ANCILLARY DEPARTEMENT
TUGAS KHUSUS
Oleh:
Galuh Hasan Bahtiar 161411010
Selly Cahyani 161411055
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas kuasa dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Khusus yang bertempat di PT Indo-
Bharat Rayon.
Pelaksanaan tugas khusus in terdiri dari orientasi umum dan studi literatur guna mendalami
materi dalam melakukan Evaluasi Kinerja Boiler 1 Acid Plant 3 Ancillary Departement PT.
Indo Bharat Rayon Purwakarta yang diberikan oleh pembimbing.
Laporan ini dapat terwujud berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya yang
telah diberikan selama ini
2.
3.
4.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Boiler atau ketel uap adalah suatu bejana tertutup yang di dalamnya berisi air untuk
dipanaskan. Energi panas dari uap air keluaran boiler tersebut selanjutnya digunakan untuk
berbagai macam keperluan, seperti untuk turbin uap, pemanas ruangan, mesin uap, dan lain
sebagainya. Secara proses konversi energi, boiler memiliki fungsi untuk mengkonversi energi
kimia yang tersimpan di dalam bahan bakar menjadi energi panas yang tertransfer ke fluida
kerja.
Boiler dengan tipe desain dan kontruksi yang berbeda memiliki masalah dan
penanganan yang berbeda. Boiler yang digunakan di Acid Plant Ancillary Departement PT
Indo Bharat Rayon menyerupai boiler jenis fire tube boiler. Namun, pemanasnya
memanfaatkan energi panas hasil penurunan suhu SO2 . Masalah-masalah yang umum
ditemukan pada boiler adalah biological fouling, scaling, dan korosi. Masalah-masalah
tersebut dapat mempengaruhi performance dan bahkan dapat menurunkan tingkat keamanan
apabila dibiarkan.
Seiring dengan pemakaian peralatan yang terus menerus, maka setelah periode
tertentu kinerja peralatan boiler akan mengalami penurunan, sehingga diperlukan
pemeriksaan terhadap kondisi boiler agar tetap berfungsi sesuai dengan desain awalnya.
Umur pakai dari boiler tersebut tergantung dari jenis fluida yang mengalir dan kondisi
perpindahan panas yang terjadi di dalamnya. Untuk dapat mengetahui kondisi dari boiler
tersebut perlu dilakukan evaluasi dan pemeriksaan secara berkala agar tidak terjadi
penurunan efisiensi dan kinerja. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka judul penelitian
ini adalah “Evaluasi Kinerja Boiler 1 Acid Plant 3 Ancillary Departement”
Boiler dirancang untuk menghasilkan steam. Pada boiler-1 Acid Plant 3 PT Indo
Bharat Rayon, boiler-1 memiliki fungsi menurunkan suhu SO2 sebelum masuk ke converter
1
dan menghasilkan steam. Suhu SO2 keluaran boiler-1 sangat mempengaruhi beban kerja
katalis pada converter. Boiler-1 diharapkan mampu menurunkan suhu SO2 menjadi ±450oC.
Boiler-1 terdiri dari tube-tube dan shell yang sistemnya seperti shell and tube heat
exchanger. Kegagalan boiler-1 dalam menurunkan suhu SO2 mencapai suhu sesuai desain
dapat mempengaruhi beban kerja katalis pada converter yang dapat menyebabkan reaksi
antara SO2 dengan oksigen menjadi SO3 tidak terjadi. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi
kemampuan penukaran panas dari boiler-1. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu: heat duty, overall heat transfer coefficient (U) dan Log Mean Temperature
Difference (LMTD).
