Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SISTEM KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Oleh :

Kelompok IV

1. Desi Wulandari NIM ( A15.2018.01302)


2. Gegana Diwangkoro NIM ( A15.2018.
3. Ulin NIM ( A15.2018.

KOMUNIKASI INTERPERSONAL
ILMU KOMUNIKASI
UNIVIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2019
Daftar Isi.............................................................................................................

Bab 1 Sistem Komunikasi Interpersonal........................................................


A. Memori..................................................................................................
a. Jenis-jenis memori......................................................................
b. Mekanisme memori....................................................................
A. Berpikir ................................................................................................
a. Aapakah berfikir itu ?...............................................................
b. Bagaimana orang berfikir...........................................................
c. Menetapkan keputusan (Decision Making )............................
d. Memecahkan persoalan (Problem Solving)..............................
e. Berfikir kreatif (Creative Thinking ).........................................
BAB I

MEMORI
A. Definisi Memori

Schlessinger dan Groves (1976 : 352 ) mendefinisikan “memori adalah sistem yang
sangat berstruktur,yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan
menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya”.
Secara singkat memori melewati tiga proses: perekaman,penyimpanan dan
pemanggilan.Perekaman (encoding)adalah percatatan informasi melalui reseeptor indera dan
sirkif saraf internal.Penyimpanan (storage) adalah menentukan berapa lama informasi itu
berada beserta kita,dalam bentuk apa,dan dimana.Pemanggilan (retrieval),dalam bahasa
sehari-hari,mengingat lagi,adalah menggunakan informasi yang disimpan (Mussen dan
Rosenzweig,1973;499)

B. Jenis-jenis Memori

Kita tidak menyadari pekerjaan memori pada dua tahap yang pertama.Kita hanya
mengetahui memori pada tahap ketiga,pemanggilan kembali.Pemanggilan diketahui dengan
empat cara :
a. Pengingatan (Recall)
Adalah proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara
verbatim(kata demi kata),tanpa petunjuk yang jelas.
b. Pengenalan (Recognition)
Pilihan berganda (Multiple-choice) dalam tes objektif menuntut
pengenalan,bukan pengingtan.
c. Belajar lagi (Relearning)
Mempelajari yang sudah dipelajari akan lebih cepat.
d. Redintegrasi(Regintegration)
C. Mekanisme Memori
Ada tiga teori yang menjelaskan memori: Teori Arus,Teori Interferensi.dan Teori
Pengolahan Informasi.

a. Teori Arus ( Disuse Theory)

Menurut teori ini,memori hilang atau memudar karena waktu.William James,juga


Benton J.Undewood membuktikan dengan eksperimen,bahwa “the more memorizing
one does ,the poorer one’s ability to memorize’’ makin sering mengingat semakin
jelek kemmapuan menngingat.

b. Teori Interferensi (Interference Theory)

Menurut teori ini,meja lilin atau kanvas.Pengalaman adalah lukisan.Pengalaman


adalah lukisan pada meja,lilin,dan kanvas itu. Jika misalnya kanvas itu terekam
hukum relativitas dan segera setelah itu anda mencoba merekam hukum medan
gabungan. Yang kedua akan menyebabkan akan terhapusnya rekaman pertama atau
mengaburkannya ini disebut interferensi.
Inhibisi rektoaktif(hambatan kebelakang) terjadi kita misalnya kita menghafal
halaman pertama dalam kamus bahasa Inggris-Indoenesia,lalu berhasil. Kemudian
menghafal halaman kedua,berhasil juga. Akan tetapi yang diingat pada halaman
pertama berkurang. Inilah yang disebut Inhibisi rektoaktif.
Lebih sering mengingat,lebih jelek daya mengingatnya. Ini disebut daya proaktif (hambatan
ke depan).Masih ada satu hambatan lagi walaupun tidak tepat masuk teori interferensi,
disebut hambatan motivasional. Psikologi klinik membuktikan bahwa peristiwa-peristiwa
yang “melukai” hati kita cenderung dilupakan. Freud mengasali lupa pada proses represi
yang berkaitan dengan cemas atau ketakutan. Amnesia bisa terjadi karena gangguan fisik
atau psikologi; karena kerusakan otak atau neurosis. Sebaliknya, sesuatu yang penting
menurut kita, yang menarik perhatian kita, yang memengaruhi kebutuhan kita, akan mudah
kita ingat. Ini pengaruh faktor personal dlam memori.

