Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“PERTUNANGAN”

Disusun Oleh Kelompok II:

1. Brenda Sekeon

2. Deisi Maitimu

3. Nigita Bujung

4. Pierre Roringpandey

5. Yoani Tompodung

6. Ziendy Lestuny

Mata Kuliah: Pendidikan Pra Nikah

Dosen Pengampu: Dr. Heldy Rogahang, S.Th., M.Pd

Prodi / Semester: PAK / VI / A

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI MANADO

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN KRISTEN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada TUHAN YESUS KRISTUS
hanya karena kasih, anugerah, serta penyertaan-Nya bagi kami hingga
makalah ini bisa selesai dengan baik dan juga tepat waktu. Kami yakin jika
tanpa campur tangan TUHAN makalah ini pasti tidak akan terselesaikan
dan malah akan terbengkalai.

Makalah ini disusun agar para pembaca dapat mengetahui apa


yang dimaksud dengan “Pertunangan”. Makalah ini dibuat juga dengan
bantuan dari beberapa sumber yang kami dapat, dan sekali lagi hanya
karena anugerah TUHAN makalah ini dapat terselesaikan.

Kami juga tidak lupa berterima kasih kepada dosen pengampuh


mata kuliah Pendidikan Pra Nikah, yaitu Dr. Helry Rogahang, S.Th., M.Pd
yang telah memberikan tugas ini.

Kami sangat berharap tugas ini akan membawa dampak yang baik
bagi para pembacanya, terlebih dapat menambah wawasan kita mengenai
mata kuliah Pendidikan Pra Nikah. Kami tahu bahwa makalah ini masih
tidak luput dari kesalahan dalam penulisan baik disengaja maupun tidak di
sengaja untuk itu kami memohon maaf sebesar-besarnya, dan tentu saja
kami sangat membutuhkan saran dan pesan perihal makalah ini.

Penyusun,

Kelompok II

Tateli, April 2020.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................1

C. Tujuan............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Pengertian.....................................................................................3

B. Persiapan Sebelum Pertunangan...............................................6

C. Tunangan Sebagai Bagian Dari Pra Nikah.................................8

D. Pandangan Alkitabiah Terhadap Pertunangan..........................9

BAB III KESIMPULAN................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................15

ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertunangan merupakan pendahuluan dari sebuah
pernikahan. Pertunangan merupakan masa peralihan antara
lamaran dengan pernikahan. Biasanya dalam pertunangan terdapat
tradisi saling memberikan hadiah. Tradisi pertunangan berbeda
menurut suku, agama, dll, misalnya di India Barat pasangan itu
saling tukar anak angsa, sementara wanita Tiongkok pada awal
abad ke-20 dituntut memberikan hadiah yang pas bagi calon
suaminya dalam waktu seminggu setelah pertunangan, kalau tidak
mau pernikahannya kandas.
Pertunangan merupakan suatu masa yang sangat penting
dalam hubungan sepasang kekasih, karena di masa ini mereka
sudah membangun komitmen atau janji untuk menuju ke jenjang
selanjutnya, yaitu pernikahan yang kudus sehingga pernikahan
adalah masa yang dimana sudah tidak ada lagi waktu untuk main-
main.
Sangatlah penting bagia sepasang kekasih untuk saling
benar-benar mengenal sebelum memasuki jenjang pernikahan,
serta mempersiapkan segala sesuatu sebelum menikah. Dalam
masa pertunangan inilah agaknya segala sesuatu akan menjadi
lebih clear atau terlihat atau lebih jelas.
Dalam makalah ini kita akan sama-sama membahas
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masa pertunangan. Mulai
dari artinya, hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum pertunangan,
tunangan sebagai bagian dari pra nikah dan pandangan Alkitabiah
terhadap pertunangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pertunangan?
2. Hal-hal apa sajakah yang perlu dipersiapkan sebelum
bertunangan?

