Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendahuluan

Batu saluran kemih adalah adanya batu di dalam saluran kemih, mulai dari ginjal hingga
uretra, yang terbentuk dari kristal yang memadat. Batu saluran kemih merupakan gangguan
urologik yang mempengaruhi sekitar 12% dari seluruh populasi dunia. Penyebab terjadinya pun
dipengaruhi oleh banyak faktor, dimulai dari pola hidup, lingkungan, hingga keturunan.1,2

Batu saluran kemih sudah dikenal sejak tahun 4000 sebelum masehi, hal ini dibuktikan
dengan diketemukannya batu pada kandung kemih seorang mumi. Batu saluran kemih yang
berulang juga dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Sebagai prevensi dari kekambuhan
batu dibutuhkan pemahaman lebih lanjut akan proses mekanisme terbentuknya batu. Pentingnya
prevensi ini disebabkan karena komplikasi dari batu yang dapat terjadi seperti penyakit ginjal
kronis dan juga gagal ginjal. Gejala dari batu saluran kemih yang muncul juga erat kaitan nya
dengan lokasi dari batu tersebut baik di ginjal, ureter, ataupun kandung kemih. 2,3

2.2. Anatomi Saluran Kemih

2.2.1. Ginjal

Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal
bagianatas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial. Pada
sisiini terdapat hilus ginjal yaitu tempat struktur-struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem
saraf, dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal. Besar dan berat ginjal sangat bervariasi; hal
ini tergantung pada jenis kelamin, umur, sertaada tidaknya ginjal pada sisi yang lain. Pada
autopsi klinis didapatkan bahwa ukuran ginjal orang dewasa rata-rata adalah 11,5 cm (panjang) x
6 cm (lebar) x 3,5 cm (tebal). Beratnya bervariasi antara 120 - 170 gram, atau kurang lebih 0,4%
dari berat badan.3

Struktur di Sekitar Ginjal

4
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrus tipis dan mengkilat yang disebut kapsula fibrosa
(true capsule) ginjal dan di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak perirenal. Di sebelah kranial
ginjal terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal / supra-renal yang berwarna kuning.
Kelenjar adrenal bersamasama ginjal dan jaringan lemak perirenal dibungkus oleh fasia gerota.
Fasia ini berfungsi sebagai barier yang menghambat meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal
serta mencegah ekstravasasi urine pada saat terjadi trauma ginjal. Selain itu fasia gerota dapat
pula berfungsi sebagi barier dalam menghambat penyebaran infeksi atau menghambat metastasis
tumor ginjal ke organ di sekitarnya. Di luar fasia gerota terdapat jaringan lemak retroperitoneal
atau disebut jaringan lemak pararenal. Di sebelah posterior, ginjal dilindungi oleh otot-otot
punggung yang tebal serta tulang rusuk ke XI dan XII sedangkan di sebelah anterior dilindungi
oleh organ-organ intraperitoneal. Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, dan duodenum;
sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas, jejeunum, dan kolon.3

Struktur Ginjal

Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medula ginjal. Di
dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron sedangkan di dalam medula banyak terdapat duktuli
ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas, tubulus kontortus
proksimalis, tubulus kontortus distalis, dan duktus kolegentes.3

Darah yang membawa sisa-sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi (disaring) di dalam
glomeruli kemudian di tubuli ginjal,beberapa zat yang masih diperlukan tubuh mengalami
reabsobsi dan zat-zat hasil sisa metabolisme mengalami sekresi bersama air membentuk urine.
Setiap hari tidak kurang180 liter cairan tubuh difiltrasi di glomerulus dan menghasilkan urine 1-2
liter. Urine yang terbentuk di dalam nefron disalurkan melalui piramida ke sistem pelvikalises
ginjal untuk kemudian disalurkan ke dalam ureter.3

Sistem pelvikalises ginjal terdiri atas kaliks minor, infundibulum, kaliks major, dan
pielum/pelvis renalis. Mukosa sistem pelvikalises terdiri atas epitel transisional dan dindingnya
terdiri atas otot polos yang mampu berkontraksi untuk mengalirkan urine sampai ke ureter.3

