Anda di halaman 1dari 91

Kardiologi

Anatomi dan Sirkulasi


Jantung

SIRKULASI

VENA CAVA SUPERIOR – ATRIUM KANAN – KATUP TRIKUSPID


VENA CAVA INFERIOR
VENTRIKEL KANAN

KATUP PULMONALIS

ARTERI PULMONALIS

PARU – PARU

VENA PULMONALIS

ATRIUM KIRI

KATUP MITRAL

VENTRIKEL KIRI

KATUP AORTA
AORTA (SELURUH TUBUH)
Pembuluh darah Jantung dan
sadaapan EKG
SADAPAN EKG

Singkatan : S A L I L A P

S = Septal (v1,v2)

A = Anterior (v3,v4)

L = Lateral (v5,v6)

I = Inferior (Lead I, aVL)

L = Lateral Atas (Lead II, Lead III, aVF)

A = Anterior luas (v1-v6, Lead I, aVL)

P = Posterior (v7-v9)- note: dibagian punggung

PEMBULUH DARAH JANTUNG

LEFT CORONARY ARTERY


 Arteri Desenden => Bagian septal dan anterior
 Arteri Circumflexa => Bagian Lateral

RIGHT CORONARY ARTERY


 Arteri Inferior => Bagian Inferior
 Arteri Posterior => Bagian Posterior

Do you know???

Kiri dan kanan pada sadapan


berlawanan dengan kiri dan kanan
pembuluh darah jantung
Penyakit Jantung Koroner
(PJK)
KHAS:
 Nyeri angina/ Nyeri tipikal
 Nyeri yang menjalar dari dada ke punggung belakang
(bedakan dengan nyeri gastritis, nyeri pankreatitis, nyeri bilier)

KLASIFIKASI:

a. Stable Angina
Khas:
 Durasi : < 20 menit nyeri berkurang
 Etiologi : Plak aterosklerosis (Jadi plak lepas dan menyumbat)
 GK : Nyeri menghilang saat istirahat
 P. Penunjang
 EKG : Normal
 Enzim jantung : Myoglobin (N), CKMB (N), Troponin
T/I (N)

Note:
 Jika ditanya pemeriksaan anjuran awal yaitu Treadmill.
 Jika ditanya pemeriksaan yg paling sensitif Troponin I
 Spesifik waktu pemeriksaan enzim meningkat
 Myoglobin => Muncul 1-4 jam post serangan
=> Bertahan < 24 jam

 CKMB => Muncul 3-12 jam post serangan


=> Bertahan 3-5 hari

 Troponin T/I => Muncul 3-12 jam post serangan


=> Bertahan 7-14 hari

Penatalaksanaan:
NOTE : Jika ditanya obat terapi awal yaitu ISDN
Jika ditanya obat terapi yang paling tepat yaitu Aspilet
1. Oksigen Nasal Kanul 2-4 Liter
 Fungsi : Untuk mencukupi suplay oksigen ke otak
2. Vasodilator
 Fungsi : Untuk melebarkan pembuluh darah yang tersumbat
 Obat :
- ISDN (5 mg, 3 kali pemberian, sublingual)

Kontra indikasi
pada:
- Hipotensi,
- Takiaritmia,
- Riw. Piagra

3. Antihipertensi (Beta Blocker)


 Fungsi :
- Untuk menurunkan tekanan darah
- Spesifik Bisoprolol adalah obat yang digunakan
terutama untuk penyakit jantung. Hal Ini secara
khusus mencakup tekanan darah tinggi, angina
pektoris, dan gagal jantung. Efek samping yang
umum termasuk sakit kepala, rasa lelah, diare, dan
edema di kaki.
- Bisoprolol merupakan beta blocker non-selektif
dimana hanya bekerja di pembuluh darah tanpa
mempengaruhi paru (berbeda dengan selektif
mempengaruhi paru)

 Obat :
- Bisoprolol 1x2.5 mg atau
Bisoprolol 1x5 mg

Jika tidak ada:


- Atenolol 1x1
- Esmolol 1x1
4. Anti Platelet
 Fungsi :
- Obat antiplatelet digunakan untuk mengobati penyakit
jantung. Obat ini adalah kelompok obat kuat yang
mencegah pembentukan gumpalan darah.
 Obat :
- Clopidogrel (CPG) 1x75 mg di telan 4-8 tab
- Aspilet 1x80 mg di kunyah 2-4 tab

5. Anti Kolesterol
 Fungsi :
- Menurunkan kadar koleterol dalam darah, dalam hal
ini yang merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
stable angina.
- Obat anti kolesterol yang biasa di gunakan yaitu
golongan statin (hal ini di karnakan karna terjadi
peningkatan kadar LDL dalam darah, sedangkan
kadar tigliserida rendah atau normal. Nanti akan
dibahas lebih lanjut dalam pembahasan penyakit
dislipidemia)
 Obat :
- Statin
 Simpastatin 20%,40% tergantung nilai LDL
(1x1)
 Atrovostatin jika disertai hipertensi
(1x1)
b. Acute Coronary Syndrom (ACS)
Khas : Nyeri tidak hilang dengan istirahat
Jenis :

1. Unstable angina
Khas:
 Durasi : > 20 menit nyeri berkurang
 Etiologi : ½ Trombus
 GK : Nyeri tidak menghilang saat istirahat
 P. Penunjang
 EKG : Normal, T-Inverted, ST-Depresi

Normal
T-Inverted

ST-Depresi

 Enzim jantung : Myoglobin (N), CKMB (N),


Troponin T/I (N)

Note:
 Jika ditanya pemeriksaan anjuran awal yaitu Treadmill.
 Jika ditanya pemeriksaan yg paling sensitif Troponin I
 Spesifik waktu pemeriksaan enzim meningkat
 Myoglobin => Muncul 1-4 jam post serangan
=> Bertahan < 24 jam

 CKMB => Muncul 3-12 jam post serangan


=> Bertahan 3-5 hari

 Troponin T/I => Muncul 3-12 jam post serangan


=> Bertahan 7-14 hari

Penatalaksanaan:
SINGKATAN : ONACOM
(Oksigen, Nitrat/ISND, Aspirin, Clopidogrel, Morfin)
NOTE : Jika ditanya obat terapi awal yaitu ISDN
Jika ditanya obat terapi yang paling tepat yaitu
Aspilet
6. Oksigen Nasal Kanul 2-4 Liter
 Fungsi : Untuk mencukupi suplay oksigen ke otak

7. Vasodilator
 Fungsi : Untuk melebarkan pembuluh darah yang tersumbat
 Obat :
- ISDN (5 mg, 3 kali pemberian, sublingual)

Kontra indikasi
pada:
- Hipotensi,
- Takiaritmia,
- Riw. Piagra

8. Anti Platelet
 Fungsi :
- Obat antiplatelet digunakan untuk mengobati penyakit
jantung. Obat ini adalah kelompok obat kuat yang
mencegah pembentukan gumpalan darah.
 Obat :
- Clopidogrel (CPG) 1x75 mg di telan 4-8 tab
- Aspilet 1x80 mg di kunyah 2-4 tab

9. Morfin
 Fungsi :
- Sebagai antinyeri dan penenang pengobatan terakhir

2. N-STEMI
Khas:
 Durasi : > 20 menit nyeri berkurang
 Etiologi : Trombus Total
 GK : Nyeri tidak menghilang saat istirahat
 P. Penunjang
 EKG : T-Inverted, ST-Depresi
T-Inverted

ST-Depresi

 Enzim jantung : Myoglobin (↑), CKMB (↑),


Troponin T/I (↑)

Note:
 Jika ditanya pemeriksaan anjuran awal yaitu Treadmill.
 Jika ditanya pemeriksaan yg paling sensitif Troponin I
 Spesifik waktu pemeriksaan enzim meningkat
 Myoglobin => Muncul 1-4 jam post
serangan
=> Bertahan < 24 jam

 CKMB => Muncul 3-12 jam post


serangan
=> Bertahan 3-5 hari

 Troponin T/I => Muncul 3-12 jam post


serangan
=> Bertahan 7-14 hari
Penatalaksanaan:
SINGKATAN : ONACOM
(Oksigen, Nitrat/ISND, Aspirin, Clopidogrel, Morfin)
NOTE : Jika ditanya obat terapi awal yaitu ISDN
Jika ditanya obat terapi yang paling tepat yaitu
Aspilet

10. Oksigen Nasal Kanul 2-4 Liter


 Fungsi : Untuk mencukupi suplay oksigen ke otak

11. Vasodilator
 Fungsi : Untuk melebarkan pembuluh darah yang tersumbat
 Obat :
- ISDN (5 mg, 3 kali pemberian, sublingual)

Kontra indikasi
pada:
- Hipotensi,
- Takiaritmia,
- Riw. Piagra

12. Anti Platelet


 Fungsi :
- Obat antiplatelet digunakan untuk mengobati penyakit
jantung. Obat ini adalah kelompok obat kuat yang
mencegah pembentukan gumpalan darah.
 Obat :
- Clopidogrel (CPG) 1x75 mg di telan 4-8 tab
- Aspilet 1x80 mg di kunyah 2-4 tab

13. Morfin
 Fungsi :
- Sebagai antinyeri dan penenang pengobatan terakhir
3. STEMI
Khas:
 Durasi : > 20 menit nyeri berkurang
 Etiologi : Trombus Total
 GK : Nyeri tidak menghilang saat istirahat
 P. Penunjang
 EKG : ST-Elevasi

ST-Elevasi

 Enzim jantung : Myoglobin (↑), CKMB (↑), Troponin T/I


(↑)