Maksud dari penelitian ini adalah mengevaluasi kinerja boiler di Acid Plant 3
Ancillary Departement untuk dapat memperbaiki kinerja sesuai rancangan awal. Tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Tahapan Persiapan
a. Studi literatur tentang boiler
b. Studi data sheet boiler 1 Acid Plant 3
c. Pengambilan data kondisi operasi aktual boiler 1 Acid Plant 3
2) Tahapan Evaluasi
a. Menentukan Log Mean Temperature Difference (LMTD)
b. Menentukan heat duty
c. Menentukan overall heat transfer coefficient (U)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Acid plant merupakan plant yang berfungsi untuk menghasilkan asam sulfat. PT IBR
mempunyai tiga acid plant dengan kapasitas produksi yang berbeda. Kapasitas produksi
masing-masing plant dari acid plant adalah sebagai berikut :
Acid plant satu : 140 ton/hari
Acid plant dua : 120 ton/hari
Acid plant tiga : 150 ton/hari
Pada Acid plant terdapat unit-unit pendukung proses yaitu furnace, converter, drying tower,
interfast adsorption tower, dan final adsorption tower.
Proses yang terjadi pada Acid Plant diantaranya yaitu proses pembakaran sulfur oleh
udara kering pada suhu 900°C yang terjadi di furnace dimana suhu keluarannya ±10000C.
Reaksi yang terjadi pada furnace adalah sebagai berikut :
S(l) + O2 SO2(g)
Selanjutnya SO2 yang terbentuk dari proses pembakaran dialirkan ke converter.
Sebelum masuk ke converter, SO2 keluaran dari furnace masuk ke boiler-1 untuk menurunkan
suhu SO2 menjadi ±450oC. Penurunan suhu SO2 ini sangat krusial karena sangat
mempengaruhi kerja katalis pada unit converter. Katalis yang terdapat pada unit converter
yaitu vanadium pentaoksida (V2O5). Katalis ini berfungsi untuk mempercepat reaksi oksidasi
SO2. Reaksi yang terjadi di unit converter sebagai berikut :
SO2(g) + 1/2O2(g) SO3(g)
Pada proses dan operasi suatu industri maupun sistem di alam ini apabila ada bagian
yang temperaturnya lebih tinggi dari bagian yang lain akan selalu terjadi perpindahan panas.
Perpindahan panas ini dilakukan dalam upaya mencapai kesetimbangan termis dari sistem.
1.2.1 Konduksi
Konduksi adalah proses perpindahan panas jika panas mengalir dari tempat yang
suhunya tinggi ke tempat yang suhunya lebih rendah, dengan media penghantar panas tetap.
Konduksi merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling berdekatan
antar yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul
tersebut secara fisik. Molekul-molekul benda panas bergetar lebih cepat dibandingkan
molekul-molekul benda yang berada dalam keadaan dingin. Getaran-getaran yang cepat ini,
tenaganya dilimpahkan kepada molekul disekelilingnya sehingga menyebabkan getaran yang
lebih cepat maka akan memberikan panas.
1.2.2 Konveksi
Konveksi adalah adalah perpindahan panas yang terjadi antara permukaan padat
dengan fluida yang mengalir di sekitarnya, dengan menggunakan media penghantar berupa
fluida (cairan/gas). Terdapat dua macam jenis perpindahan panas secara konveksi, yaitu
(Risayekti, 2011):
Konveksi karena gerakan fluida itu sendiri di sekitar plat. Tidak ada sumber gerak
fluida.
Konveksi terjadi karena adanya paksaan dari luar. Misal: pengadukan, fluida masuk
melewati suatu ejector.
1.2.3 Radiasi
Radiasi merupakan perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul).
Suatu energi dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke
benda yang dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga
elektromagnetik ini akan berubah menjadi panas jika diserap oleh benda yang lain.
1.3 Boiler
1.3.1 Fungsi Boiler dan Komponen Utamanya
Pada dasarnya boiler adalah alat yang berfungsi untuk memanaskan air dengan
menggunakan panas dari hasil pembakaran bahan bakar, panas hasil pembakaran selanjutnya
panas hasil pembakaran dialirkan ke air sehingga menghasilkan steam (uap air yang memiliki
temperatur tinggi). Dari pengertian tersebut berarti kita dapat menyimpulkan bahwa boiler
berfungsi untuk memproduksi steam (uap) yang dapat digunakan untuk proses/kebutuhan
selanjutnya. Seperti yang kita ketahui bahwa steam dapat digunakan untuk menjaga suhu
dalam kolom destilasi minyak bumi dan proses evaporasi pada evaporator. Umumnya bakar
yang digunakan untuk memanaskan boiler yaitu batu bara, gas, dan bahan bakar minyak.
