Anda di halaman 1dari 13

Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf

MODUL
KISTA ARACHNOID

1. Definisi
Kista arachnoid adalah Kista arachnoid adalah kantung yang berisi cairan
serebrospinal yang terdapat pada lapisan leptomening dan dibatasi oleh
lapisan arachnoid di basis kranii. Kista ini biasanya terdapat pada fisura sylvii.
Kista ini terbentu akibat dua lapisan lemak yang menyusun membran
arachnoid terpisah dan membentuk suatu ruangan.

2. Waktu Pendidikan
TAHAP I TAHAP II TAHAP III
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11
PROGRAM MAGISTER (beban dihitung dengan SKS) >=40SKS
Program Magister Neurologi
Tesis
Program Profesi Bedah Saraf
Pogram Bedah Dasar
Program Bedah Saraf
Dasar
PROGRAM KEPROFESIAN (beban dihitung berdasarkan kompetensi)
GOLONGAN PENYAKIT & LOKALISASI
KONGENITAL Kranial
ICD 10 - Bab XVII Spinal
INFEKSI
ICD 10 - Bab I
Kranium

Supratentorial
NEOPLASMA
ICD 10 - Bab II Infratentorial

Spinal
Saraf Tepi

Kranial
TRAUMA
ICD 10 - Bab XIX
Spinal
Saraf Tepi
DEGENERASI Spinal
ICD 10 - Bab VI & XIII Saraf Tepi
VASKULER Intrakranial
ICD 10 - Bab IX
Spinal

1
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf

FUNGSIONAL
ICD 10 - Bab VI & XXI

Pendidikan spesialisasi bedah saraf terdiri dari 3 tahap, yaitu :


1. Tahap Pengayaan (tahap I):
a. Lama pendidikan 4 semester, yaitu mulai dari semester pertama
samapai dengan semester keempat, peserta didik diberi ilmu-ilmu dasar
maupun bedah saraf dasar. Dalam tahap ini dapat dipergunakan untuk
mengambil program magister.
b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen I, yaitu di ahir masa
pendidikan tahap I residen baru mencapai Kompetensi tingkat I.
Residen sudah harus mengenal kista arachnoid.
2. Tahap Magang (tahap II) :
a. Lama pendidikan 2 semester, yaitu pada semester kelima dan keenam.
Peserta didik mulai dilatih melakukan tindakan bedah saraf.
b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen II, yaitu di ahir masa
pendidikan tahap II residen telah mencapai Kompetensi tingkat II.
Residen sudah harus mampu menangani 2 (dua) kasus operatif kista
arachnoid.
3. Tahap Mandiri (tahap III) :
a. Lama pendidikan 5 semester, yaitu dari semester ketujuh sampai
dengan semester kesebelas. Peserta didik menyelesaikan pendidikan
sampai kompetensi bedah saraf dasar.
b. Peserta didik dalam tahap ini disebut Residen III, yaitu di ahir masa
pendidikan tahap III residen telah mencapai kompetensi tingkat III.
Residen sudah harus mampu menangani 1 (satu) kasus operatif kista
arachnoid secara mandiri.
Kompetensi bedah saraf dasar :
1. Semua jenis penyakit yang diajarkan dalam masa pendidikan sampai
mencapai tingkat mandiri (residen boleh mengerjakan operasi sendiri,
dengan tetap dalam pengawasan konsulen)
2. Tehnik operasi yang diajarkan sebagai target ahir pendidikan adalah
terbatas pada tindakan operasi konvensional yang termasuk dalam Indeks
Kesulitan 1 dan 2; tehnik operasi sulit yang membutuhkan kemampuan
motoris lebih tinggi dan/ataupun membutuhkan alat-alat operasi canggih,
termasuk dalam Indeks Kesulitan 3 dan 4, diajarkan hanya maksimal
sampai tingkat magang. Tindakan operasi dalam kelompok ini merupakan
kelanjutan pendidikan yang masuk dalam CPD.

ICD TAHA IK IK IK IK
JENIS PENYAKIT 10 TAHAP II TAHAP III 1 2 3 4
PI
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 G M G M G P
Kongenital Bab XVII . . .