1
3. Bagaimana pertunangan sebagai bagian pra nikah?
4. Bagaimana pandangan Alkitabiah terhadap pertunangan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa maksud dari pertunangan.
2. Untuk mengidentifikasi dan mengetahui apa saja yang perlu
dipersiapkan sebelum masuk dalam masa pertunangan.
3. Untuk mengetahui pertunangan adalah bagian dari pra nikah.
4. Untuk memahami bagaimana pandangan Alkitabiah terhadap
pertunangan.

2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pertunangan disebut juga dengan peminangan.Peminangan
merupakan pendahuluan perkawinan yang dilakukan sebelum ada
ikatan perkawinan. Secara bahasa, “Khitbah” berasal dari bahasa
Arab, yang berarti bicara.Khitbah bisa diartikan sebagai ucapan
yang berupa nasehat, ceramah, pujian, dan lain sebagainya.Pelaku
khitbah disebut khatib atau khitb, yaitu orang yang mengkhitbah
perempuan.1
Khitbah adalah permintaan seorang laki-laki untuk
“menguasai” seorang wanita tertentu dan bersekutu dalam urusan
kebersamaan hidup. Atau dapat pula diartikan, seorang laki-laki
menampakkan cintanya untuk menikahi seorang wanita yang halal
dinikahi secara syara’. Adapun pelaksanaannya beragam;
adakalanya peminang itu sendiri yang meminta langsung kepada
yang bersangkutan, atau melalui keluarga, dan atau melalui utusan
seseorang yang dapat dipercaya untuk meminta orang yang
dikehendaki.2

“Menurut Syed Sabiq bahawa "Melamar" ini juga


bermakna meminta persetujuan pihak wanita untuk menjadi
isteri kepada pihak lelaki. Khitbah ini memakan 'masa'
berdasarkan kebiasaan atau adat yang masyhur dipegang
kawasan, tempat, adat dan suasana masyarakat.”

Khitbah diartikan dengan suatu langkah pendahuluan


untuk melangsungkan perkawinan. Peminangan (lamaran)
dilakukan sebagai permintaan secara resmi kepada wanita
yang akan dijadikan calon istri atau melalui wali wanita itu.

1
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah jilid 3,Penerjemah;Moh. Abidun Dkk, (Jakarta : Cempaka
Putih, 2011), hal. 221.
2
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat,
(Jakarta: Amzah, 2011), hal. 8.

3
Sesudah itu baru dipertimbangkan apakah lamaran itu dapat
diterima atau tidak, adakalanya lamaran itu hanya sebagai
formalitas saja, sebab sebelumnya antara pria dan wanita itu
sudah saling mengenal atau menjajaki. Demikian juga,
lamaran itu adakalanya sebagai langkah awal dan
sebelumnya tidak kenal secara dekat atau hanya kenal
melalui teman atau sanak keluarga.3

Kata peminangan berasal dari kata “pinang”,


meminang” (kata kerja).Meminang sinonimnya adalah
melamar. Menurut etimologi, meminang atau melamar
artinya (antara lain) “meminta wanita untuk dijadikan istri
(bagi diri sendiri atau orang lain)”. 4 Menurut terminologi,
peminangan ialah “kegiatan upaya ke arah terjadinya
hubungan perjodohan antara seseorang pria dengan
seorang wanita”5 atau “seorang laki-laki meminta kepada
seorang perempuan untuk menjadi istrinya, dengan cara-
cara yang umum yang berlaku di tengahtengah
masyarakat”.6

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,


pertunangan atau tunangan yang memiliki kata dasar tunang
berarti bersepakat (biasanya diumumkan secara resmi atau
dinyatakan di hadapan orang banyak) akan menjadi suami
istri: laki-laki dan perempuan yang belum menikah, dan
statusnya masih dalam tahap bertunangan (ikatan
kesepakatan untuk menuju pernikahan).7

3
M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2006), hal. 23
4
Dep. Dikbud, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), cet. Ke-3, edisi
Ke-2 hal 556.
5
H. Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : CV. Akademika
Pressindo, 1995), cet. Ke-2, hal 114.
6
Abdur Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Jakarta : Kencana, 2010, hal. 74.
7
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “tunangan, bertunangan, atau pertunangan”, diakses
dari https://kbbi.web.id/tunang pada tanggal 5 April 2020 pukul 12.49