Note:
 Jika ditanya pemeriksaan anjuran awal yaitu Treadmill.
 Jika ditanya pemeriksaan yg paling sensitif Troponin I
 Spesifik waktu pemeriksaan enzim meningkat
 Myoglobin => Muncul 1-4 jam post
serangan
=> Bertahan < 24 jam

 CKMB => Muncul 3-12 jam post


serangan
=> Bertahan 3-5 hari

 Troponin T/I => Muncul 3-12 jam post


serangan
=> Bertahan 7-14 hari

Penatalaksanaan:
SINGKATAN : ONACOM
(Oksigen, Nitrat/ISND, Aspirin, Clopidogrel, Morfin)
NOTE : Jika ditanya obat terapi awal yaitu ISDN
Jika ditanya obat terapi yang paling tepat yaitu
Aspilet
14. Oksigen Nasal Kanul 2-4 Liter
 Fungsi : Untuk mencukupi suplay oksigen ke otak

15. Vasodilator
 Fungsi : Untuk melebarkan pembuluh darah yang tersumbat
 Obat :
- ISDN (5 mg, 3 kali pemberian, sublingual)

Kontra indikasi
pada:
- Hipotensi,
- Takiaritmia,
- Riw. Piagra

16. Anti Platelet


 Fungsi :
- Obat antiplatelet digunakan untuk mengobati penyakit
jantung. Obat ini adalah kelompok obat kuat yang
mencegah pembentukan gumpalan darah.
 Obat :
- Clopidogrel (CPG) 1x75 mg di telan 4-8 tab
- Aspilet 1x80 mg di kunyah 2-4 tab

17. Morfin
 Fungsi :
- Sebagai antinyeri dan penenang pengobatan terakhir
Congestive Hearth Failure
(CHF)
DEFENISI
 CHF adalah Kegagalan jantung kiri (Atrium dan Ventrikel kiri => gejala sesak)
dan jantung kanan (Atrium dan Ventrikel kanan => gejala oedem tungkai).
 Hipertensi Hard Disease/ HHD dimana bila terdapat pembesaran jantung hanya
pada satu bagian jantung.

DIAGNOSIS
 Diagnosis CHF di tegakan dengan menggunaan anemnesis, pemeriksaan fisik
dan penunjang.
 Untuk mempermudah penegakan diagnosis kita dapat menggunakan Kriteria
Farmingham:

Syarat Dx:
- 1 Mayor + 2 Minor
- 2 Mayor
Mayor Minor
(Singkatan : HP JOKO S) (Singkatan : BU TEH S)

- H = Hipertensi - B = Batuk Malam


- P = PND - U = Udem Pretibial
- J = JPV ↑ - T = Takikardi
- O = Oedem Paru - E = Efusi Pleura
- K = Kardiomegali - H = Hepatomegali
- O = Orthopnea - S = Sesak Aktivitas
- S = S3 Gallop

Note:
 Hipertensi => Grade 1 (>140-159 / >90-99)
 PND => Paroxysmal Nocturnal Dyspnea
“Paroxysmal” adalah episode gejala yang muncul
tiba-tiba dan dapat terjadi kembali. “Nocturnal”
adalah waktu malam hari, jadi PND adalah nafas
yang tiba-tiba pendek pada saat tidur.
 JPV ↑ => Jugular venous pressure (JVP)
adalah tekanan sistem vena yang diamati secara
tidak langsung (indirek). Peningkatan JVP dapat
dilihat sebagai distensi vena jugularis,
yaitu  JVP  tampak hingga setinggi leher, jauh lebih
tinggi daripada normal (normal JPV is < 4 cm above
the sternal angle or < 9 cm above the right atrium)
 Kardiomegali => Pembesaran jantung > 50% => ((a+b)/c)x100%
 Orthopnea => adalah suatu gejala kesulitan bernapas yang terjadi
ketika seseorang berbaring telentang. Biasanya,
ketika berbaring Anda akan susah bernapas hingga
batuk dan suara mengi muncul

 Pemeriksaan Penunjang:
 Foto Thorax
- Kerdiomegali
o CTR > 50% => ((a+b)/c)x100%

- Efusi Pleura
o Sudut cosopernicus tumpul
o Cearly be line/Pleura line
o Garis ewis damasque
- Akut lung Oedem (Oedem Paru)
o Bat wing apparance

 Ecokardografi
- Ejeksi Fraksi <50%

 Brain Neuro Peptide (BNP)


- Ringan => 300-600
- Sedang => 600-900
- Berat => >900

PENATALAKSANAAN
 Penatalaksanaan Awal
Note : dilakukan saat hasil pemeriksaan foto thorax (+)
Singkatan : LMNOP
- L => Lasix
- M => Morfin 2-4 mg
- N => Nitrat/Nitrogliserin/Isosorbitdinitrat/ISDN 5 mg (max 3x)
- O => Oksigen MMB 15L/i
- P => Posisi semifolar

 Penatalaksanaan Tepat
NYHA :
- NYHA 1=> Ciri: Tidak ada batasan dalam aktivitas
=> Th :
o Diuretik : Furosemide 1 x 1
Atau
o ACE : (Captopril 2-3 x 12,5 mg), atau
ARB : (Valsartan 1 x 80 mg)

- NYHA 2=> Ciri: Gejala timbul aktivitas berat


=> Th :
o Diuretik : Furosemide 1 x 1
Ditambah
o ACE : (Captopril 2-3 x 12,5 mg), atau
ARB : (Valsartan 1 x 80 mg)
- NYHA 3=> Ciri: Gejala timbul aktivitas ringan
=> Th :
o Diuretik : Furosemide 1 x 1
Ditambah
o ACE : (Captopril 2-3 x 12,5 mg), atau
ARB : (Valsartan 1 x 80 mg)
Ditambah
o Aldosteron Alfa : (Spironolakton 1 x 25-50 mg)
Ditambah
o Digoxin

- NYHA 4=> Ciri: Gejala timbul istirahat


=> Th :
o NYHA 3
Ditambah
o Inotropik
TD sistol 70-100 mmHg + Syok (-) => Dobutamin
TD sistol 70-100 mmHg + Syok (+) => Dopamin
TD sistol < 70 mmHg => Norefineprin

KLASIFIKASI
AHA :
- AHA 1 => Gejala klinis (-), Kerusakan Struktur (-), Faktor Resiko (+)

- AHA 2 => Gejala klinis (-), Kerusakan Struktur (+), Faktor Resiko (+)

- AHA 3 => Gejala klinis (+), Kerusakan Struktur (+), Faktor Resiko (+)
=> Respon terapi baik

- AHA 4 => Gejala klinis (+), Kerusakan Struktur (+), Faktor Resiko (+)
=> Respon terapi kurang baik
Hipertensi
JENIS:
 Primer
- Sinonim hipertensi primer adalah Hipetensi esensial
- Penyebab hipertensi primer yaitu idopatik/tidak jelas

 Sekunder
- Penyebab hipertensi sekunder yaitu penyakit lain seperti gangguan ginjal.

KLASIFIKASI:

Normal PreHipertensi Hipertensi Grede 1 Hipertensi Grede 2

Sistol < 120 120-139 140-159 >160

Dan Atau Atau Atau

Diastol < 80 80-89 90-99 >100

PENATALAKSANAAN:

Jenis Obat:
Jenis Obat Contoh Dosis
Thiazid HCL 1 x 12,5 mg
ACE Inhibitor Captopril 2-3 x 12,5 mg
ARB Valsartan 1 x 80 mg
Candesartan
CCB Dehidroperidin
- Berfungsi sebagai anti hipetensi
saja
- Jenis : Nefedipin 1 x 30 mg
Amlodipin 1 x 5 mg

Non-Dehidroperidin
- Berfungsi sebagai anti
hipertensi dan anti aritmia
- Jenis : Verampamil 1x1
Diltiazem 1x1

B-Blocker Selektif
- Mempengaruhi pembuluh darah
saja
- Jenis : Bisoprolol 1 x 2,5 mg
Atenolol
Esmolol

Non-Selektif
- Mempengaruhi pembuluh darah
dan di saluran pernapasan.
- Jenis : Propanolol 1 x 40-160 mg

Alfa Blocker Terzosin 1-2 x 1-20 mg


Metildopa
Aldosteron Blocker Spironolakton 1 x 25-50 mg
Kondisi Khusus:
Keadaan Khusus Dianjurkan Haram
HT saja Tiazid -
HT + DM ACE atau ARB Tiazid
HT + CKD
HT + Jantung ACE atau ARB CCB Dehidroperidin
HT + Asma/ PPOK CCB non-Dehidroperidin B-Blocker non-selektif
HT + BPH Alfa Blocker (Terzosin)
HT + Asam Urat Thiazid
HT + Hamil CCB Dehidroperidin ACE atau ARB
Atau
Alfa blocker (Metildopa)

Target Penurunan TD:


 Usia < 60 tahun : < 140/ < 90 mmHg
 Usia > 60 tahun : <150/ < 90 mmHg
Krisi Hipertensi
DEFINISI:
 Terjadi peningkatan tekanan darah secara mendadak.
 Penikatan TD sistol > 180 mmHg atau TD diastol >110 mmHg.

JENIS :
 HT Emergency
- Khas : Mengenai organ target ( Singkatan : JOGAM) :
J => Jantung
O => Otak
G => Ginjal
A => Arteri
M => Mata
- Target Penurunan tekan darah: < 20-25 MAP dalam waktu hitungan menit
atau jam.

