Anda di halaman 1dari 26

EVALUASI KINERJA BOILER 1 ACID PLANT 3

ANCILLARY DEPARTEMENT

PT. INDO BHARAT RAYON PURWAKARTA

TUGAS KHUSUS

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam meyelesaikan


Pendidikan Program Diploma III Teknik Kimia

Oleh:
Galuh Hasan Bahtiar 161411010
Selly Cahyani 161411055

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas kuasa dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Khusus yang bertempat di PT Indo-
Bharat Rayon.

Pelaksanaan tugas khusus in terdiri dari orientasi umum dan studi literatur guna mendalami
materi dalam melakukan Evaluasi Kinerja Boiler 1 Acid Plant 3 Ancillary Departement PT.
Indo Bharat Rayon Purwakarta yang diberikan oleh pembimbing.

Laporan ini dapat terwujud berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya yang
telah diberikan selama ini
2.
3.
4.

Purwakarta, 27 Maret 2019


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Boiler atau ketel uap adalah suatu bejana tertutup yang di dalamnya berisi air untuk
dipanaskan. Energi panas dari uap air keluaran boiler tersebut selanjutnya digunakan untuk
berbagai macam keperluan, seperti untuk turbin uap, pemanas ruangan, mesin uap, dan lain
sebagainya. Secara proses konversi energi, boiler memiliki fungsi untuk mengkonversi energi
kimia yang tersimpan di dalam bahan bakar menjadi energi panas yang tertransfer ke fluida
kerja.

Boiler dengan tipe desain dan kontruksi yang berbeda memiliki masalah dan
penanganan yang berbeda. Boiler yang digunakan di Acid Plant Ancillary Departement PT
Indo Bharat Rayon menyerupai boiler jenis fire tube boiler. Namun, pemanasnya
memanfaatkan energi panas hasil penurunan suhu SO2 . Masalah-masalah yang umum
ditemukan pada boiler adalah biological fouling, scaling, dan korosi. Masalah-masalah
tersebut dapat mempengaruhi performance dan bahkan dapat menurunkan tingkat keamanan
apabila dibiarkan.

Di Acid Plant 3 Ancillary Departement PT Indo Bharat Rayon, Boiler 1 digunakan


untuk menurunkan suhu SO2 cair keluaran dari furnace yaitu dari ±10000C menjadi ±4500C
dan memanfaatkan energi panas yang terbuang dari hasil penurunan SO2 untuk menghasilkan
steam dengan mengalirkan air demin sebagai air pendinginnya.

Seiring dengan pemakaian peralatan yang terus menerus, maka setelah periode
tertentu kinerja peralatan boiler akan mengalami penurunan, sehingga diperlukan
pemeriksaan terhadap kondisi boiler agar tetap berfungsi sesuai dengan desain awalnya.
Umur pakai dari boiler tersebut tergantung dari jenis fluida yang mengalir dan kondisi
perpindahan panas yang terjadi di dalamnya. Untuk dapat mengetahui kondisi dari boiler
tersebut perlu dilakukan evaluasi dan pemeriksaan secara berkala agar tidak terjadi
penurunan efisiensi dan kinerja. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka judul penelitian
ini adalah “Evaluasi Kinerja Boiler 1 Acid Plant 3 Ancillary Departement”

1.2 Identifikasi Masalah

Boiler dirancang untuk menghasilkan steam. Pada boiler-1 Acid Plant 3 PT Indo
Bharat Rayon, boiler-1 memiliki fungsi menurunkan suhu SO2 sebelum masuk ke converter

1
dan menghasilkan steam. Suhu SO2 keluaran boiler-1 sangat mempengaruhi beban kerja
katalis pada converter. Boiler-1 diharapkan mampu menurunkan suhu SO2 menjadi ±450oC.

Boiler-1 terdiri dari tube-tube dan shell yang sistemnya seperti shell and tube heat
exchanger. Kegagalan boiler-1 dalam menurunkan suhu SO2 mencapai suhu sesuai desain
dapat mempengaruhi beban kerja katalis pada converter yang dapat menyebabkan reaksi
antara SO2 dengan oksigen menjadi SO3 tidak terjadi. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi
kemampuan penukaran panas dari boiler-1. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu: heat duty, overall heat transfer coefficient (U) dan Log Mean Temperature
Difference (LMTD).

1.3 Perumusan Masalah

Masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.

1) Bagaimana kondisi aktual boiler 1 berdasarkan heat duty(Q) dibandingkan dengan


kondisi desain?
2) Bagaimana kondisi aktual boiler 1 berdasarkan overall heat transfer coefficient (U)
dibandingkan dengan kondisi desain?
3) Bagaimana kondisi aktual boiler 1 berdasarkan Log Mean Temperature Difference
(LMTD) dibandingkan dengan kondisi desain?

