Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No.

1, April 2015 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
HUBUNGAN PAPARAN PORNOGRAFI DENGAN
PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI BELALAU
KABUPATEN LAMPUNG BARAT
Efa Trisna*
*Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang

Seiring dengan pesatnya perkembangan technologi, ikut berkembang pula perkembangan remaja-remaja
di Indonesia. Dampak negatifnya adalah pornografi. Tayangan media massa yang menonjolkan aspek
pornografi diyakini sangat erat hubungannya dengan meningkatkan berbagai kasus kekerasan seksual
yang terjadi pada remaja. Bentuk-bentuk prilaku seksual remaja pada umumnya adalah masturbasi
(onani), berciuman, dan berhubungan seksual. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui Hubungan Paparan Pornografi Dengan Prilaku Seksual Remaja di
SMA Negeri 1 Belalau Kabupaten Lampung Barat. Desain penelitian yang digunakan yaitu Studi
Korelasi. Sampel yang digunakan yaitu 81 siswa-siswi SMAN 1 Belalau dengan pendekatan Cross
Sectional. Analisa data yang digunakan adalah uji Chi-Square. Hasil uji statistik hubungan paparan
pornografi melalui bacaan dengan prilaku seksual pada remaja didapatkan p-value = 0,010,handphone
dengan prilaku seksual 0,010, film porno dengan prilaku seksual 0,004, internet dengan prilaku seksual
0,002 sehinggga (p-value < 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat
paparan pornografi dengan tingkat perilaku seksual remaja di SMAN 1 Belalau Lampung Barat. Saran
diharapkan pada pihak sekolah dapat memfasilitasi para siswa-siswi dalam kegiatan ekstrakulikuler
diantaranya olahraga yang meliputi : basket, futsal, tenis meja, takrau dan lain-lain, serta dapat
memberikan kegiatan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi pada remaja.

Kata Kunci: Pornografi, Prilaku Seksual Remaja

LATAR BELAKANG tetapi juga mengakibatkan kematangan


seksual yang lebih cepat pada diri anak
Seiring dengan pesatnya (Kartono, 2003)
perkembangan technologi, ikut Bentuk-bentuk prilaku seksual
berkembang pula perkembangan remaja- remaja pada umumnya adalah masturbasi
remaja di Indonesia. Dampak negatifnya (onani), berciuman, dan berhubungan
adalah pornografi. Tayangan media massa seksual (Karolina, 2002). Melalui survey
yang menonjolkan aspek pornografi terhadap remaja di Jakarta, didapatkan
diyakini sangat erat hubungannya dengan remaja usia 15-19 tahun tidak sedikit yang
meningkatkan berbagai kasus kekerasan sudah pernah melakukan hubungan
seksual yang terjadi pada remaja. Bentuk- seksual, dari 10.883 remaja didapatkan
bentuk prilaku seksual remaja pada sekitar 72% berpacaran, 92% pernah
umumnya. berciuman, 62% pernah meraba pasangan,
Tayangan media massa yang 10,2% pernah melakukan hubungan
menonjolkan aspek pornografi diyakini seksual (BKKBN, 2010).
sangat erat hubungannya dengan SMAN 1 Belalau merupakan salah
meningkatkan berbagai kasus kekerasan satu sekolah lanjutan tingkat atas di
seksual yang terjadi pada remaja. Kabupaten Lampung Barat. Ada 12 SMA
Rangsangan kuat dari luar seperti film-film di Kabupaten Lampung Barat, dari hasil
seks (blue film), sinetron, buku-buku survei yang peneliti lakukan terhadap
bacaan, dan majalah-majalah bergambar SMA di Lampung Barat SMA Negeri 1
seksi, godaan dan rangsangan dari kaum Belalau ini lah angka kejadian kehamilan
pria, serta pengamatan secara langsung pada saat dalam pendidikan yang tinggi.
terhadap perbuatan seksual tidak hanya Berdasarkan hasil pra survey yang peneliti
mengakibatkan memuncaknya atau lakukan terhadap 10 orang siswa dari 424
semakin panasnya reaksi-reaksi seksual siswa secara keseluruhan di SMAN 1
[139]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN 1907 - 0357

