LP SC DGN Letak Sungsang
LP SC DGN Letak Sungsang
Disusun Oleh:
2. Jenis-jenis operasi SC
Menurut Nurarif dan Kusuma 2013 ada beberapa jenis section caesaria, yaitu :
a. Sectio caesarea transperitonealis
Adalah insisi di segmen bawah uterus, insisi pada bawah rahim, bias
dengan teknik melintang atau memanjang
b. Sectio caesarea vaginalis
Menurut arah sayatan pada rahim, section caesarea dapat dilakukan
sebagai berikut :
1) Sayatan memanjang (longitudinal)
2) Sayatan melintang (transversal)
3) Sayatan huruf T (T-incision)
c. Sectio caesarea klasik (Corporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-
kira sepanjang 10 cm.
d. Sectio caesarea ismika (Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintanng konkaf pada segmen
bawah rahim kira-kira sepanjang 10 cm.
Periode pasca partum ialah masa enam minggu setelah bayi lahir sampai
organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil . Periode ini
kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan. Immediate
post partum –> Berlangsung dlm 24 jam pertama, Early post partum–
>Berlangsung sampai minggu pertama, Late post partum –> Berlangsung
sampai masa post partum berakhir.
Lunak
6. Etiologi
Menurut Manuaba 2008 ada beberapa factor yang menyebabkan dilakukan
section caesarea, yaitu :
a. Faktor ibu
1) Usia
2) CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
3) PEB (Pre-Eklamsi Berat)
4) KPD (Ketuban Pecah Dini)
5) Infertil primer dan sekunder
b. Faktor janin
1) Bayi besar
2) Bayi kembar
3) Letak sungsang
c. Faktor plasenta
1) Plasenta previa
2) Solution plasenta
7. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif dan Kusuma 2013 beberapa tanda dan gejala section caesarea,
yaitu :
a. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
b. Panggul sempit
c. Partus lama
d. Partus tak maju
e. Pre-eklamsia
f. Letak sungsang
8. Komplikasi
Menurut Mochtar R 2008 komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan
section caesarea adalah :
a. Infeksi puerperal (nifas)
b. Perdarahan
c. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang
9. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia
jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah
gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan
mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang
pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk
oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya
sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena
itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri
adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat
regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya
terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir
dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin
bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap
tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk
pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan
berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga
mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan
terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian
diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari
mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di
lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka
pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa
endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan
pola eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2008).
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Saifudin, 2008 adalah :
a. Letakkan pasien dalam posisi pemulihan
b. Mobilisasi
c. Perawatan luka post SC
d. Pemberian antibiotik
3. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32
minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan
janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri
dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan
jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai
terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati
ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang
lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti
mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih
tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar
ditemukan dalam presentasi kepala Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu.
Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang.
4. Pathway (Carpenito,2008)
Hidramion, Plasenta previa, Panggul sempit, Gimeli Lilitan tali
janin kecil tumor pelvis hidrosefalus (kehamilan pusat/ tali pusat
(prematur), ganda) pendek
multipara
Anak mudah Menghalangi Kepala susah Posisi tubuh
bergerak karena kepala turun ke menyesuaikan menyesuaikan
mobilisasi panggul kejalan lahir anatomi uterus
Letak Sungsang
Sectio Caesarea
Perubahan fisiologis
(Carpenito,2008)
Pada Bayi :
Melalui Persalinan
normal
Persalinan lama
Gangguan suplai O2 +
nutrisi ke plasenta
menurun
Hipoksia intra uteri
Fetal distress
Resiko gawat janin
Kematian janin
(Carpenito,2008)
5. Manifestasi Klinis
7. Penatalaksanaan
a. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak
sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital,
kehamilan ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada kelainan pada hasil USG,
maka dilakukan knee chest position atau dengan versi luar (jika tidak ada
kontraindikasi).
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu.
Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan
karena kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan
setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin sudah besar
dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang. Sebelum melakukan versi
luar diagnosis letak janin harus pasti sedangkan denyut jantung janin harus
dalam keadaan baik. Kontraindikasi untuk melakukan versi luar; panggul
sempit, perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa.
9. Komplikasi
a. Dari faktor ibu:
1) Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
2) Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)
3) Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.
b. Dari faktor bayi:
1) Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial,
perdarahanalat-alat vital intra-abdominal.
2) Infeksi karena manipulasi
3) Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian
leher,rupture alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis
danfasialis, kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma
langsung alat-alatvital (mata, telinga, mulut), asfiksisa sampai lahir
mati.
o Toileting tidak adekuat: posisi defekasi, selama …. konstipasi pasien teratasi dengan - Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan
o Psikologis: depresi, stress emosi, gangguan Pola BAB dalam batas normal - Konsultasikan dengan dokter tentang
Feses lunak peningkatan dan penurunan bising usus
mental
Cairan dan serat adekuat - Kolaburasi jika ada tanda dan gejala konstipasi
o Farmakologi: antasid, antikolinergis,
Aktivitas adekuat yang menetap
antikonvulsan, antidepresan, kalsium
Hidrasi adekuat - Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan
karbonat,diuretik, besi, overdosis laksatif,
serat) terhadap eliminasi
NSAID, opiat, sedatif.
- Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan
o Mekanis: ketidakseimbangan elektrolit,
laxative dalam waktu yang lama
hemoroid, gangguan neurologis, obesitas,
- Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan
obstruksi pasca bedah, abses rektum, tumor
cairan
o Fisiologis: perubahan pola makan dan jenis
- Dorong peningkatan aktivitas yang optimal
makanan, penurunan motilitas gastrointestnal,
- Sediakan privacy dan keamanan selama BAB
dehidrasi, intake serat dan cairan kurang,
perilaku makan yang buruk
DS:
- Nyeri perut
- Ketegangan perut
- Anoreksia
- Perasaan tekanan pada rektum
- Nyeri kepala
- Peningkatan tekanan abdominal
- Mual
- Defekasi dengan nyeri
DO:
- Feses dengan darah segar
- Perubahan pola BAB
- Feses berwarna gelap
- Penurunan frekuensi BAB
- Penurunan volume feses
- Distensi abdomen
- Feses keras
- Bising usus hipo/hiperaktif
- Teraba massa abdomen atau rektal
- Perkusi tumpul
- Sering flatus
- Muntah
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
kerusakan jaringan pain control, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
comfort level kualitas dan faktor presipitasi
DS: Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Laporan secara verbal Setelah dilakukan tinfakan keperawatan Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
DO: selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, menemukan dukungan
- Posisi untuk menahan nyeri dengan kriteria hasil: Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
- Tingkah laku berhati-hati Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, nyeri, mampu menggunakan tehnik Kurangi faktor presipitasi nyeri
sulit atau gerakan kacau, menyeringai) nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
- Terfokus pada diri sendiri mencari bantuan) intervensi
- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, Melaporkan bahwa nyeri berkurang Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan menggunakan manajemen nyeri relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
dengan orang dan lingkungan) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, frekuensi dan tanda nyeri) Tingkatkan istirahat
menemui orang lain dan/atau aktivitas, Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
aktivitas berulang-ulang) berkurang nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan
- Respon autonom (seperti
diaphoresis, Tanda vital dalam rentang normal antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
perubahan tekanan darah, perubahan nafas, Tidak mengalami gangguan tidur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
nadi dan dilatasi pupil) analgesik pertama kali
- Perubahan autonomic dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah,
merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Berhubungan dengan: Fluid balance Pertahankan catatan intake dan output yang
- Kehilangan volume cairan secara aktif Hydration akurat
- Kegagalan mekanisme pengaturan Nutritional Status : Food and Fluid Monitor status hidrasi ( kelembaban membran
Intake mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ),
DS : jika diperlukan
- Haus Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi
DO: selama….. defisit volume cairan teratasi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin,
- Penurunan turgor kulit/lidah dengan kriteria hasil: total protein )
- Membran mukosa/kulit kering Mempertahankan urine output sesuai Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
- Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan dengan usia dan BB, BJ urine normal, Kolaborasi pemberian cairan IV
darah, penurunan volume/tekanan nadi Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam Monitor status nutrisi
- Pengisian vena menurun batas normal
Berikan cairan oral
- Perubahan status mental Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
Berikan penggantian nasogatrik sesuai output
- Konsentrasi urine meningkat Elastisitas turgor kulit baik, membran
(50 – 100cc/jam)
- Temperatur tubuh meningkat mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
- Kehilangan berat badan secara tiba-tiba berlebihan
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
- Penurunan urine output Orientasi terhadap waktu dan tempat
muncul meburuk
- HMT meningkat baik
Atur kemungkinan tranfusi
- Kelemahan Jumlah dan irama pernapasan dalam
batas normal Persiapan untuk tranfusi
Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal Pasang kateter jika perlu
pH urin dalam batas normal Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
Intake oral dan intravena adekuat
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko infeksi NOC : NIC :
Immune Status Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko : Knowledge : Infection control Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif Risk control Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
- Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan keperawatan
lingkungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
- Malnutrisi selama…… pasien tidak mengalami infeksi pelindung
- Peningkatan paparan lingkungan patogen dengan kriteria hasil: Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan
- Imonusupresi Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi petunjuk umum
- Tidak adekuat pertahanan sekunder Menunjukkan kemampuan untuk
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan mencegah timbulnya infeksi
infeksi kandung kencing
respon inflamasi) Jumlah leukosit dalam batas normal
Tingkatkan intake nutrisi
- Penyakit kronik Menunjukkan perilaku hidup sehat
Berikan terapi antibiotik:.................................
- Imunosupresi Status imun, gastrointestinal,
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
- Malnutrisi genitourinaria dalam batas normal
lokal
- Pertahan primer tidak adekuat (kerusakan
Pertahankan teknik isolasi k/p
kulit, trauma jaringan, gangguan peristaltik)
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
Monitor adanya luka
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4
jam
DAFTAR PUSTAKA