1.4 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah mengevaluasi kinerja boiler di Acid Plant 3
Ancillary Departement untuk dapat memperbaiki kinerja sesuai rancangan awal. Tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Menentukan kondisi aktual boiler 1 berdasarkan heat duty dibandingkan dengan


kondisi desain.
2) Menentukan kondisi aktual boiler 1 berdasarkan overall heat transfer coefficient (U)
dibandingkan dengan kondisi desain.
3) Menentukan kondisi aktual boiler 1 berdasarkan Log Mean Temperature Difference
(LMTD) dibandingkan dengan kondisi desain.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian industri adalah sebagai berikut :

1) Penelitian terhadap kinerja boiler-1 dilakukan di Acid Plant Ancillary Departement


PT Indo Bharat Rayon Purwakarta.
2) Kinerja boiler dinilai berdasarkan parameter kinerja yaitu target suhu keluaran sesuai
atau mendekati data desain, heat duty, overall heat transfer coefficient (U) dan Log
Mean Temperature Difference (LMTD).
3) Data aktual diambil berdasarkan waktu operasi pada tanggal 25 Maret 2019.

1.6 Tahapan Penelitian

Penelitian industri dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan berikut.

1) Tahapan Persiapan
a. Studi literatur tentang boiler
b. Studi data sheet boiler 1 Acid Plant 3
c. Pengambilan data kondisi operasi aktual boiler 1 Acid Plant 3
2) Tahapan Evaluasi
a. Menentukan Log Mean Temperature Difference (LMTD)
b. Menentukan heat duty
c. Menentukan overall heat transfer coefficient (U)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Acid Plant

Acid plant merupakan plant yang berfungsi untuk menghasilkan asam sulfat. PT IBR
mempunyai tiga acid plant dengan kapasitas produksi yang berbeda. Kapasitas produksi
masing-masing plant dari acid plant adalah sebagai berikut :
 Acid plant satu : 140 ton/hari
 Acid plant dua : 120 ton/hari
 Acid plant tiga : 150 ton/hari

Pada Acid plant terdapat unit-unit pendukung proses yaitu furnace, converter, drying tower,
interfast adsorption tower, dan final adsorption tower.

Proses yang terjadi pada Acid Plant diantaranya yaitu proses pembakaran sulfur oleh
udara kering pada suhu 900°C yang terjadi di furnace dimana suhu keluarannya ±10000C.
Reaksi yang terjadi pada furnace adalah sebagai berikut :
S(l) + O2  SO2(g)
Selanjutnya SO2 yang terbentuk dari proses pembakaran dialirkan ke converter.
Sebelum masuk ke converter, SO2 keluaran dari furnace masuk ke boiler-1 untuk menurunkan
suhu SO2 menjadi ±450oC. Penurunan suhu SO2 ini sangat krusial karena sangat
mempengaruhi kerja katalis pada unit converter. Katalis yang terdapat pada unit converter
yaitu vanadium pentaoksida (V2O5). Katalis ini berfungsi untuk mempercepat reaksi oksidasi
SO2. Reaksi yang terjadi di unit converter sebagai berikut :
SO2(g) + 1/2O2(g)  SO3(g)

1.2 Perpindahan Panas

Pada proses dan operasi suatu industri maupun sistem di alam ini apabila ada bagian
yang temperaturnya lebih tinggi dari bagian yang lain akan selalu terjadi perpindahan panas.
Perpindahan panas ini dilakukan dalam upaya mencapai kesetimbangan termis dari sistem.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya perpindahan panas tergantung dari jenis


dan kondisi perlatan yang dilewati panas, beda suhu sumber panas dan penerima panas, jarak
perpindahan panas, media yang dilewati atau yang membawa panas. Besarnya yang
berpindah dapat dihitung dengan rumus-rumus tertentu. Perpindahan panas dapat terjadi
secara konduksi, konveksi, dan radiasi.

1.2.1 Konduksi

Konduksi adalah proses perpindahan panas jika panas mengalir dari tempat yang
suhunya tinggi ke tempat yang suhunya lebih rendah, dengan media penghantar panas tetap.
Konduksi merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling berdekatan
antar yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul
tersebut secara fisik. Molekul-molekul benda panas bergetar lebih cepat dibandingkan
molekul-molekul benda yang berada dalam keadaan dingin. Getaran-getaran yang cepat ini,
tenaganya dilimpahkan kepada molekul disekelilingnya sehingga menyebabkan getaran yang
lebih cepat maka akan memberikan panas.

1.2.2 Konveksi

Konveksi adalah adalah perpindahan panas yang terjadi antara permukaan padat
dengan fluida yang mengalir di sekitarnya, dengan menggunakan media penghantar berupa
fluida (cairan/gas). Terdapat dua macam jenis perpindahan panas secara konveksi, yaitu
(Risayekti, 2011):

A. Konveksi bebas atau alamiah (Free convection/Natural convection)

Konveksi karena gerakan fluida itu sendiri di sekitar plat. Tidak ada sumber gerak
fluida.

B. Konveksi dipaksa (Forced convection)

Konveksi terjadi karena adanya paksaan dari luar. Misal: pengadukan, fluida masuk
melewati suatu ejector.