Belalau Kabupaten Lampung Barat pada dan dianalisis menggunakan uji Chi-
tanggal Maret 2012, berdasarkan hasil Square.
wawancara diperoleh informasi dari 10
orang siswa, 5 orang siswa mengatakan HASIL
memasukkan vidio porno di dalam
handphone nya. Dari ke 5 orang yang Tabel 1: Distribusi Responden Berdasarkan
memasukkan vidio porno dalam Paparan Pornografi Melalui
handphonenya 2 orang diantara mengatkan Bacaan
vidio tersebut ditonton sesaat sebelum
mereka melakukan onani, dan 3 orang Paparan Pornografi Bacaan f %
lainnya hanya mengkoleksinya saja. Dari Terpapar Tinggi 19 23.5
10 siswa, 8 orang siswa mengatakan Terpapar Ringan 62 76.5
pernah menonton film porno (VCD porno). Jumlah 81 100
Dari 8 orang siswa yang pernah menonton
film porno 5 orang siswa mengatakan rasa Berdasarkan tabel di atas diketahui
ingin melakukan hubungan seksual lebih bahwa sebagian besar responden yang
besar dan 3 orang lainnya mengatakan paparan pornografi terpapar tinggi yaitu
biasa saja. Dari 10 siswa, 8 orang siswa sebanyak 19 orang (23,5%), sedangkan
mengatakan pernah berciuman. Dari 8 selebihnya paparan pornografi terpapar
orang tersebut mengatakan setiap kali ringan.
bertemu dengan pasangannya selalu ingin
melakukannya kembali. Pada tahun 2009 Tabel 2: Distribusi Responden Berdasarkan
didapatkan informasi dari seorang alumni Paparan Pornografi Melalui HP
bahwa terdapat 3 orang hamil diluar nikah
dan pada tahun 2010 terdapat 1 orang yang Paparan Pornografi HP f %
hamil diluar nikah. Terpapar Tinggi 35 43,2
Berdasarkan fenomena diatas maka Terpapar Ringan 46 56,8
peneliti melakukan penelitian ”Hubungan Jumlah 81 100
Paparan Pornografi Dengan Prilaku
Seksual Remaja di SMA Negeri 1 Belalau Berdasarkan tabel di atas diketahui
Kabupaten Lampung Barat . bahwa sebagian besar responden yang
paparan pornografi terpapar tinggi yaitu
METODE sebanyak 35 orang (43,2%), sedangkan
selebihnya paparan pornografi terpapar
Desain pada penelitian ini adalah ringan.
dekriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini untuk melihat Tabel 3: Distribusi Responden Berdasarkan 
hubungan paparan pornografi dengan Paparan Pornografi Melalui Film
prilaku seksual remaja di SMAN 1 Belalau
Lampung Barat. Paparan Pornografi Film f %
Populasi Populasi adalah
Terpapar Tinggi 21 25,9
keseluruhan objek penelitian atau objek
Terpapar Ringan 60 74,1
yang diteliti (Notoatmodjo 2010). Populasi
Jumlah 81 100
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
SMAN 1 Belalau kabupaten Lampung
Berdasarkan tabel di atas diketahui
Barat berjumlah 424 orang siswa. Sampel
bahwa sebagian besar responden yang
yang digunakan yaitu 81 siswa-siswi
paparan pornografi terpapar tinggi yaitu
SMAN 1 Belalau.
sebanyak 21 orang (25,9%), sedangkan
Data penelitian dikumpulkan dengan
selebihnya paparan pornografi terpapar
menggunakan angket yang dibagikan dan
sedang.
diisi langsung oleh responden.
Selanjutnnya data yang terkumpul diolah