Vaskularisasi Ginjal

5
Suplai darah ke ginjal diperankan oleh arteri dan vena renalis. Arteri renalis merupakan
cabang langsung dari aorta abdominalis dan vena renalis yang bermuara langsung ke dalam vena
kava inferior. Vena dan arteri renalis keduanya membentuk pedikel ginjal. Arteri memasuki
ginjal dan vena keluar dari ginjal di dalam area yang disebut hilus renalis. Pada sisi kanan, vena
terletak di sebelah anterior arteri renalis. Pada sisi kiri, vena renalis lebih panjang dari pada
arteri. Di belakang dari kedua pedikel ini terdapat pelvis renalis. Pada sisi kiri, terdapat
rangkaian sistem vena yang berbeda dari sebelah kanan, yakni vena yang merawat gonad (vena
spermatika pada laki-laki dan ovarika pada perempuan), langsung bermuara pada vena renalis
kiri. Lain halnya dengan sisi kanan, vena tersebut bermuara secara oblik langsung ke vena kava
inferior di bawah percabangan vena renalis dengan veena kava.3

Sistem arteri ginjal merupakan sistem end arteries, yaitu arteri yang tidak mempunyai
anastomosis dengan cabang dari arteri lain, sehingga jika terdapat kerusakan pada salah satu
cabang arteri ini, berakibat timbulnya iskemia/nekrosis pada daerah yang di perdarahi. Sistem
cairan limfe ginjal dialirkan ke dalam limfonodi yang terletak di dalam hilus ginjal. Seperti
halnya pada sistem pembuluh darah dan persarafan, sistem limfatik berada di dalam rongga
retroperitoneum.3

Persarafan

Ginjal mendapatkan persarafan melalui pleksus renalis, yang seratnya berjalan bersama
dengan arteri renalis. Input dari sestem simpatetik menyebabkan vasokonstriksi yang
menghambat aliran darah ke ginjal. Ginjal juga diduga tidak mendapatkan persarafan
parasimpatetik. Impuls sensorik dari ginjal berjalan menuju korda spinalis segmen T10-11 dan
memberikan sinyal sesuai dermatomnya. Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa nyeri di daerah
pinggang (flank) bisa merupakan nyeri referal dari ginjal.3

2.2.2. Ureter

Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urine dari
pielum ginjal ke dalam buli-buli. Pada orang dewasa panjang ureter berkisar sekitar 10 inci,
berjalan turun dari kedua ginjal menuju ke kandung kemih. Dindingnya terdiri atas mukosa yang
dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan
gerakan peristaltik (berkontraksi) guna mengeluarkan urine ke buli-buli.4

6
Jika karena sesuatu sebab terjadi sumbatan pada aliran urine, terjadi kontraksi otot polos
yang berlebihan yang bertujuan untuk mendorong/mengeluarkan sumbatan itu dari saluran
kemih. Kontraksi itu dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang secara berkala, sesuai dengan
irama peristaltik ureter.3

Sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju buli-buli, secara anatomis terdapat
beberapa tempat yang ukuran diameternya relatif lebih sempit daripada di tempat lain,sehingga
batu atau benda-benda lain yang berasal dari ginjal seringkali tersangkut di tempatitu. Tempat-
tempat penyempitan itu antara lain adalah: (1) pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter
atau pelvi-ureter junction, (2) tempat ureter menyilang arteri iliaka dirongga pelvis, dan (3) pada
saat ureter masuk ke buli-buli. Ureter masuk ke buli-buli dalam posisi miring dan berada di
dalam otot buli-buli (intramural); keadaan ini dapat mencegah terjadinya aliran balik urine dari
buli-buli ke ureter atau refluks vesiko-ureter pada saat buli-buli berkontraksi.3

Ureter dibagi menjadi dua bagian yaitu: ureter pars abdominalis, yaitu yang berada dari
pelvis renalis sampai menyilang vasa iliaka, dan ureter pars pelvika, yaitu mulai dari persilangan
dengan vasa iliaka sampai masuk ke buli-buli. Di samping itu secara radiologis ureter dibagi
dalam tiga bagian, yaitu : 1.) ureter 1/3 proksimal mulai dari pelvis renalis sampai batas atas
sakrum, 2.) ureter 1/3 medial mulai dari batas atas sakrum sampai pada batas bawah sakrum, dan
3.) ureter 1/3 distal mulai batas bawah sakrum sampai masuk ke buli-buli.3

Ureter mendapat persarafan otonomik simpatetik, yang berasal dari serabut preganglionik
dari segmen spinal T10-L2, dan parasimpatetik, yang berasal dari serabut vagal melalui coeliac ke
ureter sebelah atas, sedangkan serabut dari S2-4 ke ureter bawah.3

