Anda di halaman 1dari 9

2.2.

1 Kualitas Sumber Daya Manusia

Wyckof dalam Lovelock (2010:12) mengatakan bahwa “kualitas adalah tingkat

keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk memenuhi

keinginan pelanggan”. Menurut Joewono (2009:126) mengatakan bahwa kualitas adalah

sebagai tingkat keberhasilan didalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai

suatu tujuan yang ditetapkan. Suatu pekerjaan dikatakan baik dan sukses jika tujuan yang

diinginkan dapat dicapai dengan baik. Selanjutnya dikatakan bahwa ada 4 hal yang perlu

diperhatikan untuk memahami pekerjaan seseorang, yaitu :

1. Sampai sejauh mana tujuan dan target kerja yang ditetapkan berhasil dicapai seseorang.

2. Sampai sejauh mana tujuan dan target tersebut sesuai standard kualitas yang di tetapkan.

3. Kesulitan-kesulitan apa saja yang ditemui pegawai dan bagaimana mereka mengatasinya.

4. Bagaimana profil prestasi pegawai.

Kemampuan dan keterampilan mempunyai peranan yang erat terhadap pekerjaan, di

samping faktor personality yaitu konsep diri, motivasi, dan sikap. Kemampuan dan

keterampilan merupakan suatu persyaratan bagi suatu keberhasilan dalam suatu proses

perwujudan kerja.

Gronroos dalam Emron Edison (2016:96) menyatakan bahwa kualitas terdiri atas tiga

komponen utama, yaitu:

1. Technical quality yang berkaitan dengan kualitas suatu hasil (output) yang dipersepsikan

pelanggan.

2. Functional quality yang berkaitan dengan kualitas cara penyampaian jasa.

3. Corporation image berupa citra umum, profil, reputasi, dan daya tarik perusahaan.

Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena

manusia menjadi perencana, pelaku, dan penentu terwujudnya tujuan suatu organisasi.

Tujuan organisasi tidak mungkin terwujud tanpa peranan aktif pegawai itu sendiri. Mengenai
sumber daya manusia Rachmawati (2007:3) mengemukakan bahwa sumber daya manusia

adalah merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan,

pengembangan, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemberian kompensasi agar tercapai

tujuan individu dan organisasi.

Semula merupakan terjemahan dari human resources, namun ada para ahli yang

menyamarkan sumber daya manusia dengan man power. Bahkan sebagian orang

menyetarakan pengertian sumber daya manusia dengan personalia atau pegawai. Werther dan

Davis dalam Sutrisno (2013:1) menyatakan bahwa sumber daya manusia adalah pegawai

yang siap, mampu dan siaga dalam mencapai tujuan organisasi. Hal tersebut mengandung

makna bahwa dimensi pokok manusia adalah kontribusinya terhadap suatu organisasi.

Sebagai mana dikemukakan bahwa dimensi pokok sisi sumber daya adalah kontribusinya

terhadap organisasi, sedangkan dimensi pokok manusia adalah perlakuan kontribusi

terhadapnya yang pada saatnya akan menentukan kualitas dan kapasitas hidupnya. Dapat

disimpulkan sumber daya manusia adalah sebagai sumber kekuatan yang berasal dari

manusia-manusia yang dapat didayagunakan oleh organisasi. Sumber daya manusia adalah

kesatuan tenaga manusia yang ada dalam organisasi dan bukan sekedar penjumlahan

karyawan-karyawan yang ada.

Menurut Wiley (2012:3) mendefinisikan bahwa, “Sumber daya manusia merupakan

pilar penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi

dan misi serta tujuan organisasi tersebut”. Sumber daya manusia merupakan elemen

organisasi yang penting, karena harus dipastikan sumber daya manusia ini harus dikelola

sebaik mungkin akan mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya pencapaian

tujuan organisasi.

Menurut Flippo (2009:7) sumber daya manusia (tenaga kerja) adalah merupakan suatu

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap pengadaan,


pengembangan, kompensasi, integritas, dan pemeliharaan. Menurut French dalam Edy

Sutrisno (2013:18) sumber daya manusia adalah “usaha pengembangan, penggunaan,

pemeliharaan sumber daya manusia oleh organisasi”. Jadi dapat dikatakan bahwa sumber

daya manusia merupakan kumpulan aktivitas di dalam semua organisasi yang bermaksud

mempengaruhi efektivitas manusia di dalam suatu perusahaan.

Menurut Hasibuan (2015:38) mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan di dalam

suatu organisasi maka seorang karyawan perlu memperhatikan dua fungsi manajemen, yaitu:

1. Fungsi manajerial, meliputi :

a. Perencanaan (Planning) adalah merencanakan tenaga kerja agar sesuai dengan

kebutuhan perusahaan secara efektif dan efisien dalam membantu terwujudnya

tujuan perusahaan.

b. Pengorganisasian (Organizing) adalah kegiatan untuk mengorganisasikan semua

pekerjaan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi

wewenang, integrasi dan koordinasinya, dalam berbagai organisasi. Organisasi ini

hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan.

c. Pengarahan (Directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan bekerja sama

secara efektif dan efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan.

d. Pengendalian (Controling) adalah suatu kegiatan dalam mengendalikan semua

pekerjaan, agar mau menaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai

dengan rencana.