Kranial . . .

Mikrosefal ( Kraniostenosis ) Q 75.0


2 1

2
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf

ICD TAHA IK IK IK IK
JENIS PENYAKIT 10 TAHAP II TAHAP III 1 2 3 4
P. I .
Hidrocephalus Q03.9 .

Simpel 3 3
Kompleks / malfungsi pirau 3 5
Kista Arahnoid Q 07.6
2 1
Meningokel Anterior Q 01.1
3 3
Meningokel Posterior Q 01.2.
2 2
Deformitas kranium Q 75.8
1
Dandy Walker Malformaion Q 03.1
1
Spinal
Spinal Disrafisme Q 05
3 2
Deformitas Atlanto-oksipital Q 67.5
1
Sind. Arnold-Chiary / Siringomieli Q07.0/Q87.2
2 1
KETERANGAN
Tingkat Pengayaan, dalam periode ini Tingkat Kognitif harus dapat mencapai 6 (K6)
Tingkap Magang, dalam periode ini disamping K6, Psikhomotor harus mencapai 2 (P2) dan Afektif mencapai 3 (A3)
Tingkat Mandiri semua Kategori Bloom harus mencapai maksimal, K6, P5, A5
S : Semester G : Magang M : Mandiri K : Kognitif : A : Afektif P : Psikhomotor

3. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan sub-modul kista arachnoid saraf peserta didik
diharapkan mampu mengenali kista arachnoid, mampu mengobati kista
arachnoid yang diajarkan sampai level mandiri serta mampu mengatasi
kegawatan akut kista arachnoid.

4. Tujuan Khusus
1. Mampu menerangkan insidensi, patogenesis, dan embriogenesis kista
arachnoid.
2. Mengetahui neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf dan pem-
bungkusnya.
3. Mengetahui dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tam-
bahan (neuroradiologi)dan patologi anatomi dalam menegakkan diagnosa
kista arachnoid.
4. Mengetahui pengobatan berbagai jenis kista arachnoid.
5. Mampu menentukan perubahan neurofisiologi karena kista arachnoid.
6. Mampu menentukan lokasi kista arachnoid.
7. Mampu melakukan pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan
diagnosa kista arachnoid.
8. Mampu mengetahui diagnosa banding kista arachnoid.
9. Mampu melakukan pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam
menegakkan diagnosa kista arachnoid.
10. Mampu melakukan pengobatan medikamentosa kista arachnoid.
11. Mampu melakukan tindakan operasi kista arachnoid.

3
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf

12. Mampu mengatasi tindakan pertolongan pertama pada kista arachnoid.


13. Mengenali penyulit tindakan bedah pada kasus kista arachnoid.
14. Mengetahui tindak lanjut yang diperlukan
15. Mampu memberi informed consent

5. Strategi Pembelajaran
a Pengajaran dan Kuliah Pengantar 50 menit
b Tinjauan Pustaka
Presentasi Ilmu Dasar 1x telaah kepustakaan
Presentasi Kasus 1x
2x 50 menit, diskusi menyangkut di-
b Diskusi Kelompok
agnosis, operasi dan penyulit
d Bedside Teaching 6x ronde
e Bimbingan operasi
minimal 3 kasus untuk selanjutnya
Operasi Magang instruksi atau evaluasi operasi sampai
dinyatakan lulus
minimal 3 kasus sebelum dapat maju
Operasi Mandiri ke ujian kompetensi akhir tingkat na-
sional

6. Persiapan Sesi
1. Materi kuliah pengantar berupa kisi-kisi materi yang harus dipelajari dalam
mencapai kompetensi, mencakup:
a. Insidensi, patogenesis, dan embriogenesis kista arachnoid.
b. Neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf dan pembungkusnya.
c. Dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan (neu-
roradiologi)dan patologi anatomi dalam menegakkan kista arachnoid.
d. Pengobatan berbagai jenis kista arachnoid.
e. Perubahan neurofisiologi karena kista arachnoid.
f. Lokasi kista arachnoid.
g. Pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosa kista
arachnoid.
h. Diagnosa banding kista arachnoid.
i. Pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan kista
arachnoid.
j. Pengobatan medikamentosa kista arachnoid.
k. Tindakan operasi kista arachnoid.