[140]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN 1907 - 0357

Tabel 4: Distribusi Responden Berdasarkan  sebagian besar responden yang paparan


Paparan Pornografi Melalui pornografi terpapar tinggi yaitu sebanyak
Internet 19 orang (23,5%), paparan pornografi
melalui handphone, sebanyak 35 orang
Paparan Pornografi Internet f % (43,2%), paparan pornografi melalui film
Terpapar Tinggi 20 24,7 porno sebanyak 21 orang (25,9%)dan
Terpapar Ringan 61 75,3 paparan pornografi melalui internet
Jumlah 81 100 sebanyak 20 orang (24,7%) , Pada
variabel prilaku seksual diketahui sebagian
Berdasarkan tabel diatas diketahui besar responden yang prilaku seksual
bahwa sebagian besar responden yang melakukan yaitu sebanyak 17 (21%)
paparan pornografi terpapar tinggi yaitu responden, sedangkan selebihnya prilaku
sebanyak 20 orang (24,7%), sedangkan seksual tidak melakukan yaitu sebanyak 64
selebihnya paparan pornografi terpapar (79%) responden.
sedang. Hasil uji statistik paparan pornografi
melalui bacaan didapatkan p-value = 010,
Tabel 5: Distribusi Responden Berdasarkan handphone 0,010, film porno 0,004,
Perilaku Seksual internet 0,002 yaitu lebih kecil dari (p-
value < 0,05) yang berarti bahwa ada
Perilaku Seksual f % hubungan yang signifikan antara paparan
Melakukan 17 21,0 pornografi melalui bacaan, paparan
Tidak Melakukan 64 79,0 pornografi melalui handphone, paparan
Jumlah 81 100 pornografi melalui film porno, dan paparan
pornografi melalui internet dengan tingkat
Berdasarkan tabel diatas diketahui perilaku seksual remaja di SMAN 1
bahwa sebagian besar responden yang Belalau Lampung Barat,
perilaku seksual tinggi yaitu sebanyak 17 Hasil penelitian yang dilakukan oleh
orang (21,0%), sedangkan selebihnya peneliti menunjukkan bahwa paparan
prilaku seksual rendah yaitu sebanyak 64 pornografi melalui handphone menempati
orang (79,0%). urutan yang pertama. Fenomena ini dapat
dilihat dari tabel paparan pornografi
Tabel 6: Signifikansi Hubungan Paparan melalui handphone.
Pornografi Melalui Bacaan, Menurut Cline(2006), tahapan efek
Handphone. Film, Internet dengan paparan yang terjadi pada mereka yang
Perilaku Seksual terpapar pornografi dan mengalami efek
paparan pornografi yang meliputi adiksi,
Paparan Pornografi p value OR eskalasi, desensitisasi, dan act out. Adiksi
Bacaan 0.000 4,283 adalah adanya efek ketagihan. Sekali
Handphone 0,010 4,278 seseorang menyukai materi pornografi
maka ia akan memiliki keinginan untuk
Film 0.004 4,875
melihat dan mendapatkan materi tersebut.
Internet 0.002 5,420
Eskalasi adalah terjadinya peningkatan
kebutuhan terhadap materi sek yang lebih
Dari tabel di atas dapat dilihat ada
berat, lebih eksplisit, lebih sensasional dan
hubungan yang bermakna antara paparan
lebih menyimpang dari yang sebelumnya
pornografi melalui bacaan. Handphone,
dikonsumsi. Desensitisasi adalah tahap
Film, Internet dengan prilaku seksual
ketika materi seks yang tadinya tabu, tidak
remaja dengan p value < dari 0,05
bermoraldan merendahkan/melecehkan
martabat manusia pelan-pelan kini
PEMBAHASAN
dianggap menjadi sesuatu yang biasa
bahkan biasanya menjadi tidak sensitif
Berdasarkan hasil univariat pada
pula terhadap korban kekerasaan seksual.
variabel paparan pornografi melalui bacaan