Prinsip kerja dari boiler pipa api ini adalah gas panas dari hasil pembakaran dialirkan
melalui sebuah pipa dimana disekeliling pipa terdapat air sehingga gas panas tersebut
memanaskan air yang terdapat di dalam boiler secara konduksi panas sehingga terbentuk uap
panas. Uap (steam) yang dihasilkan oleh boiler pipa air ini memiliki tekanan dan kapasitas
yang rendah. Prinsip kerja dari boiler pipa air ini adalah air dilewatkan melalui pipa
kemudian pipa tersebut dipanaskan dengan cara dibakar dengan api sehingga air berubah
menjadi uap air. Uap yang dihasilkan boiler pipa air ini memiliki tekanan dan kapasitas yang
lebih tinggi.
Boiler pipa api dan boiler pipa air masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan. Keuntungan boiler pipa api adalah proses pemanasan yang mudah dan cepat dan
tidak membutuhkan setting khusus, investasi awal yang lebih murah karena harga boiler jenis
ini lebih murahj daripada boiler pipa air, bentuknya lebih compact dan portable, dan tidak
membutuhkan area yang besar untuk 1 HP boiler. Namun demikian boiler pipa api memiliki
beberapa kekurangan seperti tekanan operasi steam terbatas untuk tekanan rendah 18 bar,
kapasitas steam relative kecil (13.5 TPH) jika dibandingkan dengan boiler pipa air, tempat
pembakarannya sulit dijangkau untuk dibersihkan, diperbaiki, dan diperiksa kondisinya, serta
nilai effisiensinya rendah karena banyak energi kalor yang terbuang langsung menuju stack.
1.3.2.2 (Boiler Pipa Air) Water Tube Boiler
Pada water tube boiler, air umpan boiler mengalir melalui pipa – pipa masuk kedalam
drum. Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakar membentuk steam pada daerah
uap dalam drum. Boiler ini dipilih jika kebutuhan steam dan tekanan steam sangat tinggi
seperti pada kasus boiler untuk pembangkit tenaga.
Water tube boiler yang sangat modern dirancang dengan kapasitas steam antara 4.500
– 12.000 kg/jam, dengan tekanan sangat tinggi. Banyak water tube boiler yang dikonstruksi
secara paket jika digunakan bahan bakar minyak bakar dan gas. Untuk water tube yang
menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang secara paket. (Klaus Topfer, 2006)
Karakteristik water tube boilers sebagai berikut:
Forced, induced dan balanced draft membantu untuk meningkatkan efisiensi
pembakaran.
Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan air.
Memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi.
Adapun kelebihan penggunaan boiler pipa air yakni kapasitas steam yang besar
sampai 450 THP, tekanan operasi mencapai 100 bar, nilai effisiensi yang relatif besar, dan
perawatan yang lebih mudah karena tungku mudah dijangkau untuk melakukan pemeriksaan,
pembersihan, dan perbaikan.. Sedangkan kekurangannya yakni proses konstruksi yang lebih
detail, investasi awal relativemahal karena harga boiler pipa air lebih mahal daripada boliler
pipa api, lebih sulit dalam penangann air yang masuk karena komponen pendukungnya yang
sensitif, dan membutuhkan tempat yang lebuh luas karena kemampuannya dalam
menghasilkan kapasitas steam yang lebih besar (Djokosetyardjo, 1990)
Gambar 2.3 Boiler Jenis water Tube
Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian Boiler berdasarkan Jenis Bahan Bakar
1.3.4 Keuntungan dan kerugian boiler berdasarkan bahan bakar dan jenis tube
1.4 Kriteria Pemilihan Fluida yang Dilewatkan pada Shell dan Tube
Untuk menjaga agar ketahanan shell dan tube dalam penukar panas tetap dalam
keadaan baik, maka jenis fluida yang akan di alirkan atau di lewatkan di dalamnya harus
disesuaikan. Berikut akan dijelaskan kriteria dalam pemilihan fluida yang harus di lewatkan
di dalam shell dan tube pada penukar kalor.