4
Menurut Mahmud Bin Jamil, Pengertian tunangan
adalah suatu pernyataan keinginan menikah yang
disampaikan oleh suami kepada calon istri baik secara
langsung ataupun melalui perantara keluarga. Apabila kedua
belah pihak laki-laki dan perempuan sudah sepakat untuk
saling menerima maka terjadilah perjanjian untuk
melangsungkan pernikahan menikah. Secara hukum maka
calon istri tidak boleh menerima calon suami lain. 8

Adapun menurut Sudarto, tunangan adalah calon


pasangan suami istri yang telah dibawa rembugan
(kesepakatan), ketingkat orang tua kedua belah pihak.
Dalam hal ini pihak perempuan sudah dilamar secara resmi,
dalam adat Jawa, setelah pihak perempuan dilamar oleh
pihak lelaki maka sudah masuk fase tunangan. Meskipun
belum nikah, wanita tidak diperbolehkan dilamar oleh orang
lain.9

Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI), peminangan


adalah kegiatan upaya kearah terjadinya hubungan
perjodohan antara seorang pria dengan seorang wanita. 10

Secara umum dapat dikatakan juga bahwa


Pertunangan merupakan masa peralihan antara lamaran
dengan pernikahan. Biasanya dalam pertunangan terdapat
tradisi saling memberikan hadiah. Tradisi pertunangan
berbeda menurut suku, agama, dll, misalnya di India Barat
pasangan itu saling tukar anak angsa, sementara wanita
Tiongkok pada awal abad ke-20 dituntut memberikan hadiah
yang pas bagi calon suaminya dalam waktu seminggu

8
Mahmud Bin Jamil, Pengertian tunangan menurut islam, (Cairo: Maktabah as-shofa :
2002).
9
Sudarto, Makna filosofi bobot, bibit, bebet sebagai kriteria untuk menentukan jodoh
perkawinan menurut adat jawa: 2009.
10
Soesilo dan Pramudji R., Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Rhedbook Publisher,
cet 1, 2008), hal 505.

5
setelah pertunangan, kalau tidak mau pernikahannya
kandas.11

Secara kearifan lokalpun di provinsi Sulawesi Utara


juga terdapat adat untuk prosesi tunangan atau meminang
dan disebut “maso minta”. Adat ini biasanya dilakukan oleh
suku minahasa yang merupakan mayoritas penduduk asli
dari provinsi yang dijuluki “nyiur melambai” ini, adapun
makna dari maso minta tidak beda jauh dengan meminang
bahkan sama yang tujuannya untuk “maso” yang berarti
masuk, dan “minta” yang berarti meminta, jadi secara
sederhana maso minta diartikan sebagai langkah awal yang
sopan dari seorang laki-laki guna meminta izin untuk
menikahi perempuan yang dicintai kepada keluarga dari
perempuan itu sendiri dengan membawa sejumlah benda
(mahar) untuk diserahkan kepada keluarga dari pihak
perempuan sebagai tanda itikat baik.

Jadi pengertian pertunangan atau meminang adalah


sebuah proses tindakan serius dari pihak laki-laki kepada
pihak perempuan untuk meminta izin dan mencari kata
sepakat antara keluarga laki-laki dan keluarga perempuan
secara sopan sebelum masuk pada jenjang pernikahan.

B. Persiapan Sebelum Pertunangan


Adapun Hal-hal yang perlu dipersiapkan atau
diperhatikan sebelum bertunangan adalah sebagai berikut:
1. Apakah kita dan pasangan siap bertunangan?
Pasangan kita mungkin ingin menikah di masa depan,
tetapi apakah kita tahu pasti bahwa mereka siap untuk
menikah sekarang? Penelitian menunjukkan bahwa hampir
25% wanita telah menolak lamaran pernikahan. Beragam

11
Wikipedia, “Pertunangan” diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pertunangan pada
tanggal 5 April 2020 pukul 1.20