1.2.3 Radiasi

Radiasi merupakan perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul).
Suatu energi dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke
benda yang dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga
elektromagnetik ini akan berubah menjadi panas jika diserap oleh benda yang lain.
1.3 Boiler
1.3.1 Fungsi Boiler dan Komponen Utamanya
Pada dasarnya boiler adalah alat yang berfungsi untuk memanaskan air dengan
menggunakan panas dari hasil pembakaran bahan bakar, panas hasil pembakaran selanjutnya
panas hasil pembakaran dialirkan ke air sehingga menghasilkan steam (uap air yang memiliki
temperatur tinggi). Dari pengertian tersebut berarti kita dapat menyimpulkan bahwa boiler
berfungsi untuk memproduksi steam (uap) yang dapat digunakan untuk proses/kebutuhan
selanjutnya. Seperti yang kita ketahui bahwa steam dapat digunakan untuk menjaga suhu
dalam kolom destilasi minyak bumi dan proses evaporasi pada evaporator. Umumnya bakar
yang digunakan untuk memanaskan boiler yaitu batu bara, gas, dan bahan bakar minyak.

Gambar 2.1 Konstruksi Boiler


Sama seperti pompa, kompresor dan peralatan pabrik lainnya yang tersusun dari
berbagai komponen sehingga alat tersebut dapat beroperasi dan menjalankan perannya.
Boiler juga tersusun dari berbagai macam komponen dengan fungsinya masing-masing. Di
bawah ini adalah fungsi dari masing-masing komponen pada boiler, yaitu:
1.3.1.1 Tungku Pengapian (Furnace)
Bagian ini merupakan tempat terjadinya pembakaran bahan bakar yang akan menjadi
sumber panas, proses penerimaan panas oleh media air dilakukan melalui pipa yang telah
dialiri air, pipa tersebut menempel pada dinding tungku pembakaran. Proses perpindahan
panas pada furnace terjadi dengan tiga cara:
 Perpindahan panas secara radiasi, dimana akan terjadi pancaran panas dari api atau
gas yang akan menempel pada dinding tube sehingga panas tersebut akan diserap oleh
fluida yang mengalir di dalamnya.
 Perpindahan panas secara konduksi, panas mengalir melalui hantaran dari sisi pipa
yang menerima panas kedalam sisi pipa yang memberi panas pada air.
 Perpindahan panas secara konveksi. panas yang terjadi dengan singgungan molekul-
molekul air sehingga panas akan menyebar kesetiap aliran air.
Di dalam furnace, ruang bakar terbagi atas dua bagian yaitu ruang pertama dan ruang
kedua. Pada ruang pertama, di dalamnya akan tejadi pemanasan langsung dari sumber panas
yang diterima oleh tube (pipa), sedangkan pada ruang kedua yang terdapat pada bagian atas,
panas yang diterima berasal dari udara panas hasil pembakaran dari ruang pertama. Jadi,
fungsi dari ruang pemanas kedua ini yakni untuk menyerap panas yang terbuang dari ruang
pemanasan pertama, agar energi panas yang terbuang secara cuma-cuma tidak terlalu besar,
dan untuk mengontrol panas fluida yang telah dipanaskan pada ruang pertama agar tidak
mengalami penurunan panas secara berlebihan.
1.3.1.2 Steam Drum
Steam drum berfungsi sebagai tempat penampungan air panas serta tempat
terbentuknya uap. Drum ini menampung uap jenuh (saturated steam) beserta air dengan
perbandingan antara 50% air dan 50% uap. untuk menghindari agar air tidak terbawa oleh
uap, maka dipasangi sekat-sekat, air yang memiliki suhu rendah akan turun ke bawah dan air
yang bersuhu tinggi akan naik ke atas dan kemudian menguap.
1.3.1.3 Superheater
Merupakan tempat pengeringan steam, dikarenakan uap yang berasal dari steam drum
masih dalam keadaan basah sehingga belum dapat digunakan. Proses pemanasan lanjutan
menggunakan superheater pipe yang dipanaskan dengan suhu 260°C sampai 350°C. Dengan
suhu tersebut, uap akan menjadi kering dan dapat digunakan untuk menggerakkan turbin
maupun untuk keperluan peralatan lain.
1.3.1.4 Air Heater
Komponen ini merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan udara yang
digunakan untuk menghembus/meniup bahan bakar agar dapat terbakar sempurna. Udara
yang akan dihembuskan, sebelum melewati air heater memiliki suhu yang sama dengan suhu
udara normal (suhu luar) yaitu 38°C. Namun, setelah melalui air heater, suhunya udara
tersebut akan meningkat menjadi 230°C sehingga sudah dapat digunakan untuk
menghilangkan kandungan air yang terkandung didalamnya karena uap air dapat menganggu
proses pembakaran.
1.3.1.5 Dust Collector (Pengumpul Abu)
Bagian ini berfungsi untuk menangkap atau mengumpulkan abu yang berada pada
aliran pembakaran hingga debu yang terikut dalam gas buang. Keuntungan menggunakan alat
ini adalah gas hasil pembakaran yang dibuang ke udara bebas dari kandungan debu.
Alasannya tidak lain karena debu dapat mencemari udara di lingkungan sekitar, serta
bertujuan untuk mengurangi kemungkinan  terjadinya kerusakan pada alat akibat adanya
gesekan abu maupun pasir.
1.3.1.6 Pengatur Pembuangan Gas Bekas
Asap dari ruang pembakaran dihisap oleh blower IDF (Induced Draft Fan) melalui
dust collector selanjutnya akan dibuang melalui cerobong asap. Damper pengatur gas asap
diatur terlebih dahulu sesuai kebutuhan sebelum IDF dinyalakan, karena semakin besar
damper dibuka maka akan semakin besar isapan yang akan terjadi dari dalam tungku.
1.3.1.7 Safety Valve (Katup pengaman)
Alat ini berfungsi untuk membuang uap apabila tekanan uap telah melebihi batas yang
telah ditentukan. Katup ini terdiri dari dua jenis, yaitu katup pengaman uap basah dan katup
pengaman uap kering. Safety valve ini dapat diatur sesuai dengan aspek maksimum yang
telah ditentukan. Pada uap basah biasanya diatur pada tekanan 21 kg per cm kuadrat,
sedangkan untuk katup pengaman uap kering diatur pada tekanan 20,5 kg per cm kuadrat.
1.3.1.8 Gelas Penduga (Sight Glass)
Gelas penduga dipasang pada drum bagian atas yang berfungsi untuk mengetahui
ketinggian air di dalam drum. Tujuannya adalah untuk memudahkan pengontrolan ketinggian
air dalam ketel selama boiler sedang beroperasi. Gelas penduga ini harus dicuci secara
berkala untuk menghindari terjadinya penyumbatan yang membuat level air tidak dapat
dibaca.
1.3.1.9 Pembuangan Air Ketel
Komponen boiler ini berfungsi untuk membuang air dalam drum bagian atas.
Pembuangan air dilakukan bila terdapat zat-zat yang tidak dapat terlarut, contoh
sederhananya ialah munculnya busa yang dapat menganggu pengamatan terhadap gelas
penduga. Untuk mengeluarkan air dari dalam drum, digunakan blowdown valve yang
terpasang pada drum atas, katup ini bekerja bila jumlah busa sudah melewati batas yang telah
ditentukan.

