Oleh :
Kelompok IV
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
ILMU KOMUNIKASI
UNIVIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2019
Daftar Isi.............................................................................................................
MEMORI
A. Definisi Memori
Schlessinger dan Groves (1976 : 352 ) mendefinisikan “memori adalah sistem yang
sangat berstruktur,yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan
menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya”.
Secara singkat memori melewati tiga proses: perekaman,penyimpanan dan
pemanggilan.Perekaman (encoding)adalah percatatan informasi melalui reseeptor indera dan
sirkif saraf internal.Penyimpanan (storage) adalah menentukan berapa lama informasi itu
berada beserta kita,dalam bentuk apa,dan dimana.Pemanggilan (retrieval),dalam bahasa
sehari-hari,mengingat lagi,adalah menggunakan informasi yang disimpan (Mussen dan
Rosenzweig,1973;499)
B. Jenis-jenis Memori
Kita tidak menyadari pekerjaan memori pada dua tahap yang pertama.Kita hanya
mengetahui memori pada tahap ketiga,pemanggilan kembali.Pemanggilan diketahui dengan
empat cara :
a. Pengingatan (Recall)
Adalah proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara
verbatim(kata demi kata),tanpa petunjuk yang jelas.
b. Pengenalan (Recognition)
Pilihan berganda (Multiple-choice) dalam tes objektif menuntut
pengenalan,bukan pengingtan.
c. Belajar lagi (Relearning)
Mempelajari yang sudah dipelajari akan lebih cepat.
d. Redintegrasi(Regintegration)
C. Mekanisme Memori
Ada tiga teori yang menjelaskan memori: Teori Arus,Teori Interferensi.dan Teori
Pengolahan Informasi.
Ingatan adalah abila informasi yang berhasil dipertahankan pada STM masuk
kedalam LTM. LTM meliputi periode penyimpanan informasi sejak emenit sampai seumur
hidup. Kita dapat memasukkan informasi dari STL ke LTM dengn chunking(membagi dalam
beberapa chunk), rehearsals (mengaktifkan STM untuk waktu yang lama dengan
mengulang-ulangnya), clustering (mengelompokkan dalam konsep-konsep), atau methodde
of loci (memvisualisasikan dalam benak kita materi yang harus kita ingat).
3.4 Berpikir
Gambaran, yang disebut images atau citra oleh Marx (1976) dan Coon (1977); disebut
juga graphic symbols atau lambang srafis (Fuch, 1967).
Hannah Arendt dalam karya terakhirnya Thinking, mengatakan bahwa manusia tidak
dapat berpikir tanpa menggunakan bahasa atau lambang-lambang verbal. “Thought without
speech is inconceivable”, katanya. Galton, Faraday, Einstein, dan beberapa ilmuan terkenal
lain melaporkan bahwa mereka memecahkan masalah-masalah ilmiah dengan citra visual,
dan baru kemudian menerjemahkan pikiran merekan kedalam kata-kata. Berpikir kita
lakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making),
memecahkan persoalan (problem solving), dan menghasilkan yang baru (creativity). Anita
Taylor et al. mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan. Thinking is an
inferring process (Taylor et al. 1977:55)
Berpikir realistic, disbut juga nalar (reasoning), ialah berpikit dalam rangka menyesuaikan
diri dengan dunia nyata. Floyd L.Ruch menyebut tiga macam berpikir realistik: deduktif,
induktif, evaluative (Ruch, 1967:336).
Berpikir deduktif ialah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan; yang pertama
merupakan pernyataan umum. Dalam logika, disebut juga silogisme. Berpikir induktif dimulai
dari hal-hal yang khusus dan kemudaian menarik mengambil kesimpulan umum, kita
melakukan generalisasi. Berpikir evaluative ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat
atau tidaknya suatu gagasan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu.
Menurut perkembangan mutakhir psikologi kognitif, manusia lebih sering berpikir tidak
logis daripada berpikir logis seperti berpikir deduktif. Kata Morton Hunt, berpikir logis
bukanlah kebiasaan kita atau hal yang alamiah. Cara berpikir yang menurut kaidah logika
tidak valid, yang biasanya kita lakukan, justru berjalan agak baik dalam kebanyakan situasi
sehari-hari. Berpikir tidak logis ternyata lebih praktis, efisien, dan bermanfaat. Terkenal
ucapan Wason dan Johnsohn-Laird, “At best we can all think like logicians; at worst,
logicians all think like us” (Pada keadaan terbaik, kita semua dapat berpikir seperti ahli
logika; dalam keadaan terbaik, kita sema dapat berpikiir seperti ahli logika; dalam keadaan
terjelek, ahli logika semua berpikir seperti kita).
