Anda di halaman 1dari 117

UNIVERSITAS DIPONEGORO

JUDUL

RANCANG BANGUN ALAT PEMASANG CRISPER GLASS SEMI


OTOMATIS SEBAGAI ALAT BANTU PRODUKSI PADA LINE
PPA (POLYTRON PREPARATION ASSEMBLY)
PT HARTONO ISTANA TEKNOLOGI SAYUNG

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

ROMI FAUZI ROHMATULLAH


40040217060046

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK MESIN


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber
baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar.

Nama : Romi Fauzi Rohmatullah

NIM : 40040217060046

Tanda tangan :

Tanggal :

ii
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

TUGAS PROYEK AKHIR


No. : 157 / UN 7.5.13 / TM / 2020

Dengan ini diberikan Tugas Proyek Akhir untuk mahasiswa berikut :

No. NAMA NIM

1 Romi Fauzi Rohmatullah 40040217060046

2 Hilman Hibatullah 40040217060047

3 Aditya Fajardo 40040217060078

4 Nabila Widjaya Ning Tyas Faujan 40040217060082

Judul Proyek Akhir : Rancang Bangun Alat Pemasang Crisper Glass Semi
Otomatis Sebagai Alat Bantu Produksi Pada Line PPA
(Polytron Preparation Assembly) PT. Hartono Istana
Teknologi Sayung
Dosen Pembimbing : Sri Utami Handayani ,ST, MT
NIP. : 197609152003122001
Isi Tugas :
1. Merancang alat pemasang crisper glass semi otomatis
2. Membuat alat pemasang crisper glass semi otomatis
3. Menguji alat pemasang crisper glass semi otomatis
4. Pembuatan Laporan Tugas Akhir

Proposal TA harus disetujui Dosen Pembimbing dan diserahkan Program Studi


paling lambat 2 bulan setelah Surat Tugas ini diterima. Tugas Akhir harus
diselesaikan selama-lamanya 6 bulan terhitung sejak Proposal TA disetujui Dosen
Pembimbing, serta diwajibkan konsultasi sedikitnya 12 kali demi kelancaran
penyelesaian tugas.
Semarang, 5 Juni 2020
Ketua PSD III Teknik Mesin

Drs. Ireng Sigit Atmanto,M.Kes


NIP. 196204211986031002

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir ini diajukan oleh :

NAMA : ROMI FAUZI ROHMATULLAH

NIM : 40040217060046

Program Studi : Diploma III Teknik Mesin

Judul Tugas Akhir : Rancang Bangun Alat Pemasang Crisper Glass Semi
Otomatis Sebagai Alat Bantu Produksi pada Line PPA
(Polytron Preparation Assembly) PT. Hartono Istana
Teknologi Sayung

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada

Program Studi Diploma III Teknik Mesin Sekolah Vokasi Universitas

Diponegoro.

TIM PENGUJI

Pembimbing : Sri Utami Handayani, ST, MT ( )

Penguji I : Sri Utami Handayani, ST, MT ( )

Penguji II : Didik Ariwibowo, ST,MT ( )

Penguji III : Ir. H. Murni, MT ( )

Semarang, 06 Juli 2020


Ketua PSD III Teknik Mesin

Drs. Ireng Sigit Atmanto, M.Kes


NIP 196204211986031002

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Diponegoro, saya yang bertanda


tangan dibawah ini :

Nama : Romi Fauzi Rohmatullah

NIM : 40040217060046

Program Studi : Diploma III Teknik Mesin

Fakultas : Sekolah Vokasi

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Universitas Diponegoro Hak Bebas Royalti Noneksklusif (None-exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul “Rancang Bangun Alat
Pemasang Crisper Glass Semi Otomatis Sebagai Alat Bantu Produksi pada Line PPA
(Polytron Preparation Assembly) PT. Hartono Istana Teknologi Sayung” beserta
perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti/Noneksklusif ini
Universitas Diponegoro berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di : Semarang

Pada tanggal :

Yang menyatakan,

Romi Fauzi Rohmatullah

v
HALAMAN MOTTO

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"

(QS. Ar - Rahman)

“Gantungkan cita-cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau

jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.”

(Ir. Soekarno)

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

karena atas izin dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir

dengan tepat waktu. Penulis menemukan banyak sekali kemudahan dan bantuan yang

diberikan lewat tangan-tangan tak terduga, sesuai dengan janji-Nya bahwa setelah

kesulitan selalu ada kemudahan, maka sekali lagi hanya kepada Allah penulis

memanjatkan puji dan syukur.

Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Teknik

Mesin Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro.

Pelaksanaan Tugas Akhir ini tak akan pernah selesai tanpa bantuan,

bimbingan, dan dukungan dari banyak pihak, maka pada kesempatan ini, penulis

ingin memberikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. .Bapak Drs. Ireng Sigit Atmanto, M. Kes, selaku Ketua Program Studi Diploma

III Teknik Mesin Departemen Teknologi Industri Sekolah Vokasi Universitas

Diponegoro yang telah memberikan kemudahan dalam berbagai pengesahan

laporan.

2. Ibu Sri Utami Handayani, ST, MT selaku dosen pembimbing penulis, yang telah

membimbing penulis dari sejak hari pertama Praktek Kerja Lapangan sampai pada

pengerjaan project Tugas Akhir dan penyelesaian laporan ini, yang telah berkenan

bersabar untuk memahami dan membimbing segala keterbatasan pengetahuan

penulis.

vii
3. Bapak Sri Kartika Adi, A,Md , selaku pembimbing Project di PT. Hartono Istana

Teknologi yang telah berkenan memberikan banyak bimbingan dan mengajarkan

banyak ilmu serta bersabar atas keterbatasan penulis selama proses pengerjaan

project.

4. Ayah dan Alm. Ibu atas kasih sayang, perhatian, do'a yang selalu menyertai, dan

dukungan yang selalu diberikan selama ini

5. Romi Fauzi, Nabila Widjaya, dan Hilman Hibatullah sebagai teman kelompok

PKL sekaligus TA yang sudah berjuang sejauh ini, .

Dalam penulisan laporan ini penulis menyadari masih jauh dari kata

sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Semarang, 12 Juli 2020

Penulis,

viii
ABSTRAKSI

RANCANG BANGUN ALAT PEMASANG CRISPER GLASS SEMI


OTOMATIS SEBAGAI ALAT BANTU PRODUKSI PADA LINE PPA
(POLYTRON PREPARATION ASSEMBLY)
PT. HARTONO ISTANA TEKNOLOGI SAYUNG

Alat pemasang crisper glass merupakan suatu alat yang digunakan untuk
memasangkan tempered glass ke frame yang akan menghasilkan produk berupa
tatakan rak pada kulkas atau nama lainnya adalah crisper glass. Proses pemasangan
saat ini masih secara manual menggunakan tenaga manusia yang mana
membutuhkan waktu sekitar 10 detik untuk memasang 1 crisper glass. Tujuan utama
dalam merancang alat ini adalah mengganti peran manusia dalam proses pemasangan
tempered glass ke frame , supaya mengurangi anggaran biaya untuk membayar
pekerja. Proses pembuatan alat bantu produksi ini meliputi beberapa tahapan, yaitu
desain alat, perencanaan, perhitungan komponen, dan proses fabrikasi meliputi
pembuatan rangka dan perakitan. Setelah proses fabrikasi dilanjutkan dengan
pengujian alat meliputi pengujian gerak jalan alat, menghitung biaya listrik
penggerak pneumatik, dan menghitung keefektifan alat jika dibandingkan dengan
pengerjaan secara manual. Hasil yang diperoleh dari pengujian alat pemasang crisper
glass semi otomatis ini adalah dengan biaya awal pembuatan alat sebesar Rp
4.961.800,00 dan perkiraan biaya listrik Rp 49.280,00 per bulan, alat ini mampu
menghasilkan produk sebanyak 7200 pcs perhari dengan estimasi pengerjaan 1 buah
produk berkisar 8 detik.
Kata Kunci : crisper glass, alat pemasang tempered glass ke frame, kulkas,
pengetesan

ix
ABSTRACT

DESIGN OF CRISPER GLASS INSTALLER WITH A


SEMIAUTOMATIC PRODUCTION TOOL ON PPA LINE
(POLYTRON PREPARATION ASSEMBLY)
PT. HARTONO ISTANA TEKNOLOGI SAYUNG

Crisper glass installer is a device that install tempered glass into frame to
produce the base of the refrigerator which called crisper glass.The installation
process is still manually using human labor takes about 10 seconds to install 1
crisper glass.The main purpose of designing this device is to chane human role in
install process of tempered glass into the base in order to reduce the expense of
employee.The production process are designing the device, planning and
calculatingthe components, and then fabricating process include frame production
and assembly.After the fabricating process testing the device include device
movement test, electricity cost of pneumatic actuator and effectiveness of the device
compared to manual operation. The result ofe the semi automatic crisper glass
installer, with the first amount of Rp 4.961.800,00 to produce the device and the
estimate of Rp 49.280,00 per month for the electricity cost, The device can produce
7200 pcs per day of crisper glass and the estimation of crisper glass production is
about 8 seconds.
Keywords: Design, crisperglass installer, refrigerator, testing

x
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS


SURAT TUGAS
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
HALAMAN MOTTO
KATA PENGANTAR
ABSTRAKSI
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR NOTASI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Batasan Masalah
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat Tugas Akhir
1.6 Metode Penulisan
1.7 Sistematika Penyusunan Laporan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pneumatik
2.2 Komponen sistem pneumatik
2.3 Peralatan sistem pneumatik
2.3.1 Kompresor ( Pembangkit Udara Kempa)
2.3.2 Unit pengolahan Udara (Air Service Unit)
2.3.3 Konduktor dan Konektor

xi
2.3.4 Katup-katup Pneumatik
2.3.5 Unit Penggerak
2.3.6 Perhitungan Pneumatik
BAB III METODOLOGI
3.1 Diagram Alir Penyelesaian Tugas Akhir
3.2 Diagram Rangkaian Pneumatik
3.3 Desain Alat Pemasang Crisper Glas Semi Otomatis
3.3.1 Table (Meja Dudukan)
3.3.2 Frame Fixture
3.3.3 Glas Fixture
3.3.4 Glass Pusher
3.3.5 Pneumatic Bracket dan Accessories
3.3.6 Kotak Panel
3.4 Perencanaan dan Perhitungan
3.4.1 Gaya Dorongan Silinder
3.4.2 Gaya Tarikan Silinder
3.4.3 Konsumsi Udara Tiap Langkah Torak
3.4.4 Kecepatan Torak
3.5 Fabrikasi Alat
3.5.1 Alat
3.5.2 Bahan
3.5.3 Proses Perakitan
3.5.4.1 Perakitan Meja Dudukan
3.5.4.2Pemasangan Glass fixture
3.5.4.3Pemasangan Linear Guide
3.5.4.4Pemasangan Frame Fixture
3.5.4.5Pemasangan Bracket Pneumatik
3.5.4.6Pemasangan Silinder Pneumatik
3.5.4.7Pemasangan Glass Pusher
3.5.4.8Pemasangan Aksesoris Pneumatik
3.5.4.9Pemasangan Solenoid Valve
3.5.4.10Pemasangan Kotak Panel

xii
3.5.4.11 Pemasangan Komponen Elektronik..........................................................72
3.5.4.12Pemasangan Sensor
3.6 Prinsip Kerja Alat Pemasang Crisper Glass Semi Otomatis
3.7 Alur Proses Alat Pemasang Crisper Glass Semi Otomatis
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pengujian Gerak Jalan Alat Pemasang Crisper Glass Semi Otomatis
4.3 Perhitungan Nilai Ekonomis Alat Pemasang Crisper Glass Semi Otomatis...
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Crisper glass pada kulkas.........................................................................2