1.3.2 Jenis-Jenis Boiler


1.3.2.1 Boiler  Pipa Api (Fire Tube Boiler)
Terdiri dari tanki air yang dilubangi dan dilalui pipa-pipa, dimana gas panas yang
mengalir pada tanki tersebut digunakan untuk memanaskan air di tanki. Air yang dipanaskan
menhasilkan uap panas yang dapat digunakan untuk memanaskan air di kamar mandi ataupun
laundry. Fire tube boiler biasanya digunakan untuk kapasitas steam yang relative kecil
dengan tekanan steam rendah sampai sedang. Sebagai pedoman, fire tube boilers kompetitif
untuk kecepatan steam sampai 12.000 kg/jam dengan tekanan sampai 18 kg/cm2. Fire tube
boiler dapat menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas dalam operasinya.

Gambar 2.2 Boiler Jenis Fire Tube

Prinsip kerja dari boiler pipa api ini adalah gas panas dari hasil pembakaran dialirkan
melalui sebuah pipa dimana disekeliling pipa terdapat air sehingga gas panas tersebut
memanaskan air yang terdapat di dalam boiler secara konduksi panas sehingga terbentuk uap
panas. Uap (steam) yang dihasilkan oleh boiler pipa air ini memiliki tekanan dan kapasitas
yang rendah. Prinsip kerja dari boiler pipa air ini adalah air dilewatkan melalui pipa
kemudian pipa tersebut dipanaskan dengan cara dibakar dengan api sehingga air berubah
menjadi uap air. Uap yang dihasilkan boiler pipa air ini memiliki tekanan dan kapasitas yang
lebih tinggi.
Boiler pipa api dan boiler pipa air masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan. Keuntungan boiler pipa api adalah proses pemanasan yang mudah dan cepat dan
tidak membutuhkan setting khusus, investasi awal yang lebih murah karena harga boiler jenis
ini lebih murahj daripada boiler pipa air, bentuknya lebih compact dan portable, dan tidak
membutuhkan area yang besar untuk 1 HP boiler. Namun demikian boiler pipa api memiliki
beberapa kekurangan seperti tekanan operasi steam terbatas untuk tekanan rendah 18 bar,
kapasitas steam relative kecil (13.5 TPH) jika dibandingkan dengan boiler pipa air, tempat
pembakarannya sulit dijangkau untuk dibersihkan, diperbaiki, dan diperiksa kondisinya, serta
nilai effisiensinya rendah karena banyak energi kalor yang terbuang langsung menuju stack.
1.3.2.2 (Boiler  Pipa Air) Water Tube Boiler
Pada water tube boiler, air umpan boiler mengalir melalui pipa – pipa masuk kedalam
drum. Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakar membentuk steam pada daerah
uap dalam drum. Boiler ini dipilih jika kebutuhan steam dan tekanan steam sangat tinggi
seperti pada kasus boiler untuk pembangkit tenaga.
Water tube boiler yang sangat modern dirancang dengan kapasitas steam antara 4.500
– 12.000 kg/jam, dengan tekanan sangat tinggi. Banyak water tube boiler yang dikonstruksi
secara paket jika digunakan bahan bakar minyak bakar dan gas. Untuk water tube yang
menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang secara paket. (Klaus Topfer, 2006)
Karakteristik water tube boilers sebagai berikut:
 Forced, induced dan balanced draft membantu untuk meningkatkan efisiensi
pembakaran.
 Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan air.
 Memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi.
Adapun kelebihan penggunaan boiler pipa air yakni kapasitas steam yang besar
sampai 450 THP, tekanan operasi mencapai 100 bar, nilai effisiensi yang relatif besar, dan
perawatan yang lebih mudah karena tungku mudah dijangkau untuk melakukan pemeriksaan,
pembersihan, dan perbaikan.. Sedangkan kekurangannya yakni proses konstruksi yang lebih
detail, investasi awal relativemahal karena harga boiler pipa air lebih mahal daripada boliler
pipa api, lebih sulit dalam penangann air yang masuk karena komponen pendukungnya yang
sensitif, dan membutuhkan tempat yang lebuh luas karena kemampuannya dalam
menghasilkan kapasitas steam yang lebih besar (Djokosetyardjo, 1990)
Gambar 2.3 Boiler Jenis water Tube