[141]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN 1907 - 0357

Act out terjadi ketika ada peningkatan pernah mengakses situs porno (Gunawan,
kecenderungan untuk melakukan perilaku 2011).
seksual pornografi yang selama ini hanya Hal ini mungkin disebabkan oleh
dilihat untuk diaplikasikan kedalam beberapa faktor-faktor yang mendukung
kehidupan nyata. Tingkat keterpaparan yaitu jenis kelamin, Uang jajan, berpacaran
dikategorikan tinggi jika >3 bulan, dan akses internet sebagaimana yang
dikatakan rendah jika waktunya <3 bulan. didapatkan dari data umum yang dilakukan
Sedangkan frekuensi paparan dikatakan peneliti.
sering jika >2 kali dalam seminggu dan Sebagian besar jenis kelamin
jarang jika <2 kali dalam seminggu. responden adalah lelaki yaitu 50 (61,72
Pornografi menimbulkan banyak %). Dikarenakan responden lebih banyak
kontroversi karena masyarakat lelaki hal ini menjadikan peluang untuk
mengkhawatirkan dampaknya. Salah satu melakukan prilaku-prilaku seksual baik
kekhawatiran ini adalah bahwa dalam batasan normal ataupun diluar
penggunaan pornografi memicu tindak batasan. Jenis kelamin ini sangat erat
kejahatan seks dan pelanggaran seks. hubungannya dengan seksualitas seseorang
Pendapat lain yang populer adalah bahwa dimana jenis kelamin adalah merupakan
hanya orang yang tidak wajar saja yang salah satu faktornya. Hal ini dikarenakan
tertarik dengan pornografi. Hasil penelitian oleh adanya perbedaan pola reproduksi
Kinsey (2002) menunjukan antara 14-60% hormon seksual antara remaja berjenis
perempuan dan 37-77% laki-laki menjadi kelamin laki-laki dengan remaja berjenis
terangsang jika menonton film seks, kelamin perempuan. Remaja berjenis
membaca, dan mendengar cerita erotis, dan kelamin perempuan memiliki pola
melihat foto, gambar, atau bentuk visual reproduksi sesuai dengan siklus bulanan,
lain yang menampang aktivitas seksual sedangkan laki-laki memproduksi hormon
(Sumartono, 2002) seksual secara terus menerus sehingga
Berdasarkan hasil analisa dan remaja yang berjenis kelamin laki-laki
pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa lebih agresif. Apabila dikaitkan dengan
suatu prilaku dapat didasari oleh suatu perilaku seksual seseorang remaja
rangsangan baik dari luar maupun dari perempuan cendrung takut melakukan
dalam diri seseorang khususnya pada diri hubungan seksual pranikah karena
remaja. Salah satu efek paparan pornografi mungkin takut hamil ataupun takut
yang dapat merangsang prilaku seksual kehilangan keperawanan sedangkankan
pada remaja adalah kebiasaan menonton responden yang berjenis kelamin laki-laki
film/VCD porno. Hal ini terjadi karena tidak terpengaruh oleh hal tersebut,
pada masa remaja belum dapat disamping itu dalam berperilaku pria lebih
membedakan antara informasi yang baik mengutamakan pertimbangan emosional
atau tidak untuk perkembangan diri dan prasaan.
remaja. Belum stabilnya jiwa remaja inilah Dilihat dari data berpacaran
yang menyebabkan informasi yang masuk responden SMAN 1 Belalau yang
dicerna dan di amati yang terjadi bila ia berpacaran yaitu sebanyak 64 (79,01 %).
melakukan hal yang sama dengan apa yang Pacaran mendorong remaja untuk merasa
dilihatnya. aman dan nyaman. Berpacaran memiliki
Hasil penelitian yang dilakukan Elly dampak positif dan aspek negatif. Jika
Risman (Hubungan Antara Paparan dilihat prestasi sekolah akibat dari
Pornografi Media Masa Dengan Prilaku berbacaran bisa menjadi meningkat
Seksual) terungkap angka yang sangat ataupun sebaliknya. Di dalam hubungan
mengerikan. Tidak kurang dari 98% anak- pacaran pasti ada suatu permasalahan yang
anak indonesia pernah mengakses media- dapat membuat pasangan tersebut
media berbau pornografi data ini diperkuat bertengkar. Dampak dari pertengkaran itu
temuan jejak kaki internet protection yang dapat mempengaruhi prestasi mereka di
mencatat 97% anak usia 19-24 tahun sekolah. Tetapi tidak menutup