xiii
Gambar 2.1 Elemen sistem pneumatik ........................................................................9
Gambar 2.2 Kompresor torak resiprokal....................................................................11
Gambar 2.3 Kompresor diafragma.............................................................................11
Gambar 2.4 Kompresor rotari.....................................................................................12
Gambar 2.5 Kompresor aliran radial..........................................................................12
Gambar 2.6 Kompresor aliran aksial..........................................................................13
Gambar 2.7 Distribusi sistem pengolahan udara bertekanan......................................28
Gambar 2.8 Filter udara..............................................................................................15
Gambar 2.9 Tangki udara...........................................................................................15
Gambar 2.10 Pengering udara.....................................................................................15
Gambar 2.11 Kompresor.............................................................................................16
Gambar 2.12 Pemisah air............................................................................................16
Gambar 2.13 Tabung pelumas....................................................................................17
Gambar 2.14 Regulator udara.....................................................................................17
Gambar 2.15 Unit pengolahan udara bertekanan........................................................18
Gambar 2.16 Jenis-jenis konduktor............................................................................19
Gambar 2.17 Macam-macam konektor.......................................................................20
Gambar 2.18 Katup 3/2 pembalik pegas.....................................................................21
Gambar 2.19 Katup 4/2 pembalik pegas.....................................................................21
Gambar 2.20 Katup satu arah......................................................................................21
Gambar 2.21 Katup pengatur tekanan........................................................................22
Gambar 2.22 Katup pengatur aliran............................................................................22
Gambar 2.23 Katup buka tutup...................................................................................23
Gambar 2.24 Jenis single acting cylinder (a) dan simbolnya (b) ...............................26
Gambar 2.25 Double acting cylinder (a) dan simbolnya (b)......................................27
Gambar 2.26 Analisis udara yang diperlukan ............................................................29
Gambar 3.1 Diagram rangkaian elektro-pneumatik alat pemasang crisper glass semi
otomatis.......................................................................................................................32
Gambar 3.2 Sketsa bagian-bagian alat pemasang crisper glass semi otomatis..........35
Gambar 3.3 Meja dudukan..........................................................................................37
Gambar 3.4 Frame fixture...........................................................................................38
Gambar 3.5 Frame table.............................................................................................38

xiv
Gambar 3.6 Frame stopper.........................................................................................39
Gambar 3.7 Upper lower frame stopper.....................................................................39
Gambar 3.8 Frame holder...........................................................................................39
Gambar 3.9 Wall.........................................................................................................40
Gambar 3.10 Bracket..................................................................................................40
Gambar 3.11 Wall reinforce ......................................................................................41
Gambar 3.12 Glass fixture..........................................................................................42
Gambar 3.13 Glass table 1..........................................................................................42
Gambar 3.14 Glass stopper.........................................................................................43
Gambar 3.15 Bracket..................................................................................................43
Gambar 3.16 Reinforce...............................................................................................44
Gambar 3.17 Wall.......................................................................................................44
Gambar 3.18 Rear glass stopper.................................................................................45
Gambar 3.19 Glass table 2..........................................................................................45
Gambar 3.20 Glass pusher..........................................................................................46
Gambar 3.21 Connected bracket for pusher...............................................................47
Gambar 3.22 Glass pusher..........................................................................................47
Gambar 3.23 Linear guide..........................................................................................48
Gambar 3.24 Connected bracket base........................................................................48
Gambar 3.25 Linear block..........................................................................................49
Gambar 3.26 Linear guide base..................................................................................49
Gambar 3.27 Pneumatic bracket & accesories...........................................................50
Gambar 3.28 Accesories 1..........................................................................................50
Gambar 3.29 Accesories 2..........................................................................................51
Gambar 3.30 Accesories 3..........................................................................................51
Gambar 3.31 Connector..............................................................................................52
Gambar 3.32 Bracket pneumatic.................................................................................52
Gambar 3.33 Silinder pneumatik................................................................................53
Gambar 3.34 Kotak panel...........................................................................................54
Gambar 3.35 Alat uji push pull force gauge...............................................................54
Gambar 3.36 Proses pemotongan besi hollow 100 x 50.............................................60
Gambar 3.37 Sketsa connected bracket untuk pusher................................................61

xv
Gambar 3.38 Lembaran PVC 10mm..........................................................................62
Gambar 3.39 Proses pemotongan akrilik dengan mesin laser....................................63
Gambar 3.40 Gambar lembar plastik HIPS................................................................63
Gambar 3.41 Gambar meja dudukan..........................................................................64
Gambar 3.42 Gambar pemasangan glass fixture........................................................65
Gambar 3.43 Gambar proses pemasangan linear guide.............................................66
Gambar 3.44 Gambar proses pemasangan frame fixture............................................67
Gambar 3.45 Gambar bracket pneumatik...................................................................68
Gambar 3.46 Gambar pneumatik dan bracket............................................................68
Gambar 3.47 Gambar glass pusher.............................................................................69
Gambar 3.48 Gambar proses pemasangan aksesoris pneumatik................................70
Gambar 3.49 Solenoid valve.......................................................................................70
Gambar 3.50 Gambar pemasangan komponen elektronik..........................................71
Gambar 3.51 Gambar proses pemasangan reed switch sensor...................................72
Gambar 3.52 Gambar alat pemasang crisper glass tampak samping.........................72
Gambar 3.53 Gambar alat pemasang crisper glass tampak depan.............................73
Gambar 3.54 Gambar alat pemasang crisper glass tampak atas................................73
Gambar 4.1 Gambar alat pemasang crisper glass semi otomatis siap pakai..............76

DAFTAR TABEL

xvi
Tabel 2.1 Simbol gambar dan katup sinyal pneumatik...............................................24
Tabel 2.2 Jenis-jenis penggerak katup .......................................................................26
Tabel 3.1 Simbol komponen pneumatik alat pemasang crisper glass semi otomatis.
.....................................................................................................................................33
Tabel 3.2 Simbol komponen elektrik alat pemasang crisper glass semi otomatis.....34
Tabel 4.1 Pengujian gerak pada alat ..........................................................................76
Tabel 4.2 Jam kerja reguler.........................................................................................78
Tabel 4.3 Jam kerja shift.............................................................................................78
Tabel 4.4 Rincian biaya pembuatan alat.....................................................................79
Tabel 4.5 Biaya dan hasil produksi pemasangan manual...........................................81
Tabel 4.6 Biaya dan hasil produksi menggunakan alat...............................................81
Tabel 4.7 Selisih biaya pemasangan...........................................................................81

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Desain meja dudukan..............................................................................89


Lampiran 2 Desain frame fixture................................................................................90
Lampiran 3 Desain glass fixture.................................................................................93
Lampiran 4 Desain glass pusher.................................................................................96
Lampiran 5 Desain pneumatic bracket and accessories...........................................101
Lampiran 6 Desain kotak panel................................................................................103
Lampiran 7 Wiring diagram.....................................................................................104
Lampiran 7 Dimensi Frame......................................................................................105
Lampiran 7 Dimensi Tempered Glass......................................................................106

xviii
DAFTAR NOTASI

Simbol Keterangan Penggunaan

Pertama Halaman

F₁ Gaya dorong silinder (N) 27

F₂ Gaya tarik silinder (N) 28

D Diameter tabung silinder (cm) 27

d Diameter piston (cm) 28

P Tekanan udara (bar) 27

µ Koefisien gesek piston 27

A Luas penampang piston (cm²) 28

Q Volume pemakaian udara (l/menit) 30

h Panjang langkah (cm) 30

n Banyak langkah setiap menit 30

V Kecepatan torak (cm/s) 30

xix
BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar belakang.

Polytron adalah merk dagang dari PT. Hartono Istana Teknologi yang

berfokus pada produksi alat elektronik dan alat rumah tangga. Pada area produksi

alat rumah tangga salah satunya kulkas, proses produksi masih banyak

menggunakan tenaga manual manusia seperti proses perakitan komponen kulkas,

pemasangan aksesoris, dan pengemasan kulkas. Alat modern hanya digunakan

pada awal proses produksi yang tidak bisa dikerjakan oleh manusia secara

langsung seperti proses pembuatan inner door dan inner liner kulkas, proses

piping dan proses polyurethane foaming.

Salah satu bagian dari kulkas yang memiliki peranan sangat penting adalah

crisper glass. Crisper glass merupakan sebutan lain untuk tatakan rak pada kulkas,

terdiri dari tempered glass yang terpasang dalam frame berbahan dasar plastik

HIPS (High Impact Polystirene). Ukuran dari crisper glass bermacam-macam

tergantung dari jenis kulkas yang diproduksi, untuk kulkas 1 pintu menggunakan

crisper glass dengan ukuran tempered glass 40,85 cm x 14 cm dan ukuran frame

42,5 cm x 15 cm. Ukuran crisper glass yang digunakan akan semakin besar jika

ukuran kulkas pun semakin besar.

1
2

Crisper glass

(Sumber : Google.com )
Gambar 1.1 Crisper glass pada kulkas

Pemasangan crisper glass merupakan proses memasangkan tempered

glass ke frame. Saat ini proses pemasangan masih dikerjakan secara manual

menggunakan tenaga manusia dan dirasakan dapat diminimalisir karena sudah

tidak memadai lagi, maka direncanakanlah dengan yang lebih praktis yaitu dengan

tenaga mesin. Pemakaian mesin dalam suatu kegiatan industri menjadi hal yang

sangat penting dan sangat berpengaruh pada kemajuan teknologi. Kelebihan

penggunaan mesin jika dibandingkan dengan tenaga manusia yaitu biayanya lebih

murah dan juga prosesnya lebih mudah. .

Dari sinilah timbul pemikiran merancang dan membuat suatu alat bantu

produksi untuk pemasangan tempered glass ke frame secara semi otomatis dengan

menggunakan sistem pneumatik dan bantuan sensor untuk mendeteksi jika

tempered glass sudah masuk dan dikunci oleh frame, maka sensor akan

memberikan perintah agar silinder kembali ke posisi semula.


3

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penulisan laporan tugas akhir yang berjudul “Rancang Bangun Alat

Pemasang Crisper Glass Semi Otomatis Sebagai Alat Bantu Produksi pada

Line PPA (Polytron Preparation Assembly) PT Hartono Istana Teknologi”

terdapat beberapa rumusan masalah, antara lain:

1. Bagaimana cara memasangkan tempered glass agar masuk ke frame dengan

cara yang mudah?

2. Bagaimana desain Alat Pemasang Crisper Glass semi otomatis?

3. Bagaimana membuat Alat Pemasang Crisper Glass semi otomatis?

4. Bagaimana cara kerja Alat Pemasang Crisper Glass semi otomatis?

5. Perbandingan antara pemasangan manual dengan menggunakan Alat Pemasang

Crisper Glass semi otomatis dari segi ekonomisnya.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan laporan tugas akhir yang berjudul “Rancang Bangun Alat

Pemasang Crisper Glass Semi Otomatis Sebagai Alat Bantu Produksi pada Line

PPA (Polytron Preparation Assembly) PT Hartono Istana Teknologi” batasan

masalah yang akan dibahas, yaitu:

1. Pembahasan desain mekanik.

2. Pembahasan tentang perhitungan pada perancangan alat pemasang crisper

glass semi otomatis.

3. Proses fabrikasi mekanik.

4. Pengujian alat.
4

1.4 Tujuan

Tujuan dari “Rancang Bangun Alat Pemasang Crisper Glass Semi

Otomatis Sebagai Alat Bantu Produksi pada Line PPA (Polytron Preparation

Assembly) PT Hartono Istana Teknologi “ adalah sebagai berikut :

1. Menghasilkan desain dan rancang bangun alat pemasang crisper glass

semi otomatis sebagai alat bantu produksi pada line PPA (Polytron

Preparation Assembly ) PT. Hartono Istana Teknologi Sayung.

2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat dari perkuliahan baik secara

teori maupun praktek.