1.3.3 Jenis Bahan Bakar Boiler


1.3.3.1 Solid Fuel
Tipe boiler bahan bakar padat memiliki karakteristik : harga bahan baku pembakaran
relatif lebih murah dibandingkan dengan boiler yang menggunakan bahan bakar cair dan
listrik. Nilai effisiensi dari tipe ini lebih baik jika dibandingkan dengan boiler tipe listrik.
Cara kerja : pemanasan yang terjadi akibat pembakaran antara percampuran bahan bakar
padat (batu bara, baggase, rejected product, sampah kota, kayu) dengan oksigen dan sumber
panas.
1.3.3.2 Oil Fuel
Tipe boiler bahan bakar cair memiliki karakteristik : harga bahan baku pembakaran
paling mahal dibandingkan dengan semua tipe. Nilai effisiensi dari tipe ini lebih baik jika
dbandingkan dengan boiler bahan bakar padat dan listrik. Cara kerja : pemanasan yang
terjadi akibat pembakaran antara percampuran bahan bakar cair (solar, IDO, residu, kerosin)
dengan oksigen dan sumber panas.
1.3.3.3 Gaseous Fuel
Tipe boiler bahan bakar gas memiliki karakteristik : harga bahan baku pembakaran
paling murah dibandingkan dengan semua tipe boiler. Nilai effisiensi dari tipe ini lebih baik
jika dibandingkan dengan semua tipe boiler berdasarkan bahan bakar. Cara kerja :
pembakaran yang terjadi akibat percampuran bahan bakar gas (LNG) dengan oksigen dan
sumber panas.
1.3.3.4 Elektrik
Tipe boiler listrik memiliki karakteristik : harga bahan baku pemanasan relatif lebih
murah dibandingkan dengan boiler yang menggunakan bahan bakar cair. Nilai effisiensi dari
tipe ini paling rendah jika dbandingkan dengan semua tipe boiler berdasarkan bahan
bakarnya. Cara kerja : pemanasan yang terjadi akibat sumber listrik yang menyuplai sumber
panas.

Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian Boiler berdasarkan Jenis Bahan Bakar

No. Bahan Bakar Keuntungan Kerugian


Sisa pembakaran sulit
Bahan baku mudah didapatkan.
1 dibersihkan
Solid Fuel
Murah konstruksinya. Sulit mendapatkan bahan
baku yang baik.
Sisa pembakaran tidak banyak dan Harga bahan baku paling
2 lebih mudah dibersihkan. mahal.
Oil Fuel
Bahan bakunya mudah didapatkan. Mahal konstruksinya.
Harga bahan bakar paling murah. Mahal konstruksinya.
Sulit didapatkan bahan
3 Gaseous Fuel Paling baik nilai effisiensinya.
bakunya, harus ada jalur
distribusi.
Paling buruk nilai
Paling mudah perawatannya.
4 effisiensinya.
Electric
Mudah konstruksinya dan mudah Temperatur pembakaran
didapatkan sumbernya. paling rendah.

1.3.4 Keuntungan dan kerugian boiler berdasarkan bahan bakar dan jenis tube

Tabel 2.2 Keuntungan dan Kerugian Boiler berdasarkan jenis tube

No. Jenis Tube Keuntungan Kerugian


Proses pemasangan mudah dan Tekanan operasi steam
cepat, Tidak membutuhkan terbatas untuk tekanan
setting khusus rendah 18 bar
Kapasitas steam ystem v
kecil (13.5 TPH) jika
Investasi awal boiler ini murah
diabndingkan dengan water
tube
1 Fire Tube Tempat pembakarannya sulit
Bentuknya lebih compact dan dijangkau untuk dibersihkan,
portable diperbaiki, dan diperiksa
kondisinya.
Nilai effisiensinya rendah,
Tidak membutuhkan area yang karena banyak energi kalor
besar untuk 1 HP boiler yang terbuang langsung
menuju stack
2 Water Tube Kapasitas steam besar sampai 450
Proses konstruksi lebih detail
TPH
Tekanan operasi mencapai 100 Investasi awal ystem v lebih
bar mahal
Nilai effisiensinya ystem v lebih Penanganan air yang masuk
ke dalam boiler perlu dijaga,
karena lebih ystem ve untuk
tinggi dari fire tube boiler
ystem ini, perlu komponen
pendukung untuk hal ini
Karena mampu menghasilkan
Tungku mudah dijangkau untuk kapasitas dan tekanan steam
melakukan pemeriksaan, yang lebih besar, maka
pembersihan, dan perbaikan. konstruksinya dibutuhkan
area yang luas