4
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf

l. Tindakan pertolongan pertama pada kista arachnoid.


m. Penyulit tindakan bedah pada kasus kista arachnoid.
n. Tindak lanjut yang diperlukan
2. Audio visual
3. Lampu baca x ray

7. Referensi
1. Osborn AG, Blasser SI, Salzman KL, Katzman GL, Provenzale J, Castillo
M, et all. Osborn Diagnostic Imaging. Canada : Amirsys/Elsevier. 1st ed.
2004
2. Wilkins RH, Rengachary SS. Neurosurgery. USA : Mc Graw-Hill. 2nd
Ed. 1996
3. Rengachary SS, Wilkins RH. Principles of Neurosurgery. London : Mos-
by. 1994
4. Winn HR. Youman’s Neurological Surgery. 5th ed. USA : Saunders. 1994

8. Kompetensi
Tingkat
Jenis Kompetensi Kompetensi
K P A
a. Mampu mengetahui etiologi kista arachnoid 6 P
b. Mampu menerangkan patogenesis kista arachnoid 6 E
N
G
A
Mengetahui dasar-dasar pemeriksaan klinis untuk menegakan diag- Y
c. 6
nosa kista arachnoid A
A
N
Mampu melakukan pemeriksaan klinis untuk menegakan diagnosis
d. 6 2 3 M
kista arachnoid
A
e. Mampu menegakan diagnosis kista arachnoid 6 2 3
G
f. Mampu melakukan pemeriksaan tambahan 6 2 3 A
g. Mampu mengetahui diagnosis banding kista arachnoid 6 2 3 N
G
h. Mengetahui tatalaksana kista arachnoid 6 2 3
i. Mampu melakukan tindakan endoskopi dan shunting 6 5 5 M
j. Mengetahui tindak lanjut yang diperlukan 6 5 5 A
N
k. Mampu memberi informed consent 6 5 5 D

5
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf

I
R
I

9. Gambaran Umum
Sista jinak intrakranial, bukan neoplasma sejati, namun berefek serupa.
Kebanyakan kurabel hingga mempunyai kepentingan klinik.
Kista arachnoid adalah sista jinak intrakranial tersering, sering dijumpai
asimtomatik dari CT scan. Adalah suatu LDR ekstraserebral jinak yang diisi
cairan jernih atau xantokhromik. Dapat terjadi dimanapun arakhnoid berada,
predileksinya fisura Sylvian, konveksitas, fisura interhemisfer, supra seller,
parakolikuler, sudut serebelopontin, dan regio retroserebeler.
Sejak diperkenalkan Bright 1831, dua patogenesis utama dikembangkan. Sista
intraarakhnoid, yang disebabkan splitting dan duplikasi membran arakhnoid,
biasanya tanpa hubungan dengan ruang subarakhnoid (noncommunicating
cyst). Bright menjelaskan sista arakhnoid difisura Sylvian adalah sista serosa
diarakhnoid. Dikatakannya bahwa lobus temporal tertekan oleh sista, dan
cairan terakumulasi antara dua dinding membran arakhnoid yang belah,
namun tak ada kelainan yang dijumpai pada lobus temporal. Teori lain adalah
sista subarakhnoid, adalah karena pembesaran sekunder ruang subarakhnoid
akibat adesi arakhnoid, dan sistanya berhubungan dengan rongga
subarakhnoid (communicating cyst). Robinson menyebutkan bahwa agenesis
lobus temporal sebagai penyebab sista arakhnoid difossa media, dan
mengakui bahwa sista terjadi sekunder karena pembesaran ruang
subarakhnoid.

10. Contoh Kasus


Contoh kasus dibuat sesuai dengan jenis penyakit pada submodul.

11. Tujuan Pembelajaran


Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk
alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian
kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mengenali dan
menatalaksana kista arachnoid.