[142]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN 1907 - 0357

kemungkinan dapat mendorong mereka pornografi sangat banyak di internet.


untuk lebih meningkatkan prestasi belajar Menanggapi fenomena ini pemerintah
mereka. Dalam berpacaran sering kali melalui menkominfo menempuh dua jalan
remaja meluapkan rasa sayangnya yang yang ditempuh untuk melindungi anak-
berlebihan dalam berpacaran. Mungkin anak dari pornografi dan pemerintah amat
awalnya memang sebagai tanda atau serius untuk menyaring informasi internet.
ungkapan kasih sayang, tapi pada umunya Jalan yang pertama adalah kampanye
akan sulit membedakan rasa sayang dan internet sehat dan upaya yang kedua adalah
nafsu. Hal ini berpeluang besar reponden saringan atas pornografi internet.
ataupun remaja melakukan prilaku seksual. Pemerintah mempunyai wacana
Oleh karena itu berpacaran seharusnya pembatasan penggunaan internet dan saat
mendapatkan pengawasan yang sangat ini Tim Respon Keamanan Internet sedang
ketat dari orang tua dan orang tua disiapkan untuk menggunakan program
diharapkan dapat memperhatikan penyaringan informasi inetrnet. Dan kelak
pergaulan anaknya. Hal yang terpenting peraturan itu akan mengikat semua
dalam berpacaran adalah gaya perpacaran pengguna internet di Indonesia, baik di
kearah yang positif. rumah, kantor, maupun warung internet
Responden remaja SMAN 1 Belalau termasuk di Kecamatan Belalau Kabupaten
sebagian besar mendapakan uang jajan < Lampung Barat.
Rp.10.000. Pemberian uang saku/jajan Jika dilihat dari ketersedian akses
kepada remaja memang tidak dapat internet remaja SMAN 1 Belalau lebih
dihindarkan. Namun, sebaiknya uang saku dominan menggunakan akses internet dari
diberikan dengan dasar kebijaksanaan. warnet. Banyak manfaat - manfaat yang
Jangan berlebihan. Uang saku yang dapat diambil dari internet. Tapi itu semua
diberikan dengan tidak bijaksana akan tergantung oleh orang - orang yang
dapat menimbulkan masalah. yaitu: anak memanfaatkan media internet. Bila internet
menjadi boros, anak tidak menghargai itu disalah gunakan dalam
uang, dan anak malas belajar, sebab pemanfaatannya, maka akan timbul
mereka pikir tanpa kepandaian pun uang dampak negatif yang tidak diinginkan.
gampang. Banyaknya warnet-warnet yang ada dan
Dilihat dari data tentang uang jajan lokasi yang mudah dijangkau semakin
yang didapakan responden atau remaja mempermudah untuk mengakses internet.
SMAN 1 Belalau mempunyai peluang Internet merupakan salah satu faktor yang
yang sangat besar untuk digunakan untuk mempengaruhi dalam paparan pornografi.
internetan. Dikarenakan uang sewa internet Menariknya konten-konten porno
yang hanya Rp.2500/jam dan lokasi sangat menambah minat remaja untuk membuka
terjangkau. Sedangkang pusat perbelanjaan konten-konten tersebut. Murahnya uang
pun terbatas untuk memperbelanjakan sewa warnet dan lokasinya yang mudah
uang saku mereka. Disamping itu terjangkau memudahkan remaja khususnya
responden kebanyakan tinggal bersama remaja SMAN 1 Belalau untuk mengakses
orang tuanya dirumah sehingga tidak secara langsung ataupun tidak langsung
banyak mengeluarkan kebutuhan dari uang terhadap konten-konten porno yg ada di
jajan. Hal ini berpeluang sangat besar internet. Sehingga untuk keterpaparan
untuk digunakan yang bersifat memuaskan peluang remaja SMAN 1 Belalau sangat
salah satunya menyewa internet yang besar untuk terpapar dan menimbulkan
didalamnnya banyak konten-konten prilaku seksual. Dengan demikian
menarik sehingga mendorong dikawatirkan remaja ketagihan konten-
keingintahuan mereka . konten porno. Dikarenakan Sekali
Menurut Peneliti pornografi sangat seseorang menyukai materi pornografi
banyak dan mudah didapatkan di internet. maka ia akan memiliki keinginan untuk
Hal serupa pernah diungkapkan oleh melihat dan mendapatkan materi tersebut.
menkominfo Sofyan Djalil bahwa