1.4 Kriteria Pemilihan Fluida yang Dilewatkan pada Shell dan Tube

Untuk menjaga agar ketahanan shell dan tube dalam penukar panas tetap dalam
keadaan baik, maka jenis fluida yang akan di alirkan atau di lewatkan di dalamnya harus
disesuaikan. Berikut akan dijelaskan kriteria dalam pemilihan fluida yang harus di lewatkan
di dalam shell dan tube pada penukar kalor.

1.4.1 Fluida dalam Shell

Kriteria dalam pemilihan fluida yang harus di lewatkan di dalam shell pada penukar
kalor adalah sebagai berikut:

1) Fluida yang mengalami perubahan fasa ada di dalam shell karena kalau di tube ada
resiko hammering.
2) Fluida yang bersifat viscous dan condense sebaiknya ada di dalam shell
3) Fluida yang pressure drop-nya rendah.
4) Fluida dengan jumlah aliran yang lebih besar dengan sifat fisis yang sama dengan
fluida di dalam tube.
5) Condensing Vapours sebaiknya dialirkan melalui shell untuk memfasilitasi
penghilangan condensate.
1.4.2 Fluida dalam Tube

Kriteria dalam pemilihan fluida yang harus di lewatkan di dalam tube pada penukar
kalor adalah sebagai berikut:

1) Fluida yang memilki potensi fouling atau scaling sebaiknya dialirkan di dalam tube
untuk perawatan yang lebih mudah (tube bundle tidak perlu dilepas, cukup buka
channel cover, lalu tembak tube dengan menggunakan water jet atau dengan chemical
cleaning).
2) Kebutuhan jenis material. Jika suatu fluida membutuhkan penanganan dengan
material khusus maka sebaiknya dialirkan di dalam tube. Hal ini dikarenakan material
bahan dasar tube cukup bervariasi, sedangkan material shell biasanya hanya berupa
carbon steel.
3) Fluida yang bersifat korosif sebaiknya dialirkan di dalam tube. Bila dialirkan di shell
potensi lokasi yang terkena koroso akan semakin luas.
4) Fluida yang mengandung kotoran, contohnya padatan, sebaiknya dialirkan di tube.
5) Cooling water sebaiknya dialirkan di tube.
6) Fluida dengan tekanan yang lebih tinggi sebaiknya dialirkan melalui tube, sehingga
shell bisa di disain untuk tekanan yang rendah.
7) Kecuali dipengaruhi oleh factor lain, fluida dengan temperatur lebih tinggi sebaiknya
mengalir melalui tube supaya transfer poanas menjadi lebih optimal ke sisi luar di
sekeliling tube. Bila fluida dengan temperatur lebih tinggi diletakkan di dalam shell
maka ada kemungkinan panas yang di transfer tidak hanya ke sisi tube tapi juga ke
arah lain di seluruh permukaan dalam shell, meskipun sedikit. Namun, ini bisa
dibilang merupakan kriteria terakhir yang patut dijadikan bahan pertimbangan.

1.5 Tipe, Penyebab dan Lokasi Fouling

Tipe, penyebab, dan lokasi terjadinya fouling sangat beragam sehingga diperlukan
pengetahuan berdasarkan kondisi aktual/nyata di lapangan pada saat dilakukan perawatan
pada peralatan. Berdasarkan ketiga hal tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1.5.1 Tipe Fouling

Atmospheric Residue biasanya masih banyak mengandung metal Nickel (Ni),


Vanadium (V) serta Carbon (C) dalam jumlah yang tinggi. Hal tersebut dapat menyebabkan
timbulnya coke. Lapisan tebal coke ditemukan pada dinding tube dalam zona yang
temperaturnya tinggi sangat keras dan kuat menempel dan seringkali mempunyai ketebalan
lebih dari 2-5mm. Lapisan ini bertambah seiring dengan waktu. Tipe deposit yang ditemukan
tergantung pada:

1) Lokasi dalam boiler


2) Temperatur
3) Waktu tinggal dari deposit

1.5.2 Lokasi Fouling

Fouling paling besar terjadi dalam tube dengan temperatur dinding tinggi dan
kecepatan rendah. Di dalam praktek adalah dalam pass dimana vaporisasi belum terjadi.

1.5.3 Penyebab Fouling

Penyebab utama terjadinya fouling pada tube side pada unit ini adalah terjadinya
fraksi berat yang mengkerak yang dipengaruhi oleh hal-hal berikut:

1) Temperatur operasi yang tinggi


2) Waktu tinggal yang lamam terutama pada daerah yang temperaturnya tinggi.

