Penerapan PUEBI Pada Karya Ilmiah
Penerapan PUEBI Pada Karya Ilmiah
(Tanda Petik “...”, Tanda Seru “!”, Tanda Tanya “?”, Penulisan Angka dan Bilangan,
dan Cara Penulisan Uang Dalam Mata Uang Rupiah)
Disusun Oleh:
VI Manajemen B2
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
FAKULTAS EKONOMI
2020
THE NEW NORMAL: BERUBAHNYA GAYA HIDUP
Sudah sebulan lebih kita berada dalam kondisi menjaga jarak membatasi
interaksi fisik kita. Banyak dari kita yang awalnya merasa nyaman-nyaman saja
bekerja dari rumah dengan dukungan akses internet. Namun seiring dengan
berjalannya waktu, ternyata situasi ini menekan emosi juga.
Beberapa anak kecil berusaha lari ke jalan ingin menikmati bermain dengan
teman-temannya. Orang tua yang tinggal di rumah pun, harus memutar otak
bagaimana meneruskan mata pencaharian yang semakin sulit ini. Apalagi ternyata
muncul pengumuman pemerintah yang memperpanjang seruan tinggal di rumah.
Situasi ini dirasakan hampir di seluruh dunia, dengan ketegangan dan
bahkan shock.
Pada awalnya semua orang mengikuti dengan tegang pengumuman perkembangan
jumlah penderita, berapa yang sembuh dan berapa yang meninggal. Kita semua
berada dalam kekhawatiran yang sangat mendalam, apalagi bila mendengar orang
yang kita kenal menjadi korbannya. Semula kita pergi tidur dengan harapan virus ini
akan hilang dalam waktu cepat. Namun harapan ini ternyata tidak kunjung
terkabulkan, bahkan semakin parah. Diperparah pula dengan kondisi finansial yang
tidak menentu. Ada yang tidak jelas apakah masih bisa meneruskan bisnisnya, ada
yang terkena pemotongan gaji, bahkan ada yang dirumahkan tanpa gaji. Ini benar-
benar adalah masa gelap yang belum pernah dialami kita semua.
“Life Lessons”
Dari setiap krisis sebenarnya kita bisa mendapatkan pelajaran hidup tertentu,
yang bila dipelajari dapat mengubah hidup kita menjadi lebih baik. Ini adalah
kesempatan kita untuk belajar dan berubah. Bisakah kita menganggap bahwa krisis
ini adalah ‘uang sekolah’ yang demikian besar nilainya agar kita naik kelas menjadi
manusia dengan mutu yang lebih baik ?
Krisis ini memang membuat orang berhenti, bukan hanya berhenti bepergian
maupun beribadah bersama. Namun, di sini, kita berhenti untuk berefleksi dan
memikirkan apa yang benar-benar esensial. Kita memang tidak bisa lagi berkumpul
dan makan bersama merayakan perayaan agama, tetapi kita diajak untuk berdialog
lebih intens dengan pencipta kita. Kita seolah diultimatum oleh semesta untuk
mempelajari cara hidup baru.
Ayo belajar !
Kita juga lebih menghargai arti kemanusiaan dan kesehatan, sehingga kita
bersedia mengurung diri tidak keluar rumah demi kesehatan masyarakat luas. Selain
itu, kita juga belajar arti kebersihan yang dulu sering kita abaikan seperti mencuci
tangan maupun tidak berbagi makanan dengan sendok yang sama dengan yang
masuk ke mulut kita.
Kita juga terhenyak menyadari betapa selama ini sudah membeli terlalu
banyak, jajan terlalu banyak dan mengkonsumsi barang yang tidak kita butuhkan.
Kita tidak tahu bagaimana kita akan memakai semua pakaian, sepatu, tas dan
aksesori yang kita miliki. Sementara kita sekarang hanya membutuhkan beberapa
potong baju saja. Dari situasi ini, kita juga belajar bahwa sebetulnya kita bisa
menabung lebih banyak, asalkan bisa menahan nafsu untuk membeli yang memang
kita butuhkan, bukan sekedar kita inginkan.
Hal yang juga tidak kalah pentingnya adalah betapa kita jadi lebih bisa
menghargai alam. Burung yang bebas bernyanyi, polusi berkurang dan langit pun
cerah. Tidakkah kita setuju bahwa semesta sedang mendapat kesempatan untuk
berbenah, dengan bantuan manusia yang juga sedang berusaha membenahi diri
sendiri.
Tidak hanya itu, mungkin setelah pandemi covid-19 berakhir, orang akan tetap
menghindari keramaian, banyak orang tetap mengisolasi diri, menghindari dari
perkumpulan banyak orang, dan tetap melaksanakan physical distancing atau
memberikan jarak di tempat kerja dengan pekerja akan diminta untuk tetap mengikuti
aturan physical distancing.
Pemerintah terus menjaga agar produksi industri bisa terus berjalan dengan
harapan roda perekonomian terus berputar. Airlangga, misalnya, mengatakan pabrik-
pabrik yang sebagian besar saat ini operasionalnya dibatasi maka ke depan
dimungkinkan berproduksi dengan menjalankan protokol kesehatan secara ketat.
"Tingkat konsumsi rumah tangga menurun, kegiatan ekspor impor juga menurun
karena memang banyak negara yang dalam tanda petik, shut down. Ini tentu kita
mengharapkan ada program exit strategy dengan metode normal baru di mana untuk
pabrik, misalnya, harus menjalankan protokol covid-19," ucapnya.
Pemerintah memiliki penjelasan terkait melemahnya konsumsi rumah tangga
yang imbasnya terhadap perlambatan pertumbuhan. Menteri Keuangan Sri Mulyani
Indrawati mengungkapkan penerapan PSBB di Jabodetabek berdampak besar terhadap
konsumsi masyarakat, mengingat konsumsi Indonesia kontribusi besarnya ada di Pulau
Jawa, secara khusus Jabodetabek.
Berdamai atau hidup bersama dengan virus corona juga diungkapkan oleh
Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jokowi mengatakan, pemerintah terus berupaya
keras dan berharap puncak pandemi covid-19 akan segera menurun. Selama wabah
masih terus ada, Jokowi meminta seluruh masyarakat untuk tetap disiplin mematuhi
protokol kesehatan. "Artinya, sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus
hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan," katanya di
Istana Merdeka, Jakarta, dalam video yang diunggah Biro Pers, Media, dan
Informasi Sekretariat Presiden pada Kamis (7/5/2020).