Anda di halaman 1dari 12

5.

    Modern Dictionary Of Sociology (1996)


Pemimpin (leader) adalah seseorang yang menempati peranan sentral atau posisi
dominan dan pengaruh dalam kelompok (a person who occupies a central role or
position of dominance and influence in a group).
16.    C.N. Cooley dalam “ The Man Nature and the Social Order’
Pemimpin itu selalu merupakan titik pusat dari suatu kecenderungan, dan sebaliknya,
semua gerakan sosial, kalau diamat-amati secara cermat, akan ditemukan didalamnya
kecenderungan-kecenderungan yang mempunyai titik pusat.
17.    I. Redl dalam “Group Emotion and Leadership”.
Pemimpin adalah seorang yang menjadi titik pusat yang mengintegrasikan kelompok.
18.    J.I. Brown dalam “ Psychology and the Social Order”.
Pemimpin tidak dapat dipisahkan dengan kelompok, tetapi dapat dipandang sebagai
suatu posisi yang memiliki potensi yang tinggi dibidangnya.
19.    Kenry Pratt Fairchild dalam “Dictionary of Sociologi and Related
Sciences”.
Pemimpin dapat dibedakan dalam 2 arti:
-          Pemimpin arti luas, seorang yang memimpin dengan cara mengambil inisiatif
tingkah laku masyarakat secara mengarahkan, mengorganisir atau mengawasi usaha-
usaha orang lain baik atas dasar prestasi, kekuasaan atau kedudukan.
-          Pemimpin arti sempit, seseorang yang memimpin dengan alat-alat yang
menyakinkan, sehingga para pengikut menerimanya secara suka rela.
36.  J.K. Hemphill
-          Dalam “The Leader and his Group”.
Kepemimpinan adalah perilaku seorang individu sementara ia terlibat dalam
pengerahan kegiatan-kegiatan kelompok.
-          Dalam “A Propossed Theory of leadership in small groups; Technical report”.
Memimpin berarti terlibat dalam suatu tindakan memulai pembentukan struktur dalam
interaksi sebagai bagian dari proses pemecahan masalah-masalah bersama.
37.  R. C. Davis “The Fundamentals of Top Management”
Kepemimpinan sebagai kekuatan dinamika yang pokok yang mendorong memotivasi,
dan mengkoordinasikan organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuannya.
38.  C. Schenk “Leadership” : Infantry Journal. 1928.
Kepemimpinan adalah manajemen mengenal manusia dengan jalan persuasi dan
inspirasi dan bukannya dengan pengarahan atau semacamnya, atau ancaman, paksaan
yang terselubung.
39.  C.V. Cleeton & C.W. Mason “Executive Ability its Discovery and Development"
Kepemimpinan menunjukkan kemampuan mempengaruhi orang-orang dalam
mencapai hasil-hasil melalui himbauan emosional dan bukannya melalui penggunaan
kekerasan/wewenang.
40.  N. Copeland “Psychology and the Soldier”
Kepemimpinan adalah seni perlakuan terhadap manusia. Ini adalah seni
mempengaruhi sejumlah orang dengan persuasi atau dengan teladan untuk mengikuti
serangkaian tindakan.
http://aniatih.blogspot.com/2014/03/pengertian-pemimpin-dan-kepemimpinan.html
ruang lingkup kepemimpinan
pengkajian tentang ruang lingkup akan meliputi dua masalah pokok ,
diantaranya
 b. ruang lingkup kepemimpinan

epemimpinan sebagai suatu proses dapat dirumuskan sbb :


L = Leadership f = followerf = function s = situationl = leaderL = f (l,f,s)

11  Hakekat KepemimpinanEsensi “kepemimpinan” adalah “kepengikutan”, yaitu bhw yang


menyebabkan seorang menjadi pemimpin ialah jika ada kemauan orang lain untuk
mengikuti.Secara umum dan sederhana kepemimpinan didefinisikan sebagai seni atau proses
mempengaruhi orang lain sedemikian rupa, sehingga mereka mau melakukan usaha atau
keinginan untuk bekerja dlm rangka pencapaian tujuan kelompok

12  Types of Leaders Leader by the position achieved


Leader by personality, charismaLeader by moral exampleLeader by power heldIntellectual
leaderLeader because of ability to accomplish things

13  Managers vs. Leaders Managers Focus on things Do things right Plan


OrganizeDirectControlFollows the rulesLeadersFocus on peopleDo the right
thingsInspireInfluenceMotivateBuildShape entities

14  (Melakukan dengan benar) (Melakukan hal yang benar)


Manajemen VS KepemimpinanMANAJEMEN(Melakukan dengan
benar)KEPEMIMPINAN(Melakukan hal yang benar)AdministrasiPerawatanSistem/
StrukturJangka pendekBagaimana?KepatuhanPengendalianInovasiPengembanganOrangJangka
panjangApa/ Mengapa?KomitmenPemberdayaan

