-perusahaan raksasa terkemuka di berbagai negara industri maju
termasuk Amerika Serikat, Inggris, Itali, Australia, Singapura, dan
Hongkong. Regulator pemerintah tiap negara dan pakar manajemen
memberikan kesimpulan bahwa penyebab utama tumbangnya perusahaan
perusahaan besar tersebut adalah karena lemahnya penerapan prinsip-prinsip
Good Corporate Governance mereka.
Kejadian tersebut menyadarkan masyarakat bisnis dan pemerintah
bahwa Corporate Governance di negara mereka perlu di reformasi. Dua
negara yang paling serius menangani imbas skandal perusahaan-perusahaan
publik di dunia itu adalah Inggris dan Amerika Serikat. Hal itu disebabkan
karena pasar modal di kedua negara itu merupakan motor perkembangan
ekonomi mereka.
Corporate governance sudah bukan merupakan pilihan lagi bagi
pelaku bisnis, tetapi sudah merupakan suatu keharusan dan kebutuhan vital
serta sudah merupakan tuntutan masyarakat. Setiap tindakan memerlukan
pertanggungjawaban yang baik. Penerapan GCG didukung oleh
Organisation for Economic Cooperation and Development dengan
penerbitan prinsip prinsip GCG yang bertujuan untuk membantu negara-
negara baik negara anggota OECD maupun bukan anggota OECD untuk
menerapkan GCG di negaranya terutama untuk dapat menyediakan
pedoman dan saran-saran bagi bursa saham, investor, perusahaan, dan
pihak-pihak lain yang memiliki peranan dalam proses
pengembangan GCG.
Usaha-usaha untuk meperbaiki corporate governance di Indonesia
juga telah dimulai. Komite Nasional mengenai Kebijakan Corporate
Governance (KNKCG) memprakarsai dan memantau perbaikan di bidang
corporate governance di Indonesia. Komite tersebut telah mengindikasikan

20
sepuluh bidang kunci yang memerlukan pembaruan-pembaruan, dan telah
menyusun suatu Pedoman Good Corporate Governance yang dapat
digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan corporate governance..

3.2. Saran
 Pemerintah dan BAPEPAM selalu memperbarui regulasi dan membuat
regulasi tersebut semakin tegas dimata masyarakat agar terlaksananya
Good Corporate Governance.
 Perusahaan lebih menekankan penerapan Good Corporate Governance
dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi serta
penilaian yang baik bagi dunia internasional.

21
DAFTAR PUSTAKA

Widiantini dkk (2016, Oktober 02). Docplayer.info. Dikutip Juni 29, 2020, dari
GCG di Dunia, Asia dan Indonesia : https://docplayer.info/72057565-Good-
corporate-governance-good-corporate-governance-di-dunia-asia-dan-
indonesia.html

Bugihlamo (2018, April 04). Efrizalzaida.worpress.com. Dikutip Juni 29, 2020,


dari GCG dunia, asia tenggara dan Indonesia :
https://efrizalzaida.wordpress.com/2018/04/04/gcg-dunia-asia-tenggara-dan-
indonesia/

Dekrian (2018, Maret 07). id.scribd.com. Dikutip Juni 29, 2020, dari Good
Corporate Governance Di dunia:
https://id.scribd.com/document/373211832/Good-Corporate-Governance0Di-Dunia

22

Anda mungkin juga menyukai