Penentuan Kadar Sulfat Menggunakan Turbi PDF
Penentuan Kadar Sulfat Menggunakan Turbi PDF
TURBIDIMETRI
Abstrak
Sulfat merupakan senyawa yang paling stabil secara kimia karena dalam
bentuk oksida paling tinggi. Konsentrasi ion sulfat atau SO42- dapat ditentukan
dengan metode turbidimetri. Metode turbidimetri didasarkan pada pengukuran
interferensi yang disebabkan endapan pada jalur cahaya. Ion sulfat dalam NaCl-
HCl dan larutan gliserol-etanol dengan penambahan kristal BaCl2 akan
membentuk koloid tersuspensi (berpenampakan keruh). Semakin tinggi
konsentrasi sulfat maka semakin keruh cairannya yang diukur dengan
turbidimeter. Pada percobaan konsentrasi rata-rata sampel 1 sebesar 103.4750
ppm dan konsentrasi rata-rata sampel 2 sebesar 54.6275 ppm. Hasil percobaan
menunjukkan kadar sulfat dalam sampel 1 lebih tinggi dibandingkan sampel 2.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesalahan yang terjadi ketika dalam
percobaan diantaranya terjadi pengocokan yang kurang maksimal, penambahan
pereaksi kurang cermat, dan larutan yang sudah terkontaminasi.
Pendahuluan
Tujuan Percobaan
Metode Percobaan
Alat yang digunakan adalah turbidimeter, gelas piala, gelas ukur, labu takar 25 ml,
dan buret dan bahan yang digunakan adalah larutan standar sulfat 0.01 M (1.814 g
K2SO4 kering dilarutkan dalam 1 L air), NaCl-HCl (60g NaCl dilarutkan dalam
200 ml air, tambahkan 5 ml HCl pekat, encerkan sampai 250 ml), BaCl2, dan
larutan gliserol-etanol (1 volume gliserol + 2 volume etanol)
Prosedur Percobaan
Percobaan kali ini akan mengukur kadar atau konsentrasi sulfat dengan
menggunakan spektrometer berdasarkan prinsip turbiditas/kekeruhan. Dimana
sulfat akan berekasi dengan kristal BaCl2 dan buffer NaCL-HCL akan
membentuk koloid tersuspensi (kekeruhan). Semakin tinggi konsentrasi sulfat,
maka semakin keruh cairan yang bersangkutan (Mulyono 2007). Penambahan
HCL-NaCL ini adalah untuk menjaga pH larutan, karena apabila pada pH > 8
sulfida membentuk ion sulfida namun pada pH < 8 sulfida cenderung dalam
bentuk H2S yang akan melepas gas yang berbau busuk. Dan penambahan larutan
ini adalah untuk menstabilkan suspensi koloid BaSO4 yang akan terbentuk.
Penambahan gliserol-etanol ini akan menghasilkan larutan yang menjadi agak
kental (Chen 2011). Kekentalan ini akan menjaga suspensi koloid stabil dan
merata (endapan tidak mengendap), sehingga kekeruhan dapat diukur pada
spektrofotometer. Kemudian dilakukan penambahan BaCl2, dimana BaCl2 ini
akan bereaksi dengan sulfat sehingga menghasilkan BaSO4. Kemudian larutan
didiamkan selama 3-5 menit, hal ini bertujuan untuk memberi kesempatan agar
pereaksi bereaksi sempurna dan koloid yang dihasilkan stabil. kemudian diukur
absorbansinya pada Panjang gelombang yang digunakan adalah sebesar 477 nm,
karena sulfat akan optimal terbaca pada panjang gelombang 477 nm. Turbiditas
atau kekeruhan berbanding lurus dengan konsentrasi. Dengan demikian setiap
kenaikan konsentrasi akan meningkat pula kekeruhan larutan. Hal ini disebabkan
karena semakin tinggi konsentrasi larutan maka keberadaan partikel-partikel kecil
penyusun koloid BaSO4 akan semakin tinggi. Keberadaan partikel-partikel ini
menyebabkan kekeruhan yang makin tinggi (Khopkar 2003). Partikel-partikel ini
akan berada saling rapat didalam larutan yang memungkinkan pembiasan cahaya
lebih banyak.
Pada awalnya yang diukur adalah larutan blanko 0 ppm. Fungsi dari
larutan blanko adalah sebagai faktor koreksi terhadap pelarut dan pereaksi yang
digunakan. Sehingga pada pengukuran blanko ini adalah pengukuran serapan
untuk pelarut dan pereaksinya. Kemudian pengukuran dilakukan pada larutan
standar 8.7, 17.4, 26.1, 34.8, 43.5, dan 52.2 ppm (Tabel 1). Sebelum pengukuran
masing-masing larutan deret standar, larutan dikocok terlebih dahulu agar
suspensi koloid merata saat diukur. Sehingga bila dilihat dari grafik, semakin
besar konsentrasi maka nilai NTUnya pun semakin besar, dimana garis yang
terbentuk adalah garis linear terlihat pada Gambar 1. Garis linear yang dihasilkan
ini menunjukan bahwa absorbansi adalah fungsi dari konsentrasi. Dengan
mendapatkan persamaan garis linear pada grafik, maka konsentrasi sampel dapat
dihitung. Selain dengan cara menghitung dari persamaan garis konsentrasi sampel
dapat juga ditentukan dengan menginterpolasikan langsung kedalam grafik. Dari
grafik yang telah dibuat didapat regeresi linear sebesar 0.972. Nilai ini
menunjukan koefisien korelasi antara absorbansi dengan konsentrasi besar
sehingga linearitas dari kurva adalah baik, dimana grafik memenuhi syarat sebagai
garis linear untuk penentuan konsentrasi sampel. Dari hasil pengukuran sampel,
didapat konsentrasi rata-rata sampel 1 sebesar 103.4750 ppm dan konsentrasi rata-
rata sampel 2 sebesar 54.6275 ppm. Konsentrasi standar maksimal yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI No : 907/MENKES/VII/2002 untuk sulfat
dalam air minum adalah sebesar 250 mg/L atau sebesar 24.22 ppm (Sutanto dan
Iryani 2011). Dapat dikatakan konsentrasi sulfat dalam air pada percobaan ini
memiiki konsentrasi yang lebih besar dibandingkan dengan peraturan dari
peraturan yang ditetapkan. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kesalahan diantaranya terjadi ketika saat pengocokan kurang maksimal,
penambahan pereaksi kurang cermat, dan larutan yang sudah terkontaminasi
Simpulan
Daftar Pustaka
Chen YW. 2011. Automatic Cell Counting for Hemacytometers through image
Processing. Taiwan (TW): Natioal Chung-Cheng University.
Skoog DA, West DM, Holler FJ, Crouch SR. 2004. Fundamentals of Analytical
Chemistry 8th Edition. Belmont (US): Brooks/Cole.
Sutanto dan Iryani A. 2011. Hujan asam dan perubahan kadar nitrat dan sulfat
dalam air sumur di wilayah industri Cibinong-Citeureup Bogor. Jurnal
Teknologi Pengolahan Limbah.14 (1): 1-9.