Nunu Cantik
Nunu Cantik
15 Common ActivitiesPlanningOrganizingDirectingControlling
29 WewenangPelimpahan wewenang adalah proses pengalihan tugas kepada orang lain yang sah
atau terlegitimasi (menurut mekanisme tertentu dalam organisasi) dalam melakukan berbagai
aktifitas yang ditujukan untuk pencapaian tujuan organisasi yang jika tidak dilimpahkan akan
menghambat proses pencapaian tujuan tersebutManfaat Pelimpahan Wewenangpelimpahan
wewenang memungkinkan sub-bagian atau bawahan mempelajari sesuatu yang baru dan
memperoleh kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baru tersebutbahwa pelimpahan
wewenang mendorong tercapainya keputusan yang lebih baik dalam berbagai halpenyelesaian
pekerjaan akan dapat dilakukan dengan lebih cepat sekiranya pelimpahan wewenang tersebut
berjalan sebagaimana mestinya dan diberikan kepada orang yang bertanggung
https://slideplayer.info/slide/3974820/
c. hakekat kepemimpinan dalam organisasi
Para pemimpin dan orang-orang yang dipimpin harus memahami Hakikat
Kepemimpinan dalam pandangan yang mendalam sbb:
1. Tanggung Jawab, bukan Keistimewaan
Ketika seorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu Lembaga atau
Institusi, maka ia sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar sebagai seorang
pemimpin yang harus mampu mempertanggung jawabkannya. Bukan hanya
dihadapan manusia, tapi juga dihadapan Alloh. Oleh karena itu, jabatan dalam semua
level atau tingkatan bukanlah suatu keistimewaan, sehingga seorang pemimpin atau
pejabat tidak boleh merasa menjadi manusia yang istimewa sehingga ia merasa harus
diistimewakan dan ia sangat marah bila orang lain tidak mengistimewakan dirinya.
Berbagai teori kesifatan juga dikemukakan oleh Ordway Tead dan George
R. Terry (Kartono, 1995: 37).
Teori kesifatan menurut George R. Terry adalah sebagai berikut :
1) Kekuatan.
Kekuatan badaniah dan rohaniah merupakan syarat yang pokok bagi
pemim-pin sehingga ia mempunyai daya tahan untuk menghadapi
berbagai rintangan.
2) Stabilitas emosi.
Pemimpin dengan emosi yang stabil akan menunjang pencapaian
lingkungan sosial yang rukun, damai, dan harmonis.
3) Pengetahuan tentang relasi insani.
Pemimpin memiliki pengetahuan tentang sifat, watak, dan perilaku
bawahan agar bisa menilai kelebihan/kelemahan bawahan sesuai dengan
tugas yang diberikan.
4) Kejujuran.
Pemimpin yang baik harus mempunyai kejujuran yang tinggi baik kepada
diri sendiri maupun kepada bawahan.
5) Obyektif.
Pemimpin harus obyektif, mencari bukti-bukti yang nyata dan sebab
musabab dari suatu kejadian dan memberikan alasan yang rasional atas
penolakannya.
6) Dorongan pribadi.
Keinginan dan kesediaan untuk menjadi pemimpin harus muncul dari
dalam hati agar ikhlas memberikan pelayanan dan pengabdian kepada
kepentingan umum.
7) Keterampilan berkomunikasi.
Pemimpin diharapkan mahir menulis dan berbicara, mudah menangkap
maksud orang lain, mahir mengintegrasikan berbagai opini serta aliran
yang berbeda-beda untuk mencapai krukunan dan keseimbangan.
8) Kemampuan mengajar.
Pemimpin diharapkan juga menjadi guru yang baik, yang membawa orang belajar pada sasaran-sasaran
tertentu untuk menambah pengetahuan, keterampilan agar bawahannya bisa mandiri, mau memberikan
loyalitas dan partisipasinya.
9) Keterampilan sosial.
Dia bersikap ramah, terbuka, mau menghargai pendapat orang lain, sehingga ia bisa memupuk
kerjasama yang baik.
10) Kecakapan teknis atau kecakapan manajerial.
Penguasaan kecakapan teknis agar tercapai efektifitas kerja dan kesejahteraan.
https://www.asikbelajar.com/sifat-sifat-kepemimpinan/
b. peran dan fungsi pemimpin
https://thopilusaisnak.wordpress.com/2016/12/02/peran-kepemimpinan-dalam-organisasi/
Great Man Theory ini menyatakan bahwa pemimpin hebat itu ditakdirkan lahir untuk
menjadi pemimpin. Teori tersebut juga menganggap seorang pemimpin hebat akan
muncul saat dalam menghadapi situasi tertentu. Teori tersebut dipopulerkan oleh
Thomas Carlyle dalam bukunya yang berjudul “On Heroes, Hero-Worship, and the Heroic in
History”.