12. Metoda
Metoda Pembelajaran
1. Tinjauan Pustaka
2. Diskusi Kelompok
3. Bed side teaching
4. Tindakan Operasi Mandiri

6
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf

a. Peserta didik harus erlebih dahulu melakukan asistensi operasi


(magang) sampai mencapai jumlah yang ditentukan, dan kemudian
melakukan instruksi pada spesialis pembimbing. Setelah dinyatakan
lulus instruksi, baru diijinkan melakukan operasi mandiri.
b. Operasi mandiri oleh asisten harus selalu ada spesialis supervisor
yang akan menilai keseluruhan aspek yang harus dilakukan oleh
asisten terhadap pasien secara mandiri.
c. Residen yang memiliki level tertinggi dalam suatu operasi harus
membuat laporan operasi dengan berpedoman pada daftar tilik,
selanjutnya konsulen/supervisor operasi ini akan memeriksa laporan
operasi sesuai daftar tilik dan memberi nilai berdasarkan
kelengkapan yang ditetapkan daam daftar tilik.

Metoda Diagnostik
1. Pemeriksaan klinis neurologik
2. Alat bantu diagnostik
a. Pemeriksaan X ray,
b. EMG / EEG
c. Alat neuroradiologi lain : CT Scan, MRI
3. Metoda diagnostik yang diajarkan mencakup metode diagnostik
konvensional sesuai ketersediaannya di daerah perifer, tidak semata-
mata berorientasi pada alat-alat dianostik canggih.

13. Rangkuman
Kista arachnoid adalah kantung berisi cairan serebrospinal pada lapisan
leptomening dan dibatasi oleh lapisan arachnoid di basis kranii. Kista terbentuk
akibat dua lapisan lemak membran arachnoid membentuk suatu ruangan.
Kista arachnoid adalah sista jinak intrakranial tersering, sering dijumpai
asimtomatik dari CT scan. Suatu LDR ekstraserebral jinak yang diisi cairan
jernih atau xantokhromik. Dapat terjadi dimanapun, predileksinya fisura
Sylvian, konveksitas, fisura interhemisfer, supra seller, parakolikuler, sudut
serebelopontin, dan regio retroserebeler.
Sejak diperkenalkan Bright 1831, dua patogenesis utama dikembangkan. Sista
intraarakhnoid, disebabkan splitting dan duplikasi membran arakhnoid, tanpa
hubungan dengan ruang subarakhnoid (noncommunicating cyst). Teori lain
adalah sista subarakhnoid, adalah karena pembesaran sekunder ruang
subarakhnoid akibat adesi arakhnoid, dan sistanya berhubungan dengan
rongga subarakhnoid (communicating cyst).

14. Evaluasi
Organisasi Evaluasi
1. Evaluasi dilaksanakan di IPDS Bedah Saraf
2. Evaluasi dilakukan minimal oleh Pembimbing di IPDS Bedah Saraf
3. Evaluasi untuk peserta PPDS Bedah Saraf dilakukan sbb

7
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf

a. Untuk penguasaan ilmu dasar (pengayaan) dilakukan pada ahir


setiap semester
b. Kemampuan menegakkan diagnosa
c. Untuk penguasaan kasus dan teknis operasi dilakukan pada setiap
akan dilakukan tindakan / operasi.
4. Untuk dokter spesialis bedah lain yang akan mengambil modul-modul
bedah saraf tertentu untuk kepentingan penigkatan kompetensi dalam
program CPD, waktu disesuaikan pada kodisi yang ada dari modul ini,
dengan evaluasi dan tahap penguasaan materi yang dievaluasi sama
ketentuan yang berlaku.