6
alasan menunjukkan bahwa perempuan memilih untuk tidak
mengatakan ya, termasuk berbahagia dengan jenis lamaran
yang akan mereka terima. Pastikan untuk meluangkan waktu
untuk mencari tahu apakah mereka siap untuk bertunangan.
Kita tidak boleh meremehkan pentingnya proses
pertunangan itu sendiri.
2. Mencari tahu apa tujuan hidup pasangan
Tanyakan apa tujuan hidup dari pasangan kita dan
memberitahu juga kepada pasangan tentang tujuan kita,
agar kita mengetahui apakah tujuan kita sama atau tidak.
Sebab jika tidak sama di awal, bersiaplah untuk menghadapi
kehidupan pernikahan yang rumit.
3. Apakah kita berani untuk menikah?
Menikah membutuhkan biaya yang cukup besar.
Apakah kita dan pasangan sudah memikirkan hal tersebut?
Setelah menikah kita juga harus siap menanggung bersama
seluruh biaya rumah tangga.
4. Apakah menikah lebih penting dibanding keinginan lainnya
bagi kita?
Beberapa individu yang senang hidup bersama
dengan seseorang selama sisa hidup mereka selama ini,
dan tidak merasa perlu untuk melegalkan komitmen mereka.
Pastikan pasangan kita terbuka untuk pernikahan sebelum
kita membeli sebuah cincin pertunangan.
5. Dapatkah kita berjuang secara jujur?
Setiap pasangan sering berbeda pendapat. Namun ini
bisa diatasi dengan semakin mengenal satu sama lain.
Kejujuran dibutuhkan untuk membiarkan pasangan kita tahu
kapan ada sesuatu yang membuat kita kesal, dan ini dapat
menyebabkan perkelahian.12
C. Tunangan Sebagai Bagian Dari Pra Nikah
12
Diakses dari https://m.liputan6.com/lifestyle/read/2624123/8-hal-yang-harus-diketahui-
sebelum-bertunangan-dengan-kekasih, pada 05 April 2020

7
Pertunangan adalah masa peralihan antara lamaran dengan
pernikahan. Dalam pertunangan sepasang kekasih menaruh janji
untuk hidup sebagai suami istri, yang artinya sudah bukan lagi
pacaran biasa-biasa saja, tapi sudah dilandaskan dengan
komitmen untuk menuju ke pernikahan.
Masa pertunangan biasanya digunakan untuk menjadi masa
dimana sepasang kekasih mempersiapkan segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk menuju ke pernikahan itu sendiri. Bukan hanya
persiapan mengenai pernikahan. Namun, sampai kepada
persiapan untuk memiliki anak, seperti pengecekan kesehatan
serta juga persiapan untuk memiliki rumah. Jadi bisa dikatakan
masa pertunangan adalah masa-masa yang menyibukkan bagi
kedua insan yang sudah mengikrarkan janji untuk menuju
pernikahan.
Dalam masa pertunangan ini biasanya disebut sebagai
masa pra nikah oleh sebagian orang, dan memang pada dasarnya
masa ini adalah masa yang paling krusial dalam pra nikah, karena
bisa dikatakan sudah mencapai puncak dari tahapan pra nikah itu
sendiri. Orang yang sudah bertunangan berarti sudah siap untuk
memasuki jenjang yang serius dalam hidupnya, dan bahkan
banyak orang beranggapan bahwa orang yang sudah bertunangan
berarti seperti sudah menikah secara tidak langsung.
Oleh karena itulah, pertunangan merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari masa pra nikah. Karena pertunangan
merupakan tahap terakhir dari pra nikah itu sendiri, sehingga masa
pertunangan benar-benar masa yang harus dijalani dengan baik
oleh sepasang kekasih yang hendak menikah. Mereka harus
benar-benar menjalaninya dengan pikiran yang tertuju pada
pernikahan yang kudus itu, karena tidak sedikit juga beberapa
pasangan yang gugur di masa ini dan hal itu dikarenakan mereka
tidak memiliki komitmen yang cukup kuat untuk menuju pernikahan.
Maka dari itu, masa pertunangan benar-benar harus dijalani