1.6 Perawatan Boiler

Boiler yang terus menerus digunakan akan mengalami pengotoran sehingga


diperlukan perawatan. Salah satu hal yang dilihat dari perfromanya yaitu dari pressure drop.
Harga pressure drop akan menjadi tinggi dan perpindahan panas akan sangat terpengaruh
setelah pipa-pipa menjadi kotor maka pembersihan harus dilakukan secara teratur. Cara yang
dilakukan dalam membersihkan boiler adalah dengan cara blow down.

1.7 Analisa Performance Boiler

Untuk dapat menganalisa performance suatu boiler, parameter-parameter yang


dipakai adalah sebagai berikut:

1.7.1 Uc (Clean Overall Coefficient)


Adalah koefisien perpindahan panas yang menyeluruh pada awal penggunaan (masih
bersih), besarnya ditentukan oleh besarnya tahanan konveksi ho dan hio, sedangkan tahanan
konduksi diabaikan karena sangat kecil bila dibandingkan dengan tahanan konveksi.
Persamaan yang dipakai untuk menghitung nilai Uc adalah sebagai berikut:
hio x ho
Uc=
hio+ ho
1.7.2 Ud (Dirty Overall Coefficient)
Adalah koefisien perpindahan panas menyeluruh setelah terjadi pengotoran. Besarnya
Ud lebih kecil daripada Uc. Persamaan yang dipakai untuk menghitung nilai Ud adalah
sebagai berikut:
Q
Ud=
A∗∆t
1.7.3 Q (heat Balance)

Bila panas yang diterima fluida jauh lebih kecil daripada panas yang dilepas fluida
panas berarti kehilangan panasnya besar dan ini mengurangi performance. Persamaan yang
dipakai untuk menghitung kehilangan panas adalah sebagai berikut

Q = W.C(T1 – T2) = w.c(t2 – t1)


1.7.4 Pressure Drop

Penurunan tekanan baik di shell maupun di tube tidak boleh melebihi batas pressure
drop yang diijinkan. Penurunan tekanan di dalam tube dapat dihitung dengan teliti sedangkan
penurunan tekanan di dalam shell dapat menyimpang sangat besar nilai teoritis, tergantung
dari kelonggaran (clearence) alat penukar panas tersebut.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pengumpulan Data


Langkah awal dalam penyelesain masalah adalah pengumpulan data primer dan data
sekunder.
3.1.1. Pengumpulan Data Primer

Tabel 3.1 Data Desain Boiler 1 Acid Plant 3

Data Desain
Shell Tube
Parameter
In Out In Out
Fluida Water SO2
Total Fluida
7500 15 m3/h
Masuk (kg/h)
Massa Jenis (kg/m3) 835,3 14,33 0,8347 1,371
Viskositas (cP) 0,1233 - 0,0560 0,03047
Konduktivitas
0,6512 - 0,0565 0,02898
(w/m.k)
Temperatur (oC) - - 1004 425
Tekanan
21,61 21,24 1,384 1,241
Operasi (bar)
Jumlah Passes 1 4
Pressure Drop yang
0,3714 0,1429
Diizinkan (bar)
Jumlah Tube 156
Diameter Luar
20
Tube (mm)
Diameter Dalam
16
Tube (mm)

Panjang Tube (m) 6

Pitch (mm) 50
Diameter Dalam
730
Shell (mm)
Baffle Space (mm) 800
3.1.2. Pengumpulan Data Sekunder

Tabel 3.2 Data Aktual Boiler 1 Acid Plant 3

Parameter Shell Tube


Laju Massa 9100 kg/h 14,43 m3/h
Temperature
- 975 / 307,2 oC
(in/out)
Pressure (in/out) 14,6 / 14,4 Bar 1,312 / 1,034 Bar

3.2. Pengolahan Data


Dari data yang diperoleh baik primer maupun sekunder dapat dilakukan pengolahan
data melalui simulasi dengan aplikasi ASPEN HYSIS.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengolahan Data Desain Menggunakan ASPEN HYSYS

No Parameter Nilai
1 Overall U [kJ/h-m2-C] 399.9
2 Overall UA [kJ/C-h] 23520
3 Q [kJ/h] 10242274
4 LMTD [0C] 435,7
5 Vapour (Water / Steam) 0 / 0,72

Tabel 4.2 Hasil Pengolahan Data Aktual Menggunakan ASPEN HYSYS

No Parameter Nilai
1 Overall U [kJ/h-m2-C] 556,9
2 Overall UA [kJ/C-h] 32750
3 Q [kJ/h] 11190000
4 LMTD [0C] 341.8
5 Vapour (Water / Steam) 0 / 0,623
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Awal Kinerja Heat Exchanger

Dari hasil analisis awal terhadap boiler-1 Acid Plant 3 didapatkan data sebagai
berikut.