15  Common ActivitiesPlanningOrganizingDirectingControlling

16  Planning Leader Devises strategy Manager Planning Sets direction


Creates visionManagerPlanningBudgetingSets targetsEstablishes detailed stepsAllocates resources

17  Organizing Manager Creates structure Job descriptions Staffing


HierarchyDelegatesTrainingLeaderGets people on board for strategyCommunicationNetworks

18  Directing Work Leader Manager Empowers people Solves problems


CheerleaderManagerSolves problemsNegotiatesBrings to consensus

19  Controlling Manager Implements control systems Performance measures


Identifies variancesFixes variancesLeaderMotivateInspireGives sense of accomplishment

20  Leadership Attribute Intelligence Physical Personality


More intelligent than non-leadersScholarshipKnowledgeBeing able to get things
donePhysicalDoesn’t see to be correlatedPersonalityVerbal
facilityHonestyInitiativeAggressiveSelf-confidentAmbitiousOriginalitySociabilityAdaptability

21  Leadership Styles Delegating Participating Selling Telling


Low relationship/ low taskResponsibilityParticipatingHigh relationship/ low taskFacilitate
decisionsSellingHigh task/high relationshipExplain decisionsTellingHigh Task/Low
relationshipProvide instruction

22  New Leaders Take Note General Advice Challenges


Take advantage of the transition periodGet advice and counselShow empathy to predecessorLearn
leadershipChallengesNeed knowledge quicklyEstablish new relationshipsExpectationsPersonal
equilibrium
23  New Leader Traps Not learning quickly Isolation Know-it-all
Keeping existing teamTaking on too muchCaptured by wrong peopleSuccessor syndrome

24  Seven Basic Principles


Have two to three years to make measurable financial and cultural progressCome in knowing
current strategy, goals, and challenges. Form hypothesis on operating prioritiesBalance intense
focus on priorities with flexibility on implementation….

25  Seven Basic Principles, con’t


Decide about new organization architectureBuild personal credibility and momentumEarn right to
transform entityRemember there is no “one” way to manage a transition

26  Core Tasks Create Momentum


Master technologies of learning, visioning, and coalition buildingManage oneself

27  Alat mempengaruhi Kekuasaan Wewenang


Kekuasaan atau power berarti suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang atau merubah orang
atau situasiKekuasaan dapat berkonotasi positif maupun negatifWewenangPelimpahan wewenang
adalah proses pengalihan tugas kepada orang lain yang sah atau terlegitimasi (menurut mekanisme
tertentu dalam organisasi) dalam melakukan berbagai aktifitas yang ditujukan untuk pencapaian
tujuan organisasi yang jika tidak dilimpahkan akan menghambat proses pencapaian tujuan tersebut

28  Kekuasaan Reward Power


kekuasaan yang muncul sebagai akibat dari seseorang yang posisinya memungkinkan dirinya
untuk memberikan penghargaan terhadap orang-orang yang berada di bawahnyaCoercive
PowerKekuasaan untuk memberikan hukuman adalah kebalikan atau sisi negatif dari reward
powerLegitimate PowerLegitimate Power atau Kekuasaan yang Sah adalah kekuasaan yang
muncul sebagai akibat dari suatu legitimasi tertentuExpert PowerKekuasaan yang berdasarkan
keahlian atau kepakaran adalah kekuasaan yang muncul sebagai akibat dari kepakaran atau
keahlian yang dimiliki oleh seseorangReferent Powerkekuasaan yang muncul akibat adanya
karakteristik yang diharapkan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang
memiliki pengaruh terhadap seseorang atau sekelompok orang tersebut

29  WewenangPelimpahan wewenang adalah proses pengalihan tugas kepada orang lain yang sah
atau terlegitimasi (menurut mekanisme tertentu dalam organisasi) dalam melakukan berbagai
aktifitas yang ditujukan untuk pencapaian tujuan organisasi yang jika tidak dilimpahkan akan
menghambat proses pencapaian tujuan tersebutManfaat Pelimpahan Wewenangpelimpahan
wewenang memungkinkan sub-bagian atau bawahan mempelajari sesuatu yang baru dan
memperoleh kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baru tersebutbahwa pelimpahan
wewenang mendorong tercapainya keputusan yang lebih baik dalam berbagai halpenyelesaian
pekerjaan akan dapat dilakukan dengan lebih cepat sekiranya pelimpahan wewenang tersebut
berjalan sebagaimana mestinya dan diberikan kepada orang yang bertanggung