MAP = 2 x diastol + Sistol


3

- Terapi :
CCB dehidroperidin ( Nicardipin IV 5 mg/jam)

 HT Urgency
- Khas : Tidak mengenai organ target
- Target Penurunan tekan darah: < 20-25 MAP dalam waktu hitungan < 2
jam.

MAP = 2 x diastol + Sistol


3

- Terapi :
CCB dehidroperidin ( Nicardipin 1x30 mg)
Penyakit Jantung Rematik
ETIOLOGI:
 Streptococus Beta Hemoliticus Grup A
 Streptococus Pyogens

FAKTOR RESIKO:
 ISPA

KRITERIA JONES:

Mayor Minor
Singkatan : CAPOCES SINGKATAN : CAFEPAL

- Ca => Carditis - C => C-RP ↑ (Protein Reaktif)


- Po => Poliatritis - A => Atralgia
- C => Chorea - F => Fever
- E => Eritema Marginatu - E => Elevasi LED
- S => Subkutaneus nodule - P => Prolong ST
- A => Anemia of reumatic
- L => Leukositosis

DIAGNOSIS:
 1 Mayor + 2 Minor
 2 Minor

DIAGNOSIS BANDING:
 Carditis
- Khas :
 Suara mur-mur di katup mitral
 Demam

 Endokarditis
- Khas :
 Suara mur-mur
 Demam
 Echocardiogram tampak gangguan
 Kultur darah (Hasil : Terdapat Vegetasi)
Jenis :
1. Etiologi: Streptaphilococus aureus
=> Faktor: Suntikan
=> Lokas: Katup Trikuspid
Singkatan (TAS)

2. Etiologi: Streptaphilococus Viridans


=> Faktor: Gigi
=> Lokas: Katup Mitral
Singkatan (MEGAMVOX)

 Miokarditis
- Khas :
 Suara mur-mur
 Demam
 Riwayat Tonsilitis Difteri
 EKG : ST-Depresi disemua LEAD

 Perikarditis
- Khas :
 Suara mur-mur di katup mitral
 EKG : ST-Elevasi di semua LEAD

PEMERIKSAAN PENUNJANG:
 Swab Tenggorokan
 ASTO
 Biopsi (Ditemukan Ascop Body)

PENATALAKSANAAN:
 Benzatin Penisilin 1,2 Juta (Single Dose)

Atau

 Eritromisin 4 x 500 (10 Hari)


Penyakit Vaskuler
(Arteri)
Khas Arteri : Klinis utamanya adalah Nyeri

Pherepeal Arteri Disease (PAD)


 Definisi:
Suatu kondisi peredaran darah saat pembuluh darah yang menyempit
mengurangi aliran darah ke kaki.

 Faktor Resiko :
- Diabetes Mielitus
- Dislipidemia
- Hipertensi

 Gejala klinis :
- Nyeri
- Kebas
- Dingin

 Khas :
- Claudio Intermiten (nyeri dipengaruh atau tidak oleh aktivitas gerakan)

 Grade :
- Grade I : Asimtomatik
- Grade II A : Jarak > 200 meter
- Grade II B : Jarak < 200 meter
- Garde III : Saat istirahat
- Garde IV : Gangren
 Penatalaksanaan
- Berhenti mengonsumsi tembakau, olahraga, dan diet yang sehat adalah
bentuk penanganan yang biasanya berhasil.
- Obat atau operasi dapat membantu jika perubahan ini tidak cukup.
- Your doctor may prescribe daily aspirin therapy or another medication, such
as clopidogrel (Plavix). Symptom-relief medications. The drug cilostazol
increases blood flow to the limbs both by keeping the blood thin and by
widening the blood vessels

Burger Disease
 Definsi
- Penyumbatan pada pembuluh darah perifer.
- Thromboangiitis obliterans, also known as Buerger disease is a recurring
progressive inflammation and thrombosis (clotting) of small and medium
arteries and veins of the hands and feet.

 Sinonim
- Tromboplebitis Obliterans

 Gejala klinis :
- Nyeri
- Kebas
- Dingin
- Nekrosis

 Faktor Resiko
- Merokok

 Penatalaksanaan
- Menghentikan penggunaan tembakau
- Medications to dilate blood vessels, improve blood flow or dissolve blood
clots
- Intermittent compression of the arms and legs to increase blood flow to your
extremities
- Spinal cord stimulation
- Amputation, if infection or gangrene occurs
Reynaund Disease
 Definsi
- Penyakit vaskuler yang di sebabkan oleh suasana dingin.
- Raynaud syndrome, also known as Raynaud's phenomenon, is a medical
condition in which spasm of arteries cause episodes of reduced blood flow.

 Faktor Resiko
- Suhu yang terlalu rendah

 Gejala Klinis
- Nyeri
- Kebas
- Perubahan warna menjadi Pucat

 Penatalaksanaan
- Non-Farmakologi
 Dressing for the cold in layers
and wearing gloves or heavy
socks usually are effective in
dealing with mild symptoms of
Raynaud's

- Farmakologi
 Calcium channel blockers. These drugs relax and open small blood
vessels in your hands and feet, decreasing the frequency and severity of
attacks in most people with Raynaud's. These drugs can also help heal
skin ulcers on your fingers or toes. Examples include nifedipine
(Afeditab CR, Procardia, others), amlodipine (Norvasc), felodipine and
isradipine.
 Vasodilators. These drugs, which relax blood vessels, include
nitroglycerin cream applied to the base of your fingers to help heal skin
ulcers. Other vasodilators include the high blood pressure drug losartan
(Cozaar), the erectile dysfunction medication sildenafil (Viagra,
Revatio), the antidepressant fluoxetine (Prozac, Sarafem, others) and a
class of medications called prostaglandins.

- Definitif
 Nerve surgery. Sympathetic nerves in your hands and feet control the
opening and narrowing of blood vessels in your skin. Cutting these
nerves interrupts their exaggerated responses.
 Through small incisions in the affected hands or feet, a doctor strips
these tiny nerves around the blood vessels. This surgery
(sympathectomy), if successful, might reduce the frequency and
duration of attacks.
 Chemical injection. Doctors can inject chemicals such as local
anesthetics or onabotulinumtoxin type A (Botox) to block sympathetic
nerves in affected hands or feet. You might need to have the procedure
repeated if symptoms return or persist.
Takayasu Disease
 Definsi
- Penyakit vaskuler yang terjadi karna peradangan yang bersifat kronis pada
pembuluh darah.

 Sinonim
- Pulseless disease, occlusive thromboaortopathy, and Martorell syndrome

 Gejala Klinis
- Perbedaan tekanan darah kaki atau tangan kiri dan kanan
- Terkadang di sertai peningkatan suhu tubuh

 Penunjang
- Takayasu arteritis is ultimately diagnosed with an angiogram of the arteries
(arteriogram) whereby a contrast material is injected into the blood vessels
which makes them visible by X-ray.

 Penatalaksanaan
- The treatment of Takayasu disease involves suppressing the inflammation
with cortisone medication (prednisone, prednisolone)
- Jika pasien resisten cortison dapat di gunakan (methotrexate (Rheumatrex,
Trexall), cyclosporine, cyclophosphamide (Cytoxan), and azathioprine
(Imuran))
- Vascular surgery procedures and/or angioplasty with stents can be required
to treat aneurysms and severe blood vessel narrowing.
Acute Limb Ischemic
 Definsi
- Penyakit vaskuler yang terjadi penurunan perfusi arteri tungkai karena
adanya oklusi akibat emboli atau thrombus.

 Penatalaksanaan
- Penyakit vaskuler yang terjadi penurunan perfusi arteri tungkai karena
adanya oklusi akibat emboli atau thrombus.
Penyakit Vaskuler
(Vena)
Khas Vena : Klinis utamanya adalah Bengkak

Deep Vein Trombosis (DVT)


 Definisi:
- Suatu kondisi dimana terjadi penyempitan pembuluh darah yang disebabkan
oleh penyumbatan karna trombus.
- Deep Vein Thrombosis. Deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena
dalam adalah kondisi ketika terjadi penggumpalan darah pada satu atau
lebih pembuluh darah vena dalam. Umumnya DVT terjadi di paha atau
betis, tapi bisa juga terbentuk di bagian tubuh yang lain

 Gejala Klinis:
- Bengkak
- Merah
- Hangat
- Nyeri

 Khas (Trias) :
- Statis (Bediri lama, Obesitas, berjalan jauh, ibu hamil)
- Hiperkoagubilitas (Efek dari kemoterapi)
- Disfungsi Endotel (Trauma)
 Pemeriksaan Fisik :
- Hormon sign (Nyeri saat dorsofleksi)

 Pemeriksaan Penunjang :
- USG Doppler
- Venografi
- D-dimer

 Penatalaksanaan :
- Antikoagulan
 Heparin
 Warparin
Inversi Vena Kronis
 Definisi:
- Suatu kondisi dimana terjadi gangguan aliran pada vena kaki yang dapat
menyebabkan gejala seperti venektasi (varises), Talengektasis, gangguan
katup vena superfisial.

 Faktor Resiko:
- Berdiri Lama

 Penatalaksanaan:
- Elevasi Tungkai
- Stocking
- Sklerotherapi
- Ligasi
Penyakit Jantung Kongenital
SIANOSIS (Terjadi Perubahan Warna Biru pada bagian tubuh)

Tetralogi Of Fallot
 Definisi:
Tetralogy of Fallot. Tetralogy of Fallot atau TOF adalah gangguan pada bayi
yang disebabkan oleh kombinasi empat penyakit jantung bawaan saat lahir.