3. Untuk mengurangi keterlibatan manusia dalam proses pemasangan crisper

glass, untuk mengurangi biaya produksi dan juga untuk mempersingkat

waktu produksi.

1.5 Manfaat Tugas Akhir

Jika tujuan pembuatan alat ini mencapai hasil yang positif, maka akan

memperoleh manfaat antara lain :

1. Diharapkan mampu meringankan kerja manusia karena telah tergantikan

dengan mesin.

2. Diharapkan mampu membantu industri dalam efisiensi kerja dengan

mengimplementasikan alat ini.

3. Diharapkan mampu memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


5

1.6 Metode Penulisan

Penyusunan laporan dilaksanakan dengan metode studi literatur, studi

literatur dilakukan untuk menunjang metode interview dan observasi yang telah

dilakukan. Pengumpulan informasi yang dibutuhkan dilakukan dengan mencari

referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, referensi

dapat diperoleh dari buku-buku atau internet.

1. Metode Eksperimen

Menghasilkan proses pemasangan tempered glass ke frame dengan benar dan

efisien.

2. Penyusunan Laporan

Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah

a. Metode observasi

Metode observasi adalah proses pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan

cara pengamatan dan pengujian secara langsung pada media yang diamati.

b. Metode interview

Metode interview sebagai teknik pengumpulan data kualitatif dimana penulis

melakukan wawancara secara terstruktur maupun tidak terstruktur dengan orang

yang berkepentingan.

c. Metode Literatur

Metode literatur sebagai teknik pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan

cara membaca dan mempelajari dokumen penting ataupun buku-buku yang

dianggap berkaitan dengan laporan.


6

1.7 Sistematika Penyusunan Laporan

Untuk memperoleh gambaran tentang isi dari laporan tugas akhir ini

maka akan dikemukakan sistematika penulisan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang permasalahan, rumusan masalah,

pembatasan masalah, tujuan dan manfaat dari pelaksanaan dan penulisan

laporan Tugas Akhir, metodologi penyusunan dan sistematika

penyusunan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang dasar teori sistem rancangan.

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT PEMASANG

CRISPER GLASS SEMI OTOMATIS

Berisi tentang proses perancangan desain, perhitungan serta fabrikasi alat

pemasang crisper glass semi otomatis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang alur proses, pengujian gerak jalan, menghitung biaya listrik

penggerak pneumatik dan menghitung segi ekonomis alat.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pneumatik

Istilah “pneumatik” berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata “pneuma”

yang berarti napas atau udara. Istilah pneumatik selalu berhubungan dengan

teknik penggunaan udara bertekanan, baik tekanan di atas 1 atmosfer maupun

tekanan di bawah 1 atmosfer. Pneumatik merupakan ilmu yang mempelajari

teknik pemakaian udara bertekanan (udara kempa).1

Jaman dahulu kebanyakan orang sering menggunakan udara bertekanan

untuk berbagai keperluan yang masih terbatas, antara lain menambah tekanan

udara ban mobil/motor, melepaskan ban mobil dari peleknya, membersihkan

kotoran dan sejenisnya. Sekarang, sistem pneumatik memiliki aplikasi yang luas

karena udara pneumatik bersih dan mudah didapat. Banyak industry yang

menggunakan sistem pneumatik dalam proses produksi makanan, industry obat-

obatan, industry pengepakan barang maupun industry lainnya.2

Adapun ciri-ciri daripada perangkat sistem pneumatik yang tidak dipunyai

oleh sistem alat yang lain, adalah sebagai berikut :

1. Sistem pengempaan, udara dihisap dari atmospher, kemudian

dimampatkan (kompresi) sampai batas tekanan kerja yang diinginkan.

Selama terjadi kompresi suhu udara naik.

1
Wirawan dan Pramono, Bahan Ajar Pneumatik-Hidrolik,Teknik Mesin,FT UNNES,hal 458
2
Ibid ., hal. 458 .
8

2. Pendinginan dan penyimpanan, udara hasil kempaan yang naik suhunya

harus didinginkan dan disimpan dalam keadaan bertekanan sampai ke

objek yang diperlukan.

3. Ekspansi ( pengembangan ), udara diperbolehkan untuk berekspansi dan

melakukan kerja ketika diperlukan.

4. Pembuangan, udara hasil ekspansi kemudian dibebaskan lagi ke atmosper

(pembuangan )3.

Kelebihan dari sistem pneumatik yang sangat menonjol adalah karena

udara dapat mengembang dengan begitu kuat dan cepat dalam ruangan yang

sempit dan waktu yang relatip singkat.4

Kelebihan lain dari sistem pneumatik diantaranya adalah :

1. Efektivitas tinggi, penggunaan udara bertekanan tidak dibatasi oleh jarak,

karena dapat dengan mudah dialirkan melalui pipa.

2. Daya tahan dan keandalan tinggi, komponen pneumatik sangat tahan lama dan

tidak mudah rusak.

3. Desain sederhana, desain komponen pneumatik relative sederhana karena itu

cocok untuk digunakan dalam sistem kontrol otomatis sederhana.

4. Sistem pneumatik lebih aman karena dapat bekerja di lingkungan yang mudah

terbakar tanpa menyebabkan kebakaran atau ledakan.

5. Ramah lingkungan, karena pengoperasiannya tidak menghasilkan polutan.

3
Sugihartono, Dasar-dasar Kontrol Pneumatik, Tarsito, Bandung, 1985, hal 2
4
Ibid ., hal.3.
9

6. Ekonomis, biaya sistem pneumatik cukup rendah.

7. Kecepatan kerja tinggi memungkinkan untuk dicapai5

2.2 Komponen sistem pneumatik

Sistem elemen pada pneumatik mempunyai bagian-bagian yang memiliki

fungsi yang berbeda. Secara garis besar sistem elemen pada pneumatik dapat

digambarklan dalam skema sebagai berikut :

Komponen

.
Ouput (Aktuator )

Pengendali Sinyal = Katup


Pengendali Sinyal

Pemroses sinyal/Prosessor = Katup


control AND, NOR, OR dll

Sinyal Input = Katup tekan, tuas,


roll, sensor dll

Sumber energy udara bertekanan =


Kompresor

(Sumber :Festo FluidSIM dalam Bahan ajar pneumatik hidrolik :461)

Gambar 2.1 Elemen sistem pneumatik

5
Sugihartono, Dasar-dasar Kontrol Pneumatik, Tarsito, Bandung, 1985, hal 4
10

2.3 Peralatan Sistem Pneumatik

2.3.1 Kompresor (Pembangkit Udara Kempa )

Kompresor berfungsi untuk membangkitkan/menghasilkan udara

bertekanan dengan cara menghisap dan memampatkan udara tersebut kemudian

disimpan di dalam tangki udara kempa untuk disuplai kepada pemakai (sistem

pneumatik ). Kompresor dilengkapi dengan tabung untuk menyimpan udara

bertekanan, sehingga udara dapat mencapai jumlah dan tekanan yang diperlukan.

Tabung udara bertekanan pada kompresor dilengkapi dengan katup pengaman,

bila tekanan udaranya melebihi ketentuan, maka katup pengaman akan terbuka

secara otomatis.

Pemilihan jenis kompresor yang digunakan tergantung dari syarat-syarat

pemakaian yang harus dipenuhi misalnya dengan tekanan kerja dan volume udara

yang akan diperlukan dalam sistem peralatan (katup dan silinder pneumatik).

Secara garis besar kompresor dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu

kompresor kerja positif dan kompresor kerja dinamis. Kompresor kerja positif

terdiri dari reciprocating dan rotari, sedangkan kompresor kerja dinamis terdiri

dari centrifugal, axial dan ejector.

2.3.1.1 Kompresor Torak Resiprokal

Kompresor ini dikenal juga dengan kompresor torak, karena dilengkapi

dengan katup yang bekerja bolak-balik atau gerak resiprokal. Pemasukan udara

diatur oleh katup masuk dan dihisap oleh torak yang gerakannya menjauhi katup.

Pada saat terjadi pengisapan, tekanan udara di dalam silinder mengecil, sehingga

udara luar akan masuk ke dalam silinder secara alami.


11

(Sumber: Bahan ajar pneumatik

Gambar 2.2 Kompresor Torak resiprokal

2.3.1.2 Kompresor Diafragma

Prinsip kerjan hampir sama dengan kompresor torak, perbedaannya

terdapat pada sistem kompresi udara yang akan masuk ke dalam tangki

penyimpanan udara bertekanan. Torak pada kompresor diafragma tidak secara

langsung menghisap dan menekan udara, tetapi menggerakkan sebuah

membrane (diafragma) dulu.

(Sumber: Bahan ajar pneumatik

Gambar 2.3 Kompresor Diafragma

2.3.1.3 Kompresor Putar (Rotary Compressor)

Rotor dipasang berputar dalam rumah yang berbentuk silindris,

mempunyai lubang masuk dan keluar. Keuntungan dari kompresor jenis ini
12

adalah mempunyai bentuk yang pendek dan kecil, sehingga menghemat

ruangan. Bahkan suaranya tidak berisik dan halus.

(Sumber: Bahan ajar pneumatik hidrolik:464)

Gambar 2.4 Kompresor Rotari

2.3.1.4 Kompresor Aliran Radial

Prinsip kerja kompresor radial akan menghisap udara luar melalui sudu-

sudu rotor, udara akan terisap masuk ke dalam ruangan isap lalu dikompresi dan

akan ditampung pada tangki penyimpanan udara bertekanan hingga tekanannya

sesuai dengan kebutuhan.

(Sumber: Bahan ajar pneumatik hidrolik:465)

Gambar 2.5 Kompresor aliran radial


13

2.3.1.5 Kompresor Aliran Aksial

Pada kompresor aliran aksial, udara akan mendapatkan percepatan oleh

sudu yang terdapat pada rotor dan arah alirannya ke aliran aksial yaitu searah

(sejajar) dengan sumbu rotor.

(Sumber: Bahan ajar pneumatik hidrolik:466)

Gambar 2.6 Kompresor aliran aksial

2.3.2 Unit Pengolahan Udara ( Air Service Unit )

Udara bertekanan (kempa) yang akan masuk dalam sistem pneumatik

harus diolah terlebih dahulu agar memenuhi persyaratan, antara lain tidak

mengandung banyak debu yang dapat merusak keausan komponen-komponen

dalam sistem pneumatik, mengandung kadar air rendah karna kadar air yang

tinggi menimbulkan korosi dan kemacetan pada peralatan pneumatik,

mengandung pelumas karena pelumas sangat diperlukan untuk mengurangi

gesekan antar komponen yang bergerak seperti pada katup-katup dan aktuator.

Secara lengkap suplai udara bertekanan memiliki urutan sebagai berikut.

Filter udara, sebelum udara atmosfer dihisap kompresor, terlebih dahulu disaring

agar tidak ada partikel debu yang merusak kompresor. Kompresor digerakkan

oleh motor listrik atau mesin bensin/diesel tergantung kebutuhan. Tabung

penampung udara bertekanan akan menyimpan udara dari kompresor,


14

selanjutnya melalui katup satu arah udara dimasukkan ke FR/L unit, yang terdiri

dari Filter, Regulator dan Lubrication/pelumasan agar lebih memenuhi syarat.

Setelah memenuhi syarat kemudian baru ke sistem rangkaian pneumatik, seperti

tertera dalam bagan dibawah ini.


Katup 3/2 way

Tabung penampung
Filter udara

( Sumber: Bahan Ajar Pneumatik Hidrolik hal.467)

Gambar 2.7 Distribusi sistem pengolahan udara bertekanan

Aktuator
Pengolahan udara bertekanan diperlukan peralatan yang memadai,antara
FR/L Unit
lain . Motor/mesin

 Filter Udara

Berfungsi sebagai alat penyaring udara yang diambil dari udara luar yang

masih banyak mengandung kotoran.