https://slideplayer.info/slide/3974820/
 c. hakekat kepemimpinan dalam organisasi
Para pemimpin dan orang-orang yang dipimpin harus memahami Hakikat
Kepemimpinan dalam pandangan yang mendalam sbb:
1.    Tanggung Jawab, bukan Keistimewaan
Ketika seorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu Lembaga atau
Institusi, maka ia sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar sebagai seorang
pemimpin yang harus mampu mempertanggung jawabkannya. Bukan hanya
dihadapan manusia, tapi juga dihadapan Alloh. Oleh karena itu, jabatan dalam semua
level atau tingkatan bukanlah suatu keistimewaan, sehingga seorang pemimpin atau
pejabat tidak boleh merasa menjadi manusia yang istimewa sehingga ia merasa harus
diistimewakan dan ia sangat marah bila orang lain  tidak mengistimewakan dirinya.

2.    Pengorbanan, Bukan Fasilitas


Menjadi Pemimpin atau Pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau
kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan, tapi justru
ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi ketika masyarakat
yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan sangat sulit. Karena itu menjadi
terasa aneh bila dalam Anggaran Belanja Negara atau Propinsi  dan tingkatan yang
dibawahnyna terdapat anggaran dalam puluhan bahkan ratusan juta untuk membeli
pakaian bagi para pejabat, padahal ia sudah mampu membeli pakaian dengan harga
yang mahal sekalipun dengan uangnya sendiri sebelum ia menjadi pemimpin atau
pejabat.

3.    Kerja Keras, bukan Santai


Para pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan
mengatasi berbagai persoalan yang menghantui masyarakat yang dipimpinnya untuk
selanjutnya mengarahkan kehidupan masyarakat untuk bisa menjalani kehidupan yang
baik dan benar serta mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Untuk itu, para pemimpin
dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan optimis
.
4.    Melayani, bukan Sewenang-wenang
Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi
pemimpin atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa
melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin sebelumnya.
Oleh karena itu, setiap pemimpin harus mempunyai visi-misi pelayanan terhadap
orang-orang yang dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan hidup, ini berarti
tiidak ada keinginan sedikitpun untuk membohongi rakyatnya, apalagi menjual
rakyat, berbicara atas nama rakyat, atau kepenntingan rakyat, padahal sebenarnya
untuk kepentingan diri, keluarga, atau golongannya. Bila pemimpin seperti ini
terdapat dalm kehidupan kita, maka ini adalah penghianat yang paling besar.

5.    Keteladanan dan  Kepeloporan, bukan Pengekor


Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin
seharusnya menjadi teladan dan pelopor, bukan malah menjadi pengekor yang tidak
memiliki sikap terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika  seorang
pemimpin menyerukan kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah
menunjukkan kejujuran itu. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam soal materi,
maka ia tunjukkan kesederhanaan, bukanlah kemewahan. Masyarakat sangat
menuntut adanya pemimpin yang bisa menjadi pelopor dan teladan dalam kebaikan
dan kebenaran.
http://materidsiska.blogspot.com/2011/11/hakikat-kepemimpinan.html
 2. sebutkan dan jelaskan
 a. sifat-sifat pemimpin
 Edwin Ghiselli mengemukakan teori mereka tentang teori kesifatan atau
sifat kepemimpinan (Handoko, 1995: 297). Edwin Ghiselli mengemukakan
6 (enam) sifat kepemimpinan, yaitu :
1) Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisory
ability) atau pelaksana fungsi-fungsi dasar manajemen.
2) Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian
tanggung jawab dan keinginan sukses.
3) Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemikiran kreatif, dan daya pikir.
4) Ketegasan, atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan
memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat.
5) Kepercayaan diri, atau pandangan pada diri sehingga mampu
menghadapi masalah.
6) Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung,
mengembangkan serangkaian kegiatan dan menentukan cara-cara baru
atau inovasi.

Berbagai teori kesifatan juga dikemukakan oleh Ordway Tead dan George
R. Terry (Kartono, 1995: 37).
Teori kesifatan menurut George R. Terry adalah sebagai berikut :
1) Kekuatan.
Kekuatan badaniah dan rohaniah merupakan syarat yang pokok bagi
pemim-pin sehingga ia mempunyai daya tahan untuk menghadapi
berbagai rintangan.
2) Stabilitas emosi.
Pemimpin dengan emosi yang stabil akan menunjang pencapaian
lingkungan sosial yang rukun, damai, dan harmonis.
3) Pengetahuan tentang relasi insani.
Pemimpin memiliki pengetahuan tentang sifat, watak, dan perilaku
bawahan agar bisa menilai kelebihan/kelemahan bawahan sesuai dengan
tugas yang diberikan.
4) Kejujuran.
Pemimpin yang baik harus mempunyai kejujuran yang tinggi baik kepada
diri sendiri maupun kepada bawahan.
5) Obyektif.
Pemimpin harus obyektif, mencari bukti-bukti yang nyata dan sebab
musabab dari suatu kejadian dan memberikan alasan yang rasional atas
penolakannya.
6) Dorongan pribadi.
Keinginan dan kesediaan untuk menjadi pemimpin harus muncul dari
dalam hati agar ikhlas memberikan pelayanan dan pengabdian kepada
kepentingan umum.
7) Keterampilan berkomunikasi.
Pemimpin diharapkan mahir menulis dan berbicara, mudah menangkap
maksud orang lain, mahir mengintegrasikan berbagai opini serta aliran
yang berbeda-beda untuk mencapai krukunan dan keseimbangan.