Kriteria dalam pemilihan fluida yang harus di lewatkan di dalam shell pada penukar
kalor adalah sebagai berikut:
1) Fluida yang mengalami perubahan fasa ada di dalam shell karena kalau di tube ada
resiko hammering.
2) Fluida yang bersifat viscous dan condense sebaiknya ada di dalam shell
3) Fluida yang pressure drop-nya rendah.
4) Fluida dengan jumlah aliran yang lebih besar dengan sifat fisis yang sama dengan
fluida di dalam tube.
5) Condensing Vapours sebaiknya dialirkan melalui shell untuk memfasilitasi
penghilangan condensate.
1.4.2 Fluida dalam Tube
Kriteria dalam pemilihan fluida yang harus di lewatkan di dalam tube pada penukar
kalor adalah sebagai berikut:
1) Fluida yang memilki potensi fouling atau scaling sebaiknya dialirkan di dalam tube
untuk perawatan yang lebih mudah (tube bundle tidak perlu dilepas, cukup buka
channel cover, lalu tembak tube dengan menggunakan water jet atau dengan chemical
cleaning).
2) Kebutuhan jenis material. Jika suatu fluida membutuhkan penanganan dengan
material khusus maka sebaiknya dialirkan di dalam tube. Hal ini dikarenakan material
bahan dasar tube cukup bervariasi, sedangkan material shell biasanya hanya berupa
carbon steel.
3) Fluida yang bersifat korosif sebaiknya dialirkan di dalam tube. Bila dialirkan di shell
potensi lokasi yang terkena koroso akan semakin luas.
4) Fluida yang mengandung kotoran, contohnya padatan, sebaiknya dialirkan di tube.
5) Cooling water sebaiknya dialirkan di tube.
6) Fluida dengan tekanan yang lebih tinggi sebaiknya dialirkan melalui tube, sehingga
shell bisa di disain untuk tekanan yang rendah.
7) Kecuali dipengaruhi oleh factor lain, fluida dengan temperatur lebih tinggi sebaiknya
mengalir melalui tube supaya transfer poanas menjadi lebih optimal ke sisi luar di
sekeliling tube. Bila fluida dengan temperatur lebih tinggi diletakkan di dalam shell
maka ada kemungkinan panas yang di transfer tidak hanya ke sisi tube tapi juga ke
arah lain di seluruh permukaan dalam shell, meskipun sedikit. Namun, ini bisa
dibilang merupakan kriteria terakhir yang patut dijadikan bahan pertimbangan.
Tipe, penyebab, dan lokasi terjadinya fouling sangat beragam sehingga diperlukan
pengetahuan berdasarkan kondisi aktual/nyata di lapangan pada saat dilakukan perawatan
pada peralatan. Berdasarkan ketiga hal tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Fouling paling besar terjadi dalam tube dengan temperatur dinding tinggi dan
kecepatan rendah. Di dalam praktek adalah dalam pass dimana vaporisasi belum terjadi.
Penyebab utama terjadinya fouling pada tube side pada unit ini adalah terjadinya
fraksi berat yang mengkerak yang dipengaruhi oleh hal-hal berikut:
Bila panas yang diterima fluida jauh lebih kecil daripada panas yang dilepas fluida
panas berarti kehilangan panasnya besar dan ini mengurangi performance. Persamaan yang
dipakai untuk menghitung kehilangan panas adalah sebagai berikut
Penurunan tekanan baik di shell maupun di tube tidak boleh melebihi batas pressure
drop yang diijinkan. Penurunan tekanan di dalam tube dapat dihitung dengan teliti sedangkan
penurunan tekanan di dalam shell dapat menyimpang sangat besar nilai teoritis, tergantung
dari kelonggaran (clearence) alat penukar panas tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
Data Desain
Shell Tube
Parameter
In Out In Out
Fluida Water SO2
Total Fluida
7500 15 m3/h
Masuk (kg/h)
Massa Jenis (kg/m3) 835,3 14,33 0,8347 1,371
Viskositas (cP) 0,1233 - 0,0560 0,03047
Konduktivitas
0,6512 - 0,0565 0,02898
(w/m.k)
Temperatur (oC) - - 1004 425
Tekanan
21,61 21,24 1,384 1,241
Operasi (bar)
Jumlah Passes 1 4
Pressure Drop yang
0,3714 0,1429
Diizinkan (bar)
Jumlah Tube 156
Diameter Luar
20
Tube (mm)
Diameter Dalam
16
Tube (mm)
Pitch (mm) 50
Diameter Dalam
730
Shell (mm)
Baffle Space (mm) 800
3.1.2. Pengumpulan Data Sekunder
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengolahan Data Desain Menggunakan ASPEN HYSYS
No Parameter Nilai
1 Overall U [kJ/h-m2-C] 399.9
2 Overall UA [kJ/C-h] 23520
3 Q [kJ/h] 10242274
4 LMTD [0C] 435,7
5 Vapour (Water / Steam) 0 / 0,72
No Parameter Nilai
1 Overall U [kJ/h-m2-C] 556,9
2 Overall UA [kJ/C-h] 32750
3 Q [kJ/h] 11190000
4 LMTD [0C] 341.8
5 Vapour (Water / Steam) 0 / 0,623
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Awal Kinerja Heat Exchanger
Dari hasil analisis awal terhadap boiler-1 Acid Plant 3 didapatkan data sebagai
berikut.