 Khas :
PROV
P => Pulmonal Stenosis
R => Righ Ventrikel Hipertrofi (RVH)
O => Overaiding Aorta
V => Ventrikel Septal Defect (VSD)

 Klinis :
- Pasien mengalami sianosis/biru saat nangis
- Keluhan berkurang saat pasien jongkok

 Pemeriksaaan Penunjang
- Pulmonal Stenosis
Pada pemeriksaan suara katup pulmonal terdengar suara mur-mur sistolik.
- Right Ventrikel Hipertrofi (RVH)

 X-ray : Boot shape

 EKG : Pada lead V1 R/S >1

- Overaiding Aorta

- Ventrikel Septal Defect (VSD)


Saat dilakukan pemeriksaan dengan stetoskop di dapatkan suara mur-mur
pansistolik pada RIC III/IV Linea Parasternalis Sinistra.

 Penatalaksanaan :
- Surgery is the only effective treatment for tetralogy of Fallot. Surgical
options include intracardiac repair or a temporary procedure that uses a
shunt.
Esimenger Syndrome
 Definisi:
- Kondisi kelainan jantung bawaan yang awalnya terjadi tidak mengalami
sianosis (Asioanotik) dan dengan kompensasi waktu yg lama kondisi
tersebut menjadi sianotik.
- Kondisi yang di sebabkan kompensasi VSD (Ventrikel Septal Defect)
dalam jangka waktu yang lama.
- Sindrom Eisenmenger atau Eisenmenger syndrome adalah kelainan bawaan
yang mengakibatkan bercampurnya darah bersih dengan darah kotor.
Kondisi ini menyebabkan anak mudah lelah dan membiru. ... Akibat kondisi
ini, tekanan di pembuluh darah paru-paru akan meningkat dan berisiko
menimbulkan gagal jantung
 Klinis :
- Pasien mengalami sianosis
- Sebelumnya pasien tidak mengalami sianosis
- Eisenmenger syndrome signs and symptoms include:
 Bluish or grayish skin color (cyanosis)
 Large, rounded fingernails or toenails (clubbing)
 Easily tiring and shortness of breath with activity
 Shortness of breath while at rest
 Chest pain or tightness
 Skipped or racing heartbeats (palpitations)
 Fainting (syncope)
 Coughing up blood (hemoptysis)
 Dizziness
 Numbness or tingling in the fingers or toes
 Headaches
 Abdominal swelling

 Penatalaksanaan :
- Medications
Medications are the primary treatment option for Eisenmenger syndrome.
You'll need to be monitored closely by a doctor when taking medications
for any changes in blood pressure, fluid volume or pulse rate.
Medications for Eisenmenger syndrome include:
 Medications to control arrhythmias. If you have an arrhythmia, you
may receive medications to control your heart rhythms.
 Iron supplements. Your doctor may prescribe iron supplements if he
or she finds your iron level is too low. Don't start taking iron
supplements without talking to your doctor first.
 Aspirin or other blood-thinning medications. If you have had a
stroke, blood clot or certain types of irregular heart rhythms, your
doctor may recommend aspirin or other blood thinners such as warfarin
(Coumadin, Jantoven).
However, people who have Eisenmenger syndrome are also at
increased risk of bleeding when taking these medications, so don't take
any blood thinners unless your doctor tells you to do so.
Don't take over-the-counter pain medications, such as ibuprofen (Advil,
Motrin IB, others) or naproxen (Aleve, others), without talking to your
doctor first.
 Medications to relax blood vessels (vasodilators). Drugs commonly
used to treat pulmonary hypertension can help open narrowed arteries
in the lungs and allow blood to flow through more easily.
o Antibiotics. Depending on your condition, you may need to take
antibiotics before having certain dental and medical procedures.
These procedures may allow bacteria to enter your bloodstream.
Antibiotics taken before these procedures can help destroy or
control the harmful bacteria that may lead to an infection of your
heart's tissues (endocarditis).
Antibiotics are recommended only before certain dental procedures
(those that cut your gum tissue or part of the teeth) and procedures
involving the respiratory tract, infected skin or tissue that connects
muscle to bone.

- Blood drawing (phlebotomy)


If your red blood cell count becomes too high and is causing symptoms
such as headache, difficulty concentrating or visual disturbances, your
doctor may recommend having blood drawn to help decrease your blood
cell counts. Phlebotomy should not be done routinely and should only be
performed after consultation with a congenital heart disease expert. You
should also receive intravenous (IV) fluids when having blood drawn to
help replace the lost fluids.

- Heart-lung transplantation
Some people who have Eisenmenger syndrome may eventually need a heart
and lung transplant or a lung transplant with repair of the hole in the heart if
no other treatments prove effective.
Birth control and pregnancy
If you have Eisenmenger syndrome, becoming pregnant poses serious
health risks — and can be fatal — for the mother and baby. It's critical that
women who have Eisenmenger syndrome avoid becoming pregnant.
Your doctor may recommend nonreversible birth control, such as tubal
ligation or Essure. Essure is a metal coil inserted through the vagina into the
fallopian tubes that causes scar tissue to develop. This blocks the fallopian
tubes.
Having your fallopian tubes tied (tubal ligation) is less often recommended
due to the risks of having even minor surgery.
Birth control pills containing estrogen aren't recommended for women who
have Eisenmenger syndrome. Estrogen increases your risk of developing
blood clots that could potentially block an artery to your heart, brain or
lungs. Using only barrier methods, such as condoms or diaphragms, isn't
recommended due to the risk of those methods failing.

Transposision Great Arteri (TGA)


 Definisi:
- Suatu kelainan jantung yang disebabkan oleh perubahan letak arteri utama
pada jantung.
- Transposition of the great arteries is a serious but rare heart defect present at
birth (congenital), in which the two main arteries leaving the heart are
reversed (transposed). The condition is also called dextro-transposition of
the great arteries

 Gejala Klinis :
- Blue color of the skin (cyanosis)
- Shortness of breath
- Lack of appetite
- Poor weight gain

 Pemeriksaan Penunjang :
- Egg Shape
 Penatalaksanaan :
All infants with transposition of the great arteries need surgery to correct the
defect.
Before surgery
- Your baby's doctor may recommend several options to help manage the
condition before corrective surgery. They include:
 Medication. The medication prostaglandin E1 (alprostadil) helps keep
the connection between the aorta and pulmonary artery open (ductus
arteriosus), increasing blood flow and improving mixing of oxygen-
poor and oxygen-rich blood until surgery can be performed.
 Atrial septostomy. This procedure — usually done using cardiac
catheterization rather than surgery — enlarges a natural connection
between the heart's upper chambers (atria). It allows for the oxygen-
rich and oxygen-poor blood to mix and results in improved oxygen
delivery to your baby's body.

Surgery
- Surgical options include:
 Arterial switch operation. This is the most common surgery used to
correct transposition of the great arteries. Surgeons usually perform this
surgery within the first month of life.
During an arterial switch operation, the pulmonary artery and the aorta
are moved to their normal positions: The pulmonary artery is connected
to the right ventricle, and the aorta is connected to the left ventricle.
The coronary arteries also are reattached to the aorta.
If your baby has a ventricular septal defect or an atrial septal defect,
those holes usually are closed during surgery. In some cases, however,
the doctor may leave small ventricular septal defects to close on their
own.
 Atrial switch operation. In this surgery, the surgeon makes a tunnel
(baffle) between the heart's two upper chambers (atria). This diverts the
oxygen-poor blood to the left ventricle and the pulmonary artery and
the oxygen-rich blood to the right ventricle and the aorta.
With this procedure, the right ventricle must pump blood to the body,
instead of just to the lungs as it would do in a normal heart. Possible
complications of the atrial switch operation include irregular heartbeats,
baffle obstructions or leaks, and heart failure due to long-term problems
with right ventricle function.

After surgery
- After corrective surgery, your baby will need lifelong follow-up care with a
heart doctor (cardiologist) who specializes in congenital heart disease to
monitor his or her heart health. The cardiologist may recommend that your
child avoid certain activities, such as weightlifting or competitive sports,
because they raise blood pressure and may stress the heart.
-
- Talk to your or your child's doctor about what type of
physical activities you or your child can do, and how
much and how often.
-
- Many people who undergo the arterial switch
operation don't need additional surgery. However,
some complications, such as arrhythmias, heart valve
leaks or problems with the heart's pumping, may
require additional treatment.
Penyakit Jantung Kongenital
ASIANOSIS (Tidak terjadi perubahan warna biru pada bagian tubuh)

Atrial Septal Defect (ASD)


 Definisi:
- Dimana terjadi defect atau perlubangan pada dinding atrium jantung kiri
dan dinding atrium jantung kanan sehingga terjadi gangguan sirkulasi aliran
darah di jantung.

 Gejala Klinis:
- Shortness of breath, especially when exercising
- Fatigue
- Swelling of legs, feet or abdomen
- Heart palpitations or skipped beats
- Stroke

 Pemeriksaan Penunjang:
- Heart murmur (mur-mur Ijeksi Sistolik, Mur-mur split pleating) , a
whooshing sound that can be heard through a stethoscope from RIC II/III
PS.

Ventrikel Septal Defect (VSD)


 Definisi:
- Dimana terjadi defect atau perlubangan pada dinding Ventrikel jantung kiri
dan dinding Ventrikel jantung kanan sehingga terjadi gangguan sirkulasi
aliran darah di jantung.

