Anda di halaman 1dari 5

PENERAPAN ATURAN-ATURAN PUEBI PADA KARYA TULIS

(Tanda Petik “...”, Tanda Seru “!”, Tanda Tanya “?”, Penulisan Angka dan Bilangan,
dan Cara Penulisan Uang Dalam Mata Uang Rupiah)

Dosen : Bapak Imam Jahrudin Priyanto, Drs., M.Hum

Disusun Oleh:

Rudi Lukmana 41152010170254

VI Manajemen B2

UNIVERSITAS LANGLANGBUANA

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

2020
THE NEW NORMAL: BERUBAHNYA GAYA HIDUP
Sudah sebulan lebih kita berada dalam kondisi menjaga jarak membatasi
interaksi fisik kita. Banyak dari kita yang awalnya merasa nyaman-nyaman saja
bekerja dari rumah dengan dukungan akses internet. Namun seiring dengan
berjalannya waktu, ternyata situasi ini menekan emosi juga.

Beberapa anak kecil berusaha lari ke jalan ingin menikmati bermain dengan
teman-temannya. Orang tua yang tinggal di rumah pun, harus memutar otak
bagaimana meneruskan mata pencaharian yang semakin sulit ini. Apalagi ternyata
muncul pengumuman pemerintah yang memperpanjang seruan tinggal di rumah.
Situasi ini dirasakan hampir di seluruh dunia, dengan ketegangan dan
bahkan shock.
Pada awalnya semua orang mengikuti dengan tegang pengumuman perkembangan
jumlah penderita, berapa yang sembuh dan berapa yang meninggal. Kita semua
berada dalam kekhawatiran yang sangat mendalam, apalagi bila mendengar orang
yang kita kenal menjadi korbannya. Semula kita pergi tidur dengan harapan virus ini
akan hilang dalam waktu cepat. Namun harapan ini ternyata tidak kunjung
terkabulkan, bahkan semakin parah. Diperparah pula dengan kondisi finansial yang
tidak menentu. Ada yang tidak jelas apakah masih bisa meneruskan bisnisnya, ada
yang terkena pemotongan gaji, bahkan ada yang dirumahkan tanpa gaji. Ini benar-
benar adalah masa gelap yang belum pernah dialami kita semua.

Pertanyaannya, apakah kita tidak berusaha mengolah batin untuk menerima


kenyataan jika isolasi ini akan berlangsung lebih lama daripada perkiraan kita ?
Selain itu, bagaimana cara hidup kita bila kita semua ini benar-benar berakhir ?
Apakah kita akan kembali hidup seperti sedia kala ? Apakah kita tidak berusaha
beradaptasi dengan keadaan ini dan keluar dengan semangat baru?

“Life Lessons”

Dari setiap krisis sebenarnya kita bisa mendapatkan pelajaran hidup tertentu,
yang bila dipelajari dapat mengubah  hidup kita menjadi lebih baik. Ini adalah
kesempatan kita untuk belajar dan berubah. Bisakah kita menganggap bahwa krisis
ini adalah ‘uang sekolah’ yang demikian besar nilainya agar kita naik kelas menjadi
manusia dengan mutu yang lebih baik ?

Krisis ini memang membuat orang berhenti, bukan hanya berhenti bepergian
maupun beribadah bersama. Namun, di sini, kita berhenti untuk berefleksi dan
memikirkan apa yang benar-benar esensial. Kita memang tidak bisa lagi berkumpul
dan makan bersama merayakan perayaan agama, tetapi kita diajak untuk berdialog
lebih intens dengan pencipta kita. Kita seolah diultimatum oleh semesta untuk
mempelajari cara hidup baru.
Ayo belajar !

Pelajaran pertama dalam kondisi sekarang ini sebenarnya adalah


memperkuat rasa syukur bahwa kita masih bisa melihat udara luar dan bisa
bernafas dengan lancar. Kita memang merasa rindu dengan kehidupan kita sebelum
ini, tetapi sekarang kita belajar untuk lebih menghargai kehidupan.

Kita juga lebih menghargai arti kemanusiaan dan kesehatan, sehingga kita
bersedia mengurung diri tidak keluar rumah demi kesehatan masyarakat luas. Selain
itu, kita juga belajar arti kebersihan yang dulu sering kita abaikan seperti mencuci
tangan maupun tidak berbagi makanan dengan sendok yang sama dengan yang
masuk ke mulut kita.

Inilah masa di mana kita benar-benar kembali ke keluarga inti, menghargai


kebersamaan serta komunikasi satu sama lain. Inilah saat yang baik untuk belajar
mengerem, melepas, dan menyalurkan emosi pada saat yang tepat. Pertemanan
yang biasanya kita anggap sudah lumrah, sekarang terasa demikian berharga.
Melalui hidup di rumah kita merasakan betapa mudah, murah, sehat dan lezatnya
makanan rumah. Teman saya membuat roti setiap pagi. Kita belajar menyadari
betapa roti segar ini ternyata membangkitkan mood juga untuk merasa segar.
Kehidupan domestik seolah lahir kembali dan penghuninya pun menikmatinya.

Kita juga terhenyak menyadari betapa selama ini sudah membeli terlalu
banyak, jajan terlalu banyak dan mengkonsumsi barang yang tidak kita butuhkan.
Kita tidak tahu bagaimana kita akan memakai semua pakaian, sepatu, tas dan
aksesori yang kita miliki. Sementara kita sekarang hanya membutuhkan beberapa
potong baju saja. Dari situasi ini, kita juga belajar bahwa sebetulnya kita bisa
menabung lebih banyak, asalkan bisa menahan nafsu untuk membeli yang memang
kita butuhkan, bukan sekedar kita inginkan.