8) Kemampuan mengajar.
Pemimpin diharapkan juga menjadi guru yang baik, yang membawa orang belajar pada sasaran-sasaran
tertentu untuk menambah pengetahuan, keterampilan agar bawahannya bisa mandiri, mau memberikan
loyalitas dan partisipasinya.
9) Keterampilan sosial.
Dia bersikap ramah, terbuka, mau menghargai pendapat orang lain, sehingga ia bisa memupuk
kerjasama yang baik.
10) Kecakapan teknis atau kecakapan manajerial.
Penguasaan kecakapan teknis agar tercapai efektifitas kerja dan kesejahteraan.

Teori kesifatan menurut Ordway Tead adalah sebagai berikut :


1) Energi jasmaniah dan mental
Yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan baik jasmani maupun
mental untuk mengatasi semua permasalahan.
2) Kesadaran akan tujuan dan arah
Mengetahui arah dan tujuan organisasi, serta yakin akan manfaatnya.
3) Antusiasme
Pekerjaan mempunyai tujuan yang bernilai, menyenangkan, memberikan
sukses, dan dapat membangkitkan antusiasme bagi pimpinan maupun
bawahan.
4) Keramahan dan kecintaan
Dedikasi pemimpin bisa memotivasi bawahan untuk melakukan perbuatan
yang menyenangkan semua pihak, sehingga dapat diarahkan untuk
mencapai tujuan.
5) Integritas
Pemimpin harus bersikap terbuka, merasa utuh bersatu, sejiwa dan
seperasaan dengan anak buah sehingga bawahan menjadi lebih percaya
dan hormat.
6) Penguasaan teknis
Setiap pemimpin harus menguasai satu atau beberapa kemahiran teknis
agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin.
7) Ketegasan dalam mengambil keputusan
Pemimpin yang berhasil pasti dapat mengambil keputusan secara cepat,
tegas dan tepat sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya.
8) Kecerdasan
Orang yang cerdas akan mampu mengatasi masalah dalam waktu yang
lebih cepat dan cara yang lebih efektif.
9) Keterampilan mengajar
Pemimpin yang baik adalah yang mampu menuntun, mendidik,
mengarahkan, mendorong, dan menggerakkan anak buahnya untuk
berbuat sesuatu.
10) Kepercayaan
Keberhasilan kepemimpinan didukung oleh kepercayaan anak buahnya,
yaitu percaya bahwa pemimpin dengan anggota berjuang untuk mencapai
tujuan.

https://www.asikbelajar.com/sifat-sifat-kepemimpinan/
 b. peran dan fungsi pemimpin

1. Bersikap adil (Arbitrating) Dalam kehidupan organisasi apapun, rasa


kebersamaan diantara para anggotanya adalah mutlak. Sebab rasa kebersamaan
pada hakikatnya merupakan pencerminan dari kesepakatan antar sesama
bawahan, maupun antar pemimpin dengan bawahan, dalam mencapai tujuan
organisasi.Tetapi dalam hal-hal tertentu mungkin akan terjadi
ketidaksesuaian/timbul persoalan dalm hubungan diantara para bawahan. Apabila
diantara mereka tidak biasa memecahkan persoalan tersebut, pemimpin perlu
turun tangan untuk segera menyelesaikan. Dalam hal ini memecahkan persoalan
hubungan diantara bawahan, pemimpin harus bertindak adil dan tidak memihak.

2. Memberikan sugesti (Suggesting) Sugesti bisa disebut sarana atau anjuran.


Dalam rangka kepemimpinan, sugesti merupakan kewibawaan atau pengaruh
yang seharusnya mampu menggerakan hati orang lain. Sugesti mempunyai
peranan yang sangat penting dalam memilihara dan membina rasa pengabdian,
partisipasi dan harga diri, serta rasa kebersamaan diantara para bawahan.

3. Mendukung tercapainya tujuan (Supplying Objectives) Tercapainya tujuan


organisasi tidak terjadi secara otomatis, melainkan harus didukung oleh berbagai
sumber. Oleh sebab itu, agar setiap organisasi dapat efektif dalam arti mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, serta pendayagunaan sumberdaya manusianya
secara optimal, perlu disiapkan sumber pendukungnya yang memadai seperti :
mekanisme dan tata kerja, sarana, serta sumber yang lain.