2.2.3. Buli-buli

Buli-buli atau vesika urinaria merupakan kantung yang tersusun atas jaringan otot yang
terletak di dalam rongga pelvis dibelakang tulang pubis. Pada perempuan, terletak dibawah
uterus dan di depan vagina. Pada laki-laki terletak diantara rektum dan simfisis pubis. Terdapat 3
muara di buli-buli, dua di sisi belakang dimana ureter masuk dan satu di bagian depan untuk
uretra. Ketiga jalur ini membentuk segitiga yang disebut sebagai trigonum buli-buli.4

7
Buli-buli berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian mengeluarkannya
melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Pada saat kosong, buli-buli terletak di
belakang simfisis pubis dan pada saat penuh berada di atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan
diperkusi. Buli-buli yang terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf aferen dan
menyebabkan aktivasi pusat miksi di medula spinalis segmen sakral S2-4. Hal ini akan
menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher buli buli, dan relaksasi sfingter uretra
sehingga terjadilah proses miksi.3

2.2.4. Uretra

Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari buli-buli melalui
prosesmiksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2 bagian yaitu uretra posterior dan uretra
anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani. Pada uretra
terdapat juga sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra, serta
sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior. Sfingter
uretra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh sistem simpatik sehingga pada saat
buli-buli penuh, sfingter ini terbuka. Sfingter uretra eksterna terdiri atas otot bergaris dipersarafi
oleh sistem somatik yang dapat diperintah sesuai dengan keinginan seseorang. Pada saat kencing
sfingter ini terbuka dan tetap tertutup pada saat menahan kencing.3,4

2.3. Epidemiologi

Secara global, prevalensi dan rekurensi batu saluran kemih semakin meningkat, dengan
pilihan obat-obatan efektif yang terbatas. Urolitiasis mempengaruhi sekitar 12% dari seluruh
populasi di dunia pada fase tertentu dalam hidup, tidak terbatas usia, jenis kelamin dan ras
namun terbukti lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita dengan kurun usia 20-49 tahun.
Bila pasien tidak menerapkan perubahan gaya hidup, kemungkinan terbentuknya batu kedua di
estimasikan 10-23% per tahun, 50% dalam 5-10 tahun, dan 75% dalam 20 tahun.2

Semakin meningkatnya angka kesakitan dari batu saluran kemih ini dipercaya memiliki
kaitan yang erat dengan berubahnya trend gaya hidup seperti menurun nya aktivitas fisik,
kebiasaan asupan makanan dan minuman serta global warming. Di Amerika, batu saluran kemih
ditemukan pada 1 dari 11 orang dan diestimasi sekitar 600.000 orang Amerika mengalami
keluhan karena batu saluran kemih per tahun nya.2

8
2.4. Etiologi

Terbentuknya batu saluran kemih diduga memiliki hubungan dengan gangguan aliran
urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan – keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik).3

Secara epidemiologis terdapat faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih
pada seseorang. Faktor tersebut meliputi faktor intrinsik, yang berasal dari tubuh seseorang dan
ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitarnya.2,3

Yang termasuk dalam faktor intrinsik merupakan faktor keturunan/herediter, usia, dan
jenis kelamin dimana laki-laki lebih sering dibandingkan dengan perempuan. Sedangkan yang
termasuk dalam faktor ekstrinsik meliputi iklim dan temperatur, geografi, asupan air (kurangnya
asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi dapat meningkatkan
insiden batu saluran kemih), diet (diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah
terjadinya penyakit batu saluran kemih) dan pekerjaan (batu saluran kemih sering dijumpai pada
orang dengan pekerjaan banyak duduk atau kurang aktivitas fisik).2,3,5

2.5. Teori Proses Pembentukan Batu Saluran Kemih

Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-
tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (satis urin), yaitu pada sistem kalises ginjal
atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel,
obstruksi infravesika kronis seperti pada hiperplasia prostat benigna, dan striktur merupakan
keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.3

Batu terdiri dari kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun
anorganik yang terlarut dalam urin. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan
metastable (tetap terlarut) dalam urin jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan
terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti
batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain
sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal
masih rapuh dan belum cukup mampu menyumbat saluran kemih. Untuk itu agregat kristal perlu
menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain

9
diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat
saluran kemih.3

Kondisi metastable dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine,
konsentrasi solut di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau adanya korpus
alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.3