 Gejala Klinis:
- Asianosis
- Mur-mur pansistolik di ICS III/IV linea parasternalis sinistra
 Pemeriksaan Penunjang:
- Echocardiogram.
 In this test, sound waves produce a video image of the heart.
 Doctors may use this test to diagnose a ventricular septal defect and
determine its size, location and severity.
 It may also be used to see if there are any other heart problems.
 Echocardiography can be used on a fetus (fetal echocardiography).
- Electrocardiogram (ECG).
 This test records the electrical activity of the heart through electrodes
attached to the skin and helps diagnose heart defects or rhythm
problems.
- Chest X-ray.
 An X-ray image helps the doctor view the heart and lungs.
 This can help doctors see if the heart is enlarged and if the lungs have
extra fluid.
- Cardiac catheterization.
 In this test, a thin, flexible tube (catheter) is inserted into a blood vessel
at the groin or arm and guided through the blood vessels into the heart.
 Through cardiac catheterization, doctors can diagnose congenital heart
defects and determine the function of the heart valves and chambers.
- Pulse oximetry.
 A small clip on the fingertip measures the amount of oxygen in the
blood.
Paten Ductus Arteriosus (PDA)
 Definisi:
Patent ductus arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung bawaan yang biasanya
dialami oleh bayi dengan kelahiran prematur. Kondisi ini terjadi ketika ductus
arteriosus tetap terbuka setelah bayi lahir. Bila dibiarkan tidak tertangani, PDA
dapat memicu hipertensi pulmonal, aritmia, dan gagal jantung.

 Gejala Klinis:
- Asioanosis
- Mur-mur continue di ICS II/III linea parasternalis sinistra

 Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan PDA meliputi
pemeriksaan elektrokardiografi, radiologi, dan ekhokardiografi.
- Pada penderita dengan PDA kecil EKG- nya masih dalam batas normal.
- Pada PDA yang cukup besar pada usia beberapa minggu kemudian akan
tampak gambaran hipertrofi ventrikel kiri dan dilatasi atrium kiri.
- Sedangkan pada PDA besar atau bila tahanan paru telah naik, gambaran
EKG-nya adalah deviasi sumbu ke kanan, hipertrofi ventrikel kanan
dan kadangkala ada hipertrofi atrium kanan.

Coartio Aorta
 Definisi:
- Koartasio aorta adalah suatu penyakit jantung bawaan berupa penyempitan
pada arkus aorta distal atau pangkal aorta desendens torakalis, diatas duktus
arteriosus (pre-ductal), didepan duktus arteriosus (juxta ductal) atau
dibawah duktus arteriosus (post ductal). Pada neonatus sering disertai
hipoplasi segmen isthmus atau arkus aorta bagian distal, akibat aliran yang
kurang melalui arkus selama masa janin. Pada anak yang lebih besar
ditemukan kolateral antara aorta bagian proksimal koartasio aorta dengan
bagian distal koartasio aorta.1-3 Koartasio aorta dapat merupakan suatu
kelainan tunggal atau disertai abnormalitas kardiovaskular lainnya, seperti
bicuspid aortic valve (BAV), aneurisme intrakranial, hipoplasia arkus aorta,
defek septum ventrikel (DSV), duktus arteriosus persisten (DAP) dan
kelaianan katup jantung.
 Gejala Klinis:
- Asioanosis
- Aliran darah atas dan bawah beda

 Pemeriksaan Penunjang:
- Gambaran seperti sortgun
Kelainan Katup
Jenis Katup jantung (APTM => Aorta, Pulmonal, Trikuspid, Mitral)

Note: Pasangan katup Aorta => Pulmonal, Trikuspid => Mitral

DIASTOLIK
Mur-mur distolik pada bagian katup tertentu:

M S A I D atau T S P I D

 Mitral
- Lokasi : RIC IV/V, Mid Clavicula Dextra
- Diagnosis : Mitral Stenosis
 Aorta
- Lokasi : RIC II, Parastrenal Sinistra
- Diagnosis : Aorta Infusiensi/ Regurgitasi

 Pulmonal
- Lokasi : RIC II, Parastrenal dextra
- Diagnosis : Pulomonal Infusiensi/ Regurgitasi

 Trikusipid
- Lokasi : RIC IV/V, Parastrenal dextra
- Diagnosis : Aorta Stenosis
SISTOLIK
Mur-mur Sistolik pada bagian katup tertentu:

M I S A S atau T I S P S

 Mitral
- Lokasi : RIC IV/V, Mid Clavicula Dextra
- Diagnosis : Mitral Infusiensi/ Regurgitasi
 Aorta
- Lokasi : RIC II, Parastrenal Sinistra
- Diagnosis : Aorta Stenosis

 Pulmonal
- Lokasi : RIC II, Parastrenal dextra
- Diagnosis : Pulmonal Stenosis

 Trikusipid
- Lokasi : RIC IV/V, Parastrenal dextra
- Diagnosis : Trikuspid Infusiensi/ Regurgitasi
Aritmia
Aritmia adalah gangguan pada kondisi aliran darah yang ditandain dengan perubahan
heart rate baik cepat (Takidardi => HR > 100 kali/menit) atau lambat (Bradikardi =>
HR < 60 kali/menit)

Hal Yang Perlu di Perhatikan:


1. HR Reguler :
 Rumus 1 : 300 .
Kotak Besar
 Rumus 2 : 1500 .
Kotak Sedang

2. HR Ireguler :
 (Jumlah puncak gelombang R dalam 30 kotak sedang) x 10

3. P Pulmonal : Gelombang P terlalu tinggi (> 2,5)

4. P Mitral : Gelombang P terlalu lebar (> 2,5)

5. Gelombang QRS :
 QRS Sempit : < 3 kotak sedang
 QRS Lebar : > 5 kotak sedang
 QRS Reguler : Setiap gelombang dengan skilus yg sama
 QRS Ireguler : Setiap gelombang dengan siklus berbeda

6. Tidak Stabil : (Salah satu dari dibawah ini)


 Penurunan kesadaran
 Hipotensi
 Nyeri dada
 Sesak
TAKIKARDI NADI TERABA
- Takikardi dimana jika HR > 100 kali/Menit
- Langkah dalam penentuan takikardi/ takiaritmia: CIRI-CIRI STABIL:
- TIDAK HIPOTENSI
- KESADARAN BAIK
STABIL - TIDAK NYERI DADA
- TIDAK SESAK

QRS SEMPIT QRS LEBAR


(JIKA QRS<3 KOTAK) (JIKA QRS>5 KOTAK)

REGULER IREGULER REGULER IREGULER


(JIKA JARAK R-R SAMA) (JIKA JARAK R-R BEDA) (JIKA JARAK R-R SAMA) (JIKA JARAK R-R BEDA)

VENTRIKEL TAKIKARDI VENTRIKEL TAKIKARDI


SVT ATRIAL FLUTER ATRIAL FIBRILASI VENTRIKEL FIBRILASI
MONOMORFIK MONOMORFIK

TERAPI: TERAPI: TERAPI:


- MANUVER VAGAL - CCB : - AMIODARON 150 mg TERAPI:
- ADENOSIN 6,12,12 mg DILTIAZEM 15-20 mg - AMIODARON 150 mg - DEFIBRILASI
- CCB : - B-BLOKER : - ADENOSIN 6,12,12 mg
DILTIAZEM 15-20 mg METOPROLOL 25 mg
- B-BLOKER : - DIGOXIN 0,5-1 gr
METOPROLOL 25 mg
CIRI-CIRI TIDAK STABIL:
-HIPOTENSI
-PENURUNAN KESADARAN
-NYERI DADA
TIDAK STABIL -SESAK

QRS SEMPIT QRS LEBAR


(JIKA QRS<3 KOTAK) (JIKA QRS>5 KOTAK)

REGULER IREGULER REGULER IREGULER


(JIKA JARAK R-R SAMA) (JIKA JARAK R-R BEDA) (JIKA JARAK R-R SAMA) (JIKA JARAK R-R BEDA)

VENTRIKEL TAKIKARDI VENTRIKEL TAKIKARDI


SVT ATRIAL FLUTER ATRIAL FIBRILASI VENTRIKEL FIBRILASI
MONOMORFIK MONOMORFIK

TERAPI: TERAPI: TERAPI: TERAPI:


KARDIOVERSI 50-100 J KARDIOVERSI KARDIOVERSI 100J DEFIBRILASI
- BIFASIK 120-200 J - MONOFASIK 360 J
- MONOFASIK 200 J - BIFASIK 200 J
TAKIKARDI NADI TIDAK TERABA
- Takikardi dimana jika HR > 100 kali/Menit
- Langkah dalam penentuan takikardi/ takiaritmia:

NADI TIDAK TERABA

SHOCKABLE UNSHOCKABLE

VENTRIKEL TAKIKARDI VENTRIKEL FIBRILASI PEA ASISTOLE

TERAPI:
- DEFIBRILASI + RJP + IV LINE TERAPI:
- DEFIBRILASI + RJP + AMIODARON 300 mg - RJP + IV LINE + EPINEPRIN
- DEFIBRILASI + RJIP + EPINEFRIN 1 mg - RJP

- DEFIBRILASI + RJP + AMIODARON 150 mg


- DEFIBRILASI + RJP + EPINEFRIN
- DEFIBRILASI + RJP
BRADIKARDI
- Bradikardi dimana jika HR <60 kali/Menit
- Langkah dalam penentuan bradikardi/ bradiiaritmia:

CIRI-CIRI STABIL: CIRI-CIRI TIDAK STABIL:


- TIDAK HIPOTENSI - HIPOTENSI
- KESADARAN BAIK - PENURUNAN KESADARAN
STABIL TIDAK STABIL - NYERI DADA
- TIDAK NYERI DADA
- TIDAK SESAK - SESAK

TERAPI: MOBITZ I MOBITZ II DERAJAT 2


- OBSERVASI DAN DAN
MOBITZ II DERAJAT 1 MOBITZ III

TERAPI:
- ATROPIN 0,5 mg
TERAPI:
- DOPAMIN 2-20 mcg/KGBB
- PACEMAKER
- EPHINERIN 2-10 mcg/KGBB
HIPERTROPI JANTUNG
Hipertropi jantung adalah pembesaran bagian jantung baik jantung kiri ataupun kanan. Hal ini sering terjadi pada kasus seperti congestif heart
failure (CHF). Dalam hal ini hipertropi jantung kiri atau kanan dapat dilihat dengan menggunakan ciri ciri dari Foto rontgen dan
Elektrokardiografi.