Teori Pengolahan Informasi (Information Theory)

Secara singkat, teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan


pada sensory storage (gudang inderawi), kemudian masuk short-term memory  (STM,
memori jangka pendek); lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukkan ke dalam long-term
memory(LTM, memory jangka panjang).

            Sensory storage lebih merupakan proses perseptual daripada memori. Ada dua


macam memori: memori ikonis untuk materi yang kita peroleh secara visual, dan memori
ekosis untuk materi yang masuk secara auditif (melalui pendengaran). Sensory
storage menyebabkan kita meliahat rangkaina gambar seperti bergerak, ketika kita
menonton film.

            Informasi harus disandi (encoder) dan masuk pada short-term memory. STM sangat


terpengaruh interferensi. STM hanya mampu mengingat tujuh (plus atau minus dua) bit
informasi. Jumlah bit informasi ini disebut rentangan memori (memori span). Untuk
mengingatkan kemempuan STM, para psikolog menganjurkan kita untuk
memngelompokkan informasi; kelompoknya disebut chunk.

            Ingatan adalah abila informasi yang berhasil dipertahankan pada STM masuk
kedalam LTM. LTM meliputi periode penyimpanan informasi sejak emenit sampai seumur
hidup. Kita dapat memasukkan informasi dari STL ke LTM dengn chunking(membagi dalam
beberapa chunk), rehearsals (mengaktifkan STM untuk waktu yang lama dengan
mengulang-ulangnya), clustering (mengelompokkan dalam konsep-konsep), atau methodde
of loci (memvisualisasikan dalam benak kita materi yang harus kita ingat).

3.4 Berpikir

3.4.1 Apakah Berpikir Itu?


Dalam berpikir, kita melibatkan semua proses yang telah disebutkan, yaitu sensasi,
persepsi, dan memori.

Dalam memecahkan suatu masalah, pikiran menggunakan

         Gambaran, yang disebut images atau citra oleh Marx (1976) dan Coon (1977); disebut
juga graphic symbols atau lambang srafis (Fuch, 1967).

         Lambang verbal (verbal symbols)

“Berpikir merupakan manpulasi atau organisasi unsure-unsur lingkungan dengan


menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakuakan kegiatan yang
tampak,” kata Floyd L. Ruch. Menurut Paul Mussen dan Mark R. Rosenzweig, “The term
‘thinking’ refers to many kind of activities that involve the manipulation of concepts and
symbols, representations of objects and events” (1973:410). Jadi, berpikir menunjukkan
berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti
objek dan peristiwa.

Hannah Arendt dalam karya terakhirnya Thinking, mengatakan bahwa manusia tidak
dapat berpikir tanpa menggunakan bahasa atau lambang-lambang verbal. “Thought without
speech is inconceivable”, katanya. Galton, Faraday, Einstein, dan beberapa ilmuan terkenal
lain melaporkan bahwa mereka memecahkan masalah-masalah ilmiah dengan citra visual,
dan baru kemudian menerjemahkan pikiran merekan kedalam kata-kata. Berpikir kita
lakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making),
memecahkan persoalan (problem solving), dan menghasilkan yang baru (creativity). Anita
Taylor et al. mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan. Thinking is an
inferring process (Taylor et al. 1977:55)

3.4.2 Bagaimana Orang Berpikir?

Ada dua macam berpikir :

         Berpikir austik, mungkin lebih tepat disebut melamun. Contohnya fantasi,


mengkhayal, wishful thinking.

         Berpikir realistic, disbut juga nalar (reasoning), ialah berpikit dalam rangka menyesuaikan
diri dengan dunia nyata. Floyd L.Ruch menyebut tiga macam berpikir realistik: deduktif,
induktif, evaluative (Ruch, 1967:336).

Berpikir deduktif ialah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan; yang pertama
merupakan pernyataan umum. Dalam logika, disebut juga silogisme. Berpikir induktif dimulai
dari hal-hal yang khusus dan kemudaian menarik mengambil kesimpulan umum, kita
melakukan generalisasi. Berpikir evaluative ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat
atau tidaknya suatu gagasan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu.