Filter berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel yang terbawa seperti

debu, minyak residu.


15

(Sumber: Bahan ajar pneumatik hidrolik:467)

Gambar 2.8 Filter udara

 Tangki Udara

Berfungsi untuk menyimpan udara bertekanan hingga pada tekanan

tertentu hingga pengisian akan berhenti, kemudian dapat digunakan

sewaktu-waktu diperlukan.

(Sumber: Bahan ajar pneumatik


hidrolik:467)

Gambar 2.9 Tangki udara

 Pengering Udara (air dryer)

(Sumber: Bahan ajar pneumatik hidrolik:468)


16

Gambar 2.10 Pengering udara

 Kompresor

Berfungsi untuk menghisap udara atmosfir kemudian dimampatkan ke

tabung penyimpan hingga tekanan tertentu. Sebelum digunakan harus

ada system pengolahan udara bertekanan untuk membersihkan dan

mengeringkan sebelum digunakan.

(Sumber: Bahan ajar pneumatik hidrolik:468)

Gambar 2.11 Kompresor

 Pemisah Air

Udara bertekanan yang keluar melalui filter masih mengandung uap air.

Kelembaban dalam udara bertekanan dapat menyebabkan korosi pada

semua saluran, sambungan, katup, alat-alat yang tidak dilindungi

sehingga harus dikeringkan dengan cara memisahkan air melalui tabung

pemisah air.

(Sumber: Bahan ajar pneumatik hidrolik:468)


17

Gambar 2.12 Pemisah air

 Tabung Pelumas

Komponen system pneumatik memerlukan pelumasan agar tidak cepat

aus, serta dapat mengurangi panas yang timbul akibat gesekan. Oleh

karena itu udara bertekanan/mampat harus mengandung kabut pelumas

yang diperoleh dari tabung pelumas pada regulator.

(Sumber: Bahan ajar pneumatik hidrolik:469)

Gambar 2.13 Tabung Pelumas

 Regulator Udara Bertekanan

Udara yang telah memenuhi persyaratan, selanjutnya akan disalurkan

sesuai dengan kebutuhan. Untuk mengatur besar kecilnya udara yang

masuk diperlukan keran udara yang terdapat pada regulator, sehingga

udara yang disuplai sesuai dengan kebutuhan kerjanya.

(Sumber: Bahan ajar pneumatik hidrolik:469)


18

Gambar 2.14 Regulator udara

Unit pengolah udara bertekanan memiiki jaringan instalasi perpipaan

yang sudah dirancang agar air dapat terpisah udara. Air memiliki masa jenis

(Rho) yang lebih tinggi sehingga cenderung berada di bagian bawah. Untuk

menjebaknya maka instalasi pipa diberi kemiringan, air akan mengalir secara

alami ke tabung penampung air, selanjutnya dibuang. Sedangkan udara kering

diambil dari bagian atas instalasi agar memiliki kadar yang rendah. Secara

lengkap unit pengolahan udara bertekanan dapat dilihat dalam skema berikut.

(Sumber: Gottfried Nist 1994 dalam Bahan ajar pneumatik hidrolik:470)

Gambar 2.15 Unit pengolahan udara bertekanan

2.3.3 Konduktor dan Konektor

2.3.3.1 Konduktor (Penyaluran)


19

Penginstalan sirkuit pneumatik hingga menjadi satu sistem yang dapat

dioperasikan diperlukan konduktor, sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi

konduktor adalah untuk menyalurkan udara kempa yang akan

membawa/mentransfer tenaga ke aktuator.

Macam-macam konduktor :

 Pipa yang terbuat dari tembaga, kuningan, baja, galvanis atau stainless

steel. Pipa ini juga disebut konduktor kaku (rigid) dan cocok untuk

instalasi yang permanen.

 Tabung ( tube) yang terbuat dari tembaga, kuningan atau alumunium. Ini

termasuk konduktor yang semi fleksibel dan untuk instalasi yang sesekali

dibongkar-pasang.

 Selang fleksibel yang biasanya terbuat dari plastic dan biasa digunakan

untuk instalasi yang frekuensi bongkar-pasangnya lebih tinggi.

(Sumber: Bahan ajar pneumatik hidrolik:471)

Gambar 2.16 Jenis-jenis konduktor

2.3.3.2 Konektor
20

Konektor berfungsi untuk menyambungkan atau menjepit konduktor

(selang atau pipa) agar tersambung erat pada bodi komponen pneumatik. Bentuk

ataupun macamnya disesuaikan dengan konduktor yang digunakan.


21

(Sumber: Bahan ajar pneumatik

Gambar 2.17 Macam-macam konektor

2.3.4 Katup-katup Pneumatik

Katup berfungsi untuk mengatur atau mengendalikan arah udara kempa

yang akan bekerja menggerakkan aktuator, dengan kata lain katup ini berfungsi

untuk mengendalikan arah gerakan aktuator. Katup menurut fungsinya.

 Katup pengarah ( directional control valve )

 Katup satu arah ( non return valve )

 Katup pengatur tekanan ( pressure control valve )

 Katup pengatur aliran ( flow control valve )

 Katup buka-tutup ( shut off valve )

2.3.4.1 Katup pengarah ( directional control valve )

Katup 3/2 Way Valve penggerak plunyer, pembalik pegas termasuk jenis

katup piringan (disc valve) normally closed (NC) .


22

(Sumber: Bahan ajar pneumatik hidrolik:473)

Gambar 2.18 Katup 3/2 pembalik pegas

Katup 4/2 penggerak plunyer, pembalik pegas termasuk jenis katup

piringan.

(Sumber: Bahan ajar pneumatik hidrolik:473)

Gambar 2.19 Katup 4/2 pembalik pegas

2.3.4.2 Karup satu arah ( non return valve )

Katup ini berfungsi untuk mengatur arah aliran udara kempa hanya satu

arah saja yaitu bila udara telah melewati katup tersebut maka udara tidak dapat

berbalik arah.

(Sumber: Bahan ajar pneumatik hidrolik:474)

Gambar 2.20 Katup satu arah


23

2.3.4.3 Katup pengatur tekanan ( pressure control valve )

Katup ini berfungsi untuk mengatur mengatur besar kecilnya tekanan

udara kempa yang akan keluar dari service unit dan bekerja pada sistem

pneumatik.

(Sumber: Bahan ajar pneumatik

Gambar 2.21 Katup pengatur tekanan

2.3.4.4 Katup pengatur aliran ( flow control valve )

Katup ini berfungsi untuk mengontrol/mengendalikan besar kecilnya

aliran udara kempa atau dikenal pula dengan katup cekik, karena akan mencekik

aliran udara hingga akan menghambat aliran udara. Hal ini diasumsikan bahwa

besarnya aliran yaitu jumlah volume udara yang mengalir akan mempengaruhi

bear daya dorong tersebut.

(Sumber: Bahan ajar pneumatik hidrolik:477)

Gambar 2.22 Katup pengatur aliran


24

2.3.4.5 Katup buka tutup ( shut off valve )

Katup ini berfungsi untuk membuka dan menutup aliran udara.

(Sumber: Bahan ajar pneumatik hidrolik:477)

Gambar 2.23 Katup buka tutup

2.3.4.6 Simbol dan Gambar katup Sinyal Pneumatik

Tabel 2.1 Simbol dan Gambar katup Sinyal Pneumatik

LAMBANG PENAMPANG NAMA

Katup tekan 3/2 dengan


pegas pembalik

Katup NOT 3/2 dengan


pegas pembalik

= Katup tuas 3/2 dengan


penahan
25

Katup Roll 3/2

Katup tuas 4/2 dengan


penahan/tuas

(Sumber: Bahan ajar pneumatik hidrolik:477)

Simbol penekan katup sinyal memiliki beberapa jenis, antara lain

penekan manual, roll, tuas, dan lain-lain. Sesuai dengan standar Deutsch Institut

fur Normung (DIN) dan ISO 1219, terdapat beberapa jenis penggerak katup,

antara lain:
26

Tabel 2.2 Jenis-jenis penggerak katup

SIMBOL KETERANGAN SIMBOL KETERANGAN

Penekan pada Melalui sentuhan


umumnya

Penggerak katup Penggerak katup


oleh knop oleh pegas

Penggerak katup Penggerak katup


oleh tuas oleh roll

Penggerak katup Penggerak katup


oleh pedal kaki oleh roll tak
langsung
(berlengan)

Penggerak katup Penggerak katup


oleh udara oleh magnet

Penggerak katup magnet


magnet/ mekanik Penggerak katup
dua sisi magnet/ mekanik
dua sisi
Penggerak katup
oleh magnet dua
sisi
( Sumber : Bahan Ajar Pneumatik Hidrolik hal 481 )

\2.3.5 Unit Penggerak

Unit ini berfungsi untuk menghasilkan gerak atau usaha yang merupakan

hasil akhir atau output dari sistem pneumatik

2.3.5.1 Single Acting Cylinder


27

Silinder ini mendapat suplai udara hanya dari satu sisi saja. Untuk

mengembalikan ke posisi semula biasanya digunakan pegas. Silinder kerja

tunggal hanya dapat memberikan tenaga pada satu sisi saja.

(a) (b)
(Sumber: Bahan ajar pneumatik hidrolik:478)

Gambar 2.24 Jenis single acting cylinder (a) dan simbolnya (b)

Silinder pneumatik sederhana terdiri dari beberapa bagian yaitu torak,

seal, batang torak, pegas pembalik, dan silinder. Silinder ini akan bergerak bila

mendapat udara bertekanan pada sisi kiri, selanjutnya kembali oleh gaya pegas

yang ada di dalam silinder pneumatik.

2.3.5.2 Double Acting Cylinder

Silinder ini mendapat suplai udara kempa dari dua sisi. Kontruksinya

hamper sama dengan silinder kerja tunggal. Keuntungannya adalah bahwa

silinder ini dapat memberikan tenaga kepada dua sisinya.


28

(a)
(b)
(Sumber: Bahan ajar pneumatik hidrolik:478)

Gambar 2.25 Double acting cylinder (a) dan simbolnya (b)

Silinder pneumatik penggerak ganda akan maju atau mundur karena adanya

udara bertekanan yang disalurkan ke salah satu sisi dari dua saluran yang ada.

Terdiri sari beberapa bagian yaitu torak, seal, batang torak dan silinder. Sumber

energinya dapat berupa sinyal langsung melalui katup kendali atau melalui katup

sinyal ke katup pemroses sinyal kemudian baru ke katup kendali.

2.3.6 Perhitungan Pneumatik

2.3.6.1 Gaya Dorongan Silinder

Gaya dorong silinder dapat dihitung dari diameter tabung silinder,

diameter piston rod dan tekanan udara.

π
F₁ = D² x x P x µ……………….(1)6
4

Dimana :

 F₁ = Gaya dorong silinder (kgf)

 D = Diameter tabung silinder (cm)

 P = Tekanan udara ( bar )

6
Wirawan dan Pramono, Bahan Ajar Pneumatik Hidrolik, Teknik Mesin FT UNNES, hal 494
29

 µ = Koefisien gesekan piston dengan barrel = 0,85 (Majumdar, 98)7

2.3.6.2 Gaya Tarikan Silinder

Gaya tarikan silinder pada pneumatic dapat diketahui dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut .

3,14
F₂ = ( D² - d² ) x x P x µ…………………(2 )8
4

Dimana :

 F₂ = Gaya tarikan silinder (kgf)

 D = Diameter tabung silinder ( cm )

 d = Diameter piston ( cm )

 P = Tekanan udara ( bar )

 µ = Koefisien gesekan piston dengan barrel =0,85 (Majumdar,98)9

2. 3.6.4 Konsumsi udara tiap langkah torak (Q)

Banyaknya pemakain udara pada sisi ruangan yang ada batang toraknya,

pada satu langkah gerak adalah:

7
Yuke lutfi dan Fredy Tri Prasetyo,Mesin pengepres Plastik dengan Sistem Pneumatik, Teknik
Mesin ITS Surabaya, hal 6
8
Wirawan dan Pramono, Bahan Ajar Pneumatik Hidrolik,Teknik Mesin FT UNNES,Hal 494.
9
Yuke Lutfi dan Fredy Tri Prasetyo., Op.cit,hal 6.
30

(Sumber : Bahan Ajar Pneumatim Hidrolik : 494)

Gambar 2.26 Analisis udara yang diperlukan

Perbandingan kompresi

101,3+ Tekananoperasi
……………(3)10
101,3

Dimana :

 Tekanan operasi = Kpa

Volume udara yang diperlukan

Q = { ( h x 0,785 x D² ) + h x 0,785 ( D² - d² ) } . n x perbandingan


kompresi…………………………………………..(4)11

Dimana :

- Q = volume pemakaian udara (liter / menit )

- h = Panjang langkah ( cm )

- n = banyak langkah setiap menit (menit −1)

10
Sugihartono,Dasar-dasar Kontrol Pneumatik,Tarsito,Bandung,1985,hal.101
11
Ibid ., hal.101.
31

2.3.6.7 Kecepatan Torak (V)

Suatu silinder pneumatik memiliki torak dengan luas tertentu, kecepatan

torak saat maju akan lebih kecil dibandingkan dengan saat torak bergerak

mundur.

Q
V maju = …………..(5)12
A

Q
V mundur = ……..(6)13
Aₙ

Dimana

V = kecepatan torak (m/s)

Q = debit aliran udara ( liter/menit )

A= Luas penampang torak (cm²)

π
Aₙ = x ( D² - d² ) ( cm ² )
4

12
Wirawan dan Pramono,Bahan Ajar Pneumatik Hidrolik,Teknik Mesin FT UNNES, hal.493
13
Ibid ., hal 493.
BAB III

METODOLOGI

3.1 Diagram Alir Penyelesaian Tugas Akhir

Berikut merupakan diagram alir penyelesaian tugas akhir

Mulai

Latar Belakang Permasalahan

Studi Literatur Dan


Perencanaan
Tidak
Sesuai

Persiapan Bahan Dan Alat


Untuk Pembuatan Crisper
Glass

Pembuatan Alat Pemasang


Crisper Glass

Tidak

Pengujian Alat Pemasang


Crisper Glass

Sesuai

Pembuatan Laporan

Selesai

31
32

3.2 Diagram Rangkaian Pneumatik

Diagram rangkaian pneumatik adalah diagram rangkaian yang

menggunakan simbol-simbol pneumatik yang menunjukkan sebuah gambaran

desain. Sistem kontrol pneumatik terdiri dari beberapa komponen sinyal dan

bagian kerja. Begitupun dengan diagram elektro-pneumatik dimana terdapat dua

diagram rangkaian yaitu rangkaian pneumatik untuk menunjukkan media

kerjanya, dan juga rangkaian sistem elektrik untuk menunjukkan media

kontrolnya.

Berikut merupakan diagram rangkaian elektro-pneumatik dari alat pemasang

crisper glass semi otomatis.

(Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.1 Diagram rangkaian elektro pneumatik alat pemasang crisper glass
semi otomatis
33

Komponen yang digunakan terbagi menjadi dua yaitu komponen

pneumatik dan komponen elektrik yang terdiri dari :

Tabel 3.1 Simbol komponen pneumatik alat pemasang crisper glass semi otomatis
Nama komponen Bentuk simbol Fungsi
Kompresor Suplai udara

Ar service unit Sebagai pengatur


udara

Katup 5/2 Pengendali sinyal

One way flow Katup pengatur


control valve aliran, untuk
memperlambat laju
udara yang akan
ditransfer ke aktuator

Aktuator , slinder Sebagai penggerak


kerja ganda

Tabel 3.2 Simbol komponen elektrik alat pemasang crisper glass semi otomatis
Nama komponen Simbol Fungsi
Push button Mengalirkan sinyal
34

Relay Penyambung saluran


dan pengontrol sinyal

Reed switch sensor Saklar pembatas


sebagai indikasi posisi
akhir kerja silinder

Pengatur atau
penggerak masuk dan
Solenoid valve keluarnya udara
bertekanan

3.3 Desain Alat Pemasang Crisper Glass Semi Otomatis


35

Berikut merupakan desain dari alat pemasang crisper glass semi otomatis.

Pneumatik Bracket & accesories

Glass Pusher

Glass Fixture

Frame Fixture

Meja Dudukan

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.2 Sketsa bagian-bagian alat pemasang crisper glass semi otomatis
36

Kotak Panel
Komponen utama pada alat pemasang crisper glass semi otomatis :

1. Meja dudukan

2. Frame Fixture

3. Glass Fixture

4. Glass Pusher

5. Pneumatic Bracket & Accessories

6. Kotak Panel

3.3.1 Table ( Meja Dudukan)

Dudukan berfungsi untuk meletakkan rangkaian mesin utama berupa

frame fixture, glass fixture,, pusher, pneumatic bracket & accessories, juga kotak

panel berisi kelistrikannya. Bagian samping dari meja dudukan dibiarkan kosong

bertujuan untuk menyimpan produk jadi sebelum dilakukan pengemasan.

Meja dudukan dibuat dari besi hollow berukuran 100 x 50 mm untuk

bagian rangkanya, dan lapisan PVC 100 mm dengan ukuran 800 x 750 mm

digunakan sebagai alas atasnya.

Dimensi meja dudukan adalah sebagai berikut

 Panjang : 1300 mm

 Lebar : 750 mm

 Tinggi : 750 mm
37

( Sumber :
Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.3 Meja dudukan

3.3.2 Frame Fixture

Frame fixture berfungsi sebagai tempat menyimpan/ loading frame saat

akan dilakukan proses pemasangan crisper glass. Terdiri dari 7 bagian yang

kemudian disusun membentuk sebuah kesatuan dengan menggunakan baut

dengan tambahan lem alteco sebagai perekatnya.


38

Frame table
Frame stopper

Frame holder

Upper lower frame stoper

Wall reinforce

Wall

Bracket

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.4 Frame Fixture

Dimensi Frame Fixture adalah sebagai berikut :

1. Dimensi frame table :

 Bahan : Akrilik 5 mm

 Panjang : 484 mm

 Lebar : 180 mm

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.5 Frame table

2. Dimensi frame stopper :


39

 Bahan : Akrilik 10 mm

 Panjang : 150 mm

Gambar 3.6 Frame Stopper

3. Dimensi upper lower frame stopper :

 Bahan : Akrilik 10 mm

 Panjang : 134 mm

( Sumber : Dokumentasi pribadi )


Gambar 3.7 Upper Lower Frame Stopper

4. Dimensi Frame Holder :

 Bahan : Akrilik 5 mm

 Panjang : 36 mm , radius 19 mm
40

( Sumber Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.8 Frame Holder


5. Dimensi wall

 Bahan : Akrilik 10mm

 Panjang : 140 mm

 trapesium 60 mm x 40 mm

Gambar 3.9 Wall

6. Dimensi bracket

 Bahan : Akrilik 10 mm

 Panjang : 180 mm

 Lebar : 50 mm
41

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.10 Bracket

7. Dimensi wall reinforce

 Bahan : Akrilik 10 mm

 Panjang : 134 mm

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.11 Wall Reinforce

3.3.3 Glass Fixture

Glass Fixture memiliki fungsi sebagai tempat ,menyimpan / loading

tempered glass pertama kali dilakukan oleh operator. Proses penyimpanan

tempered glass ini bersamaan dengan proses penyimpanan frame pada frame

fixture. Terdiri dari 7 bagian yang dikemudian disusun membentuk suatu kesatuan

dengan menggunakan baut dan juga lem alteco sebagai perekat agar lebih rigid /

kuat.
42

Rear Glass Stopper

Glass table 1
Glass table 2

Wall Glass stopper

Reinforce

Wall

(Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.12 Glass Fixture

Dimensi bagian-bagian dari Glass Fixture:

1. Dimensi glass table 1 :

 Bahan : Akrilik 5 mm

 Panjang : 172 mm

 Lebar : 160 mm
43

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.13 Glass Table 1


2. Dimensi glass stopper :

 Bahan : Akrilik 10 mm

 Panjang : 151 mm

Gambar 3.14 Glass Stopper

3. Dimensi bracket :

 Bahan : Akrilik 5 mm

 Panjang : 180 mm

 Lebar : 50 mm

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.15 Bracket


44

4. Dimensi reinforce :

 Bahan : Akrilik 10 mm

 Panjang : 50 mm

 Tebal : 20 mm

( Sumber : Dokumentasi pribadi )


Gambar 3.16 Reinforce
5. Dimensi wall :

 Bahan : Akrilik 10 mm

 Panjang : 134 mm,

 Trapesium : 105 x 65 mm

( Sumber : Dokumentasi pribadi )


45

Gambar 3.17 Wall

6. Dimensi rear glass stopper :

 Bahan : Akrilik 10 mm

 Panjang : 37 mm

 Lebar : 20 mm

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.18 Rear Glass Stopper

7. Dimensi glass table 2 :

 Bahan : Akrilik 5mm

 Panjang : 160 mm

 Lebar : 51 mm
46

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.19 Glass Table 2

3.3.4 Glass Pusher

Glass Pusher berfungsi sebagai pendorong yang mengenai langsung

tempered glass agar bergerak memasuki frame. Selain itu berfungsi juga sebagai

penyeimbang agar pada saat silinder bergerak maju tempered glass akan

terdorong dengan gerakan yang lurus/ tidak melenceng. Glass pusher ini terdiri

dari 6 bagian sebagai berikut.

Glass Pusher

Connected Bracket For Pusher

Linear Guide

Connected Bracket Base

Linear Block

Linear Guide Base


( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.20 Glass Pusher


47

Dimensi bagian-bagian dari Glass Pusher

1. Dimensi connected bracket for pusher :

 Bahan : besi hollow

 Panjang : 340 mm

 Tinggi : 110 mm

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.21 Connected Bracket For Pusher

2. Dimensi glass pusher :

 Bahan : PTFE (Teflon)

 Panjang : 55 mm

 Tebal : 30 mm
48

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.22 Glass Pusher

3. Dimensi linear guide :

 Bahan : Standar part

 Panjang : 280 mm

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.23 Linear Guide

4. Dimensi connected bracket base :

 Bahan : MS (mild steel)

 Panjang : 70 x 85 mm

 Tebal : 5 mm
49

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.24 Connected Bracket Base


5. Dimensi Linear block

 Bahan : Standar part

 Panjang : 40 x 60 mm

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.25 Linear Block


6. Dimensi Linear guide base :

 Bahan : MS (mild steel)

 Panjang : 280 x 70 mm
50

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.26 Linear Guide Base

3.3.5 Pneumatic Bracket & Accessories

Pneumatik bracket & accessories terdiri dari 1 buah silinder pneumatik

dengan 5 macam aksesoris tambahannya. Berfungsi sebagai dudukan silinder

pneumatik, menyangga agar pneumatik berdiri horizontal, aksesoris ditambahkan

bertujuan sebagai penyeimbang agar silinder pneumatik tepat mendorong bagian

tengah glass pusher.