Tahap Evaluasi
1 Evaluasi tahap pengayaan dilakukan setelah peseta didik
menyelesaikan aspek kognitif di tahap pengayaan.
2 Evaluasi tahap magang dilakukan setelah peserta didik melakukan
sejumlah tindakan operasi Sebagai Asisten I sebagai prasyarat evaluasi
sesuai dengan jenis penyakit pada submodul
3 Evaluasi tahap mandiri dilakukan setelah peserta didik melakukan
sejumlah tindakan operasi mandiri sebagai prasyarat evaluasi sesuai
dengan jenis penyakit pada submodul

Metode dan Materi Evaluasi


1. Ujian Tulis dan Lisan
2. Kemampuan menegakkan diagnosa di poliklinik maupun ruang rawat
3. Penilaian kemampuan melakukan tindakan
4. Penilaian kemampuan penanganan penderita secara menyeluruh

Hasil Penilaian IPDS


1. Penyelesaian modul harus dapat dicapai dalam kurun waktu yang telah
ditetapkan
2. Penilaian disesuaikan dengan kompetensi akhir yang harus dicapai
pada setiap sub modul ( pengayaan, magang, mandiri )
3. Kegagalan dalam 1 aspek harus diulang dalam masa selama stase di
Bagian/Departemen Badah Saraf.

15. Instrumen Penilaian


Instrumen penilaian dari setiap kegiatan berupa evaluasi yang dilakukan pada
setiap tahap pendidikan, intrumen yang dipakai adalah :
1 Kemampuan Inform Concent Instruksi & Bimbingan

2 Penilaian Ilmiah
a. Teori & Penyakit Diskusi dan Ujian
b. Instrument & Penyakit Diskusi dan Ujian
3 Penilaian Kecakapan Poliklinik, Bedside teaching & Kamar
Operasi

8
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf

4 Penilaian Rehabilitasi Instruksi & Bimbingan

16. Penuntun Belajar


1. Kisi-kisi materi dan buku referensi
2. Kisi-kisi materi kista arachnoid:
a. Insidensi, patogenesis, dan sitogenesis kista arachnoid.
b. Dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan
(neuroradiologi)dan patologi anatomi dalam menegakkan kista
arachnoid.
c. Pengobatan berbagai jenis kista arachnoid.
d. Pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosa kista
arachnoid.
e. Diagnosa banding kista arachnoid.
f. Pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan kista
arachnoid.
g. Pengobatan medikamentosa kista arachnoid.
h. Tindakan operasi kista arachnoid.
i. Penyulit tindakan bedah pada kasus kista arachnoid.
j. Tindak lanjut yang diperlukan
k. informed consent

17. Daftar Tilik


ADA
RINCIAN DAFTAR TILIK
TA TL L
Menentukan Indikasi Bedah Saraf(Poliklinik
1 Uraian tentang keluhan / gejala utama
2 Cara datang (sendiri/rujukan)
3 Kelengkapan riwayat penyakit
Catatan ukuran panjang badan, berat badan, lingkaran kepala,
4
ubun-ubun besar
5 Deskripsi keadaan kulit
6 Deskripsi kelainan saraf yang dijumpai
7 Pemeriksaan penunjang
8 Hasil konsultasi persiapan operasi
9 Catatan status gizi
10 Obat-obatan yang masih diberikan

9
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf

11 Inform consent
12 Surat pengantar rawat inap
Admission
1 Kelengkapan administrasi
2 Kelengkapan dokumen sesuai daftar tilik poliklinik
3 Buat status Medical Record
4 Cek ulang hasil pemeriksaan di poliklinik
5 Buat rencana perawatan
Persiapan Operasi
1 Assesment rencana tindakan, operator dan asisten
2 Konsul toleransi operasi
3 Buat daftar operasi
Pra-Bedah
1 Konsul anestesi
2 Asisten lapor pada operator
3 Persiapan menjelang operasi
4 Dipasang kateter
Kamar Operasi
1 Dokumen yang disertakan bersama pasien
2 Keadaan pasien
3 Persiapan pasien
4 Dilakukan narkose umum
5 Posisi pasien diatur sesuai standar
6 Dipasang blanket pemanas
7 Persiapan daerah operasi
8 Tindakan operasi
Pasca Bedah
1 Dokumentasi
2 Catatan perawatan
Pemulangan

10
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf

1 Catatan keadaan pasien


2 Inform consent pada yang merawat
3 Jadwal kontrol dan konsultasi pada dokter spesialis anak
4 Kelengkapan status dan diagnosa
5 Catatan administrasi & keuangan