4. Pemimpin Adalah Katalisator (Catalyzing) Secara kimiawi, arti kata “Katalis”


atau “Katalisator” ialah saat yang tidak ikut bereaksi, tetapi mempercepat reaksi
(kimia). Dalam dunia kepemimpinan, seorang pemimpin dikatakan berperan
sebagai seorang katalisator apabila pemimpin tersebut berperan selalu
meningkatkan penggunaan segala sumberdaya manusia yang ada, berusaha
memberikan reaksi yang memberikan semangat dan daya kerja cepat dan
semaksimal mungkin, serta selalu tampil sebagai pelopor dan  pembawa
perubahan.

5. Menciptakan rasa aman (Providing Security) Setiap pemimpin berkewajiban


menciptakan rasa aman bagi para bawahannya. Fungsi ini hanya dapat
dilaksanakan apabila setiap pemimpin selalu mampu memilihara hal-hal yang
positif, sikap optimisme dalam menghadapi setiap permasalahan, sehingga dengan
demikian dalam melaksanakan tugas-tugasnya, bawahan merasa aman, bebas
dari segala perasaan gelisah, kekhawatiran, dan merasa memperoleh jaminan
keamanan dari pimpinan.

6. Sebagai wakil organisasi (Representing) Setiap bawahan yang bekerja pada


unit organisasi apapun selalu memandang atasan atau pemimpinnya mempunyai
peranan dalam segala bidang kegiatan, lebih-lebih kepemimpnan yang menganut
prinsip “keteladanan atau panutan”. Seorang pemimpin adalah segala-segalanya,
oleh karenanya segala perilaku, perbuatan dan kata-katanya akan selalu
memberikan kesan tertentu terhadap organisasinya. Penampilan dan kesan-kesan
positif seorang pemimpin akan memberikan gambaran yang positif pula terhadap
organisasi yang dipimpinnya. Dengan demikian setiap pemimpin tidak lain juga
diakui sebagai tokoh yang mewakili dalam segala hal dari organisasi yang
dipimpinnya.

7. Sumber inspirasi (Inspiring) Seorang pemimpin pada hakekatnya adalah


sumber semangat bagi para bawahannya. Oleh karena itu setiap pemimpin harus
selalu dapat membangkitkan semangat para bawahan, sehingga para bawahan
menerima dan memahami tujuan organisasi secara antusias, dan bekerja secara
efektif kea rah tercapainya tujuan organisasi.

8. Bersikap Menghargai (Praising) Setiap orang pada dasarnya menghendaki


adanya pengakuan dan penghargaan dari orang lain. Demikian pula setiap
bawahan dalam suatu organisasi memerlukan adanya pengakuan dan
penghargaan dari atasannya. Oleh karena itu, menjadi kewjiban pemimpin harus
mau memberikan penghargaan atau pengakuan dalam bentuk apapun kepada
bawahannya.

https://thopilusaisnak.wordpress.com/2016/12/02/peran-kepemimpinan-dalam-organisasi/

a. Teori Orang Hebat (Great Man Theory)


Great Man Theory atau Teori Orang Hebat ini berasumsi bahwa sifat kepemimpinan dan
bakat-bakat kepemimpinan ini dibawa dari sejak orang tersebut dilahirkan. Great Man
Theory ini berkembang sejak abad ke-19. Meskipun tidak dapat diidentifikasikan dengan
kepastian ilmiah tentang karakteristik dan kombinasi manusia seperti apa yang dapat
dikatakan sebagai pemimpin hebat, namun semua orang  mengakui bahwa hanya satu
orang diantara mereka yang memiliki ciri khas sebagai pemimpin hebat.

Great Man Theory ini menyatakan bahwa pemimpin hebat itu ditakdirkan lahir untuk
menjadi pemimpin. Teori tersebut juga menganggap seorang pemimpin hebat akan
muncul saat dalam menghadapi situasi tertentu. Teori tersebut dipopulerkan oleh
Thomas Carlyle dalam bukunya yang berjudul “On Heroes, Hero-Worship, and the Heroic in
History”.

c.Teori Sifat Kepribadian (Trait Theory)


Teori Sifat Kepribadian atau  Trait Theory ini mempercayai bahwa orang yang dilahirkan
atau dilatih dengan kepribadian tertentu akan menjadikan mereka unggul dalam peran
kepemimpinan. Artinya, kualitas kepribadian tertentu seperti keberanian, kecerdasan,
pengetahuan, kecakapan, daya tanggap, imajinasi, fisik, kreativitas, rasa tanggung
jawab, disiplin dan nila-nilainya lainnya dapat membuat seseorang menjadi pemimpin
yang baik.