Menurut perkembangan mutakhir psikologi kognitif, manusia lebih sering berpikir tidak
logis daripada berpikir logis seperti berpikir deduktif. Kata Morton Hunt, berpikir logis
bukanlah kebiasaan kita atau hal yang alamiah. Cara berpikir yang menurut kaidah logika
tidak valid, yang biasanya kita lakukan, justru berjalan agak baik dalam kebanyakan situasi
sehari-hari. Berpikir tidak logis ternyata lebih praktis, efisien, dan bermanfaat. Terkenal
ucapan Wason dan Johnsohn-Laird, “At best we can all think like logicians; at worst,
logicians all think like us” (Pada keadaan terbaik, kita semua dapat berpikir seperti ahli
logika; dalam keadaan terbaik, kita sema dapat berpikiir seperti ahli logika; dalam keadaan
terjelek, ahli logika semua berpikir seperti kita).

Berpikir analogis; umumnya menggunakan perbandingan atau kontras. Robert J.


Stenberg, psiolog dari Yale, menulis “kita berpikir secara analogis setip kali menetapkan
keputusan tentang sesuatu yang baru dalam pengalaman kita, dengan menghubungkannya
pada sesuatu yang sama pada masa lalu. Bila kita membeli ikan mas, karena kita menyukai
ikan mas yang dulu, atau jika kita mendengar nasihat kawan, karena dahulu nasihatnya
benar, kita berpikir secara analogis.”

Berpikir analogis yang tidak logis paling sering digunakan untuk menetapkan keputusan,
memehkan soal, dan melahirkan gagasan baru.

3.4.3 Menetapkan Keputusan (Decision Making)

Salah satu fungsi berpikir ialah menetapkan keputusan. Keputusan yang kita ambil
beraneka ragam. Akan tetapi, ada tanda-tanda umumnya: (1) keputusan merupakan hasil
berpikir, hasil usaha intelektual; (2) keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai
alternative; (3) keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya
boleh diditangguhkan atau dilupakan.

            Faktor persona amat menentukan apa yang diputuskan, antara lain kognisi, motif
dan sikap. Kognisi artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. Pada
kenyataannya, kgnisi, motif, dan sikap berlangsung sekaligus.

3.4.4 Memecahkan Persoalan (Problem Solving)

            Proses memecahkan persoalan langsung melalui lima tahap (tentu, tidak sesalu
begitu!)

(1)  Terjadi peristiwa ketika perilaku yang biasa dihambat karena sebab-sebab tertentu.
(2)  Mencoba menggali memori untuk mengetahui cara-cara apa saja yang efektif pada pasa
yang lalu.

(3)  Mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yang pernah diingat atau yang dapat dipikirkan

(4)  Mulai menggunakan lambang-lambang verbal atau grafis untuk mengatasi masalah.

(5)  Tiba-tiba terlintas dalam pikiran suatu pemecahan. “Aha, sekareng saya tahu, teman saya
tersinggung karena ucapan saya.. Saya harus meminta maaf.” Kilasan pemecahan ini
disebut Aha Erlebnis (pengalaman Aha), atau lebih lazim disebut insight solution.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Proses Pemecahan Masalah

Seperti perilaku manusi yang lain, pemecahan masalah dipengaruhi faktor-faktor


situasional dan personal. Beberapa penelitian telah membuktikan pengaruh faktor-faktor
biologis terhadap  proses pemecahan masalah. Faktor biologis dan sosiopsikologis puun
memengaruhinya, seperti

(1)   Motivasi. Motivasi yang rendah mengalahkan perhatian. MOtivasi yang tinggi membatasi
fleksibilitas

(2)   Kepercayaan dan sikap yang salah. Sikap yang defensive akan cenderung menolak
informasi baru, merasionalisasikan kekeliruan, dan memepersukar penyelesaian.

(3)   Kebiasaan. Kecenderungan untuk mempertahankan pola berpikir tertentu. “. . . cara berpikir


yang ditandai oleh emacam kekuranghormatan pada jawaban-jawaban lama, aturan yang
mapan, atau prinsp-prinsip yang sudah diterima. Semuanya tidak dipandang sebagai
otoritas yang final dan mutlak, melainkan diterima sebagai generalisasi yang kini berguna,
tetapi satu saat mungkin dibuang atau direvisi jika obervasi yang baru gagal mendukung
generalisasi tersebut” (Berrien.1951:45).