[143]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN 1907 - 0357

Paparan pornografi yang dialami kelamin yang ada pada saat ini sebut saja
anak – anak, didapat dari game online, salah satunya adalah sivilis. Pemerintah
internet, tayangan televise, alat – alat juga melalui dinaskehatan mempunyai
teknoligi canggih sehingga adiksi program penyuluhan terhadap remaja.
pornografi berdampak sangat luas. Penyuluhan ini tujuannya memberikan
Biasanya paparan pornografi dimulai di pendidikan terhadap remaja bahaya
dalam keluarga sehingga sulit terkontrol. perilaku-perilaku seksual yang tidak
Paparan pornografi tidak hanya dilakukan terkontrol. Yang disayangkan pada saat ini
oleh tayangan – tayangan dari luar justru bahaya penyakit semakin besar tetapi
tayangan – tayangan local yang diproduksi penyuluhan-penyuluhan yang seharusnya
dari Indonesia juga banyak berisi dan dilakukan dinas-dinas terkait seperti dinas
bersifat pornografi. kesehatan kurang mencanangkan
Dengan semakin besarnya paparan pencanangan memberikan penyuluhan atau
yang ada sekarang maupun secara pengetahuan bahaya sek yang tidak
langsung dan tidak langsung peranan orang terkontrol yang berakibat penyakit kelamin
tua dirumah sangatlah mempengaruhi yang ditimbulkan.
dalam menanggulangi paparan pornografi. Pemerintah sebenarnya sudah
Sehingga perilaku yang tidak terpuji bisa berupaya memerangi pornografi dengan
yang melanggar normo-norma tidak dibuatnya undang-undang pornografi. Pro
dilakukan oleh remaja. Keluarga, harus dan kontra mewarnai sebelum dan sesudah
sadar untuk melarang anak – anaknya lahirnya UU Pornografi terhadap beberapa
menonton pornografi yang makin marak di hal seperti batasan pornografi, sanksi
media internet, game online, komik serta pidana, dan peran serta masyarakat.
handphone berkamera. Larangan tersebut Meskipun demikian, Pemerintah dan DPR
tentu akan mempersempit untuk melihat RI menyadari sepenuhnya bahwa
atau membuat video yang asusila. Indonesia perlu mengefisienkan UU
Selain orang tua peranan masyarakat Pornografi dengan pertimbangan bahwa
tidak kalah pentingnnya dalam mengawasi pembuatan, penyebarluasan, dan
remaja-remaja dari pornografi. Sikap penggunaan pornografi dipandang sudah
masyarakat yang bersikap acuh tak acuh semakin luas dan dapat mengancam
terhadap fenomena pornografi menjadi kehidupan sosial masyarakat. tindak
indikator kecacatan masyarakat. kriminal terjadi di tengah masyarakat
Masyarakat harus lebih peduli sehingga seperti pemerkosaan dan pelecehan seksual
masyarkat mempunyai peran penting dimana si pelaku terdorong melakukannya
dalam pengendalian pornografi setelah menonton film porno di internet,
dilingkungan tempat tinggalnya. Didalam kasus maraknya penyebaran foto bugil di
masyarakat terdapat tokoh-tokoh internet dari hasil rekayasa foto, kasus
masyarkat yang mempunyai pengaruh jual-beli VCD Porno yang melibatkan
besar terhadap suatu lingkungan, orang dewasa maupun anak-anak, dan
diharapkan peran tokoh masyarakat ini masih banyak kasus lainnya. Dengan
dapat membantu dalam memerangi lahirnya UU Pornografi dimaksudkan
pornografi dan menjaga norma-norma untuk segera mencegah berkembangnya
yang berlaku dimasyarakat. Tokoh pornografi dan komersialisasi seks di
masyarakat juga seharusnya mendapatkan masyarakat, dan memberikan kepastian
pelatihan ataupun arahan oleh pemerintah hukum dan perlindungan bagi warga
yang mempunyai kewajiban dalam negara dari pornografi, terutama bagi anak
membantu memerangi paparan pornografi dan perempuan. Sampai saat ini setelah
yang semakin hari semakin pemerintah membuat undang-undang
membahayakan pararemaja. pornografi tidak begitu saja massalah
Ancaman paparan pornografi pornografi di negara selesai begitu saja.
menjadi suatu bahaya bila dilihat dari Sampai dengan sekarang konten-konten
kesehatan. Banyaknya penyakit-penyakit porno yang beredar di masyarakat maupun