Berpikir analogis yang tidak logis paling sering digunakan untuk menetapkan keputusan,
memehkan soal, dan melahirkan gagasan baru.
Salah satu fungsi berpikir ialah menetapkan keputusan. Keputusan yang kita ambil
beraneka ragam. Akan tetapi, ada tanda-tanda umumnya: (1) keputusan merupakan hasil
berpikir, hasil usaha intelektual; (2) keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai
alternative; (3) keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya
boleh diditangguhkan atau dilupakan.
Faktor persona amat menentukan apa yang diputuskan, antara lain kognisi, motif
dan sikap. Kognisi artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. Pada
kenyataannya, kgnisi, motif, dan sikap berlangsung sekaligus.
Proses memecahkan persoalan langsung melalui lima tahap (tentu, tidak sesalu
begitu!)
(1) Terjadi peristiwa ketika perilaku yang biasa dihambat karena sebab-sebab tertentu.
(2) Mencoba menggali memori untuk mengetahui cara-cara apa saja yang efektif pada pasa
yang lalu.
(3) Mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yang pernah diingat atau yang dapat dipikirkan
(5) Tiba-tiba terlintas dalam pikiran suatu pemecahan. “Aha, sekareng saya tahu, teman saya
tersinggung karena ucapan saya.. Saya harus meminta maaf.” Kilasan pemecahan ini
disebut Aha Erlebnis (pengalaman Aha), atau lebih lazim disebut insight solution.
(1) Motivasi. Motivasi yang rendah mengalahkan perhatian. MOtivasi yang tinggi membatasi
fleksibilitas
(2) Kepercayaan dan sikap yang salah. Sikap yang defensive akan cenderung menolak
informasi baru, merasionalisasikan kekeliruan, dan memepersukar penyelesaian.
Berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat. Pertama, kreativitas melibatkan respons
atau gagasan yang baru, atau yang secara statistik sangat jarang terjadi. Kedua, dapat
memecahkan persoalan secara realistis. Ketiga, kreativitas merupakan usaha untuk
mempertahankan insight yang original, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin
(MacKinnon, 1962:485)
Ketika berpikir kreatif, jenis berpikir yang paling sering dipergunakan adalah berpikir
analogis. Guilford membedakan antara berpikir kreatif dan ta kreatif dengan konsep berpikir
konvergen dan divergen. Berpikir konvergen ialah kemampuan untuk memberiakn satu
jawabanyang tepat pada pertanyaan yang diajukan. Kata Guilford, orang kreatif ditandai
dengan pola berpikir divergen, yakni mencoba menghasilkan sejumlah kemungkinan
jawaban. Bepikir konvergen erat kaitannya dengan kecerdasan; divergen, dengan
kreativitas. Berpikir divergen dapa diukur dengan fluency, flexibility, dan originality.
Orang kreatif ternyata berpikir analogis; mereka mampu melihat berbagai hubungan
yang tidak terlihat oleh orang lain. Berpikir analogis orang kreatif ditandai oleh sifatnya yang
luar biasa, aneh, dan kadang-kadang tidak rasional. Ada yang mengatakan bahwa orang
kreatif biasanya agak gila. Orang kretif melakukan loncatan pemikiran yang memperdalam
dan menjelaskan pemikiran. Geeorge Lakoff dan Mark Johnson menjelaskan pemikiran
kreatif berhasil memperluas cakrawala pemikiran. Berpikir kreatif adalah berpikir analogis-
metaforis.
(5) Verivikasi: Tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang
diajukan pada tahap keempat.
Berpikir kreatif tumbuh subur bila ditunjang oleh faktor personal dan situasional.
Orang-orang kreatif memiliki temperamen yang beraneka ragam. Walaupun demikian, ada
beberapa faktor yang secara umum menandai orang-orang kreatif (Coleman dan Hammen,
1974:455):
1) Kemampuan kognitif
2) Sikap yang terbuka