18. Materi Baku


Materi baku kelainan kongenital susunan saraf disusun berdasarkan tujuan
pendidikan. Secara rinci disusun pada tujuan khusus. Materi dirinci menjadi
berbagai jenis penyakit pada submodul yang disesuaikan dengan kompetensi
mandri yang harus dicapai ( matriks hijau )
Sebagai gambaran umum berbagai penyakit yang harus dikuasai sebagai
berikut :

Kista Arachnoid
Definisi
Kista arachnoid adalah Kista arachnoid adalah kantung yang berisi cairan
serebrospinal yang terdapat pada lapisan leptomening dan dibatasi oleh
lapisan arachnoid di basis kranii. Kista ini biasanya terdapat pada fisura sylvii.
Kista ini terbentu akibat dua lapisan lemak yang menyusun membran
arachnoid terpisah dan membentuk suatu ruangan.

Epidemiologi
Insiden dari kista arachnoid, didapatkan 5 kasus dari 1000 kasus otopsi.

Etiologi
Efek massa sista arakhnoid adalah akibat satu dari tiga mekanisme: (1)
peninggian ukuran sista akibat pasasi osmotik cairan kedalam sista dari CSS,
(2) sekresi dari ependim yang melapisi dinding sista, bila ada, dan (3) pasasi
CSS kedalam dan terjebak didalam sista oleh mekanisme 'bola dan katup'
dari pintu masuk didinding kista.

Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda klinis yang umum dari sista arakhnoid intrakranial adalah:
 Pembesaran kepala dan nyeri kepala akibat peninggian TIK
 Penonjolan lokal tengkorak akibat efek massa dari kista
 Bangkitan konvulsif
 Temuan kebetulan saat radiografi tengkorak atau cedera kepala, dan
perdarahan intrasistik atau hematoma subdural setelah cedera kepala

Pemeriksaan Penunjang

11
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf

Pemeriksaan terpenting dalam menentukan apakah operasi diindikasikan


pada sista arakhnoid adalah MRI, CT scan dan CT scan sisternografi
radionuklida atau metrizamida. Pada pemeriksaan dinamik ini, perlu untuk
mengamati hubungan antara sista dan ruang subarakhnoid sekitarnya, dan
kecepatan hilangnya media kontras atau radionuklida

Tatalaksana
Ada dua cara tindakan bedah untuk sista arakhnoid, membranektomi dan
pintas sistoperitoneal. Prinsipnya, operasi direk terhadap sista harus
dilakukan dalam usaha mendapatkan: (1) dekompresi yang layak, (2)
pemeriksaan histologis dinding sista, dan (3) inspeksi otak sekitarnya. Pintas
sistoperitoneal mempunyai keuntungan: (1) pada kasus sista yang sangat
besar atau bersamaan dengan hidrosefalus berat, pintas sistoperitoneal lebih
disukai dalam usaha mencegah pergeseran otak yang ekstrim akibat
dekompresi mendadak, dan (2) operasi pintas kurang invasif dan karenanya
disukai untuk pasien tua. Metoda manapun yang dipakai, kebanyakan sista
berkurang ukuran dan efek massanya serta memperlihatkan perbaikan klinis
yang bertahan beberapa tahun setelah operasi. Pendekatan direk memastikan
bahwa kista adalah lesi nonneoplastik, sistik jinak.

19. Algoritme

20. Kepustakan
1. Osborn AG, Blasser SI, Salzman KL, Katzman GL, Provenzale J, Castillo
M, et all. Osborn Diagnostic Imaging. Canada : Amirsys/Elsevier. 1 st ed.
2004
2. Wilkins RH, Rengachary SS. Neurosurgery. USA : Mc Graw-Hill. 2nd
Ed. 1996

12
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf

3. Rengachary SS, Wilkins RH. Principles of Neurosurgery. London : Mos-


by. 1994
4. Winn HR. Youman’s Neurological Surgery. 5th ed. USA : Saunders. 1994

21. Presentasi
Materi presentasi menggunakan materi dalam bentuk power point sesuai
dengan materi modul kista arachnoid.

22. Model
Model pembelajaran dapat menggunakan diseksi kadaver.

13

Anda mungkin juga menyukai