3.4.5 Berpikir Kreatif (Creative Thinking)

Apa itu kreativitas?

Berpikir kreatif, menurut James C.Coleman dan Cousstance L.Hamen (1974:452),


adalah “thinking which produces new concepts, new understandings, new inventions, new
work of art.”

Berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat. Pertama, kreativitas melibatkan respons
atau gagasan yang baru, atau yang secara statistik sangat jarang terjadi. Kedua, dapat
memecahkan persoalan secara realistis. Ketiga, kreativitas merupakan usaha untuk
mempertahankan insight yang original, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin
(MacKinnon, 1962:485)
Ketika berpikir kreatif, jenis berpikir yang paling sering dipergunakan adalah berpikir
analogis. Guilford membedakan antara berpikir kreatif dan ta kreatif dengan konsep berpikir
konvergen dan divergen. Berpikir konvergen ialah kemampuan untuk memberiakn satu
jawabanyang tepat pada pertanyaan yang diajukan. Kata Guilford, orang kreatif ditandai
dengan pola berpikir divergen, yakni mencoba menghasilkan sejumlah kemungkinan
jawaban. Bepikir konvergen erat kaitannya dengan kecerdasan; divergen, dengan
kreativitas. Berpikir divergen dapa diukur dengan fluency, flexibility, dan originality.

Orang kreatif ternyata berpikir analogis; mereka mampu melihat berbagai hubungan
yang tidak terlihat oleh orang lain. Berpikir analogis orang kreatif ditandai oleh sifatnya yang
luar biasa, aneh, dan kadang-kadang tidak rasional. Ada yang mengatakan bahwa orang
kreatif biasanya agak gila. Orang kretif melakukan loncatan pemikiran yang memperdalam
dan menjelaskan pemikiran. Geeorge Lakoff dan Mark Johnson menjelaskan pemikiran
kreatif berhasil memperluas cakrawala pemikiran. Berpikir kreatif adalah berpikir analogis-
metaforis.

Proses Berpikir Kreatif

Para psikolog menyebutkan lima tahap berpikir kreatif.

(1)  Orientasi: Masalah  dirumuskan, dan aspek-aspek masalah diidentifikasi

(2)  Preparasi: Pikiran berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan


dengan masalah.

(3)  Inkubasi: Pikiran beristirahat sebentar, ketika berbagai pemecahan berhadapan dengan


jalan buntu. Pada tahap ini, proses pemecahan masalah berlangsung terus dalam jiwa 
bawah sadar kita.

(4)  Iluminasi: Masa inkubasi berakhir ketika pemikir memeroleh semacam ilham,


serangkaian insight yang memecahkan masalah. Ini menimbulkan Aha Erlebnis.

(5)  Verivikasi: Tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang
diajukan pada tahap keempat.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Berpikir Kreatif

            Berpikir kreatif tumbuh subur bila ditunjang oleh faktor personal dan situasional.
Orang-orang kreatif memiliki temperamen yang beraneka ragam. Walaupun demikian, ada
beberapa faktor yang secara umum menandai orang-orang kreatif (Coleman dan Hammen,
1974:455):

1)    Kemampuan kognitif
2)    Sikap yang terbuka

3)    Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri

Butir nomor 3 membawa kita pada faktor-faktor situasional yang menyuburkan


kreativitas. Berpikir kreatif hanya berkembang pada masyarakat yang terbuka,  menghargai
kesetiaan primordial, tetapi membunuh prestasi yang menonjol, sukar untuk melahirkan
pemikiran-pemikiran kreatif.

            Selain faktor-faktor lingkungan psikososial, beberapa penelitian menunjukkan


juga adanya faktor-faktor situasional lainnya. Maltzman (1960) menunjukkan faktor
peneguhan dari lingkungan; Dutton (1970) menyebut terjadinya hal-hal istimewa bagi
manusia kreatif; dan Silvano Arieti menekankan faktor isolasi dalam menumbuhkan
kreativitas (Hunt, 1982:308)

Anda mungkin juga menyukai