Pneumatik (Diameter 50 Stroke 250)

Acc 3
Acc 2

Acc 1

Connector

Bracket Pneumatik

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.27 Pneumatic Bracket & Accessories

Dimensi bagian-bagian dari Pneumatic Bracket & Accessories :


51

1. Dimensi accessories 1

 Bahan : MS (mild steel)

 Panjang : 60mm x 68mm

 Tebal : 30mm

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.28 accessories 1

2. Dimensi accessories 2:

 Bahan : MS (mild steel)

 Panjang : 140mm

 Lebar :60mm
52

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.29 accessories 2

3. Dimensi accessories 3 :

 Bahan : MS (mild steel)

 Panjang : 60mm x 60mm

 Tebal : 15mm

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.30 accessories 3


53

4. Dimensi connector :

 Bahan : MS (mild steel)

 Diameter : 26mm

 Panjang : 60mm

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.31 connector


5. Dimensi bracket pneumatik :

 Bahan : MS (mild steel)

 Panjang : 70mm x 70mm

 Tinggi : 176mm

( Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.32 bracket pneumatic


54

6. Spesifikasi silinder pneumatik yang digunakan :

 Merk : Festo

 Panjang stroke : 250mm

 Diameter piston : 50mm

 Tekanan maksimal : 12 bar / 175 psi

( Sumber : Dokumentasi
pribadi )

Gambar 3.33 Silinder pneumatik

3.3.6 Kotak Panel

Kotak panel berfungsi untuk menghubungkan antara satu rangkaian listrik

dengan rangkaian listrik lainnya pada suatu operasi kerja.

Dimensi dari kotak panel adalah sebagai berikut :

 Bahan : HIPS

 Tebal : 10mm

 Panjang : 200 mm x 100mm

 Tinggi : 200mm
55

( Sumber :
Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.34 Kotak panel

3.4 Perencanaan dan Perhitungan Komponen Dasar Pneumatik

Perencanaan dan perhitungan dasar sistem pneumatik bertujuan agar alat


tetap aman digunakan. Untuk mengukur besaran gaya yang dibutuhkan untuk
memasangkan crisper glass digunakan sebuah alat uji berupa push pull force
gauge. Alat uji ini adalah instrument yang dirancang untuk mengukur kekuatan,
ketegangan dan kompresi pengujian kekuatan dalam berbagai aplikasi. Caranya
adalah dengan meletakkan ujung dari alat uji tepat pada tempered glass, lalu
dorong tempered glass secara manual dengan alat uji yang masih menempel ini,
sampai tempered glass masuk ke dalam frame secara sempurna.
56

( Sumber : Google.com)
Gambar 3.35 Alat Uji Push Pull Force Gauge
Dari hasil percobaan memasangkan crisper glass secara manual dengan

dilakukan pengukuran dengan menggunakan push pull force gauge didapatkan

bahwa gaya yang dibutuhkan untuk memasangkan crisper glass adalah F =

156,906 N. Sedangkan untuk tekanan yang tersedia adalah 6 bar. Dengan µ

sebesar 0,15 yaitu koefisien gesek piston dan barrel dengan bahan polymer

bearing, composite, dry.14 Maka didapatkan :

π
F = D² x xPxµ
4

3,14
156, 906 N = x D² x 60N/cm² x 0,15
4

D² = √ 22,208

D = 4,7 cm

Maka diameter silinder pneumatik minimal yang digunakan adalah sebesar

4,7 cm. Namun karena diameter silinder pneumatik yang tersedia adalah 5 cm

maka digunakan yang ada dan alat dianggap kuat dan aman.

3.4.1 Gaya Dorongan Silinder

Dibawah ini adalah gaya dorongan silinder dengan dimensi silinder yang

baru, dapat dihitung .

π
F₁ = D² x x P x µ……………….(1)
4

Dimana :

 F₁ = Gaya dorong silinder (kgf)

 D = Diameter tabung silinder (cm)

 P = Tekanan udara ( bar )

14
Festo Didactic
57

 µ = Koefisien gesekan piston dengan barrel = 0,15..(Festo Didactic )

Diketahui :

D = 50 mm

P = 6 bar

Maka :

3,14
F₁ = x (5cm)² x 60 N/cm² x 0,15
4

= 176,68 N

 Menghitung daya maju

W maju = F₁ x s

= 176,68 N x 0,15 m

= 26,5 Joule

W
P maju =
t

26,5 Joule
=
1s

= 26,5 Watt

3.4.2 Gaya Tarikan Silinder

3,14
F₂ = ( D² - d² ) x x P x µ…………………( 2)
4

Dimana :

 F₂ = Gaya tarikan silinder (kgf)

 D = Diameter piston ( cm )
58

 d = Diameter batang piston ( cm )

 P = Tekanan udara ( bar )

 µ = Koefisien gesekan piston dengan barrel =0,15 …(Festo Didactic )

Diketahui :

D = 50 mm

d = 32 mm

P = 6 bar = 60 N/cm²

Maka :

3,14
F₂ = x ( 5² - 3,2² ) x 60N/cm² x 0,15
4

= 104,31 N

 Menghitung daya mundur

W mundur = F₂ x s

= 104,31 N x 0,15m

= 15,64 Joule

W
P mundur =
t

15,64 Joule
=
2s

= 7,83 Watt
59

 P total = 26,5 Watt + 7,83 Watt

= 34,33 Watt

= 0,034 KW

3.4.3 Konsumsi udara tiap langkah torak

 Perbandingan kompresi

101,3+ Tekananoperasi 101,3 Kpa+600 Kpa


= ………..(3)
101,3 101,3 Kpa

= 6,92

 Volume udara yang diperlukan

Q = { ( h x 0,785 x D² ) + h x 0,785 ( D² - d² ) } . n x perbandingan


kompresi …………………………………………………..(4)

Dimana :

- Q = volume pemakaian udara (liter / menit )

- h = Panjang langkah ( cm )

- n = banyak langkah setiap menit (menit −1)

Diketahui :

- h = 250 mm

- n = 10

Maka :

Q = { ( 25cm x 0,785 x (5cm)² ) + 25cm x 0,785 ( (5cm)² – (3,2cm)² ) } x


10 menit −1 x 6,9

= { 490,625cm³ + 289,665 cm³ } x 69 menit −1


60

= 53840,01 cm³ / menit

= 53,84 liter / menit

3.4.4 Kecepatan Torak

Menghitung kecepatan torak saat maju dan juga saat mundur.

Q
V maju = …………..(5)
A

Q
V mundur = ……..(6)
Aₙ

Dimana :

V = kecepatan torak (m/s)

Q = debit aliran udara ( liter/menit )

A= Luas penampang torak (cm²)

π
Aₙ = x (D² -d²) ( cm ² )
4

Diketahui :

Q = 53840,01 cm³ / menit

Maka :

3,14
A= x (5 cm)² = 19,625 cm²
4

Q 53840,01cm ³ /menit
V maju = =
A 19,625 cm ²

= 2743,44 cm/menit

= 45,724 cm / detik
61

3,14
Aₙ= x ¿ = 11, 58 cm²
4

Q 53840,01cm ³ /menit
V mundur = =
Aₙ 11,58 cm ²

= 4649,39 cm/menit

= 77 cm/ detik

3.5 Fabrikasi Alat

Pada proses ini akan dijelaskan mengenai alat dan bahan yang digunakan

serta fabrikasi dan perakitannya.

3.5.1 Alat

Alat yang digunakan antara lain :

 Las

 Bor duduk

 Bor tangan

 Gergaji mesin

 Gerinda tangan

 Kunci L

 Toolbox

3.5.2 Bahan
62

Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan alat ini antara lain :

 Besi hollow 100 x 50

Besi hollow 100 x 50 digunakan untuk membuat rangka meja yang

berfungsi sebagai dudukan untuk meletakkan rangkaian mesin utama

Panjang total yang dibutuhkan : 1020 cm

Dimensi : 10 x 5 cm

Adapun hasil dari pemotongan menggunakan gerinda circle sesuai

dengan desain didapat ukuran panjang 75 cm sebanyak 4 potong, 130 cm

sebanyak 3 potong, dan ukuran 65 cm sebanyak 5 potong. Untuk 2 potong

besi berukuran panjang 75cm juga 2 potong besi berukuran panjang 130

cm setiap ujung nya dipotong siku 45̊.

( Sumber : Dokumentasi pribadi )


Gambar 3.36 Proses pemotongan besi hollow 100 x 50

 Besi hollow 30 x 30

Besi hollow 30 x 30 digunakan untuk membuat connected bracket

untuk pusher / pendorong. Connected bracket ini juga menjadi tempat

terpasangnya glass pusher berbentuk L yang akan menjadi perantara


63

antara connected bracket dengan tempered glass saat silinder pneumatik

bergerak mendorong. Connected bracket ini di pasang vertikal pada block

guide dengan cara di las.

Panjang total yang dibutuhkan : 56 cm

Dimensi : 3 x 3 cm

Adapun hasil pemotongan pemotongan menggunakan gerinda

circle sesuai dengan desain didapat ukuran panjang 11cm sebanyak 2

potong yang mana salah satu ujungnya di potong siku 45̊. Lalu 1 potong

dengan ukuran panjang 34 cm yang mana kedua ujungnya dipotong siku

45̊ juga. Hal ini bertujuan agar saat disambungkan dengan cara di las

strukturnya akan lebih kokoh.

( Sumber : Dokumentasi pribadi )


Gambar 3.37 Sketsa connected bracket untuk pusher

 Papan PVC ( Polivinil Klorida )

Merupakan lembaran padat yang memiliki permukaan mengkilap

(glossy) atau matte (doff) di kedua permukaannya yang halus dengan

ketebalan 10 cm. Papan PVC digunakan sebagai alas pada bagian atas

meja dudukan.

Ukuran yang digunakan : 75 cm x 80 cm


64

Adapun hasil pemotongan dengan menggunakan gergaji mesin

sesuai dengan desain didapat 1 potong saja.

( Sumber :
Dokumentasi pribadi)
Gambar 3.38 Lembaran PVC 10 mm

 Akrilik

Akrilik digunakan untuk membuat bagian-bagian dari glass fixture

dan juga frame fixture yang kemudian akan di assembly atau dilakukan

proses perakitan menjadi bentuk tertentu sesuai dengan desain

menggunakan lem alteco sebagai media perekatnya. Adapun hasil proses

pemotongan menggunakan laser ini menghabiskan kurang lebih ¼ lembar

akrilik dengan tebal 10 mm dan sedikit bagian akrilik 5 mm


65

( Sumber : Dokumentasi pribadi)


Gambar 3.39 Proses Pemotongan Akrilik Dengan Mesin Laser

 Lembar Plastik HIPS ( High Impact Polystyrene )

Lembar plastik HIPS ini digunakan untuk membuat kotak panel.

Proses pemotongan lembar plastik HIPS menggunakan mesin laser yang


66

menghasilkan 4 potongan berukuran 10 cm x 20 cm yang digunakan untuk

sisi kanan – kiri dan sisi atas – bawah kotak panel. Potongan selanjutnya

yang dihasilkan berukuran 20 cm x 20 cm berjumlah 2 potong sebagai sisi

belakang dan depan kotak panel.

( Sumber : Dokumentasi pribadi )


Gambar 3.40 Gambar Lembar Plastik HIPS

3.5.3 Proses Perakitan

Setelah proses pabrikasi komponen, dilakukan proses perakitan alat

berikut adalah langkah-langkah perakitan alat

3.5.3.1 Perakitan Meja Dudukan

Pada proses ini yang dilakukan pertama kali adalah merakit rangka meja

dudukan dengan menggunakan las listrik. Apabila rangka meja sudah siap,

lubangi besi di beberapa bagian dengan menggunakan bor tangan dengan ukuran

mata bor 9. Setelah itu dilakukan pemasangan lembar PVC alas bagian atas meja

dengan menggunakan baut dan mur M8 lalu kencangan dengan kunci L .


67

( Sumber : Dokumentasi Pribadi )


Gambar 3.41 Gambar Meja Dudukan

3.5.3.2 Pemasangan Glass Fixture

Proses ini diawali dengan merangkai bagian-bagian dari glass fixture

menjadi bentuk yang sesuai dengan desain menggunakan lem alteco sebagai

media perekatnya. Kemudian pasang glass fixture ke meja dudukan. Sebelum

dilakukan pengencangan, terlebih dahulu dilakukan simulasi dengan cara

meletakan tempered glass diatas glass table agar posisinya pas dengan diberikan

toleransi 0,5 mm disisi kiri dan kanannya. Apabila dirasa sudah pas dan sesuai

kencangkan dengan menggunakan baut hexagon dan mur M6 lalu kencangkan

dengan menggunakan kunci T.