2. Fungsi opersional, meliputi :

a. Pengadaan (Procurement) adalah proses penarikan, seleksi penempatan, orientasi,

dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan

perusahaan.

b. Pengembangan (Development) adalah proses peningkatan keterampilan teknis,


teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.

c. Kompensasi (Compensastion) adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan

tidak langsung (indirect), baik berupa uang atau barang kepada para karyawan

sebagai imbalan balas jasa yang diberikan kepada perusahaan.

d. Pengintegrasian (Integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan

perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling

menguntungkan.

e. Pemeliharaan (Maintenance) adalah memelihara dan meningkatkan kondisi fisik,

mental, dan loyalitas karyawan agar mereka mau bekerjasama sampai pensiun.

f. Kedisiplinan (Dicipline) adalah kesadaran untuk mentaati peraturan-peraturan dan

norma-norma sosial.

g. Pemberhentian (Separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu

perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka yang dimaksud kualitas sumber daya

manusia adalah kemampuan seorang karyawan melaksanakan tugasnya sesuai dengan

harapan perusahaan.

Menurut Ndraha (2012:25) mengatakan bahwa pengertian kualitas sumber daya

manusia, yaitu Sumber Daya Manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang

mampu menciptakan bukan saja nilai komparatif, tetapi juga nilai kompetitif – generatif –

inovatif dengan menggunakan energi tertinggi seperti intelligence, creativity, dan

imagination, tidak lagi semata-mata menggunakan energi kasar seperti bahan mentah, lahan,

air, energi otot, dan sebagainya.

Kualitas Sumber Daya Manusia adalah sumber daya yang memenuhi kriteria kualitas

fisik dan kesehatan, kualitas intelektual (pengetahuan dan keterampilan), dan kualitas mental

spiritual (kejuangan) (Irham Fahmi,2015:164). Menurut Sedarmayanti (2015:288) Kualitas


Sumber Daya Manusia adalah sumber daya manusia yang bukan hanya memiliki

kesanggupan untuk menyelesaikan pekerjaannya, melainkan juga untuk mengembangkan

dirinya serta mendorong pengembangan diri rekan-rekannya.

Menurut Nawawi dalam Sedarmayanti (2015 : 287) mengatakan ada tiga pengertian

sumber daya manusia, yaitu:

1. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi

(disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan).

2. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam

mewujudkan eksistensinya.

3. Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal

(non material atau non finansial) di dalam organisasi bisnis yang dapat diwujudkan

menjadi potensi nyata (riel) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi

organisasi.

Kualitas SDM harus selalu ditingkatkan melalui pelatihan dan pemberian kompensasi

yang adil termasuk berbagai fasilitas kesejahteraan karyawan. Semua ini sesuai dengan

peranan dan tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi ini yang mengemban tugas untuk

memelihara dan mengembangkan alam ini dengan sebaik-baiknya. Ada baberapa pendapat

yang dipaparkan oleh para ahli tentang pengertian dari kualitas sumberdaya manusia.

Diantaranya Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2012:25) mengatakan bahwa kualitas sumber

daya manusia adalah menyangkut dua aspek yaitu aspek fisik (kualitas fisik) dan aspek non

fisik (kualitas non fisik) yang menyangkut kemampuan bekerja, berpikir dan keterampilan”.

Sedangkan menurut pendapat dari M. Dawam Raharjo (2012:55) mengatakan bahwa yang

dimaksud kualitas sumber daya manusia adalah kualitas sumber daya manusia itu tidak hanya

ditentukan oleh aspek keterampilan atau kekuatan tenaga fisiknya saja, akan tetapi juga

ditentukan oleh pendidikan atau kadar pengetahuannya, pengalaman atau kematangannya,


dan sikapnya serta nilai-nilai yang dimilikinya. Aspek biologi juga memiliki peran dan arti

penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia.

2.2.1.1 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kualitas Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia mempunyai peranan yang penting bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Dengan segala daya atau tenaga yang ada, manusia dapat

menghasilkan barang-barang yang diperlukan. Sumber daya manusia yang dimiliki oleh

setiap bangsa memiliki kualitas yang berbeda-beda. Sumber daya manusia yang dimiliki

negara-negara berkembang mempunyai kualitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan

negara-negara berkembang.