[144]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN 1907 - 0357

diinternet menjadi momok yang Barat dengan p-value = 0,010, ada


menakutkan buat generasi remaja saat ini. hubungan paparan pornografi melalui
Semakin hari keterpaparan remaja terhadap handphone dengan perilaku seksual
pornografi semakin bertambah besar. melalui handphone di SMA Negeri 1
Penanggulangan masalah paparan Belalau Lampung Barat dengan p-value =
pornografi ini melibatkan semua unsur 0,010, ada hubungan paparan pornografi
baik unsur pemerintahan dan non melalui film dengan perilaku seksual di
pemerintahan. Pengawasan orang tua dan SMA Negeri 1 Belalau Lampung Barat
perhatian orang tua terhadap remajanya dengan p-value = 0,004 dan ada hubungan
haruslah lebih ditingkatkan di era moderen paparan pornografi melalui internet dengan
sekarang ini sehingga dapat mencegah perilaku seksual melalui internet di SMA
keterpurukan generasi remaja yang rusak Negeri 1 Belalau Lampung Barat dengan
oleh paparan-paparan yang ada saat ini p-value = 0,002.
khususnya paparan pornografi. Berdasarkan kesimpulan tersebut,
maka diharapkan siswa-siswi SMA N 1
KESIMPULAN Belalau dapat mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler, kegiatan keagamaan yang
Berdasarkan analisa dan ada disekolah sehingga akan
pembahasan, maka dapat disimpulkan meminimalkan/menghindari perilaku
bahwa distribusi frekuensi paparan seksual yang beresiko pada remaja. Bagi
pornografi melalui bacaan pada remaja di orang tua diharapkan untuk melakukan
SMAN 1 Belalau Lampung Barat, pengawasan yang lebih kepada anak-
sebagian besar adalah terpapar ringan anaknya dengan mengajak mereka untuk
sebesar 62 (76,5 %), melalui handphone sharing, dan ikut dalam kegiatan –
sebagian besar adalah terpapar ringan kegiatan di rumah serta pengawasan yang
sebesar 46 (56,8 %), melalui film porno ketat terhadap perkembangan remaja di
sebagian besar adalah terpapar tinggi rumah dan selanjut diharapkan kepada
sebesar 60 (74,1 %), dan melalui internet pihak sekolah dapat memfasilitasi para
sebagian besar melakukan sebesar 61 siswa-siswi dalam kegiatan ekstrakulikuler
(75,3 %). diantaranya olahraga yang meliputi :
Hasil anilisis hubungan dengan basket, futsal, tenis meja, takrau dan lain-
menggunakan uji statistik disimpulkan ada lain, serta dapat memberikan kegiatan
hubungan paparan pornografi melalui penyuluhan mengenya dnai kesehatan
bacaan dengan perilaku seksual melalui reproduksi pada remaja.
bacaan di SMA Negeri 1 Belalau Lampung

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2010. Bentuk-bentuk Perilaku Kartono, K. 2003. Patologi Sosial. Jakarta:


Seksual Remaja, diperoleh tanggal Raja Grafindo Persada.
20 November 2011. Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu
http://www.BKKBN.co.id. Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka
Gunawan, Arif. 2011. Remaja dan Cipta.
Permasalahannya. Yogyakarta:
Hanggar Kreator.

[145]

Anda mungkin juga menyukai