Data Aktual
Parameter Shell Tube
Laju Alir 9100 kg/h 14,43 m3/h
Temperature
197,3 / 196,3 oC 975 / 307,2 oC
(in/out)
Vapour 0 / 0,623 1/1

Data Desain

Parameter Shell Tube


Laju Alir 7500 kg/h 15 m3/h
Temperature
216,8 / 215,9 oC 1004 / 425 oC
(in/out)
Vapour 0 / 0,720 1/1
Dilihat dari data laju alir dan suhu, boiler-1 dapat menurunkan suhu SO2 lebih rendah
dari desain, hal ini disebabkan karena suhu masukan SO2 lebih rendah dari desain dan laju
alir masukan fluida dinginnya diatas desain.

Sedangkan untuk steam yang dihasilkan nilai vapour nya lebih rendah dari desain
yaitu 0,623 dimana nilai vapour dari desain yaitu 0,720. Nilai vapour menunjukkan kualitas
dari steam. Semakin kecil nilai vapour, kualitas steam semakin menurun begitupun
sebaliknya.

4.2.2 Evaluasi Berdasarkan Log mean Temperature Difference (LMTD)

Hasil evaluasi performa boiler berdasarkan LMTD kondisi desain dibandingkan


dengan kondisi aktual ditunjukkan pada tabel berikut.

Parameter Desain Aktual


LMTD [0C] 435,7 341,8

Perbedaan nilai LMTD desain dan aktual disebabkan oleh temperatur masuk dan
keluar fluida di dalam boiler sehingga berpengaruh terhadap perbedaan temperaturnya (∆T).
Sedangkan Temperatur masuk dan keluar juga dipengaruhi oleh laju alir umpan yang
berpengaruh terhadap waktu tinggalnya. LMTD digunakan untuk mengetahui heat transfer di
dalam boiler tersebut. LMTD yang tinggi diharapkan perpindahan panas di dalam boiler
dapat berlangsung dengan baik akan tetapi, pada kenyataanya LMTD aktual berada di bawah
desain dan menyebabkan heat transfer kurang maksimal.

4.2.3 Evaluasi Berdasarkan Heat Duty (Q)

Heat duty (Q) merupakan besarnya panas atau energi yang di transfer per waktu. Nilai
Q ditunjukkan untuk dapat mengetahui besarnya beban yang ditanggung pendingin
(Demineral Water) terhadap SO2 yang akan didinginkan. Untuk dapat mengetahui besarnya
nilai Q yang terukur berdasarkan hasil perhitungan dibandingkan dengan Q desain yang
disajikan dalam tabel berikut.

Parameter Desain Aktual


Duty [kJ/h] 10.242.274 11.190.000
Berdasarkan
data di atas, antara Q
desain dan aktual menunjukkan nilai yang berbeda. Nilai Q aktual berada di atas nilai dari Q
desain. Hal ini disebabkan karena nilai Q aktual memiliki suhu masukan pada aliran dingin
dan panas yang berada di bawah suhu desain sehingga beban pendinginannya lebih besar.

4.2.4 Evaluasi Berdasarkan Overall Heat Transfer Coefficient (U)

U adalah koefisien perpindahan panas menyeluruh sebagai gabungan proses konduksi


dan konveksi. Nilai U menyatakan mudah atau tidaknya panas yang berpindah dari fluida
panas dengan fluida dingin. Harga U yang di tetapkan pada saat melakukan desain peralatan
oleh vendor sudah diberikan toleransi jika pada saat pengoperasian terjadi hal-hal yang tidak
terduga, sehingga pada saat yang terukur pada peralatan saat masih bersih dan tidak terdapat
pengotor di dalamnya. Sedangkan Ud merupakan toleransi yang diberikan dan di anggap
peralatan telah mengalami pengotoran atau fouling sehingga nilai Ud dalam desain
merupakan suatu acuan dalam menentukan waktu pembersihan. U desain yang ditetapkan
yaitu sebesar 399.9 kJ/h.m2.C.

Evaluasi performa dengan melihat harga U desain terhadap U aktual pada boiler-1
disajikan dalam tabel berikut.

Parameter Desain Aktual


Overall U
399.9 556,9
[kJ/h.m2.C]
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan:

5.2 Saran

Dari hasil evaluasi dengan menggunakan simulator Aspen Hysys yang telah dilakukan
dalam meninjau kinerja boiler-1 di unit Acid Plant 3 PT Indo Bharat Rayon yang digunakan
masih dalam peforma yang baik. Akan tetapi, nilai aktual suhu pada shell maupun tube lebih
besar daripada nilai desainnya. Adapun saran atau masukkan yang dapat diberikan untuk
kinerja boiler-1 kedepannya:

1) Perlu dilakukan analisis kembali terhadap sifat dan karakteristik SO 2 yang akan
didinginkan agar nilai Cp (spesific heat) untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja
peralatan lebih teliti;
2) Diperlukan monitoring dan pengambilan data dari awal pengoperasian sampai
cleaning terhadap peralatan boiler-1 agar masa servis optimum dapat ditentukan lebih
tepat.
3) Diperlukan pengarsipan data perbaikan dan modifikasi agar spesifikasi peralatan
dapat diketahui sehingga memudahkan untuk tahap evaluasi selanjutnya pada boiler-
1.
LAMPIRAN DATA SHEET BOILER

Anda mungkin juga menyukai