Data Aktual
Parameter Shell Tube
Laju Alir 9100 kg/h 14,43 m3/h
Temperature
197,3 / 196,3 oC 975 / 307,2 oC
(in/out)
Vapour 0 / 0,623 1/1
Data Desain
Sedangkan untuk steam yang dihasilkan nilai vapour nya lebih rendah dari desain
yaitu 0,623 dimana nilai vapour dari desain yaitu 0,720. Nilai vapour menunjukkan kualitas
dari steam. Semakin kecil nilai vapour, kualitas steam semakin menurun begitupun
sebaliknya.
Perbedaan nilai LMTD desain dan aktual disebabkan oleh temperatur masuk dan
keluar fluida di dalam boiler sehingga berpengaruh terhadap perbedaan temperaturnya (∆T).
Sedangkan Temperatur masuk dan keluar juga dipengaruhi oleh laju alir umpan yang
berpengaruh terhadap waktu tinggalnya. LMTD digunakan untuk mengetahui heat transfer di
dalam boiler tersebut. LMTD yang tinggi diharapkan perpindahan panas di dalam boiler
dapat berlangsung dengan baik akan tetapi, pada kenyataanya LMTD aktual berada di bawah
desain dan menyebabkan heat transfer kurang maksimal.
Heat duty (Q) merupakan besarnya panas atau energi yang di transfer per waktu. Nilai
Q ditunjukkan untuk dapat mengetahui besarnya beban yang ditanggung pendingin
(Demineral Water) terhadap SO2 yang akan didinginkan. Untuk dapat mengetahui besarnya
nilai Q yang terukur berdasarkan hasil perhitungan dibandingkan dengan Q desain yang
disajikan dalam tabel berikut.
Evaluasi performa dengan melihat harga U desain terhadap U aktual pada boiler-1
disajikan dalam tabel berikut.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Dari hasil evaluasi dengan menggunakan simulator Aspen Hysys yang telah dilakukan
dalam meninjau kinerja boiler-1 di unit Acid Plant 3 PT Indo Bharat Rayon yang digunakan
masih dalam peforma yang baik. Akan tetapi, nilai aktual suhu pada shell maupun tube lebih
besar daripada nilai desainnya. Adapun saran atau masukkan yang dapat diberikan untuk
kinerja boiler-1 kedepannya:
1) Perlu dilakukan analisis kembali terhadap sifat dan karakteristik SO 2 yang akan
didinginkan agar nilai Cp (spesific heat) untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja
peralatan lebih teliti;
2) Diperlukan monitoring dan pengambilan data dari awal pengoperasian sampai
cleaning terhadap peralatan boiler-1 agar masa servis optimum dapat ditentukan lebih
tepat.
3) Diperlukan pengarsipan data perbaikan dan modifikasi agar spesifikasi peralatan
dapat diketahui sehingga memudahkan untuk tahap evaluasi selanjutnya pada boiler-
1.
LAMPIRAN DATA SHEET BOILER