HIPERTROPI JANTUNG DENGAN EKG DAN PO

PEMBESARAN
JANTUNG

ATRIUM VENTRIKEL

ATRIUM KANAN/ RCH/ ATRIUM KIRI/ LAH/ VENTRIKEL KANAN/ RVH/ VENTRIKEL KIRI/ LVH/
RIGHT ATRIUM HIPERTROPI LEFT ATRIUM HIPERTROPI RIGHT VENTRIKEL HIPERTROPII LEFT VENTRIKEL HIPERTOPI

RO : PINGGANG JANTUNG RO : BOOTH SHAPE DAN RO : APEK TERTANAM


RO : ½ LINGKARAN
MENGHILANG APEK TERANGKAT

EKG : EKG : EKG :


EKG : - V1 S DALAM + V6 S TINGGI
- P.PULMONAL - P.MITRAL
- V1 R/S >1 >35 KOTAK
- TINGGI P >2,5 - LEBAR P >2,5

KASUS PPOK KASUS HIPERTENSI


Ofthalmologi
Mata Merah Visus Normal
Konjungtivitis
A. Definisi
Konjungtivitis merupakan gangguan pada konjungtiva mata yang mengalami
infeksi disebabkan oleh beberapa mediator infeksi seperti bakteri, virus dan
jamur, selain itu juga dapat disebabkan oleh mediator alergi.

B. Gejala Klinis
- Mata merah
- Visus menurun
- Ada sekret dipagi hari

C. Pemeriksaan fisik
- Injeksi konjungtiva
- Sekret positif

D. Klasifikasi
Infeksi
1. Konjungtivitis Bakteri
 Khas:
- Sekret Kental

 Pemeriksaan Penunjang:
- Shif to the left (PMN ↑)=>Basofil, Eosinofil, Neutrofil

 Etiologi:
- Konjungtivitis Gonore
* Etiologi : Nissceria Gonore
* Khas : Pada Bayi, Ibu Hamil riw.Gonore
* Pemeriksaan Penunjang : Diplokokus Gram Negatif
Copy bean
* Terapi : IRIGASI KOLAM C
Awal : Irigasi NaCl 0,9%
Topikal : Kloramfenikol 0,5-1 %
Sistemik : Ceftriaxon 50 mg/ KgBB

- Konjungtivitis Trakoma
* Etiologi : Clamedia Trakomatis
* Khas : Folikel, Papil, Herbets pit
* Pemeriksaan Penunjang : Inklusi Body
* Terapi : TETEK AD
Topikal : Tetrasiklin 1%
Eritromisin 1%
Sistemik : Azitromisin 1 gr SD
Doksisiklin 2 x 100 mg
- Konjungtivitis Katarnal
* Etiologi : Streptococcus Pneumonia
* Khas : Daerah endemik penumonia
Sekret lengket
* Terapi : TETEK AD
Topikal : Kloramfenikol 0,5-1 %
Sistemik : Ceftriaxon 50 mg/ KgBB

2. Konjungtivitis Virus
 Khas:
- Sekret Serous (Encer)
- Folikel (+)

 Pemeriksaan Penunjang:
- Shif to the right (MN ↑)=>Monosit dan Limfosit meningkat

 Etiologi:
- Herves Simplexs, Varicella Zoster
 Terapi:
- Self limithing
- Artivisial tear
- Acilovir 3 x 500 mg
- Acilovir 5 x 800 mg

3. Konjungtivitis Jamur
 Khas:
- Sekret tidak khas
- Riwayat imunocompromise

 Pemeriksaan Penunjang:
- Miscrocopis=> sel satelit

 Etiologi:
- Aspergillus

 Terapi:
- Self limithing
- Artivisial tear
- Acilovir 3 x 500 mg
- Acilovir 5 x 800 mg
Alergi
 Khas:
- Sekret Mukoid (Putih susu)
- Gatal

 Pemeriksaan Penunjang:
- Eosinofilia

 Etiologi:
- Konjungtivitis Vernal
* Etiologi : Reaksi Hipersensitivitas tipe 1
* Khas : Cobel stone, Trantas dots
* Terapi : Steroid topikal
: Cell mast stabilizer (sd.kromolid)
: Antihistamin

- Konjungtivitis Atopik
* Etiologi : Riwayat Atopi
: Reaksi Hipersensitivitas tipe 1
* Khas : Papil
* Terapi : Antihistamin

- Konjungtivitis Fliken Ulnaris


* Etiologi : Reaksi Hipersensitivitas tipe IV
* Khas : Flikten dots
* Terapi : Atasi Etilogi

Pteregium
A. Definisi
Pterigium merupakan gangguan pada bagian luar mata yang disebabkan
gangguan jaringan fibrovaksuler yang tidak menempel pada bagian mata luar.

B. Khas
- Segitiga di limbus

C. Gejala Klinis
- Mata merah
- Mengganjal
- Berpasir
- Gangguan visus tergantung grade/stadium

D. Stadium/Grade
Klasifikasi stadium/grade baru:
1. Belum mencapai libus
2. Melewati limbus < 2 mm
3. Melewati limbus > 2 mm
4. Mencapai pupil
Klasifikasi stadium/grade lama:
1. Belum melewati libus
2. Melewati limbus , tapi belum mencapai pupil
3. Mencapai pupil

E. Pemeriksaan Penunjang
- Sonde test (- / negatif)

F. Penatalaksanaan
- Grade 1 atau 2 => observasi + artivisial tear
- Grade 3 atau 4 => Eksisi pterigium

Pseudo Pterigium
A. Definisi
Pseudo Pterigium merupakan gangguan pada bagian luar mata yang disebabkan
gangguan jaringan fibrovaksuler yang menepel pada bagian mata luar.

B. Khas
- Segitiga di limbus

C. Gejala Klinis
- Mata merah
- Mengganjal
- Berpasir
- Gangguan visus tergantung grade/stadium

D. Pemeriksaan Penunjang
- Sonde test (+ / Positif)

E. Penatalaksanaan
- Tindakan bedah

Pinguecula
A. Definisi
Pterigium merupakan gangguan pada bagian luar mata yang disebabkan
gangguan jaringan hialin.

B. Khas
- Jaringan hialin menjauhi limbus

C. Gejala Klinis
- Mata merah
- Mengganjal
- Berpasir

D. Penatalaksanaan
- Kortikosteroid Topika
Skleritis
A. Khas Diagnosis
BI SKE TIDAK TEGAS, TAS JINGGA BERAT
- Bilateral
- Injeksi Skelera
- Batas Tidak Tegas
- Tes Ephineprine (-)
- Jingga Kemerahan
- Nyeri Berat

B. Klasifikasi
ANTERIOR
- Nodusa
Ada Nodul (+)
- Difusa
Tidak khas
- Nekrotikan
Ada Jaringan nekrotik

POSTERIOR
- Visus Menurun
- Nyeri Hebat

C. Pemeriksaan
- Tes Ephineprine (-)

D. Penatalaksanaan
- Kortikosteroid Topikal

Episkleritis
A. Khas Diagnosis
UNI EPI TEGAS, TAS MERAH RINGAN
- Unilateral
- Injeksi Episkelera
- Batas Tegas
- Tes Ephineprine (+)
- Merah Kekuningan
- Nyeri Ringan

B. Pemeriksaan
- Tes Ephineprine (+)

C. Penatalaksanaan
- Phenileprin 2,5
Mata Merah Visus Turun
Keratitis
A. Definisi
Keratitis adalah kelainan pada kornea yang disebabkan oleh infeksi baik bakteri,
virus, jamur maupun amoeba.

B. Gejala Klinis
- Mata merah
- Injeksi Siliar
- Visus turun
- Blefarospasme
- Hiperlakrimasi
- lagoftalmus

C. Klasifikasi
Keratitis Bakteri
- Klasifikasi
 Gram Positif (+)
Batas tegas, infeksi tidak meluas
 Gram Negatif (-)
Batas tidak tegas, infekasi meluas
- Etiologi
 Pneumococcus
Khas : Infiltras seperti alur/ superginosa
 Pseudomonas
Khas : Eksudat berwarna kehijauan
 Stafilococcus
Khas : Infiltras menyebar ke arah dalam dan samping
 Ulkus Moren
Khas : Ulkus berada dipinggir/ marginal
- Pemeriksaan Penunjang
Tes Flourosence
 Cara : Larutan Flourosence + NaCl 0,9% => ditempel selama 20 s
 Hasil : (+) => Ulkus kornea
(-) => Keratitis bakteri
Tes Siedel
 Cara : Tekan kornea
 Hasil : Tidak ada ulkus lembah => Keratitis bakteri
- Penatalaksanaan
Etilogi + Sulfas Atropin 1% + Babat mata
Keratitis Virus
- Etiologi
 Herpes Simplex
 Herpes Zoster
- Khas
 Lesi Dendritik / seperti akar
- Penatalaksanaan
 Artivisial Tear
 Acilovir 3%
 Acilovir 5x800 mg

Keratitis Jamur
- Etiologi
 Aspergilus
- Faktor Resiko
 Riwayat Imunocompromise
- Khas
 Lesi Satelit putih sampai kehijauan
- Penatalaksanaan
 Natamisin
 Ampoterisin
 Nistatin

Keratitis Amoeba
- Etiologi
 Acantamoba
- Faktor Resiko
 Penggunaan kontak lensa
- Khas
 Ring shape lesion
- Penatalaksanaan
 Neomisin

Uveitis
A. Definisi
Uveitis adalah infeksi pada anatomi struktur mata bagian dalam yang mengenai
bagian anterior maupun posterior.