8
dengan penuh keseriusan sebelum masuk ke pernikahan yang
kudus.
D. Pandangan Alkitabiah Terhadap Pertunangan
Adapun mengenai istilah pertunangan di dalam Alkitab
Perjanjian Lama agaknya belum memberikan ketegasan. Hal ini
dapat dilihat pada Nubuat Nabi Hosea (Hosea 2:18-19) yang
berbunyi: “ Aku akan menjadikan engkau istriku dalam keadilan
dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang. Aku akan
menjadikan engkau istriku dalam kesetiaan, sehingga engkau akan
mengenal Tuhan”. 13
Perkataan “Aku akan menjadikan engkau istriku” itu
maksudnya adalah calon istri, hal ini mengakibatkan kekaburan di
dalam mengambil definisi yang mana pengertian peminangan, yang
di ambil dalam bahasa Ibrani “Arasyi” yang mempunyai arti
meminang yaitu meminta untuk menjadikan istri. Sedangkan dalam
perjanjian baru, pertunangan di katakana tegas sebagaimana
tercamtum di dalam Kitab Matius 1:18 yang berbunyi “Pada waktu
Maria bertunagan dengan Yusuf, ternyata dia mengandung Roh
Kudus sebelum mereka hidup sebagai suami istri”.
Namun Firman di atas di lanjutkan pada Lukas 2:5 yang
berbunyi: “Supaya di daftarkan bersama-sama tunangannya Maria,
yang sedang mengandung”. Disini dengan tegas bahwasannya
Yusuf telah bertunangan dengan Maria sebelum mereka
memasuki jenjang perkawinan. Dan nampaknya pengertian
pertunangan di dalam Kitab Perjanjian Baru ini merupakan adat
yang saat itu berlaku di palestina.
Seorang Kristen yang sedang mempertimbangkan
pernikahan perlu menyadari betapa seriusnya komitmen. Mereka
perlu mengenal betul-betul pasangan hidup mereka sebelum
melakukan pertunangan. Alkitab berkata bahwa orang Kristen tidak
semestinya hidup hidup secara harmonis dengan orang tidak
13
Diakses dari digilib.uinsby.ac.id>…PDF PANDANGAN KRISTEN TENTANG PERTUNANGAN oleh
MF Rozi pada tanggal 4 April 2020 pukul 08.20.

9
percaya (2 Korintus 6:14-15).Seorang yang percaya akan Kristus
harus mendasari hubungan pula dengan karakter Kristiani dan
menjadikan dasar atau kepada adalah Kristus sendiri. Ketika
mengambil keputusan untuk bersatu dalam pertunangan maka
harus mempersiapkan diri untuk menghadapi tahap yang lebih
serius yaitu pernikahan dimana dua orang yang saling mengasihi
bersatu di dalam Kristus dan menjadikan Kristus sebagai kepaa
keluarga Kristen.
Tujuan pertunangan di dalam Agama Kristen itu mengatur
seorang menuju kepada suatu tekad dan cita-cita untuk memasuki
kehidupan. Yakini dua orang yang saling mengenal, yang telah
saling mengasihi dan telah menyatakan kasih mereka itu satu sama
lain. Namun di dalam rangka menciptakan pasangan yang
harmonis, maka setiap pemuda-pemudi diberi kesempatan yakni
yang di namakan pertunangan yang di perinci tujuannya sebagai
berikut:
1. Agar berusaha saling mengasihi;
2. Agar berusaha membangun mental, baik secara jasmani maupun
rohani;
3. Agar bisa saling mengenal watak;
4. Agar untuk bisa mengetahui apakah kedua pasangan seimbang
sebelum (sehati, sejiwa) memasuki pernikahan kudus.
Janji antara dua pihak untuk menikah. Di kalangan orang
Ibrani, negosiasi biasanya bergantung pada orang tua pasangan
itu, khususnya para ayah. (Kej 24:1-4; 38:6; 21:21) Keinginan sang
pemuda dalam hal ini sering kali dipertimbangkan. (Hak 14:2) Para
gadis yang mewarisi tanah pusaka leluhur karena ayah mereka
mati tanpa anak laki-laki dapat menjadi istri siapa pun yang cocok
di mata mereka, asalkan dari suku yang sama. (Bil 36:6) Dalam
kasus Ishak, Yehuwa-lah yang sebenarnya memilihkan calon
istrinya. (Kej 24:50, 51) Pemilihan calon istri dan peminangan, yang
biasanya dilakukan oleh orang tua atau ayah calon suami, diikuti