Teori kepemimpinan ini berfokus pada analisis karakteristik mental, fisik dan sosial untuk
mendapatkan lebih banyak pemahaman tentang karakteristik dan kombinasi karakteristik
yang umum diantara para pemimpin. Keberhasilan seseorang dalam kepemimpinan
sangat tergantung pada sifat kepribadiannya dan bukan saja bersumber dari bakat
namun juga berasal dari pengalaman dan hasil belajarnya.

Menurut penelitian dari McCall dan Lombardo (1983), terdapat empat sifat kepribadian
utama yang menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin.

 Stabilitas dan ketenangan emosional : Tenang, percaya diri dan dapat diprediksi
terutama pada saat mengalami tekanan.
 Mengakui Kesalahan : Tidak menutupi kesalahan yang telah dibuat tetapi
mengakui kesalahan tersebut.
 Keterampilan Interpersonal yang baik : mampu berkomunikasi dan menyakinkan
orang lain tanpa menggunakan taktik yang negatif dan paksaan.
 Pengetahuan yang luas (Intelektual) : Mampu memahami berbagai bidang
daripada hanya memahami bidang-bidang tertentu ataupun pengetahuan tertentu
saja.

g.Teori Perilaku (Behavioural Theory)


Sebagai reaksi dari Teori Sifat Kepribadian, Teori Perilaku atau Behavioural Theories ini
memberikan perspektif baru tentang kepemimpinan. Teori ini berfokus pada perilaku
para pemimpin daripada karakteristik mental, fisik dan sosial mereka. Keberhasilan
seorang pemimpin ditentukan oleh perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi
kepemimpinan dan perilaku tersebut dapat dipelajari atau dilatih. Teori Perilaku ini
bertolak belakang dengan Teori Great Man (Teori Orang Hebat) yang mengatakan
seorang pemimpin adalah dibawa dari lahir dan tidak dapat dipelajari. Teori Perilaku ini
menganggap bahwa kepemimpinan yang sukses adalah didasarkan pada perilaku yang
dapat dipelajari dan bukan hanya dari bawaan sejak lahir.

e.Teori Kontingensi (Contingency Theory)


Teori Kontingensi atau Contingency Theory beranggapan bahwa tidak ada cara yang
paling baik untuk memimpin dan menyatakan bahwa setiap gaya kepemimpinan harus
didasarkan pada situasi dan kondisi tertentu. Berdasarkan Teori Kontingensi ini,
seseorang mungkin berhasil tampil dan memimpin sangat efektif di kondisi, situasi dan
tempat tertentu, namun kinerja kepemimpinannya akan menurun apabila dipindahkan ke
situasi dan kondisi lain atau ketika faktor di sekitarnya telah berubah. Teori Kontingensi
atau Contingency Theory ini juga sering disebut dengan Teori Situasional.

Beberapa Model Teori Kontingensi atau Situasional yang terkenal diantaranya adalah
Teori Kepemimpinan Kontigensi Fiedler, Teori Kepemimpinan Situasional Hersey-
Blanchard, Teori Kepemimpinan Kontigensi Vroom-Yetten, Teori Kontingensi Path-Goal
Robert House dan Teori Kontigensi Strategis.

b. Teori Big Bang • Suatu peristiwa besar menciptakan seseorang menjadi pemimpin. •
Mengintegrasikan antara situasi dan pengikut. • Situasi merupakan peristiwa besar seperti revolusi,
kekacauan/kerusuhan, pemberontakan, reformasi dll. • Pengikut adalah orang yang menokohkan
seseorang dan bersedia patuh dan taat.

h. Kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang fokus pada perubahan ke
arah perbaikan secara terus menerus. Kepemimpinan ini cenderung normatif,
sentralistik, otoriter, konsisten, dan kharismatik (kewibawaan

  Pats-Goal leadership Theory


Dalam hal ini terdapat 4 gaya kepemimpinan berdasarkan versi House of the theory
incorporates yang dikutip Fred Luthan (1998 : 280), yaitu :