B. Klasifikasi
Uveitis Anterior
- Sinonim
Iritis, skilirits,iridoitis
- Khas Diagnosis (KESIH)
K = Kreasipitipitat
E = Efek Tindal
S = Sinikea
I = Iris Bombai
H = Hipopion
- Penatalaksanaan
Kortikosteroid Topikal
+
Sulfas Atropin 1%
+
Etiologi
+
Babat Mata

Uveitis Posterior
- Sinonim
Koroiditis
- Khas Diagnosis
 Flooters
 Sel Flare
- Penatalaksanaan
Koroidektomi

Glaukoma
A. Definisi
Glaukoma merupakan penumpukan cairan pada bagian bilik mata depan atau
belakang yang di sebabkan beberapa kondisi baik primer maupun sekunder.

B. Trias da Gejala
Kronik
- Peningkatan TIO
- Gangguan lapangan pandang
- Penekanan nervus opticus (Pandangan Kabur)
Akut
- Mata merah
- Nyeri kepala
- Nyeri mata
- Mual muntah
- Melihat seperti pelangi (Halo)

C. Klasifikasi
Primer
Khas : tidak ada penyakit yang mendasari
- Glaukoma sudut tertutup
 Khas:
 Gejala Glaukoma Akut
 TIO > 30 mmHg
 Sudut CoA dangkal
 Pendorongan iris ke depan
 Penatalaksanaan: (APIS)
 Acetazolamid
 Pilocarpin
 Sulfas atropin
- Glaukoma sudut terbuka
 Khas:
 Gejala Glaukoma Kronik
 TIO 20-30 mmHg
 Sudut Coa dalam
 Terjadi akibat sumbatan di anyaman
 Pentalaksanaan:
 Farmakologi:
B-Blocker (timolol maleat) => Menurunkan produksi
Prostaglandin (Latapros) => Melancarkan aliran
 Defenitif:
Trabeculectomi

Sekunder
Khas : Ada penyakit yang mendasari
- Etiologi:
HIU MAKAN KATAK GALAU
 Hifema
Terjadi karna adanya Akumulasi darah di CoA, baik karna trauma
langsung atau tidak langsung.
 Uveitis
Dapat disebabkan oleh Sinikea posterior, keratik presepitat pada
kasus uveitis.
 Katarak
Dapat disebebkan oleh katarak imatur maupun hipermatur, dimana
pada imatur terjadi glaukoma fakomorfik yang sifatnya menarik
ciran ke lensa sehingga lensa mengalami perubahan bentuk.
Sedangkan pada katarak hipermatur terjadi glaukoma fakolitik
dimana lensa pecah.
 Glaukoma kongenital
Yaitu glaukoma yang terjadi secara bawaan yang bisa disebabkan
kelainan fungsi atau anatomi.

- Pemeriksaan Penunjang:
TIO FUN SUKA NGOPEK
 Tonometri => Mengukur tekanan
 Funduskopi => Memeriksa retina
 Gameskopi => Melihat sudut CoA
 Perimetri => Menilai lapang pandang
Mata Tenang Visus Turun
Kelainan Refraksi
A. Definisi
Kelainan refraksi adalah gangguan penglihatan yang bukan di sebabkan oleh
kelainan oraganik melainkan diakibatkan oleh gangguan fungsi. Hal ini dapat di
ketahui dengan menggunakan salah satu pemeriksaan sederhana yaitu dengan
penggunaan pin hole.

B. Klasifikasi
1. EMETROP
2. AMETROP
Miopia
- Etiologi:
 Cahaya jatuh di depan retina
 Lensa terlalu cembung
 Sumbu axis terlalu panjang
 Lensa lepas sebagian s/d seluruh bagian anterior
- Gejala klinis:
 Rabun jauh
 Sulit melihat yang jauh
 memicingkaan/ merapatan palpebra saat melihat
- Klasifikasi:
 Ringan < 3 dioptri
 Sedang 3-6 dioptri
 Berat >6 dioptri
- Penatalaksanaan
 Lensa speris (S) negatif terkecil yang mencapai visus terbaik
 Lensa cekung (Konvek)

Hipermetropia
- Etiologi:
 Cahaya jatuh di belakang retina
 Lensa terlalu cekung
 Sumbu axis terlalu pendek
 Lensa lepas sebagian s/d seluruh bagian posterior
- Gejala klinis:
 Rabun dekat
 Sulit melihat yang dekat
- Klasifikasi:
 Tanpa siklopegik (Sulfas atropin)
 Hipermetrop absolut => S(+) terkecil
 Hipermetrop manifes => S(+) terbesar
 Hipermetrop fakultatif => Ha - Hm
 Dengan siklopegik (Sulfas atropin)
 Hipermetrop total => S(+) terbesar
 Hipermetrop laten => Ht - Hm
- Penatalaksanaan
 Lensa speris (S) positif terbesar yang mencapai visus terbaik
 Lensa cembung

Astigmatisma
- Etiologi:
 Cahaya jatuh tidak pada satu titik
- Gejala klinis:
 Melihat bayangan
- Pemeriksaan penunjang
 Tes Plasido
- Penatalaksanaan:
 Lensa silindris
- Klasifikasi berdasarkan penatalaksanaan
 Simplex
 Astigmatisma miopia simplex
- C- (Cilindris Negatif)

Atau jika C = S (Dioptri Cilindris dan Sferis Sama)

- C+ dan S- (Cilindris positif dan Sferis negatif)

 Astigmatisma Hipermetrop simplex


- C+ (Cilindris Positif)

Atau jika C = S (Dioptri Cilindris dan Sferis Sama)

- C- dan S+ (Cilindris negatif dan Sferis positif)

 Compositus
 Astigmatisma miopia compositus
- C- dan S- (Cilindris Negatif dan Sferis Negatif)

Atau jika C<S (Dioptri Cilindris kecil dari Sferis)

- C+ dan S- (Cilindris positif dan Sferis negatif)

 Astigmatisma hipermetrop compositus


- C+ dan S+ (Cilindris Positif dan Sferis Positif)

Atau jika C<S (Dioptri Cilindris kecil dari Sferis)

- C- dan S+ (Cilindris negatif dan Sferis positif)

 Mixtus
 Astigmatisma miopia mixtus
Jika C>S (Dioptri Cilindris Besar dari Sferis)

- C+ dan S- (Cilindris positif dan Sferis negatif)


 Astigmatisma hipermetrop mixtus
Jika C>S (Dioptri Cilindris besar dari Sferis)

- C- dan S+ (Cilindris negatif dan Sferis positif)

Presbiopia
- Etiologi:
 Usia tua
- Gejala klinis:
 Sulit membaca
- Pemeriksaan penunjang:
 Jeger Chat
- Penatalaksanaan:
 Lensa adhisi (+) sesuai usia
40-45 => 1 D
46-50 => 1,5 D
51-55 => 2 D
56-60 => 2,5 D
>60 => 3 D

Anisometrop
- Khas:
 Dioptri mata kiri dan kanan tidak sama
- Syarat:
 Beda dioptrinya
 Miop > 1 Dioptri / > 3 Dioptri
 Hipermetrop > 1,25 Dioptri / > 2 Dioptri
 Astigmatisma > 1,5 Diptri / > 1,5 Dioptri
 Harus sama antara kiri dan kanan (sama-sama miop atau
hipermetrop)
 Dikoreksi visus membaik

Antimetrop
- Khas:
 Dioptri mata kiri dan kanan beda
- Syarat:
 Beda/ jarak beda dioptri tidak ditentukan.