68

( Sumber : Dokumentasi Pribadi )


Gambar 3.42 Gambar pemasangan Glass Fixture

3.5.3.3 Pemasangan Linear Guide

Pada pemasangan linear guide, sebelumnya letakan linear guide base yang

berupa plat besi diantara sisi kiri dan kanan glass fixture setelah itu letakan rail

linear guide keatas linear guide base. Apabila keduanya sudah seimbang/sesuai

masukan baut M6 ke dalam lubang-lubang yang ada pada rail linear guide dan

kencangkan menggunakan kunci L

( Sumber : Dokumentasi Pribadi )


Gambar 3.43 Gambar proses pemasangan Linear Guide

3.5.3.4 Pemasangan Frame Fixture


69

Pada proses ini terlebih dahulu dilakukan perangkaian dari bagian-bagian

frame fixture menjadi bentuk yang sesuai dengan desain. Setelah itu letakan frame

fixture diatas meja dudukan. Sebelum dikencangkan lakukan simulasi terlebih

dahulu dengan cara meletakan frame dan juga tempered glass diatas frame dan

glass table. Lakukan uji coba dengan menentukan tempered glass dapat masuk ke

frame dalam sekali dorongan silinder. Apabila sudah sesuai kencangkan dengan

memasangkan baut dan mur M6 hexagon

( Sumber : Dokumentasi Pribadi )


Gambar 3.44 Gambar proses pemasangan Frame Fixture

3.5.3.5 Pemasangan Bracket Pneumatik

Bracket penumatik dilubangi dengan menggunakan bor duduk,

menggunakan mata bor 17. Setelah itu dilubangi rangka meja dengan bor yang

akan digunakan sebagai tempat diletakannya bracket tersebut. Letakan bracket


70

pneumatik dengan posisi berdiri/vertical dengan menggunakan baut M16, dan

kencangkan menggunakan kunci T dan mur.


71

( Sumber :
Dokumentasi Pribadi )
Gambar 3.45 Gambar Bracket Pneumatik

3.5.3.6 Pemasangan Silinder Pneumatik

Letakan silinder pneumatik kedalam bracket yang mana bracket tersebut


akan menyangga agar silinder tetap berdiri arah horizontal di tempatnya. Setelah
dipastikan posisi silinder benar dan tidak bergeser-geser, masukan baut M8
unutuk menyambungkan antara bracket dengan silinder pneumatik. Lalu
kencangkan menggunakan kunci L

( Sumber :
Dokumentasi Pribadi )
Gambar 3.46 Gambar Pneumatik dan Bracket
72

3.5.3.7 Pemasangan Glass Pusher

Lakukan proses penyambungan connected bracket for pusher ke


dudukannya, penyambungan ini menggunakan las listrik. Setelah dipastikan kedua
bagian itu tersambung dengan posisi yang sesuai. Letakan diatas block guide
pasang baut M6 lalu kencangkan menggunakan kunci T. Lakukan simulasi apakah
glass pusher dapat berjalan diatas linear guide.

( Sumber : Dokumentasi Pribadi )


Gambar 3.47 Gambar Glass Pusher

3.5.3.8 Pemasangan Aksesoris Pneumatik

Pada proses ini dilakukan pemasangan aksesoris 1,2,3. Sambungkan


aksesoris 1 dengan glass pusher menggunakan las listrik. Setelah itu lakukan
pemasangan aksesori 2 dan 3. Kemudian konektor yang akan menghubungkan
antara silinder pneumatik dengan glass pusher. Proses penyambungan ini
menggunakan baut screw M6. Proses perakitan dilanjutkan dengan memasukan
glass pusher berbentuk L berbahan Teflon, yang sebelumnya sudah di lubangi,
menggunakan baut M8, kencangkan dengan kunci L.
73

( Sumber :
Dokumentasi Pribadi )
Gambar 3.48 Gambar proses pemasangan aksesoris pneumatik

3.5.3.9 Pemasangan Solenoid Valve

Pasang solenoid valve pada rangka meja dengan menggunakan baut screw.
Setelah itu sambungkan selang angin antara solenoid valve dengan silinder
pneumatik.

( Sumber : Dokumentasi
Pribadi )
Gambar 3.49 Solenoid Valve
74

3.5.3.10 Pemasangan Kotak Panel

Kotak panel dipasang pada bagian belakang bawah meja dengan 2 buah

penyangga berupa plat L yang disambungkan ke kaki meja menggunakan las

listrik.

3.5.3.11 Pemasangan Komponen Elektronik

Pada pemasangan ini semua komponen elektronik seperti kapasitor, relay,

dan komponen lain dipasang ke dalam kotak panel dengan sambungan kabelnya.

( Sumber : Dokumentasi Pribadi )


Gambar 3.50 Gambar pemasangan komponen elektronik

3.5.3.12 Pemasangan Sensor

Sensor yang digunakan adalah reed switch sensor. Reed switch sensor

adalah sensor yang berfungsi sebagai saklar yang aktif atau yang terhubung

apabila di area jangkauannya terdapat medan magnet. Sensor ini akan mendeteksi

apabila silinder sudah dalam keadaan full stroke, maka sensor akan memberi

perintah agar silinder bergerak mundur kembali ke posisi semula.


75

Reed switch sensor diletakan antara celah silinder penumatik. Proses

pemasangan sensor dilakukan dengan cara, kondisikan silinder dalam keadaan full

stroke, hal ini dilakukan dikarenakan settingan awal yang dibutuhkan agar

tempered glass dapat masuk ke frame secara sempurna. Dengan menggunakan

magnet cari posisi ujung stroke maka disitulah sensor ditempatkan.

( Sumber : Dokumentasi Pribadi )


Gambar 3.51 Gambar proses pemasangan reed switch sensor

Setelah proses fabrikasi dilakukan maka didapatlah alat berikut yang siap

untuk digunakan.

( Sumber : Dokumentasi
pribadi )
76

Gambar 3.52 Gambar alat


pemasang crisper glass
tampak samping

(Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.53 Gambar alat pemasang crisper glass tampak depan


77

(Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 3.54 Gambar alat pemasang crisper glass tampak Atas


3.6 Prinsip Kerja Alat Pemasang Crisper Glass Semi Otomatis

Berikut merupakan prinsip kerja dari alat pemasang crisper glass semi otomatis

Ambil produk yang sudah terpasang dan kumpulkan

Letakkan frame pada bagian frame fixture

Letakkan tempered glass pada bagian glass


fixture

Setelah frame dan tempered glass berada di


posisinya, tekan tombol start

Silinder bergerak maju mendorong


tempered glass masuk ke frame

Saat fullstroke, reed switch sensor akan


mendeteksi untuk silinder kembali ke posisi
semula

Ambil produk yang sudah terpasang dan


kumpulkan
75

Pada saat awal pengaktifan alat pemasang crisper glass semi otomatis
terdapat langkah-langkah alur prosesnya sebagai berikut :

( a ) Langkah persiapan

 Pastikan tidak ada barang di atas glass fixture dan frame fixture

 Pastikan selang udara terpasang di saluran angin

( b ) Langkah pengaktifan alat

 Pasangkan steker ke stop kontak

 Buka kotak panel

 Nyalakan MCB alat 1 buah

 Tekan tombol ON pastikan lampu merah pertanda alat aktif sudah menyala

( c ) Langkah dalam keadaan menyala

 Letakkan frame di frame fixture

 Letakkan tempered glass di glass fixture

 Tekan push button

 Silinder akan bergerak maju mendorong tempered glass lalu masuk ke

frame fixture dan frame akan mengunci

 Reed switch sensor akan mendeteksi untuk membuat silinder bergerak

kembali ke posisi semula.

 Ambil produk yang sudah terpasang dan kumpulkan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Setelah melewati berbagai macam tahapan dan uji coba, alat pemasang

crisper glass ini layak untuk digunakan sebagai alat bantu produksi pada line PPA

(Polytron Preparation Assembly) di PT Hartono Istana Teknologi Sayung.

(Sumber : Dokumentasi pribadi )

Gambar 4.1 Gambar alat pemasang crisper glass semi otomatis siap pakai.

76
77

4.2 Pengujian Gerak Jalan Alat

Setelah proses fabrikasi, maka diperlukan pengujian alat guna mengetahui

apakah alat ini telah memiliki mekanisme yang tepat sehingga dapat mencapai

waktu minimal yang dibutuhkan dalam proses pemasangan tempered glass ke

frame dan kembali untuk proses selanjutnya.

Tabel 4.1 Pengujian gerak jalan alat


Posisi Keadaan Jarak Waktu(s)
tempuh(cm)
Loading 1 Meletakkan frame - 2
Loading 2 Meletakkan tempered - 2
glass
Pneumatik mendorong 15 cm 1
Unloading Mengambil produk - 1
TOTAL 6

Data diatas didapat dari hasil pengujian menggunakan stopwatch, setelah

melakukan 2 kali percobaan dengan total waktu 30 detik yang mana masing

masing percobaan membutuhkan waktu 15 detik. Karena keterbatasan jumlah

crisper glass yang diizinkan untuk digunakan sebagai media percobaan, tiap kali

melakukan percobaan hanya dilakukan pada 2 pcs crisper glass saja dengan 2 kali

percobaan maka totalnya adalah 4 pcs crisper glass. Untuk mengetahui perolehan

waktu maksimal maka lakukan pembagian antara total waktu dengan jumlah

crisper glass . Sehingga didapatkan waktu sekitar 7,5 detik untuk sekali

pemasangan crisper glass.

4.3 Perhitungan Nilai Ekonomis Alat Pemasang Crisper Glass Semi


Otomatis
78

PT. Hartono Istana Teknologi - Sayung Factory menetapkan jam kerja

untuk karyawan sesuai dengan peraturan pemerintah untuk satu hari kerja yaitu 8

jam dengan waktu istirahat 1 jam kecuali hari Jumat satu setengah jam untuk

istirahat karena menghargai karyawan yang melaksanakan sholat jumat. Hari kerja

jam reguler untuk PT. Hartono Istana Teknologi - Sayung Factory adalah senin

sampai Jumat, untuk hari Sabtu, Minggu dan hari besar nasional adalah hari libur

bagi karyawan, kecuali untuk karyawan yang masuk dalam shift tertentu atau

kerja lembur. Jam kerja di PT. Hartono Istana Teknologi – Sayung Factory sendiri

terbagi menjadi non shift atau kerja reguler dan shift sesuai dengan kebutuhan jam

kerja masing – masing departemen. Berikut adalah jadwal jam kerja masing –

masing shift:

Tabel 4. 2 Jam Kerja Reguler


Hari Jam kerja
Senin - Kamis 08.00 – 17.00 WIB
Istirahat 12.00 – 13.00 WIB
Jum’at 08.00 – 17.30 WIB
Istirahat 11.30 – 13.00 WIB
Sabtu Libur
Minggu Libur

Tabel 4. 3 Jam Kerja Shift


Shift Hari Jam kerja
1 Senin - Kamis 08.00 – 17.00 WIB
Istirahat 12.00 – 13.00 WIB
Jum’at 08.00 – 17.30 WIB
Istirahat 11.30 – 13.00 WIB
Sabtu Libur
Minggu Libur
2 Senin - Kamis 20.00 – 05.00 WIB
Istirahat 00.00 – 01.00 WIB
Jum’at 20.00 – 05.00 WIB
Istirahat 00.00 – 01.00 WIB
Sabtu Libur
Minggu Libur
79

Berikut adalah rincian biaya dari pembuatan alat pemasang crisper glass

semi otomatis:

Table 4.4 Rincian biaya pembuatan alat


Bahan Banyaknya Harga satuan Harga total
Besi hollow 2 batang Rp.342.000,00/batang Rp 684.000,00
100x50 mm

PVC 10 mm 1 lembar Rp.1.320.000,00 Rp 1.320.000,00

Akrilik 10 mm 1 lembar Rp 1.650.000,00 Rp 1.650.000,00


/ lembar
Akrilik 5 mm 1 lembar Rp 635.000,00 Rp 635.000,00
/ lembar
Stalbus 30 x 30 1 batang Rp 136.000,00 Rp 136.000,00
mm /batang
Linier guide 1 batang Rp 200.000,00/batang Rp 200.000,00
Block guide 2 item Rp 400.000,00 Rp 800.000,00
Pneumatik stroke 1 item Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.000,00
250
Baut L M8 26 item Rp 2.400,00 Rp 62.400,00
Baut hexagon 36 item Rp 3.000,00 Rp 108.000,00
M8
Baut L M5 6 item Rp 900,00 Rp 4500,00
Baut hexagon 2 item Rp 4000,00 Rp 8.000,00
M16
ur M8 62 item Rp 700,00 Rp 43.400,00
Selang udara 2 meter Rp 4.000,00 Rp 8.000,00
Relay 1 item Rp 50.000,00 Rp 50.000,00
Trafo 5A 1 item Rp 100.000,00 Rp 100.000,00
Dioda bridge 1 item Rp 15.000,00 Rp 15.000,00
Kapasitor 1 item Rp 5000,00 Rp 5000,00
Red Switch 1 item Rp 5000,00 Rp 5000,00
sensor
Solenoide valve 1 item Rp 100.000,00 Rp 100.000,00
Push button 1 item Rp 20.000 Rp 20.000,00
Fitting 5 item Rp 4000,00 Rp 20.000,00
pneumatik
nepple
Cat besi 1 liter Rp 48.000/liter Rp 48.000,00
Thinner 1 liter Rp 49.000/liter Rp 49.000,00
Rp 8.071.300,00
80

Diketahui

Tarif / kWh Industri tegangan tinggi : Rp. 996,74,-

Konsumsi listrik per 1 langkah : 34,33 W (0,034 kW)

Konsumsi listrik per 1 jam : 450 langkah x 0,034kW = 15,3 kWH

Biaya listrik per jam : tariff/kWh x Wattage

Biaya listrik per jam : Rp 996,74 x 15,3 kWH

Biaya listrik per jam : Rp 15.250,122 / jam

Jika di pabrik PT. Hartono Istana Teknologi memiliki jam kerja 16 jam per

hari dalam 22 hari kerja. Maka biaya pemakaian alat pemasang crisper glass

tersebut dalam sebulan adalah :

Rp 15.250,122 x 16 jam x 22 hari = Rp 5.368.042 per bulan

 Manual

Dengan mengambil sampel 1 orang operator pemasang tiap shift nya

dengan waktu pemasangan tercepat secara manual yaitu 10 detik/pcs.

Didapat :

Tabel 4.5 Biaya dan hasil produksi pemasangan manual


Jumlah Karyawan 2 orang (untuk 2 shift kerja)
Gaji perbulan Rp 2.432.000,00 x 2=
Rp 4.864.000,00
Jumlah produksi per hari 5760 pcs
Jumlah produksi per bulan 12670 pcs
1 produk 10 detik

Maka biaya pemasangan manual tiap pcs nya :


81

Biaya pemasangan manual perbulan Rp 4.864 .000


=
Jumlah produksi perbulan 126720 pcs

= Rp 38,3 / pcs

 Alat pemasang crisper glass semi otomatis

Dengan mengambil sampel 1 alat dioperasikan oleh 1 operator tiap shift-

nya dengan waktu pemasangan tercepat 6 detik/pcs. Didapat :

Tabel 4.6 Biaya dan hasil produksi pemasangan menggunakan alat


Jumlah Karyawan 2 orang (2 shift kerja )
Gaji perbulan + biaya listrik Rp 2.432.000,00 x 2 =
Rp 4.864.000,00 + Rp 5.368.042,00
Rp 10.232.042,00
Jumlah produksi per hari 9600 pcs
Jumlah produksi perbulan 211200 pcs
1 produk 6 detik

Maka biaya pemasangan menggunakan alat tiap pcs nya :

Biaya pemasangan menggunakanalat perbulan Rp 10.232 .042


=
Jumlah produksi perbulan 211200 pcs

= Rp 48 / pcs

 Selisih keuntungan produksi crisper glass

Untuk harga crisper glass per pcs di pasaran Rp 50.000/ pcs sedangkan harga dari

PT.HIT adalah Rp 25.000/ pcs . Sedangkan PT.HIT membeli tempered glass dan

frame dari supplier dengan harga Rp 17.500/ 1 pasang. Perbandingan didapat :

- Keuntungan yang didapat perusahaan pemasangan manual


82

= ( Harga crisper glass x jumlah produksi) – biaya produksi perbulan – ( harga

dari supplier x jumlah produksi )

= (Rp 25.000 x 126720 pcs ) – Rp 4.864.000 – ( Rp 17.500 x 12670 pcs )

= Rp 3.168.000.000 – Rp 4.864.000 – Rp 2.217.600.000

= Rp 945.536.000 perbulan

- Keuntungan yang didapat perusahaan pemasangan menggunakan alat

= ( Harga crisper glass x jumlah produksi) – biaya produksi perbulan – ( harga

dari supplier x jumlah produksi )

= ( Rp 25.000 x 211200pcs) – Rp 10.232.042 – ( Rp 17.500 x 211200 pcs )

= Rp 5.280.000.000 – Rp 10.232.042 – Rp 3.696.000.000

= Rp 1.573.767.958 perbulan

Tabel 4.7 Selisih keuntungan perbulan

Rincian Harga
Keutungan manual Rp 945.536.000
Keuntungan Rp 1.573.767.958
menggunakan alat
Selisih Rp 628.231.958

Biaya investasi Rp 8.071.300,00

Selisih biaya pemasangan Rp 5.368.042,00 (> menggunakan alat )


83

Selisih keuntungan Rp 628.231.958,00

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan

perusahaan apabila pemasangan dilakukan secara manual adalah Rp 4.864.000,00.

Sedangkan biaya yang dikeluarkan apabila menggunakan alat pemasang semi

otomatis ini adalah biaya investasi pembuatan alat sebesar Rp 8.071.300,00

ditambah dengan biaya listrik dan gaji karyawan sebesar Rp 10.232.042,00

selisih nya adalah Rp 5.368.042,00 dengan biaya menggunakan alat lebih besar.

Namun apabila dilihat dari selisih produksi yang dihasilkan, yang mana dengan

waktu produksi yang sama pemasangan secara manual hanya menghasilkan 5760

pcs perhari, sedangkan alat pemasang semi otomatis ini mampu menghasilkan

9600 pcs perhari, didapat selisih keuntungan sebesar Rp 628.231.958 perbulan.

Didapatkan kesimpulan bahwa alat ini lebih menguntungkan jika dibandingkan

dengan proses produksi manual.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari keseluruhan proses rancang bangun alat pemasang crisper

glass semi otomatis sebagai alat bantu produksi pada line PPA (polytron

preparation assembly) PT. Hartono Istana Teknologi, maka dapat disimpulkan

bahwa :

1) Rancang bangun crisper glass semi otomatis sebagai alat bantu produksi pada

line PPA (polytron preparation assembly) PT. Hartono Istana Teknologi,

dilakukan mulai proses perencanaan sampai pembuatan mesin dengan

spesifikasi umum sebagai berikut :

2) Biaya pembuatan alat pemasang crisper glass sebesar Rp 8.071.300,00 . Biaya

produksi sesudah menggunakan alat pemasang crisper glass perbulan adalah Rp

10.232.042,00. Namun hasil produksi secara manual adalah 126.720 pcs

perbulan dengan 1 orang operator pemasang tiap shift, dibandingkan dengan

hasil produksi menggunakan alat semi otomatis dengan 1 alat menghasilkan

211.200 pcs perbulan. Maka dari selisih keuntungan didapat Rp 628.231.958

perbulan.

3) Dari semua perhitungan didapat kesimpulan bahwa alat pemasang crisper glass

semi otomatis lebih menguntungkan apabila dibandingkan dengan proses

pemasangan secara manual.

85
5.2 Saran

Saran yang berguna untuk meningkatkan kegunaan mesin :

1) Komponen mesin yang yang masih menggunakan bahan-bahan yang kurang

rigid sebaiknya diganti dengan bahan yang lebih rigid.

2) Untuk mengimbangi jumlah produksi yang dikerjakan secara manual saat ini

sebaiknya alat pemasangan semi otomatis ini ditambah jumlahnya..


DAFTAR PUSTAKA

Bahan Ajar Mata Kuliah Pneumatik dan Elektropneumatik Diploma Teknik

Mesin. Semarang: Universitas Diponegoro

Bahtiar, Y.L., Fredy, T.P.H., Mesin Pengepres Plastik Dengan Sistem Penggerak

Pneumatik, Program Studi D3 Teknik Mesin FTI-Institut Tekknologi

Surabaya

Croser, P., dan Frank,E., 2002, Pneumatic Basic Level, Edisi 10, Festo Didactic

GmbH&Co, Dunkendorf

Fahrudin, R., 2012, Simulasi Aplikasi Elektro Pneumatik dan PLC sebagai

Kendali Pintu Geser, Tugas Akhir Diploma, Jurusan Diploma Teknik

Mesin, Universitas Diponegoro, Semarang

https://abi-blog.com/sistem-pneumatik/ diunduh tanggal 8 Juni 2020

https://bacabrosur.blogspot.com/2018/04/fungsi-relay-mobil.html diunduh tanggal

26 Juni 2020

http://blog.unnes.ac.id/antosupri/perbedaan-sistem-pneumatik-dengan-sistem-

hidrolik/ diunduh Mei 2020

http://en.m.wikipedia.org/wiki/reed_switch diunduh Juni 2020

https://pusatlasercnc.com/wp-content/uploads/2019/10/Biaya-Mesin-Laser-

Cutting-Plat-Besi-Jakarta-asle.jpg diunduh tanggal 9 Juni 2020


https://siddix.blogspot.com/2017/05/pengertiancara-kerja-dari-one-way-

flow.html?m=1 diunduh tanggal 27 Juni 2020

https://www.google.com/amp/s/abi-blog.com/sistem-pneumatik/ diunduh tanggal

13 Juni 2020

https://symbols.radicasoftware.com/category/solenoid-valves diunduh 26 Juni

2020

Sugihartono, 1985, Dasar-dasar Kontrol Pneumatik, Edisi 1, Penerbit TARSITO,

Bandung

Waller,D., dan Werner,H., 2002, Pneumatics Workbook Basic Level, Edisi 04,

Festo Didactic GmbH&Co, Dunkendorf

Wibowo M.A., 2007, Sistem Pneumatik pada Model Palang Pintu Otomatis

Kereta Api Satu Perlintasan, Tugas Akhir Sarjana, Jurusan Teknik Mesin

FTI Universitas Mercu Buana, Jakarta

Wirawan dan Pramono, Bahan Ajar Pneumatik Hidrolik, Teknik mesin,Fakultas

Teknik, Universitas Negri Semarang


LAMPIRAN

Lampiran 1. Desain meja dudukan

89
Lampiran 2. Desain Frame Fixture

Lampiran 3.
Desain Glass
Fixture

90
Lampiran 4. Desain Glass Pusher

91
Lampiran 5. Desain Pneumatic Bracket and accesories

92
Lampiran 6.Desain Kotak Panel

93
Lampiran 7. Wiring Diagram

94
Lampiran 8. Dimensi Frame

Lampiran 9. Dimensi temperd glass

95

Anda mungkin juga menyukai