Menurut Sedarmayanti (2015:143) hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara

lain:

1. Pendidikan dan latihan

Pendidikan dapat menghasilkan tenaga kerja yang lebih baik kualitasnya. Hal itu dapat

meningkatkan peroduktivitas kerja dari tenaga kerja yang bersangkutan. Dengan

pendidikan dan latihan, dapat dihasilkan berbagai jenis tenaga ahli dan terlatih yang

mampu bekerja lebih baik dengan melakukan kesalahan semaksimal mungkin.

Pendidikan di negara-negara maju umumnya lebih sempurna dan beranekaragam. Hal ini

disebabkan sumber daya manusianya memiliki kualitas yang lebih tinggi.

2. Gizi dan kesehatan masyarakat

Untuk mengerjakan suatu kegiatan, manusia memerlukan gizi yang cukup sebagai

sumber energi. Keadaan kesehatan masyarakat sangat memengaruhi aktivitas manusia

untuk bekerja. Kondisi kesehatan yang tidak baik menyebabkan seseorang tidak dapat

bekerja dengan baik. Jadi, keadaan gizi dan kesehatan masyarakat sangat memengaruhi

kualitas sumber daya manusia.

3. Kondisi lingkungan dan sosial budaya


Faktor lain yang memengaruhi kualitas sumber daya manusia adalah kondisi hidup yang

berkualitas rendah dengan berbagai pencemaran dan semangat kerja yang rendah. Selain

itu, motivasi untuk menikmati hasil kerja juga merupakan faktor penting bagi

produktivitas kerja. Masyarakat yang merasa tidak menikmati hasil pekerjaan secara adil

akan memengaruhi kegairahan dan aktivitas kerjanya. Hal ini jelas akan menurunkan

kualitas kerja.

2.2.1.2 Unsur-Unsur Kualitas Sumber Daya Manusia

Organisasi kerja yang terbaik cenderung dicirikan oleh adanya organisasi terbuka,

kerja sama kelompok, pekerjaan-pekerjaan yang menantang, serta perlakuan yang fair dan

adil dengan kata lain dicirikan dengan adanya suatu kehidupan kerja yang berkualitas tinggi.

Menurut Irham Fahmi (2015: 166) kualitas kerja karyawan dapat tercapai apabila para

pegawai dapat memenuhi kebutuhan mereka yang penting dapat bekerja dalam organisasi,

dan kemampuan untuk melakukan hal itu dipengaruhi atau bergantung pada apakah terdapat

adanya:

1. Perlakuan yang fair, adil, dan sportif terhadap para pegawai.

2. Kesempatan bagi tiap pegawai untuk menggunakan kemampuan secara penuh dan

kesempatan untuk mewujudkan diri, yaitu untuk menjadi orang yang mereka rasa mampu

mewujudkannya.

3. Komunikasi terbuka dan saling mempercayai diantara semua pegawai.

4. Kesempatan bagi semua pegawai untuk berperan secara aktif dalam pengambilan

keputusan-keputusan penting yang melibatkan pekerjaan-pekerjaan mereka.

5. Kompensasi yang cukup dan fair.

6. Lingkungan yang aman dan sehat.

Dengan keadaan suasana yang demikian, maka kualitas kerja dapat terwujud sehingga

dapat menentukan tujuan pekerjaan-pekerjaan dalam mencapai target atau tidak. Menurut
Sedarmayanti (2015:87), pengukuran kualitas kerja yang dapat mempengaruhi tujuan

pekerjaan-pekerjaan adalah sebagai berikut:

1. Kuantitas kerja, dapat terlihat dari  besarnya jumlah pekerjaan yang dihasilkan.

2. Kualitas kerja, dapat terlihat dari hasil yang diperoleh dari suatu pekerjaan yang

dipergunakan untuk meningkatkan mutu dari suatu perusahaan.

3. Ketepatan waktu, dapat terlihat dari persentase laporan pegawai yang tepat pada

waktunya.

4. Disiplin kerja, kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan untuk

mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat

dicegah.

Dibutuhkan pula unsur-unsur yang mendukung terciptanya peningkatan kualitas kerja

karyawan, antara lain :

1. Kompensasi

2. Kesejahteraan

3. Hubungan kerja

4. Training bagi para manajer

5. Survei opini

6. Penilaian prestasi

7. Jam kerja yang luwes

8. Gugus kendali

9. Dana pengeluaran (Irham Fahmi,2015:166)

Berdasarkan unsur-unsur di atas kita dapat memperhatikan bahwa program-program

kualitas kerja untuk sebagian didasarkan atas teknik-teknik, seperti jam kerja lebih singkat

dan sebagian lain didasarkan atas rasa percaya dan keterikatan semua level organisasi.

Teknik-teknik termasuk manajemen berdasarkan sasaran, program keikutsertaan pegawai,


program gugus kualitas, dan pengaturan kerja baru dan juga pemerkayaan pekerjaan memang

memainkan peran besar dalam kualitas kerja, teknik-teknik itu merupakan unsur-unsur yang

secara bersama-sama mempengaruhi kualitas kerja di tempat kerja.

Anda mungkin juga menyukai