Lebih dari 80% batu saluran kemih teridiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan
oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan
sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium, amonium fosfat (batu infeksi), batu
xanthyn, batu sistein, dan batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu
saluran kemih hampir sama, tetapi susana di dalam saluran kemih yang memungkinkan
terbentuknya jenis batu tidak sama. Contohnya batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana
asam, sedangkan batu magnesium amonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa.3

2.6. Batu Ginjal dan Batu Ureter

Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis
ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan
lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu
staghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal (penyempitan infundibulum
dan stenosis ureteropelvik) mempermudah timbulnya batu saluran kemih.3

Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot pelvikaliks dan turun ke ureter
menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik ureter mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun ke
buli-buli. Batu yang ukurannya kecil (<5mm) pada umumnya dapat keluar spontan sedangkan
yang lebih besar seringkali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi radang (periureteritis)
serta menimbulkan obstruksi kronis berupa hidroureter atau hidronefrosis.3

Batu yang terletak pada ureter maupun sistem pelvikalises mampu menimbulkan
obstruksi saluran kemih dan menimbulkan kelainan struktur saluran kemih sebelah atas.
Obstruksi di ureter menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis, batu di pielum dapat
menimbulkan hidronefrosis, dan batu di kaliks mayor dapat menimbulkan kaliektasis pada kaliks
yang bersangkutan. Jika disertai dengan infeksi sekunder dapat menimbulkan pionefrosis,

10
urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, ataupun pielonefritis. Pada keadaan lanjut dapat terjadi
kerusakan ginjal, dan jika mengenai kedua sisi mengakibatkan gagal ginjal permanen.3

2.7. Tanda dan Gejala

Nyeri

Nyeri kolik dan non-kolik merupakan 2 tipe nyeri yang berasal dari ginjal. Kolik renal
biasanya disebabkan karena pelebaran dari ureter, sedang nyeri non-kolik biasa disebabkan oleh
adanya distensi dari kapsula renalis. Rata-rata keluhan batu saluran kemih merupakan onset akut
dari nyeri yang disebabkan adanya obstruksi akut dan distensi dari traktus urinarius bagian atas.
Tingkat keparahan dan juga lokasi dari nyeri dapat berbeda dari satu pasien dan pasien lain
dikarenakan ukuran batu yang berbeda, lokasi, tingkat obstruksi, hingga variasi anatomi. Pasien
seringkali terlihat berubah-ubah posisi secara konstan, mencari posisi untuk meringankan rasa
nyerinya.5

Hematuria

Pemeriksaan urinalisis lengkap dapat digunakan untuk membantu mengkonfirmasi


diagnosis batu saluran kemih dengan menganalisa hematuri, kristal urin dan pH urin. Pasien
seringkali datang dengan keluhan gross hematuria atau urine berwarna gelap seperti teh. Namun
beberapa juga tidak mengalami makrohematuria tetapi dapat ditemukan mikrohematuria. Tetapi
tidak menutup kemungkinan obstruksi total sehingga tidak muncul mikrohematuri (10-15%
kasus).5

Infeksi

Batu magnesium ammonium fosfat (struvit) atau batu infeksi, seringkali diasosiasikan
dengan infeksi Proteus, Pseudomonas, Providencia, Klebsiella dan Staphylococcus. Walau
semua batu dapat diasosiasikan dengan infeksi akibat dari obstruksi. Hal ini juga merupakan
alasan kultur antibiotik disarankan sebelum dilakukan tindakan intervensi elektif.2,5

11
Demam

Batu saluran kemih yang disertai dengan adanya demam merupakan konsisi emergensi
medis yang relatif. Takikardi, hipotensi dan adanya vasodilatasi kutaneus perlu diperiksa
dikarenakan dapat merupakan tanda terjadinya sepsis.5

2.8. Asesmen Klinis

Dari riwayat perjalanan penyakit perlu digali adanya gambaran klasik dari batu saluran
kemih seperti nyeri akut unilateral di pinggang, mual dengan ataupun tanpa adanya muntah,
hematuri, rasa nyeri baik itu nyeri tumpul ataupun nyeri kolik, berapa lama nyeri dirasakan dan
rasa nyeri menjalar ke perut bagian bawah ataupun ke selangkang, testis, labia maupun ujung
penis.6

Dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya nyeri hebat yang membuat pasien
berubah-ubah posisi secara konstan guna mencari posisi yang dapat meringankan rasa nyeri,
nyeri ketok costovertebral angle sedangkan pada pemeriksaan abdomen umumnya tidak
ditemukan tanda yang bermakna.6