Hal yang juga tidak kalah pentingnya adalah betapa kita jadi lebih bisa
menghargai alam. Burung yang bebas bernyanyi, polusi berkurang dan langit pun
cerah. Tidakkah kita setuju bahwa semesta sedang mendapat kesempatan untuk
berbenah, dengan bantuan manusia yang juga sedang berusaha membenahi diri
sendiri.

“The New Normal” setelah covid-19

The new normal sedang hangat diperbincangkan sekarang ini, baik di tingkat


global maupun di dalam negeri. New normal perlu disambut lantaran pandemi covid-19
sudah mengubah masyarakat dalam bersosialisasi, menjalankan aktivitas bisnis,
berdagang atau jual beli, dari segi kesehatan, hingga aktivitas perekonomian secara
keseluruhan.
Contoh kecilnya yakni jika dulu melakukan jual beli harus bertatap muka maka
sekarang ini jual beli terjadi secara online. Bahkan, perkembangan teknologi informasi
membuat silaturahmi bisa dilakukan melalui telepon genggam atau gadget yaitu
melalui video call. Selain itu, konsultasi kesehatan bisa melalui aplikasi yang disediakan
oleh platform kesehatan.

Tidak hanya itu, mungkin setelah pandemi covid-19 berakhir, orang akan tetap
menghindari keramaian, banyak orang tetap mengisolasi diri, menghindari dari
perkumpulan banyak orang, dan tetap melaksanakan physical distancing atau
memberikan jarak di tempat kerja dengan pekerja akan diminta untuk tetap mengikuti
aturan physical distancing.

Bahkan, video conference diperkirakan terus berjalan, masyarakat di banyak


negara dianjurkan menggunakan masker dan hal tersebut menjadi hal biasa. Selain itu,
banyak orang memilih opsi untuk berjalan kaki, menggunakan sepeda atau kendaraan
pribadi daripada kendaraan umum untuk berangkat kerja atau melaksanakan perjalanan
yang singkat.

Aktivitas higienis akan meningkat. Mencuci tangan dan menggunakan hand


sanitizer menjadi hal biasa. Kegiatan sanitasi dan bersih-bersih menjadi hal wajib di
lingkungan rumah maupun pekerjaan. Selain itu, aktivitas digital akan bertumbuh. E-
commerce diyakini tumbuh tinggi karena semakin banyak toko dan restoran
menyediakan jasa pengiriman tanpa kontak fisik.

Kemudian, meningkatnya penggunaan media online/aplikasi dan video online,


banyak orang akan menjaga kesehatan, menjaga makanan, dan olahraga rutin untuk
meningkatkan sistem imun. Dari sisi pembelajaran akan ada penerapan belajar jarak
jauh. Banyak sekolah akan menggunakan sistem online untuk melanjutkan
pembelajaran dan home schooling menjadi tren.

Sementara dari sisi pemerintah, new normal menjadi metode yang diambil guna


menyelamatkan perekonomian yang sedang menukik akibat covid-19. Menteri
Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam sebuah kesempatan
menjelaskan normal baru yang dimaksudkan yakni berjalannya operasional produksi
dengan menaati protokol kesehatan.

Pemerintah terus menjaga agar produksi industri bisa terus berjalan dengan
harapan roda perekonomian terus berputar. Airlangga, misalnya, mengatakan pabrik-
pabrik yang sebagian besar saat ini operasionalnya dibatasi maka ke depan
dimungkinkan berproduksi dengan menjalankan protokol kesehatan secara ketat.

"Tingkat konsumsi rumah tangga menurun, kegiatan ekspor impor juga menurun
karena memang banyak negara yang dalam tanda petik, shut down. Ini tentu kita
mengharapkan ada program exit strategy dengan metode normal baru di mana untuk
pabrik, misalnya, harus menjalankan protokol covid-19," ucapnya.
Pemerintah memiliki penjelasan terkait melemahnya konsumsi rumah tangga
yang imbasnya terhadap perlambatan pertumbuhan. Menteri Keuangan Sri Mulyani
Indrawati mengungkapkan penerapan PSBB di Jabodetabek berdampak besar terhadap
konsumsi masyarakat, mengingat konsumsi Indonesia kontribusi besarnya ada di Pulau
Jawa, secara khusus Jabodetabek.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama disebabkan oleh


konsumsi rumah tangga yang merosot ke 2,84 persen dan investasi yang hanya tumbuh
1,70 persen. Sementara itu, konsumsi pemerintah masih tumbuh walau tipis yakni 3,74
persen, ekspor 0,24 persen, sedangkan impor kontraksi 2,19 persen.

"Jadi kalau orang di rumah saja, makan saja, tidak keluar transport-nya ya


memang akan begitu. Tahun lalu konsumsi 9.000 triliun rupiah kalau Jabodetabek lebih
5.000 triliun rupiah. Kalau 5.000 triliun rupiah hanya di rumah enggak sampai 5.000
triliun rupiah memang dampaknya berat sekali," kata Ani.

Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University Australia memaparkan


new normal life adalah bagian dari strategi yang diterapkan selama belum
ditemukannya
vaksin atau obat untuk virus corona.

Berdamai atau hidup bersama dengan virus corona juga diungkapkan oleh
Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jokowi mengatakan, pemerintah terus berupaya
keras dan berharap puncak pandemi covid-19 akan segera menurun. Selama wabah
masih terus ada, Jokowi meminta seluruh masyarakat untuk tetap disiplin mematuhi
protokol kesehatan. "Artinya, sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus
hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan," katanya di
Istana Merdeka, Jakarta, dalam video yang diunggah Biro Pers, Media, dan
Informasi Sekretariat Presiden pada Kamis (7/5/2020).

Anda mungkin juga menyukai