 Directive Leadership : Gaya ini sama dengan teori otoritas kepemimpinan Lippitt and
white. Bawahan mengetahui dengan tepat segala sesuatu yang diharapkan pimpinan, dan
pimpinan memberikan petunjuk-petunjuk khusus. Pada gaya kepemimpinan seperti ini
bawahan tidak memiliki partisipasi. 
 Supportive Leadership. Pimpinan ramah, dekat dengan bawahan dan memberikan
banyak perhatian pada bawahan. 
 Participative Leadership : Pimpinan menanyakan dan meminta saran dari bawahan,
namun pengambilan keputusan adalah wewenang pimpinan. 
 Achievement – Oriented Leadership : pimpinan menyusun tujuan untuk bawahan dan
memperlihatkan keprcayaan diri bahwa mereka dapat mencapai tujuan tersebut dan
berkinerja baik
 Group and exchange theories of leadership
        Teori kepemimpinan kelompok mendasarkan pada pendekatan psikologi sosial.
Selain itu teori pertukaran klasik (Classic Exchange theory) merupakan pendekatan
yang penting untuk teori ini. Dalam hal ini terdapat pertukaran positif antara leader
dan follower. Pendapat Chester Barnad yang dikutip Fred Luthan (1998 : 275)
menyatakan bahwa :”Exchange theories propose that group member make
contribution at cost to themselves and receive benefit at a cost to the group or other
member. Interaction continues because member find the social exchange mutually
rewarding.”
 http://goresanpenaseru.blogspot.com/2012/11/kepemimpinan-dalam-manajemen-
part1.html#.XwCXNJMzZy8
 4. jelaskan dan berikan contoh
 a. apa yang dimaksud dengan kekuasaan
 Rogers
Kekuasaan merupakan kemampuan seseorang yang dapat
mengubah orang atau kelompok lain dalam cara yang spesifik,
sebagai contohnya dalam kekuasaan dan pelaksanaan
kerjanya.

 Ossip K Flechtheim
Kekuasaan sosial merupakan keseluruhan dari kemampuan,
hubungan dan proses yang menghasilkan ketaatan dari pihak
lain untuk tujuan tujuan yang ditetapkan pemegang
kekuasaan.

 Ramlan Surbakti
Kekuasaan adalah kemampuan mempengaruhi pihak lain
untuk berperilaku dan berfikir sesuai dengan kehendak yang
mempengaruhi.

 Walterd Nord
Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi
aliran energi serta dana yang tersedia untuk mencapai suatu
tujuan yang berbeda secara jelas dari tujuan lainnya.

 Miriam Budiardjo
Kekuasaan merupakan kemampuan seorang manusia untuk
mempengaruhi tingkah lakunya kepada sesoorang/kelompok
sedemikian rupa, sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai
dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai
kekuasaan itu (Miriam Budiardjo).
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-kekuasaan/#ftoc-heading-2
b.sumber-sumber kekuasaan dalam organisasi dapat berasala dari
Position power
 position power, yaitu kekuatan untuk menggerakkan orang lain karena kita
memiliki kekuatan, otoritas, jabatan, pengaruh, atau sesuatu yang lebih besar dari
orang tersebut.

Prinsipnya: you do what I say because I am bigger, stronger, or have more


authority over you (Anda melakukan apa yang saya katakan karena saya lebih
besar, lebih kuat serta punya otoritas atas dirimu). Mungkin saat membaca
kalimat ini pun, Anda langsung teringat wajah seseorang yang sering memaksa
kita dengan kekuasaan dan otoritasnya.
Bagi Anda yang mengalami secara langsung akibat dari position power, Anda
tentu tahu bahwa dampak yang ditimbulkan dari position power ini. Kadangkala,
akibat yang ditimbulkan bisa membawa beban emosi yang merusak dan orang
pun merasa terpaksa melakukan, tetapi tidak dengan suka rela (ihlas).

Pada dasarnya, orang tidaklah menghormati orang yang terlalu menggunakan


position power-nya. Mereka menghormatinya, hanya karena takut dan tidak ingin
konflik. Penghargaan yang muncul pun tidaklah tulus. Hal ini banyak terjadi pada
pemimpin-pemimpin yang terlalu gila kekuasaan SERTA MENGAGUNG-
agungkannya. Dan, tatkala kekuasaan, posisi, dan jabatan itu hilang, hilang
pula lah position power ini. Inilah yang persis terjadi dengan sang kaisar
yang iri tersebut.
personal power, yaitu kekuatan untuk menggerakkan orang lain karena kita
merasa peduli dengan kehidupan dan perasaan orang tersebut. Prinsipnya: I
connect to you because I care about you and your feelings (Saya terhubung
dengan Anda karena saya peduli mengenai diri dan perasaan Anda).
Meskipun jarang, tetapi kita seringali bertemu dengan beberapa pemimpin yang
menggerakkan orang lain dengan personal power ini. Hasil yang dicapai dengan
personal power akan menciptakan dampak yang terus-menerus, bertahan lama,
dan orang menjadi lebih respek kepada pemimpin yang menggunakan personal
power-nya.
http://wolio-molagi.blogspot.com/2012/05/osition-power-vs-personal-power.html