2.9. Pemeriksaan Radiologi

Foto Polos Abdomen

Foto polos abdomen dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio-opak di
saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan paling
sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non-opak/radio-lusen.3

Pielografi Intra Vena (IVP)

Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu IVP
dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non-opak yang tidak dapat terlihat oleh
foto polos abdomen biasa. Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih
akibat adanya penurunan fungsi ginjal, dapat dilakukan pemeriksaan pielografi retrograd.3

Ultrasonografi

12
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada
keadaan-keadaan seperti alergi, faal ginjal menurun, dan wanita hamil. Pemeriksaan USG dapat
menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (ditandai dengan adanya echoic shadow),
hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan ginjal.3

2.10. Penatalaksanaan

2.10.1. Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5mm, karena
diharapkan batu dapat keluar secara spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi
nyeri, memperlancar aliran urine dengan memberikan diuretikum, dan banyak minum supaya
dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih.3

2.10.2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)

ESWL merupakan alat yang dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau batu
buli-buli tanpa memerlukan tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi
fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang
pecahnya batu yang sedang keluar menimbulkan nyeri kolik dan hematuria.3

2.10.3. Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan abtu saluran
kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih
melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutaneus). Proses pemecahan batu dapat dilakukan
secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi
laser.3

PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy) - Merupakan usaha pengeluaran batu yang berada di
dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi
pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen
kecil.3,5

13
Litotripsi – Memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah batu
(litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik.1,3

Ureteroskopi (URS) – Merupakan usaha diagnostik terapeutik dengan memasukkan alat


ureteroskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. URS
memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dalam ekstraksi batu saluran kemih bagian bawah.3,5

2.10.4. Bedah Laparoskopi

Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih juga dapat menjadi
pilihan bagi ahli bedah dan telah banyak digunakan untuk mengambil batu ureter.3

2.10.5. Bedah Laparotomi

Merupakan pembedahan terbuka, antara lain adalah pelolitotomi atau nefrolitotomi untuk
mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien
harus menjalani tindakan nefrektomi karena ginjal sudah tidak berfungsi dan berisi nanah
(pionefrosis), pengerutan ginjal akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan
infeksi yang menahun.3

2.11. Pencegahan

Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang penting untuk
dilakukan merupakan upaya menghindari terjadinya kekambuhan. Pencegahan yang dilakukan
umumnya berupa : 1.) menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi
urin 2-3 liter per hari, 2.) diet untuk mengurangi kadar zat komponen pembentuk batu, 3)
aktivitas fisik harian yang cukup.1,3,5

Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah 1.) rendah protein,
hal ini dikarenakan protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan suasana urine
lebih asam, 2.) rendah oksalat, 3.) rendah garam karena natriuresis akan memacu timbulnya
hiperkalsiuri, dan 4.) rendah purin. 1,3

2.12. Kesimpulan

14
Batu saluran kemih merupakan gangguan urologik yang mempengaruhi sekitar 12% dari
seluruh populasi dunia. Penyebab terjadinya pun dipengaruhi oleh banyak faktor, dimulai dari
pola hidup, lingkungan, hingga keturunan. Gejala dari batu saluran kemih yang muncul juga erat
kaitan nya dengan lokasi dari batu tersebut baik di ginjal, ureter, ataupun kandung kemih. Batu
saluran dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang karena diestimasikan 10-23% per tahun
pasien mengalami batu berulang. Oleh sebab itu, modifikasi gaya hidup penting dilakukan agar
tidak terjadi batu berulang dan kualitas hidup pasien terjaga.

Daftar Pustaka

1. Gaol HL, Mochtar CA. Batu saluran kemih. Dalam : Tanto C. Kapita selekta kedokteran.
Jakarta : Media Aesculaptius. 2016
2. Alelign T, Petros B. Kidney stone disease : an update on current concepts. Adv Urol.
2018
3. Purnomo B. Dasar-dasar urologi. Jakarta : Sagung Seto. 2015
4. Siegfried DR, Norris M. Anatomy & physiology for dummies. Wiley Publishing, Inc.
Canada. 2017
5. Smith, Tanagho EA, McAninch JW. Urinary stone disease in : General urology. 19 th ed.
USA : The McGraw-Hill Companies, Inc. 2020
6. Chung MJ. Urolithiasis and nephrolithiasis. JAAPA vol.30. 2017

15

Anda mungkin juga menyukai