Teori kepemimpinan ini berfokus pada analisis karakteristik mental, fisik dan sosial untuk
mendapatkan lebih banyak pemahaman tentang karakteristik dan kombinasi karakteristik
yang umum diantara para pemimpin. Keberhasilan seseorang dalam kepemimpinan
sangat tergantung pada sifat kepribadiannya dan bukan saja bersumber dari bakat
namun juga berasal dari pengalaman dan hasil belajarnya.
Menurut penelitian dari McCall dan Lombardo (1983), terdapat empat sifat kepribadian
utama yang menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin.
Stabilitas dan ketenangan emosional : Tenang, percaya diri dan dapat diprediksi
terutama pada saat mengalami tekanan.
Mengakui Kesalahan : Tidak menutupi kesalahan yang telah dibuat tetapi
mengakui kesalahan tersebut.
Keterampilan Interpersonal yang baik : mampu berkomunikasi dan menyakinkan
orang lain tanpa menggunakan taktik yang negatif dan paksaan.
Pengetahuan yang luas (Intelektual) : Mampu memahami berbagai bidang
daripada hanya memahami bidang-bidang tertentu ataupun pengetahuan tertentu
saja.
Beberapa Model Teori Kontingensi atau Situasional yang terkenal diantaranya adalah
Teori Kepemimpinan Kontigensi Fiedler, Teori Kepemimpinan Situasional Hersey-
Blanchard, Teori Kepemimpinan Kontigensi Vroom-Yetten, Teori Kontingensi Path-Goal
Robert House dan Teori Kontigensi Strategis.
b. Teori Big Bang • Suatu peristiwa besar menciptakan seseorang menjadi pemimpin. •
Mengintegrasikan antara situasi dan pengikut. • Situasi merupakan peristiwa besar seperti revolusi,
kekacauan/kerusuhan, pemberontakan, reformasi dll. • Pengikut adalah orang yang menokohkan
seseorang dan bersedia patuh dan taat.
h. Kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang fokus pada perubahan ke
arah perbaikan secara terus menerus. Kepemimpinan ini cenderung normatif,
sentralistik, otoriter, konsisten, dan kharismatik (kewibawaan
Directive Leadership : Gaya ini sama dengan teori otoritas kepemimpinan Lippitt and
white. Bawahan mengetahui dengan tepat segala sesuatu yang diharapkan pimpinan, dan
pimpinan memberikan petunjuk-petunjuk khusus. Pada gaya kepemimpinan seperti ini
bawahan tidak memiliki partisipasi.
Supportive Leadership. Pimpinan ramah, dekat dengan bawahan dan memberikan
banyak perhatian pada bawahan.
Participative Leadership : Pimpinan menanyakan dan meminta saran dari bawahan,
namun pengambilan keputusan adalah wewenang pimpinan.
Achievement – Oriented Leadership : pimpinan menyusun tujuan untuk bawahan dan
memperlihatkan keprcayaan diri bahwa mereka dapat mencapai tujuan tersebut dan
berkinerja baik
Group and exchange theories of leadership
Teori kepemimpinan kelompok mendasarkan pada pendekatan psikologi sosial.
Selain itu teori pertukaran klasik (Classic Exchange theory) merupakan pendekatan
yang penting untuk teori ini. Dalam hal ini terdapat pertukaran positif antara leader
dan follower. Pendapat Chester Barnad yang dikutip Fred Luthan (1998 : 275)
menyatakan bahwa :”Exchange theories propose that group member make
contribution at cost to themselves and receive benefit at a cost to the group or other
member. Interaction continues because member find the social exchange mutually
rewarding.”
http://goresanpenaseru.blogspot.com/2012/11/kepemimpinan-dalam-manajemen-
part1.html#.XwCXNJMzZy8
4. jelaskan dan berikan contoh
a. apa yang dimaksud dengan kekuasaan
Rogers
Kekuasaan merupakan kemampuan seseorang yang dapat
mengubah orang atau kelompok lain dalam cara yang spesifik,
sebagai contohnya dalam kekuasaan dan pelaksanaan
kerjanya.
Ossip K Flechtheim
Kekuasaan sosial merupakan keseluruhan dari kemampuan,
hubungan dan proses yang menghasilkan ketaatan dari pihak
lain untuk tujuan tujuan yang ditetapkan pemegang
kekuasaan.
Ramlan Surbakti
Kekuasaan adalah kemampuan mempengaruhi pihak lain
untuk berperilaku dan berfikir sesuai dengan kehendak yang
mempengaruhi.
Walterd Nord
Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi
aliran energi serta dana yang tersedia untuk mencapai suatu
tujuan yang berbeda secara jelas dari tujuan lainnya.
Miriam Budiardjo
Kekuasaan merupakan kemampuan seorang manusia untuk
mempengaruhi tingkah lakunya kepada sesoorang/kelompok
sedemikian rupa, sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai
dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai
kekuasaan itu (Miriam Budiardjo).