Astenopia
- Faktor resiko:
Sering berada didepan layar monitor komputer
- Khas:
 Mata lelah yang sering terjadi pada usia dewasa
- Jenis:
 Astenopia Refraktif
 Dikoreksi membaik
 Astenopia Muskularis
 Dikoreksi tidak memmbaik

Ambliopia
- Khas:
 Mata lelah pada anak (< 10 tahun)
 Jarak dioptri > 3 Dioptri
 Dikoreksi tidak membaik
- Jenis:
 Astigmatisma strabismus
 Riwayat strabismus
 Astigmatisma Refrakif
 Isometrop => Jarak dioptri dekat
 Anisometrop => Jarak dioptri jauh
 Astigmatisma Sensoris Devinitif

Katarak
A. Definisi
Katarak merupakan ganguan pada organik mata yaitu lensa ditandai dengan
Kekeruhan pada lensa

B. Gejala Klinis
- Mata tenang
- Melihat seperti asap
- Visus turun

C. Pemeriksaan Fisik
- Visus turun

D. Klasifikasi
Usia
- < 1 tahun => Katarak kongenital
- 1 tahun - 50 tahun => Katarak Juvenil
- > 50 tahun => Katarak Senilis

Katarak Traumatik
- Khas:
 Lensa tampak seperti bintang

Katarak Diabetik
- Etiologi:
 Akumulasi sorbitol dilensa
 Katarak komplikata
Obat
- Etiologi:
 Riwayat steroid
 Katarak Subkapsular

E. Stadium
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Keruh Minimal Sebagian Seluruh Masif
Visus > 6/60 6/60 - 1/60 1/60 - ∞ 1/∞ - 0
Iris Normal Terdorong Normal Bergetar
Shadow Test - + - Pseudotest
Komplikasi - Glaukoma - Glaukoma
Fakomorfik Fakolitik

F. Penatalaksanaan
- ECCE (Ekstrak Capsular Catarak Ekstrasium)
 Mekanisme:
o Lensa anterior diangkat
o Lensa posterior tinggal
 Komplikasi:
o Katarak sekunder
- ICCE (Intra Capsular Catarak Ekstrasium)
 Mekanisme:
o Semua diangkat

Retinopati
A. Khas
- Cotton Wood Spot
- Exsudate
- Mikro aneurisma

B. Klasifikasi
- Retinopati Diabetikum
 Fase:
o Non-Proliferatif
Khas: Neurovaskularisasi (-)
o Pre-Proliferatif
Khas: Eksudat soft
Eksudat Hard
o Proliferatif
Khas: Dini (Neurovaskularisasi (+), perdarahan vitreus (-))
Lanjutan (Neurovaskularisasi (+), perdarahan vitreus (+))

 Penatalaksanaan:
o OAD + Fotocoagulasi
- Retinopati Hipertensi
 Khas:
o Av crossing fhenomena
o Cooper wire/ silver wire
Terjadi pengerasan/ sklerotik pada pembuluh darah => Silver
o Star shape/ star figure
Eksudat seperti bintang

Buta Mendadak
A. Klasifikasi
- Ablasio Retina
 Khas:
o Seperti melihat tirai
 Faktor Resiko:
o Miopia
o Trauma
o Degeneratif
o Funduskopi
 Pemeriksaan Penunjang:
o Tobaco duct apperance

- CRAO (Contrivetr arteri oculsion)


 Khas:
o Cherry red spot
o Groud glass app
- CRVO (Contra tekhno vena oculsion)
 Khas:
o Perdarahan 4 kuadran
o Blood and thunder apparance
o Flame shape/ lidah api
Kelainan Bulu Mata
Trikiasis
A. Definisi
- Keadaan dimana bulu mata melengkung ke arah dalam

B. Khas
- Mata berair
- Mata merah
- Seperti ada yang mengganjal

C. Penatalaksanaan
- Epilasi/ dicabut

Trikiasis
A. Definisi
- Keadaan dimana bulu mata tidak tumbuh di tempat seharusnya.

B. Khas
- Mata berair
- Mata merah
- Seperti ada yang mengganjal

C. Penatalaksanaan
- Epilasi/ dicabut
Kelainan Kelopak Mata
Blefaritis
A. Definisi
- Radang pada kelopak mata baik anterior maupun posterior

B. Khas
- Tampak bengkak di sepanjang margo palpebra
- Mata nyeri
- Mata merah
- Terdapat krusta

C. Klasifikasi
- Blefaritis Anterior
Ciri: Bulu mata rontok
- Blefaritis Posterior
Ciri:Skuama berminyak

D. Penatalaksanaan
- Kompres hangat
- Antibiotik (Gentamicin salep mata)
- NSAID

Hordeolum
A. Definisi
- Kelainan pad kelenjar kelopak mata baik yang terletak anterior atau
posterior

B. Klasifikasi
- Hordeolum internum
 Lokasi:
Benjolan didalam
 Mekanisme:
Terjadi peradangan pada kelenjar meibom
 Gejala klinis:
Nyeri, merah, terasa mengganjal
 Penatalaksanaan:
Insisi Vertikel
- Hordeolum eksternum
 Lokasi:
Benjolan diluar
 Mekanisme:
Terjadi peradangan pada kelenjar zein and moll
 Gejala klinis:
Nyeri, merah, ada benzolan diluar
 Penatalaksanaan:
Insisi Horizontal

Kelazion
A. Definisi
- Kelainan pada kelenjar kelopak mata baik yang terjadi akibat peradangan
kronis kelenjar meibom atau hordeolum internum yang kronis

B. Khas
- Benjolan sewarna kulit

C. Penatalaksanaan
- Antibiotik
- Insisi Vertikal

Entropion
A. Khas
- Kelopak mata melipat kedalam

B. Jenis
- Involunsional
 Usia tua
- Sikatrikal
 Pemendekan otot
- Spastik
 Spasme/ kelainan tonus otot

C. Penatalaksanaan
- Tarsoplasty

Ektropion
A. Khas
- Kelopak mata melipat keluar

B. Penatalaksanaan
- Tarsoplasty

Lagofthalmus
A. Khas
- Kelopak mata sulit menutup secara sempurna

B. Mekanisme
- Parase pada N.VII
- Paralisis M. oblicularis oculi

Ptosis
A. Khas
- Kelopak mata sulit membuka secara sempurna

B. Mekanisme
- Parase pada N.III
- Paralisis M. Levator Palpebra

Xanthelasma
A. Khas
- Benjolan berwarna kuning kelopak

B. Penatalaksanaa
- Ekstirpasi
Kelainan Aparatus
Lacrimalis
Dacriosistitis
A. Definisi
- Radang pada sacus lacrimalis

B. Khas
- Nyeri dan bengkak pada kelopak mata bagian nasal
- Keluar sekret mukopurulent lakrimal saat ditekan

C. Pemeriksaan Penunjang
- Anal Test (+)

D. Penatalaksanaan
- Kompres hangat
- Antibiotik (Gentamicin salep mata)

Dacrioadenitis
A. Definisi
- Radang pada kelenjar lacrimalis

B. Khas
- Nyeri dan bengkak pada kelopak mata bagian temporal
- Tampak seperti huruf S terbalik

C. Pemeriksaan Penunjang
- Anal Test (-)

D. Penatalaksanaan
- Kompres hangat
- Antibiotik (Gentamicin salep mata)

Dacristenosis
A. Definisi
- Penyumbatan pada ductus lacrimalis baik karna infeksi, kongenital maupun
tumor.

B. Khas
- Terjadi pada bayi prematur
- Epifora (Air mata keluar terus menerus) dan Setiap nangis mata bengkak

C. Pemeriksaan Penunjang
- Anal Test (+)

D. Penatalaksanaan
- Awal => Massase
- Defenitif => Probbling < 1 Tahun
=> Dacriostomi > 1 Tahun

Kelainan Mata Lainnya


Dry Eye Syndrome

A. Sinonim
- Keratokonjuntivitis Sika

B. Faktor Resiko
- Usia Tua
- Orang berada ditempat AC

C. Gejala Klinis
- Mata merah
- Mata terasa berpasir

D. Pemeriksaan Penunjang
- Schemer Test (Kertas lakmus)
 Ringan = 9-14
 Sedang = 4-8
 Berat =<4
- Tear Break Test
 Positif (+) jika < 10 “

E. Penatalaksanaan
- Artifisial Tear

Xerophtalmia

A. Sinonim
- Rabun Senja

B. Gejala Klinis
- Kesulitan melihat saat mulai sore

C. Pemeriksaan Fisik
- Bitot spot (+)

D. Stadium
o Xn = Nictamia (Normal, sudah mulai sulit melihat saat senja)
o X1a = Xerosis Konjungtiva (Mata Kering)
o X1b = Xerosis Konjungtiva (Bitot Spot)
o X2 = Xerosis kornea
o X3a = Ulkus Kornea < 1/3 bagian
o X3b = Ulkus Kornea > 1/3 bagian
o Xs = Skering => Kornea Hancur

E. Penatalaksanaan
- Stadium Xn s.d Stadium X3a
Jenis:
 Vit A => 1 Kapsul biru (100.000 IU)
 Vit A => 1 Kapsul Merah ( 200.000 IU)

Dosis:
 < 6 Bulan => 50.000 (1/2 kapsul biru)
 6 - 11 Bulan => 100.000 (1 Kapsul Biru)
 > 12 Bulan => 200.000 (1 Kapsul Merah)
Diberikan pada hari 1, 2, 14 dan 15

- Stadium X3b s.d Stadium Xs


 Keratomalasia (Transplantasi Kornea)
Perdaraham Mata
Perdarahan Subconjungtiva

A. Faktor Resiko
- Riwayat Trauma
- Hipertensi
- Riwayat Bersin

B. Gejala Klinis
- Mata merah
- Visus Normal

C. Penatalaksanaan
- Kompres
 Kompres dingin => Bila < 1 jam
 Kompres hangat => Bila > 1 jam
- Artivisial tear

Hifema

A. Etiologi
- Akumulasi darah dari CoA

B. Faktor Resiko
- Riwayat Trauma

C. Gejala Klinis
- Mata merah
- Visus tergantung grade
 4/4 => Akumulasi 100% => Buta total /visus 0
 3/4 => Akumulasi > 50% => Visus terganggu
 2/4 => Akumulasi 33% - 50% => Visus terganggu
 1/4 => Akumulasi < 33% => Visus normal

D. Penatalaksanaan
- Awal
 Elevasi kepala 30O
 Kompres dingin => Bila < 1 jam
 Kompres hangat => Bila > 1 jam
- Artivisial tear
Obstetri
Ginekologi
Pediatric
Nefrologi
THT
Hepatologi
Reumatologi
Hematologi
Gastrologi
Dermatologi
Pulmonologi
Tropmed
Neurologi
Surgery
Endokrin

Anda mungkin juga menyukai