10
dengan janji untuk menikah, atau pertunangan. Pertunangan
adalah acara resmi, yang diadakan oleh orang tua dari pihak
perempuan dan sering kali oleh sahabat atau wakil resmi dari pihak
laki-laki.—Kej 24:1-4; Yoh 3:29.
Ciri yang menonjol dalam pertunangan ialah moʹhar, yaitu
maskawin. Istilah moʹhar muncul tiga kali dalam Alkitab. (Kej 34:12;
Kel 22:16, 17; 1Sam 18:25) Maskawin biasanya dibayarkan kepada
orang tua. Dalam kasus Ribka, hamba Abraham memberikan
”barang-barang pilihan” kepada ibunya dan Laban, saudaranya,
yang memainkan peranan utama dalam membuat kesepakatan.
(Kej 24:53) Moʹhar bisa juga dalam bentuk pelayanan. (Kej 29:15-
30; Yos 15:16) Keluaran 22:16, 17 memperlihatkan bahwa moʹhar
dibayarkan kepada ayah gadis yang dibujuk untuk berhubungan
seks, sebagai kompensasi atas pelanggaran yang dilakukan,
sekalipun sang bapak tidak mau memberikan putrinya untuk
dikawini. Pengantin perempuan kadang-kadang diberi hadiah oleh
ayahnya sebagai ”hadiah perpisahan”, dan adakalanya diberi
hadiah pada waktu pertunangan, seperti halnya Ribka.—1Raj 9:16;
Yos 15:17-19; Kej 24:53.
Orang Ibrani menganggap pasangan yang bertunangan
sudah terikat dan seolah-olah sudah menikah, walaupun mereka
belum hidup bersama sampai formalitas perkawinan selesai
dilakukan.—Kej 19:8, 14; Hak 14:15, 16, 20.
Di kalangan orang Yahudi, pertunangan dianggap begitu
mengikat sehingga jika perkawinan tidak terjadi karena calon suami
berubah pikiran atau karena alasan sah lainnya, wanita muda itu
tidak dapat menikah dengan orang lain sampai ia dibebaskan
melalui proses hukum tertentu, yaitu dengan surat cerai. (Mat 1:19)
Jika gadis yang sudah bertunangan melakukan percabulan dengan
pria lain dalam masa pertunangan dengan calon suaminya, gadis
itu dianggap pezina dan dihukum mati. (Ul 22:23, 24) Bahkan jika
seorang pria melakukan hubungan dengan seorang budak