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-kekuasaan/#ftoc-heading-2
b.sumber-sumber kekuasaan dalam organisasi dapat berasala dari
Position power
position power, yaitu kekuatan untuk menggerakkan orang lain karena kita
memiliki kekuatan, otoritas, jabatan, pengaruh, atau sesuatu yang lebih besar dari
orang tersebut.
political power yaitu terkait dengan upaya penyelenggaraan kehidupan bernegara dalam mewujudkan
tujuan-tujuan politik yang diprogramkan dengan segala kewenangannya. Dengan alasan apapun
seseorang selalu ingin berusaha melanggengkan kekuasaan yang dimilikinya, karena dengan kekuasaan
itu, ia mampu dan memiliki serta dapat menjalankan wewenang yang melekat pada dirinya, sehingga
semakin lama berkuasa, semakin mengakar pengaruhnya di lingkungan kekuasaannya,
file:///Users/risnawati/Downloads/1089-277-2610-1-10-20180816.pdf
c
contoh yang kiranya tepat ada pada era Soeharto berikut kroninya. Dengan kekuasaan yang
dimilikinya, seorang Soeharto mampu merekayasa beberapa partai politik untuk disederhanakan
menjadi tiga parpol/golongan saja, yakni PDI (Suryadi), PPP dan Golongan Karya, dimana kekuatan
dominan ada pada Golkar sebagai kekuatan politik yang berkuasa, sedangkan dua parpol lainnya tidak
lebih hanya sebagai pemanis atau pelengkap atribut. Ini dimungkinkan terjadi karena kekuasaan era
Soeharto begitu kuat. Dengan modal keberhasilan dalam menumpas Gerakan 30 S/PKI dan
menggantikan orde lama era Sukarno, menjadikan era orde baru seolah sebagai orde lebih baik dari
sebelumnya. Dengan lahirnya surat perintah sebelas maret (supersemar) yang terkenal itu memberikan
legitimasi kekuasaan Soeharto mendayung kekuatannya lebih berkuasa. Kekuasaan Era Soeharto lebih
jauh lagi mampu bekerjasama, mengendalikan dan mempengaruhi legislatif MPR/DPR hingga jarang
produk-produk hukum dari lembaga tertinggi dan tinggi tersebut yang macet di tengah jalan termasuk
berhasil digoalkannya Provinsi Timor Timur (Tim-Tim) menjadi bagian dari Republik Indonesia
dengan disahkannya Undang-undang No.7 Tahun 1976 tentang Penyatuan Timor Timur Menjadi
Bagian Wilayah Negara Kesatuan Republ;ik Indonesia, setelah pernyataan berintegrasi dengan
Indonesia diterima tanggal 17 Juli 1976 . Hal ini tidak mungkin terjadi bila kekuasaannya tidak
mengakar begitu kuat seperti menggurita ke seantero kelompokkelompok sosial atau organisasi baik
formal maupun sosial seperti yayasan sosial, pendidikan, dan bidang usaha komersil, sehingga mampu
bertahan selama enam periode kekuasaannya. Kita bisa menyaksikan, saat BJ Habibie menggantikan
Presiden Soeharto, kekuasaan gaya Soeharto yang militeristik tidak dapat diteruskan oleh seorang
Habibie yang seorang teknokrat tulen yang baru beberapa tahun duduk sebagai wakil presiden.
Kekuasaan Habibie yang cenderung longgar atau moderat inilah yang juga mengantarkannya
kekuasaannya kalah oleh tekanan luar negeri untuk memberikan dua opsi bagi referendum atau jajak
pendapat bagi Timor Timur, yaitu merdeka atau otonomi khusus dari NKRI. Karena kekuasaannya
pula, Habibie yang berbeda dengan Soeharto, ia mempunyai wewenang untuk memutuskan apa yang
menurutnya terbaik. Dan sudah dapat ditebak, dengan dalih apapun jajak pendapat yang diawasi PBB
setelah dihitung dan diumumkan melalui PBB dinyatakan bahwa opsi merdeka merupakan pilihan
rakyat Timor Timur dengan suara melebihi pemilih yang pro NKRI yang menimbulkan kerusuhan
pasca jajak pendapat tersebut, karena rakyat Timor Timur yang pro integrasi merasa dicurangi atau
dikalahkan.
Dalam era Soeharto, Timor Timur adalah harga mati, sehingga kekuasaannya seakan melebihi
kemampuan dan tekanan dari manapun. Kekuasaan ternyata mengantarkan seseorang untuk mendorong
kekuasaannya untuk tetap berkuasa, dengan berbagai cara apapun termasuk manipulasi barangkali.
Benar sekali pendapat Harold D. Lasswell yang mengatakan bahwa politik tidak dapat dipisahkan dari
pengertian kekuasaan & manipulasi yang dilakukan oleh elite penguasa dan atau counter elite. Oleh
sebab itu tepat sekali apa yang dikemukakan oleh ahli sejarah Inggris Lord Acton dengan dalilnya yang
terkenal, mengatakan bahwa Power tends corrupt, but absolute power corrupt absolutely. Yang artinya
Manusia yang mempunyei kekuasaan cenderung untuk menyelahgunakan kekuasaan itu, tetapi manusia
yang mempunyai kekuasaan tak terbatas pasti akan menyalahgunakannya).