political power yaitu terkait dengan upaya penyelenggaraan kehidupan bernegara dalam mewujudkan
tujuan-tujuan politik yang diprogramkan dengan segala kewenangannya. Dengan alasan apapun
seseorang selalu ingin berusaha melanggengkan kekuasaan yang dimilikinya, karena dengan kekuasaan
itu, ia mampu dan memiliki serta dapat menjalankan wewenang yang melekat pada dirinya, sehingga
semakin lama berkuasa, semakin mengakar pengaruhnya di lingkungan kekuasaannya,
file:///Users/risnawati/Downloads/1089-277-2610-1-10-20180816.pdf
c
contoh yang kiranya tepat ada pada era Soeharto berikut kroninya. Dengan kekuasaan yang
dimilikinya, seorang Soeharto mampu merekayasa beberapa partai politik untuk disederhanakan
menjadi tiga parpol/golongan saja, yakni PDI (Suryadi), PPP dan Golongan Karya, dimana kekuatan
dominan ada pada Golkar sebagai kekuatan politik yang berkuasa, sedangkan dua parpol lainnya tidak
lebih hanya sebagai pemanis atau pelengkap atribut. Ini dimungkinkan terjadi karena kekuasaan era
Soeharto begitu kuat. Dengan modal keberhasilan dalam menumpas Gerakan 30 S/PKI dan
menggantikan orde lama era Sukarno, menjadikan era orde baru seolah sebagai orde lebih baik dari
sebelumnya. Dengan lahirnya surat perintah sebelas maret (supersemar) yang terkenal itu memberikan
legitimasi kekuasaan Soeharto mendayung kekuatannya lebih berkuasa. Kekuasaan Era Soeharto lebih
jauh lagi mampu bekerjasama, mengendalikan dan mempengaruhi legislatif MPR/DPR hingga jarang
produk-produk hukum dari lembaga tertinggi dan tinggi tersebut yang macet di tengah jalan termasuk
berhasil digoalkannya Provinsi Timor Timur (Tim-Tim) menjadi bagian dari Republik Indonesia
dengan disahkannya Undang-undang No.7 Tahun 1976 tentang Penyatuan Timor Timur Menjadi
Bagian Wilayah Negara Kesatuan Republ;ik Indonesia, setelah pernyataan berintegrasi dengan
Indonesia diterima tanggal 17 Juli 1976 . Hal ini tidak mungkin terjadi bila kekuasaannya tidak
mengakar begitu kuat seperti menggurita ke seantero kelompokkelompok sosial atau organisasi baik
formal maupun sosial seperti yayasan sosial, pendidikan, dan bidang usaha komersil, sehingga mampu
bertahan selama enam periode kekuasaannya. Kita bisa menyaksikan, saat BJ Habibie menggantikan
Presiden Soeharto, kekuasaan gaya Soeharto yang militeristik tidak dapat diteruskan oleh seorang
Habibie yang seorang teknokrat tulen yang baru beberapa tahun duduk sebagai wakil presiden.
Kekuasaan Habibie yang cenderung longgar atau moderat inilah yang juga mengantarkannya
kekuasaannya kalah oleh tekanan luar negeri untuk memberikan dua opsi bagi referendum atau jajak
pendapat bagi Timor Timur, yaitu merdeka atau otonomi khusus dari NKRI. Karena kekuasaannya
pula, Habibie yang berbeda dengan Soeharto, ia mempunyai wewenang untuk memutuskan apa yang
menurutnya terbaik. Dan sudah dapat ditebak, dengan dalih apapun jajak pendapat yang diawasi PBB
setelah dihitung dan diumumkan melalui PBB dinyatakan bahwa opsi merdeka merupakan pilihan
rakyat Timor Timur dengan suara melebihi pemilih yang pro NKRI yang menimbulkan kerusuhan
pasca jajak pendapat tersebut, karena rakyat Timor Timur yang pro integrasi merasa dicurangi atau
dikalahkan.
Dalam era Soeharto, Timor Timur adalah harga mati, sehingga kekuasaannya seakan melebihi
kemampuan dan tekanan dari manapun. Kekuasaan ternyata mengantarkan seseorang untuk mendorong
kekuasaannya untuk tetap berkuasa, dengan berbagai cara apapun termasuk manipulasi barangkali.
Benar sekali pendapat Harold D. Lasswell yang mengatakan bahwa politik tidak dapat dipisahkan dari
pengertian kekuasaan & manipulasi yang dilakukan oleh elite penguasa dan atau counter elite. Oleh
sebab itu tepat sekali apa yang dikemukakan oleh ahli sejarah Inggris Lord Acton dengan dalilnya yang
terkenal, mengatakan bahwa Power tends corrupt, but absolute power corrupt absolutely. Yang artinya
Manusia yang mempunyei kekuasaan cenderung untuk menyelahgunakan kekuasaan itu, tetapi manusia
yang mempunyai kekuasaan tak terbatas pasti akan menyalahgunakannya).

Anda mungkin juga menyukai