11
perempuan yang diperuntukkan bagi pria lain tetapi belum ditebus,
atau dimerdekakan, kedua belah pihak dianggap bersalah dan
dihukum. Tetapi mereka tidak dihukum mati karena budak
perempuan itu belum dimerdekakan.—Im 19:20-22. Pria yang
bertunangan dibebaskan dari tugas kemiliteran.—Ul 20:7.
Sehubungan dengan panjangnya masa pertunangan, tidak
ada batasan yang dinyatakan dalam Alkitab. Di negeri-negeri Timur
Tengah dewasa ini, pernikahan sering kali terjadi setelah pengantin
perempuan berusia 16 tahun dan kadang-kadang lebih muda. Para
ahli Talmud melarang pernikahan bagi laki-laki yang berusia di
bawah 13 tahun satu hari, dan bagi perempuan yang berusia di
bawah 12 tahun satu hari.
Pada umumnya, jarak antara pertunangan dan pernikahan
tidaklah berkepanjangan sampai bertahun-tahun, walaupun
kadang-kadang dibutuhkan selang waktu agar calon suami dapat
membayar maskawin yang disepakati atau melakukan pelayanan
yang diinginkan. Dalam kasus Yakub, masa pertunangannya tujuh
tahun; selama itu ia melakukan pelayanan demi mendapatkan
Rakhel tetapi ternyata Lea yang diberikan kepadanya. Lalu ia
menunggu seminggu lagi sebelum menerima Rakhel, walaupun
untuknya ia terus melayani Laban tujuh tahun lagi.—Kej 29:20-28.
Orang Kristen hendaknya memandang janji sebagai sesuatu
yang mengikat, dan dalam hal pertunangan untuk menikah, ia
harus mengikuti prinsip yang disebutkan oleh Yesus, ”Biarlah Ya
yang kaukatakan itu berarti Ya, Tidak, Tidak; sebab apa yang lebih
dari itu berasal dari si fasik” (Mat 5:37), dan oleh Yakobus, ”Tetapi,
hendaklah Ya yang kamu katakan berarti Ya, dan Tidak, Tidak,
agar kamu tidak dihakimi.”—Yak 5:12.
Seorang Kristen yang sedang mempertimbangkan
pernikahan perlu menyadari betapa seriusnya komitmen. Mereka
perlu mengenal betul-betul pasangan hidup mereka sebelum
melakukan pertunangan. Alkitab berkata bahwa orang Kristen tidak

12
semestinya hidup hidup secara harmonis dengan orang tidak
percaya (2 Korintus 6:14-15).Seorang yang percaya akan Kristus
harus mendasari hubungan pula dengan karakter Kristiani dan
menjadikan dasar atau kepada adalah Kristus sendiri. Ketika
mengambil keputusan untuk bersatu dalam pertunangan maka
harus mempersiapkan diri untuk menghadapi tahap yang lebih
serius yaitu pernikahan dimana dua orang yang saling mengasihi
bersatu di dalam Kristus dan menjadikan Kristus sebagai kepaa
keluarga Kristen.

13
BAB III KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa :

1. Pertunangan adalah proses yang diperlukan sebelum


dilaksanakannya pernikahan.
2. Saling mengenal betul-betul pasangan hidup mereka sebelum
melakukan pertunangan.
3. Sebelum melakukan pertunangan, pasangan perlu saling
mengetahui satu sama lain baik dari segi karakter, perilaku, pola
pikir, tujuan menikah untuk apa, apakah sanggup dalam
membangun komitmen untuk menuju kepada sebuah pernikahan.
4. Pertunangan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
masa pra nikah. Karena pertunangan merupakan tahap terakhir
dari pra nikah itu sendiri.
5. Dalam pertunangan, pasangan harus mampu membuat komitmen
dan memiliki satu tujuan untuk menuju kepada pernikahan yang
kudus.

14
DAFTAR PUSTAKA
Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah jilid 3, Penerjemah: Abidun. Moh Dkk.
Jakarta : Cempaka Putih, 2011.

Aziz, Abdul, dkk. Fiqh Munakahat. Jakarta: Amzah, 2011.

Hasan, M. Ali, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam. Jakarta:


Prenada Media Group, 2006.

Dep. Dikbud. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1994, cet.
Ke-3, edisi Ke-2.

Abdurrahman, H. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: CV.


Akademika Pressindo, 1995, cet. Ke-2.

Ghozali, A R. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana, 2010.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, “tunangan, bertunangan, atau


pertunangan”, https://kbbi.web.id/tunang

Jamil, Mahmud Bin. Pengertian Tunangan Menurut Islam. Cairo:


Maktabah as-shofa, 2002.

Sudarto. Makna filosofi bobot, bibit, bebet sebagai kriteria untuk


menentukan jodoh perkawinan menurut adat jawa, 2009.

Soesilo dan Pramudji R. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,


Rhedbook Publisher, cet 1, 2008.

https://m.liputan6.com/lifestyle/read/2624123/8-hal-yang-harus-diketahui-
sebelum-bertunangan-dengan-kekasih

digilib.uinsby.ac.id>…PDF PANDANGAN KRISTEN TENTANG


PERTUNANGAN oleh MF Rozi.

15

Anda mungkin juga menyukai